PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR CINERAMA DI SURAKARTA

(1)

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

CINERAMA DI SURAKARTA

Disusun untuk melengkapi persyaratan tugas mata kuliah Kolokium

Jurusan Desain Interior

Disusun Oleh :

INSYAH KUSNANTO

C0803018

JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN

Nama : Insyah Kusnanto

NIM : C. 0803018

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya Saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini di beri tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta,

Yang membuat pernyataan


(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada : 1. ALLAH SWT. Yang telah memberikan

jalan, Rahmat, Nikmat dan KaruniaNya kepada kita semua.

2. Ibu Dan Bapak, yang telah membesarkan aku dan membimbingku dalam

perjalananku sampai saat ini.

3. Retno Supriyanti yang telah berjuang sekuat jiwa raga membantuku, adik-adikku yang kucintai.

4. Temen-temen seperjuangan dan senasib Interior 2003 Anom, Doni, Maulana, Ashadi (homeland), Zulvan, Edi, Yulius, Rosa (2007) dan semuanya, terimakasih. 5. Civitas Akademika Jurusan Desain

Interior, Bapak Ibu Dosen Dan Staf Tata Usaha.

6. Dan semua yang telah berjasa dalam rangka pembuatan karya penulis ini.


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur taerhadap Tuhan Yang Maha Esa, Akhirnya penulis dapat mampu menyelesaikan penyusunan konsep Perencanaan dan Peranangan Cinerama di Surakarta ini dengan baik,sebagai salah satu syarat kelenkapan mata kuliah kolokium dan sebagai syarat untuk menempuh mata kuliah tugas kolokium akhir .

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan dan dukungan baik secara moril dan materiil dalam menyelesaikan mata kuliah tugas akhir ini, dan rasa terima kasih ini penulis persembahkan kepada :

1. Orang tuaku dan adik-adiku yang telah mendorong dan memberi bantuaan baik berupa semanagat dan dukungan lain sehingga penulis dapat menyelesaikan konsep ini.

2. Bapak Drs. Rahmanu Widayat, MSn. Selaku Ketua Jurusan Desain Interior. 3. Ibu IIk Endang S. SSn, MT selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ibu Lulu

Purwaningrum, SSn, MT. selaku Koordinator Kolokium.

4. Bapak Drs. Soepriyatmono, Msn dan Ibu Lulu Purwaningrum, SSn, MT. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan Kolokium dan Tugas Akhir.

5. Rekan-rekan di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, khususnya jurusan Desain Interior yang telah membantu dalam penyelesain laporan ini.

6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam memberikan semangat, dan perhatianya terhadap penulis.

Dan harapan penulis supaya kebaikan dan bantuan dari pihak-pihak yang disebut diatas mendapat balasan dari ALLAH SWT. Dan dalam penulisan dan penyusunan Kolokium ini, masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan kolokium ini, seperti yang penulis harapkan.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah atau Proyek ... 3

C. Rumusan Masalah atau Proyek... 4

D. Tujuan Proyek... 5

E. Sasaran ... 5

F. Manfaat Proyek... 6

G. Metode Pembahasan Desain ... 6

H. Sistematika Pembahasan... 8


(8)

BAB II LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM FILM ... 11

1. Film Sebagai Sarana Rekreasi Keluarga... 11

2. Pengertian Film ... 11

3. Sejarah Perfileman Indonesia ... 13

4. Festival Film di Indonesia... 15

5. Lembaga Perfileman Indonesia... 16

6. Jenis Film ... 19

B. STANDARISASI INTERIOR ... 23

1. Unsur Ruang : Lantai ... 23

2. Unsur Ruang : Dinding ... 26

3. Unsur Ruang : Langit-langit ... 29

C. SISTEM INTERIOR ... 34

1. Pencahayaan... 34

2. Penghawaan ... 46

3. Akustik... 48

D. SISTEM KEAMANAN ... 88

BAB III KAJIAN LAPANGAN A. Bioskop 21 ... 93

B. Studio 21 Singosaren Solo ... 94

C. Grand 21 Solo Grand Mall... 96

D. Cinema XXI ... 98


(9)

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

A. Analisa Judul... 107

B. Pola Pikir Perancangan ... 110

C. Lokasi Perancangan ... 111

D. Struktur Organisasi ... 114

E. Perancangan Sistem Interior Cinerama... 115

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 155

B. Saran ... 157 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Lantai beralaskan karpet ... 26

Gambar 2 Salah satu fungsi dinding penyekat ruang ... 28

Gambar 3 Ceiling bentuk cembung ... 33

Gambar 4 Pencahayaan buatan pada gedung bioskop ... 44

Gambar 5 Cahaya membentuk suasana ruang ... 46

Gambar 6 Furniture home theatre ... 74

Gambar 7 Meja Display... 75

Gambar 8 Ornamen Display ... 76

Gambar 9 Penataan kursi ... 79

Gambar 10 Susunan tempat duduk ... 80

Gambar 11 Pintu Darurat ... 89

Gambar 12 Studio 21 ... 94

Gambar 13 Lobby studio 21 ... 95

Gambar 14 Cinema XXI ... 99

Gambar 15 Cinema XXI ... 100


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pola Aktivitas Pemakai Cineplek Surabaya 21... 105

Tabel 2 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang : Area Lobby... 118

Tabel 3 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Area Bioskop ... 119

Tabel 4 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Area Theatre ... 119

Tabel 5 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Outlet Merchandise Shop ... 120

Tabel 6 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: AHU ... 121

Tabel 7 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Caffe ... 121

Tabel 8 Kelompok Aktivitas, kebutuhan ruang: Office ... 122

Tabel 9 Analisa Besaran Ruang : Office... 123

Tabel 10 Analisa Besaran Ruang: Souvenir Shop ... 123

Tabel 11 Analisa Besaran Ruang: Caffe ... 124

Tabel 12 Analisa Besaran Ruang Kegiatan Penerimaan... 124

Tabel 13 Analisa Besaran Ruang Service & Pelengkap ... 125

Tabel 14 Perencanaan dan Perancangan ... 127

Tabel 15 Analisa Penggunaan Bahan Lantai ... 129

Tabel 16 Analisa Penggunaan Bahan Dinding ... 131

Tabel 17 Analisa Penggunaan Bahan Ceiling... 133

Tabel 18 Analisa Pencahayaan Ruang ... 135

Tabel 19 Analisa Penghawaan Ruang... 138

Tabel 20 Analisa Akustik Ruang ... 140


(12)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 Skema Pola Pikir... 10

Bagan 2 Struktur Organisasi Cineplek Surabaya 21 ... 103

Bagan 3 Pola Pikir Perancangan ... 110

Bagan 4 Struktur Organisasi Cinerama ... 114

Bagan 5 Alur Sirkulasi Aktivitas Pengunjung Cinerama... 115

Bagan 6 Alur Sirkulasi Aktivitas Pengunjung Home Theatre ... 115

Bagan 7 Alur Sirkulasi Aktivitas Kasir Cinerama ... 116


(13)

ABSTRAKSI

Insyah Kusnanto. C 0803018. 2010. Judul Tugas Akhir : Perencanaan dan Perancangan Cinerama di Surakarta.

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perencanaan dan Perancangan Cinerama di Surakarta ini memfokuskan pada rumusan masalah : (1) Bagaimanakah memenuhi aspek kenyamanan yang kurang diperhatikan di dalam sirkulasi di bioskop di daerah Surakarta? (2) Bagaimanakah menyajikan bioskop yang menyajikan fasilitas yang memenuhi kebutuhan akan privasi yang tidak disajikan di bioskop-bioskop yang ada di kota Surakarta? (3) Bagaimanakah dapat memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat akan desain interior yang berkembang saat ini yaitu tentang proyek yang akan dikerjakan yaitu Cinerama Studio?

Perencanaan dan Perancangan Cinerama di Surakarta ini bertujuan : (1) Merencanakan bioskop yang baik dalam bidang interior system, yaitu pencahayaan, penghawaan, keamanan, dan aspek-aspek lain yang mendukung desain bioskop ini. Dan yang paling penting masalah akustik haruslah dicermati dengan baik. (2) Merancang dan merencanakan penyajian bioskop di kota Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang dilengkapi dengan home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan kalangan tertentu untuk mendapatkan kebutuhanya akan privasi. (3) Untuk menjadikan desainer yang tanggap akan kebutuhan akan desain interior


(14)

yang mereka inginkan dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan Cinerama Studio ini.

Penyajian interior dalam bioskop di kota Surakarta ini seringkali menarik minat para penikmat bioskop dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburannya. Tapi seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan fasilitas khusus bagi mereka yang

memerlukannya, maka kini bioskop juga perlu adanya fasilitas yang lebih “privat”, yaitu

bioskop yang penyajiannya seperti halnya “Drama Theater”. Maka desainer ingin menyajikan hal tersebut dalam “Cinerama”


(15)

DESAIN INTERIOR CINERAMA DI SURAKARTA

Insyah Kusnanto.1 Lulu Purwaningrum, SSn, MT2

Drs. Soepriyatmono, MSn3 ABSTRAKSI

2011 Desain Interior Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta

merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu cara dalam merencanakan sebuah tempat yang berkualitas yang mempunyai konsep rekreatif, edukatif dan sebagai sumber informasi. Lokasi perencanaan ini berada di kota Surakarta.

