Analisis keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit dengan metode praktikum

SKRIPSI

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT DENGAN METODE PRAKTIKUM

OLEH:
HERTI PATMAWATI
(105016200539)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NONELEKTROLIT DENGAN METODE PRAKTIKUM

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
HERTI PATMAWATI
105016200539

Mengesahkan,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Zulfiani, M.Pd
NIP. 19760309 200501 2 002

Tonih Feronika M.Pd

NIP. 19760107 200501 1 007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode
Praktikum ” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah
pada, 8 Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta, 17 Maret 2011

Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal


Tanda Tangan

……………………..

………………….

Ketua Panitia

NIP:

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)
Nengsih Juaningsih, M.Pd
NIP: 19790510 200604 2 001

……………………..

…………………..

………………………


………………….

…………………….

………………….

Penguji I
Ir.Mahmud M. Siregar, M.Si
NIP: 19540310 198803 1 001
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si.
NIP:19710528 200003 1 002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.
NIP. 19790510 198703 1 003

DEPARTEMEN AGAMA

UIN JAKARTA
FITK

FORM (FR)

No. Dokumen

: FITK-FR-AKD-098

Tgl. Terbit

: 5 januari 2009

No. Revisi

: 00

Hal

: 1/1


Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412
Indonesia

PENDAFTARAN PESERTA WISUDA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: HERTI PATMAWATI
Tempat, Tanggal Lahir

: Tasikmalaya, 30 Desember 1984

NIM

: 105016200539

Jurusan/Prodi

: Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia


Judul Skripsi

: ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN
LARUTAN

ELEKTROLIT

DAN

NONELEKTROLIT DENGAN METODE
PRAKTIKUM
Dosen Pembimbing

: 1. Dr. Zulfiani, M.Si.
2. Tonih Feronika, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang

saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian
Munaqasyah.
Jakarta, 08 Maret 2011

Herti Patmawati
NIM. 105016200539

ABSTRAK
Herti Patmawati. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Metode Praktikum,
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis
siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui metode
praktikum. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya pada
kelas X-5 semester genap tahun ajaran 2009-2010, dengan menggunakan metode
deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan
berpikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar keterampilan

berpikir kritis siswa dapat berkembang melalui pembelajaran larutan elektrolit dan
nonelektrolit dengan metode praktikum. Subjek penelitian ini adalah seluruh
siswa SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya kelas X-5 yang berjumlah 44 orang yang
dibagi menjadi enam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas siswa laki-laki dan
perempuan dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa dari lima indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang
diamati melalui metode praktikum, muncul dengan persentase yang bervariasi.
Indikator yang memperoleh persentase lebih besar adalah indikator
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak sebanyak 88,4%,
dan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi sebanyak
87,7%. Sedangkan, aspek yang jumlah persentasenya lebih kecil adalah indikator
bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang
menghubungkan materi terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Sebagian besar
siswa menyenangi pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan
metode praktikum karena melibatkan banyak siswa dan membuat siswa menjadi
lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung
sehingga dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa melalui percobaan.
Kata kunci: Keterampilan berpikir kritis, metode praktikum, larutan elektrolit,
dan nonelektrolit.


i

ABSTRACT
Herti Patmawati. Analysis on Students’ Critical Thinking Skill in Learning
Electrolyte and non Electrolyte Solution through Practicum Method, Study
Program of Chemical Education, Department of Natural Sciences Education,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, 2011.
This study aims to determine students’ critical thinking skill in learning
electrolyte and non electrolyte solution through the method of practicum. This
research was conducted in SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya on X-5 class in the
second semester of 2009-2010 academic year by using descriptive method which
is directed to obtain information about there is any critical thinking skill that
emerge, and to observe how much students’ critical thinking skill can be
developed through learning electrolyte and non electrolyte solution with the
practicum method. The subjects of this study are all of the high school students in
X-5 class. The sum is 44 students, who are divided into six groups. Each group
consists of male and female students from the category of high, medium and
low. The result of the research shows that the five indicators of students’ critical
thinking skill observed through laboratory method appears in various percentages.

