Tindak pidana penganiayaan menurut hukum islam hukum positif : studi kasus penagdilan negeri jakarta selatan

TINDAK PIDANA PENGANIA YAAN
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSTIF
Studi kasus Pengadilan Negcri Jakarta Selatan

OLEH:
SITI BADRIYAH

KONSENTRASI PIDANA ISLAM
PROGRAM STUD I JINA YAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M

TINDAK PIDANA PENG ANIA YAAN
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
Studi Kasus Pengadilan Negeri Jakarta Selatau

SKRIP SI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Saijana Hukum !slain

O!eh:
SIT! BADRIY AH
NIM: 102045125119

Di Bawah Bimbingan

<

nエイZmNセ@

]FNセ@

Dedy
NIP. 150 264 001

.

KONSENTRASI PIDANA ISLAM

PROGRAM STUDI JINA YAH SIYASAH
FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "TINDAK PIDANA PENGANIA YAAN MENURUT
HUKUM ISLAM DAN I-IUKUM POSITIF (Studi Kasus PN Jakarta Selatan)"
telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah Dan I-Iukum
UIN Syarifl-Iidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Maret 2007. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam pada Program Studi Jinayah Siyasah
Jakarta, 14 Maret 2007
Mengesahkan
Dekan,

Prof. r. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422


PANITIA UJIAN

Ketua

: Asmawi, M. Ag
NIP. 150 282 394

Sekretaris

: Sri Hidayati, M. Ag
NIP. 150 282 403

Pembimbing

: Dedy Nur Syamsi. SH, M. Hum
NIP.150261 001

(


..................................... )

HNセᆪ@
G

Penguji I

: Drs. Ahmad Yani, M. Ag
NIP. 150 269 678

Penguji II

: Burhanuddin, SH, MH
NIP. 130 770 738

(

..................................... )

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun dengan maksud untuk mt.;menuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (SI) jurusan Pidana Islam, Program
Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakaiia. Dengan judul shipsi"TINDAK PIDANA PENGANIA YAAN
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF"
Terlebih dahulu penulis haturkan sembah bakti kepada ayahanda H.
Muhammad Tohir (almrhum) dan ibunda Hj. Muhaya yang telah mendidik,
mengai·ahkan dan mengajarkan penulis yang telah berjasa dalam mengasuh dan
memberi motivasi, juga dalam memberikan dukungan moril maupun materil serta
selalu mendoakan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang semoga
Allah SWT selalu mengampuni dan menempatkannya pada derajat yang tinggi.
Mudah-mudahan ini menjadi langkah awal mengimbai1gi segala kebaikan yang tak
mungkin terbalaskan. Oleh karena itulah, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya
penulis sainpaikan kepada yang terhormat, antara lain:
!. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan

Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakaiia.
2. Bapak Drs, H. Afifi Fauzi Abbas, MA selaku ketua Jurusan dan Bapak Abu

Thamrin, M.Hum selaku sehetaris Jurusai1 Pidana Islam periode terdahulu.
3. Bapak Asmawi M.Ag selaku ketua jurusai1 dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku
sekretaris jurusan periode sekarang.

4. Bapak Dedy Nursamsi, SH. M,Hum selaku dosen pembimbing yang tidak pernah
bosan memberikan arahan dan bimbingan dari awal hingga akhirnya skripsi dapat
terselesaikan.
5. Staf perpustakaan umum dan Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk
mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini.
6. Kepada Pegawai Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah memberikan dan
mencarikan data-data yang berkaitan dengan mated skripsi ini.
7. Untul( Kakak-kakakku tercinta Encung, Ani, Yakub,Erna, dan untuk keponakankeponakanku yang lucu-lucu Faiz, Pue!, Kiki, Ria, Maya, Mui.
8. Untuk orang yang kusayangi Aby, yang selalu menberikan support dan menemani
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu bersama dalam menyelesaikan skripsi ini
Nia, Pipih, Irma, zulfa, dan untuk teman-teman Pidana Islam angkatan 2002 yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
10. Untuk sahabatku Neha dan Ank Miss U
Akhirnya penulis berdoa semoga Allah selalu memberikan pahala kepada para

pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini. Harapan
penulis semoga skipsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
penulis.
Jakarta 14 Maret 2007

Penulis

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ..
DAFTAR ISI ........................................................................................................

BABI

BAB II

iii

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.. .. .... .. .. .. ... ... .. .... . ... .. ... .. ... ... . .... .. ... .. .... .. ..


I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...........................................

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................

6

D. Metode Penelitian... .. ... ... .... ... ... .... .. ... ... ... .. ... .. ... .. .. ... ... .. ... ... ... ... ...

7

E. Sistematika Penulisan...................................................................

8

TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF
A. Pengertian Hukum Pidana.. .. ... ... .... ..... ... ... .. .. ... .. ... ... .. .. ... ... ... ... .. ..

I0

B. Pengertian Tindak Pidana.............................................................

12

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana.........................................................

18

D. Pembagian Tindak Pidana............................................................

20

E. Sistem Pemidanaan ......................................................................

25


F. T1\juan Pemidanaan ......................................................................

31

".

BAB III

TINDAK PIDAN PENGANIA YAAN MENURUT HUKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF

BAB IV

A. Pengertian Penganiayaan..............................................................

35

B. Hukuman tindak Pidana Penganiayaan ........................................


43

C. Persamaan dan Perbedaan Tindak Pidana Penganiayaan.............

53

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI
JAKARTA SELA TAN TENTANG PERKARA PENGANIAY AAN
A. Perkara Penganiayaan Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan......

56

B. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tentang

Perkara Penganiayaan ..................................................................

57

C. Analisis Hukum Islam dan Hukum PositifTerhadap Putusan Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Seiatan. ..............................................

BABY

59

PENUTUP
A. Kesimpulan.... .. ... ...... .... ... ... ... .... ... ... ... .......... .. ... ....... ... ........ ....... ..

63

B. Saran ...........................................................................................

66

DAFTAR PUSTAKA

'"

BABI
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama suci (hanif) yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW sebagai agama yang rahmatan Iii alamin, untuk memberi petunjuk dan
pelajaran kepada manusia. Setiap mahluk hidup mempunyai hak untuk
menikmati indahnya sebuah kehidupan. Oleh karena itu Islam sangat
mementingkan pemeliharaan terhadap lima ha!, yaitu, agama, jiwa, aka!,
keturunan, dan harta.
Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai ancaman berarti
memelihara serta melindungi eksistensi kehidupan manusia yang damai dan
sejahtera. Oleh karenanya Islam sangat menghargai jiwa terlebih-lebih terhadap
jiwa manusia, sebagai agama yang universal Islam juga mengatur kehidupan
manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia akhirat
Di dalam hukum islam diatur perbuatan pidana baik secara formal
maupun materiel yang berisikan norma, aturan dan sanksi berkaitan dengan
pencurian, perzinaan, perampokan, minum-minuman keras, tuduhan perzinaan,
tindak pidana pembunuhan dan kekerasan fisik lainnya.
Di era reformasi sekarang ini tindakan !criminal serta pelanggaran pidana
semakin variatif dan canggih. Bahkan khusus di Indonesia berbagai bentuk
kekerasan

semakin

berkembang

sehingga

ada

kecenderungan

(trend)

2

masyarakat semakin mengabaikan aturan yang berlaku. Selain itu dengan
melihat perkambangan makro dapat diprediksikan bahwa kejahatan-kejahatan
semakin marak yang ditunjang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga berbagai kejahatan dan pelanggaran pidana semakin marak dengan
berbagai modus operandinya.
Tindakan kekerasan baik yang dilakukan perseorangan maupun
dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok seperti tawuran pelajar,
sangat menggangu ketertiban masyarakat bahkan dapat meresahkan masyarakat.
Kekerasan tersebut dapat pula menyebabkan perampasan jiwa seseorang dengan
jalan membunuh maupun berbagai macam bentuk penganiayaan terhadap tubuh
seseorang,

hal

demikian

membuat

masyarakat

semakin

resah

karena

terabaikannya payung hukum yang melindungi masyarakat, tampaknya
kesadaran akan menghargai hak asasi seseorang dan rasa mencintai sesama
umat semakin menipis atau pertumbuhannya tidak sebagaimana yang
diharapkan sehingga perilaku berbuat baik untuk sesama atau terhadap orang
lain sudah semakin tidak kelihatan lagi.
Guna terciptanya kemaslahatan, ketentraman dalam masyarakat dan
menjaga manusia dari hal-hal yang mafsadah maka diadakanlah pembalasan
atas kejahatan ataupun pelanggaran yang telah dilakukan seseorang agar merasa
jera dan berfikir untuk tidak mengulangu perbuatan yang sama. Sebagaimana
maksud diadakannya hukum dalam Islam, contoh tindak pidana alas sehin jiwa
yang didefinisi oleh Abdul Qodir Audah sebagai perbuatan yang mc:nyakiti

3

anggota tubuh orang lain, 1 dalam istilah pidana Indonesia disebut sebagai
perbuatan penganiayaan, salah satu hukumnya dalam pidana Islam adalah
berupa hukuman qishas.
Sanksi yang telah ditetapkan Allah tersebut antara lain untuk melindungi
jiwa atau pertumpahan darah manusia beserta haknya. Manusia sebagai mahluk
ciptaan Allah dimuka bumi ini memeliki hak-hak tertentu yang harus dihormati,
firman Allah:

Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah memuliakan anak-anak Adam. "

Hak yang paling utama yang dijamin oleh Allah adalah hak hidup, hale
kepemilikan, hak memelihara kehormatan, hak kemerdekaan, hak persamaan,
dan hak menuntut ilmu pengetahuan.
Hak yang palig penting dan perlu mendapat perhatian diantara hak-hak
tersebut ialah hak hidup, karena hal ini adalah hak yang paling suci, tidak
dibenarkan secara hukum dilanggar kemuliaannya dan tidak boleh dianggap
remeh eksistensinya. 2
Dalam setiap kasus kejahatan di negara ini memang mendapatkan
perhatian yang cukup baik, dan ini dapat di lihat dari hukum yang ada dalam
KUHP. Hal ini membuktikan bahwa penegakkan keadilan kita tetap berjalan

1

Wardi muslih, hukum pidana Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2002) h.91

2

Sayid Sabiq, Fiqih Sunah (Bandung Al-maarif 1990) h.13

4

meskipun sering terhambat, serta didukung oleh penyiaran dari med,a massa
dan beberapa televisi swasta misalnya banyak menayangkan beberapa berita
aktual dan transparan dari kasus-kasus kejahatan yang ada pada masyarakat.
Pada awalnya pembunuhan itu di dahului dengan penganiayaan atau pelukaan,
seperti halnya perkelahian baik antar warga ataupun lainnya, yang dapat
mengakibatkan kerusakan fisik (Iuka-Iuka) ataupun mengakibatkan kematian.
Sehingga masyarakat selalu akan waspada terhadap dirinya masing-masing
beserta keluarganya.
Tindak pidana penganiayaan yang aturan serta hukumannya telah jelas
terdapat dalam sistematika hukum pidana Indonesia, bahkan tindak pidana ini
disimpan dalam bab khusus yaitu bab XX yang terdapat dalam pasal 351
sampai dengan pasal 358. 3
Berdasarkan hal-hal di atas maim penulis bermaksud untuk menulis dan
menyusun skripsi dengan judul "Tindak Pidana Pcnganiayaan Mcnurut
Hukum Islam dan Hukum Positif " (Studi Kasus di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan). Dengan harapan skripsi ini dapat membantu kapadulian dan
kepekaan terhadap hak-hak seseorang untuk hidup tanpa mengabaikan aturanaturan hukum baikyang terdapat dalam KUHP maupun yang telah diatur dalam
pidana Islam, sehinga dapat diketahui perbandingan antara hukum pidana Islam
dan hukum Pidana Positif yang berlaku di Indonesia dalam menegakan dan

3

Satochid Karta negara, huk1u11 pidana k1011pulan kuliah bagian I, balai Jektur maha sis\va

5

menciptakan keadilan di masyarakat khususnya yang menyangkut tindak pidana
penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengabaikan normanorma hukum.

B.

Pembatasan dan Pernmnsan Masalah
Berangkat dari luasnya permasalahan yang ada tentang penganiayaan
seperti yang telah diw-aikan diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup
penulisan skripsi ini hanya pada masalah tindak pidana penganiayaan yang
terjadi antara tahun 2003-2005 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menurut
hukum islam dan hukum positif. Untuk mencapai pengupasan dan hasil yang
mendalam, setidaknya mendekati kesempurnaan terhadap perumusan yang akan
di balms sebagai berikut:
I. Bagaimana penganiayaan menurut tinjauan hukum islam dan hukum positif?
2. Bagaimana ketentuan pidana terhadap pelaku penganiayaan menurut hukum
Islam dan hukum positif?.
/"

3. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara hukum islam dan hukum
positif tentang tindak pidana penganiayaan.?
4. Bagaimana putusan hakim pengadilan negeri Jakarta Selatan tentang pelaku
tindak pidana penganiayaan?
5. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap putusan
hakim pengadilan negeri jakarta tentang pelaku tindak pidana penganiayaan?

6

C.

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas maka dapat diketahui bahwa tujuan umum penulisan ini adalah:
I. Untuk mengetahui serta memberikan wawasan tentang tindak pidana
penganiayaan menurut tinjauan hukum Islam dan hukum positif
2. Untuk mengetahui hukuman apa yang dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana
penganiayaan menurut hukum Islam dan hukum positif
3. Untuk melihat antara persamaan dan perbedaan terhadap tindak pidana
pengamayaan
4. untuk mengetahui putusan hakim pengadilan negeri Jakarta Selatan terhadap
pelaku tindak pidana penganiayaan.
5. untuk mengetahui pandangan hukum islam dan lmkum positif terhadap
putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tentang pelaku tindak
pidana penganiayaan
Sedangkan manfaat yang diambil dalam penulisan skripsi ini adalah:
I. Dapat diketalmi antara perbandingan hukum pidana positif dalam
menerapkan aturan dan hukuman bagi pelaku tindak pidana penganiayaan
sehingga dapat diketahui pula keadilan yang diciptakan oleh normu hukum
tersebut.
2. Untuk memperkaya khasanah perpustakaan agar dapat menambah wawasan
dan menjadi bacaan yang berguna bagi masyarakat pada umumnya dan bagi
mahasiswa yang ingin memperdalam studi tentang hukum pidana Islam

7

D.

Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam

skripsi ini

adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan
menjelaskan kejadian yang sebenamya guna menjawab permasalahan yang akan
dibahas. Penelitian ini adalah analisis dokumen (conyent analisis) yaitu
penyelidikan kita meliputi pengumpulan informasi melalui dokumen yang akan
dianalisis terhadap perkara penganiayaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi(kepustakaan) yang
mengumpulkan data-data yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
No. 14 /PID.B 2005/PN. Jak.Sel tentang penganiayaan, buku-buku, media cetak
yang berkaitan dengan skripsi ini.
Adapun jenis data yang digunakan meliputi data yang bersifat primer
meliputi perundang-undangan, yakni dokumentasi putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, KUHP dan KUHAP serta dalil-dalil yang terdapat dalam Alqu 'ran dan hadits, dan ketentuan-ketentuan fiqih yang mengatur permasalahan
yang ada. Sedangkan data sekunder adalah bahan hukum primer yaitu bukubuku hukum yang ada korelasinya dengan materi yang menjadi pokok masalah
yang akan dibahas dalam skripsi ini.Sedangkan sumber data yang bersifat
tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan sekunder.
Adapun cara menganalisis datanya adalah deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang mengambarkan secennat mungkin tentang ha! yang diteliti

8

dengan jalan mengumpulkan data-data atau informasi yang terkaitan dengan
yang diteliti dengan cara menganalisis putusan menurut hukum islam dan
hukum positif.
Tekhnik penulisan ini menggunakan"pedoman penulisan skripsi fakultas
Syari'ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005". Dengan beberapa
pengecualian yaitu ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist ditulis tanpa memandang
sedikit atau banyaknya baris. Penulisan ayat-ayat Al-Qur'an tidak dicantumkan
catatan kaki karena langsung ditulis dari ayatnya pada akhor ayat tersebut

E.

Sistematika Penulisan
Penulisan penehtian ini terdiri dari lima bab, yang perinciannya sebagai
berikut:
Bab pertama, yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, yaitu tindak pidana menurut hukum pidana Islam dan hukum
positif meliputi tentang hukum pidana, tujuan hukum pidana, pengertian tindak
pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis tindak pidana dan sistim pemidanaan.
Bab ketiga, yaitu tindak pidan penganiayaan menurut hukum pidana
Islam dan hukum positif yang meliputi tentang pengertian penganiayaan, sanksi
hukuman bagi pelaku tindak pidana penganiayaan dan, serta analisis persaman
dan perbedaan.

9

Bab keempat, yaitu tentang putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan yang meliputi: perkara penganiayaan di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, putusan hakim Pengadilan Negeri Jakm1a Selatan terhadap tindak
pidana penganiayaan dan analisis hukum Islam dan hukum positif terhadap
putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Bab kelima, yaim berisi kesimpulan dan saran-saran

BAB II
TINDAK PIDANA MENURUT HlJKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF

A.

Pengertian Pidana Dan Tujuan Hukum Pidana
Dalam The Penguin Conside Columbia Ensyclopedia sebagaimana
dikutip oleh Topo Santoso disebutkan bahwa hukum (Law) adalah aturan-aturan
dari tingkah laku masyarakat yang terorganisir, ditegakkan dengan ancaman
hukuman.
kriminal

2

1

Sedang kata "pidana" menurut bahasa berarti kejahatan atau
sedangkan menurut Wiljono hukum pidana adalah peraturan-

peraturan mengenai pidana. 3 Prof. Moeljatno mendefinisikan hokum pidana
adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang
mengadakan dasar - dasar dan aturan-aturan untuk4

:

1. Menentukan perbuatan- perbuatan mana yang yang tidak boleh dilakukan,
yang dilarang, yang disertai ancaman atau sanksi pidana tertentu bagi siapa
yang melanggarnya.
i ; .. ,

1

Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, (Bandung,: Asy-Syamil, 200 I), cet ke-1, h

21.
2

W.J.S. Poerwadanninta, Kan1us u1t1u111 bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 1976), h

750.
3

4

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, (Bandung, Eresco, 1986), h. l
Suharto RM, Hukum Pidana Materiil, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002), cet ke- 2, h 4.

11

2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melakukan
Jarangan -Jarangan itu dapat dikenai atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana dapat dilaLsanakan
apabila orang yang diduga telah melanggar ketentuan tersebut.
Kalau diperhatikan secara umum dari pandangan para ahli hukum, maka
hukum pidana itu mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap
kepentingan umum. Dimana perbuatan itu adalah melanggar hukum dan
merugikan tata aturan masyarakat serta meresahkan kehidupan anggota
masyarakat, karenanya perlu diterapkan sanksi yang dapat menjerakan pelaku
kejahatan dan memenuhi rasa keadilan.
Hukum Islam menentukan hukuman yang tegas dan berat serta
memenuhi rasa keadilan terhadap pelaku kejahatan yang melanggar hak-hak
masyarakat. Hukuman yang diterapkan bersifat meajerakan pelaku kejahatan
untuk mengurangi perbuatan haramnya, dan juga bersifat pendidikan pada
masyarakat Juas untuk tidak meniru perbuatan jahat.
Demikian pula yang dituju oleh hukum Indonesia yang secara umum
adalah untuk memberi rasa keadilan warga serta untuk memperbaiki kepuasan
masyarakat akibat terjadinya kejahatan dan untuk mencegah kejahatan dengan
memberikan ancaman hukuman serta pelaksanaan terhadap penjahat, memberi

12

pendidikan pada masyarakat dan melenyapkan pelaku kejahatan dari pergaulan
masyarakat. 5
Dengan demikian untuk menentukan suatu perbuatan masuk dalam
kejahatan yang harus dihukum bagi orang yang melanggarnya harus ada
ketentuan yang menetapkan bahwa perbuatan itu memang dilarang atau
diwajibkan dan terhadap pelanggarnya diancam dengan suatu hukuman yang
telah ditentukan, ini berarti dalam melaksanakan aturan hukum pidana harus
jelas dasar hukumnya, dan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur.

B.

Pcngertian Tindak Pidana
I. Menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam pengertian tindak pidana dikenal dengan istilah

''.jarimah", pengertian jarimah tersebut oleh Abdul Qadir Audah diterangkan
sebagai berikut:

6

Artinya: "Jarimah menurut Syari 'at Islam yaitu larangan-larangan syara'
yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta 'zir. "

5

6

Satochid Kertanegara, Hukum Pidana, (Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa ), vol I, h 60.
Abdul Qadir Audah, Tasyri al-jinai-al islami, Beirut Dar-al kutub al-arabi, vol.2 h.67

13

Larangan-larangan

tersebut

adakalanya

berupa

mengerjakan

perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan.
Kata-kata "syara" pada pengertian di atas, yang dimaksud adalah suatu
perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syara', juga berbuat
atau tidak berbuat dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancamkan
hukuman terhadapnya.
Ada istilah lain yang dipakai dalam oleh ulama fiqih yang harnpir
sama dengan istilah "jarimah" yaitu "jinayat"yang merupakan bentuk
masdar dari kata 4,iU;.. セ@

- c.;4 yang mengandung arti berbuat dosa atau

berbuat jahat. Kata jinayah dapat pula diartikan dengan memetik, memotong,
mengambil, memungut. 7
Menurut istilah syara' jinayah adalah perbuatan yang dilarang oleh
syara' baik perbuatan itu merugikan jiwa atau harta benda ataupun yang
lainnya. 8 Adapun kebanyakan fuqaha menggunakan kata-katajinayah hanya
untuk perbuatan yang mengenai jiwa atau anggota badan, seperti membunuh,
melukai, memukul, menggugurkan kandungan, dan sebagainya. Dan juga
diartikan pelanggaran yang dibuat manusia selaku memperkosa hak Allah
SWT, hak manusia, dan hak lainnya, yang berkehendak kepada perrbalasan,
atau hukuman yang setimpal di dunia dan di akhirat mendapat hukuman dari
Allah SWT yang amat berat.
7

Sayid Sabiq, Fiqih sunnah, ( Beirut : Daar Al- Fikr, 1983 ), j ilid 2, h 426.

8

Ahmad Hanafi, Op cit, h 27.

14

Kemudian Sayid Sabiq dalam bukunya Fiqih sunah memberikan
9

suatu batasan tentang jinayah :

セQ@

jl セZuQ@

セ@

セQS@

;'> セ@ セ@ w_ セ@ セI@

エMOセQ@

/0

[セ@

,,

0

セ@
,,

0

,..

.JUI JI ,_;.:,JI JI J.AJI jl
,,

,,

,,

/

,,

,..

,,.

Artinya: "Yang dimaksud dengan jinayat menurut istilah syara adalah
setiap perbuatan yang diharamkan, dan perbuatavt yang
diharamkan itu adalah setiap perbuatan yang diancam dan
dicegah o/eh syara ', karena perbuatan tersebut dapat
mendatangkan kemudharatan atau kerusakan pada agama, jiwa,
aka!, kehormatan, dan harta. "
2. Menurut Hukum Positif
Dalam hukum Pidana Positif tindak pidana biasanya dikenal dengan
kata" Het strafbaarfeil" yang berasal dari bahasa Belanda dan mempunyai
arti tindakan yang dapat dihukum, peristiwa pidana atau tindak pidana itu
sendiri. Dan kata "het strafbaar feit" juga mempunyai beberapa arti lain
yaitu perbuatan pidana, peristiwa pidana, perbuatan yang dapat atau boleh
dilakukan, dan delik. Hal ini menunjukkan bahwa tindak pidana merupakan
perbuatan yang pelakunya dikenakan lmkuman pidana. Arti kata ini merujuk

'Opcit h.427 .

15

kepada istilah pemidanaan yang bera1ii penghukuman yang kemudian
melahirkan istilah pidana. 10
Sementara

R.

Tresna

mengemukakan

bahwa

tidak

mudah

memberikan definisi yang tepat tentang istilah "het strafbaar feit" tersebut,
ia memilih peristiwa pidana yang mempunyai arti suatu perbuatan atau
rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang
atau peraturan lainnya terhadap perbuatan yang diadakan tindakan
penghukuman.

11

Sedangkan

Moeljatno

merumuskan

istilah

tersebut

sebagai

perbuatan yang clilarang dan cliancam dengan pidana apabila melanggar
suatu larangan, dan perbuatan tersebut hams benar-benar dirasakan
masyarakat. Sebagai perbuatan yang ticlak boleh atau menghambat alcan
tercapainya tata pergaulan masyarakat yang clicita-citakan oleh masyarakat
itu.
Dari uraian tentang pengertian tindak pidana clari para ahli hukum
bahwa tindak piclana adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan
unclang-undang dimana pelakunya dapat clipertanggungjawabkan atas
perbuatannya. Maka untuk menentukan apakah perbuatan seseorang
termasuk tindak piclana atau ticlak, ha! ini untuk rnengetahui rumusnya.

10

Djoko Prakoso dan Nurwadina, Pidana A!fati di Indonesia De1vasa ini, ( Jakarta : Graha

Indonesia, 1985), cet ke 2, h I 3.
11

R. Tresna, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta : PT Tiara Lirniten, 1959 ), h 27.

16

Untuk tiap-tiap unclang-undang merumuskan bahwa tiap tindakan terdapat
unsur-unsurnya yaitu unsur obyektif dan unsur subyektif:
a. Unsur-unsur obyektif adalah unsur-unsur yang terdapat di luar dari
manusia, yaitu berupa :
I) Suatu tindak-tanduk,jadi suatu tindakan
2) Suatu akibat tertentu
3) Keadaan
Yang kesemuanya ini dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang.:
a) Suatu tindak-tanduk atau tindakan yang dilarang dan diancam dengan
hukmnan oleh undang-undang, seperti sumpah palsu dalam pasal 242.
Dalam perbuatan ini yang merupakan unsur obyektif dan yang dilarang
dan diancam dengan hukuman adalah memberikan keterangan palsu
dalam sumpah, memalsnkan surat pasal 263 (unsur obyektif pemalsuan)
pasal 362 unsur obyektif, mengambil (wegnemen).
b) Suatu akibat tertentu yang dilarang dan diancam dengan hukmnan oleh
undang-undang seperti diantaranya : pembunuhan pasal 338, didalam
perbuatan ini yang merupakan unsur obyektif adalah akibat (gevolg)
perbuatan seseorang yaitu matinya orang lain. Dan penganiayaan pasal
351 yang dimaksud dengan perbuatan ini adalah yang mengakibatkan

17

sakit pada badan atau cidera pada orang lain, unsur obyektifnya
mengakibatkan sakit dan cidera pacla orang lain.
c) Hal-ha! khusus yang clilarang dan diancam dengan hukuman dan
undang-undang, misalnya menghasut pasal 160, unsur obyektifnya
adalah dilakukannya perbuatan itu di depan orang banyak (umum).
Melanggar kesusilaan umum pasal 281, unsur obyektifnya clalam pasal
ini adalal1 apabila perbuatan ini dilakukan didepan unmm.
d) Unsur- unsur subyektif yakni berupa diantaranya :
1) Dapat dipertanggungjawabkan

2) Kesalahan

12

Dari penjelasan diatas dapat diambil secara ringkas tentang unsurunsur tindak pidana, yaitu :
a) Subyek
b) Kesalahan
c) Besifat melawan hukum
d) Suatu tindakan aktif atau pasif yang dilarang atau diharuskan oleh
undang-undang dan terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana
e) Waktu, tempat, dan keadaan

12

Satochid Kertanegara, Op cit, h 73-75.

18

C.

Unsur - Unsur Tindak Pidana

I. Menurut Hukum Islam
Menurut Ahmad Hanafi bahwa unsur-unsur tindak pidana (,'arimah)
adalah bahwa tiap-tiap jarimah harus mempunyai unsur-unsur umum yang
I11,. yaitu
· 13 :
.
lrnrus d1penu

a. Nash

yang

melarang

perbuatan

dan

mengancamkan

hukuman

terhadapnya, dan unsur ini disebut unsur "formil" (rukun syar 'i).
b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah baik berupa perbuatanperbuatan ataupun sikap tidak berbuat, unsur ini disebut dengan unsur
"materiil" ( rukun maddi).
c. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggung

jawaban

terhadap

jarimah

(tindak

pidana)

yang

diperbuatnya, dan unsur ini disebut dengan unsur "moril"( rukun adabi).
Ketiga unsur tersebut merupakan

bukti

seseorang dianggap

melakukan dan dikenai hukuman. Dan apabila tidal< memenuhi unsur-unsur
umum diatas, maka orang yang melakukan tindak pidana itu tidak dapat
diadili dan dihukum.
2. Menurut Hukum Positif
Sebagaimana penulis jelaskan diatas tentang tindak pidana (delict),
bahwa suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana

13

Ahmad Hanafi, Op cit, h 6.

19

kalau sudah memenuhi unsur- unsur pidananya. Dan unsur-unsur itu tediri
dari:
a. Obyektif, yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan
hukum dan mengabaikan akibat yang oleh hukum dilarang dengan
ancaman hukum,
b. Subyektif, yaitu suatu perbuatan seseorang yang berakibat tidak
dikehendaki oleh undang-undang.
Kemudian yang dijadikan sebagai titik utama dari unsure obyektif
adalah tindakannya. Sedangkan unsure subyektif adalah adanya pelaku baik
seseorang ataupun beberapa orang. Dari kedua unsur tersebut dapat
diketahui apabila seseorang telah memenuhi syarat melakukan tindak pidana
atau belum. Dan adapun syarat-syarat tindak pidana adalah:
a. Harus ada perbuatan
b. Perbuatan tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam ketentuan
urnum
c. Adanya bukti tentang kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan
d. Melanggar hukum, kecuali bila ada pembenaran
e. Harus tersedianya ancaman hukuman.
Sedangkan unsur- unsur kumulatif tindak pidana menurut Simons
adalah:
a) Perbuatannya adalah perbuatan manusia, baik perbuatan itu aktif
(sengaja) maupun pasif (kelalaian)

20

b) Perbuatan tersebut diancam dengan hukuman yang dimuat oleh undangundang.
c) Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat mempe1ianggung
jawabkannya.

D.

Pembagian Tindak Pidana
I. Menurut Hukurn Pidana Islam
Kalau dilihal dari segi hukuman yang diancamkan dalam hukum
Pidana Islam terdapat beberapa jenis tindak pidana atau jarimah. Dirnana
jarimah tersebut diancarnankan kepada pelakunya berdasarkan berat
ringannya hukuman. Jenis- jenis tersebut sebagai berikut:
a. Jarimah Hudud
Jarimah hudud, yaitu jarimah yang diancamkan hukuman had
yaitu hukuman yang telah ditentukan dan telah menjadi hak Allah. Dan
yang dirnaksud dengan hak Allah adalah hukuman tersebut tidak bias
dihapuskan oleh perorangan ataupun masyarakat yang diwakili oleh
negara. Adapun tindak pidana yang diancamkan hukuman had salah
satunya adalah perzinahan yaitu ulama Hanafiyah mendefinisikan zina
adalah

hubungan

senggama

yang

dilakukan

laki-laki

terhadap

perempuan dari depan yang bukan miliknya (haknya). St'dangkan
menurut Malikiyah yang dimaksudkan dengan zina adalah senggama
seorang laki-laki kepada fa1ji perempuan yang bukan haknya dengan

21

sengaJa. Menurut Dzahiri zma adalah hubungan senggama yang
diharamkan. Ancaman tersebut tersebut telah termaktub dalam AlQur'an.14
b. Jarimah Qishas dan Diyat
Qishas menurut bahasa adalah memotong, sedang qishas
menurut istilah adalah jarimah yang dijatuhi hukuman setimpal dengan
perbuatannya.
Diyat

adalah

hukuman

pokok

bagi

pembunuhan

dan

penganiayaan semi sengaja dan tidak sengaja. Sedang menurut Ahmad
Hanafi dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana Islam bahwa diyat itu
adalah campuran dari hukuman ganti kerugian bersama.
c. Jarimah Ta'zir
Ta'zir berasal dari "azara " yang memuut bahasa mencela.
Sedangkan menurut istilah adalah peraturan-peraturan larangan yang
perbuatan pidana dan ancaman hukumannya tidak secara tegas
disebutkan dalam al-Qur'an, tetapi diserahkan sepenuhnya kepada
kebijaksanaan hakim.

2. Menurut Hukum Pidana Positif
Kalau dilihat dari segi system Kitab Undang- Undang Hukum
Pidana berlaku di Indonesia, tindak pidana ini terdiri dari dua jenis tindak
14

Abdul qadir Audah, op cit, 349

22

pidana yaitu "kejahatan" (misdrijven) dan "pelanggaran" (oventredingen).
Pembagian dua jenis ini tidak secara jelas ditegaskan oleh KUHP melainkan
masalah kedua jenis tersebut masing-masing buku II dan buku III KUHP
yang mana tentang kejahatan disimpan dalam buku II, sedangkan
pelanggaran diatur dalam buku Ill KUHP. 15
Selain dibedakan dalam kejahatan dan pelanggaran, perbuatan
pidana biasanya dalam teori dan praktek dibedakan pula antara lain dalam :
a. Delik dolus dan delik Julpa
Bagi delik dolus diperlukan adanya kesengajaan : misalkan yang
terdapat pada pasal 338 KUHP, yang mana "sengaja merampas nyawa
orang lain". Sedangkan dalam delik culpa, orang sudah dapat dipidana
bila kesalahannya itu berbentuk kealpaan, misalnya terdapat dalam pasal
359 KUHP, yang mana "yang menyebabkan matinya orang lain karena
kealpaan.
b. Delik commisionis dan delikta ommisionnis.
Delik yang pertama adalah delik yang terdiri dari melakukan
sesuatu perbuatan yang dilarang oleh aturan-aturan pidana, misalnya
mencuri, menggelapkan dan menipu, sebagaimruia yang terdapat dalam
pasal 362, 372, dan 378. yang kedua adalah delik yang terdiri dari tidak
berbuat atau melakukan sesuatu padahal mestinya berbuat. Seperti yang

15

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Stelsel Pidana, Tindak Pidana,(Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada, 2002) ed. I h.3

23

terdapat pada pasal 164, yaitu mengetahui sesuatu pemufakatan jahat
dan tidak berbuat apa-apa.
Selain

itu,

adapula

yang

dinamakan

dengan

delikta

peromissionem commisa, yaitu delik-delik yang umumnya terdiri dari
berbuat sesuatu, tetapi dapat pula dilakukan dengan tidak berbuat,
seperti seorang ibu yang merampas nyawa anaknya dengan cara tidak
memberi makan pada anak itu.
c. Delik Biasa dan Delik yang dikualifisir (dikhususkan).
Delik yang dikualifisir adalah delik biasa ditambah dengan
unsur-unsur lain yang memberatkan ancaman pidana. Adakalanya unsurunsur lain itu mengenai cara yang khas dalam melakukan delik biasa
tadi, misalkan yang terdapat dalam pasal 362 adalah pencurian biasa,
dan pasal 363 adalah pencurian yang dikualifisir.
d. Delik seketika dan delik yang berlangsung terns menerns.
Delik seketika dinamakan juga dengan akipionde delict, dan
del;ik yang berlangsung terns menerns dinamakan juga voortadurrende
delict, dalam delik yang berlangsung terus menerus, perbuatan yang
dilarang itu menimbulkan keadan yang berlangsung terns, sepertu
contoh yang terdapat dalam pasal 333 KUHP.Dan delik seketika adalah
sebaimana yang terdapat dalam pasal 250 KUHP, yaitu barang siapa
yang membuat atau mempunyai persediaan atu benda yang diketahui

24

bahwa itu meniru, memalsu, atau mengurangkan nilai mata uang serta
untuk meniru atau memalsukan uang negara atau bank.
e. Delik formal dan delik materil.
Pada delik formal, yang clirumuskan aclalah tinclakan yang
dilarang, clan ticlak mempersoalkan akibat dari tinclakan itu, seperti yang
terdapat dalam pasal 160 penghasutan, pasal 209 penyuapan, 2·'12
sumpah palsu clan 362 pencurian.
Seclangkan pacla delik materil aclalah selain clari pacla tinclakan
yang clilarang itu clilakukan. Masih harus acla akibat karena tinclakan itu,
barn clikatakan telah te1jacli tinclakan piclana tersebut secara utuh clan
sepenuhnya.

Sebagai

contoh

pacla

pasal

187 ,338,

clan

3 78

yaitubpembakaran clan sebagainya.

f.

Gabungan Perbuatan Piclana.
Ada tiga macam gabungan tindak piclana, yaitu:
1) Eencloasche samenloop(gabungan berupa satu perbuatan).

Yaitu seseorang clengan satu perbuatan melakukan beberapa
tindak piclana dinamakan juga clengan concursus iclealis sebaimana
cliatur clalam pasal 63 ayat 1 KUHP, bahwa:"jika suatu perbuatan
masuk clalam satu aturan piclan, maka yang clikenakan hanya salah
satu cliantara aturan-aturan itu,jika berbecla-becla yang clikenakan
memuat ancaman pokok yang paling berat".

25

2) Voortgezette Handeling
Yaitu seseorang melakukan beberapa perbuatan yang
masing-masing merupakan tindak pidana, tetapi dengan adanya
hubungan dengan antara satu dengan yang lain dianggap sebagai
satu perbuatan yang dilanjutkan, sebaimana yang diatur dalmn pasal
64 ayat I KUHP, 3) Meerdadsche Sameenloop( gabungan beberapa
perbuatan).
Yaitu seseorang melakukan beberapa perbuatan yang tidak
ada hubungan satu sama lain, dan masing-masing merupakan tindak
pidana atau dinamakan juga dengan concorsus rea!is, sebaimana
diatur dalam pasal 65 dan 66 KUHP

E.

Sistem Pemidanaan.

I. Menurut Hukum pidana islam.
Menurut prof.Drs I-l.A.Dzajuli bahwa maksud dari pokok hukuman
adalah memelihara dan menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga
dari hal-hal yang mafsadah, serta memberi petunjuk dan pelajaran kepada
manusia, begitu juga menurut A, Hanafi, MA bahwa tujuan daripada
penjatuhan hukuman menurrut syariat islam adalah pencegahan dan
pengajaran serta pendidikan. 16

16

Prof. Drs. I-I.A. Dzajuli, Fiqih Jinayah upaya menanggulangi kejahatan Dalam !slam,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000 h. 25

26

Hukum pidana islam yang merupakan aturan-aturan yang bersumber
dari syariat islam yang memiliki tujuan yamg luhur dan baik untuk
kepentingan pelaku tindak pidana maupun masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu menurut keduanya bahwa hukuman dibagi menjadi
bebrapa macam sesuai dengan tindak pidananya yaitu:
a. Hukuman dari segi terdapat atau tidaknya terdapat nashnya dalam AlQur'an dan al-hadist, yaitu:
I) Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud,qishas,diyat kifarat.
Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri,perampok,pemberontak
pembunuh, dan orang yang mendzihar istrinya.
2) Hukuman yan g tidak ada nashnya, hukuman ini disebut dengan
hukuman ta'zir, seperti percobaan melakukan tinclak piclana, ticlak
melaksanakan amanah, saksi palsu, clan melanggar aturan lalu lintas.
b. Hukuman clari segi hubungan antara satu hukuman clengan hukuman lain,
yaitu:
I) Hulrnman pokok (al-uqubat al-ashliyah), yaitu hukuman yang asal
bagi satu kej ahatan, seperti hukuman mati bagi pembunuh clan
hukuman jilicl seratus kali bagi pezina ghairu muhsan.
2) Hukuman pengganti (al-uqubat al abadaliyah), yaitu hukuman yang
menempati tempat hukuman pokok apabila hukuman pokok itu ticlak
clapat clilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman
cliyat atau clencla bagi pembunuh sengaja yang climaafkan qishasnya

27

oleh kekuarga korban atanu hukuman tazir apbila suatu alasan
hukum pokok yang berupa had tidak dapat dilaksanakan.
3) Hukuman tambahan (al-uqubat at tabaiyah), yaitu hukuman yang
dijatuhkan kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok,
seperti terhalangnya seorang pembunuh.
4) Hukuman pelengkap (al-uqubat al takmiliyah), yaitu hukuman yang
dijatuhkan sebagai pelengkap trehadap hukuman yang dijatuhkan,
seperti menggalungkan tangan pencuri yang telah dipotong lehernya
(harus berdasarkan keputusan hakim tersendiri ).
c. Hukuman dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan hukuman, yaitu:
I) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim tidak
dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti hukuman had.
2) Hukuman yang memiliki dua batas, yaitu batas tertinggi dan
terendah dimana hakim dapat memilih hukuman yang paling adil
dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasus maksiat yang
diancam dengan ta'zir.
d. Hukuman dari segi sasaran hukum yaitu:
I) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan
manusia seperti hukuman jilid.
2) Hukuman yang dikenakan kepadajiwa, seperti hukuman mati.

28

3) Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, sepe1ti
hukuman penjara atau pengasingan.
4) Hukuman yang dikenakan kepada harta seperti diyat, denda, dan
perampokan.
2. Menurut Hukum Pidana Positif
Dalam titel 11 buku 1 KUHP yang be1judul"Hukuman "(sraffen)
tergambar sistem hukuman pidana yang ada dilndonesia. Sistem ini
sederrhana hanya disebutkan dalam pasal 10 empat macam lmkuman
pokok: 17
a. Hukuman Mati.
b. I-Iukuman penj ara.
c. Hukuman kurungan.
d. Denda.
Sedangkan hukuman tambahannya terdiri atas tiga macam:
a. Pencabutan hak-hak te1tentu.
b. Perampasan barang-barang tertentu.
c. Pengumuman putusan hak

17

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikiro, S.H. Asas-asas hukum pidana di Indonesia (Bandung, PT
Eresco, I 989)

29

1. Hukuman pokok

a) Hukuman mati
Hukuman mati adalah hukuman yang dilakukan dengan
mengambil jiwanya pelaku yang melanggar undang-undang pidana,
seperti kejahatan berat terhadap keamanan negara, kejahatan
pmbunuhan terhadap orang tertentu, pembunuhan berencana,
kejahatan-kejahatan terhadap harta benda yang disertai unsur yang
sangat memberatkan, seperti kejahatan pembajakan laut. 18
Hukurnan mati biasanya dugelar dilapangan yang luas dan
dapat dilihat oleh masyarakat dari berbagai tempat. Hal ini dilakukan
agar masyarakat yang melihat hukuman mati tidak melakukan
perbuatan kejam yang mengakibatkan dijatuhkannya hukuman mati.
b) Hukuman penjara dan kurungan.
Kedua hukmnan ini sama-sama menghilangkan kemerdekaan
seseorang untuk sementara waktu atau seumur hidup. Salah satu
perbedaan yang sangat jelas adalah hukuman penjara dijatuhkan
pada tindak pidana berat, sedangkan hukuman pidana kurungan
dijatuhkan pada tindak pidana ringan.

18

Drs. Adami Chazawi, S.I-1. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I Ste/sel Pidana, Teori-teori
pemidanaan dan batas berlakunya Hukum Pidana,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002)h. 25

30

c) Hukuman denda.
Hukuman

denda

m1

kebanyakan

dijatuhkan

kepada

pelanggaran, hukuman denda dijatuhkan sebagai alternatif dari
hukuman kurungan. Dan menurut pasal 30 ayat I KUHP, jumlah
denda sekurang-kurangnya dua puluh lima sen.kini tidak diadakan
maksimum umum, maka tiap-tiap pasal yang mengancam dengan
hukuman denda, tidak terbatas dalam menentukan maksimum denda
untuk tindak pidana tertentu.
Undang-undang No 20 yang termuat dalam berita republik
Indonesia mengadakan suatu hukuman pidana baru yang dinamakan
"Hukuman tutupan". Undang-undang tersebut terdiri dari dari
6(enam) pasal dan berdasarkan pasal 2 ayat I PP No.8 tahun 1948
bahwa hukuman tutupan bukan hukuman yang berdiri sendiri
melainkan sama dengan hukuman penjara juga perbedaannya
hanyalah terletak pada orang yang melakukan tindak pidana karena
maksud yang patut dihormati.
2. Hulrnman Tambahan

Pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu
dan pengumuman putusan hakim. Sifat hukuman tambahan ini hanya
sebagai penambah dari hukuman pokok kalau dalam putusan hakim
ditetapkan hukuman tambahan. Misalnya seseorang melakukan tindak
pidana tertentu oleh hakim diputuskan dengan hukuman penjara dan
dicabut hak pilih maupun memilih dalam pemilihan umum.

31

F.

Tujuan Pemidanaan

I. Menurut Hukum Pidana Islam
Hukum pidana islam, sebagai realisasi dari hukum islam itu sendiri
menerapkan hukuman dengan tujuan untuk menciptakan ketentraman
individu dan masyarakatserta mencegah perbuatan-perbuatan yang bisa
menimbulkan kerugian terhadap masyarakat, yag berkenaan dengan jiwa,
harta, maupun kehormatan.tujuan pemberian hukuman dalam islam sesuai
dengan konsep tujuan umum di syariatkannya hukum, yaitu untuk
merealisasikan kemaslahatan umat dan sekaligus menegakkan keadilan.
Hukuman yang ditegakkan dalam syariat Islam mempunyai dua aspek,
preventif (pencegahan) dan refresif (pendidikan). Dengan ditegakkan kedua
aspek tersebut akan dihasilkan satu aspek kemaslahatan, yaitu terbentuknya
moral yang baik, maka akan menjadikan masyarakat menjadi arnan tentram
damai dan penuh dengan keadilan, karena moral yang dilandasi agama akan
membawa prilaku manusia sesuai dengan tuntutan agama. 19
Menurut

Andi

hamzah

dan

Simanglipu,

merumuskan

tujuan

pemidanaan menj adi empat bagian yaitu:
a. Pembalasan(revenge), seseorang yang telah menyebabkan kerusakan
dan malapetaka pada orang lain.
b. Penghapusan dosa (eksiation)

19

Drs. Makhrus Munajat, M.Hum, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Qogjakarta, Logung
Pustaka, 2004) h.53

32

c. Menjerakan
d. Memperbaiki pelaku tindak kejahatan (rehabilition of the criminal)
pidana ini diterapkan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan prilaku
jarimah agar tidak mengulangi kejahatnnya.

20

2. Menurut Hukum Pidana Positif
Bagian penting dalam sistem pemidanaan adalah menetapkan sanksi.
Keberadaannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa
yang yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk
menegakkan berlakunya norma. Di sisi lain, pemidanaan itu sendiri
merupakan proses paling kompleks dalam sistem peradilan pidana karena
melibatkan banyak oprang dan intitusi yang berbeda.
Pemidanaan dapat diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga
tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Hal ini dapat disimaJ( dalam
pendapat Sudarto 21 yang menyatakan bahwa pemberian pidana in abstracto
adalah menetapkan stelsel sanksi hukum pidanan yang menyamgkut
pembentukan
menyangkut

undang-undang.
berbagai

badan

Sedangkan
yang

pemberian

kesemuanya

m

concreto

mendukung

dan

melaksanalrnn stelsel hukum pidana itu.

20

Andi Hamzah dan Simanglipu, Pidana Mali di Indonesia di masa /alu, masa kini dan masa
yang akan datang, cet. 2, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1985), h.15
21

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,( Alumni, Bandung, 1986), h.42

33

Di Indonesia hukum pidana positif belum pernah merumuskan tujuan
pemidanaan. Selama ini wacana tentang tujuan pemidanaan tersebut masih
dalam tataran yang bersifat teoritis, namun Rancangan KUHP Nasional
telah menetapkan tujuan pemiclanaan pacla buku kesatu ketentuan umum
clal;am Bab 111 clengan juclul: pemiclanaan, piclana, clan tinclakan.
Rancangan KUHP Nasional talmn 1968 clalam pasal 50 ayat I nya
telah ditetapkan empat tujuan pemiclanaan sebagai berikut: 22
a. Mencegah clilakukannya tinclak pidana dengan menegakkan norma
humum demi pengayoman masyarakat.
b. Memasyarakatkan terpiclana clengan mengaclakan pembinaan sehingga
menjacli orang yang baik clan berguna
c. Menyelesaikan

konflik

yang

clitimbulakan

oieh

tinclak

piclana,

memulihkan keseimbangan dan menclatangkan rasa damai dalam
masyarakat, clan
cl. Membebaskan rasa bersalah pada terpiclana
Menurut Barela Nawawi Arief yang juga sebagai salah satu anggota
Tim Penyusunan Rancangan KUHP Nasional itu bahwa perumusan tujuan
pemidanaan di dalam konsep (Rancangan KUHP Nasional, pen.) bertolak
clari pokok-pokok pemikiran antara lain:
a. Pacla hakikatnya undang-undang merupakan sistem hukum yang
bertujuan (purposive system) sehingga clirumuskannya piclana clan aturan
22

Prof. Bambang Purnomo, Asas-asas Hukum Pidana, (ghalia Indonesia) h.68

34

pemidanaan dalam undang-undang, pada hakikatnya hanya merupakan
sarana untuk mencapaii tujuan.
b. Dilihat secara fungsional, pemidanaan merupakan suatu rangakaian
proses kebijakan yang konkretisasinya sengaja direncakanakan melalui
tiga tahap. Agar ada keterjalinan dan keterpaduan antara ketia tahap itu
sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan, maka diperlukan perumusan
tujuan pemidanaan.
Perumusan

tujuan

pemidanaan

dimaksudkan

sebagai

'fungsi

pengendali/ kontrol' dan sekaligus memberikan dasar filosofis, dasar
rasionalitas dan motivasi pemidanaan yang jelas dan terarah.
Karena di Indonesia rumusan tentang tujuan pemidanaan dalam
hukum pidana positif belum pernah ada. Jadi pembahasan mengenai apa,
kenapa dan untuk apa pemidanaan itu, selama ini lebih banyajk bersifat
teoritis. Sebagai akibat dari ketiadaan rumusan tujuan pemidanaan secara
formal (terutama dalam hukum pidana induk), maka banyak sekali rumusan
jenis dan bentuk sanksi dalam perundang-undangan pidana di Indonesia
yang tidak konsisten dan tumpang tindih. Hal seperti ini merupakan indikasi
bahwa terjadi keseremawutan atau keragu-rauan dalam memilih jenis dan
bentuk sanksi sehingga ditetapkan secara begitu saja atau serta merta.

BAB IIJ
PENGANIA Y AAN SEBAGAI TINDAKAN MENURUT HUKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF

A.

Pengertian Penganiayaan
I. Menurut Hukum Pidana Islam

Berbicara mengenai penganiayaan sebagai suatu kejabatan atau tindak
pidana, secara otomatis dapat dipahami sebagai suatu kerangka persoalan
yang sangat kompleks.
Menurut Madjloes, yang dimaksud dengan penganiayaan dalam
hukum Islam adalah: dengan sengaja melakukan perbuatan sehingga
menimbulkan cidera atau cacat pada seseorang yang terkena perbuatan itu. 1•
Penganiayaan sebagai bentuk kejahatan (jarimah) oleh fuqaha di bawa
dalam satu bab (kitab) khusus yang dimasukan dalan1 kitab jinayat,
termasuk dalam pembahasan mengenai masalah pembunuhan, pencurian,
prostitusi, penganiayaan, perampokan dan bentuk !criminal lainnya.
Penganiayaan diindetikan dengan melukai, yang dalam bahasa arab
disebut dengan istilah jirahah yang artinya pelukaan Istilah jirab ini
dipergunakan dalam lapangan ilmu fiqih pada perbuatan yang melukai
badan, menghilangkan nyawa, baik disertai dengan Iuka atau tidak, seperti

1

Madjloes, Pengantar Hukum Pidana !slam,(Jakarta, CV.Amelia, 1980) h.35

36

membunuh dengan racun, serta tindakan-tindakan lain yang menghilangkan
manfaat alat tubuh manusia, seperti menjadi buta, tuli dan laim1ya.
Kejahatan atas fisik tetapi tidak dimenimbulkan kematian, dalam
litertur fiqih jinayah disebut dengan ...,...ill\ uJJI.. セ@

[|Lセi@

baik dilakukan

secara sengaja atau tidak sengaja. 2
Ada dua klasifikasi dalam menentukan pembagian tindak pidana
penganiayaan, yaitu:

!. Ditinjau dari segi niatnya
Ditinjau dari segi niat pelaku, tindak pidana

Penganiayaan

dibagi kepada dua bagian:
a. Penganiayaan sengaja
Perbuatan sengaja adalah setiap perbuatan dimana pelaku
sengaja melakukan perbuatan dengan maksud melawan hukum.
Dari definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa tindak
pidanapenganiayaan dengan sengaja, pelaku sengaja melakukan
perbuatan yang dilarang dengan maksud supaya perbuatannya itu
mengenai dan menyakiti orang lain
b. Penga11iayam1 tidak sengaja
Penganiayaan sengaja dan tidak sengaja dalam tindak pidana
penganiayaan, masih diperselisihkan oleh para fuqaha. Sepe1ii
halnya
2

dalam

tindak

pidana

ini,

syafi 'iyah

dan

Hanabilah

Prof. Dr. Amir Syarifuddin,Garis-garis besar fiqih, (Bogor, Kencana 2003), h. 269

37

berpendapat bahwa tindak pidana penganiayaan

1111

juga ada

pembagian yang ketiga, yaitu syibhul amd atau menyerupai sengaja.
2. Ditinjau dari segi objek (sasarannya)
Ditinjau dari segi objek atau sasarannya, tindak pidana
penganiayaan, baik sengaja maupun tidak sengaja dapat dibagi kepada
li