KRITIK SOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale)

(1)

i

KRITIK SOSIAL DALAM FILM

(Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale)

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Ahmad Kharis Hermiko NIM: 07220122

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ahmad Kharis Hermiko

NIM : 07220122

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Kritik Sosial Dalam Film

(Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale) Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Sabtu

Tanggal : 29 Oktober 2011 Tempat : Ruang Jurusan (609)

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

Drs. Farid Rusman, M.Si Penguji I ( )

Roziana Febrianita, S.Sos Penguji II ( ) Sugeng Winarno, S.Sos., MA. Penguji III ( )


(3)

iii KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim,

Syukur yang tak terkira selalu kita haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan hidayah dan kelancaran kepada peneliti. Sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Kritik Sosial Dalam Film (Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale). Sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Audio Visual di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penelitian ini berisikan tentang kritik sosial dalam film. Gambaran kritik tentang kehidupan sosial dalam media massa merupakan hal yang mendukung demokrasi di Indonesia. Dalam film ini banyak terdapat kritik santun maupun sindiran yang tegas namun lugas dalam penyampaiannya. Hal ini menarik peneliti untuk mengetahui seberapa banyak tema kritik sosial dan siapa saja sasaran kritik sosial dalam film Tanah Air Beta ini.

Penelitian pasti masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk proses kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Malang, 24 Oktober 2011 Peneliti,


(4)

iv DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ………..………..

LEMBAR PERSETUJUAN ……….

LEMBAR PENGESAHAN ………..

PERNYATAAN ORISINALITAS ………..

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ………

HALAMAN PERSEMBAHAN ………

ABSTRAKSI ………

KATA PENGANTAR ………..

DAFTAR ISI ……….

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ………

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang ………..

B. Rumusan Masalah ………

C. Tujuan Penelitian ………

D. Kegunaan Penelitian ………..

1. Secara Akademis ……….

2. Secara Praktis ………..

E. Kajian Pustaka ………

E.1 Komunikasi Massa ………

E.2 Film ………

E.3 Sosial ………

E.4 Film sebagai Kritik Sosial ………

F. Definisi Konseptual ………

F.1 Kritik Sosial ………

F.2 Film ……….

i ii iii iv v vi viii x xi 1 1 4 4 4 4 4 5 5 9 11 12 14 14 14


(5)

v

G. Kategorisasi ………..

H. Metode Penelitian ……….

H.1 Tipe dan Dasar Penelitian ……… H.2 Ruang Lingkup Penelitian ………

H.3 Unit Analisis ……….

H.4 Satuan Ukur ……….

H.5 Teknik Pengumpulan Data ……… H.6 Uji Reliabilitas dan Validitas ………. BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ………..

A. Deskripsi Film ………..

B. Profil Film Tanah Air Beta ……… C. Sinopsis Film Tanah Air Beta ………..

D. Profil Pemain Film ………

E. Isu Seputar Film Tanah Air Beta ………. BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ………. A. Penyajian dan Analisis Data ……….

A.1 Analisis Tema Kritik Sosial ……… A.1.1 Tema Kritik Kesejahteraan Sosial pada Unit Analisis Akting ….. A.1.2 Tema Kritik Kesejahteraan Sosial pada Unit Analisis Dialog …. A.1.3 Tema Kritik Moral Masyarakat pada Unit Analisis Akting ……. A.1.2 Tema Kritik Moral Masyarakat pada Unit Analisis Dialog ……. A.1.1 Tema Kritik Pendidikan pada Unit Analisis Akting ……….. A.1.2 Tema Kritik Pendidikan Sosial pada Unit Analisis Dialog …… A.1.1 Tema Kritik Kebijakan Pemerintah pada Unit Analisis Akting … A.1.2 Tema Kritik Kebijakan Pemerintah pada Unit Analisis Dialog .. A.2 Analisis Sasaran Kritik Sosial ……… A.2.1 Sasaran Kritik Pemerintah ……….. A.2.2 Sasaran Kritik Masyarakat ………. B. Analisis Kritik Sosial dalam Film ……….

14 18 18 19 19 20 20 23 26 26 28 29 32 41 43 43 47 49 52 56 60 62 65 67 69 72 74 82 89


(6)

vi

C. Uji Reliabilitas ………..

C.1 Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 1 ……… C.1.1 Uji Reliabilitas Unit Analisis Akting Tema Kritik Sosial ……… C.1.2 Uji Reliabilitas Unit Analisis Dialog Tema Kritik Sosial ……… C.1.3 Uji Reliabilitas Unit Analisis Sasaran Kritik Sosial ………. C.2 Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 2 ……… C.2.1 Uji Reliabilitas Unit Analisis Akting Tema Kritik Sosial ……… C.2.2 Uji Reliabilitas Unit Analisis Dialog Tema Kritik Sosial ……… C.2.3 Uji Reliabilitas Unit Analisis Sasaran Kritik Sosial ……… BAB IV PENUTUP ………

A. KESIMPULAN ………

B. SARAN ……….

B.1 Saran Akademis ……….. B.2 Saran Praktis ………..

