PERANAN PHET-3S DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL PADA PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT SERTA UNTUK MEMBANGUN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

(1)

PERANAN PhET-3S DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NON-ELEKTROLIT SERTA MEMBANGUN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

ARIF SAEFUL RAKHMAT 0901933

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

PERANAN PhET-3S DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NON-ELEKTROLIT SERTA MEMBANGUN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Oleh Arif Saeful Rakhmat

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Arif Saeful Rakhmat2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN ARIF SAEFUL RAKHMAT

0901933

PERANAN PhET-3S DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NONELEKTROLIT SERTA MEMBANGUN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Ijang Rohman, Dr., M.Si. NIP. 196310291987031001

Pembimbing II

Rahmat Setiadi, Drs., M.Sc. NIP. 196004111984031002

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002


(4)

ABSTRAK Arif Saeful Rakhmat

NIM : 0901933

Pembimbing I : Dr. Ijang Rohman, M.Si. Pembimbing II : Drs. Rahmat Setiadi, M.Sc.

Penelitian ini berjudul “Peranan PhET-3S Dalam Pembelajaran Remedial Pada Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Serta Untuk Membangun Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA” tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial, kemampuan penguasaan konsep dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan objek penelitian siswa SMA kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Subang yang sudah belajar materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Prosedur penelitian yang dilakukan pertama-tama adalah dengan melakukan analisis konsep dan analisis indikator Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) yang dapat dibangun melalui PhET 3S. Instumen yang digunakan adalah pretest-postest, LKS, dan angket. Data diolah dengan Uji t dan one way ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) PhET-3S dapat berperan dalam pembelajaran remedial terhadap peningkatan penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit; (2) PhET-3S dapat digunakan untuk semua siswa baik siswa kelas bawah, kelas sedang dan kelas atas dan paling signifikan peranannya untuk siswa kelas bawah; (3) PhET-3S dapat membangun kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.

Kata kunci: PhET-3S, , Pembelajaran Remedial, Penguasaan konsep, Larutan elektrolit dan non-elektrolit, Keterampilan Berpikir Kritis (KBK)


(5)

ABSTRACT

This research is entitled “The Roles of PhET-3S in the Remedial Teaching of Electrolyte and non-Electrolyte Solution Concept Mastery and in Building the Critical Thinking Ability of Senior High School Students”. This research aims at investigating the roles of PhET-3S in remedial teaching, concept mastery ability, and building critical thinking ability of students toward electrolyte and non-electrolyte topics. This research employs pre-experimental method with the senior high school students of class XI natural science at one of public schools in Subang regency as the research participants. The students have learned electrolyte and non-electrolyte solution topic. Procedures of this research are first analyzing the concept and then analyzing the Critical Thinking Skills (KBK) indicators which can be built by PhET-3S. Instrumens used such as pretest-postest, worksheets, and questionnaires. Data were tested using T-test and one way ANOVA. This research found that (1) PhET-3S improved electrolyte and non-electrolyte concept mastery in the remedial teaching; (2) PhET-3S can be used to teach high-achiever students, middle-achiever, and low-achiever students, yet the significant role was taken for the low-achiever students; and (3) PhET-3S can build Critical Thinking Skills of the students.

Keywords: PhET-3S, concept mastery, Remedial Teaching, electrolyte and non-electrolyte solution, Critical Thinking Skills (KBK).


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Penjelasan Istilah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pembelajaran Remedial ... 6

B. Simulasi PhET (Physic Education Technology) ... 9

C. Membangun Konsep Melalui PhET-3S ... 12


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Penelitian ... 29

C. Bagan Alur Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Proses Pengembangan Instrumen... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Analisis Data ... 37

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Analisis Konsep yang Dapat Dibangun dalam PhET-3S ... 44

B. Analisis Berpikir Kritis yang Dapat Dibangun dalam PhET-3S ... 45

C. Pembuatan Instrumen dan Pengolahan data Instrumen Penelitian ... 46

D. Hasil Penelitian ... 50

E. Persepsi Siswa Berdasarkan Angket Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 68


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2

Tabel 2.1. Software yang diperlukan untuk mengoperasikan PhET simulations ... 10

Tabel 2.2. Indikator dan subindikator keterampilan berpikir kritis yang dapat dibangun pada PhET-3S ... 23

Tabel 3 Tabel 3.1. Kriteria Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 34

Tabel 3.2. Kriteria Interpretasi Daya pembeda ... 35

Tabel 3.3. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran ... 36

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Angket Tanggapan ... 37

Tabel 3.5. Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang berbeda; tes One Tailed dengan signifikansi 0.05... 39

Tabel 3.6. Skala Kriteria Kemampuan Siswa ... 40

Tabel 4 Tabel 4.1. Indikator dan subindikator KBK yang dapat dibangun melalui PhET-3S ... 45

Tabel 4.2. Rangkuman data hasil tanggapan ahli terhadap butir soal ... 47

Tabel 4.3. Data Kriteria Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 48

Tabel 4.4. Data Kriteria Interpretasi Koefisien Daya Pembeda ... 49

Tabel 4.5. Data Kriteria Interpretasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 50

Tabel 3.6. Rangkuman data hasil rata-rata siswa dari pre-postest berdasarkan kriteria siswa ... 51

Tabel 4.7. Rangkuman Data hasil uji statistika ... 52

Tabel 4.8. Rekapitulasi Data pengolahan Tes Tulis ... 54


(9)

Tabel 4.10. Rangkuman data kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa ... 59

