9
“ Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi di
program Studi Ilmu Perpustakaan PSIP S1 semester VIIT.A 20092010 dengan menggunakan standar yang dibuat oleh Association of
college and research ACRL . Jenis penelitian ini adalah deskriptif.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa PSIP semester VII T.A 20092010, berjumlah 30 orang. Sampel yang digunakan adalah total
sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009.
Hasil analisa menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa PSIP dengan menggunakan acuan standar yang dibuat ACRL adalah
sebagai berikut: kemampuan yang dimiliki hampir setengah mahasiswa untuk menentukan kealamiahan dan keluasan informasi dapat dikatakan
sudah baik. Dalam hal kmampuan mengakses informasi, dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa telah memiliki kemampuan yang
baik. Untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh secara kritis, mayoritas mahasiswa sudah melakukannya dengan baik. Kemampuan
sebagian besar mahasiswa dalam menggunakan dan mengkomunikasikan informasi juga sudah baik. Setengah mahasiswa juga telah paham terhadap
isu hukum, ekonomi dan sosial seputar informasi secara etis dan legal dapat dikatakan sudah cukup baik. Dari penjabaran kemampuan yang
dimiliki oleh mahasiswa, maka dapat dikatakan literasi informasi mahasiswa PSIP sudah cukup baik”.
Kata kunci :
Literasi informasi Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian di atas adalah
kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam berliterasi informasi. Perbedaannya adalah obyek penelitian yang diteliti dengan waktu
penelitian.
H. LANDASAN TEORI
1. Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Atmosoeprapto 2002:139 menyatakan efektivitas
adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai
10
sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sasaran telah dicapai.
Gibson dalam Tangkilisan 2005:65 mengatakan bahwa
efektivitas organisasi dapat diukur melalui :
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap d. Perencanaan yang matang
e. Penyusunan program yang tepat f.
Tersedianya sarana dan prasarana g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan
waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar di atas, dapat simpulkan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif.
11
2. Literasi Informasi
a. Pengertian Literasi informasi diperkenalkan oleh Paul Zurkowski pada tahun
1974. Beliau ketika itu menjabat sebagai President of Information Industry Association
mengajukan proposal kepada The National Commission on Libraries and Information Science NCLIS
USA. Paul Zurkowski menyatakan bahwa dalam program nasional, salah satu yang
harus dicapai adalah literasi informasi secara universal. Sedangkan definisi literasi informasi sendiri menurut Amstrong dalam Webber
2008:40 yang menyatakan bahwa pengertian literasi informasi : “Information literacy is knowing when and why you need information,
where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner”.
Dalam pengertian tersebut menyatakan bahwa literasi informasi adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui kapan dan mengapa kita
memerlukan informasi, dimana menemukannya, dan bagaimana mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara
etis. Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz 2004:356 literasi informasi adalah
“Skill in finding the infrmatin ne needs including and understanding of how libraries are organized, familiary with resource they provide
including information formats and automated search tools, and knowledge of commonly used techniques. The concepst also includes the
skill required to critically evaluate information contents and employ it effectively, as well as understanding of the technological infrastructure
12
on which information transmission is based, including its social, and cultural context and impact”.
Dari pernyataan di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, termasuk
pemahaman bahan perpustakaan yang diatur, akrab dengan sumber yang tersedia termasuk format informasi dan alat penelusuran otomatis dan
ilmu pengetahuan dari teknik yang dapat digunakan. Konsep tersebut juga mencakup kemampuan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi isi
informasi dengan kritis dan menggunakannya secara efektif, seperti pemahaman terhadap alat-alat teknologi sebagai dasar penyampaian
informasi, termasuk bidang sosial, politik, konteks budaya dan dampaknya. Dalam final report America Library Association’s
Presidential committee on Information Literacy ALA: 1989
memberikan definisi yang banyak digunakan yaitu, “Information literacy is a set of abilities reuiring individuals to recognize when
information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effetivelly the needed information.”
Artinya bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan
memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakannya secara efektif. Hal senada juga diberikan oleh Asosiasi
Pekerja Informasi Sekolah Indonesia APISI yaitu literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari
13
suatu masalah yang ada. Ketrampilan ini meliputi mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan,
mengomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi APISI: 2007.
Dari definisi tersebut literasi informasi merupakan kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari berbagai
jenis sumber. Literasi informasi menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang khususnya mahasiswa untuk mengurangi
pengaruh negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini dan juga untuk meningkatkan kemampuan akademik seseorang.
b. Tujuan Literasi Informasi Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting
dimiliki seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber
informasi yang berkembang sangat pesat, namun belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai
dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun
berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung
pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi
dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu
14
dengan memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap
informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya.
Menurut ACRL Association of Colloge Research Libraries menyatakan bahwa, individu yang menguasai literasi informasi akan
mampu untuk: a. Menentukan informasi yang dibutuhkan.
b. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien c. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis.
d. Memasukkan informasi yang dipilih ke dalam basis pengetahuan seseorang.
e. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
f. Memahami masalah-masalah ekonomi, mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal.
Dengan demikian, literasi informasi menjadi sangat penting untuk dimiliki dan terus ditingkatkan oleh setiap orang terutama dikalangan
mahasiswa terlebih di dalam era globalisasi informasi agar dapat memperoleh dan memanfaatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya
sebagai orang yang berintelektual. Literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya
baik untuk kehidupan pribadi pendidikan, kesehatan, pekerjaan maupun lingkungan masyarakat.
15
c. Manfaat Literasi Informasi bagi mahasiswa di perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seseorang terutama orang yang berada dalam dunia
pendidikan. Dengan adanya literasi informasi yang diadakan di perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta secara berkelanjutan,
mahasiswa akan mendapatkan manfaat dalam pemahaman mengenai cara menggunakan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan secara
legal dan beretika. Menurut Adam 2009:1 manfaat literasi informasi adalah
1. Membantu dalam pengambilan keputusan Apabila seseorang tertimpa suatu permasalahan, pemecahannya
adalah mencari informasi supaya dapat segera memecahkan permasalahan tersebut. Jika seseorang tersebut telah mempunyai
kemampuan literasi informasi niscaya ia akan tahu caranya mencari, menemukan, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menggunakan
informasi secara efesien efektif, beretika dan legal untuk mengambil keputusan dalam memecahkan suatu permasalahan yang
dihadapinya. 2. Menjadi manusia pembelajar
Informasi merupakan kebutuhan yang vital bagi setiap orang. Dengan mempunyai kemampuan literasi informasi seseorang
menjadi manusia pembelajar, karena literasi informasi memiliki
16
peran yang strategis dalam meningkatkan kemampuan. Dengan orang semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi,
dan menggunakan informasi semakin terbuka pula kesempatan seseorang untuk melakukan pembelajaran secara mandiri.
3. Menciptakan pengetahuan baru Seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi dicirikan
oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan gagasannya dengan baik. Selain itu ia juga
dapat berpikir kritis, analitis dan membangun argumentasinya secara logis dengan didukung fakta dan informasi yang diperlukan. Dengan
memiliki kemampuan literasi informasi yang baik, seseorang dapat membuat inovasi baru dari pengetahuan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang manfaat literasi informasi yang telah diuraikan di atas, Perpustakaan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi secara terstruktur dan sudah terjadwal. Dengan adanya pelatihan literasi di
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mahasiswa mendapatkan manfaat yang telah diuraikan di atas. Mahasiswa yang
telah mengikuti pelatihan literasi informasi di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diharapkan menjadi mahasiswa yang literat
information literate, yaitu menjadi manusia pembelajar mandiri dan kompeten.
17
d. Model Literasi Informasi Sejak diperkenalkan tahun 1974, model literasi informasi kemudian
berkembang. Perkembangan ini menunjukkan keragaman pendekatan terhadap pemahaman literasi informasi di beberapa negara maju. Ada
banyak model literasi informasi yang digunakan sebagai rujukan, untuk mengajarkan literasi informasi. Model-model literasi informasi
merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan pemustaka agar memiliki kemampuan untuk mencari informasi. Berikut adalah beberapa
model literasi informasi yang sering digunakan dengan keunikan masing-masing :
a. British Models British Model
George, 2013 adalah sebuah model yang pertama dikembangkan pada tahun 1981 oleh Michael Marland dalam
bukunya Information Skills in the Secondary Currriculum George, 2013:1. Model ini diterapkan di sekolah dan disebut
dengan keterampilan informasi. British Model mempunyai sembilan langkah untuk memecahkan masalah yaitu :
a Memformulasikan dan menganalisa kebutuhan b Mengidentifikasi dan memeriksa sumber-sumber informasi
c Menelusur dan menemukan sumber-sumber individu d Menguji, memilih sumber-sumber informasi
e Mengintegrasikan sumber-sumber informasi tersebut f Menyimpan dan mensortir informasi
18
g Menginterpretasikan, menganalisa, mensintesiskan dan mengevaluasi informasi
h Mempresentasikan atau mengkomunikasikan informasi dan i
Mengevaluasi. b. Big6 George, 2013
Model literasi informasi Big6 dikembangkan oleh dua pakar literasi informasi yaitu Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada tahun
1988. Model ini merupakan model yang paling banyak digunakan dalam mengajarkan keahlian literasi informasi. Model ini banyak
digunakan di sekolah maju dalam kegiatan program literasi informasi mereka. Bahan-bahan tentang model ini juga sangat
mudah diperoleh di internet dibandingkan model-model lainnya. Itu sebabnya, pengguna model ini dapat dengan mudah memperoleh
hal-hal baru yang dikembangkan oleh Eisenberg dan Berkowitz melalui internet. Dengan demikian, penggunaannya juga semakin
memasyarakat. Apalagi, pengembang model ini juga menciptakan model sederhana bagi para siswa di sekolah dasar untuk
memudahkan mereka dalam mengembangkan keterampilan literasi informasi sejak dini. Model ini disebut dengan Super3 yaitu Plan,
Do dan Review. Sejauh ini, hanya model ini yang dikembangkan
secara khusus untuk anak-anak di sekolah dasar.
19
Enam langkah dalam model Big6 adalah : a Definisi tugas atau masalah
1. Mendefinisikan masalah informasi 2. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi
b Strategi pencarian informasi 1. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan
2. Menyeleksi sumber terbaik c Lokasi dan Akses
1. Melokasikan sumber-sumber informasi secara intektual maupun fisik
2. Menemukan informasi dalam sumber d Pemanfaatan informasi yang sudah diperoleh
1. Menghubung-hubungkan informasi 2. Menyarikan informasi yang relevan
e Pengintegrasian informasi yang diperoleh dari sumber- sumber tersebut Sintesa
1. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber 2. Mempresentasikan informasi
f Pengevaluasian terhadap hasil informasi yang diperoleh dan proses pemecahan masalahnya.
1. Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas 2. Nilai proses dari segi efesiensi.
20
c. Sconul Seven Pillars Model Seven Pillar Model
dibuat oleh Standing Conference of National and University Libraries
SCONUL, pada tahun 1999. Model ini menggabungkan ide-ide tentang berbagai ketrampilan yang terlibat
dengan kedua kebutuhan untuk menjelaskan dan menggambarkan hubungan antara informasi, ketrampilan dan kemampuan teknologi
informasi, serta gagasan tentang kemajuan dalam pendidikan perguruan tinggi yang terkandung dalam pengembangan kurikulum
pendidikan tinggi. Dalam SCONUL Seven Pillars Models for Information Literacy
disebutkan bahwa ketrampilan dalam Sconul Seven Pillar Model
SCONUL, 2013 ini yaitu : a Mengenal kebutuhan informasi
b Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi
c Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi d Menentukan lokasi dan akses informasi
e Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda
f Mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai dengan
situasi g Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan
mendukung penciptaan ilmu baru
21
d. Empowering Eight E8
TM
Empowering 8 E-8 adalah sebuah model pemecahan masalah untuk
model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan pada bulan November 2004 dalam International Workshop on
Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri
Langka. Kegiatan ini didukung penuh oleh IFLAALP dan NILIS di University of Colombo, Sri Lanka. Model yang dihasilkan oleh
peserta dari negara-negara Asia ini disebut dengan Empowering 8
dan dipercaya sebagai model yang cocok penerapannya di negara- negara Asia. Unsur-unsur yang tercakup dalam E-8 adalah :