Perencanaan dan perancangan interior dibatasi pada elemen interior untuk lobby dan ruang pamer terutama pada segi penataan ruang dan memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan “Moderen Minimalis” dan sesuai dengan tema

Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana menyelesaikan perencanaan kegiatan, fasilitas, dan pola tata ruang yang baik, penataan ruang yang sesuai tema dengan menghadirkan suasana dan penataan interior yang representative dalam menghadirkan sajian hiburan akan tontonan film dengan mengedepankan pada kenyamanan pengunjung dan diterapannya pada berbagai elemen-elemen interior yang ada

Tujuan dari karya ini adalah mewujudkan perancangan interior museum yang tetap mengedepankan kaidahnya sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan sumber informasi. Mewujudkan perancangan interior Cinerama ini dapat menjadikan sarana hiburan yang baik bagi 1 Mahasiswa Desain Interior, Dengan NIM C.0803018

2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II

masyarakat Kota Surakarta. Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta sebagai dasar untuk menciptakan kenyamanan baik dari segi pencahayaan, penghawaan dan sistem interior lain yang dapat mendukung dan menunjang usaha tersebut. Mewujudkan perencanaan sistem display dan memecahkan sistem sirkulasi yang terarah pada interior cinerama yang membutuhkan efisiensi, efektifitas, komunikatif dan kenyamanan sebagai aspek visual sehingga tujuan cinerama sebagai sarana rekreasi dan sumber hiburan dapat tercapai. Mewujudkan penataan interior cinerama dengan pemakaian warna yang tidak mengganggu visual materi pamer di dalamnya, dengan desain dan tema yang memanfaatkan teknologi sebagai konsep perancangan interior pada penerapan sistem display dan unsur interior yang dapat memberikan daya tarik kepada pengunjung.

Sasaran Desain yang ingin dicapai secara keseluruhan membuat bagian-bagian unsur perancangan interior ke dalam perencanaan desain interior museum dengan memperhatikan faktor - faktor kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya dengan berpijak pada norma dan ketentuan desain yang ada.

Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta ini adalah tersedianya wadah bagi hiburan bagi seluruh warga Kota Surakarta tentang perfilman serta tersedianya tempat bagi pengunjung (masyarakat) di Surakarta khususnya, dalam mencari informasi yang lengkap ataupun bagi pengunjung yang ingin melakukan penelitian juga bagi pengunjung yang ingin berekreasi tentang hal yang berkaitan dengan Film disini.


(16)

Interior design of

Surakarta cinerama in surakarta

Insyah Kusnanto1

Lulu Purwaningrum, SSn, MT2 Drs. Soepriyatmono, MSn3

ABSTRACT

2011 Interior Design Interior Planning and Design cinerama in Surakarta. Introduction Final: Interior Design Department, Faculty of Literature and Fine Arts University of Surakarta ElevenMarch.

Planning and Interior Design cinerama in Surakarta is the title of this interior design project. A way to plan a place that has a concept of quality recreational, educational and as a source of information. The location of this planning is the city of Surakarta.

Planning and interior design is limited to the interior elements for the lobby and showroom, especially in terms of spatial planning and planning and design focus on the placement layout, furniture and color selection to consider related to "Modern Minimalist" and in accordance with the theme The formulation of the problem presented is how to solve the planning of activities, facilities, and good spatial pattern, the appropriate spatial theme by presenting the atmosphere and interior are representative in presenting entertainment programs will show the film to promote the convenience of visitors and diterapannya on various elements existing interior elements The aim of this work is to realize a permanent museum interior design put forward the rule as a means of education, recreation, and information sources. Realising this cinerama interior design

1

Student of Interior Design Department, with NIM C0803018

2

First Consultant

can make a good entertainment for people of Surakarta. Planning and Interior Design cinerama at Surakarta as the basis for creating comfort in terms of lighting, penghawaan and other interior systems that can support and sustain the business. Brought display system planning and solving the circulatory system that focused on the interior of the museum that requires efficiency, effectiveness, communicative and comfort as the visual aspect so that the museum's purpose as a means of recreation and information sources can be achieved. Realizing the museum interior with colors that do not interfere with the use of visual material to show off in it, with designs and themes that utilize technology as an interior design concept in the application of display systems and interior elements that can

provide attraction to visitors.

Design Goals to be achieved as a whole makes the parts of interior design elements into the planning of the museum's interior design by taking into account factors - factors of comfort and security for users with norms and regulations based

on existing designs.

Planning and Interior Design cinerama in Surakarta is the availability of a place for entertainment for all people in Surakarta on the film industry and the availability of places for visitors (community) in Surakarta in particular, in the search for complete information or for visitors who want to do research as well as for visitors who want recreation about matters relating to filmhere.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyaknya sarana hiburan di daerah Surakarta sekarang ini mendorong orang untuk berinovasi menyajikan sesuatu yang baru dalam penyajian dan bentuk sarana hiburan. Begitu pula dengan bioskop, begitu banyak kebutuhan sarana yang belum terpenuhi dalam bioskop ini, dan tidak sedikit pula masalah yang timbul karenanya. Ini senada apa yang dikatakan oleh Sulivan “Seni adalah bentuk organisme atau sesuatu yang hidup, hendaknya dilihat pertumbuhannya. Sebagai kehidupan manusia, ini digunakan untuk menjaga dan memelihara kehidupan masa yang akan datang “.(Sulivan : 1881)

Penyajian interior dalam bioskop di kota Surakarta ini seringkali menarik minat para penikmat bioskop dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburannya. Tapi seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan fasilitas khusus bagi mereka yang memerlukannya, maka kini bioskop juga perlu adanya fasilitas yang lebih “privat”, yaitu bioskop yang penyajiannya seperti halnya “Drama Theater”. Maka desainer ingin menyajikan hal tersebut dalam “Cinerama”, yaitu pembuatan bioskop dengan konsep teater drama.

Selain hal diatas di bioskop-bioskop yang sudah ada di kota Surakarta ini juga perlu adanya pembenahan pada fasilitas-fasilitas didalamnya.


(18)

Desainer memandang perlu adanya pembenahan dalam kebutuhan akan sirkulasi manusia yang ada di dalam cinerama ini. Mereka mengacuhkan atau bahkan tidak peduli tentang kebutuhan yang seharusnya mereka dapat pada saat datang ke bioskop yaitu sering kali di bioskop ini sirkulasi pengunjung sangat penuh sesak, jadi aspek kenyamanan mereka tidak terpenuhi, mereka cenderung lebih melihat ke aspek film yang akan diputar.

Apabila dicermati lebih mendalam perancangan interior yang bagus juga akan memberi kesan yang baik bagi para konsumen bioskop. Mereka cenderung lebih bisa merasakan dan menikmati bioskop. Dalam acuan cinerama dibuat supaya dapat mengakomodasi segala kegiatan yang memungkinkan dilakukan di area cinerama ini sendiri. Maka perlu adanya perancangan yang baik dan pemikiran yang mendalam oleh desainer dalam mencari bentuk. Ini adalah proses realisasi suatu permintaan untuk menciptakan murni dari semangat jiwanya. Melalui bentuk dan rupa arsitek mempengaruhi rasa kita, sehingga menimbulkan emosi seni bentuk, oleh adanya hubungan dengan apa yang arsitek ciptakan membangkitkan gema yang ada dalam diri kita. (Le Corbusier: 1923)

Dengan pertimbangan di atas, cinerama akan dirancang dalam bentuk

theater drama, ini dibuat untuk memenuhi tuntutan golongan tertentu yang

lebih mementingkan privasi. Penonton di daerah kota Surakarta ini dapat menyewa satu teater yang tersedia enam tempat duduk saja, yang


(19)

privasinya, tapi tanpa mengurangi kesan bioskop. Penonton juga dapat mengajak kawan sejawat atau keluarga mereka dalam menikmati hiburan di cinerama ini.

Disamping hal tersebut di atas, desainer ingin lebih menunjang aspek kenyamanan. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan akan sirkulasi yang ada didalam cinerama ini. Ketidaknyamanan saat menonton bioskop yang ada di kota Surakarta mendorong desainer untuk membuat bioskop yang memberikan sirkulasi aktivitas yang lebih nyaman, ditunjang dengan konsep awal dari bioskop itu sendiri yaitu “in space”. Konsep ini dipakai karena esensi dari “in space” sendiri yang identik dengan udara. Udara itu merupakan zat yang partikelnya bebas. Jadi desainer ingin menyajikan suatu rancangan yang memiliki sirkulasi yang nyaman seperti konsep udara tersebut, yaitu bebas bergerak, dalam hal ini bebas dalam beraktivitas dalam menonton film yang diinginkan serta dapat memilih dan menggunakan fasilitas-fasilitas apa aja yang ada di dalam Cinerama tersebut.

B. BATASAN MASALAH ATAU PROYEK

Batasan pembahasan dalam perancangan ini adalah :

1. Pembahasan akan dibatasi tentang desain interior dan segala sesuatu yang ada di dalamnya yang tentu saja sesuai dengan tema yang akan diwujudkan yaitu “in space”.


(20)

2. Pembahasan dititik beratkan pada aspek akustik bioskop itu sendiri yang sangat berpengaruh pada saat menonton film.

3. Perancangan direncanakan di Kota Surakarta, dengan demikian perancangan ini haruslah melihat aspek lapangan di kota Surakarta itu sendiri.

4. Perancangan ini akan dititik beratkan pada fasilitas: Lobby, ruang pertunjukkan dalam hal ini home theater, ruang tunggu dan pendukung lainnya.

C. RUMUSAN MASALAH ATAU PROYEK

Ada berbagai masalah yang akan timbul dalam pembuatan cinerama ini. Adapun masalah-masalah tersebut dirumuskan di bawah ini:

1. Bagaimanakah memenuhi aspek kenyamanan yang kurang diperhatikan di dalam sirkulasi di bioskop di daerah Surakarta? 2. Bagaimanakah menyajikan bioskop yang menyajikan fasilitas yang

memenuhi kebutuhan akan privasi yang tidak disajikan di bioskop-bioskop yang ada di kota Surakarta?

3. Bagaimanakah dapat memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat akan desain interior yang berkembang saat ini yaitu tentang proyek yang akan dikerjakan yaitu Cinerama Studio?


(21)

D. TUJUAN PROYEK

Dalam pembuatan Cinerama ini desainer ingin menyajikan tampilan bioskop yang beda dan konsep baru. Adapun tujuan dalam pembuatan Cinerama di Surakarta adalah:

1. Merencanakan cinerama yang baik dalam bidang interior system, yaitu pencahayaan, penghawaan, keamanan, dan aspek-aspek lain yang mendukung desain cinerama ini. Dan yang paling penting masalah akustik haruslah dicermati dengan baik.

2. Merancang dan merencanakan penyajian cinerama di kota Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang dilengkapi dengan

home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga bisa

memenuhi kebutuhan kalangan tertentu untuk mendapatkan kebutuhanya akan privasi.

3. Untuk merancang akan kebutuhan akan desain interior yang masyarakat inginkan dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan Cinerama Studio ini.

E. SASARAN

Menyusun konsep program pelayanan umum yang mampu manciptakan alur sirkulasi yang baik bagi semua pihak atau pelaku kegiatan yang meliputi zonifikasi, kebutuhan ruang, standarisasi dan kapasitas ruang serta persyaratan ruang yang meliputi sistem penghawaan, akustik, pencahayaan, furniture, dan keamanan.


(22)

F. MANFAAT PROYEK

Dengan adanya perancangan cinerama & entertaiment ini dapat bermanfaat bagi para :

1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan tentang perancangan gedung pertunjukkan terutama bioskop yang dituangkan dalam bentuk perancangan interior, dalam konteks ini tidak hanya dinikmati masyarakat.

2. Memberikan wadah kepada masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburan yang disajikan secara komplit dan semoga saja menjadi daya tarik pariwisata kota Surakarta.

3. Memberi “alternatif” bagi pemerintahan daerah Surakarta, dengan adanya cinerama ini dapat menarik “investor” untuk menanamkan investasinya di kota Surakarta ini.

G. METODE PEMBAHASAN DESAIN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada dua tempat yang representatif yaitu Grand 21 di Solo Grand Mall dan Cineplex di Surabaya. Dipilihnya tersebut karena kedua tempat tersebut memenuhi kriteria yang diperlukan untuk sebuah gedung bioskop yang dapat memenuhi semua aktivitas di dalamnya.


(23)

2. Sumber Data a. Informan

Sumber data ini adalah sumber data subyek manusia yang terdiri dari kepala bagian divisi penunjukkan, staf pelaksana, satpam, divisi pemeliharaan dan lain-lain yang dianggap mengetahui tentang gedung bioskop yang diteliti.

b. Tempat dan Peristiwa

Bangunan pokok seperti lobby, area tunggu, tempat pembelian tiket, tempat pemutaran film atau studio, ruang operator, dan tempat pengelola bioskop.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Dalam kasus ini observasi yang digunakan adalah observasi berperan aktif, yaitu peneliti sebagai pengamat aktif dalam hal mengamati baik dengan observasi diskriptif atau komunikatif. Hal ini tentu saja dengan mengamati hal –hal yang dianggap perlu dan bisa dimanfaatkan sebagai data penelitian.

b. Metode Analisis

Yaitu menganalisa data yang diperoleh dari lapangan, kemudian menghubungkannya dengan data teoritis, kemudian dianalisa kembali, dan dari analisa tersebut kemudian menghasilkan alternatif desain, yang selanjutnya disimpulkan menjadi kesimpulan desain.


(24)

c. Metode Wawancara

Ini dilakukan pengumpul data yaitu dengan langsung menanyakan kepada pihak yang dianggap berkaitan dengan proyek yang dikerjakan, yaitu seperti para kontraktor, pengkaji ilmu dan pihak-pihak lain yang dianggap mengerti.

F. SISTEM PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas latar balakang masalah, batasan masalah atau proyek, rumusan masalah atau proyek, tujuan dan sasaran proyek, serta metode penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Uraian tentang landasan teori yang dijadikan untuk mencapai tujuan perancangan.

BAB III KAJIAN LAANGAN

Merupakan uraian tentang data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan proyek interior yang akan dikerjakan.

BAB IV ANALISA DESAIN

Dapat disebut juga sebagai konsep perancangan. Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior.


(25)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan interior Cinerama di Surakarta.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(26)

H. POLA PIKIR PERANCANGAN

.

C. Data desain

Konsep Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama Di Surakarta Unsur Ruang Pembentuk Ruang Pelengkap Ruang Aspek Dekoratif Aktifitas Kegiatan Interior Ruang Gedung Bioskop Kebutuhan Ruang :

Lobby Tiket Box

Ruang pemutaran film Ruang operator Ruang pengelolaan Toilet Otlet-otlet penjualan Interior Sistem Lighting Penghawaan Akustik Sound Sistem Keamanan Sirkulasi Zoning Grouping Bagan. Norma Desain Fungsi Teknis Efisiensi Estetis - Pengelola - Pengunjung Manusia Latar belakang Masalah Sasaran Desain Tujuan Perancangan Faktor Perancangan Desain Ruang Karakter Ruang Dimensi fungsi ruang


(27)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian dari judul “Cinerama di Surakarta” adalah sebagai berikut :

Cinerama : : Bioskop yang disajikan dengan konsep “Drama Theater” sehingga aspek privasi dalam menonton film dapat terpenuhi dengan baik dan dapat mengakomodasi semua kegiatan yang ada di dalamnya.

Surakarta : Lokasi perencanaan di salah satu kota di provinsi Jawa Tengah

Jadi “Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta” adalah Proses, Pembuatan, cara merencanakan atau merancangkan suatu bangunan bioskop yang disajikan dengan konsep “Drama Theater” yang merupakan konsep baru yang berada di kota Surakarta.

Desainer ingin menampilkan bioskop dalam bentuk theater drama, ini dibuat memenuhi tuntutan golongan tertentu yang lebih mementingkan privasi. Dalam hal ini penonton di daerah kota Surakarta ini dapat menyewa satu teater yang tersedia enam tempat duduk saja. Ini memungkinkan penikmat film dapat menikmati film tanpa mengurangi privasinya, tapi tanpa mengurangi kesan bioskop,. Penonton juga dapat mengajak kawan sejawat atau keluarga mereka dalam menikmati hiburan di cinerama ini.


(28)

Disamping hal tersebut diatas, desainer ingin lebih menunjang aspek kenyamanan. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan akan sirkulasi yang ada didalam cinerama ini. Ketidaknyamanan saat menonton bioskop yang ada di kota Surakarta mendorong desainer untuk membuat bioskop yang memberikan sirkulasi aktivitas yang lebih nyaman, ini ditunjang dengan konsep awal dari bioskop sendiri yaitu “in space”. Konsep ini dipakai karena esensi dari “in space” sendiri adalah udara dan kesan dari udara adalah bebas bergerak, dalam hal ini bebas dalam beraktivitas.

Cinerama terletak di tengah-tengah kota lokasi ini sangat representatif dan juga mudah dijangkau oleh para pengguna kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Selain itu lokasi dekat dengan pusat perbelanjaan yang ada di kota Surakarta yaitu Pusat Grosir Solo, Beteng Trade Centre, dan juga Pasar Klewer. Tidak itu juga adanya wisata budaya yang ditawarkan kota Surakarta yaitu Keraton Kasunanan Surakarta tidak jauh dari lokasi pembangunan proyek ini.

Merancang dan merencanakan penyajian cinerama di kota Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang dilengkapi dengan home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan kalangan tertentu, untuk mendapatkan kebutuhannya akan privasi dan untuk menjadikan desainer yang tanggap akan kebutuhan akan desain interior yang mereka inginkan dan dapat


(29)

mengakomodasi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan Cinerama ini.

B. SARAN

Dalam mengerjakan kolokium ini tentunya saran sangatlah dibutuhkan demi kesempurnaan karya – karya yang akan datang. Untuk itu saran – saran dari penulis diuraikan sebagai berikut :

1. Saran ditujukan pada dari penulis khususnya, bahwa pada penulisan ini banyak mengalami kekurangan, koreksi lebih dalam karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka diharapkan pembaca dapat memberikan kritikan dan saran kepada penulis guna kesempurnaan tugas ini.

2. Memberikan wadah kepada masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburan yang disajikan secara komplit dan semoga saja menjadi daya tarik pariwisata kota Surakarta.

3. Memberi “alternatif” bagi pemerintahan daerah Surakarta, dengan adanya cinerama ini dapat menarik “investor” untuk menanamkan investasinya di kota Surakarta ini.


(30)

BAB III

KAJIAN LAPANGAN

Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Nike Ardilla, Paramitha Rusady.

Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.

Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film “Petualangan Sherina” yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang


(31)

di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.yang terdapat di Deca Park. De Callone ini mula-mula adalah bioskop terbuka di lapangan, yang di zaman sekarang disebut "misbar", gerimis bubar. De Callone adalah cikal bakal dari bioskop Capitol yang terdapat di Pintu Air.

Bioskop-bioskop lain seperti, Elite di Pintu Air, Rex di Kramat Bunder, Cinema di Krekot, Astoria di Pintu Air, Centraal di Jatinegara, Rialto di Senen dan Tanah Abang, Surya di Tanah Abang, Thalia di Hayam Wuruk, Olimo, Orion di Glodok, Al Hambra di Sawah Besar, Oost Java di Jl. Veteran, Rembrant di Pintu Air, Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan, Rivoli di Kramat, dan lain-lain merupakan bioskop yang muncul dan ramai dikunjungi setelah periode 1940-an.

Film-film yang diputar di dalam bioskop tempo dulu adalah film gagu alias bisu atau tanpa suara. Biasanya pemutaran diiringi musik orkes, yang ternyata jarang "nyambung" dengan film. Beberapa film yang kala itu yang menjadi favorit masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom MIx, Edi Polo, Charlie Caplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll.

Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang berkapasitas 1.700 tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan


(32)

penyedot, bertingkat tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai paling atas. Pada tahun 1955 bioskop Indra di Yogyakarta mulai mengembangkan kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.

Di Indonesia awal Orde Baru dianggap sebagai masa yang menawarkan kemajuan perbioskopan, baik dalam jumlah produksi film nasional maupun bentuk dan sarana tempat pertunjukan. Kemajuan ini memuncak pada tahun 1990-an. Pada dasawarsa itu produksi film nasional 112 judul. Sementara sejak tahun 1987 bioskop dengan konsep sinepleks (gedung bioskop dengan lebih dari satu layar) semakin marak. ("http://id.wikipedia.org/wiki/ Sinema di Indonesia | Sejarah Bioskop di Indonesia)

Bioskop di Indonesia sangatlah banyak dan beragam dari beberapa bioskop itu mungkin telah memenuhi kebutuhan akan aspek-aspek desain yang diperlukan dalam pembuatan bioskop. Bioskop-bioskop tersebut kebanyakan ditemukan atau terdapat di tempat perbelanjaan atau mal-mal yang ada di kota-kota besar Indonesia.

Dalam kajian lapangan ini ditujukan dalam permasalahan yang ditimbulkan oleh aspek kenyamanan yang ada di dalam bioskop-bioskop yang ada di Indonesia dan kota Surakarta pada khususnya.


(33)

A. Bioskop 21

Bioskop 21 (disebut pula Studio 21 atau Cinema 21 atau 21 Cineplex) adalah jaringan bioskop terbesar di Indonesia. Bioskop ini tersedia di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Sebagian besar di antaranya telah dilengkapi dengan teknologi-teknologi tercanggih, seperti tata suara Dolby Digital, THX, dan semacamnya. Bioskop 21, XXI, dan The Premiere yang telah bersertifikat THX antara lain : Galaxy 21, Hollywood KC 21, Lippo Karawaci 21, Puri 21, Tunjungan 21, Anggrek XXI, BSM XXI, Djakarta Theatre XXI, Plaza Senayan XXI, Studio XXI, The Premiere @ Plaza Senayan XXI, dan The Premiere @ Studio XXI. Hampir semua bioskop 21 terletak di dalam gedung pusat perbelanjaan.


(34)

Gambar 12

Studio 21 salah satu pilihan hiburan masyarakat

(Sumber: :study lapangan studio 21, juni 2010 )

B. Studio 21 Singosaren

Di kota Surakarta juga terdapat Studio 21 ini terdapat di Matahari Singosaren dan Solo Gran Mall. Di sini bioskop beroperasi jam 09.00 sampai dengan jam 22.00, ini berdasarkan film yang di


(35)

Gambar 13 Lobby Studio 21

(sumber : study lapangan studio 21, juni 2010 )

Dilihat dari segi interior bangunan bioskop di Matahari Singosaren belumlah cukup baik ini dilihat dari aktivitas di dalamnya yang kurang terkoordinasi dengan baik.dalam hal ini interior desain sangatlah menentukan manusia yang menggunakannya, dan perlu adanya renovasi dalam beberapa segi baik tata letak dan furniture yang sudah sangat tidak memadai aktivitas di dalamnya.


(36)

a. Lobby

Di area lobby masih banyak aspek belum dipenuhi dalam hal ini area tunggu yang belum memadai. Para pengunjung cenderung harus duduk di lantai untuk menunggu pemutaran film. Pada kasir mungkin tidak terlalu butuh pembenahan, tapi mungkin hanya butuh pelebaran ini memungkinkan untuk sirkulasi yang lebih nyaman, dan dapat dilihat sirkulasi didalamnya boleh dibilang tidak nyaman, ini bisa ditimbulkan oleh adanya kebutuhan akan fasilitas pendukung yang belum tercukupi.

b. Fasilitas Pendukung

Di bioskop ini fasilitas pendukung belumlah terpenuhi ini dilihat dari banyaknya pengunjung yang menunggu di area lobby.

C. Grand 21 Solo Grand Mall

Ini merupakan bioskop yang bertempat di mall besar yang ada dikota Surakarta, bioskop ini bergaya modern. Tata ruang bangunan yang terletak di lantai 4 Solo Grand Mall sudah lebih baik daripada


(37)

Matahari Singosaren, ini ditunjang dengan fasilitas yang mungkin tidak ada di Matahari Singosaren yaitu elevator

1. Lobby

Area lobby bioskop ini area yang besar mungkin dapat dilihat di bioskop ini, tapi kurangya fasilitas tunggu seperti tempat duduk, sehingga menimbulkan banyak pengunjung yang duduk di lantai.

2. Fasilitas Pendukung

Sebenarnya di bioskop ini terdapat fasilitas pendukung yang memadai tadi mungkin karena pengorganisasianya kurang baik jadi fasilitas ini tidak bisa dimaksimalkan. Salah satunya area food court yang jauh dari bioskop. Ini menimbulkan efek malas oleh sebagian pengunjung untuk mengunjungi area ini pada saat akan menonton film.


(38)

D.

Cinema XXI

Seiring dengan perkembangan jaman, jaringan 21 juga mengembangkan inovasi barunya, yakni jaringan Cinema XXI yang ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. Bioskop XXI pertama dibuka di Plaza Indonesia Entertainment Xnter pada tahun 2003 dan telah dibuka di Mal Kelapa Gading 3, Mal Pondok Indah 2, Senayan City, Serpong, Pluit Junction, dan Cihampelas Walk Bandung, hingga merambah kota Surabaya dengan pembukaan XXI pertama di Surabaya Town Square dan Tunjungan Plaza.

Rencananya cinema XXI akan buka di Epicentrum Walk, Kota Kasablanka, dan Emporium Pluit Mal di Jakarta, dan di Botani Square di Bogor. Selain itu, beberapa bioskop 21 yang selama ini menjadi pilihan utama termasuk Anggrek 21, Senayan 21, Djakarta Theater 21 dan BSM 21 Bandung direnovasi menjadi bioskop XXI. Senayan 21 yang berlokasi di Plaza Senayan kini telah dibuka kembali dengan nama Plaza Senayan XXI tambahan dua studio


(39)

menjadi sepuluh studio (8 studio deluxe dan 2 studio premiere), salah satu yang terbanyak di Indonesia.

Seiring dengan dibentuknya Cinema XXI, 21 Group juga mendirikan sebuah lounge bernama XXI Club yang terletak satu gedung dengan Djakarta Theater XXI, dan juga di beberapa XXI telah tersedia smoking lounge dan XXI lounge yang diiringi live music.

Di masa mendatang sebagian besar bioskop milik 21 Cineplex akan berwajah XXI untuk remodernisasi.

Gambar 14

Cinema XXI tampilan lebih moderen


(40)

Gambar 15 Cinema XXI

( sumber : http//:cinemaxxi_surabaya.org)

E. Cineplek Surabaya 21

a. Sejarah Cineplek Surabaya 21

Berdiri tahun 17 September 1971 dengan nama Surabaya Theater, saat itu hanya terdiri 1 gedung (hall) saja. Kemudian bergabung dengan pihak 21 dan mengalami renovasi sehingga berganti nama menjadi Cineplek Surabaya 21.


(41)

Dimana disebut cineplek karena dalam satu bangunan yang sama dibangun beberapa ruangan yang relative sama besarnya dan memutar film-film yang berlainan, agar pengunjung dapat alternatif pilihan film mana yang akan ditonton tanpa harus melirik gedung bioskop yang lain.

Cineplek Surabaya 21 Desember 1989 dibawah pimpinan Bapak Hardianto Setiawan (pemilik kuasa) sedangkan pemiliknya di Jakarta.

Data Luar Tapak

Luas Lahan : 1 hektar Batas-batas lahan :

Depan : Jl. Pahlawan No. 118, Surabaya

Belakang : Gedung Perkantoran

Kiri : Jl.

Kanan : Gang, biasanya dipakai untuk tempat berjualan majalah-majalah bekas Nama Bangunan : Cineplek Surabaya 21 Data Tapak Dalam

Bagi yang membawa kendaraan disediakan lahan parkir di bagian depan gedung. Setelah memasuki area foyer maka dapat dilihat bagian dalam bioskop, bagian terdepan yang pertama kalinya pengunjung menginjakkan kakinya adalah ruang


(42)

tunggu. Bentuk ruang tunggunya adalah L seperti yang terlihat pada gambar :

Cineplek Surabaya 21 memilki 5 gedung teater dengan kapasitas tempat duduk yang berbeda, yaitu :

1). Surabaya 1 dengan kapasitas tempat duduknya 117 kursi 2). Surabaya 2 dengan kapasitas tempat duduknya 116 kursi 3). Surabaya 3 dengan kapasitas tempat duduknya 116 kursi 4). Surabaya 4 dengan kapasitas tempat duduknya 194 kursi 5). Surabaya 5 dengan kapasitas tempat duduknya 124 kursi Maka total kapsitas tempat duduk yang ada adalah 667 kursi. Pada ruang teater Surabaya 4 memilki kapasitas tempat duduk yang lebih banyak dibandingkan dengan ruang teater yang lainnya di Cineplek Surabaya 21 dan dilengkapi pula dengan sistem tata suara Dts.

b. Data Pemakai


(43)

Bagan

Struktur Organisasi Cineplek Surabaya 21

( sumber : http//:cinemaxxi_surabaya.org)

Selain itu, ada pula karyawan-karyawan yang bertugas di tempat, yaitu :

PERSONALIA (Bp. Asmaun)

BAGIAN UMUM URUSAN PAJAK (D. Soleh Rahman)

WAKIL

(W. Singgih Prihadi, Spd.)

ADMINISTRASI (Ibu suyati) KEUANGAN

(Drs. Satrijo Nugroho)

PERBEKALAN (G. Sukoco) GENERAL MANAGER


(44)

1). Guide

Bertugas untuk menunjukkan tempat duduk pengunjung sesuai dengan nomor yang tertera pada karcis pertunjukkan.

2). Kasir Penjualan

Bertugas untuk melayani penjualan karcis pertunjukkan. 3). Operator

Bertugas untuk mengoperasikan proyektor dan bertanggung jawab atas kelancaran jalannya pemutaran film.

4). Teknisi

Bertugas untuk menangani masalah teknis, masalah listrik, alat-alat operasional dll.

5). Waker

Bertugas untuk menjaga gedung pada malam hari. 6). Keamanan


(45)

Bertugas untuk menangani masalah kebersihan gedung.

8). Petugas Parkir

Bertugas menyediakan dan menata tempat parkir bagi pengunjung bioskop.

c. Pola Aktivitas Pemakai Cineplek Surabaya 21

Pemakai dibedakan menjadi 2 yaitu pegawai dan pengunjung dimana keduanya mempunyai kegiatan aktivitas yang berbeda. Berikut ini merupakan table aktivitas pemakai :

Tabel 1

Aktivitas Pegawai Cineplek Surabaya 1

JABATAN PEGAWAI AKTIVITAS

Staff Kantor Melakukan aktivitas pekerjaan

sesuai bidang masing-masing unit di belakang meja maupun di lapangan.

• Kasir Menerima transaksi (uang) dan

memberikan karcis yang telah dibeli

• Guide • Berjaga di pintu masuk

• Memeriksa karcis pengunjung

• Menyobek karcis

• Menunjukkan tempat duduk pengunjung


(46)

• Operator Film • Menerima film dari kurir

• Memasang film

• Mengopersikan proyektor

• Mengawasi kelancaran pemutaran film dari jendela

• Merawat film

• Teknisi Menangani kerusakan-kerusakan

alat-alat

• Waker Menjaga gedung di waktu malam

( tidak ada aktivitas lagi )

• Keamanan Menjaga keamanan :

• Mengusir anak sekolah yang masuk dengan seragam sekolah

• Mengamankan orang yang membuat onar

• Menjaga pengunjung agar merasa aman

• Cleaning Servis • Membersihkan seluruh ruangan teater yang ada setelah atau sebelum pertunjukkan

• Membersihkan area kantor

• Membersihkan area publik ( R. tunggu, foyer dan bagian gedung yang lain)

• Membersihkan dan menjaga toilet

• Petugas Parkir Menjaga kendaraan dan menata kendaraan pengunjung bioskop ( sumber : http//:cinemaxxi_surabaya.org)


(47)

Pegawai di Cineplek Surabaya 21 terbagi menjadi dua bagian menurut tempat kerjanya, yaitu di kantor dan di area publik langsung di tempat yang melibatkan pengunjung. Maka urutan aktivitasnya akan berbeda satu sama lainnya. Urutan pola aktivitas pegawai Surabaya 21 yang bekerja di kantor adalah pertama yang dilakukan adalah menuju ke kantor, rapat dan melakukan aktivitas kantor ( mengetik, menghitung, mencatat, telepon, dll ) dan jarang sekali mereka bekerja di area publik atau bertemu langsung dengan pengunjung. Sedangkan yang bekerja di area publik dan bertemu langsung dengan pengunjung pertama yang mereka lakukan adalah menuju ke loker untuk memakai seragam dan pengarahan sebentar kemudian menuju ke bagian masing-masing dan bekerja sesuai bidang.


(48)

BAB

IV

ANALISA DESAIN

A. ANALISA JUDUL 1. Pengertian Judul

Pengertian dari judul “Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta” adalah sebagai berikut :

Perencanaan : Proses, Pembuatan, cara merencanaan atau merancangkan (KBBI, 1995, hal: 741)

Interior : Ruang dalam suatu bangunan (Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal: 195)

Surakarta : Lokasi perencanaan di salah satu kota di provinsi Jawa Tengah

Cinerama : Bioskop yang disajikan dengan konsep “Drama Theater” sehingga aspek privasi dalam menonton film dapat terpenuhi dengan baik dan dapat mengakomodasi semua kegiatan yang ada di dalamnya. (sumber Penulis, 2010)

Jadi “Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama di Surakarta” adalah Proses, Pembuatan, cara merencanakan atau merancangkan suatu bangunan bioskop yang disajikan dengan konsep


(49)

2. Tujuan dan Manfaat

Dalam pembuatan Cinerama ini desainer ingin menyajikan tampilan bioskop yang beda dan konsep baru. Adapun tujuan dalam pembuatan Cinerama di Surakarta adalah:

a. Merencanakan cinerama yang baik dalam bidang interior system, yaitu pencahayaan, penghawaan, keamanan, dan aspek-aspek lain yang mendukung desain cinerama ini. Dan yang paling penting masalah akustik haruslah dicermati dengan baik.

b. Merancang dan merencanakan penyajian cinerama di kota Surakarta yang mempunyai ciri khas yaitu bioskop yang dilengkapi dengan home theater dan fasilitas pendukung lainnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan kalangan tertentu untuk mendapatkan kebutuhannya akan privasi.

c. Untuk merancang akan kebutuhan desain interior yang masyarakat inginkan dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan Cinerama ini.

Dengan adanya perancangan cinerama ini dapat bermanfaat bagi para :

a. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan tentang perancangan gedung pertunjukkan terutama bioskop yang dituangkan dalam bentuk perancangan interior, dalam konteks ini tidak hanya dinikmati masyarakat.


(50)

b. Memberikan wadah kepada masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan hiburan yang disajikan secara komplit dan semoga saja menjadi daya tarik pariwisata kota Surakarta.

c. Memberi “alternatif” bagi pemerintahan daerah Surakarta, dengan adanya cinerama ini dapat menarik “investor” untuk menanamkan investasinya di kota Surakarta ini.


(51)

B. POLA PIKIR PERANCANGAN Bagan 3 Pola Pemikiran

.

( sumber : analisa penulis ) C. LOKASI PERANCANGAN

1. Pertimbangan Perencanaan Lokasi

Dengan pertimbangan ekonomi letak dan jalur angkutan yang mudah dicapai, Cinerama ini akan dibangun di jalan Slamet Riyadi.

Gambar 16

Denah lokasi CINERAMA

Sasaran Desain Tujuan Perancangan Faktor Perancangan Desain Ruang Karakter Ruang Dimensi fungsi ruang

Konsep Perencanaan dan Perancangan Interior Cinerama Di Surakarta Unsur Ruang Pembentuk Ruang Pelengkap Ruang Aspek Dekoratif Aktifitas Kegiatan Interior Ruang Gedung Bioskop Kebutuhan Ruang :

Lobby Tiket Box

Ruang pemutaran film Ruang operator Ruang pengelolaan Toilet Otlet-otlet penjualan Interior Sistem Lighting Penghawaan Akustik Sound Sistem Keamanan Desain Perancangan Sirkulasi Zoning Grouping Norma Desain Fungsi Teknis Efisiensi Estetis - Pengelola - Pengunjung Manusia Latar belakang Masalah


(52)

(sumber : analisa penulis ) 2. Potensi lokasi proyek

Karena terletak di tengah-tengah kota, lokasi ini sangat representatif dan juga mudah dijangkau oleh para pengguna kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Selain itu lokasi dekat dengan pusat perbelanjaan yang ada di kota Surakarta yaitu Pusat Grosir Solo, Beteng Trade Centre, dan juga Pasar Klewer. Tidak itu juga, adanya wisata budaya yang ditawarkan kota Surakarta yaitu Keraton Kasunanan Surakarta yang tidak jauh dari lokasi pembangunan proyek ini.

Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan: Kriteria Umum


(53)

c. Merupakan daerah pusat kota yang melayani seluruh kegiatan wilayah kota serta daerah-daerah sekitar yang merupakan daerah pengaruh kota (hinterland).

d. Posisi kawasan strategis, mudah dalam pencapaian serta dekat dengan pusat-pusat keramaian sehingga dapat menjamin faktor penarikan minat pengunjung lainnya.

e. Berlokasi di sekitar Kawasan Koridor Budaya (Kawasan Pasar Klewer-Keraton-Kasunanan Surakarta ), dengan melihat kondisi dan potensi kota untuk perdagangan dan pariwisata serta juga dalam hal penyediaan ruang untuk fungsi kota.

Kriteria Khusus

a. Bagaimana segi keamanannya, terhadap perampokan, kekerasan dan kenakalan dari pihak luar.

b. Bagaimana potensinya untuk masa mendatang. Apakah daerahnya justru berkembang atau sebaliknya.

c. Bagaimana persaingan-persaingan yang telah ada antara sesama restoran disana.

d. Bagaimana kemudahan pembuangan sampah-sampah restoran disana dan kemudahan pengangkutan sampahnya setiap hari. e. Tersedianya fasilitas dan sistem air dan listrik serta telepon

yang cukup baik.

f. Halaman parkir luas, cukup mudah memarkir, aman, dekat dan lalu lintas yang teratur antara pintu masuk dan keluar.


(54)

g. Lokasi merupakan tempat yang mudah dicari, mudah dilihat, serta untuk mencapainya tidak banyak terhalang lintasan Traffic Light.

h. Tidak bersebelahan dengan bangunan-bangunan yang kotor dan tua seperti bengkel, pangkalan besi tua dan lain-lain yang sejenis.

i. Bagaimana kemudahan trafficnya ? Apakah lokasi terletak dijalan yang macet total pada jam-jam sibuk, dan apakah terletak di jalan yang sempit dengan trotoar yang rusak/ sulit bagi pejalan kaki.

j. Di daerah tersebut suplay bahan mentah restoran mudah didapat.

k. Lokasi tidak dekat dengan hal-hal yang mengganggu orang untuk makan seperti dekat got umum yang mengeluarkan bau busuk, jalan yang mudah kebanjiran, banyak debu, asap atau suara ribut.

(Torsina, 1990 : 19) 3. Status Badan Usaha

Pengelolaan oleh Negara melalui Dinas Pariwisata Seni dan Budaya dan dengan perijinan dari PERDA serta Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor 536/5743 perihal perijinan tentang usaha Rekreasi dan


(55)

D. STRUKTUR ORGANISASI

Bagan 4

Struktur Organisasi Cinerama

(sumber : analisa penulis)E. PERANCANGAN INTERIOR SYSTEM CINERAMA

1. Pola Aktivitas

Bagan 5

Alur sirkulasi aktivitas pengunjung bioskop

( sumber : analisa penulis ) PIMPINAN STAF ADMINIST RASI STAF PELAKSANA TUKANG PENGANTAR PENGUNJUNG PEMBERSIH GEDUNG PENJAGA MALAM Datang

Melihat film /memilih film yang akan ditonton

Menunggu film di area tunggu Melihat/membeli marchandise Menonton film Buang air kecil/besar Pergi STAF MAINTENENCE MANAGER PIMPINAN OPERATOR FILM PETUGAS TATA SUARA PENYOBEK KARCIS PENJUAL KARCIS


(56)

Bagan 6

Alur sirkulasi aktivitas pengunjung home theater

( sumber : analisa penulis ) Bagan 7

Alur sirkulasi aktivitas kasir Cinerama

( sumber : analisa penulis )

Datang Ganti baju kerja Persiapan kerja Melayani Pembelian tiket

Istirahat siang

PULANG Datang

Melihat film /memilih film yang akan ditonton

Ke ruang Home theater

Melihat/membeli marchandise

Menonton film

Buang air kecil/besar


(57)

Bagan 8

Alur sirkulasi aktivitas karyawan Cinerama

( sumber : analisa penulis )

2. Sistem Operasional

Sistem operasional yang dimaksudkan dalam hal ini adalah waktu atau jam operasional dari Cinerama ini yang terdiri dari :

Pengunjung :

Senin – minggu jam 09.00-22.00 Pengelola :

Senin – minggu jam 08.00-23.00 3. Kebutuhan Ruang

a. Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan untuk menentukan kebutuhan ruang adalah tuntutan akan pewadahan aktifitas atau kegiatan dengan tinjauan pada :

Datang absen kerja rapat direksi

Istirahat siang


(58)

2). Pola kegiatan 3). Karakter kegiatan b. Pendekatan Kebutuhan Ruang

Kebutuhan macam ruang untuk perancangan gedung cinerama di Surakarta adalah sebagai berikut :

1). Lobby 2). R. Kantor 3). R. Kontrol 4). R. theater

5). Otlet-otlet penjualan 6). Gudang

7). Lavatory

c. Pengelompokan Kebutuhan Ruang

Untuk menentukan pengelompokkan ruang digunakan dasar pertimbangan seperti berikut :

1). Tingkat kesamaan karakter kegiatan.

2). Tingkat kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan kegiatan.

Tabel 2

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Area lobby

Pelaku Aktivitas Kebutuhan

Ruang

Fasilitas


(59)

film

- Mengantri

- R. pembelian tiket

Pengelola - memberi informasi - melayani pembelian tiket

- pengamanan (security)

- area keamanan - mesin kasir - rak

penyimpanan - komputer - brankas - meja kursi security (sumber : analisa penulis)

Tabel 3

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Area Bioskop

Pelaku Aktivitas Kebutuhan

Ruang

Fasilitas Pengunjung - menunjukkan tiket

masuk

- memilih tempat duduk

- duduk

-menonton film

- R. pemutaran film

- toilet

- kursi duduk(untuk menonton film) - layar pemutaran film

Pengelola - memeriksa tiket masuk

- menunjukkan tempat duduk

- R. operator - proyektor - furniture - kursi(operator) - sound system - wastafel -closed - cermin (sumber : analisa penulis)


(60)

Tabel 4

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Theater Pelaku Aktivitas Kebutuhan

Ruang

Fasilitas Pengunjung - menunjukkan tiket

masuk

- memilih koleksi film

- menonton film

- R. home theatre - toilet

- sofa lounge - kursi - rak

- sound sistem Pengelola - memeriksa tiket

masuk

- menunjukkan koleksi film - memutarkan film

- R. operator - penyimpanan koleksi film - kursi/stool (operator) - proyektor ( sumber : analisa penulis) Tabel 5

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Outlet Marchandise Shop Pelaku Aktivitas Kebutuhan

Ruang

Fasilitas

Pengunjung - melihat barang - memilih

- mencoba barang - membayar

- area penjualan - area display - kamar pas

- puff

- sound system - cermin - kursi/stool Pengelola - melayani

pengunjung -melayani pembayaran - kasir - tempat penitipan barang

- meja kasir - mesin kasir - rak penyimpanan -area display


(61)

Tabel 6

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada AHU/ Elektrikal dan Mecanical

Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Operator maintenance Mengecek dan merawat segala peralatan dan perlengkapan kantor

AHU/ Elektrikal dan mecanical

Pompa air

( sumber : analisa penulis)

Tabel 7

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Caffe Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Pengunjung - memesan makanan

& minuman - mencuci tangan - makan dan minum - membayar

- Dining area - area pemesanan - tempat cuci tangan - area pembayaran

- meja - meja kasir - mesin kasir - kursi/stool Pengelola - melayani

pengunjung

- menerima pesanan - proses memasak - Menerima pembayaran

- dapur

- area pembayaran

- kompor

- tempat menyimpan alat-alat

- tempat cuci alat-alat

- meja & mesin kasir

- kursi ( sumber : analisa penulis)


(62)

Tabel 8

Kelompok Aktivitas, fasilitas dan keutuhan ruang pada Adminiatrasi dan Pengelola Keuangan/ Office

Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Fasilitas Karyawan - datang

- absent - bekerja - istirahat - pulang

- R. kerja - R. Ibadah - toilet

- meja - kursi

- mesin absent - computer - sofa - wastafel - closed - cermin Pimpinan - datang

- absent - bekerja - istirahat - pilang

- R. Pimpinan - computer - sofa - meja - kursi (sumber: analisa penulis) 4. Besaran Ruang

a. Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan sebagai pendekatan untuk menentukan besaran ruang adalah sebagai berikut :

1). Jumlah orang yang diperkirakan untuk ditampung/ asumsi 2). Peralatan pendukung yang digunakan

3). Luasan unit fungsi


(63)

1). Kelompok Kegiatan Pengelola Tabel 9

Analisa Besaran Ruang : Office

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R. Direksi 1 6 20 m2/ruang Ass 20m2

R. sekretaris 1 1 4 m2/orang Ass 4m2

R. Staff 1 6 4m2/orang Ass 24m2

R. Rapat 1 20 2,5 m2/orang DA 50m2

R. Pengawasan 1 3 15m2/ruang DA 15m2

Lavatory 1 Pria : 1WC, 1

urinoir,1 wastafel Wanita : 1WC, 2

wastafel

2,7 m2/WC 0,7 m2/urinoir 0,7 m2/wastafel

DA 8,2m2

Sirkulasi 45 %

( sumber : analisa penulis ) 2). Kelompok Kegiatan Pengunjung

Tabel 10

Analisa Besaran Ruang : Souvenir Shop

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R. Pamer 1 30 100 m2/ruang Ass 100m2

R. Cashier 1 2 4 m2/orang Ass 8m2

Storage 1 12 m2/ruang DA 12m2

Sirkulasi 60 %

-( sumber : analisa penulis )

Tabel 11

Analisa Besaran Ruang : caffe

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

Dining Area 1 25 2,5 m2/orang DA 62,5m2

Dapur 1 4 40%dining area DA 60m2

Pantry 1 4 20%dapur DA 12m2

Storage 1 - 6 m2/ruang DA 6m2

Rest Room 1 2 2,5m2/orang Ass 5m2


(64)

wastafel Wanita : 1WC, 1

wastafel

0,7 m2/wastafel

Sirkulasi 80 %

( sumber : analisa penulis )

Tabel 12

Analisa Besaran Ruang : Kegiatan Penerimaan

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

Ruang duduk 8 6/unit 2,5 m2/orang DA 120m2

Area Recepsionist

2 4 4,48m2/orang DA 26,8m2

Sirkulasi 80 %

( sumber : analisa penulis )

Tabel 13

Analisa Besaran Ruang :

Kelompok Kegiatan Service & Pelengkap

Ruang Unit Kapasitas Standar Sumber Asumsi

R.

pemeliharaan& perawatan

1 - 40 m2/ruang Ass 40m2

R. genset 1 1 30m2/orang Ass 30m2

R. trafo 1 1 25m2/orang Ass 25m2

R. pompa 1 1 24 m2/orang Ass 24m2

R. panel listrik 1 1 12m2/orang Ass 12m2

Posko keamanan

1 4 1,5m2/orang Ass 6m2

Sirkulasi 10%

( sumber : analisa penulis ) 5. Ide Gagasan


(65)

dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Bioskop ini telah menjadi sarana hiburan bagi masyarakat yang banyak dicari dan digemari. Selain itu bioskop juga dapat menjadi aset daerah yang berguna menarik wisata baik domestik maupun luar.

Apabila dicermati lebih mendalam perancangan display yang bagus juga akan memberi kesan yang baik bagi para konsumen bioskop. Mereka cenderung lebih bisa menikmati bioskop. Dalam acuan, cinerama dibuat supaya dapat mengakomodasi segala kegiatan yang memungkinkan dilakukan di area cinerama ini sendiri. Arsitek dalam mencari bentuk, adalah proses realisasi suatu pemintaan untuk menciptakan murni dari semangat jiwanya. Melalui bentuk dan rupa arsitek mempengaruhi rasa kita, sehingga menimbulkan emosi seni bentuk, oleh adanya hubungan dengan apa yang arsitek ciptakan membangkitkan gema yang ada dalam diri kita.(Le Corbusier: 1923)


(66)

6. Tabel Perencanaan dan Perancangan Cinerama

Tabel 14

Perencanaan dan Perancangan Cinerama

Ide Gagasan Bentuk Warna Pencahayaan Furniture Lay out Material

Menata tempat memenuhi aspek nyaman dalam hal ini sirkulasi aktivitas kegiatan.

Sederhana, Moderen,

Putih, abu-abu, hitam Membutuhkan cahaya terang Memakai furniture yang sederhana dan fungsional Lay out Lebih longgar Memakai material ringan

menyajikan bioskop yang menyajikan fasilitas yang memenuhi kebutuhan akan privasi

Memakai bentuk yang oval

Crem, putih, dapat

memberikan aksen merah

Cahaya sedikit redup

Memakai furniture yang menyerupai rumah

Lay out sedikit rapat

Material yang

lembut dan

halus

Memenuhi perbahan

kebutuhan masyarakat akan

desain interior yang

berkembang

Bentuk-bentuk radikal aneh

Hitam, warna terang

Memerlukan cahaya yang terakomodasi Memakai furniture “extreme” Lebih cendrung biasa

Material metal dan moderen

Kesimpulan

(sumber : analisa penulis )

Selain itu desainer ingin menampilkan bioskop dalam bentuk home teater, ini dibuat memenuhi tuntutan pasar yang lebih mementingkan privasi. Dalam hal ini penonton dapat menyewa satu teater yang tersedia enam tempat duduk saja. Ini memungkinkan penikmat film dapat menikmati film tanpa mengurangi privasinya.


(67)

Selain itu penonton juga dapat melihat koleksi-koleksi film lama yang ingin ditonton yang hanya tersedia disini.

Selain itu desainer ingin menyajikan format bioskop baru yang mungkin akan menjadi trend masa kini. Ini dibuat karena beberapa alasan yang mendorong untuk pembuatan cinerama ini salah satunya faktor ekonomi, yaitu cinerama ini mampu menjawab permintaan pasar yang saat ini begitu pesat.

Satu hal lagi yang perlu dicermati, dalam bioskop biasanya sirkulasi kurang memadai dan penonton disuguhi fasilitas yang boleh dianggap tidak memenuhi aspek daya jual lebih. Desainer mengambil tema luar angkasa atau “In Space” dalam rangka mengakomodir segala kekurangan yang ada dibioskop sebelumnya, dan tentunya dapat membuat tren baru di dunia perfilman tanah air.

7. Unsur Pembentuk Ruang a. Lantai

Biasanya ruang umum akan meliputi luas lantai yang cukup besar untuk penanganan peranannya secara efisien. Luas lantai merupakan permulaan masalah karena menyangkut juga soal volume dan efeknya dipengaruhi oleh panjang, lebar, ketinggian bahan dan warna. Warna lantai yang gelap akan menjadikan ruang akan tampak lebih kecil. Warna yang formal menjadikan ruangan tampak agung. Begitu juga warna yang ringan akan menjadikan ruang menjadi tampak lebih luas.


(68)

Bentuk Lantai auditorium mempengaruhi rangkaian sumber bunyi-jejak-transmisi-penerimaan. Bentuk lantai auditorium biasanya mengambil salah satu atau kombinasi bentuk – bentuknya.

Selain dilihat fungsinya, lantai untuk sebuah gedung pertunjukkan harus memperhatikan penggunaan – penggunaan bahan. Dipilih bahan yang tidak licin karena banyak evaluasi pada setting area.

Tabel 15

Analisa Penggunaan Bahan Lantai

Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan Lobby - Tahan lama

- Tahan gesekan - Tahan air

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan tema - Keramik Tile

Pola lantai mendukung dn sesuai dengan arahan tema serta mempertegas sekulasi dan perbedaan ruang juga terdapat perbedaan level ketinggian lantai

Office - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor -Mudah perawatannya -Mendukung - Keramik Tile - Karpet

Pola lantai mendukung dn sesuai dengan arahan tema serta mempertegas sekulasi dan perbedaan ruang juga terdapat perbedaan level ketinggian lantai


(69)

- Tidak licin

- Tidak mudah kotor -Mudah

perawatannya -Mendukung tampilan tema

- Mendukung akustik

- Karpet sesuai dengan arahan tema serta mempertegas sekulasi dan perbedaan ruang juga terdapat perbedaan level ketinggian lantai

Cafe - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan tema - Keramik - Granit

Pola lantai mendukung dn sesuai dengan arahan tema serta mempertegas sekulasi dan perbedaan ruang juga terdapat perbedaan level ketinggian lantai

Merchandise Shop

- Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya -Mendukung tampilan tema - Keramik - Granit

Pola lantai mendukung dn sesuai dengan arahan tema serta mempertegas sekulasi dan perbedaan ruang juga terdapat perbedaan level ketinggian lantai

Lavatory - Tahan lama - Tidak licin - Mudah perawatannya

- Keramik - koral sikat


(70)

b. Dinding

Dinding merupakan unsur penting dalam pembentukan ruang baik sebagai unsur penyekat, pembagi ruang maupun sebagai unsur dekorasi.(Pamudji Subtandar, 1990 : 146) .

Dari sisi fisika bangunan, dinding mempunyai fungsi : 1). Pemikul beban

2). Fungsi penutup atau pembatas ruangan baik vsual maupun akustik

3). Menghadapi alam luar dan dalam ruangan 4).

Tabel 16

Analisa Penggunaan Bahan Dinding

Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan

Lobby - Tahan lama - Tahan gesekan - Tahan air

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan tema - Beragam pilihan motif dan tekstur

- Banyak bukaan

- Kayu - Plesteran - Wallpaper - Kaca

Sesuai dan mendukung tema

Office - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor

- Karpet - Wallpaper -Gypsum board

Sesuai dan mendukung tema


(71)

Bioskop - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor -Mudah perawatannya -Mendukung tampilan tema - Mendukung akustik

- Karpet - Wallpaper

Sesuai dan mendukung tema

Cafe - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan tema

- Kayu - Plesteran - Wallpaper - Kaca Sesuai dan mendukung tema Merchandise Shop

- Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya -Mendukung tampilan tema

- Kayu - Plesteran - Wallpaper - Kaca Sesuai dan mendukung tema

Lavatory - Tahan lama - Tidak licin

- Mudah perawatannya

- Plesteran

( sumber : analisa penulis ) c. Langit – Langit (ceiling)

Ditinjau dari segi fungsinya, langit – langit memiliki berbagai fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan unsur – unsur pembentuk ruang yang lain seperti lantai dan dinding.


(72)

Tabel 17

Analisa Penggunaan Bahan Ceiling

Ruang Kriteria Analisa Bahan Keterangan

Lobby - Tahan lama - Tahan gesekan - Tahan air

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya - Mendukung tampilan tema - Beragam pilihan motif dan tekstur

- Banyak bukaan

- Ekspose struktur atap - Gypsum board Sesuai dan mendukung tema

Office - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor -Mudah perawatannya -Mendukung tampilan tema

- Ekspose struktur atap - Gypsum board Sesuai dan mendukung tema

Bioskop - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor -Mudah perawatannya -Mendukung tampilan tema - Mendukung akustik

- Ekspose struktur atap - Gypsum board Sesuai dan mendukung tema

Cafe - Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor

- Ekspose struktur atap - Gypsum board Sesuai dan mendukung tema


(73)

Merchandise Shop

- Tahan lama - Tahan gesekan - Tidak licin

- Tidak mudah kotor - Mudah perawatannya -Mendukung tampilan tema

- Ekspose struktur atap - Gypsum board

Sesuai dan mendukung tema

Lavatory - Tahan lama - Tidak licin

- Mudah perawatannya

- Internit - Gypsum board

( sumber : analisa penulis )

8. Zoning dan Grouping


(74)

9. Sistem Interior a. Pencahayaan

Tujuan perencanaan pencahayaan adalah memberikan suatu lingkungan menyenangkan dan nyaman yang mempermudah pelaksanaan tepat guna terhadap tugas-tugas visual tanpa tegangan atau takanan jiwa.

Beberapa pertimbangan dalam perencanaan pencahayaan : 1). Pemanfaatan pencahayaan alami berupa sinar matahari

melalui lubang ventilasi, jendela dan pintu karena sinar matahari lebih efisien dan efektif

2). Pemanfaatan pencahayaan buatan berupa lampu yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang.

Tabel 18

Analisa Pencahayaan Ruang

Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem Lobby - Tidak memerlukan bahan dan instalasi

khusus dalam pengoperasiaannya - Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan diberbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya

-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250

- Pencahayaan alami


(75)

khusus dalam pengoperasiaannya - Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan diberbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya

-Besar tingkatan penerangan rata-rata 200-500 lux

- Pencahayaan buatan

Bioskop - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan diberbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya

-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250 lux

- Pencahayaan alami - Pencahayaan buatan

Cafe - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan diberbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya

-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250

- Pencahayaan alami - Pencahayaan buatan


(76)

Mercandise Shop

- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan diberbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya

-Besar tingkatan penerangan rata-rata 250 lux

- Pencahayaan alami - Pencahayaan buatan

Lavatory - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Tidak memerlukan perawatan khusus - Dapat digunakan diberbagai tempat, keadaan, waktu dan model yang sesuai dengan perancangan yang diinginkan - Dapat diletakkan sesuai dengan kebutuhan benda yang memerlukan cahaya

-Besar tingkatan penerangan rata-rata 50 lux

- Pencahayaan alami - Pencahayaan buatan

( sumber : analisa penulis ) b. Penghawaan

Tujuan penghawaan udara adalah memberikan suhu yang sehat serta kondisi-kondisi suhu dan suasana yang nyaman, dapat dicapai dengan mengolah dan mendistribusikan udara yang disejukkan ke seluruh bangunan.


(77)

1). Pemanfaatan penghawaan alami, berupa angina melalui lubang ventilasi, karena angin lebih efektif dan efisien. 2). Pemanfaatan penghawaan buatan, berupa kipas angina dan

AC yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang serta menjaga kesehatan pengguna.

Tabel 19

Analisa Penghawaan Ruang

Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem

Lobby - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan terbuka - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan alami - Penghawaan buatan

Office - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan tertutup - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan alami - Penghawaan buatan

Bioskop - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Mudah dalam pengoperasiannya - Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan alami - Penghawaan buatan


(78)

khusus dalam pengoperasiaannya - Mudah dalam pengoperasiannya

- Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan buatan

Mercandise Shop

- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Mudah dalam pengoperasiannya

- Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan alami - Penghawaan buatan

Lavatory - Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan tertutup

- Pencahayaan alami - Pencahayaan buatan

( sumber : analisa penulis ) c. Akustik

Dalamsistem akustik, sumber bunyi dari suatu kegiatan (manusia atau mesin) akan menimbulkan dampak yang enak didengar atau tidak enak didengar (gaduh/bising).

Beberapa pertimbangan dalam perencanaan akustik ;

1). Penggunaan bahan lantai, dinding, ceiling, furniture atau aksesoris yang bertujuan untuk menetralisir suara.


(79)

Tabel 20

Analisa Akustik Ruang

Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem Lobby - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan terbuka - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

Office - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan tertutup yang membutuhkan ketenangan dari luar dan dari dalam

- Membutuhkan isolasi bunyi

Mengisolasi ruangan dari pengaruh suara di luar ruang dengan memberikan tabir penghalang bunyi dan mengatur akustik dalam ruang dalam mengatasi dengung

Bioskop - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan tertutup yang membutuhkan ketenangan dari luar dan dari dalam

- Membutuhkan isolasi bunyi

Mengisolasi ruangan dari pengaruh suara di luar ruang dengan memberikan tabir penghalang bunyi dan mengatur akustik dalam ruang dalam mengatasi dengung

Cafe - Tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah 40-60 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

Mercandise Shop

- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema Lavatory - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-60 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

( sumber : analisa penulis ) d. Keamanan


(80)

Tabel 21

Analisa Sistem Keamanan

Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem Lobby - Dapat mendeteksi api

- Bekerja secara manual

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan smoke detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sistem hidrant

Office - Dapat mendeteksi api - Bekerja secara otomatis

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Dapat memadamkan api yang besar

- Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan thermal detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sprinkler

Bioskop - Dapat mendeteksi api - Bekerja secara otomatis

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Dapat memadamkan api yang besar

- Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan thermal detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sprinkler

Cafe - Dapat mendeteksi api - Bekerja secara manual

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Diletakkan di area yang mudah

- Penggunaan smoke detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sistem hidrant


(1)

khusus dalam pengoperasiaannya - Mudah dalam pengoperasiannya

- Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan buatan

Mercandise Shop

- Tidak memerlukan bahan dan instalasi khusus dalam pengoperasiaannya

- Mudah dalam pengoperasiannya

- Mampu memberikan derajat kelembaban sesuai dengan yang diinginkan pada suatu tempat

- Penghawaan alami - Penghawaan buatan

Lavatory - Tidak memerlukan bahan dan instalasi

khusus dalam pengoperasiaannya - Mudah dalam pengoperasiannya - Merupakan ruangan tertutup

- Pencahayaan alami - Pencahayaan buatan

( sumber : analisa penulis ) c. Akustik

Dalamsistem akustik, sumber bunyi dari suatu kegiatan (manusia atau mesin) akan menimbulkan dampak yang enak didengar atau tidak enak didengar (gaduh/bising).

Beberapa pertimbangan dalam perencanaan akustik ;

1). Penggunaan bahan lantai, dinding, ceiling, furniture atau aksesoris yang bertujuan untuk menetralisir suara.


(2)

commit to user

Tabel 20

Analisa Akustik Ruang

Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem

Lobby - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan terbuka - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

Office - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan tertutup yang membutuhkan ketenangan dari luar dan dari dalam

- Membutuhkan isolasi bunyi

Mengisolasi ruangan dari pengaruh suara di luar ruang dengan memberikan tabir penghalang bunyi dan mengatur akustik dalam ruang dalam mengatasi dengung

Bioskop - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Merupakan ruangan tertutup yang membutuhkan ketenangan dari luar dan dari dalam

- Membutuhkan isolasi bunyi

Mengisolasi ruangan dari pengaruh suara di luar ruang dengan memberikan tabir penghalang bunyi dan mengatur akustik dalam ruang dalam mengatasi dengung

Cafe - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-60 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

Mercandise Shop

- Tingkat kebisingan yang diperbolehkan adalah 40-55 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

Lavatory - Tingkat kebisingan yang

diperbolehkan adalah 40-60 dBA - Tidak membutuhkan isolasi bunyi

Penggunaan bahan akustik sisesuaikan dengan tema

( sumber : analisa penulis ) d. Keamanan


(3)

Tabel 21

Analisa Sistem Keamanan

Ruang Kriteria Analisa Alternatif Sistem

Lobby - Dapat mendeteksi api

- Bekerja secara manual

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan smoke detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sistem hidrant

Office - Dapat mendeteksi api

- Bekerja secara otomatis

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Dapat memadamkan api yang besar

- Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan thermal detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sprinkler

Bioskop - Dapat mendeteksi api

- Bekerja secara otomatis

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Dapat memadamkan api yang besar

- Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan thermal detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sprinkler

Cafe - Dapat mendeteksi api

- Bekerja secara manual

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Diletakkan di area yang mudah dijangkau

- Penggunaan smoke detector yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sistem hidrant


(4)

commit to user

Shop - Bekerja secara otomatis

- Dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang lebih luas - Dapat memadamkan api yang besar

- Diletakkan di area yang mudah dijangkau

yang disambungkan ke alarm - Penggunaan sprinkler

( sumber : analisa penulis )

2). Dari Ancaman Kejahatan Manusia

Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian) diterapkan pada fasilitas Cinerama, dengan penerapan CCTV (Close Circuit Television) dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).

10. Analisa Tema dan Gaya Perancangan a). Tema

Dalam suatu perancangan desain interior, tema memegang peranan penting, karena tema dapat memberikan suasana dan membentuk karakter ruangan tertentu sesuai dengan yang diharapkan oleh tema tersebut. Tema dalam desain sering kali menjadi permasalahan, sehingga sebagai seorang desainer itu kita harus menganggap tema sebagai pemecahan permasalahan yang perlu diselesaikan dengan visualisasi yang menarik dan tidak melenceng dari konsep awal perancangan.


(5)

Tema yang diambil dalam perancangan cinerama ini adalah “in space” atau luar angkasa Luar angkasa sangat erat keterkaitanya dengan udara dan udara berarti kebebasan, arti kebebasan disini adalah pengunjung bebas dalam hal sirkulasi.

Dengan tema di atas desainer ingin menampilkan sesuatu yang begitu erat kaitannya dengan aktivitas kegiatan manusia yang berada di dalamnya. Ini merupakan aspek desain yang mungkin belum dipenuhi oleh bioskop yang ada di kota Surakarta. Maka dengan tema “in space” ini desainer ingin menjawab permasalahan yang selama ini timbul.

b). Gaya

Gaya pada perancangan ini adalah “Moderen Organic”,

dimana gaya/ style mengacu pada perpaduan dua unsur yang unik yaitu gaya desain modern dan efektifitas. Gaya ini merupakan


(6)

commit to user

psikologis, mempunyai nilai dan bertujuan mengangkat harkat aktivitas manusia. (Frank Loyd Wright, 1867-1959). Karakter utama pada gaya ini adalah :

1). Mengandung unsur komunikatif yang bersifat akal atau populer dengan menitikberatkan pada keefektifan tempat tapi dari segi fungsional dapat terpenuhi.

2). Memberikan suasana baru yang tidak didapat di bioskop yang lain dan memberi sentuhan futuristik pada perancangan interior ini.

3). Berkonteks urban, dimana terdapat pendekatan lingkungan yang menghasilkan komposisi lingkungan yang serasi dan dapat menampung kegiatan manusia di dalamnya.

4). Menempatkan teknik detail yang dapat ditonjolkan di gaya yang dipakai.

5). Bersifat representasional, yaitu penempatan warna – warna, ornamen, ataupun simbol desain relevan dengan masyarakat.

6). Terdapat keanekaragaman aspirasi perancang.

7). Bersifat prural, dimana suatu konsep tidak dapat mendominasi suatu bentuk melainkan digabungkan seperti antara efektif dan modern.