The indicator which has greater percentage (are an indicator to consider whether
the source can be trusted or not by 88,7 percentage), and ( the indicator of
observing and considering the results of the observation 87,7 percentage), whereas
the aspect whose smaller percentage is the indicator of asking and answering
questions. These were found because the students did not connect the material to
incident or event. Most students enjoy learning with a solution of electrolyte and
non electrolyte in the method of practicum because it involves a lot of students
and makes students more active in acquiring knowledge with direct experience so
as it is able to train students’ critical thinking skill through trial.
Keywords: critical thinking skills, the practicum method, electrolyte and non
electrolyte solution.

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas
bilangan. Shalawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja, doa, dan
kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi
ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.

3.

Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4.

Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam

5.

Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, dan Bapak Tonih Feronika M.Pd selaku dosen
Pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat
bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

6.

Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd selaku penasihat akademik yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

7.

Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

8.

Ibu Ani Nuraisyah, S.Pd yang telah membantu penulis dalam mengurus halhal yang berkaitan dengan administrasi akademik.

iii

9.

Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya, Bapak Drs M. Kurtubi,
M.Si, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMA
Negeri 3 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

10. Bapak Drs. Asep Nanang M.Pd selaku wakil kepala bidang Kurikulum SMA
Negeri 3 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
11. Bapak Entang S.Pd selaku guru bidang studi kimia SMA Negeri 3 Kota
Tasikmalaya yang telah berkenan menjadi observer dan membantu penulis
selama melaksanakan penelitian.
12. Seluruh guru dan staff tata usaha SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
13. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan
pinjaman literatur yang dibutuhkan.
14. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, dan saudaraku yang tak henti-hentinya
memberikan doa, dan dukungannya baik moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
15. Keluarga Bapak Asep Qohar dan Ibu Lisda Dalilah yang tak henti-hentinya
membimbing, memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil.
Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya.
16. Teman-teman pendidikan kimia angkatan 2005 yang telah memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis
17. Siswa siswi kelas X SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya yang telah bekerjasama
dengan baik selama penelitian.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Hanya doa dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat
penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian
dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya.
Penulis

Herti Patmawati

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................

i

KATA PENGANTAR....................................................................

iii

DAFTAR ISI...................................................................................

v

DAFTAR TABEL...........................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................

1

B. Identifikasi Masalah.......................................................

6

C. Pembatasan Masalah......................................................

6

D. Perumusan Masalah.......................................................

6

E. Tujuan Penelitian...........................................................

7

F. Manfaat Penelitian ........................................................

7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK
A. Deskripsi Teoritis……………………………………...

8

1. Hakikat pembelajaran.............................................

8

2. Pengertian Metode Mengajar …….………….......

10

3. Metode Praktikum………………………..………

12

4. Hakikat Berpikir Kritis……………...….…….......

16

a. Pegertian Berpikir……………………………...

16

b. Berpikir Kritis……..………………..…………

18

5. Konsep Larutan Elektrolit dan non Elektrolit……

27

B.

Kerangka Berpikir......................................................

31

C.

Penelitian Relevan......................................................

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................

33

B. Subyek Penelitian ..........................................................

33

C. Metode Penelitian .........................................................

34

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ..................

34

v

BAB IV

BAB V

E. Instrumen Penelitian...........................................................

35

F. Teknik Pengumpulan data.................................................

37

G. Teknik Pengolahan Data....................................................

40

H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi.......................

40

I.

41

Teknik analisis data...........................................................

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Metode Praktikum.................................

45

1. Hasil Observasi......................................................

45

2. Hasil Data Angket............................................... ..

61

3. Hasil Wawancara...................................................

65

B. Temuan Penelitian Keterampilan Berpikir Kritis.......

65

C. Pembahasan terhadap temuan penelitian.....................

75

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................

79

B. Saran...........................................................................

80

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

81

LAMPIRAN.......................................................................................

85

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Indikator berpikir kritis menurut R. Ennis................................ 23

Tabel 2.2 Perbedaan elektrolit kuat, lemah dan nonelektrolit.................. 28
Tabel 2.3 Perbedaan senyawa ion dan senyawa kovalen polar...............

