EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

Oleh
OKTIA WULANDARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah kelas X1 dan X2. Metode pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan Non Equivalent (Pretest and Postest)Control-Group Design. Efektivitas
model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan oleh perbedaan n-Gain yang
signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen sebesar 0,18 dan 0,54. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.


Kata kunci: keterampilan berpikir orisinil, larutan elektrolit dan non-elektrolit,
model pembelajaran inkuiri terbimbing

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pardasuka Kabupaten Tanggamus pada tanggal 27 Oktober
1992, anak keenam dari enam bersaudara pasangan Bapak S. Triono dan Ibu Sri
Suharti. Pendidikan formal diawali di SD Negeri 4 Cipadang Kabupaten Pesawaran tahun 1998 sampai 2004. Tahun 2004, pendidikan dilanjutkan di SMP Negeri
1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, selesai pada tahun 2007. Pendidikan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun 2007 sampai
2009. Pada tahun 2009, diterima sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sriwijaya. Pada
tahun 2010, diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan
di kampus, diantaranya sebagai Sekretaris Divisi Dana dan Usaha Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Eksakta (HIMASAKTA) periode 2012/2013, Sekretaris
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Masyarakat (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP periode 2013/2014, dan anggota Musyawarah Mahasiswa
Jurusan (MMJ) PMIPA periode 2013/2014. Pada tahun 2013, mengikuti Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Nahdlatul Ulama Krui dan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Pasar Krui, Kabupaten Pesisir Barat.


PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmaanirrahiim . . .
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah mengiringi setiap kesulitan dengan kemudahan. Tuhan yang mengetahui bahwa keberhasilan
tidak dapat diraih tanpa kerja keras, kegigihan, dan doa untuk
merealisasikan mimpi. Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW. Rosul yang memberikan teladan bagi
kita dalam kerja keras, kegigihan dan ketangguhan dalam proses
menggapai cita-cita. Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu
menjalankan sunnah-sunnahnya. Aamiin.
Karya ini ku persembahkan untuk yang menyayangiku sedari kecil,
tanpa pamrih.
Bapak dan Ibu
Semoga Allah menyayangi engkau sebagaimana engkau
menyayangiku. Semoga Allah memberikan izin untukku berbakti pada
mu.
Kelima kakak dan keempat keponakan yang menjadi motivasi agar
aku menjadi saudara dan cermin yang baik.
Sahabat Juang, bersamanya aku berbagi suka dan duka, menebar

manfaat untuk orang lain.
Almamaterku, Universitas Lampung. Tempat ku dididik dan mengenal
tarbiyah.

MOTTO

Ittaqillaah Takutlah kamu kepada Allah

SANWACANA

Alhamdulillaahirobbil‘aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non-elektrolit Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung ini dapat diselesaikan.

Sepenuhnya disadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas maka
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada :
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung


2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia dan Pembimbing Akademik.

4.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si., selaku pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan, kesabaran, dan motivasinya untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.

5.

Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., selaku pembimbing II yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan kesabarannya untuk menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.


6.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku dosen pembahas yang senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini agar
menjadi lebih baik.

7.

Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universiitas Lampung.

8.

Kepala SMA Negeri 2 Metro, Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Metro dan
guru mitra penelitian ibu Siti Maimunah, S.Pd.

9.

Kedua orang tuaku, S. Triono dan Sri Suharti, yang tak kenal lelah berjuang
dan berdoa untukku, yang tak bosan mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya padaku. Hanya Allah yang dapat membalas ketulusan bapak dan ibu.

Serta kelima kakak dan keempat ponakan yang luar biasa dukungan dan doanya yang diberikan selama ini

10. Sahabat Himasakta, FPPI, BEM FKIP, Pendidikan kimia FKIP Unila, asrama
ar-rahmah, asrama lia indah, teman bermain (Eli, Titin, Retno, Ira, Dwi,
Dinny), tim skripsi (Debie, Kenia, Ali) dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahNya, dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Bandarlampung, Juli 2014
Penulis

Oktia Wulandari

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xvi
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................

6


II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ........................................................

8

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.........................................

9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif .........................................................

11

D. Konsep Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit .................................

14

E. Kerangka Berpikir............................................................................

17


F. Anggapan Dasar...............................................................................

18

G. Hipotesis Penelitian .........................................................................

18

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................

19

B. Data Penelitian .................................................................................

20

C. Metode dan Desain Penelitian ........................................................


20

D. Variabel Penelitian ..........................................................................

20

E. Instrumen Penelitian dan Validitas instrumen .................................

21

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian......................................................

22

G. Teknik Analisis Data........................................................................

24

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data...................................................


30

B. Pembahasan......................................................................................

35

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..........................................................................................

45

B. Saran ................................................................................................

45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.

Analisis SKL-KI-KD-Indikator .......................................................

48

2.

Silabus Kelas Eksperimen................................................................

58

3.

RPP Kelas Eksperimen ....................................................................

76

4.

Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ..........................................

93

5.

Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest...................................................

121

6.

Rubrikasi Soal Pretest dan Posttest ................................................

133

7.

Lembar Observasi Kinerja Guru .....................................................

144

8.

Penilaian Afektif .............................................................................

150

9.

Rubrik Penilaian Afektif ................................................................

157

10. Penilaian Psikomotor ......................................................................

159

11. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa ..................................................

161

12. Data Pretest, Posttest dan n-Gain....................................................

169

13. Perhitungan .....................................................................................

173

14. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian.....................................

195

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ...........................................................10
2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif .........................................12
3. Indikator kemampuan berpikir kreatif..............................................................12
4. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit ...........................15
5. Desain penelitian ..............................................................................................20
6. Hasil uji normalitas nilai pretest siswa ............................................................31
7. Hasil uji homogenitas nilai pretest siswa ........................................................32
8. Hasil uji kesamaan dua rata-rata nilai pretest siswa ........................................32
9. Hasil uji normalitas n-Gain siswa ...................................................................34
10. Hasil uji homogenitas n-Gain siswa .............................................................34
11. Hasil uji perbedaan dua rata-rata n-Gain siswa ............................................35

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitian ...................................................................... 23
2. Rata-rata nilai pretest dan nilai posttest keterampilan berpikir orisinil
siswa ................................................................................................................. 30
3. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil ............................................... 33

xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.
Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi
struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan
keterampilan dan penalaran (Tim Penyusun, 2006). Konten ilmu kimia yang
berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus
memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap (Fadiawati,
2011).

Kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati (observasi), menafsirkan
(interpretasi), meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep
(aplikasi), merencanakan penelitian, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan (Dahar dalam Susiwi, 2009). Kegiatan-kegiatan tersebut dapat digunakan
untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Keterampilan berpikir
kreatif penting dimiliki oleh siswa karena untuk mengupayakan sumberdaya
manusia usia produktif di masa mendatang yang melimpah dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan (Tim Penyusun, 2013b).

2

Karakteristik kimia sebagai proses dalam pembelajarannya di sekolah, dapat digunakan untuk melatihkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) . HOTS didefinisikan di dalamnya termasuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognisi dan
kreatif (King, dkk. 2011). Menurut model struktur intelek oleh Guilford, “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan
pada keragaman jumlah dan kesesuaian”. Indikator keterampilan berpikir kreatif
dibagi menjadi lima macam, yaitu berpikir lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibility), berpikir orisinil (originality), berpikir elaboratif (elaboration) dan
berpikir evaluatif (evaluation) (Munandar, 2008).

Pembelajaran kimia di sekolah sebaiknya melibatkan siswa secara aktif dalam
proses memperoleh pengetahuan yang akan dipelajarinya. Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih belum melibatkan siswa secara aktif. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru mitra yang dilakukan di SMA Negeri
2 Metro, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia masih menggunakan
model pembelajaran konvensional, yaitu dominan ceramah. Selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung siswa jarang menggunakan media pembelajaran
yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa lebih sering mencatat apa yang
guru bacakan atau tuliskan di papan tulis.

Pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Metro masih berpusat pada guru (teacher
learning centered), siswa kurang memiliki kesempatan secara aktif untuk mengeksplorasi keterampilan berpikirnya dengan cara mengajukan ide, gagasan ataupun pertanyaan sehingga siswa belum memiliki keterampilan berpikir kreatif. Hal

3

ini tidak sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum 2013 untuk
dimensi keterampilan, yakni siswa diharapkan memiliki kemampuan pikir dan
tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim Penyusun, 2013a).

Berdasarkan kurikulum 2013, siswa harus menguasai Kompetensi Inti (KI) pada
setiap jenjang pendidikannya dan KI ini dijabarkan dalam bentuk Kompetensi
Dasar (KD). Beberapa KD yang harus dikuasai pada kelas X semester genap
adalah KD 3.8, yaitu menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit
berdasarkan daya hantar listriknya serta KD 4.8, yaitu merancang, melakukan, dan
menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan
elektrolit dan larutan non-elektrolit.

KD 3.8 dan 4.8 merupakan KD untuk materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan
berpikir kreatif pada materi ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) terdiri dari 5 fase,
yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Pada penggunaan
model pembelajaran inkuiri pada materi tersebut, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan percobaan.
Fenomena tersebut misalkan penggunaan aki sebagai sumber energi listrik pada
kendaraan bermotor. Kemudian, timbullah pertanyaan atau permasalahan dari
fenomena tersebut, misalnya apakah yang menyebabkan larutan H2SO4 dalam aki
dapat menghidupkan kendaraan? Lalu, siswa dilatih untuk berhipotesis, meng-

4

umpulkan data melalui percobaan, menganalisisnya untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah mereka buat dan menarik kesimpulan.

Pada saat melakukan percobaan, siswa menggunakan alat uji elektrolit sederhana
yang mereka buat sendiri. Siswa diberikan berbagai macam larutan kemudian
melakukan percobaan sendiri menggunakan prosedur yang dibuat oleh guru,
dengan demikian siswa akan terpacu untuk berkreativitas dan mendapatkan pengalaman langsung dalam mempelajari materi tersebut, yakni menemukan sifat
larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya, mengetahui berbagai contoh larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam kehidupan seharihari yang karakteristiknya mirip dengan yang terdapat dalam percobaan, menemukan definisi larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui eksperimen, dan mengemukakan gagasannya tentang larutan elektrolit dan non-elektrolit yang berbeda
dari eksperimen. Dengan demikian pembelajaran materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit dengan model inkuiri terbimbing akan dapat melatih keterampilan
berpikir kreatif.

Salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir
orisinil. Keterampilan berpikir orisinil adalah keterampilan yang mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri, dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim
dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Adapun indikator perilaku dari keterampilan
berpikir orisinil adalah memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan

5

cara-cara yang baru, serta memilih cara berpikir lain dari pada yang lain
(Munandar, 2008).

Salah satu contoh hasil penelitian sebelumnya yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa ,
yaitu hasil penelitian Andalan (2013) yang meneliti model pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa SMA Negeri 7
Bandarlampung pada materi koloid. Berdasarkan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non-elektrolit
Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam
meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1.

Bagi siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususnya keterampilan berpikir
orisinil.

2.

Bagi guru
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif
pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

3.

Bagi sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa, apabila secara statistik ada perbedaan
n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni
dkk, 2010).

2.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini
menurut Gulo yang terdiri dari 5 fase, yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
dan menarik kesimpulan (Trianto, 2010).

7

3.

Keterampilan berpikir orisinil merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kreatif yang akan diteliti, yaitu melahirkan ungkapan yang baru dan
unik (Munandar, 2008).

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata (Trianto, 2010).

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang
anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian
kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

9

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
dengan bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah :
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,
guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan
sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

10

5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda,
2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. Jujur terhadap data,
2. Rasa ingin tahu yang tinggi,
3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. Ulet dan tidak cepat putus asa,
5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa
adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
siswa.

