PELATIHAN MENJADI ORANGTUA EFEKTIF (MOE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ORANGTUA DENGAN ANAK USIA DINI

(1)

PELATIHAN MENJADI ORANGTUA EFEKTIF (MOE)

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

ORANGTUA DENGAN ANAK USIA DINI

TESIS

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi

Disusun oleh:

Qori Fanani S.Psi

NIM 201210500212027

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Tiada kata yang paling indah untuk di ucapkan, kecuali ucapan Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif

(MOE) untuk Meningkatkan Ketrampilan Komunikasi Orangtua dengan Anak Usia Dini” sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan laporan ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Latipun, M. Kes selaku Direktur Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Prof. Dr. Wisjnu Martani, SU, Psi sebagai pembimbing Utama yang sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

3. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, Psi sebagai pembimbing pendamping yang dengan

sabar memberikan pengarahan dan petunjuk kepada penulis yang memerlukan beberapa kali penjelasan hingga penulis mampu memahaminya.

4. Keluarga penulis, Bapak H. M.Shofwan Ani S, Ibu Hj. S. Mawarti, Kakak ku

(Altatit, Nana, Hisam), kakak ipar (Dodik, Yunar, Nydya), mertua (Bapak Maryono dan Ibu Muntholiah) serta adik ipar (Anjas Asmara) yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis


(6)

vi

5. Suamiku Ricky Yakob, S.Pt yang telah bersabar dan membantu serta

memberikan dukungan bagi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

6. Anakku tercinta Aisyah Salsabila Nailal Husna, sebagai penghibur dan

motivasi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

7. Kepala Sekolah serta dewan guru TKIT Al-Rahbini yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di lingkungan sekolah

8. Bapak Dwi Ratno, M.Psi yang bersedia membantu memberikan materi

pelatihan

9. Subjek penelitian yang bersedia meluangkan waktu untuk mengikuti

pelatihan

10. Teman-teman angkatan 2007 Magister Profesi Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

11. Teman seperjuangan mbak Aries Dirgayunita dan Endang Pregiwatiningsih yang selalu kompak untuk segera menyelesaikan tesis.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, oleh karenanya saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua. Amin.

Malang, 3 September 2012

Penulis Qori Fanani S.Psi


(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... . iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Komunikasi Orangtua ... 7

1. Pengertian Komunikasi ... 7

2. Komunikasi Efektif ... 8

3. Karakteristik Komunikasi Efektif ... 9

4. Tanda-tanda Komunikasi Efektif ... 11

5. Jenis-jenis Komunikasi ... 13

6. Pengertian Komunikasi Orangtua dan Anak ... 15

7. Pola Komunikasi Negatif Orangtua dengan Anak ... 16

B. Anak Usia Dini ... 20

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 20

2. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini ... 21

a. Aspek Perkembangan Kognitif ... 21


(8)

viii

c. Aspek Perkembangan Bahasa ... 22

d. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional ... 22

C. Menjadi Orang tua Efektif (MOE) ... 24

D. Pelatihan Menjadi Orang tua Efektif (MOE) Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Orang tua ... 26

E. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Rancangan Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 32

1. Identifikasi Variabel ... 32

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Metode Pengumpulan Data ... 34

1. Skala Komunikasi Orangtua ... 34

2. Observasi ... 37

E. Validitas dan Reabilitas ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 39

F. Prosedur Penelitian ... 40

a. Persiapan Penelitian ... 40

b. Fase Pelatihan ... 44

c. Asesmen Pasca Pelatihan (postest) ... 44

d. Tahap Tindak Lanjut (follow up) ... 45

G. Penelitian ... 45

1. Proses Pengumpulan Data ... 45

2. Rancangan Penelitian ... 45

3. Jadwal Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) ... 46

H. Metode Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 48

A. Identitas Subjek ... 48

B. Deskripsi Data Nilai Skala Komunikasi Orangtua Sebelum Pelatihan ... 49


(9)