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………

91 92 92 94 97 99 99 102 104 107 107 108 108 109 110 112


(7)

vii DAFTAR TABEL

1. Tabel Lembar Koder ……….

2. Contoh Tabel Frekuensi Unit Analisis Akting ………

3. Contoh Tabel Frekuensi Unit Analisis Dialog ………

4. Contoh Tabel Frekuensi Unit Analisis Sasaran Kritik ………

5. Tabel Distribusi Scene Sesuai Kategorisasi dan Indikator ………

6. Tabel Distribusi Tema Kritik Sosial ………

7. Tabel Distribusi Sasaran Kritik Sosial ………

8. Tabel Hasil Koding dengan koder 1 Unit Analisis Akting

Tema Kritik Sosial ……… 9. Tabel Hasil Koding dengan koder 1 Unit Analisis Dialog

Tema Kritik Sosial ………

10.Tabel Hasil Koding dengan koder 1 Unit Analisis Sasaran Kritik Sosial ……

11.Tabel Hasil Koding dengan koder 2 Unit Analisis Akting

Tema Kritik Sosial ……… 12.Tabel Hasil Koding dengan koder 2 Unit Analisis Dialog

Tema Kritik Sosial ………

13.Tabel Hasil Koding dengan koder 1 Unit Analisis Sasaran Kritik Sosial ……

21 22 22 23 45 48 73

92

95 97

100

102 105


(8)

viii DAFTAR GAMBAR

1. Cover Film Tanah Air Beta ………

2. Gambar Alexandra Gottardo ………

3. Gambar Asrul Dahlan ………

4. Gambar Lukman Sardi ………

5. Gambar Ari Sihasale ………

6. Gambar Robby Tumewu ………

7. Gambar Tessa Kaunang ………

8. Gambar Kategori Kesejahteraan Sosial –Scene4, 13, 20 dan 26 ………

9. Gambar Kategori Kesejahteraan Sosial –Scene 9 ………

10.Gambar Kategori Moral Masyarakat –Scene 10 ………

11.Gambar Kategori Moral Masyarakat –Scene 43 ………

12.Gambar Kategori Moral Masyarakat –Scene 46 ………

13.Gambar Kategori Moral Masyarakat –Scene 49 dan 52 ………

14.Gambar Kategori Moral Masyarakat –Scene 56 ………

15.Gambar Kategori Pendidikan –Scene 15 ………

16.Gambar Kategori Pendidikan –Scene 18 ………

17.Gambar Kategori Kebijakan Pemerintah –Scene 2 ………

18.Gambar Kategori Kebijakan Pemerintah –Scene 59 ………

19.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 2 ………

20.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 5 ………

21.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 8 ………

22.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 12 ………

23.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 15 ………

24.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 21 ………

25.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 23 ………

26.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 55 ………

27.Gambar Kategori Sasaran Kritik Pemerintah –Scene 59 ………

28.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 10 ………

26 32 33 34 36 38 40 50 51 56 57 58 59 60 63 64 67 68 74 75 76 77 78 78 79 80 81 82


(9)

ix 29.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 11 ………

30.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 32 ………

31.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 34 ………..

32.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 43 ………

33.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 49 dan 52 ………

34.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 51 ………

35.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 53 ………

36.Gambar Kategori Sasaran Kritik Masyarakat –Scene 56 ………

83 84 84 85 86 87 88 89


(10)

x DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Cangara, Hafied. 1988. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Press.

Dominick, Joseph & Wimmer, Rogers. 2003. Mass Media Research an Introduction. Wadsworth Publishing Company: United States of America

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Yayasan Konfiden

. 2008. Industri Perfilman Indonesia. Jakarta: Erlangga Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.

Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Press.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende : Nusa Indah.

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis isi:pengantar teori dan metodologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Pratista Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka Rakhmat , Jalaluddin, 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Salim, Peter. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press.

Soekanto , Soerjono. 1996. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar – Dasar Apresiasi Film: Jakarta. PT Gramedia Widiarsana Indonesia.