Pada penelitian ini, tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh
Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing.
No.
1.

Fase
Mengajukan
pertanyaan atau
permasalahan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Guru membagi siswa
dalam kelompok.

Siswa mengidentifikasi masalah dan
siswa duduk dalam
kelompoknya
masing-masing.

11
Tabel 1. (lanjutan)
Fase

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

2.

Membuat hipotesis

Siswa memberikan
pendapat dan menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan.

3.

Mengumpulkan
data

4.

Menganalisis data

Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis.
Guru membimbing siswa
dalam menentukan
hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi
atau data-data melalui
percobaan maupun telaah
literatur.
Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk
menyampaikan hasil
pengolahan data yang
terkumpul.

5.

Membuat
kesimpulan

No.

Guru membimbing siswa
dalam membuat
kesimpulan.

Siswa melakukan
percobaan maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan datadata atau informasi.
Siswa mengumpulkan dan
menganalisis data
serta menyampaikan
hasil pengolahan
data yang
terkumpul.
Siswa membuat
kesimpulan.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir
divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan
pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat
(Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilaku-

12

kan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru,
kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.
Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)
2) Berpikir Luwes
(fleksibel)

a.
b.
a.
b.
c.

3) Berpikir Orisinil
(originality)

4) Berpikir Terperinci
(elaborasi)

Arti
Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan;
Arus pemikiran lancar.
Menghasilkan gagasan-gagasan
yang beragam;
Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain,
yang jarang diberikan kebanyakan
orang.

a. Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
b. Memperinci detail-detail;
c. Memperluas suatu gagasan.

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif.
Pengertian
Berpikir Lancar (Fluency)

Perilaku
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah jawa-

13
Tabel 3. (lanjutan)
Pengertian
1) Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.
2) Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.

Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi.
2) Dapat melihat suatu masalah da-ri
sudut pandang yang berbeda.
3) Mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
Berpikir Orisinil (Originality)
1) Mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik.
2) Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.
3) Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1)

2)

Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk.
Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik.

Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1) Menentukan kebenaran suatu per-

Perilaku
c.
d.
e.
f.

ban jika ada.
Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain.
Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari
suatu objek atau situasi.

a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau
asas dengan cara yang berbedabeda.
c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk menyelesaikannya.
a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tidak terpikirkan orang
lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari
pada yang lain.

a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau
memperkaya gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warnawarna, dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambaranya
sendiri atau gambar orang lain.
a. Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri

14
Tabel 3. (lanjutan)
Pengertian
tanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2) Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka.
3) Tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi juga melaksanakannya.

Perilaku
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan
bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir orisinil.

D. Analisis Konsep Larutan Elektrolit Dan Non-elektrolit

Herron, dkk. berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima
atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle
dan Tieman mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada
(Fadiawati, 2011).

Lebih lanjut lagi, Herron, dkk. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis
konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru
dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur
ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.
Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau
label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi
konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep pada materi larutan elektrolit
dan non-elektrolit ditampilkan pada Tabel 4.

15

Tabel 4. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
Label
Konsep
(1)
Larutan

Larutan
elektrolit

Definisi Konsep
(2)
Campuran homogen
dari dua zat atau lebih,
dimana salah satunya
bertindak sebagai zat
terlarut sedangkan yang
lainnya sebagai zat
pelarut dan mempunyai
sifat dapat
menghantarkan listrik
(elektrolit) atau tidak
dapat menghantarkan
listrik (non-elektrolit).
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik,
yang dapat bersifat
elektrolit kuat atau
elektrolit lemah.

Jenis
Konsep
(3)
Konsep
Konkrit

Atribut
Kritis
Variabel
(4)
(5)

La •
Jenis
rutan
zat pelarut
elektrolit •
Jenis

La zat terlarut
rutan
nonelektrolit

Posisi Konsep
Super
Koordinat
ordinat (6)
(7)
Campuran

Susp
ensi

Kolo
id

Konsep
berdasar
kan
prinsip


La Jenis zat
terlarut
rutan
elektrolit
kuat

La
rutan
elektrolit
lemah

Larutan


Laru
tan nonelektrolit

Subordinat
(8)

Larut
an elektrolit

Larut
an nonelektrolit

Larut
an asam basa

Larut
an garam

Larut
an
penyangga

Larut
an elektrolit
kuat

Larut
an elektrolit
lemah

Contoh
(9)
Larutan
garam


Lar
utan HCl

Lar
utan NaOH

Lar
utan
H2SO4

Non
Contoh
(10)

Susu

Cam
-puran air
dan pasir


Larut
an urea

Larut
an Gula

16

Tabel 4. (lanjutan)
1
2
Larutan Larutan yang dapat
elektrolit terionisasi seluruhnya
kuat
menjadi ion positif dan
ion negatif sehingga
dapat menghantarkan
listrik dengan kuat

3
Konsep
berdasar
kan
prinsip

Larutan Larutan yang terionisasi
elektrolit sebagian menjadi ion
lemah
positif dan ion negatif
sehinggadaya hantar
listriknya lemah.

Konsep
berdasar
kan
prinsip

Larutan yang tidak
Larutan dapat menghantarkan
nonlistrik.
elektrolit

4
Larutan
elektrolit
kuat

5

Kon
sentrasi
larutan

6
Larutan
elektrolit

7
Larutan
elektrolit
lemah

Larutan
elektrolit

Larutan
elektrolit
kuat

Larutan

Larutan
elektrolit


Kera
patan ion

Larutan
elektrolit
lemah


Kon
sentrasi
larutan

Kera
patan ion

Konsep
berdasar
kan
prinsip

Larutan
nonelektrolit

8

9

10


Lar
utan NaCl

Lar
utan HCl


Alko
hol

Laru
tan gula

Al(
OH)3

HC
N


Lar
utan
CH3COO
H

Lar
utan
NH4OH


Alko
hol

KO
H

H2S
O4 (air aki)

Urea
• Larutan • Larutan
gula
HNO3
• Alkohol • Larutan
garam

17

E. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai ketika guru memberikan permasalahan kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan guru. Pada tahap ini, siswa akan termotivasi untuk bertanya, menemukan berbagai kemungkinan jawaban termasuk
jawaban yang unik dan jarang diberikan oleh orang lain atas permasalahan yang
diberikan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, siswa mengembangkan
jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Pada tahap
ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir orisinil.

Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya adalah siswa mengumpulkan data dengan melakukan percobaan, melengkapi tabel hasil pengamatan, mengamati gambar submikroskopik berbagai larutan dan berdiskusi untuk
membuktikan bahwa hipotesis siswa tersebut benar, tepat, dan rasional. Pada
tahap ini siswa akan terpacu untuk mengajukan banyak pertanyaan/gagasan/cara
berkaitan dengan percobaan yang dilakukan atau gambar submikroskopik larutan
yang diamati kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil percobaan
dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

Langkah berikutnya adalah menganalisis data hasil pengamatan. Pada tahap ini,
siswa dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam menganalisis data dan
memberikan jawaban yang unik dan lain dari yang lain atas pertanyaan analisis.
Kemudian guru memberikan kesempatan pada perwakilan siswa dari setiap
kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Pada
tahap ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir orisinil.

18

Tahap terakhir siswa dapat membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini pula siswa diminta menyampaikan banyak gagasannya
dalam membuat kesimpulan dari masalah yang telah diberikan oleh guru pada
awal pembelajaran, kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mendapatkan
kesimpulan yang relevan. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan
diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit akan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama
pada indikator keterampilan berpikir orisinil siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

2.

Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing
pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan
keterampilan berpikir orisinil.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro
Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa. Siswa tersebut merupakan
satu kesatuan populasi karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a.

Siswa tersebut berada dalam empat kelas yang sama, yaitu kelas X SMA
Negeri 2 Metro.

b.

Siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.

c.

Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa tersebut diajar dengan kurikulum
yang sama (Kurikulum 2013), dan jumlah jam belajar yang sama (tiga jam
pelajaran dalam setiap minggu).

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan
pertimbangan kemampuan kognitif siswa yang relatif sama, peneliti dengan
bantuan guru mitra menentukan dua kelas sampel, yaitu kelas X1 dan X2.
Kemudian berdasarkan pengundian, diperoleh kelas X1 sebagai kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan kelas X2
sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

20
B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil tes sebelum pembelajaran (pretest), hasil tes setelah pembelajaran (posttest), serta data pendukung,
yaitu kinerja guru, afektif dan psikomotor siswa.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non
Eqiuvalent (Pretest and Posttest) Control-Group Design (Creswell, 1997) yang
ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Desain penelitian.

Group A
Group B

Pretest
O1
O1

Perlakuan
X


Postest
O2
O2

Sebelum diterapkan perlakuan, kedua kelompok sampel diberikan pretest (O1)
Kemudian, pada group A (kelas eksperimen) diterapkan perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada group B (kelas kontrol) diterapkan
pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan
posttest (O2).

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai
variabel bebas, yaitu pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing.
Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit.

21
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang
menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sejumlah tiga LKS, soal pretest dan soal posttest yang terdiri dari
delapan butir soal uraian untuk mengukur keterampilan berpikir orisinil.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam
konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
judgement atau penilaian dan pengujian empirik.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).
Pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgement. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan
penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila
antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian maka dapat dinilai bahwa instrumen
dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan
penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgement diperlukan ketelitian dan keahlian penilai maka peneliti meminta ahli untuk melaku-

22
kannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. Dan Ibu
Lisa Tania, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Pra penelitian
Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas X untuk mendapatkan
informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.
2. Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: silabus, RPP, LKS, soal pretest dan
postest.
c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah:
(1) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
(2) Melakukan analisis data pretest, yaitu uji persamaan dua rata-rata.
(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masingmasing kelas, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri

23
terbimbing diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional
diterapkan di kelas kontrol.
(4) Melakukan postest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu
kesimpulan.

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah.
2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.

Pra penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Pretest
Postest

Kelas eksperimen
(Pembelajaran
menggunakan
model inkuiri
terbimbing)

Analisis data
Pembahasan dan simpulan

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

Analisis dan
pelaporan
hasil

Kelas kontrol
(Pembelajaran
konvensional)

Penelitian

1. Menentukan populasi dan sampel
penelitian
2. Menyusun instrumen penelitian

24
G. Teknik Analisis Data
Berikut tehnik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengubah skor menjadi nilai
Nilai pretest dan postest pada penilaian keterampilan berpikir orisinil siswa pada
materi larutan elektrolit-nonelektrolit dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa 

2.

Jumlah skor jawaban yang diperoleh
x 100
Jumlah skor maksimal

Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretest

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel
memiliki kemampuan awal yang sama. Prasyarat uji kesamaan dua rata-rata,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a.

Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan
uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis: H0 : kedua sampel berasal dari populai yang berdistribusi normal.
H1 : kedua sampel berasal dari populai yang tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji:
Terima H0 jika 2 < 2(1-α)(k-3) atau 2 hitung < 2Tabel dengan taraf nyata 0,05.
Dalam hal lainnya H0 ditolak.

25
b.

Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang dibandingkan memiliki varians homogen.
Hipotesis untuk uji homogenitas :
H0 : σ 12  σ 22 = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen.
H1 : σ 12  σ 22 = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak
homogen.
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam
Sudjana (2005) :
F

Varians terbesar
Varians terkecil

Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria uji :
Terima H0 hanya jika F < F ½ (1,2) atau Fhitung < Ftabel dengan taraf nyata
0,05;. Dalam hal lainnya tolak H0.
c.

Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)

Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji t (Sudjana, 2005).
Hipotesis:
H0 : µ 1x = µ 2x : Rata-rata pretest keterampilan berpikir orisinil siswa di kelas
eksperimen sama dengan rata-rata pretest keterampilan berpikir
orisinil siswa di kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit.
H1 : µ 1x ≠ µ 2x : Rata-rata pretest keterampilan berpikir orisinil siswa di kelas

26
eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretest keterampilan berpikir orisinil siswa di kelas kontrol pada materi larutan elektrolit
dan non-elektrolit.
Keterangan:
µ 1 = Rata-rata pretest (x) pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas
eksperimen.
µ 2 = Rata-rata pretest (x) pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas
kontrol.
X = Keterampilan berpikir orisinil.
Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:
thitung 

X1  X 2
1 1
s

n1 n2

dan

(n1  1) s12  (n2  1) s 22
s 
n1  n2  2
2

Keterangan :
X1 = Gain rata-rata kelas eksperimen

X2 = Gain rata-rata kelas kontrol
s2 = Varians
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
s12 = Varians kelas eksperimen

s22 = Varians kelas kontrol
Kriteria uji :
Terima H0 jika t ˂

t(1-½α) atau thitung < ttabel dengan derajat kebebasan d(k) = n1 +

n2 – 2 dengan taraf nyata 0,05. Dalam hal lainnya tolak H0.
3. Menghitung n-Gain dari nilai siswa
Perhitungan n-Gain digunakan untuk melihat efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada sampel n-Gain dirumuskan sebagai berikut:

n - Gain 

Nilai Postest - Nilai Pretest 
Nilai Maksimum - Nilai Pretest 

27
4. Uji hipotesis
Untuk menentukan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit; berlaku pada keseluruhan populasi, maka dilakukan uji perbedaan
dua rata-rata dengan prasyarat uji, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan
uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis: H0 : kedua sampel berasal dari populai yang berdistribusi normal.
H1 : kedua sampel berasal dari populai yang tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji:
Terima H0 jika 2 < 2(1-α)(k-3) atau 2 hitung < 2Tabel dengan taraf nyata 0,05.
Dalam hal lainnya tolak H0.
b.

Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang dibandingkan memiliki varians identik.

28
Hipotesis untuk uji homogenitas :
H0 : σ 12  σ 22 = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen.
H1 : σ 12  σ 22 = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak
homogen.
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam
Sudjana (2005) :

F

Varians terbesar
Varians terkecil

Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria uji :
Terima H0 hanya jika F < F ½ (1,2) atau Fhitung < Ftabel dengan taraf nyata 0,05.
Dalam hal lainnya tolak H0.
c.

Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)

Ho : µ 1x≤ µ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit yang diterapkan model pembelajaran inkuirir terbimbing lebih rendah atau sama dengan ratarata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa dengan pembelajaran konvensional.
H1 : µ 1x> µ 2x

:

Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain
keterampilan berpikir orisinil siswa dengan pembelajaran
konvensional.

29
Keterangan :
µ 1 = rata-rata keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit
dan non-elektrolit pada kelas eksperimen.
µ 2 = rata-rata keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit
dan non-elektrolit pada kelas kontrol.
x = keterampilan berpikir orisinil.

Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:
thitung 

X1  X 2
1 1
s

n1 n2

dan

(n1  1) s12  (n2  1) s 22
s 
n1  n2  2
2

Keterangan :
X1 = Gain rata-rata kelas eksperimen

X2 = Gain rata-rata kelas kontrol
s2 =
n1 =
n2 =
s12 =

Varians
Jumlah siswa kelas eksperimen
Jumlah siswa kelas kontrol
Varians kelas eksperimen

s22 = Varians kelas kontrol
Kriteria uji:
Terima H0 jika t < t(1-α ) atau t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan
d(k) = n1 + n2 – 2 pada taraf nyata 0,05 peluang (1- α). Dalam hal lainnya tolak
H0.

47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil dengan pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1.

Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran
kimia, terutama pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit karena
terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.

2.

Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran
inkuiri terbimbing, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan terutama pada persiapan perangkat pembelajaran.

46

DAFTAR PUSTAKA

Ali,