Tabel 4.11. Hasil Angket Penelitian Mengenai Persepsi Siswa... 60

Tabel A Tabel A.1. Hasil Analisis konsep ... 70

Tabel A.2. Hasil Analisis KBK dan Strategi Pembelajaran untuk Membangun KBK ... 75

Tabel B Tabel B.3. Rubrik Penilaian LKS ... 101

Tabel B.4. Lembar Validasi Butir Soal ... 108

Tabel B.5. Kisi-Kisi Soal Uji Reliabilitas Dan Tes Tulis ... 118

Tabel B.7. Angket Penelitian ... 126

Tabel C Tabel C.1. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 128

Tabel C.2. Data Skor LKS Keseluruhan dalam Membangun Indikator KBK ... 133

Tabel C.3. Data Pengolahan Angket ... 138

Tabel D Tabel D.1. Indikator keterampilan berpikir menurut kritis Ennis (2011) ... 143


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tampilan awal PhET sugar and salt solutions (PhET-3S) ... 10 Gambar 2.2. Kotak [Concentration]. (a) Tampilan awal; (b) Tampilan ketika

diceklist check box[Show values] dan setelah dimasukkan zat

garam dan gula ke dalam wadah air ... 11 Gambar 2.3. Tampilan panel Macro ketika diceklist check box[Show values] ... 12 Gambar 2.4. (a) Tampilan radiogroup [Solute]; (b) Tampilan wadah zat ketika

dipilih [Salt]; (c) Tampilan wadah zat ketika dipilih[Sugar] ... 12 Gambar 2.5. Tampilan ketika zat terlarut dimasukkan ke dalam wadah air. (a) Zat

garam dimasukkan, akan muncul [Remove Salt]. (b) Zat gula

dimasukkan akan muncul button [Remove Sugar]... 16 Gambar 2.6. Tampilan ketika larutan garam (a) diuji dengan alat

[Conductivity] (b) Proses ionisasi kristal garam ... 17 Gambar 2.7. Pasangan solute yang tersedia dalam panel Micro ... 18 Gambar 2.8. Tampilan ketika larutan gula (a) diuji dengan alat [conductivity]

(b) Proses pelarutan gula ... 18 Gambar 2.9..Rangkaian listrik dalam PhET-3S ... 20 Gambar 2.10. Uji daya hantar listrik larutan garam (a) Pada konsentrasi 0,01

mol/L. (b) Pada konsentrasi 0,86 mol/L. (c) Pada konsentrasi 1,73 mol/L. ... 20 Gambar 2.11. Gambar kotak [evaporation] ... 21 Gambar 2.12. Larutan garam setelah dilakukan penguapan menjadi seetengah

volume awal. Konsentrasi berubah dari 1,72 mol/L menjadi 3,42

mol/L ... 21 Gambar 2.13. Tampilan awal panel Macro ... 24 Gambar 2.14. Tampilan awal panel Micro... 24 Gambar 2.15. Tampilan simulasi pada panel macro yang dapat membangun


(11)

Gambar 2.16. Tampilan hasil simulasi pada panel micro yang dapat membangun indikator focus pada pertanyaan ... 26 Gambar 2.17. Pengaruh penguapan untuk membangun indikator bertanya dan

menjawab pertanyaan ... 27 Gambar 3.1. One group pre-test and post-test design ... 30


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A:

A.1 Hasil Analisis Konsep ... 70

A.2 Hasil Analisis KBK dan Strategi Pembelajaran Untuk Membangun KBK ... 75

LAMPIRAN B: B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

B.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 93

B.3 Rubrik Penilaian LKS ... 101

B.4 Lembar Validasi Butir Soal ... 108

B.5 Kisi-kisi Soal Uji Reliabilitas dan Tes Tulis ... 118

B.6 Soal Tes Tulis Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit ... 119

B.7 Angket Penelitian ... 126

LAMPIRAN C: C1. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 128

C2. Data Skor LKS Keseluruhan dalam Membangun Indikator KBK ... 133

C3. Data Pengolahan Angket ... 138

C4. Hasil Wawancara ... 141

LAMPIRAN D: D1. Indikator keterampilan berpikir menurut kritis Ennis (2011) ... 143

D2. Kalender pendidikan ... 146

D3. Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 147

D4. Surat Izin Penelitian ... 152


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan Tahun 2007 menerapkan salah satunya sistem belajar tuntas (Indrawati, 2009). Menurut Sardiman (2000), proses pembelajaran yang baik mampu mencapai tujuan pembelajaran yang baik pula sehingga untuk menciptakan pembelajaran yang baik guru memiliki tugas untuk memberikan fasilitas dan kemudahan dalam kegiatan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Sedangkan menurut BNSP (2006), menyebutkan bahwa ketuntasan belajar siswa yang harus dicapai dalam pembelajaran minimal untuk setiap indikator adalah sebesar 75% sehingga siswa dapat dikatakan telah memenuhi kriteria dalam penguasaan konsep secara menyeluruh atau tuntas

Namun, berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Subang, hasil ulangan harian materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, diperoleh temuan yang menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Yaitu hanya 25 % siswa yang mampu mencapai nilai diatas KKM dan 75 % siswa berada dibawah KKM dengan rata-rata 53,67. Temuan tersebut menunjukan bahwa proses pembelajaran masih perlu perhatian khususnya untuk siswa yang masih berada dibawah KKM.