ix

C. Pelaksanaan Pelatihan ... 49

1. Pertemuan Pertama ... 49

a. Sesi 1 ... 49

b. Sesi 2 ... 50

c. Sesi 3 ... 51

2. Pertemuan Kedua ... 51

a. Sesi 1 ... 51

b. Sesi 2 ... 52

3. Pertemuan Ketiga ... 53

a. Sesi 1 ... 53

b. Sesi 2 ... 54

c. Sesi 3 ... 54

d. Sesi 4 ... 54

D. Analisa Data ... 55

1. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ... 55

2. Hasil Analisa Uji Beda Data Skala Komunikasi Orangtua ... 56

a. Kelompok Eksperimen ... 56

b. Kelompok Kontrol ... 56

3. Hasil Analisa Uji Beda Antar Kelompok Eksperiman Dan Kelompok Kontrol ... 57

E. Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Berfikir ... 29 Gambar 2 : Bentuk Rancangan Eksperimen ... 31


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print Skala Komunikasi Orang tua ... 36

Tabel 3.2 Nilai Skala Komunikasi Orang tua ... 37

Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Validitas Skala Komunikasi Orang tua ... 39

Tabel 3.4 Kategori Responden ... 43

Tabel 3.5 Rancangan Pelatihan Menjadi Orang tua Efektif (MOE) ... 45

Tabel 4.1 Identitas Subjek Penelitian Kelompok Eksperiman dan Kelompok Kontrol ... 48

Tabel 4.2 Rangkuman Data Skor Pretest Skala Komunikasi Orangtua Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas ... 55

Tabel 4.5 Hasil Analisa Data Pretest dan Posttest Skala Komunikasi Orangtua Kelompok Eksperimen ... 56

Tabel 4.6 Hasil Analisa Data Pretest dan Posttest Skala Komunikasi Orangtua Kelompok Kontrol ... 57

Tabel 4.7 Hasil Analisa Data Pre-test, Post-test dan Follow up Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Skor Komunikasi Orang tua ... 57


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Analisis Skala ... ... 69

Lampiran 2 : Skala Komunikasi Orangtua ... 72

Lampiran 3 : Jadwal Pelatihan MOE dan Lembar Persetujuan ... 75

Lampiran 4 : Skor Pretes, Postes dan Follow up ... 78


(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, L. (2011). Komentar Negatif Berbahaya!.

http://www.Ordinarything84’sBlog.com

Andrianto, D. (2011). Seri Bacaan Orangtua : Komunikasi Anak Usia Dini. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

Anonym. 2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Direktorat PAUD.

Arifah. (2010). Smart Parenting With Love : Perjalanan Asyik dan Inspiratif Full Time Mom Merajut Keluarga Penuh Cinta. Jakarta : Progressio Publissing. Arikunto, H. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek : Edisi

Revisi. Jakarta: Renika Citra.

Arya, P.K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Yogyakarta: Think

Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar.

Cook, T.D.& Campbell, D.T. (1979). Quasi-Experimentation. Design & Analisys issues for field setting. USA. Houghton Miffin Company.

Devito, J.A. (1997). Komunikasi Antar Manusia, edisi kelima. Jakarta : Professional Books.

Djamarah, B. (2004). Pola Komunikasi: Orangtua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Effendi, O.U. (2002). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Gordon, T. (1983). Menjadi Orangtua Efektif Petunjuk Terbaru Mendidik Anak yang Bertanggungjawab. Jakarta : PT. Gramedia

Gunarsa, D.S. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi

Perkembangan. Jakarta : PT. BPk Gunung Mulia.

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak jilid satu edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Kazdin, A.E. (1997). Research Design in Clinical Psychology. 2nd ed.UK: Allyn and Bacon. London


(14)

xiv

Kerlinger, J. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.

Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press

Moekijat. (1994). Metode Riset Dalam Pelatihan. Bandung: Mandar Maju.

Muhammad, A. (2002). Komunikasi Organisasi. Jakarta : bumi Aksara

Munir, A. (2012). Komunikasi Negatif : 101 Kesalahan Orangtua Ketika

Berinteraksi Dengan Anak Pada Usia Dini.Yogyakarta : Pedagogia

Papalia, Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan,

terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Patilima, H. (2005). Metodologi PenelitianKualitatif. IKAPI Cabang Jawa Barat. Penerbit Alfabeta.

Rakhmat, J. (2009). Psikologi Komunikasi : Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Robinson, P.W. (1981). Fundamentals Of Experiemental Psychology. 2nd Edition. Englewood Cliffs. New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta : Kencana Predana Media Group.

Setiawan, T.J. (2008). Program Pelatihan Parent Effectiveness Training (PET) Sebagai Upaya Meningkatkan Peran Petugas Wali Lapas/Rutan. Tesis. Universitas Indonesia.

Setyowati, Yuli.(2005). Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi

Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Emosi Anak Pada Keluarga Jawa). Jurnal Ilmu Komunikasi, volume 2, nomer 1 (hal 67-78).

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi (Tinjauan Psikologis).

Yogyakarta: Kanisius.

Suryabrata, S. (2005). Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Wood & Davidson. (2003). Helping Families cope : a fresh look at parent

effectiveness training. Family Matters No.65 winter 2003. Australia Institute of Family Studies.

Wood, C.D. (2003). How we talk to our children: An Evaluation of Parent Effectiveness Training for emotional competence. University of Tasmania: unpublished doctor study.


(15)

xv

Zigler, E. F., Maria, F., & Stevenson. (1978). Children Development and social issues. Amerika : D.C. Heath and Company.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah kunci dalam melakukan pengasuhan anak. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa baik buruknya, atau berhasil tidaknya pengasuhan yang dilakukan orangtua kepada anak yang menjadi syarat awalnya adalah komunikasi. Sayangnya masih banyak orangtua yang tidak mengetahui bagaimana tehnik komunikasi yang tepat dengan anak, khususnya anak usia dini.

Dalam kenyataannya, para orangtua masih menggunakan gaya komunikasi negatif yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, mencap/melabel,

membandingkan, mengancam, menasehati atau ceramah, membohongi,

menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa. Selain itu para orangtua juga terkadang masih menggunakan tehnik mengabaikan dan menyakiti secara fisik. Hal ini yang memebuat anak merasa tidak diterima atau tidak dicintai oleh orangtua. Karena dengan gaya pengasuhan tersebut yang akan di tangkap dan di rekam sebagai pesan oleh anak bukan isi pesan (Arifah, 2010:53-67).

Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di masyarakat khususnya di Kecamatan Gondanglegi bahwa orangtua seringkali melakukan gaya komunikasi negatif dalam kesehariannya seperti mengancam pada waktu anak bersikap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan orangtua, memberi label pada anak ketika anak tidak mendengarkan apa yang dperintahkan orangtua, meremehkan kemampuan anak serta membandingkan-bandingkan kemampuan anak yang mungkin maksudnya adalah untuk memotivasi anak agar menjadi


(17)

2

seperti yang dikehendaki orangtua namun isi pesan yang ditangkap anak menjadi berbeda yaitu anak merasa bahwa orangtua tidak menginginkan mereka.

Menurut Djamarah (2004:3) mengatakan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh anak kemungkinan dikarenakan orangtua tidak menerapkan pola dan cara komunikasi secara tepat. Untuk itu komunikasi yang baik harus dibiasakan sejak anak terlahir kedunia, karena anak kecil peka terhadap pengajaran-pengajaran yang diberikan kepada mereka. Anak akan merekam dengan baik dan pada akhirnya perilaku dari hasil komunikasi itu akan terlihat saat mereka sudah besar nanti.

Kebanyakan orangtua mengandalkan tehnik komunikasi satu arah, anak terkesan sebagai penerima informasi saja, satu-satunya umpan balik yang diharapkan hanyalah perilaku yang diharapkan sesuai dengan permintaan verbal orangtua. Tentu saja tehnik seperti itu tidak hanya menyulitkan anak tetapi juga orangtua tersebut. Anak memiliki segudang potensi menakjubkan tidak mungkin jika kita sebagai orangtua sama sekali tidak mendengarkan apa yang ingin anak katakan dan apa yang anak rasakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jack Canfield (dalam Amelia, 2011) tentang komentar positif dan negatif orangtua dalam sehari. Hasilnya cukup mencengangkan yaitu setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau bersifat mendukung. Jadi komentar negatif enam kali lebih banyak dari pada komentar positif.

Menurut Hovland, Janis dan Kelley (Muhammad, 2007:2) ilmu komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Bahkan dalam


(18)

3

definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi menurut Hovland (Muhammad, 2007:2) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain, akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

Menurut Pratikno (2000:65) komunikasi orangtua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orangtua (ayah dan ibu) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. Semua itu diperlukan pola komunikasi yang tepat antara orangtua dan anak.

Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali, artinya masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain, terutama komunikasi interaksional yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya. Karena semua orangtua ingin memiliki anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka.

Maslow (dalam Wiryanto, 2004:22) menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar pribadi efektif yang mampu menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orangtua serta anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian positif yang akan tercermin melalui perilaku positif meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab.


(19)

4

Untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari komunikasi negatif yang dilakukan orangtua maka para orangtua perlu diberi keterampilan khususnya komunikasi dengan anak usia dini melalui pelatihan.

Menurut Bavolek (Trunzo, 2006) menyatakan bahwa pendidikan bagi orangtua dapat dipercaya sebagai strategi preventif yang utama dalam menurunkan tindakan yang merugikan bagi anak. Meningkatkan keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pelatihan.

Gordon pada tahun 1976, merintis sebuah program pelatihan yaitu Parent Effectiveness Training (PET) yang kemudian diterjemahkan dan di kenal di Indonesia, Menjadi Orangtua Efektif (MOE). Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilannya sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak serta mengembangkan hubungan yang empatik dalam keluarga sehingga anak-anak dapat berkembang baik secara fisik maupun psikologis secara mandiri dan bertanggungjawab.

Dalam program MOE ini, para orangtua dilatih untuk mampu menerima kondisi anak tanpa syarat, bahasa penerimaan, mendengar secara aktif ketika anak-anak mengalami masalah, menerapkan “pesan aku”, menerapkan “metode anti kalah” dan cara untuk mencegah timbulnya konflik dengan mengubah diri sendiri.

Program ini telah terbukti efektif di beberapa negara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wood dan Davidson (2003) dalam studi yang berjudul

Helping Families Cope : A Fresh look at Parent Effectiveness Training diketahui bahwa program pelatihan ini efektif untuk mengurangi perilaku negatif pada anak.


(20)

5

Our Children : An Evaluation of Parent Effectiveness Training of Emotional competence menunjukkan bahwa PET ini efektif dalam mengambangkan kompetensi emosional anak.

Dari penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran pelatihan menjadi orangtua efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu bagi:

1. Orangtua, dengan tujuan agar pemahaman dan pengetahuan tentang

Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini sehingga komunikasi orangtua dan anak terjalin hubungan yang empatik.


(21)

6

2. Peneliti bidang psikologi khususnya pengasuhan anak untuk dapat

mengaplikasikan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) sebagai alternatif meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dan memecahkan permasalah komunikasi orangtua dengan anak.


(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah kunci dalam melakukan pengasuhan anak. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa baik buruknya, atau berhasil tidaknya pengasuhan yang dilakukan orangtua kepada anak yang menjadi syarat awalnya adalah komunikasi. Sayangnya masih banyak orangtua yang tidak mengetahui bagaimana tehnik komunikasi yang tepat dengan anak, khususnya anak usia dini.

Dalam kenyataannya, para orangtua masih menggunakan gaya komunikasi negatif yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, mencap/melabel, membandingkan, mengancam, menasehati atau ceramah, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa. Selain itu para orangtua juga terkadang masih menggunakan tehnik mengabaikan dan menyakiti secara fisik. Hal ini yang memebuat anak merasa tidak diterima atau tidak dicintai oleh orangtua. Karena dengan gaya pengasuhan tersebut yang akan di tangkap dan di rekam sebagai pesan oleh anak bukan isi pesan (Arifah, 2010:53-67).

Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di masyarakat khususnya di Kecamatan Gondanglegi bahwa orangtua seringkali melakukan gaya komunikasi negatif dalam kesehariannya seperti mengancam pada waktu anak bersikap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan orangtua, memberi label pada anak ketika anak tidak mendengarkan apa yang dperintahkan orangtua, meremehkan kemampuan anak serta membandingkan-bandingkan kemampuan anak yang mungkin maksudnya adalah untuk memotivasi anak agar menjadi


(2)

seperti yang dikehendaki orangtua namun isi pesan yang ditangkap anak menjadi berbeda yaitu anak merasa bahwa orangtua tidak menginginkan mereka.

Menurut Djamarah (2004:3) mengatakan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh anak kemungkinan dikarenakan orangtua tidak menerapkan pola dan cara komunikasi secara tepat. Untuk itu komunikasi yang baik harus dibiasakan sejak anak terlahir kedunia, karena anak kecil peka terhadap pengajaran-pengajaran yang diberikan kepada mereka. Anak akan merekam dengan baik dan pada akhirnya perilaku dari hasil komunikasi itu akan terlihat saat mereka sudah besar nanti.

Kebanyakan orangtua mengandalkan tehnik komunikasi satu arah, anak terkesan sebagai penerima informasi saja, satu-satunya umpan balik yang diharapkan hanyalah perilaku yang diharapkan sesuai dengan permintaan verbal orangtua. Tentu saja tehnik seperti itu tidak hanya menyulitkan anak tetapi juga orangtua tersebut. Anak memiliki segudang potensi menakjubkan tidak mungkin jika kita sebagai orangtua sama sekali tidak mendengarkan apa yang ingin anak katakan dan apa yang anak rasakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jack Canfield (dalam Amelia, 2011) tentang komentar positif dan negatif orangtua dalam sehari. Hasilnya cukup mencengangkan yaitu setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau bersifat mendukung. Jadi komentar negatif enam kali lebih banyak dari pada komentar positif.

Menurut Hovland, Janis dan Kelley (Muhammad, 2007:2) ilmu komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Bahkan dalam


(3)

definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi menurut Hovland (Muhammad, 2007:2) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain, akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

Menurut Pratikno (2000:65) komunikasi orangtua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orangtua (ayah dan ibu) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. Semua itu diperlukan pola komunikasi yang tepat antara orangtua dan anak.

Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali, artinya masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain, terutama komunikasi interaksional yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya. Karena semua orangtua ingin memiliki anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka.

Maslow (dalam Wiryanto, 2004:22) menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar pribadi efektif yang mampu menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orangtua serta anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian positif yang akan tercermin melalui perilaku positif meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab.


(4)

Untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari komunikasi negatif yang dilakukan orangtua maka para orangtua perlu diberi keterampilan khususnya komunikasi dengan anak usia dini melalui pelatihan.

Menurut Bavolek (Trunzo, 2006) menyatakan bahwa pendidikan bagi orangtua dapat dipercaya sebagai strategi preventif yang utama dalam menurunkan tindakan yang merugikan bagi anak. Meningkatkan keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pelatihan.

Gordon pada tahun 1976, merintis sebuah program pelatihan yaitu Parent Effectiveness Training (PET) yang kemudian diterjemahkan dan di kenal di Indonesia, Menjadi Orangtua Efektif (MOE). Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilannya sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak serta mengembangkan hubungan yang empatik dalam keluarga sehingga anak-anak dapat berkembang baik secara fisik maupun psikologis secara mandiri dan bertanggungjawab.

Dalam program MOE ini, para orangtua dilatih untuk mampu menerima kondisi anak tanpa syarat, bahasa penerimaan, mendengar secara aktif ketika anak-anak mengalami masalah, menerapkan “pesan aku”, menerapkan “metode anti kalah” dan cara untuk mencegah timbulnya konflik dengan mengubah diri sendiri.

Program ini telah terbukti efektif di beberapa negara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wood dan Davidson (2003) dalam studi yang berjudul Helping Families Cope : A Fresh look at Parent Effectiveness Training diketahui bahwa program pelatihan ini efektif untuk mengurangi perilaku negatif pada anak. Selain itu, Wood (2003) juga melakukan penelitian dengan judul How We Talk to


(5)

Our Children : An Evaluation of Parent Effectiveness Training of Emotional competence menunjukkan bahwa PET ini efektif dalam mengambangkan kompetensi emosional anak.

Dari penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran pelatihan menjadi orangtua efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu bagi:

1. Orangtua, dengan tujuan agar pemahaman dan pengetahuan tentang Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini sehingga komunikasi orangtua dan anak terjalin hubungan yang empatik.


(6)

2. Peneliti bidang psikologi khususnya pengasuhan anak untuk dapat mengaplikasikan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) sebagai alternatif meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dan memecahkan permasalah komunikasi orangtua dengan anak.