30

Tabel 3.1 Indikator Keterampilan berpikir kritis siswa yang akan
dianalisis................................................................................... 36
Tabel 3.2 Skala Pengukuran..................................................................... 42
Tabel 4.1 Hasil lembar observasi indikator menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi............................................. 46
Tabel 4.2 Hasil lembar observasi indikator membangun keterampilan
dasar......................................................................................... 47
Tabel 4.3 Hasil lembar observasi indikator menginduksi
dan mempertimbangkan hasil induksi..................................... 48
Tabel 4.4 Hasil lembar observasi indikator bertanya dan menjawab
pertanyaan..............................................................................

49

Tabel 4.5 Hasil lembar observasi indikator mengobservasi
dan mempertimbangkan laporan observasi............................. 50
Tabel 4.6 Hasil lembar observasi indikator mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak........................................... 51
Tabel 4.7 Hasil lembar observasi indikator mengobservasi
dan mempertimbangkan laporan observasi............................. 52
Tabel 4.8 Hasil lembar observasi indikator menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi............................................. 53
Tabel 4.9 Hasil lembar observasi indikator menginduksi
dan mempertimbangkan hasil induksi.....................................

54

Tabel 4.10 Hasil lembar observasi indikator mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi.........................................

55

Tabel 4.11 Hasil lembar observasi indikator bertanya dan menjawab
pertanyaan..............................................................................
Tabel 4.12 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis siswa pertemuan

vii

56

Pertama..................................................................................

57

Tabel 4.13 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis siswa pertemuan
kedua........................................................................................ 58
Tabel 4.14 Hasil persentase keterampilan berpikir kritis secara
keseluruhan.............................................................................. 59
Tabel 4.15 Hasil angket indikator mengindukasi dan mempertimbangkan
hasil induksi............................................................................ 61
Tabel 4.16 Hasil angket indikator mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak.......................................................

62

Tabel 4.17 Hasil angket indikator bertanya dan menjawab pertanyaan.... 63
Tabel 4.18 Hasil angket indikator memebrikan penjelasan lanjut............... 63
Tabel 4.19 Hasil angket mempertimbangkan istilah dan pertimbangan
suatu definisi............................................................................ 64
Tabel 4.20 Hasil wawancara......................................................................... 65

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1

Alur Penelitian..........................................................................

Gambar 4.1

Grafik Indikator Keterampilan berpikir kritis tiap pertemuan.. 60

Gambar 4.2

Grafik nilai rata-rata keseluruhan keterampilan berpikir kritis.. 61

Gambar 4.3

Grafik Hasil data angket keterampilan berpikir kritis siswa.....

ix

44

65

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Silabus materi larutan elektrolit dan nonelektrolit....................

85

Lampiran 2.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................... 87

Lampiran 3.

Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 94

Lampiran 4.

Format lembar observasi........................................................... 109

Lampiran 5.

Kisi-kisi lembar observasi......................................................... 114

Lampiran 6.

Format lembar angket................................................ ............... 123

Lampiran 7.

Kisi-kisi lembar angket.............................................................. 126

Lampiran 8.

Pengolahan lembar observasi..................................................... 127

Lampiran 9.

Format panduan wawancara...................................................... 159

Lampiran 10. Hasil wawancara tiap kelompok............................................... 160
Lampiran 11. Jumlah persentase keterampilan berpikir kritis siswa tiap
indikator..................................................................................... 169
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian............................................................. 170
Lampiran 13. Lembar Uji Referensi................................................................. 172
Lampiran 14. Surat Bimbingan Skripsi............................................................ 179
Lampiran 15. Surat Izin Permohonan Penelitian.............................................. 180
Lampiran 16. Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian...................... 181

x

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini mengalami
perubahan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia telah
terjangkiti oleh revolusi di bidang ilmu, teknologi, dan seni serta arus
globalisasi, sehingga menuntut kesiapan semua pihak untuk menyesuaikan
dengan kondisi yang ada, perlu disadari bahwa dengan berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, informasi yang akan sampai makin banyak
ragamnya, baik sumber maupun esensi informasinya, untuk menghadapi
perubahan teknologi yang cepat maka kemampuan berpikir kritis merupakan
aspek yang perlu mendapat penekanan dalam pengajaran.1 Pada konteks ini,
pendidikan juga mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu dan tidak
pernah berhenti. Pendidikan sebagai suatu proses yang disadari untuk
mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir,
emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah
masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Kimia merupakan ilmu yang termasuk
rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA.
Karakteristik tesebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
1

Mulyati Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Prinsip dan Aplikasinya
menuju Pembelajaran yang efektif, (Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung), hal 2.

2

dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), pada perkembangannya
selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,
struktur sifat, perubahan dianamika, dan energenika zat. 2
Pelajaran kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan,
karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang
diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena
penggunaan metode yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru banyak
memberikan pelajaran pada aspek ingatan dan pemahaman. Pembelajaran
seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton dan
membosankan. Dengan demikian diperlukan peran guru dalam menentukan
metode yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan
siswa. Seorang pendidik harus bisa mengarahkan dan menggali potensi yang
ada pada diri siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilanketerampilan tertentu diantaranya keterampilan berpikir kritis.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkat kualitas
pendidikan di Indonesia adalah dengan membenahi kurikulum sekolah dasar
dan menengah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 22 dan 23 tahun 2006 tentang standar isi dan
standar kompetensi lulusan dan pada Permen RI nomor 23 tahun 2006 tentang
standar kompetensi kelulusan mengatakan bahwa
standar kompetensi kelulusan pada satuan pendidikan menengah
umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dan salah satu tujuan standar
kompetensi kelulusan pada kelompok mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi adalah untuk mengembangkan logika,
kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.3

2

Mata pelajaran kimia di Program Paket C. Http://www.dikmenum.go.id/pdf diakses 22
Januari 2010 hal 113
3
Peraturan Mendiknas RI nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi Kelulusan,
[online],http://www.psb.psma.org/files/2.SKL.pdf diakses 22 januari 2010 hal 4

3

Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang
zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan
energetika yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Dalam Standar Isi
mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik mampu
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet kritis dan dapat
bekerja sama dengan orang lain.
Tujuan dan fungsi mata pelajaran kimia di SMA dan MA yang
tercantum dalam standar isi diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah
yang mencakup bersikap kritis terhadap pertanyaan ilmiah, yaitu tidak mudah
percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris, memahami konsepkonsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaiakan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi.4 Untuk mencapai tujuan dan fungsi
tersebut maka pembelajaran dengan mengembangkan sikap berpikir kritis
merupakan hal yang vital, karena sumber daya manusia yang profesional dan
berkualitas akan tercipta jika ilmu yang diperoleh digali lebih dalam dengan
mengembangkan budaya berpikir kritis. Mengajarkan keterampilan berpikir
ktitis dan memadukannya dengan materi pembelajaran (kurikulum) dapat
membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara
efektif.
Pembelajaran kimia di SMA umumnya dilakukan oleh guru lebih
banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan
aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari
pembelajaran

yang

mengembangkan

dilakukan.

daya

nalarnya

Hal

ini

menyebabkan

siswa

kurang

dalam

memecahkan

masalah

dan

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.
Sikap peserta didik yang pasif atau hanya menerima apa yang diberikan
pendidik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan
tidak teraktifkannya potensi kemampuan siswa sehingga menjadi pasif dan
kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas.
4

Depdiknas, Standar Isi Mata Pelajaran kimia untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Madrasah Aliyah, dari http://www.puskur.net/inc/si/sma/kimia.pdf diakses 22 januari 2010
hal 114

4

Fenomena yang terjadi saat ini adalah begitu banyak peserta didik
yang pasif, mereka cenderung duduk diam mendengarkan tanpa mampu
mengembangkan informasi yang diperoleh atau berdiskusi. Situasi tersebut
harus ditanggapi serius oleh pendidik untuk mencari alternatif pembelajaran
mengenai metode pembelajaran yang sesuai dan bagaimana memotivasi peserta
didik untuk kreatif dan percaya diri serta mendorong berpikir kritis.
Pada dasarnya siswa mempunyai keterampilan berpikir kritis dalam
belajar misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, klasifikasi, observasi
(pengamatan) dan interpretasi. Tetapi keterampilan-keterampilan ini terkadang
tidak berkembang dengan baik maka diperlukan adanya metode yang mampu
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia.
Salah satunya adalah melalui kegiatan praktikum, karena kegiatan praktikum
membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih
rinci dari sebelumnya dan setelah itu mengingat kejadian tersebut.
Praktikum adalah suatu metode dalam pembelajaran yang sangat erat
hubungannya dengan mata pelajaran kimia. Karena dengan melakukan
Praktikum ilmu kimia lebih mudah dipelajari jika dibandingkan hanya
mempelajari konsepnya saja. Kimia harus dipelajari melalui kegiatan
percobaan karena belajar kimia tanpa percobaan tidak sempurna dan kurang
bermakna.5
Kegiatan praktikum merupakan sarana pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Melalui metode praktikum siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum merupakan

cara

pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk menjadi kritis, analisis
argumentatif dan mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan melaui
pengalaman-pengalaman langsung.
5

15.

Tine Maria Kuswanti, dkk., Sains Kimia Kelas I SMA (Jakarta: Bumi Aksara.2004) hal

5

Metode praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya tetapi
bagaimana proses berpikir tersebut dapat ikut berkembang. Salah satu bentuk
metode yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
diantaranya adalah metode praktikum karena metode praktikum kegiatannya
difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir kritis, memecahkan masalah dan
interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan mereka lebih
kreatif dan kritis dalam pengetahuan-pengetahuan baru.
Pada Penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit, dimana materi ini dianggap sesuai bila
diajarkan dengan metode praktikum. Karena dalam kegiatan praktikum siswa
melakukan aktivitas seperti merancang percobaan, merangkai alat dan
menggunakan alat, mengemukakan hipotesis, menganalisis data, melihat
persamanan dan perbedaan suatu reaksi, memprediksi dan menarik kesimpulan
serta memberikan contoh. Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan siswa
tersebut merupakan keterampilan berpikir kritis siswa yang muncul dengan
metode praktikum.
Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan keterampilan
berpikir kritis salah satunya oleh Hanumi Oktiyani Rusdi yang menyatakan
bahwa indikator keterampilan berpikir kritis yang banyak dikembangkan siswa
pada pembelajaran sistem koloid melalui metode praktikum dengan
menggunakan bahan sehari-hari adalah menyebutkan contoh dan menarik
kesimpulan dari hasil menyelidiki.6 Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran kimia masih perlu
dikembangkan. Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian dengan
judul: ”Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran
larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Dengan Metode Praktikum”

Hanumi Oktiyani rusdi. (2007) ”Analisis Keterampilan berpikir Kritis Siswa SMA kelas
XI pada pembelajaran sistem koloid melalui metode praktikum dengan menggunakan bahan
sehari-hari” (Bandung : UPI Bandung) hal. 69
6

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah, antara lain:
1.

Pembelajaran kimia belum melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

2.

Guru banyak menekankan siswa pada aspek pengetahuan dan pemahaman
dalam pembelajaran sehingga siswa kurang terlatih untuk mengembangkan
daya nalarnya.

3.

Banyak peserta didik yang pasif dan kurang mampu mengembangkan
informasi yang diperoleh.

C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah yang
diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
a.

Keterampilan berpikir kritis yang diteliti meliputi keterampilan
menginduksi

dan

menentukan

hasil

induksi,

keterampilan

mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,
keterampilan
mengobservasi

bertanya
dan

dan

menjawab

mempertimbangkan

keterampilan mendefinisikan istilah

pertanyaan,
laporan

keterampilan

observasi,

serta

dan mempertimbangkan suatu

definisi.
b.

Materi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran dibatasi pada konsep
larutan elektrolit dan nonelektrolit.

c.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode
praktikum

D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas X pada
pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan metode praktikum?”

7

E. Tujuan Penelitian.
Penelitian

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

seberapa

besar

keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan
nonelektrolit melalui metode Praktikum.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik
bagi semua pihak terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
1.

Untuk guru kimia, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan
dalam mengajarkan dan menyampaikan konsep larutan elektrolit dan
nonelektrolit dengan metode praktikum.

2.

Untuk sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbaharui sarana dan prasarana belajar dalam
menunjang peningkatkan kualitas belajar siswa.

3.

Bagi siswa, penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dalam memahami materi pelajaran kimia yang diberikan
dan memotivasi siswa dalam rangka perbaikan cara belajarnya

4.

Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.

8

BAB II
DESKRIPSI TEORITIK

A.

Kerangka Teoritis
1.

Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar.

Belajar dan Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kegiatan manusia. Sebelum memahami hakekat pembelajaran, maka perlu
diperhatikan tentang pengertian belajar terlebih dahulu karena hakekat
pembelajaran tidak bisa lepas dari hakekat belajar.
Banyak pengertian belajar yang dicetuskan oleh para ahli, namun
umumnya ahli-ahli tersebut (baik ahli psikologi maupun pendidikan)
mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil suatu aktivitas belajar adalah
“perubahan”. Bahwa perubahan itu terjadi akibat “pengalaman”. Dari kesamaan
ini lahir pengertian belajar secara umum atau popular. Pengertian umum inilah
yang banyak digunakan oleh para praktisi di lapangan khususnya guru. Secara
umum, belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena
pengalaman. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai-sikap.
Mulyati Arifin dkk berpendapat belajar merupakan proses aktif siswa
untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri
maupun dibimbing.1 Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah
ke arah yang lebih baik.

1

Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Prinsip dan Aplikasinya menuju
Pembelajaran yang efektif, (Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung), hal 8

9

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja, oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Pembelajaran
pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, dan
melalui proses tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah,
baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa.
Ciri-ciri Pembelajaran pembelajaran adalah sifat atau keadaan yang khas
dimiliki oleh kegiatan pembelajaran. Menurut Eggen & Kauchak menjelaskan
bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi
pengkaji

yang

aktif

terhadap

lingkungannya

melalui

mengobservasi,

membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan
serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang
ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi
dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada
pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan
kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran
penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6)
guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan
gaya mengajar guru.2
Sesuai dengan ciri-ciri belajar, maka ciri-ciri pembelajaran dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2

Anonim, “Pengertian Pembelajaran http://krisna.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciriciri-pembelajaran. diakses 15 januari 2010 hal. 1-2

10

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa.
d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f)

Pembelajaran dapat membuat siswa menerima pelajaran secara fisik maupun
psikologis.

2.

Pengertian Metode Mengajar
Metode berasal dari bahasa yunani yang berarti “metodos’’, yang terdiri

dari dua suku kata, yaitu “metha’’ yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos’’ yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan.3. Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah
Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan.4
Dalam pengertian umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan
sesuatu. Menurut Ahmad Tafsir metode adalah semua cara yang digunakan
dalam upaya mendidik.5 Menurut Nana Sudjana, metode adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan.6 Dalam kamus besar bahasa
Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud.7 Metode mempunyai arti yang sangat luas. Karena mengajar merupakan
bentuk dari upaya untuk mendidik, maka metode yang dimaksud adalah metode
mengajar.

3

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), cet 1, hal. 40
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2004), Cet IV hal. 155.
5
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. 1994), Cet II, hal. 131
6
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000) Cet V. Hal. 76
7
Op.cit., hal. 40

11

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Menurutnya pula
metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Dalam kegiatan belajar
mengajar

metode sangat diperlukan oleh guru dalam menunjang kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai setelah proses
belajar mengajar berakhir.
Sedangkan menurut Aminuddin Rasyid metode adalah berbagai cara yang
teratur dan sistematis yang dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mendapat isi pelajaran yang mereka
butuhkan.9
Dari beberapa pengertian metode, didalamnya terdapat muatan-muatan
substantif yang secara implisit menyatakan suatu pengertian yang sama. Dengan
kata lain, ada muatan nilai yang sama dalam masing-masing pengertian metode.
Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi pemahaman kepada
murid-muridnya dan merubah tingkah lakunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang
diinginkan. Metode mengajar mempunyai arti yang lebih dari pada hanya
sekedar sebagai alat untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada siswa.
Atau lebih tepat lagi untuk menolong siswa-siswa memperoleh pengetahuan
tersebut, selain itu metode mengajar bermakna juga sebagai alat untuk menolong
pelajar-pelajar memperoleh keterampilan, kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap,
minat dan nilai-nilai yang diinginkan.
Disinilah pentingnya guru mengajar dengan menggunakan metode yang
baik dan tepat. Baik dalam arti dapat menarik perhatian siswa dan tepat dalam
pengertian sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru menggunakan
metode dalam pengajaran tentunya tidak sekedar metode sebagai cara mengajar,
melainkan hendaknnya menguasai ruang lingkup metode itu sendiri. Suatu
proses

8

belajar

mengajar

dikatakan

baik,

bila

proses

tersebut

dapat

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 75.
9
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Uhamka Press, 2003),
hal. 125.

12

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.10

Pengertian ini menuntut

pentingnya posisi metode dalam pengajaran agar lebih efektif dan efisien.
Pemilihan suatu metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan instruksional yang
mencakup (1) penerimaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, (2)
aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan dan (3) tujuan yang bersifat
efektif atau motivasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau
perubahan sikap atau perasaan.11 Jadi metode pengajaran adalah cara dan
teknik yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa
secara tepat dan cepat sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu jalan atau
cara yang tersusun secara sistematis yang digunakan oleh guru untuk
menyajikan materi pelajaran secara efektif dalam membantu siswa memperoleh
keterampilan-keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3.

Metode Praktikum
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang perlu

ditunjang dengan eksperimen dan kerja laboratorium yang disebut dengan
praktikum.
Metode Praktikum/Eksperimen merupakan salah satu cara mengajar
dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di
kelas dan dievaluasi oleh guru. Atau Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan zain metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari.12

10

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hal. 47
11
Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 95.
12
op.cit., hal. 84.

13

Menurut Armai Arief metode eksperimen /praktikum

adalah

suatu

metode dimana siswa melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran
tertentu dengan menggunakan media laboratorium.13
Metode Eksperimen atau praktikum menurut E. Mulyasa merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan bendabenda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun
kelompok.14 Menurut Nana Sudjana, praktikum merupakan metode mengajar
yang sangat efektif, sebab membantu para siswa ntuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.15 Abu Ahmadi menjelaskan
bahwa praktikum adalah metode pengajaran di mana guru dan murid bersamasama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui.16
Sejalan dengan pendapat Abu ahmadi, Fathurrahman berpendapat metode
praktikum atau eksperimen merupakan metode atau cara dimana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Menurut Dimyati dan Mudjiono bereksperimen adalah Keterampilan untuk
mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima
atau menolak ide-ide itu.17 Dalam praktikum siswa diberi kesempatan untuk
menemukan sendiri fakta yang ingin diketahuinya dengan melakukan kegiatan
eksperimen sendiri maupun kelompok. Dengan kata lain metode eksperimen
menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari
sendiri dan menemukan sendiri.
Praktikum

merupakan

kegiatan

yang

berbentuk

praktik

dengan

mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa

13

op.cit., hal. 174.
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), Cet.2 hal. 110.
15
op.cit., hal. 83.
16
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia,
1997) hal. 62.
17
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999). hal.
150.
14

14

dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai
mereka.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode praktikum siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses tertentu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses
yang dialaminya itu. 18
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktikum
merupakan suatu kegiatan pembelajaran berupa praktik yang menggunakan alatalat tertentu. Dimana kegiatan ini dapat melatih kemampuan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap secara bersama-sama.
Praktikum merupakan latihan bagi siswa yang bertujuan untuk
mempraktekan teori yang telah dipelajari, mencoba suatu teori baru dalam
kondisi aktual, untuk memperbaiki dan menyempurnakan teori serta metode
yang digunakan. Pada metode praktikum siswa diberikan tugas percobaan
tertentu oleh guru, kemudian tugas dan percobaan tersebut dilakukan sendiri
siswa dengan praktikum dan pengamatan untuk mengetahui sampai mana
kebenaran dari ilmu yang dipelajarinya. Dengan melakukan praktikum siswa
dapat mengetahui apa yang dipelajarinya, dalam hal ini hendaknya diusahakan
agar pihak guru mengatur pengajaran sehingga terbentuk suasana yang sebaikbaiknya bagi siswa untuk belajar.
Praktikum tidak lepas dengan Laboratorium. Laboratorium idealnya
memang suatu ruangan khusus dimana orang dapat melakukan eksperimen.
Tetapi dalam pengertiannya, laboratorium dapat dikelas dan dapat di
lingkungan.19
Yunita menjelaskan kegiatan di dalam laboratorium merupakan mata
rantai untuk menghubungkan beberapa aspek, diantaranya adalah :
18
19

op.cit., hal. 174.
op.cit., hal 122.

15

1.
2.
3.
4.
5.

Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia
Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia
Mengenal dengan baik zat-zat kimia yang umum serta bagaimana reaksinya
Siswa dapat berpartisipasi aktif
Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak20.
Kegiatan

praktikum

penting

dilakukan

terus-menerus

untuk

mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang mereka
temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Model Pembelajaran
praktikum adalah salah satu model pembelajaran praktikum yang efektif.
Kegiatannya difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir ktitis, memecahkan
masalah dan interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan
mereka lebih kreatif dan menggunakan pengetahuan-pengetahuan baru.
Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses
belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsipprinsip yang dikembangkan.
Kegiatan

praktikum

diharapkan

tidak

hanya

sekedar

untuk

mengecek/mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas. Praktikum
bukanlah sekedar untuk mempresentasikan apakah reaksinya cocok dengan teori,
tetapi juga harus mengembangkan proses berpikir dengan timbul pertanyaan,
mengapa reaksi demikian, dan seterusnya.21
Tujuan kegiatan Praktikum selain untuk memperoleh pengetahuan yang
bersifat kognitif, juga untuk memperoleh keterampilan, dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi baru/lain serta memperoleh
sikap ilmiah.
Manfaat

kegiatan

praktikum

diantaranya

adalah

menerapkan,

mengkonfirmasikan, atau memperdalam teori, bekerja sama dalam kelompok
dan melatih keterampilan

psikomotor. Manfaat lainya adalah Siswa akan

memiliki pengertian dasar tentang kimia, memiliki keterampilan kerja di bidang

20

Yunita, Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan Kimia Jilid 2 untuk SD,
SMP, SMA dan yang sederajat. (Bandung: Pudak Scientific, 2007) hal. v.
21
op.cit., hal. 122-123.

16

kimia dan siswa akan menyadari pentingnya pengetahuan alam untuk
pembangunan, terutama di bidang teknologi.
Menurut Mulyati Arifin keuntungan penggunaan metode praktikum adalah
:1) dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa. 2) Siswa
dapat mengamati proses. 3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.
4) siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membantu guru untuk
mencapai tujuan pembelajarn lebih efektif dan efisien.
Selain itu Dedy Kurniawan dalam Suparni mengemukankan bahwa proses
pembelajaran disekolah dengan metode eksperimen memberikan beberapa
keuntungan antara lain (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan
karena siswa melakukan sendiri, (2) semua siswa mendapat kesempatan untuk
melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi
terampil menggunakan alat, (4) siswa terlatih utuk berpikir ilmiah seperti
ilmuan, (5) hasil belajar siswa sifatnya tahan lama (retensi) dan (6) siswa
semakin mempercayai konsep yang telah dicobanya sendiri.22
Selain memiliki keuntungan, suatu metode tentu saja memiliki kelemahan.
Beberapa kelemahan metode praktikum adalah (1) memerlukan waktu secara
khusus karena praktikum membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) biaya
sangat mahal karena membutuhkan peralatan yang memadaidan dalam jumlah
banyak, (3) kegagalan dalam praktikum.
4.

Hakikat Berpikir Kritis.
a.

Pengertian berpikir
Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan ahkir dari proses

belajar mengajar. Presseissen berpendapat berpikir pada umumnya
didefinisikan sebagai suatu proses kognitif dan proses mental untuk
memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan pendapat Presseissen, Arifin
mengatakan bahwa dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan penggabungan
antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran.
Dalam Proses berpikir terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi
dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran, kegiatan memanupulasi mental
22

op.cit., hal. 88.

17

karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu pemikiran,
penalaran dan keputusan, serta kegiatan memperluasnaturan yang
diketahui untuk memecahkan masalah.23 Jadi dalam proses berpikir itu
sebenarnya orang tidak pasif, tetapi jiwanya aktif berusaha mencari
penyelesaian.24 Selain itu, dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan
manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu
pemikiran, penalaran, dan keputusan, serta kegiatan memperluas aturan
yang diketahui untuk memecahkan masalah.
Dalam bepikir seseorang akan mengolah dan menggorganisasikan
bagian-bagian dari pengetahuannya,