Sementara itu, Sukardjo (2006), menyebutkan bahwa pemahaman kimia peserta didik yang menjadi mahasiswa baru prodi pendidikan kimia selama bertahun-tahun belum memuaskan dan memberikan gambaran bahwa pemahaman kimia siswa yang baru lulus SMA relatif rendah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa belum menguasai konsep, jika permasalahan ini tidak diatasi maka damapaknya akan berpengaruh pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu upaya guru dalam mengatasi hal ini adalah dengan melakukan pembelajaran remedial agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal sesuai yang diharapkan.


(14)

2

Hasil di lapangan menunjukan bahwa guru melaksanakan pembelajaran remedial tetapi hanya dalam bentuk penugasan. Siswa ditugaskan membaca ulang kemudian dilakukan tes ulang dengan soal-soal yang sama, pembelajaran remedial yang tidak terlaksana dengan baik inilah kemungkinan disinyalir menyebabkan siswa lemah dalam penguasaan konsep, hal ini dikarenakan kendalanya adalah waktu yang sedikit untuk mengajarkan banyaknya materi pembelajaran dalam tiap semester. Dengan demikian tidak tersedianya waktu menyebabkan siswa tidak tuntas belajar, akibatnya kemungkinan guru untuk melakukan pembelajaran remedial dengan baik sangat kecil.

Menurut Wena (2009), untuk memfasilitasi belajar siswa adalah salah satunya pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Oleh karena itu TIK dapat dijadikan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran. Sehingga, TIK juga dapat digunakan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran. Selain dapat menggantikan peran guru dalam melaksanakan pembelajaran remedial, TIK juga memungkinkan dapat mengatasi kendala guru tentang sedikitnya waktu yang tersedia untuk mengajarkan banyaknya materi pembelajaran.

TIK yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah salah satunya virtual lab. Virtual lab yang telah banyak dikembangkan dalam pembelajaran kimia salah satunya adalah simulasi PhET yang merupakan singkatan dari Physics Education Technology yang dikeluarkan oleh University of Colorado at Boulder. Simulasi PhET dapat diakses secara bebas, diunduh tanpa berbayar (free download), dan dapat digunakan tanpa terkoneksi dengan internet (offline). Selain itu juga, Simulasi PhET dapat mengalami pembaharuan (versi baru) dengan waktu yang tidak dapat ditentukan.

Dalam kumpulan simulasi PhET bidang kimia pada tahun 2011 terdapat 26 simulasi (Muflika, 2011), dan sampai bulan Agustus tahun 2012 telah bertambah menjadi 38 simulasi. Dari 38 simulasi yang ada, terdapat simulasi PhET Sugar and Salt Solution (3S). Menurut Orbitha (2012) menyebutkan bahwa PhET-3S dapat digunakan untuk materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang sesuai dengan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam


(15)

3

Standar Isi Kimia SMA pada kelas X semester 2. Dengan menggunakan PhET-3S kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dapat teratasi. Sehingga, siswa mampu menguasai konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Selain mampu menguasai konsep, siswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan yang lain menurut BNSP (2006), Adanya tuntutan untuk mengembangkan kompetensi lain salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis. keterampilan berpikir kritis telah diidentifikasi sebagai salah satu keterampilan yang penting untuk menyiapkan para siswa dalam menghadapi pendidikan pada tahap yang lebih tinggi atau dalam menghadapi dunia kerja. PhET-3S juga memungkinkan untuk membangun keterampilan berpikir kritis. Menurut Utami (2012), PhET juga memiliki peluang untuk membangun Keterampilan Berpikir Kritis (KBK).

Menurut Facione (2011), menyatakan bahwa skor pada tes keterampilan berpikir kritis yang dilakukan pada mahasiswa berkorelasi secara signifikan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis penting untuk dikembangkan untuk siswa SMA.

Oleh karena itu, selain PhET-3S dapat digunakan dalam membangun penguasaan konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, PhET-3S juga dapat digunakan untuk membangun keterampilan berpikir kritis siswa. Sejalan dengan pokok permasalah yang diuraikan di atas, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui peranan PhET-3S sebagai alternatif pengganti guru dalam pembelajaran remedial pada penguasaan konsep kimia dan keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian, penulis memberi judul “Peranan PhET-3S Dalam Pembelajaran Remedial Pada Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Dan Non-elektrolit Serta Untuk Membangun Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA“.


(16)

4

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial pada penguasaan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit serta untuk membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA.

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana PhET-3S dapat digunakan dalam pembelajaran remedial pada penguasaan konsep materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit?

2. Sejauh mana kemampuan penguasaan konsep materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit tersebut?

3. Bagaimana PhET-3S dapat digunakan untuk membangun Keterampilan berpikir kritis pada materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial, kemampuan penguasaan konsep dan membangun keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif untuk membantu kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran remedial atau sebagai pengganti peran guru.

2. Bagi siswa, untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa dalam kegiatan belajar mandiri.

3. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran serta masukan dalam menentukan alternatif pembelajaran remedial di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.


(17)

5

4. Bagi dunia teknologi informasi dan komunikasi, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi siapa saja yang akan mengembangkan media pembelajaran.

F. PENJELASAN ISTILAH

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan pada penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran remedial

Pembelajaran remedial yang dimaksud adalah dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) virtual lab PhET untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Virtual lab dijadikan sebagai pengganti peran guru untuk melaksanakan pembelajaran remedial.

2. PhET (Physics Education Technology)

PhET (Physics Education Technology) merupakan simulasi interaktif sains yang dapat mencerminkan fenomena-fenomena fisis dan berbasis riset. PhET yang digunakan dalam penelitian ini adalah PhET Sugar and Salt Solutions (PhET-3S), yaitu salah satu simulasi yang disediakan PhET pada pembelajaran kimia untuk tingkat sekolah menengah atas dan kimia umum (general chemistry). PhET dapat diunduh di situs http://PhET.colorado.edu.

3. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003).

4. Berpikir kritis

Berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini (Ennis, 2011).


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, alur penelitian, intrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. Penjelasan dari masing-masing aspek secara sistematik adalah sebagai berikut.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Subang. Adapun pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah berjumlah 32 orang siswa kelas XI IPA yang telah mendapatkan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jenisnya adalah pre-eksperimen dengan model pendekatan one group pre-test and post-test (Arikunto, 1998) Untuk mengetahui sejauh mana peranan PhET-3S terhadap pembelajarn remedial, penguasaan konsep dan membangun keterampilan berpikir kritis pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dikatakan pre-eksperimen karena penelitian hanya dilakukan pada satu kelompok dan kelompok tersebut diberikan perlakuan pembelajaran dengan PhET colorado at boulder. Desain pre-eksperimen dengan model pendekatan one group pre-test and post-test memiliki pola sebagai berikut :


(19)

30

Keterangan :

O1 : pre-test O2 : post-test

X : Perlakuan pada kelompok eksperimen

Pretest dilakukan sebelum pembelajaran dan digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta membagi siswa kedalam kriteria kemampuan penguasaan siswa yang dibagi berdasarkan kelas bawah, kelas sedang dan kelas atas.

1) Tahap Persiapan a. Analisis PhET-3S

PhET-3S yang sudah di analisis kemudian ditinjau kembali apakah ada perbaikan atau tidak sebelum diuji cobakan, analisis berupa analisis konsep yang dapat dibangun dari PhET-3S berdasarkan analisis konsep yang dikembangkan Herron, dilakukan kembali penghalusan dalam analisis konsep. Selanjutnya dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennia. Kemudian akan dilakukan uji coba untuk mengetahui pengaruh penerapan PhET-3S dalam membangun konsep kimia dan keterampilan berpikir kritis.

b. Pembuatan strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran disusun dari analisis PhET-3S berupa analisis konsep yang dapat dibangun dari PhET-3S dan analisis kemampuan berpikir kritis yang dibuat dalam format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memuat materi prasyarat dan rencana penggunaan PhET-3S dalam pembelajaran.

O1 X O2


(20)

31

c. Penyusunan instrumen dan validasi instrumen

Instrumen disusun dari data pengoperasian PhET-3S berupa LKS, dalam pertanyaan LKS terdapat pertanyaan umum dan pertanyaan arahan agar siswa dapat menemukan konsep dan kemampuan berpikir kritis, Validasi berupa judgement oleh dosen pembimbing. Angket berisi sejauh mana PhET dapat membantu pembelajaran terhadap siswa, Validasi berupa judgement oleh dosen pembimbing. Soal tes tulis (pretest dan postest) berisi evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa dan kemampuan yang dapat dibangun setelah belajar dengan PhET-3S, Validasi dilakukan oleh ahli materi sebagai validator. Rubrik penilaian berisi penilaian terhadap siswa yang disusun peneliti, Validasi berupa judgement oleh dosen pembimbing.

2) Tahap Pelaksanaan

Setelah melaksanakan semua tahap ditahap persiapan kemudian masuk ketahap pelaksanaan penelitian, yaitu:

a.Siswa diberikan pre-test sebelum dilakukan pembelajaran b.Pengenalan PhET-3S kepada siswa.

c.Siswa menggunakan PhET-3S setelah komputer siap dalam pembelajaran dengan menggunakan LKS. Siswa membuka PhET-3S secara individu. d.Siswa diberikan post-test setelah dilakukan pembelajaran


(21)

32

C. Bagan Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pengolahan Data

Tahap Penarikan kesimpulan Validasi Instrumen

Penelitian

Kesimpulan Pembuatan Strategi

Pembelajaran

Implementasi PhET-3S Analisis PhET-3S

Pembuatan Instrumen Penelitian (LKS, Angket soal pretest, post tes

dan rubrik penilaian)

Revisi

Analisis Data Intrumen hasil revisi Analisis Konsep yang

dapat dibangun dari PhET-3S

Analisis Keterampilan berpikir kritis yang

dapat dibangun

Evaluasi dan Pengisian Angket

Revisi

Implementasi PhET-3S Pada Kelas Remedial


(22)

33

D. Instrumen Penelitian a) Tes tulis

Tes tertulis yang digunakan berupa soal pilihan berganda, soal yang dibuat ditujukan untuk mengetahui kemampuan pengetahuan konsep.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi siswa secara individu. LKS ini juga digunakan untuk membangun keterampilan berpikir kritis siswa.

c). Angket

Angket adalah lembar pernyataan yang dimaksudkan untuk mengetahui atau menilai responden berkenaan persepsi siswa terhadap pembelajaran kimia dan digunakan sebagai data pendukung penelitian.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Setiap penyusunan instrumen dalam penelitian selalu memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti apa yang hendak diukurnya, apakah data yang terkumpul relevan dengan sifat atau karakteristik yang dikehendaki, dan sejauh mana perbedaan skor yang diperoleh menggambarkan karakteristik yang akan diukur. Instrumen yang baik (baik tes maupun non tes) harus valid dan reliabel. Uji coba instrumen tes tulis dilakukan pada kelas yang berbeda dan telah mendapatkan materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang akan diuji cobakan. Berikut adalah penjelasan dari analisis instrumen tes tulis yang terdiri dari validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan Derajat/Indeks kesukaran soal.