(11)

xi Susanto, P. Astrid. 1982. Komunikasi massa 2. Bandung: Bina Cipta. . 1989. Komunikasi Pengendalian dan Komunikasi

Pengawasan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sumber Internet

http://www.fatamorgana.blogspot.com/tanah-air-beta-sinopsis-dan-movie.html. Diakses tanggal 29 Juli 2011 pukul 21.55 WIB

http://www.yasiralkaf.wordpress.com/ tanah-air-beta.htm. Diakses tanggal 29 Juli 2011 pukul 22.06 WIB

http://2.bp.blogspot.com/_LS5JlNW_Vrw/S_uJa55RONI/AAAAAAAACI w/Khb44Qr_3V4/s1600/film23001b.jpg. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 00.21 WIB

http://www.21cineplex.com/slowmotion/tanah-air-beta-film-keluarga-dibalut-keindahan-atambua,1447.htm. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 01.48 WIB

http://amriawan.blogspot.com/2010/05/tanah-air-beta-sinopsis-dan-movie.html. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 04.28 WIB http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/a/alexandra_gottardo/. Diakses

tanggal 17 September 2011 pukul 06.07 WIB

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/a/ari_sihasale/. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 06.08 WIB

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/l/lukman_sardi/. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 06.08 WIB

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/t/tessa_kaunang/. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 06.10 WIB

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/robby_tumewu/. Diakses tanggal 17 September 2011 pukul 06.10 WIB

http:// selebriti.kapanlagi.com /Asrul_Dahlan. Diakses tanggal 30 Oktober 2011 pukul 18.15 WIB

http://y3hoo.com /t2218-tanah-air-beta-dipuji-menteri-pdt.htm 8 Maret 2011 pukul 15.56 WIB


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertahanan kedaulatan menjadi isu yang sangat penting di negeri yang terdiri dari kepulauan ini. Isu kesejahteraan di perbatasan menjadi menarik untuk diangkat dalam berbagai media. Warga di perbatasan yang lolos dari perhatian pemerintah menjadi sebuah ancaman ketika mereka memilih merdeka dengan mendirikan negara baru hingga pulau yang dapat diakui dan disahkan oleh negara tetangga.

Kritik sosial bisa melalui media film. Karena film adalah media yang sangat lengkap. Karena dengan media ini selain dapat melihat visual, juga terdapat audio yang mendukung sehingga pesan yang disampaikan dapat dengan jelas diinterpretasikan. Film sebagai kritik sosial semakin menunjukkan eksistensinya. Banyak bermunculan film-film berkualitas yang menggambarkan masalah sosial di masyarakat, masalah kehidupan masyarakat hingga sindiran terhadap kebijakan pemerintah. Hal ini selain dapat menyuarakan semangat nasionalisme juga dapat membuka mata masyarakat akan kondisi bangsa yang mendukung proses demokrasi khususnya di Indonesia.

Kritik sosial sangat penting dilakukan dalam era global dan era media seperti sekarang. Hal ini tak lepas dari kebebasan berpendapat dan daya kritis untuk membentuk masyarakat sosial yang diimpikan. Kritik sosial di era demokratis ini juga merupakan budaya yang bisa menjadi alternatif menyuarakan pendapat tentang perkembangan kondisi bangsa. Hal ini dirasa lebih mengena dari pada melakukan demonstrasi yang kurang efektif belakangan ini.


(13)

Perfilman di Indonesia mulai berkembang seperti yang disebutkan dalam Effendi (2008:13) jumlah film Indonesia yang beredar di bioskop hingga akhir tahun 2008 diperkirakan mencapai 100 judul. Tingginya jumlah produksi film ini ternyata dipengaruhi oleh animo masyarakat yang ingin menonton film Indonesia. Disisi lain para sineas muda mulai berlomba-lomba berkarya untuk membuat film yang berkualitas sesuai dengan kode etik yang mendorong media untuk menghormati nilai-nilai yang sudah diterima masyarakat dengan mengangkat nilai moral, agama hingga nilai sosial.

Satu lagi karya film yang bertema kritik sosial adalah Tanah Air Beta. Film karya sutradara muda Ari Sihasale ini dapat diapresiasi dengan pandangan kritis di masyarakat karena berlatar tentang cerita kehidupan pengungsi perbatasan Indonesia-Timor Leste paska-pisahnya akibat referendum. Film ini mengisahkan perjuangan seorang anak di daerah perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Tanah Air Beta menampilkan beberapa aktris dan aktor terkemuka seperti Alexandra Gotardo, Thessa Kaunang, Robby Tumewu, dan Lukman Sardi itu mengambil lokasi di perbatasan Nusa Tenggara Timur. Selaku sutradara muda, Ari Sihasale berkomitmen untuk selalu membuat film bertemakan keluarga. Atas keseriusannya dalam menggarap film bertemakan keluarga, dalam Festival Film Bandung (FFB) 2010, Ari Sihasale mendapat penghargaan sebagai Sutradara Terpuji pertama.

Peneliti tertarik untuk mengangkat film Tanah Air Beta karena dalam film ini terkandung pesan kritik sosial. Ketika Timor-Timur berpisah dari Indonesia, perpisahan harus terjadi terhadap dua kakak beradik yang saling menyayangi, mereka terpaksa harus hidup dalam kondisi dan lokasi yang berbeda, dikarenakan kepentingan yang sangat tidak mereka mengerti, menjadikan Merry (10 th) harus tinggal berdua saja dengan ibunya,Tatiana (29 th) disebuah kamp pengungsian di Kupang NTT. Sementara kakak laki-lakinya Mauro (12 th) tinggal


(14)

bersama pamannya di Timor Leste. Tatiana dan anaknya Merry, hidup di sebuah kamp pengungsian bersama ratusan ribu orang pengungsi lainnya. Di antaranya Abu Bakar seorang keturunan Arab yang sudah turun temurun hidup dan tinggal di Timor-Timur. Sampai pada akhirnya Merry yang rindu dengan kakaknya, nekad pergi ke perbatasan untuk menemuinya. Dalam film ini tidak hanya terdapat nilai hiburan tapi juga sarat akan kritik sosialnya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan menggunakan analisis isi. dimana menurut Budd dalam Kriyantono (2009:230), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Dengan demikian, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Kritik Sosial dalam Film (Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Berapa banyak frekuensi kemunculan tema kritik sosial dan sasaran kritik sosial dalam film Tanah Air Beta karya Ari Sihasale?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui frekuensi kemunculan pesan kritik sosial dan sasaran kritik sosial pada film Tanah Air Beta.

D. Kegunaan Penelitian


(15)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti serta menambah referensi dan informasi bagi peneliti-peneliti lain dan khususnya pada mahasiswa Ilmu Komunikasi konsentrasi Audio Visual.

2.Secara praktis

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan informasi berkenaan dengan analisis isi terhadap sebuah film. Dimana film ini adalah film drama Indonesia yang sarat akan muatan kritik sosial.

E. Kajian Pustaka

E.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2007:71).

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disampaikan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media tersebut.


(16)

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikasi massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi sukarela atau nirlaba.

5. Komunikasi Massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan organisasi antarpribadi, kelompok atau publik di mana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi


(17)

komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed) (Nurudin, 2007:8-9).

Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa adalah sebagai berikut: a.Komunikator dalam komunikasi massa melembaga.

Artinya bahwa komunikator dalam massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Maksudnya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga dalam hal ini dapat diketahui menyerupai sistem. Sistem adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam sebuah keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dan mengolah pesan itu sebagai sumber informasi.”

b.Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Komunikasi bersifat hiterogen ialah kelompok komunikasi harus mempunyai minat yang sama terhadap media massa terutama jenis khusus dari isi penyiaran serta mempunyai kesamaan pengertian budaya dan nilai.

c.Pesannya bersifat umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya ditujukan terhadap satu orang atau kelompok masyarakat tertentu tetapi terhadap khalayak yang plural.


(18)

d.Komunikasinya berlangsung satu arah.

Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

e.Komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Bahwa dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak dalam arti khalayak bisa menikmati media massa secara bersamaan. Dan kebersamaan bersifat relatif, dalam arti ada hal-hal yang bisa memengarui seperti dalam masalah teknis.

f. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

g.Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper.

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.

Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih udah dipahami (Nurudin, 2007:19-32).


(19)

E.2 Film

Esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal istilah gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur pemberi “hidup” kepada suatu gambar, yang betapapun sempurnanya teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup sehari-hari, sebagaimana halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa dialog atau musik. Dalam film yang baik dialog dan musik hanya dipergunakan apabila film tidak, atau kurang mampu memberi kesan yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja, sehingga dialog maupun musik merupakan alat bantu ekspresi (Susanto, 1982:58).

Film secara umum dapat dibagi menjadi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur semantik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membuat sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak dapat akan membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan di olah atau berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, seperti tokoh, masalah yang diangkat dalam film tersebut, konfilk, lokasi maupun waktunya.

Sementara itu unsur sinemantik adalah cara (gaya) untuk mengolah dan bisa dikatakan juga merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Pertama, Mise-en-scene adalah Segala sesuatu yang berhubungan dengan apa yang berada didepan kamera dan ada elemen pokok dalam Mise-en-scene yakni setting atau latar, tata cahaya, kostum dan

make up, serta akting dan pergerakan pemain. Kedua, sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Ketiga,


(20)

Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) kegambar (shot) lainnya. Dan yang keempat

suara adalah segala hal dalam film yang mampu ditangkap melalui indera pendengaran. Seluruh unsur sinemantik tersebut saling terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinemantik secara keseluruhan (Pratista, 2008:1-2).

Dalam bukunya Sumarno berjudul Dasar-Dasar Apresiasi Film, secara umum film dibagi menjadi beberapa jenis yaitu film fiksi (cerita), non fiksi (non cerita), film eksperimental dan film animasi.

a. Film Fiksi

Film fiksi (cerita) adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film fiksi ini bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan dukungan sponsor iklan tertentu.

b. Film Non Fiksi

Film non fiksi (non cerita) merupakan kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Jadi, merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. salah satu contonya Film Dokumenter merupakan kategori film yang mengandung fakta, ia juga mengandung subjektivitas pembuat. Subjektivitas diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa. Jadi, ketika faktor manusia ikut berperan, persepsi tentang kenyataan akan sangat bergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu.


(21)

Film Eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah-kaidah pembuat film yang lazim. Tujuannya untuk mengadakan eksperimental dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film.

d. Film Animasi

Film Animasi adalah pemanfaatan gambar (lukisan) Maupun benda-benda mati yang lain, seperti boneka, meja dan kursi yang biasa dihidupkan dengan teknik.

E.3 Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial budaya. Terutama dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya (Bungin, 2007:25-26).

E.4 Film sebagai Kritik Sosial

Film sebagai kritik sosial semakin menunjukkan eksistensinya. Belakangan, banyak bermunculan film-film berkualitas yang menggambarkan masalah sosial di masyarakat, masalah kehidupan masyarakat hingga sindiran terhadap kebijakan pemerintah. Hal ini


(22)

selain dapat menyuarakan semangat nasionalisme juga dapat membuka mata masyarakat akan kondisi bangsa yang mendukung proses demokrasi khususnya di Indonesia.

Hal ini tak lepas dari film merupakan media yang lengkap. Karena dengan media ini selain dapat melihat visual, juga terdapat audio yang mendukung sehingga pesan yang disampaikan dapat dengan jelas diinterpretasikan. Media film juga merupakan bentuk media demokrasi yang dapat membentuk opini publik dan media perjuangan untuk menyuarakan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Media ini menjadi alternatif ketimbang sekelompok orang melakukan demonstrasi yang dapat merugikan masyarakat yang lain dan umumnya berujung pada perusakan fasilitas publik.

Kritik sosial juga merupakan sindiran, tanggapan, yang ditujukan pada suatu hal yang terjadi dalam masyarakat manakala terdapat sebuah konfrontasi dengan realitas dan berupa kepincangan ataupun ketidakadilan sosial. Kritik sosial diangkat manakala kehidupan dinilai tidak seimbang dan harmonis. Ketika masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi dan perubahan-perubahan sosial mengarah pada dampak dalam masyarakat.

Secara estimologi, kritik merupakan sebuah celaan, kecaman, kupasan, tanggapan, pendapat dan interprestasi. Sedangkan sosial merupakan sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak atau masyarakat; diartikan sebagai kata kolektif yang menunjukkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum (Dahlan,1994; 380,608). Kritik sosial merupakan sebuah penilaian atau tanggapan dari masyarakat umum untuk mewujudkan kebaikan bersama terhadap sebuah fenomena atau peristiwa yang ditujukan kepada lembaga atau pemerintah maupun individu. Kritik merupakan salah satu bentuk dari pesan dimana isi dari kritik dapat menimbulkan pada khalayak, kemudian memengaruhi terhadap


(23)

pembentukan opini publik menunjukkan kekritisan masyarakat terhadap pesan sosial yang disampaikan.

F. Definisi Konseptual

F.1 Kritik Sosial

Kritik sosial merupakan sindiran, tanggapan, yang ditujukan pada suatu hal yang terjadi dalam masyarakat manakala terdapat sebuah konfrontasi dengan realitas dan berupa kepincangan ataupun ketidakadilan sosial. Kritik sosial diangkat manakala kehidupan dinilai tidak seimbang dan harmonis. Ketika masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi dan perubahan-perubahan sosial mengarah pada dampak dalam masyarakat.

F.2 Film

Film didefinisikan sebagai salah satu media komunikasi yang cara penyampaian pesannya melalui gambar yang bergerak dan memanfaatkan teknologi kamera dengan penggabungan warna dan suara.

G. Kategorisasi

Tahapan penting pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun kategorisasi. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content) kita kategorikan. Adapun kategorisasi yang disusun dalam penelitian ini untuk analisis kritik sosial film “Tanah Air Beta” yaitu


(24)

terbagi menjadi dua bagian, yaitu tema kritik sosial dan sasaran kritik sosial. Berikut peneliti rincikan masing-masing bagian dari kritik sosial:

1. Tema Kritik Sosial

Tema kritik sosial yang dimaksud adala tema kritik sosial yang terdapat pada film “Tanah Air Beta”. Kategori dari tema kritik sosial tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kesejahteraan sosial

Nasib warga di pengungsian paska-pisahnya Timor leste dengan Indonesia sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah. Oleh karena itu kesejahteraan sosial yang masih setia pada bangsa Indonesia seharusnya menjadi perhatian khusus. Dalam film ini terdapat beberapa kritik sosial yang menggambarkannya. Kesejahteraan sosial diartikan taraf hidup masyarakat menyangkut tentang kesejahteraan sandang, pangan, papan dan kebutuhan akan informasi. Kesejahteraan sosial di film ini indikatornya: transportasi pengungsi, sulitnya bercocok tanam, sulitnya mendapatkan air bersih, ketidakberpihakan pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat miskin dan sebagainya.

b. Moral Masyarakat

Paska-pecahnya Timor Leste dengan Indonesia menyebabkan tekanan batin dan psikologi masyarakat yang terlibat di dalamnya. Hal ini menyebabkan seseorang semakin kritis berbicara dan mempertahankan pendapatnya. Mengesampingkan moral juga dicapai untuk berani berbuat apa saja untuk bertahan hidup. Moral masyarakat diartikan sebagai kondisi tentang etika dan perilaku masyarakat. Moral masyarakat dalam film ini indikatornya


(25)

seperti etika dalam bekerja, pembelotan, pencurian, perjudian dan sebagainya.

c. Pendidikan

Paska-pengungsian, Pendidikan adalah faktor yang seharusnya lebih diperhatikan setelah kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Dengan pendidikan, generasi muda penerus bangsa seharusnya tetap mendapatkan fasilitas yang layak untuk mendapatkan pengajaran. Hal ini untuk memperbaiki harkat hidupnya untuk menghadapi masa depan. Pendidikan dalam hal ini diartikan sebagai peran pemerintah dalam andil mencerdaskan kehidupan bangsa. Tema fasilitas dalam film ini indikatornya seperti minimnya fasilitas belajar di pengungsian dan upaya pemberantasan buta huruf.

d. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah berhak dan harus mengeluarkan beberapa kebijakan kepada para pengungsi. Kebijakan pemerintah ini diperlukan untuk menjaga stabilitas bangsa ini. Nasionalisme para pengungsi yang masih setia pada bangsanya adalah suatu bukti bahwa mereka sangat membutuhkan perhatian dari Pemerintahan penganmil kebijakan. Kebijakan Pemerintah diartikan sebagai sistem atau aturan pemerintah dalam sebuah Negara. Tema pemerintahan dalam film ini mempunyai indikator: kebijakan pemerintah dalam menangani pengungsian, pemutusan transportasi daerah pengungsian dengan wilayah Timor Leste, pemutusan jaringan komunikasi dan sebagainya.


(26)

2. Sasaran Kritik Sosial

Sasaran kritik sosial yaitu pelaku atau objek yang dijadikan sasaran kritik sosial. Dalam film ini yang menjadi sasaran kritik sosial adala sebagai berikut:

a. Pemerintah

Pemerintah disini adalah personal atau kelompok individu yang mengatur birokrasi suatu Negara atau biasa disebut aparatur Negara. Dalam film “Tanah Air Beta” ini sasaran kritik pemerintah perlu disertakan, karena sebab dari pisahnya Timor-Timur dari Indonesia tak lain juga karena lemahnya pertahanan untuk mempertahankan wilayah tersebut dari Indonesia. Contoh sasaran pemerintah pada film ini yaitu: Presiden sebagai penentu kebijakan, Kementrian Pendidikan sebagai instansi yang mengurusi pendidikan dan sebagainya.

b. Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu objek dari film ini. Dimana banyaknya masyarakat yang masih bertahan dalam naungan Negara, membuat mereka rela mengungsi dan berada dalam wilayah Indonesia. Perjuangan mereka menjadikan cerita menarik yang dapat menjadi sasaran kritik dalam film ini.

H. Metode Penelitian

H.1 Tipe dan Dasar Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Analisis isi menurut Krippendorff adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatian konteksnya. Menurut Berelson


(27)

dalam Krippendorff (1991:15-16), analisis isi adalah teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak (manifest).

Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui kritik sosial yang terdapat dalam film Tanah Air Beta.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah metode yang menggambarkan gejala atau fenomena dari suatu variabel yang diteliti tanpa berupaya menjelaskan hubungan – hubungan yang ada (Kriyantono, 2009: 167).

H.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil ruang lingkup penelitian dengan menganalisis total 60 scene dengan durasi total 96 menit yang terdapat dalam film Tanah Air Beta.

H.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap scene dalam film Tanah Air Beta yang dijelaskan melalui akting dan dialog tokoh atau karakter dalam film yang menunjukkan unsur pesan kemanusiaan yang sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.


(28)

Yang dimaksud akting dalam penelitian ini adalah semua tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh pemeran utama maupun tokoh pendukung lainnya yang mengindikasikan adanya kritik sosial.

Sedangkan yang dimaksud dialog disini adalah segala sesuatu yang diucapkan oleh pemain dalam penokohan karakter dalam cerita tersebut. Baik itu oleh pemeran utama maupun tokoh pendukung lainnya yang mengindikasikan adanya kritik sosial.

H.4 Satuan Ukur

Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan scene yang menunjukkan kritik sosial dalam film Tanah Air Beta yang berdurasi 93 menit dan durasi dihitung perdetik .

H.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Data Primer, yaitu data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian

dengan cara mengamati dan menganalisis data yang ada, yaitu 2 keping VCD Film Tanah Air Beta. Dalam pengumpulan data, peneliti bersama koder

melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung setiap scene yang menggambarkan kritik sosial dengan kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan capture frame adegan yang telah dipilih oleh peneliti dan koder.


(29)

b. Data Skunder, yaitu data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta bahan dari internet yang berkaitan dengan kritik sosial yang dapat mendukung data primer.

Setelah melakukan pengamatan film kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi Kritik sosial. Untuk mempermudah pengolahan data dan katagorisasi maka dibuat lembar koding sebagai berikut:

Tabel 1.1 Lembar Koding

Scene Kategorisasi Tema Kritik Sasaran Kritik Unit Analisis

TM-1 TM-2 TM-3 TM-4 S-1 S-2 A D

1 2 3 4 5 (dst)

Sumber: Data diolah peneliti. Keterangan:

TM – 1 : Kesejahteraan Sosial TM – 2 : Moral Masyarakat TM – 3 : Pendidikan

TM – 4 : Kebijakan Pemerintah S – 1 : Pemerintah

S – 2 : Masyarakat A : Akting D : Dialog

Setelah proses pengkodingan selesai, maka dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. Untuk mempermudah menghitung, maka dibuat tabel seperti berikut:


(30)

Tabel 1.2

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Akting

Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi²

Kesejahteraan sosial Moral Masyarakat

Pendidikan

Kebijakan Pemerintah

Tabel 1.3

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog

Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi²

Kesejahteraan sosial Moral Masyarakat

Pendidikan

Kebijakan Pemerintah

Tabel 1.4

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Sasaran Kritik

Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi²

Pemerintah Masyarakat


(31)

Dari tabel distributif frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif. Peneliti melakukan perhitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai kritik sosial yang terdapat dalam film Tanah Air Beta.

H.6 Uji Reliabilitas dan Validitas

Untuk menghasilkan data yang akuran dan dapat dipertanggung-jawabkan maka, secara terminologi reliabilitas adalah pengulangan penggunaan metode pengukuran atas objek material yang sama, akan diperoleh hasil yang sama pula. Untuk itu sebelum kategori digunakan dalam penelitian, kategori perlu diuji dahulu. Pengujian kategori dimasukkan untuk mengetahui apakah kategori yang digunakan sudah reliable atau belum. Bila hasil uji kategori menunjukkan reliable, maka kategori tersebut layak digunakan dalam penelitian.

Untuk uji reliabilitas kategori diperlukan minimal dua orang koder. Koder yaitu orang yang diminta memberi penilaian pada kategori penelitian yang telah dibuat oleh peneliti. Koder digunakan untuk mendapat kesepakatan penilaian atas kategori peneliti yang sudah dibuat oleh peneliti. Jadi, peneliti menunjuk orang lain untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti dalam menguji realibilitas kategori. Adalah dengan mengamati dan memasukkan data berupa scene ke dalam kategori yang telah ditetapkan. Orang yang ditunjuk menjadi koder adalah orang yang mengerti tentang audio visual dan dapat memahami isi film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah yang bersangkutan bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus Hostly (Dominick, 2003:157) sebagai berikut :

C.R = 2M


(32)

Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding dan periset

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Kemudian kesepakatan dan hasil peneliti para koder diuji lagi menggunakan rumus Pi Index Scott sebagai berikut :

Keterangan :

Pi = nilai keterhandalan

Observed Agreement = presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai C.R)

Expected Agreement = presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan dua koder yang lain. Masing-masing koder diberikan kategorisasi yang sama dengan dilakukan peneliti. Kemudian dari hasil tersebut dihitung dengan rumus diatas.


(33)

Menurut Kriyantono (2009:238) dengan merujuk formula yang dikemukakan Hostly (1969) untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepercayaan.


(1)

Yang dimaksud akting dalam penelitian ini adalah semua tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh pemeran utama maupun tokoh pendukung lainnya yang mengindikasikan adanya kritik sosial.

Sedangkan yang dimaksud dialog disini adalah segala sesuatu yang diucapkan oleh pemain dalam penokohan karakter dalam cerita tersebut. Baik itu oleh pemeran utama maupun tokoh pendukung lainnya yang mengindikasikan adanya kritik sosial.

H.4 Satuan Ukur

Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan scene yang menunjukkan kritik sosial dalam film Tanah Air Beta yang berdurasi 93 menit dan durasi dihitung perdetik .

H.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Data Primer, yaitu data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian

dengan cara mengamati dan menganalisis data yang ada, yaitu 2 keping VCD Film Tanah Air Beta. Dalam pengumpulan data, peneliti bersama koder melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung setiap scene yang menggambarkan kritik sosial dengan kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan capture frame adegan yang telah dipilih oleh peneliti dan koder.


(2)

b. Data Skunder, yaitu data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta bahan dari internet yang berkaitan dengan kritik sosial yang dapat mendukung data primer.

Setelah melakukan pengamatan film kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi Kritik sosial. Untuk mempermudah pengolahan data dan katagorisasi maka dibuat lembar koding sebagai berikut:

Tabel 1.1 Lembar Koding

Scene Kategorisasi Tema Kritik Sasaran Kritik Unit Analisis

TM-1 TM-2 TM-3 TM-4 S-1 S-2 A D

1 2 3 4 5 (dst)

Sumber: Data diolah peneliti. Keterangan:

TM – 1 : Kesejahteraan Sosial TM – 2 : Moral Masyarakat TM – 3 : Pendidikan

TM – 4 : Kebijakan Pemerintah S – 1 : Pemerintah

S – 2 : Masyarakat A : Akting D : Dialog

Setelah proses pengkodingan selesai, maka dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. Untuk mempermudah menghitung, maka dibuat tabel seperti berikut:


(3)

Tabel 1.2

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Akting Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi² Kesejahteraan sosial

Moral Masyarakat Pendidikan

Kebijakan Pemerintah

Tabel 1.3

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi² Kesejahteraan sosial

Moral Masyarakat Pendidikan

Kebijakan Pemerintah

Tabel 1.4

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Sasaran Kritik Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi² Pemerintah


(4)

Dari tabel distributif frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif. Peneliti melakukan perhitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai kritik sosial yang terdapat dalam film Tanah Air Beta.

H.6 Uji Reliabilitas dan Validitas

Untuk menghasilkan data yang akuran dan dapat dipertanggung-jawabkan maka, secara terminologi reliabilitas adalah pengulangan penggunaan metode pengukuran atas objek material yang sama, akan diperoleh hasil yang sama pula. Untuk itu sebelum kategori digunakan dalam penelitian, kategori perlu diuji dahulu. Pengujian kategori dimasukkan untuk mengetahui apakah kategori yang digunakan sudah reliable atau belum. Bila hasil uji kategori menunjukkan reliable, maka kategori tersebut layak digunakan dalam penelitian.

Untuk uji reliabilitas kategori diperlukan minimal dua orang koder. Koder yaitu orang yang diminta memberi penilaian pada kategori penelitian yang telah dibuat oleh peneliti. Koder digunakan untuk mendapat kesepakatan penilaian atas kategori peneliti yang sudah dibuat oleh peneliti. Jadi, peneliti menunjuk orang lain untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti dalam menguji realibilitas kategori. Adalah dengan mengamati dan memasukkan data berupa scene ke dalam kategori yang telah ditetapkan. Orang yang ditunjuk menjadi koder adalah orang yang mengerti tentang audio visual dan dapat memahami isi film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah yang bersangkutan bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus Hostly (Dominick, 2003:157) sebagai berikut :

C.R = 2M N1 + N2


(5)

Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding dan periset N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Kemudian kesepakatan dan hasil peneliti para koder diuji lagi menggunakan rumus Pi Index Scott sebagai berikut :

Keterangan :

Pi = nilai keterhandalan

Observed Agreement = presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai C.R)

Expected Agreement = presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan dua koder yang lain. Masing-masing koder diberikan kategorisasi yang sama dengan dilakukan peneliti. Kemudian dari hasil tersebut dihitung dengan rumus diatas.


(6)

Menurut Kriyantono (2009:238) dengan merujuk formula yang dikemukakan Hostly (1969) untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepercayaan.