United Nations on Drug and Crime, CharacterizationImpurity Profiling of Methamfetamine Tablets In South-East Asia.
Pengalaman menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam sintesis dapat berpengaruh pada formasi yang dihasilkan dan tentunya mempengaruhi kompleksitas
pengotornya. Hal-hal yang mempengaruhi profil pengotor dalam metamfetamin hasil akhir dari sintesis antara lain : a temperatur reaksi, b waktu reaksi, cskala reaksi dan
proporsi bahan kimia awal yang digunakan dan dtingkatan dan cara pemurnian produk intermediet dan produk akhir RembergStead, 1999 .
2.2.4. Mekanisme Kerja
Metamfetamin adalah senyawa yang mempunyai efek simpatomimetik tak langsung dengan aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya sangat mirip dengan katekolamin
endogen seperti epinefrin, norepinefrin dan dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya neurotransmiter dari daerah presinap. Metampetamin juga
mempunyai efek menghalangi re-uptake dari katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin aksidase, sehingga konsentrasi dari neurotransmitter
cenderung meningkat dalam sinapsis. Mekanisme kerja metampetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin
dan serotonis atau ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau
sistim monoamine oxidase MAO pada ujung presinaps saraf.
2.2.5 PATOFISIOLOGI
Penggunaan metampetamin kronis dan dosis tinggi menimbulkan perubahan toksik secara patofisiologi. Efek toksik penggunaan metampetamin kronis dengan dosis
tinggi terhadap:
a. Otak Penggunaan metampetamin secara kronis dengan dosis tinggi akan
menginduksi perubahan toksik pada sistim monoaminergik pusat. Seiden dan kawan
Universitas Sumatera Utara
kawan melakukan penelitian pada kera dengan menyuntikkan sebanyak 8kalihari dosis 3-6,5 mgkg selama 3-6 bulan. Setelah 24 jam pemberian dosis terakhir
memperlihatkan kekosongan norepinefrin pada semua bagian otak pons, medula, otak tengah, hipothalamus dan korteks frontal. Setelah 3-6 bulan suntikan terakhir,
norepinefrin masih tetap rendah di otak tengah dan korteks frontal. Sedangkan pada hipothalamus dan pons kadar norepinefrin sudah meningkat. Kadar dopamin
terdepresi hanya pada darah, bagian otak lain tidak terpengaruh. Kondisi toksik metampetamin ini juga mempengaruhi sistim serotoninergik, hal ini diperlihatkan
dengan perubahan aktivitas triptophan hidroksilase terutama pada penggunaan fenfluramin. Rumbaugh melaporkan pada pemakaian amfetamine kronis dengan dosis
tinggi mempengaruhi vaskularisasi otak. Penelitian pada kera yang diberi injeksi metamfetamin selama 1 tahun menunjukkan perubahan yang luas dari arteriola kecill
dan pembuluh kapiler.
b. Perifer Efek yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin
mempengaruhi sensitivitas miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan menambah resiko dari aritmia jantung yang fatal. Efek perifer yang lain adalah
terhadap pengaruh suhu thermo-regulation. Amfetamine mempengaruhi pengaturan suhu secara sentral di otak oleh peningkatan aktivitas hipothalamus anterior. Penyebab
kematian yang besar pada toksisitas amfetamine disebabkan oleh hiperpireksia. Mekanisme toksisitas dari amfetamine terutama melalui aktivitas sistim saraf simpatis
melalui situmulasi susunan saraf pusat, pengeluaran ketekholamin perifer, inhibisi re uptake katekholamine atau inhibisi dari monoamin aksidase. Dosis toksik biasanya
hanya sedikit diatas dosis biasa. Amfetamine juga merupakan obatzat yang sering disalahgunakan.
Efek amfetamine yang berhubungan dengan penyalahguaan dapat dibedakan dalam 2 fase:
1. Fase awal Selama fase ini efek akut dari amfetamine ditentukan oleh efek farmakologinya pelepasan dopamin dan akan menimbulkan:
a Euforia b Energi yang meningkat
c Menambah kemampuan bekerja dan interaksi social
Universitas Sumatera Utara
Efek ini timbul sesaat setelah mengkonsumsi 2. Fase konsilidasi Konsumsi yang lama dan intermiten, membuat
individu akan meningkatkan dosis untuk mendapatkan efek yang lebih besar. Pada pemakaian yang terus-menerus individu akan meningkatkan
frekuensi dan dosis zat untuk merasakan flash atau rush dari penggunaan amphetamine. Selama masa transisi penggunaan dosis tinggi, individu
menggunakan amfetamine yang bereaksi cepat, yaitu secara intravena atau dihisap.
2.3.Sonikasi
Sonikasi termasuk kedalam ekstraksi cair-cair. Pada ektraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi
cair-cair terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Sonikasi memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 42kHz yang dapat
mempercepat waktu kontak antara sampel dan pelarut meskupun pada suhu ruang. Hal ini menyebabkan proses perpindahan massa senyawa bioaktif dari dalam sel tanaman
ke pelarut menjadi lebih cepat. Sonikasi mengandalkan energi gelombang yang menyebabkan proses kavitasi, yaitu proses pembentukan gelembung-gelembung kecil
akibat adanya transmisi gelombang ultrasonik untuk membantu difusi pelarut kedalam dinding sel tanaman .Ashley, et.al ,2001. Metode ekstraksi sonikasi juga efisien dan
mempersingkat waktu ekstraksi Melecchi et al.2006
Energi dalam ultrasonik merupakan intensitas gelombang ultrasonik yang merambat dan membawa energi pada suatu luas permukaan per satuan waktu. Jika
energi gelombang ultrasonik tersebut melalui jaringan, maka akan melepaskan energi kalor sehingga terjadi pemanasan yang mengakibatkan suhu jaringan meningkat dan
kemudian menimbulkan efek kavitasi, yaitu pembentukan, pertumbuhan dan pecahnya gelembung didalam sebuah cairan. Ketika gelembung kavitasi akustik pecah
Universitas Sumatera Utara
mendekati atau pada permukaan solid, maka permukaan solid tersebut memberikan resistensi terhadap aliran cairan. Bendicho, 2000
Sedangkan kelemahan metode sonikasi yaitu harganya yang mahal dan membutuhkan proses curing Ulilalbab, 2012. Proses curing pada prinsipnya
merupakan suatu proses terjadinya reaksi kimia awal jaringan ikat kolagen kulit dengan bahan curing baik dengan menggunakan bahan curing asam, basa ataupun
enzim. Proses curing menyebabkan struktur ikatan intermolekuler dan intramolekuler pada protein kolagen kulit melemah ataupun terjadi proses pemutusan rantai ikatan
asam amino secara parsial Kolodziejska,2007;Hidayat,2008 Gambar 2.2 menunjukkan perangkat ultrasonik yang paling umum digunakan
saat ini dalam aplikasi analitis. Tidak semua perangkat berkinerja sama dan tidak semua ditujukan untuk aplikasi yang sama. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu
ketika mengembangkan kimia analitik dengan bantuan ultrasonikasi adalah pengetahuan tentang perbedaan antara peralatan ultrasonik yang tersedia, terutama
dari keuntungan dan kerugian yang telah diperkirakan untuk masing-masing.
2009 Luis,
Gambar 2.2 Teknologi ultrasonik : a probe kaca silika; b probe spiral; c probe ganda; d sonoreaktor; e dan f prob multi; g horn microplate; h
horn cup
2.3.1. Kavitasi