1) Validitas soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak


(23)

34

diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1998).

Soal yang akan dijadikan alat ukur evaluasi divalidasi oleh 5 validator atau ahli mater. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis dengan menggunakan CVR. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas butir soal untuk digunakan sebagai alat evaluasi saat penelitian

2) Reliabilitas soal

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Koefisien reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan rumus KR20, yaitu:

(Arikunto, 2003) Keterangan :

r11 = reliabilitas tes,

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah n = banyaknya item

s = standar deviasi.

Tabel 3.1.

Kriteria Interpretasi Koefisien Reliabilitas (Arikunto, 2003) Koefisien

Korelasi

Kriteria Reliabilitas 0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,41 < r ≤ 0,60 Cukup 0,21 < r ≤ 0,40 Rendah 0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah


(24)

35

3) Daya Pembeda soal

Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Dalam pengujian daya pembeda ini dilakukan pada soal pilihan ganda. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal tipe uraian adalah

A B

X X

DP

SMI

 

dengan: A

X = Rata-rata skor kelompok atas B

X = Rata-rata skor kelompok bawah

SMI

= Skor maksimal ideal

Tabel 3.2.

Kriteria Interpretasi Daya Pembeda (Arikunto, 2003) Daya Pembeda Interpretasi

0.70 DP 1.00 daya pembeda sangat tinggi 0.40 DP0.70 daya pembeda tinggi 0.20 DP0.40 daya pembeda sedang 0.00 DP0.20 daya pembedajelek

0.00

DP daya pembedasangat jelek

Daya pembeda butir soal diolah menggunakan AnatesV4.

4) Derajat/Indeks Kesukaran soal

Indeks Kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Pengujian indeks kesukaran ini dilakukan pada tipe soal pilihan ganda .Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu:


(25)

36

X IK

SMI

Tabel 3.3.

Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran (Arikunto, 2003) Indeks Kesukaran Interpretasi

0.85 < IK ≤ 1.00 Soal sangat mudah 0.70 < IK ≤ 0.85 Soal mudah 0.30 IK 0.70 Soal sedang 0.00IK 0.30 Soal sukar

0.00

IK  Soal sangat sukar

Derajat/Indeks Kesukaran soal diolah dengan menggunakan AnatesV4.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Tes tulis

Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data pengetahuan awal siswa dan pengelompokan kriteria siswa berdasarkan kriteria kemampuan penguasaan konsep pre-test dan untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan post-test. kemudian dalam pembelajaran siswa menggunakan PhET-3S dan bantuan

2. LKS

LKS digunakan untuk menilai keterampilan berpikir kritis siswa. LKS diisi ketika siswa belajar dengan menggunakan PhET-3S. Setiap soal dalam LKS dikerjakan siswa sesuai dengan waktu pengerjaan, hal tersebut bertujuan supaya siswa mengerjakan LKS secara individu dengan fokus.

dengan:

IK

= Indeks kesukaran

X =Rata-rata skor tiap soal SMI = Skor maksimal ideal


(26)

37

3. Angket

Angket digunakan setelah pembelajaran menggunakan PhET-3S. Data angket dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian.

G. Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dari hasil tes tertulis, LKS, dan angket penelitian. Hasil tes tulis digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep siswa, dan hasil skor pada LKS digunakan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis yang dapat dibangun berdasarkan KBK yang dikembangkan Ennis, serta hasil angket digunakan sebagai persepsi siswa sebagai data pendukung dalam penelitian.

Data tes tulis yang akan diujikan adalah butir soal yang telah divalidasi diolah dengan menggunakan CVR. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas butir soal untuk digunakan sebagai alat evaluasi saat penelitian. Validasi butir soal dianalisis dengan cara :

a) Kriterian penilian tanggapan responden

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Tabel 3.4. Kriteria Penelian Angket Tanggapan

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

b) Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah

1. Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten) CVR

ne : jumlah responden yang menyatakan Ya N : total respon


(27)

38

Ketentuan :

a) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total reponden maka nilai CVR = -

b) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden).

d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total reponden maka nilai CVR = 0-0,99.

2. Menghitung nilai CVI ( indek validitas konten)

Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan menggunkan CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.

3. Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

0-0,33 = tidak sesuai 0,34-0,67 = sesuai 0,68-1 = sangat sesuai


(28)

39

Tabel 3.5. Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang berbeda; tes One Tailed dengan signifikansi 0.05

Jumlah Ahli Nilai CVR Minimum

5 0.736

6 0.672

7 0.622

8 0.582

9 0.548

10 0.520

11 0.496

12 0.475

13 0.456

14 0.440

15 0.425

20 0.368

25 0.329

30 0.300

35 0.278

40 0.260

Telah disebutkan sebelumnya, bahwa nilai CVR digunakan untuk menguji validitas dari tiap butir soal, sedangkan untuk menguji validitas dari butir soal secara keseluruhan dapat dihitung menggunakan CVI (Content Validity Index). (Wilson, 2012)

Tes tulis yang telah divalidasi kemudian digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep sedangkan LKS untuk mengetahui kemampuan keterampilan berpikir kritis, dan angket untuk mengetahui persepsi siswa. Pemberian skor kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memberikan total skor hasil jawaban tes tulis ( pretest dan postest) dan skor mentah jawaban LKS sesuai dengan rubrik penilaian.

2) Menghitung nilai kemampuan pemahaman konsep siswa dalam bentuk persentase.


(29)

40

3) Menghitung nilai keterampilan berpikir kritis siswa sesuai rubrik penilaian

4) Mengelompokan siswa berdasarkan pemahaman konsep awal kedalam kelas bawah, sedang dan atas berdaskan nilai pretest.

5) Menghitung nilai rata-rata tes per kategori siswa berdasarkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk setiap subindikator.

6) Menilai tingkat kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk setiap subindikator untuk siswa kategori bawah, sedang dan atas.

Tabel 3.6. Skala Kriteria Kemampuan Siswa (Arikunto 2009)

Nilai Kriteria kemampuan

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

7) Mengolah data secara statistik untuk menguji signifikansi pengaruh PhET-3S terhadap pembelajaran remedial peningkatan penguasaan konsep dari data pretest dan postest secara keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 20.0, dengan tahapan sebagai berikut.

8) Menguji Normalitas

Uji normalitas merupakan bagain pendahuluan yang penting dalam menganalisis data. Hasil uji normalitas ini berhubungan dengan jenis statistik yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat

Skor total

Jumlah jawaban skor benar Nilai

persentase

X 100 %

Skor total

Jumlah jawaban skor benar Nilai

persentase

X 100 % =


(30)

41

normal atau tidaknya suatu data. Bila data yang diperoleh terdistribusi normal, maka analisis statistik selanjutnya menggunakan analisis statistik parametrik. Sedangkan bila tidak terdistribusi normal, maka digunakan analisis statistik nonparametrik. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk menggunakan program SPSS versi 20.0 dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya adalah.

a) Jika nilai (Sig.) ≥ 0,05 maka nilai pretest dan postest berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b) Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka nilai pretest dan postest berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

9) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan ketika nilai pretest dan postest dalam kondisi yang normal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua nilai memiliki varians yang sama atau tidak, dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. Alat uji yang digunakan yaitu Levene Test dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya adalah.

a. Nilai sig atau nilai probabilitas ≤ 0,05, data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama.

b. Nilai sigi atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama.

10) Uji dua rerata (uji t)

Menbandingkan dua rerata bertujuan untuk menjawab pertanyaan pertama Apakah PhET-3S dapat digunakan dalam pembelajaran remedial terhadap penguasaan konsep materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit ?

Pengujian uji t menggunakan program SPSS versi 20.0. dengan penafsiran sebagai berikut.


(31)

42

Hipotesis :

: Tidak berbeda signifikan antara nilai pretest dan postest : Berbeda signifikan antara nilai pretest dan postest Pengambilan keputusan :

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya adalah.

a) Jika nilai (Sig.) ≥ 0,05 maka tidak berbeda signifikan antara nilai pretest dan postest

b) Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka berbeda signifikan antara nilai pretest dan postest

11) Uji oneway Anova

Pengujian Oneway Anova dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua Sampai sejauhmana peningkatkan kemampuan penguasaan konsep materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit tersebut?

Pengujian dengan Oneway Anova menggunakan program SPSS versi 20.0. dengan penafsiran sebagai berikut.

Hipotesis :

: Tidak berbeda signifikan antara nilai kelas bawah, kelas sedang dan siswa kelas atas.

: Berbeda signifikan antara nilai kelas bawah, kelas sedang dan siswa kelas atas.

Pengambilan keputusan Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya adalah.

a) Jika nilai (Sig.) ≥ 0,05 maka tidak berbeda signifikan antara nilai kelas bawah, kelas sedang dan siswa kelas atas.

b) Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka berbeda signifikan antara nilai kelas bawah, kelas sedang dan siswa kelas atas.

Untuk mengetahui sejauh mana peranan PhET-3S terhadap penguasaan konsep antar kelas, yaitu: kelas bawah, kelas sedang, dan kelas atas. ditinjau lebih lanjut dengan menggunakan Uji tukey, adapun pengujian tukey yang dilakukan menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 20.


(32)

43

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya adalah.

a) Jika nilai (Sig.) > 0,05 maka tidak ada perbedaan antara kedua kelas. b) Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka ada perbedaan antara kedua kelas. 12) Angket

a. Menganalisis hasil jawaban angket

b. Menggabungkan analisis hasil angket sebagai data pendukung penelitian. 13)Penarikan kesimpulan

Dari pengolahan data hasil tes tulis, LKS dan angket, dapat ditarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yaitu: 1) peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial pada penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit, 2) Peranan PhET-3S dalam penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit untuk semua siswa baik itu kelas bawah, sedang dan atas, 3) Peranan PhET-3S dalam membangun kemampuan keterampilan berpikir kritis.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan berdasarkan penelitian peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial untuk meningkatkan penguasaan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit serta membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA:

1. PhET-3S dapat digunakan dalam pembelajaran remedial untuk meningkatkan penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit tetapi peningkatan yang signifikan pada indikator menjelaskan hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik. Oleh karena itu, PhET-3S dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran remedial.

2. PhET-3S berperan terhadap penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dan signifikan untuk semua kelas tetapi paling signifikan peranannya terhadap penguasaan konsep untuk siswa kelas bawah dibandingkan siswa kelas sedang dan siswa kelas atas.

