LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyaknya sarana hiburan di daerah Surakarta sekarang ini mendorong orang untuk berinovasi menyajikan sesuatu yang baru dalam penyajian dan bentuk sarana hiburan. Begitu pula dengan bioskop, begitu banyak kebutuhan sarana yang belum terpenuhi dalam bioskop ini, dan tidak sedikit pula masalah yang timbul karenanya. Ini senada apa yang dikatakan oleh Sulivan “Seni adalah bentuk organisme atau sesuatu yang hidup, hendaknya dilihat pertumbuhannya. Sebagai kehidupan manusia, ini digunakan untuk menjaga dan memelihara kehidupan masa yang akan datang “.Sulivan : 1881 Penyajian interior dalam bioskop di kota Surakarta ini seringkali menarik minat para penikmat bioskop dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburannya. Tapi seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan fasilitas khusus bagi mereka yang memerlukannya, maka kini bioskop juga perlu adanya fasilitas yang lebih “privat”, yaitu bioskop yang penyajiannya seperti halnya “Drama Theater”. Maka desainer ingin menyajikan hal tersebut dalam “Cinerama”, yaitu pembuatan bioskop dengan konsep teater drama. Selain hal diatas di bioskop-bioskop yang sudah ada di kota Surakarta ini juga perlu adanya pembenahan pada fasilitas-fasilitas didalamnya. 1 commit to user 2 Desainer memandang perlu adanya pembenahan dalam kebutuhan akan sirkulasi manusia yang ada di dalam cinerama ini. Mereka mengacuhkan atau bahkan tidak peduli tentang kebutuhan yang seharusnya mereka dapat pada saat datang ke bioskop yaitu sering kali di bioskop ini sirkulasi pengunjung sangat penuh sesak, jadi aspek kenyamanan mereka tidak terpenuhi, mereka cenderung lebih melihat ke aspek film yang akan diputar. Apabila dicermati lebih mendalam perancangan interior yang bagus juga akan memberi kesan yang baik bagi para konsumen bioskop. Mereka cenderung lebih bisa merasakan dan menikmati bioskop. Dalam acuan cinerama dibuat supaya dapat mengakomodasi segala kegiatan yang memungkinkan dilakukan di area cinerama ini sendiri. Maka perlu adanya perancangan yang baik dan pemikiran yang mendalam oleh desainer dalam mencari bentuk. Ini adalah proses realisasi suatu permintaan untuk menciptakan murni dari semangat jiwanya. Melalui bentuk dan rupa arsitek mempengaruhi rasa kita, sehingga menimbulkan emosi seni bentuk, oleh adanya hubungan dengan apa yang arsitek ciptakan membangkitkan gema yang ada dalam diri kita. Le Corbusier: 1923 Dengan pertimbangan di atas, cinerama akan dirancang dalam bentuk theater drama, ini dibuat untuk memenuhi tuntutan golongan tertentu yang lebih mementingkan privasi. Penonton di daerah kota Surakarta ini dapat menyewa satu teater yang tersedia enam tempat duduk saja, yang memungkinkan penikmat film dapat menikmati film tanpa mengurangi 2 commit to user privasinya, tapi tanpa mengurangi kesan bioskop. Penonton juga dapat mengajak kawan sejawat atau keluarga mereka dalam menikmati hiburan di cinerama ini. Disamping hal tersebut di atas, desainer ingin lebih menunjang aspek kenyamanan. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan akan sirkulasi yang ada didalam cinerama ini. Ketidaknyamanan saat menonton bioskop yang ada di kota Surakarta mendorong desainer untuk membuat bioskop yang memberikan sirkulasi aktivitas yang lebih nyaman, ditunjang dengan konsep awal dari bioskop itu sendiri yaitu “in space”. Konsep ini dipakai karena esensi dari “in space” sendiri yang identik dengan udara. Udara itu merupakan zat yang partikelnya bebas. Jadi desainer ingin menyajikan suatu rancangan yang memiliki sirkulasi yang nyaman seperti konsep udara tersebut, yaitu bebas bergerak, dalam hal ini bebas dalam beraktivitas dalam menonton film yang diinginkan serta dapat memilih dan menggunakan fasilitas-fasilitas apa aja yang ada di dalam Cinerama tersebut.

B. BATASAN MASALAH ATAU PROYEK