a Identifikasi Identify 1. Menentukan subyektopic
2. Menentukan dan memahami target pendengar 3. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir
4. Mengidentifikasi kata kunci 5. Merencanakan strategi penelusuran
6. Mengidentifikasi jenis sumber informasi dan lokasi informasi dapat ditemukan
b Eksplorasi Explore 1. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan
topik yang dipilih 2. Menemukan informasi yang cocok dengan topik
yang dipilih
22
3. Melakukan wawancara, karya wisata atau penelitian luar lainnya.
c Memilih Select 1. Memilih informasi yang sesuai
2. Menentukan informasi dari yang terlalu mudah sampai yang terlalu sulit
3. Mencatat informasi dengan membuat pengaturan visual seperti chart, grafik dan sejenisnya.
4. Menentukan tahapan proses 5. Mengumpulkan sitasi yang cocok
d Mengorganisir Organise 1. Menyeleksi informasi
2. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi 3. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber
4. Menyusun informasi dalam susunan yang logis 5. Menggunakan visual organizer untuk menguji
e Mencipta Create 1. Menyiapkan informasi dengan menggunakan
bahasa yang dibuat sendiri 2. Merevisi
3. Membuat format bibliografi
23
f Menyajikan Present 1. Menyajikan atau mempresentasikan hasil karya
ilmiah penelitian 2. Membagikan informasi kepada pesertaaudien
3. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat dan sesuai dengan pesertaaudien
4. Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan dengan semestinya
g Menaksir Assess 1. Menerima masukan dari peserta audien
2. Menilai penampilan orang lain sebagai respons hasil karya orang lain
3. Merefleksikan hasil karya ilmiah penelitian 4. Mengungkapkan ketrampilan baru yang telah
dipelajari dalam proses penelitian 5. Memperhatikan hal-hal yang dapat dilakukan
dengan lebih baik lagi di waktu mendatang h Menerapkan Apply
1. Meninjau ulang semua masukan dan penilaian yang telah diberikan
2. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar berikutnya.
24
3. Menggunakan pengetahuan baru yang didapat dalam berbagai situasi
4. Menentukan subjek lain yang dapat menerapkan ketrampilan ini
5. Memberi tambahan pada portfolio yang dibuat e. Tujuh Langkah Knowledge Management Diao Ai Liem et.al, 2007
Di Indonesia, lahir sebuah model baru yang disebut dengan Tujuh Langkah Knowledge Management yang dikembangkan oleh
Diao Ai Lien dan kawan-kawan dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta pada tahun 2007. Model ini merupakan gabungan
antara Big6 dan Empowering Eight yaitu dengan menambahkan kemampuan ke-8 dari Empowering Eight ke dalam Big6 Diao Ai
Lien et.al, 2007:6. Model ini dikembangkan untuk membantu para mahasiswa dalam menyelesaikan tugas penelitian mereka di
kampus. Dengan target pengguna yang spesifik ini maka pada langkah menciptakan kegiatan yang secara jelas dilakukan adalah
menulis, yaitu menulis hasil karya penelitian maupun skripsi mereka.
Tujuh langkah langkah yang dicakup dalam model ini yaitu : a. Merumuskan masalah
b. Mengidentifikasi dan mengakses informasi fisik dan intelektual
c. Mengevaluasi sumber informasi dan informasi
25
d. Menggunakan informasi e. Menciptakan karya
f. Mengevaluasi karya
g. Menarik pelajaran Dari model-model literasi informasi yang telah sedikit diuraikan,
perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggunakan Empowering Eight
dan Sconul Seven Pillar Model untuk program literasi informasinya.
e. Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi Association of College Research Libraries
ACRL telah membuat suatu kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi
informasi individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator tertentu
untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki kemampuan literasi informasi. Di pihak mahasiswa juga akan mendapati
bahwa kompetensi literasi informasi ini akan berguna, karena kompetensi ini memberikan mahasiswa suatu kerangka untuk
mengendalikan interaksi mereka dengan informasi yang berada di lingkungan mereka.
Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi information Literacy Competency Standar for Higher School
yang disetujui Dewan ACRL tanggal 18 Januari 2000, dalam standar ini disebutkan lima
26
standar yang memiliki 22 dua puluh dua indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah :
1. Standar Satu