Perlindungan Abu Thalib pada Nabi saw. Perlindungan Syi’ib Bani Hasyim

karena terdapat kemaslahatan di dalamnya, meskipun kedua mata uang itu produk kaum kafir: Nasrani dan Majusi. Contoh lain, Kebijakan koalisi dan kompromi politik at-Tahaluf. Secara bahasa Arab lughah, at-Tahaluf kompromi berasal dari kata al-Hilfu yang artinya perjanjian untuk saling menolong, ia berasal dari kata halafa-yahlifu-hilfan. Dalam bentuk kalimat dikatakan hilfuhu fulan fayakunu halifuhu Fulan berjanji dengan fulan maka ia menjadi sahabatnya. Lihat, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Ahmad bin Fariz bin Zakaria, Bab ha, lam, fa; juz 2, hal 97-98 Secara syara’ maknanya pun sama, dalam hadis Nabi saw.disebutkan dari Ashim ra: م م للس س لس م ا يفم ف ل لسحم لل ل ل اقل ملللس ل ول هميسللع ل ههلللا ىللص ل ي ل بمنللا ن ل أل ك ل غلللبلأل ههنسعل ههلللا ي ل ض م رل ك ك لمامل ن م بس س م نللم ل ت ه لسقه يرمادل يفم رماص ل نسلس ل اول ش ك يسرلقه ن ل يسبل م ل للس ل ول هميسللع ل ههلللا ىللص ل ي ي بمنللا ف ل للاحل دسقل ل ل اقلفل “Aku berkata kepada Anas bin Malik : Apakah telah sampai kepadamu bahwa Nabi saw.bersabda: “Tidak ada hilfu dalam Islam.” Maka jawab Anas ra: “Bahkan Nabi saw.telah mengambil sumpah suku Quraisy dan Anshar dirumahku.” HR. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, II: 803, Hadis No. 2172 Berikut ini dapat dikemukakan beberapa contoh kompromi politik pada masa awal kenabian yang dilakukan Nabi saw. dengan kaum musyrikin, baik perorangan maupun kelompok

1. Perlindungan Abu Thalib pada Nabi saw.

Ketika turun Al Qur’an surat Asy-Syu’araa 26 ayat 214, maka Nabi saw. memanggil Bani Hasyim, Bani Muthalib bin Abdi Manaf, dan berkata, “Segala puji bagi Allah, aku memuji dan dan memohon pertolongan kepada-Nya, beriman dan bertawakkal kepada-Nya, aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya pemandu jalan tidak akan menyesatkan orang yang dipandu. Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia, Dia Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, bahwa aku adalah utusan Allah bagi kalian secara khusus serta untuk semua manusia secara umum. Demi Allah bahwa kalian akan meninggal dunia sebagaimana kalian tidur dan akan dihidupkan kembali sebagaimana kalian bangun, lalu kalian akan diminta pertanggungjawaban dari apa yang telah kalian lakukan. Sesungguhnya surga dan neraka adalah abadi.” Maka Abu Thalib berkata, “Alangkah senangnya aku dapat menolongmu, menerima segala nasihatmu, dan menjadi orang yang paling percaya akan tutur katamu, mereka yang berkumpul ini adalah keturunan nenek moyangmu, dan aku adalah salah satu dari mereka, hanya saja aku adalah orang yang paling dulu senang dengan apa yang kau senangi, maka laksanakan apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadamu. Demi ALLAH aku akan selalu bersamamu dan menjagamu, akan tetapi aku tidak mampu meninggalkan agama Abdul Muthalib.” Maka Abu Lahab berkata, “Demi Allah ini adalah malapetaka Cegah dia sebelum mempengaruhi yang lain” Maka jawab Abu Thalib, “Demi Allah Aku akan selalu menjaganya selama aku masih hidup” Lihat, Sirah Nabawiyyah, Ibnu Hisyam, juz I, hal 265

2. Perlindungan Syi’ib Bani Hasyim

Diriwayatkan oleh Musa bin Uqbah dari Ibnu Syihab az-Zuhri, “Orang-orang kafir berkumpul untuk merencanakan pembunuhan pada Nabi saw, yang akan dilakukan secara terang-terangan, ketika kabar itu didengar oleh Abu Thalib, maka ia mengumpulkan bani Hasyim dan bani Muthalib untuk melindungi Nabi saw., di antara mereka ada yang melakukannya berdasarkan keyakinan pada kebenaran Islam dan ada pula yang ingin melindunginya karena hubungan kekeluargaan ta’ashub; kesukuan saja. Lihat, Sirah Nabawiyyah, Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 93

3. Perlindungan Muth’im bin ‘Adi