3. Berdasarkan hasil jawaban dari LKS menunjukan bahwa PhET-3S dapat membangun Keterampilan Berpikir Kritis (KBK).

B. Saran

Untuk perbaikan bagi pengembang PhET-3S selanjutnya, maka berikut ini disarankan beberapa rekomendasi mengenai penggunaan PhET-3S, yaitu:

a. Contoh-contoh solute pada panel Macro dan Micro sebaiknya ditambah agar siswa memiliki pengetahuan yang lebih mengenai contoh-contoh solute yang merupakan senyawa ion dan kovalen.

b. Pada panel Macro Solute salt dan sugar harusnya lebih jelas solute nya apa. c. Panel Micro sebaiknya diganti menjadi panel Sub micro, karena atom/molekul


(34)

64

Sedangkan aspek mikroskopik ditujukan untuk keadaan yang masih dapat dilihat melalui mikroskop.

d. Sebaiknya fasilitas penguapan digambarkan dalam bentuk pemanasan oleh bunsen, tidak hanya melalui track bar. Selain itu, perlu ditambahkan keterangan suhu dan tekanan, agar konsep penguapan dikarenakan suhu atau tekanan dapat dibangun.

e. Wadah zat sugar sebaiknya ketika di turunkan ke dalam larutan jumlah yang diturunkan bisa dihitung.

f. Fasilitas water sebaiknya tidak dibuat menu sendiri, karena hanya dapat membangun konsep mengenai hidrasi.

g. PhET-3S dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembelajaran remedial pada skala yang lebih besar.

h. PhET-3S selain dapat digunakan untuk membangun penguasaan konsep, PhET-3S juga dapat digunakan untuk membangun keterampilan berpikir kritis (KBK).


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga Univ Press.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

---. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

---. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

Chang, Raymond. (2000). Chemistry e-Text sixth edition. United States: The McGraw-Hill Companies.

Costa A.L. (1985). “the principal’s roller in enhanching thinking skill”. In A.L. costa (ed). Developing Minds: a resource book for teaching thinking. Virginia: association for supervisor and curriculum development. Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka.

---. (1996). Teori-teori Belajar Cetakan Kedua. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama.

---. (2003). Teori-teori Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. (2006). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata

Pelajaran Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ennis, R.H. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Disposition and Abilities. Revision of a presentation at the Sixth International Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA.

Facione, PA. (2011). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts?. Millbrae, CA: Measured Reasons and The California Academic Press.


(36)

66

Farida, Ida. (2010). Peranan Analisis Konsep dalam Pengembangan Pembelajaran. [Online]. tersedia:

http://faridach.wordpress.com/2010/11/04/peranan-analisis-konsep-dalam-pengembangan-pembelajaran/.[Agustus 2013].

Finkelstein, N. et.al. (2006). High-Tech Tools for Teaching Physycs: the Physics Education Technology Project. The Journal of Online Teaching and Learning.

Indrawati, Rina. (2009). Pembelajaran Remedi Menggunakan Modul dan Animasi Pada Materi Kesetimbangan Kimia Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Belajar Siswa. Tesis Jurusan Pendidikan Kimia program pascasarjana universitas sebelas maret surakarta. Tidak diterbitkan.

Jose, S. (2011). The PhET Interactive Simulations Project at the University of Colorado Boulder Named a 2011 Tech Awards Laureate by the Tech Museum. [Online]. Tersedia: http://www.findthatpdf.com/search-81775389-hPDF/download-documents-techawardpressreleasesept2011_final.pdf.htm [Agustus 2013]

Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575.

McMurry, Fay. (2008). Chemistry Fourth Edition. United States: Textbook Table of Content The McGraw-Hill Companies.

Muflika, A.A. (2011). Penerapan PhET SS dalam Membangun Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Natawijaya. (1983). Pengajaran Remedial. Jakarta :Depdikbud.

Orbhita, Siti. (2012). Analisis PhET Sugar and Salt Solutions dalam Membangun Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit serta Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Ruchji Subekti dan Harry Firman. 1986. Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta. Universitas Terbuka. Kurnia, Jakarta.


(37)

67

Sardiman, A.M. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukardjo. (1969). Perbandingan Pengetahuan Awal Kimia antara Mahasiswa Baru FMIPA Program S1 dengan D3 tahun 1987, 1988, dan Tahun 1989. Yogyakarta: FMIPA

Utami, D.W. (2012). Analisis phet build an atom dalam membangun Konsep Struktur Atom Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Wena, Made. (2009). Strategi Inovatif Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). Recalculation of the Critical

Values for Lawshe’s Content Validity Ratio. Chemical Education Research and Practice , XX(X) 1–14

Wijaya, Cece. (2007). Pendidikan Remedial, Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Remaja Rosdakarya. Bandung

Wina, Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wiryoatmojo, Suyono. (1988). Kimia Fisika I. Jakarta: Depdikbud Dirjen. Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK).


(1)

43

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) maka kriteria pengujiannya adalah.

a) Jika nilai (Sig.) > 0,05 maka tidak ada perbedaan antara kedua kelas. b) Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka ada perbedaan antara kedua kelas. 12) Angket

a. Menganalisis hasil jawaban angket

b. Menggabungkan analisis hasil angket sebagai data pendukung penelitian. 13) Penarikan kesimpulan

Dari pengolahan data hasil tes tulis, LKS dan angket, dapat ditarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yaitu: 1) peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial pada penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit, 2) Peranan PhET-3S dalam penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit untuk semua siswa baik itu kelas bawah, sedang dan atas, 3) Peranan PhET-3S dalam membangun kemampuan keterampilan berpikir kritis.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan berdasarkan penelitian peranan PhET-3S dalam pembelajaran remedial untuk meningkatkan penguasaan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit serta membangun keterampilan berpikir kritis siswa SMA:

1. PhET-3S dapat digunakan dalam pembelajaran remedial untuk meningkatkan penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit tetapi peningkatan yang signifikan pada indikator menjelaskan hubungan konsentrasi terhadap daya hantar listrik. Oleh karena itu, PhET-3S dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran remedial.

2. PhET-3S berperan terhadap penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dan signifikan untuk semua kelas tetapi paling signifikan peranannya terhadap penguasaan konsep untuk siswa kelas bawah dibandingkan siswa kelas sedang dan siswa kelas atas.

3. Berdasarkan hasil jawaban dari LKS menunjukan bahwa PhET-3S dapat membangun Keterampilan Berpikir Kritis (KBK).

B. Saran

Untuk perbaikan bagi pengembang PhET-3S selanjutnya, maka berikut ini disarankan beberapa rekomendasi mengenai penggunaan PhET-3S, yaitu:

a. Contoh-contoh solute pada panel Macro dan Micro sebaiknya ditambah agar siswa memiliki pengetahuan yang lebih mengenai contoh-contoh solute yang merupakan senyawa ion dan kovalen.

b. Pada panel Macro Solute salt dan sugar harusnya lebih jelas solute nya apa. c. Panel Micro sebaiknya diganti menjadi panel Sub micro, karena atom/molekul


(3)

64

Sedangkan aspek mikroskopik ditujukan untuk keadaan yang masih dapat dilihat melalui mikroskop.

d. Sebaiknya fasilitas penguapan digambarkan dalam bentuk pemanasan oleh bunsen, tidak hanya melalui track bar. Selain itu, perlu ditambahkan keterangan suhu dan tekanan, agar konsep penguapan dikarenakan suhu atau tekanan dapat dibangun.

e. Wadah zat sugar sebaiknya ketika di turunkan ke dalam larutan jumlah yang diturunkan bisa dihitung.

f. Fasilitas water sebaiknya tidak dibuat menu sendiri, karena hanya dapat membangun konsep mengenai hidrasi.

g. PhET-3S dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembelajaran remedial pada skala yang lebih besar.

h. PhET-3S selain dapat digunakan untuk membangun penguasaan konsep, PhET-3S juga dapat digunakan untuk membangun keterampilan berpikir kritis (KBK).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi

Kimia. Surabaya : Airlangga Univ Press.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

---. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

---. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

Chang, Raymond. (2000). Chemistry e-Text sixth edition. United States: The McGraw-Hill Companies.

Costa A.L. (1985). “the principal’s roller in enhanching thinking skill”. In A.L. costa (ed). Developing Minds: a resource book for teaching thinking. Virginia: association for supervisor and curriculum development. Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka.

---. (1996). Teori-teori Belajar Cetakan Kedua. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama.

---. (2003). Teori-teori Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. (2006). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata

Pelajaran Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ennis, R.H. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical

Thinking Disposition and Abilities. Revision of a presentation at the Sixth

International Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA.

Facione, PA. (2011). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts?. Millbrae, CA: Measured Reasons and The California Academic Press.


(5)

66

Farida, Ida. (2010). Peranan Analisis Konsep dalam Pengembangan

Pembelajaran. [Online]. tersedia:

http://faridach.wordpress.com/2010/11/04/peranan-analisis-konsep-dalam-pengembangan-pembelajaran/.[Agustus 2013].

Finkelstein, N. et.al. (2006). High-Tech Tools for Teaching Physycs: the Physics

Education Technology Project. The Journal of Online Teaching and

Learning.

Indrawati, Rina. (2009). Pembelajaran Remedi Menggunakan Modul dan Animasi

Pada Materi Kesetimbangan Kimia Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Belajar Siswa. Tesis Jurusan Pendidikan Kimia program pascasarjana

universitas sebelas maret surakarta. Tidak diterbitkan.

Jose, S. (2011). The PhET Interactive Simulations Project at the University of

Colorado Boulder Named a 2011 Tech Awards Laureate by the Tech Museum. [Online]. Tersedia:

http://www.findthatpdf.com/search-81775389-hPDF/download-documents-techawardpressreleasesept2011_final.pdf.htm [Agustus 2013]

Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575.

McMurry, Fay. (2008). Chemistry Fourth Edition. United States: Textbook Table of Content The McGraw-Hill Companies.

Muflika, A.A. (2011). Penerapan PhET SS dalam Membangun Konsep dan

Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA. Skripsi Sarjana

Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Natawijaya. (1983). Pengajaran Remedial. Jakarta :Depdikbud.

Orbhita, Siti. (2012). Analisis PhET Sugar and Salt Solutions dalam Membangun

Konsep Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit serta Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Tidak

diterbitkan.

Ruchji Subekti dan Harry Firman. 1986. Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran


(6)

Sardiman, A.M. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukardjo. (1969). Perbandingan Pengetahuan Awal Kimia antara Mahasiswa

Baru FMIPA Program S1 dengan D3 tahun 1987, 1988, dan Tahun 1989.

Yogyakarta: FMIPA

Utami, D.W. (2012). Analisis phet build an atom dalam membangun Konsep

Struktur Atom Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Wena, Made. (2009). Strategi Inovatif Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). Recalculation of the Critical Values for Lawshe’s Content Validity Ratio. Chemical Education Research

and Practice , XX(X) 1–14

Wijaya, Cece. (2007). Pendidikan Remedial, Sarana Pengembangan Mutu

Sumber Daya Manusia. Remaja Rosdakarya. Bandung

Wina, Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wiryoatmojo, Suyono. (1988). Kimia Fisika I. Jakarta: Depdikbud Dirjen. Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK).