xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang subur dan beranekaragam flora dan fauna.
Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu perlu adanya
pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan pertanian. Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan dan
merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan, dan bertahap menuju kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang ada harus
disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh sumber daya pertanian, baik nabati maupun hewani mampu
menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dari sumber daya lokal maupun daerah. Saat ini dibeberapa negara Asia banyak produk pangan
yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Sehingga jumlah dan jenis produk pangan menjadi banyak jumlahnya dan lebih
beraneka ragam Saleh, 2003.
Industri pengolahan pangan di Kabupaten Kudus sebagian besar termasuk industri pangan berskala kecil meskipun ada sebagian yang berskala
besar. Industri-industri pangan berskala kecil pada umumnya masih menggunakan teknologi tradisional, sehingga kualitas produknya masih
beragam dan belum sepenuhnya mengikuti standar-standar kualitas yang telah ditetapkan. Masalah yang dihadapi industri pangan adalah masalah mutu
produk pangan yang belum sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pengendalian mutu produk pangan dalam mengelola industri pangan baik
skala besar maupun kecil mutlak dilakukan.
Menurut Astawan 1991, jenang merupakan jenis makanan dengan menggunakan bahan pencampur misalnya tepung ketan, tepung beras, gula,
dan santan sebagai bahan baku utama dan bahan-bahan lain seperti susu, telur atau buah-buahan sebagai bahan tambahan untuk mendapatkan cita rasa yang
khas. Tepung ketan yang digunakan sebagai bahan pengikat agar diperoleh tekstur plastis dan kenyal yang dikehendaki.
Berikut adalah daftar industri pengolahan bahan pangan di Kabupaten Kudus berdasarkan tenaga kerja, jenis industri dan jumlah produksi.
Tabel 1. Daftar Industri Pengolahan Bahan Pangan Di Kabupaten Kudus Berdasarkan Tenaga Kerja, Jenis Industri dan Jumlah produksi
No Nama Perusahaan
Jumlah Tenaga
Kerja Jenis Industri
Produksi per
Tahun Satuan
1 AGUNG REJEKI
4 INDUSTRI
PENGUPASAN DAN PEMBERSIHAN
10 Ton
1
xiii
KACANG- KACANGAN
2 SINAR ABADI
13 INDUSTRI
MAKANAN DARI COKLAT DAN
KEMBANG GULA 60
Ton
3 BINTARA MIE
JAFOS 3
INDUSTRI MAKARONI, MIE,
SPAGHETI, BIHUN, SOUN DAN
SEJENISNYA 45
Ton
4 BABON RODA
TERBANG 17
INDUSTRI KECAP 60,000
Liter 5
ANUGRAH 11
INDUSTRI KERUPUK DAN SEJENISNYA
75 Ton
6 KRUPUK
RAMBAK CAP KUDA
7 INDUSTRI KERUPUK
DAN SEJENISNYA 12
Ton 7
D J A W A 4
INDUSTRI BUMBU MASAK DAN
PENYEDAP MAKANAN
6 Ton
8 T J
3 INDUSTRI BUMBU
MASAK DAN PENYEDAP
MAKANAN 6
Ton
9 CV.
MUBAROKFOOD CIPTA DELICIA
65 INDUSTRI KUE-KUE
BASAH 390
Ton 10
PJ. MURIA 31
INDUSTRI KUE-KUE BASAH
160 Ton
11 DUA KERIS
13 INDUSTRI KUE-KUE
BASAH 45
Ton
Sumber : Disperindag Kabupaten Kudus 2009 Jenang kudus merupakan salah satu makanan khas Kabupatan Kudus
yang paling dikenal oleh masyarakat pada umumnya diantara makanan khas lainnya yaitu keciput, lentog, soto, dan sebagainya. Diantara produk jenang
kudus yang lain jenang kudus yang diproduksi oleh perusahaan jenang “PJ. Muria” sudah sangat dikenal oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya, karena
mempunyai sejarah berdiri sejak tahun 1973 yang sampai sekarang masih tetap mempertahankan resepnya. Oleh karena itu rasanya yang khas dan tidak
berubah menjadikan konsumen tetap setia dengan jenang kudus produksi “PJ. Muria”.
Jenang memiliki banyak potensi untuk dapat maju dan berkembang seperti halnya produk pengolahan makanan lainnya. Hal ini didasari karena
jenang merupakan salah satu produk makanan unggulan Kabupaten Kudus, dikarenakan banyaknya permintaan pasar akan produk jenang, peluang pasar
yang luas, mutu dan kualitas jenang yang layak dan penyerapan tenaga kerja yang dapat mengurangi angka penggangguran didaerah sekitar.
Prospek kedepan untuk jenang kudus adalah terletak pada aspek produksi. Dan selain berpeluang dapat dipasarkan ke berbagai daerah di
xiv Nusantara dan bahkan ke negara-negara tetangga karena tidak disetiap tempat
memproduksi, dalam pengolahan jenang “PJ. Muria” juga dapat dijadikan sebagai acuan standar prosedur operasional SOP bagi produsen-produsen
jenang lainnya . Hal ini didasarkan pada mutu jenang produksi “PJ. Muria”
yang dapat dipertanggungjawabkan keamanannya bagi kesehatan, karena hanya memakai bahan-bahan alami dan tanpa pengawet.
B. Perumusan Masalah