PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA UNTUK INTERVENSI DINI ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI.

(1)

PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA

UNTUK INTERVENSI DINI

ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

DORA ULI HERTIANNA 1007052

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

==========================================================

Program Pelatihan Orangtua

Untuk Intervensi Dini

Anak Dengan Gangguan Komunikasi

Oleh

Dora Uli Hertianna S.Sos UNPAD Bandung, 1999

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Dora Uli Hertianna 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan orangtua untuk intervensi dini anaknya, banyak orangtua merasa tidak mampu melaksanakan intervensi dini, diperlukan suatu program pelatihan yang dapat diaplikasikan oleh orangtua pada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses intervensi dini orangtua kepada anak dengan gangguan komunikasi pada saat ini, serta merumuskan sebuah program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anaknya. Informan utama adalah dua orangtua yang masing-masing memiliki seorang anak dengan gangguan komunikasi bukan tunarungu, berusia antara tiga sampai enam tahun. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi.

Hasil penelitian yaitu: 1) Kedua anak memiliki hambatan pada setiap aspek komunikasi dengan variasi hambatan yang berbeda; 2) kedua orangtua lebih mengkhawatirkan kondisi kemampuan anak untuk mengikuti pelajaran di kelas. sehingga intervensi anak dengan materi pelajaran di sekolah; 3) Kurangnya kesadaran orangtua memberikan intervensi dan stimulasi pada anak khususnya untuk perkembangan bahasa, bicara dan komunikasi; 4) Pembuatan rumusan program pelatihan orangtua berdasarkan hasil penelitian terhadap kedua informan, dan studi pustaka.

Sangatlah perlu bagi orangtua untuk memiliki pengetahuan, pemahaman akan karakteristik perkembangan anaknya, terutama perkembangan bahasa, bicara dan komunikasi. dengan pemahaman dan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan orangtua dapat mengubah sikap untuk intervensi dini anaknya yang mengalami gangguan komunikasi.


(5)

ABSTRACT

This study describes early intervention conducted by parents who have special needs children, particularly children with communication disorder and proposes a model of early intervention. It employed qualitative method, using interview and observation as the instruments. Two parents who had a three to six years old child with communication disorders. The findings are 1) the parents dealt with children with different communication disorders; 2) the parents provided academic intervention for their children so that the children could survive in the lessons at their schools; and 3) the parents were not quite aware of giving intervention and stimulation that could help their children improve their communication skill. From the findings a model of intervention that can be done by parents to improve their children’s communication ability was designed. It is expected that parents provide appropriate early interventions to help their children with communication barriers.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR………... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian……….. 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah.…………... 7

C.Tujuan Penelitian………... 9

D.Manfaat Penelitian………. 9

E.Definisi Konsep………. 10

F. Struktur Organisasi Tesis……….. 12

BAB II KAJIAN TEORI A.Komunikasi dan Anak Gangguan Komunikasi …...……. 14

1) Bahasa, Bicara, dan Komunikasi………... 14

2) Perkembangan Komunikasi Anak Usia Dini……….. 17

3) Anak dengan Gangguan Komunikasi…….…………. 21

B. Orangtua dan Intervensi Dini ……….………... 26

C. Gaya Pengasuhan Orangtua……….. 34

D. Program Pelatihan Orangtua ………... 39

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Informan Penelitian... 45

B.Desain Penelitian... 46

C.Metode Penelitian... 45

D.Instrumen Penelitian... 49

E.Teknik Pengumpulan Data... 53

F.Teknik Analisis Data... 53

H. Validasi Data ………... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 56

1. Deskripsi Kondisi Objektif Anak Gangguan Komunikasi……… 56

a. Profil Anak dengan Gangguan Komunikasi………... 56

b. Kondisi Kemampuan Komunikasi Anak …………... 60


(7)

2) Kemampuan Komunikasi Reseptif……….. 65

3) Kemampuan Komunikasi Ekspresif dan Fungsi Komunikasi ………. 68

4) Interaksi Sosial………. 72

2. Deskripsi Kondisi Objektif Proses Intervensi Orangtua untuk Anak Dengan Gangguan Komunikasi. 75 a. Deskripsi Orangtua ……….. 75

b. Pemahaman Kemampuan Komunikasi Anak …... 78

c. Sikap dan Perlakuan Orangtua……….. 81

d. Proses Intervensi Dini pada saat ini……….. 84

B. Pembahasan………. 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 123

A. Kesimpulan ……….. 123

B. Saran ………. 126

DAFTAR PUSTAKA……….. 129 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Instrumen Penelitian………51

3.2 Kisi-Kisi Rumusan Program Pelatihan Orangtua………...52

4.1 Rangkuman Kemampuan Pra Bicara Anak ………65

4.2 Kemampuan Komunikasi Reseptif Anak ………...68

4.3 Kemampuan Bahasa Ekspresif dan Fungsi Bahasa ………...72

4.4 Kemampuan Interaksi Sosial Anak……….75


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Loop Proses Komunikasi………21

3.1 Desain Penelitian………48

4.1 Prosedur Dalam Program Pelatihan Orangtua………..111

4.2 Proses Tahap Perencanaan………...…….…114


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orangtua tentu akan memiliki perasaan berbahagia dan berbangga bila memiliki anak sehat, cerdas, seperti kebanyakan anak lainnya, namun bagaimana dengan perasaan orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus? Bagi orangtua anak berkebutuhan khusus, merawat, mendidik, dan mengasuh anak ini memiliki tantangan tersendiri, dan tidak dapat disamaratakan dengan orangtua lainnya. Tantangan ini dapat diartikan bahwa tidaklah ada orangtua yang dipersiapkan menjadi orangtua anak berkebutuhan khusus karena orangtua mempelajari bagaimana merawat, mengasuh dan mendidik anaknya terutama berdasarkan pengalamannya menjadi seorang anak di dalam keluarga. Kesulitan ini akan dirasakan seperti yang disebutkan Stoneman (Romski et al. 2011:135), “parents raising a child with disability face challenges that maynot be shared by

parents of typically children.” Sebagai orangtua tentu akan sulit berbagi untuk mendiskusikan permasalahan anaknya karena permasalahan anak berkebutuhan khusus memang tidak luas dikenal. Terlebih lagi jika lingkungan sosial atau keluarga lain memberikan kritikan kepadanya, seperti anak menjadi anak berkebutuhan khusus karena orangtua kurang memperhatikan anak, kurang mengajari anaknya atau terlalu memanjakan anaknya, sehingga permasalahan orangtua anak berkebutuhan khusus tentu akan menjadi sangat kompleks.


(11)

Permasalahan-permasalahan yang muncul dan dirasakan sangat berat biasanya ketika anak berkebutuhan khusus masih berusia dini.

Bagi seorang anak, belajar berkomunikasi menggunakan bicara serta bahasa merupakan tugas perkembangan yang utama. Dalam kebanyakan permasalahan perkembangan anak, terlambat dalam kemampuan berkomunikasi merupakan indikator awal bahwa anak tersebut mengalami hambatan perkembangan, pada kemampuan akademik, ataupun keterampilan sosial dalam kehidupan selanjutnya. Judarwanto (2009) menyebutkan bahwa “beberapa peneliti mengungkapkan keterlambatan bicara sering dikaitkan dengan gangguan perkembangan, gangguan perilaku, gangguan motorik oral dan gangguan fungsi

motorik lainnya”. Bila berbagai gangguan yang terjadi hampir bersamaan tersebut tidak disikapi dengan baik, maka akan mengganggu tumbuh dan berkembangnya anak di masa depan.

Keterbatasan berkomunikasi yang dimiliki anak ini menyebabkan orang-orang yang di sekitarnya tidak dapat memahami apa yang mereka rasakan atau inginkan. Hal ini dapat menyebabkan anak berbicara menggunakan perilakunya, mereka tidak dapat mengungkapkannya atau menjelaskannya dengan kata ataupun kalimat. Sebagai contoh anak tiba-tiba menjerit atau menangis sejadi-jadinya, setelah ditelusuri ternyata anak ingin minum jus jeruk, namun yang ia lihat di meja jus alpukat. Dan orangtua seringkali menganggap bahwa perilaku mengganggu (perilaku berteriak) itu merupakan hambatan/ masalah lain yang dimiliki anak, orangtua tidak menyadari bahwa perilaku itu muncul karena anak


(12)

tidak dapat berkomunikasi atau mengungkapkan apa yang ia inginkan, seperti pernyataan Wilson (2010),

All too often, our sons and daughters communicate through their behavior

what they are not able to explain with words. We are given the difficult task of receiving the communication and responding to that message as well as providing an alternative way for them to let us know what the problem behavior is communicating. Sometimes misbehavior is just silliness taken to an extreme.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa seringkali anak-anak dan berbicara melalui perilakunya untuk maksud yang tidak dapat mereka ungkapkan dengan kata-kata. Dan akan menjadi suatu tugas yang sulit bagi kita untuk mengerti komunikasinya menanggapi pesannya, sama seperti mereka menyediakan satu cara alternatif supaya kita tahu perilaku mengganggu itu adalah komunikasi. Kadang-kadang perilaku mengganggu itu „konyol‟ sampai pada yang ekstrim (membahayakan). Seringkali masalah yang dihadapi seorang anak adalah masalah yang sebenarnya, kita anggap suatu masalah sederhana, akan menjadi sesuatu masalah yang rumit karena ketidakmampuan anak berkomunikasi dengan kata-kata dan akhirnya mereka menggunakan perilaku mengganggunya dengan tujuan kita mengerti apa yang ia ingin disampaikan.

Orangtua akan merasa cemas ketika anaknya memasuki umur dua atau tiga tahun namun perkembangan bicaranya tidak seperti anak tipikal lain. Kecemasan akan terlambat perkembangan bicaranya, atau belum bicara sama sekali, atau tidak mau bicara, menjadi hal yang sangat utama diperhatikan oleh orangtua. Walaupun ada pula kemungkinan perkembangan yang terlambat pada aspek motorik atau kemampuan bantu diri. Ginandjar (2002:1) menyatakan ada tiga


(13)

alasan yang sering disampaikan orangtua sehubungan dengan kemampuan anaknya berbicara yaitu:

1) mengganggap jika anak bisa bicara maka gangguan perkembangan lainnya akan terselesaikan, 2) kemampuan berbicara itu sangat penting bagi kehidupan sehingga anak yang belum mampu berbicara merupakan anak

“tidak normal”, 3) berharap anak bisa bicara mengingat anak akan masuk

kelompok bermain atau taman kanak-kanak dan jika tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana tentunya tidak banyak sekolah yang mau menerima anak mereka.

Kemampuan berbicara penting untuk kehidupan kita, namun perkembangan bahasa juga tidak kalah penting untuk diperhatikan serta diketahui oleh setiap orangtua. Pemahaman terhadap bahasa dan kemampuan berkomunikasi lebih penting daripada hanya mampu berbicara, karena melalui bahasa kita dapat mengekspresikan perasaan, ketakutan, kemarahan, kesenangan, dan kesedihan. Oleh sebab itu, orangtua dan guru seharusnya tidak hanya fokus untuk melatih kemampuan bicara saja, namun menekankan juga pada pemahaman akan bahasa dan kemampuan berkomunikasi (Ginandjar, 2002:2). Dengan berbahasa dan berkomunikasi kita akan dapat mentransmisikan (mengajarkan) konsep moral, konsep iman kepercayaan, konsep pengharapan, adat istiadat.

Ketika mengetahui anaknya mengalami hambatan atau permasalahan pada umumnya orangtua akan menemui dokter anak ataupun psikolog. Langkah selanjutnya adalah mengupayakan pertolongan untuk menangani hambatan dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anak. Mengupayakan pertolongan pada anak yang mengalami hambatan ini disebut dengan intervensi dini. Intervensi dini berupa pendidikan atau pelatihan yang ditujukan untuk


(14)

mempersiapkan anak dalam menghadapi kehidupan „yang sebenarnya‟ ….. (Hunt, &Marshall, 2005). Seringkali intervensi dini berarti upaya pertolongan diberikan kepada anak dengan memberinya terapi-terapi yang dianjurkan oleh dokter anak dan banyak orangtua merasa bahwa ia telah melakukan bagiannya untuk menolong anaknya. Disisi lainnya kesadaran orangtua bahwa sesungguhnya mereka adalah pendidik utama bagi anak-anaknya yang berusia nol sampai enam tahun masih dirasakan kurang. Dengan kata lain bahwa orangtua seharusnya ikut terlibat dalam intervensi dini. Bagaskorowati (2010:87) menyatakan bahwa

“pada dasarnya intervensi bertujuan menstimulasi perubahan sebuah sistem yang mencakup anak, orangtua, sekolah, masyarakat dan pemerintah yang mengkehendaki hasil-hasil positif secara bersama-sama.”

Kaiser & Hancock (2003:10) menyebutkan bahwa ada beberapa argumentasi yang menjadi perdebatan mengenai orangtua yang melaksanakan intervensi dini untuk anaknya yaitu:

a. sebenarnya orangtua tidaklah menyerahkan peranan utama sebagai orangtua dalam tugasnya sebagai guru bagi anak-anaknya (Turnbull & Turnbull, 1990),

b. sangatlah penting jika pelayanan berpusat pada keluarga yang mendukung orangtua dan mengidentifikasi kebutuhan mereka (Dunst & Leet,1987)

c. pemberian stigma dari para professional bahwa orangtua tidak memiliki kemampuan dalam mendukung perkembangan anak kebutuhan khususnya. (Greenee, 1999)

Dan untuk mencapai hasil yang maksimal, setiap proses pendidikan selalu membutuhkan adanya kerjasama dengan orangtua. Perlu kita ingat bahwa pendidikan tidak hanya akan terjadi di sekolah saja, namun di rumahpun pendidikan itu ada. Selain itu paparan berbagai literatur mengatakan bahwa


(15)

efektivitas berbagai strategi penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak yang memiliki kebutuhan khusus akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat (Hallahan dan Kauffman,2003). Seperti juga pandangan dari teori ekologi yang menegaskan bahwa keluarga merupakan ekologi perkembangan bagi manusia yang paling penting, Bronfenbrenner menegaskan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dalam kehidupan anak untuk belajar, dan jika ia mendapatkan awal yang baik dalam keluarga maka ia akan lebih mudah untuk memasuki lingkungan kehidupan yang lebih luas.

Intervensi dini untuk anak berkebutuhan khusus hendaknya menempatkan orangtua menjadi fokus utamanya. Sejalan dengan pernyataan dalam Individual

with Disabilities Education Act Amandement (IDEA) tahun 1997 yang

mengamanatkan orangtua adalah fokus dalam meningkatkan perkembangan komunikasi, kognitif, sosial, emosional dan motorik anak.

Orangtua merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya, orangtua berperan sebagai pengasuh dan pendidik bagi anaknya. Oleh sebab itu orangtua sangat perlu untuk memiliki kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan agar mereka dapat memberikan pendidikan dan pengasuhan yang optimal kepada anaknya. Proses pengasuhan dan pendidikan yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruh positif terhadap kehidupan anak kelak. Dalam intervensi anak dengan gangguan komunikasi tentunya keseriusan orangtua untuk melaksanakan intervensi dini sangat diperlukan, supaya anak dapat mencapai potensi tertinggi. Kemauan, pengetahuan, dan pemahaman


(16)

tentang pentingnya intervensi dini yang dilakukan orangtua, upaya apa yang dapat kita lakukan sebagai guru pendidikan khusus bagi orangtua anak dengan gangguan komunikasi, peran strategis orangtua sebagai tempat pertama dan utama dalam kehidupan anak, masih kurangnya perhatian orangtua terhadap bimbingan dan bantuan terhadap intervensi yang dilaksanakan pada anak, maka hal-hal tersebut mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian terhadap pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan intervensi dini orangtua untuk anak dengan gangguan komunikasi sebagai berikut:

1. Anak dengan gangguan komunikasi memerlukan intervensi sedini mungkin 2. Keterlibatan orangtua sangat diperlukan untuk intervensi dini anaknya

3. Orangtua merasa tidak bisa atau tidak memiliki kemampuan untuk memberi intervensi dini pada anaknya

4. Perlu ada suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi

5. Diperlukan program pelatihan yang dapat diaplikasikan kepada orangtua anak dengan gangguan komunikasi

6. Diperlukan materi-materi dari program pelatihan orangtua yang dapat diaplikasikan oleh orangtua kepada anaknya


(17)

Dari uraian permasalahan tersebut di atas diperlukan suatu program pelatihan bagi orangtua yang bertujuan meningkatkan kemampuan orangtua untuk intervensi dini anaknya yang mengalami gangguan komunikasi, sehingga yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimanakah program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi? Anak dengan gangguan komunikasi dalam penelitian ini dibatasi pada gangguan komunikasi yang terjadi terhadap anak yang dapat mendengar dan bukan gangguan komunikasi akibat masalah pendengaran/ ketunarunguan.

Adapun rumusan masalah ini dapat dinyatakan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi objektif intervensi dini orangtua untuk anak dengan gangguan komunikasi saat ini?

a. Bagaimana kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi saat ini? b. Bagaimana proses intervensi dini oranngtua untuk anak dengan gangguan

komunikasi saat ini?

2. Bagaimana program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi?

a. Bagaimana rumusan desain program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi?

b. Bagaimana bentuk rumusan materi program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Seperti yang telah diungkapkan pada latarbelakang permasalahan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam melaksanakan tugas perkembangannya. Orangtua sebagai orang dewasa terdekat dengan anak memiliki peranan sangat penting, mereka haruslah mendorong dan membuat anak untuk terus menjalani tugas perkembangannya. Begitu pula peran orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi tentu sangat diperlukan, maka dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan orangtua dalam melakukan intervensi dini tersebut. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang orangtua dalam intervensi anak dengan gangguan komunikasi, dan secara khusus penelitian ini bertujuan merumuskan suatu program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anaknya yang mengalami gangguan komunikasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis yaitu adanya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua dalam mendidik anaknya yang berkebutuhan khusus dan memperbaiki pelaksanaan intervensi dini orangtua terhadap anak dengan gangguan komunikasi di rumah. Dan secara teoritis hendaknya penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengayaan disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus serta mendorong peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.


(19)

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis memberikan penjelasan pada istilah-istilah yang digunakan yaitu:

1. Definisi Anak dengan gangguan komunikasi

Menurut ASHA (1982), definisi gangguan komunikasi yaitu: ”gangguan

komunikatif meliputi gangguan berbicara dan gangguan berbahasa.”

Gangguan berbahasa yaitu kerusakan pada pemahaman dan/ atau penggunaan dari bicara, tertulis ataupun sistem simbol lainnya. Gangguan berbahasa termasuk variasi keterlambatan atau ketidakmampuan anak memahami (bahasa reseptif) dan/ atau menggunakan kata-kata/ bicara ataupun gesture (bahasa ekspresif). Gangguan ini melibatkan bentuk bahasa (fonologi, morfologi dan sistem sintaksis), isi bahasa (sistem semantik) dan/atau, fungsi bahasa dalam komunikasi (sistem pragmatis). Dan ataupun kombinasi dari ketiganya. Di dalam penelitian ini anak dengan gangguan komunikasi adalah anak yang memiliki hambatan kemampuan dalam bertukar informasi dengan orang lain, anak bermasalah dalam berbahasa dan berbicara, anak yang memiliki hambatan dalam komunikasi reseptif maupun komunikasi ekspresif dengan usia antara tiga sampai enam tahun.

2. Definisi Intervensi Dini

Conrad dan Novick (1996) menegaskan bahwa program intervensi dini merupakan program pencegahan untuk mereduksi pengaruh-pengaruh negatif


(20)

dari kelainan yang menyertai dan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi tercapainya perkembangan yang sehat dan optimal. Dalam penelitian ini, intervensi dini merupakan suatu usaha ataupun upaya yang dilakukan orangtua untuk meningkatkan kualitas hidup anak yang beresiko memiliki kebutuhan khusus antara umur nol sampai enam tahun.

3. Definisi Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak dengan Gangguan Komunikasi

Suatu program menurut Suherman dan Sudrajat (1998:1) adalah rencana kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya, sedangkan pelatihan menurut Moekijat (1993:3) adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Merujuk dari pengertian tersebut di atas maka program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi merupakan suatu upaya pendidikan bagi orangtua yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam waktu tertentu, dan lebih banyak praktek daripada teori serta mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya sehingga orangtua dapat melaksanakan intervensi pada anaknya.


(21)

F. Struktur Organisasi Tesis

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan tesis selanjutnya, berikut akan dideskripsikan bagian-bagian yang menjadi pokok bahasan:

Bab I Membahas tentang latar belakang penelitian. Adapun latar belakang dari penelitian ini adalah mengungkap kondisi banyak orangtua anak dengan gangguan komunikasi yang merasa tidak mampu untuk intervensi anaknya. Di sisi yang lain, anak dengan usia antara tiga sampai enam tahun merupakan usia dini yang masih berada di lingkungan rumah dan keluarga. Orangtua merupakan orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya, orangtua sebagai pengasuh, dan pendidik bagi anaknya sangat perlu memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan yang optimal kepada anaknya. Kemauan, pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya intervensi dini yang dilakukan orangtua dan upaya apa yang dapat kita lakukan sebagai guru pendidikan khusus bagi orangtua anak dengan gangguan komunikasi, peran strategis orangtua sebagai tempat pertama dan utama dalam kehidupan anak, masih kurangnya perhatian orangtua terhadap bimbingan dan bantuan terhadap intervensi yang dilaksanakan pada anak, maka hal-hal tersebut mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian terhadap program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi. Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka pada bab I ini


(22)

akan mengungkap tentang fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian juga struktur organisasi penulisan tesis.

Bab II Membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian khususnya mengenai teori tentang komunikasi, anak gangguan komunikasi, orangtua dan intervensi dini serta pelatihan. Adapun fungsi dari kajian teoritis yaitu sebagai landasan dalam analisis temuan di lapangan dan panduan untuk merumuskan program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.

Bab III Membahas tentang metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Untuk memperoleh data penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti; wawancara mendalam dan observasi. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai instrumen penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data penelitian.

Bab IV Membahas hal-hal yang penting dalam penelitian. Adapun hal pokok yang disajikan di antaranya; hasil penelitian dan analisis, temuan-temuan penelitian serta pembahasan yang terkait dengan rumusan program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi sebagai hasil dari penelitian ini.

Bab V Membahas penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis temuan yang disajikan dalam bentuk kesimpulan dan saran.


(23)

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Informan Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah tempat tinggal (rumah) dari masing-masing informan penelitian. Informan sumber data adalah orangtua dari anak dengan gangguan komunikasi dan anak dengan gangguan komunikasi yang berusia antara tiga sampai enam tahun.

Dalam penelitian ini informan/ subyek ditentukan atau ditunjuk secara

purposive yaitu penentuan i nforman sebagai sumber data didasari pertimbangan

dan adanya tujuan tertentu. Adapun penentuannya sebagai berikut: informan merupakan orangtua yang mempunyai anak dengan gangguan komunikasi, anak dengan gangguan komunikasi berusia antara tiga sampai enam tahun, anak dengan gangguan komunikasi bukan akibat ketunarunguan. Pertimbangan atau alasan mengapa anak yang dipilih anak yang berumur antara tiga sampai enam tahun adalah pertama, karena pada usia ini semestinya anak sudah dapat merespon komunikasi sederhana, kedua, anak usia ini dalam masa perkembangan komunikasi yang cepat, ketiga, kebanyakan anak belum memasuki usia sekolah dasar, dan keempat, dalam melaksanakan tugas perkembangannya anak masih sangat memerlukan keterlibatan orangtua untuk intervensi dan stimulasi.


(25)

B. Desain Penelitian

Nazir (2009:84) menyatakan bahwa ”desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Maka desain dalam penelitian ini direncanakan dan dirancang menggunakan dua tahap penelitian, dimana setiap tahap memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan pada tahap satu adalah untuk memotret kondisi objektif kemampuan anak dengan gangguan komunikasi, kondisi objektif orangtua dan intervensi dini yang dilakukan saat ini. Dan tujuan dari tahap kedua adalah merumuskan program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi. 1. Tahapan I adalah Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan diawali dengan adanya permasalahan yang dihadapi orangtua anak dengan gangguan komunikasi dalam intervensi dini anaknya di rumah dan masih adanya potensi-potensi yang masih dapat dikembangkan. Dan hal ini ditindaklanjuti dengan memotret kebutuhan orangtua dan kondisi kemampuan orangtua dalam intervensi anaknya serta kondisi objektif anak tersebut. Peneliti memotret kondisi objektif atau penampilan nyata kebutuhan orangtua dalam rangka intervensi anak dengan gangguan komunikasi dan kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi berumur antara tiga sampai enam tahun. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi pada saat ini dengan teknik wawancara terhadap orangtua dan jika ada


(26)

orang terdekat lainnya, serta observasi partisipasif dilakukan terhadap anak.

b. Mengumpulkan data tentang kondisi objektif orangtua dalam intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi saat ini, upaya yang telah dilakukan saat ini, faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambatnya dengan wawancarai orangtua dan teknik observasi pada saat orangtua sedang melakukan intervensi pada anak.

2. Tahapan II adalah Tahap Merumuskan Program Pelatihan Orangtua Tahapan ini bertujuan untuk menganalisis data kualitatif hasil temuan di lapangan, studi literature, analisis permasalahan kebutuhan orangtua dalam intervensi anak dengan gangguan komunikasi dan tinjauan konseptual digunakan sebagai dasar untuk merumuskan program. Program yang dimaksudkan adalah berupa program pelatihan orangtua untuk intervensi anak dengan gangguan komunikasi. Selanjutnya setelah mendapatkan rumusan program, peneliti melakukan validasi desain program. Validasi dilakukan sebagai salahsatu cara untuk mengetahui kelayakan dari program yang telah dirumuskan. Adapun alur penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(27)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, sebagai seorang peneliti sangat perlu untuk menentukan metode yang akan digunakannya, sebab metode berhubungan erat dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Adapun pengertian metode penelitian menurut Sukmadinata (2010:52) “metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis pertanyaan dan isu-isu

yang dihadapi.” Kemudian Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa “metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.” Berdasarkan kedua pernyataan di atas yang

dimaksud dengan metode penelitian merupakan langkah-langkah atau prosedur

Rumusan Program pelatihan Orangtua untuk Intervensi Dini Anak Gangguan Komunikasi Materi Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi dini Anak Gangguan Komunikasi Analisis kajian konsep dan keadaan lapangan Studi Pustaka/ Konsep Studi pendahuluan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian Observasi Wawancara


(28)

yang ditempuh dalam penelitian secara ilmiah untuk mencapai suatu tujuan tertentu berdasarkan isu-isu yang dihadapi.

Penelitian dengan judul “Program Pelatihan Orangtua untuk Intervensi Dini Anak dengan Gangguan Komunikasi” ini merupakan sebuah produk hipotetik yang dihasilkan dari penelitian yang bersifat analisis dari kebutuhan orangtua dan anak dengan gangguan komunikasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek alamiah tidak dimanipulasi oleh peneliti. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti meliputi memotret kondisi objektif apa adanya, mengkonstruksi dan menganalisa selanjutnya mendeskripsikan jawaban-jawaban informan menjadi lebih bermakna.

D. Instrumen Penelitian

Teknik yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data pada sebuah penelitian sangatlah berkaitan dengan instrumen yang dipergunakan untuk memperoleh data di lapangan. Hal ini seperti yang diungkapkan Zuriah (2009)

bahwa “instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data dan kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang

terkumpul.” Selanjutnya seperti yang dikemukakan Nasution (Sihadi, 2007:54) bahwa „penelitian naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan peneliti itu sendiri sebagai instrumen penelitian utamanya‟. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari: 1. pedoman observasi; 2. pedoman wawancara; 3. Pedoman asesmen informal.


(29)

1. Pedoman Observasi,

Instrumen ini terdiri dari pedoman observasi komunikasi orangtua dan anak, Pedoman observasi perlakuan orangtua terhadap anak, pedoman observasi sikap orangtua,

2. Pedoman wawancara,

Instrumen ini terdiri dari: pedoman wawancara kepada orangtua mengenai kondisi anaknya, pedoman wawancara tentang pemahaman orangtua mengenai perkembangan anak, pedoman observasi kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi.

3. Pedoman Asesmen informal

Instrumen ini dibuat mengikuti tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh setiap anak (milestones). Dilakukan dengan lebih banyak observasi ataupun tes terhadap anak.


(30)

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

No. Aspek Dimensi

Teknik

Pemgumpulan Data

Instrumen Sumber

Data 1. Kondisi

Objektif Anak dengan gangguan komunikasi

a. Komunikasi Pra bicara/ nonverbal ( Amy M. Wetherby & Barry M,1999) (Demchack,2002) b. Komunikasi

Reseptif c. Komunikasi

Ekspresif d. Interaksi sosial

Observasi wawancara Pedoman Observasi Pedoman wawancara Anak Orangtua

2. Orangtua

a. Pemahaman terhadap kemampuan komunikasi yang dimiliki anak b. Sikap orangtua

terhadap keadaan anak (Kubbler Ross)

c. Perlakuan terhadap anak (gaya pengasuhan) (Baumrimd) Wawancara Observasi Pedoman wawancara Pedoman Observasi Orangtua Orangtua

3. Intervensi

Dini a. Upaya intervensi dini yang dilakukan orangtua sendiri b. Minta bantuan orang

lain (terapis. Guru, dll)

c. Hasil yang didapati saat ini

d. Faktor pendukung e. Faktor penghambat

Wawancara Pedoman Wawancara


(31)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Rumusan Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak Dengan Gangguan Komunikasi

Aspek Dimensi

Teknik Pemgumpulan

Data

Instrumen Sumber

Data Program Pelatihan orangtua Prosedur a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi

Rush, Shelden and Hanft (2003) Penyusunan rumusan program Draft program Kondisi objektif di lapangan dan studi

pendahuluan /pustaka Validasi ahli

Silabus Bahan Ajar

a. Perkembangan anak b. Perkembangan bahasa,

bicara dan komunikasi c. Mendeteksi adanya

keterlambatan perkembangan anak d. Sikap dan perlakuan orangtua terhadap anak

e. Intervensi dini f. Merencanakan

intervensi pada anak g. Role play

h. Pencatatan data i. Praktek intervensi

kepada anak

j. Materi Praktis untuk sehari-hari Penyusunan rumusan Materi Draft program


(32)

E. Teknik Pengumpulan Data

Berkenaan dengan penelitian ini terdapat teknik pengumpulan data yaitu:

1. Teknik observasi berperan serta dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi pada saat anak dan orangtua berkomunikasi, keadaan rumah, mainan yang digunakan, dan perilaku anak.

2. Teknik wawancara mendalam, wawancara yang dilakukan secara mendalam kepada orangtua, dilakukan dalam beberapa waktu yang berbeda.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak penelitian dimulai sampai setiap perolehan data dari catatan-catatan observasi. Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan cara melihat, memeriksa, membandingkan, dan menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang muncul dalam data penelitian (Frechtling&Sharp, 1997).

Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:246), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.

1) Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,

mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam transkrip wawancara.

2) Penyajian data, analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan


(33)

terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk sajian data yang berupa tabel.

3) Penarikan konklusi dan verifikasi, penarikan konklusi dilakukan dengan

melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bloland (1992: 4) bahwa verifikasi di dalam penelitian kualitatif sama fungsinya dengan reliabilitas dan validitas di dalam penelitian kuantitatif. Dia mengemukakan, “Verification performs for qualitative research what reliability and validity perform for quantitative research”. Di dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan validitas adalah kepastian bahwa konklusi yang ditarik dari data itu dapat dipercaya, dapat dipertahankan, dijamin kebenarannya, dan mampu bertahan terhadap penjelasan alternatif.

G. Validasi Data

Di dalam sebuah penelitian uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck (Sugiono, 2011:270).

Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. meningkatkan ketekunan dalam mengamati interaksi anak dengan gangguan komunikasi dan orangtuanya, aktivitas-aktivitas yang diberikan oleh orangtua terhadap anak, dengan meningkatkan ketekunan ini penulis melakukan pengecekan kembali apakah data


(34)

yang telah ditemukan salah atau tidak, 2. triangulasi teknik, mengecek data tentang kemampuan anak dengan gangguan komunikasi dengan wawancara mendalam ke orangtua, melihat catatan intervensi yang dilaksanakan (dokumentasi) dan observasi terhadap anak, 3. Berdiskusi dengan teman sejawat.


(35)

(36)

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian dalam penulisan tesis. Uraian yang akan dikemukakan pada bab ini meliputi dua bagian yaitu simpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan terdapat tiga kesimpulan, yaitu: kesimpulan pertama berkaitan dengan kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi, kesimpulan kedua berkaitan dengan kondisi objektif proses intervensi orangtua untuk anak dengan gangguan komunikasi, kesimpulan ketiga berkaitan dengan rumusan program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berlaku umum, tetapi hanya berlaku bagi kedua anak dengan gangguan komunikasi dan kedua orangtua dari masing-masing anak tersebut. Berikut ini kesimpulan berdasarkan temuan di lapangan dan hasil pembahasan:

1. Kedua anak J (4 tahun) dan M (6 tahun), memiliki hambatan perkembangan gangguan komunikasi, walaupun dengan tingkat hambatan yang berbeda, keduanya mengalami hambatan pada aspek pra bicara, komunikasi reseptif, komunikasi ekspresif dan interaksi sosialnya. Pada dua tahun awal kehidupan mereka, kedua anak kurang mendapat stimulasi dari orangtuanya, hal ini disebabkan orangtua J bekerja dan orangtua M memiliki anak kembali dengan


(38)

keadaan tengkorak kepala yang belum sempurna. Padahal stimulasi pada awal kehidupan ini sangat penting untuk mengembangkan dasar-dasar kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Kedua anak memiliki kemampuan komunikasi reseptif yang sama-sama masih berkembang. J masih memperluas daftar kosa katanya, sementara M masih perlu untuk mengembangkan kemampuan untuk memahami makna dari frasa atau kalimat-kalimat. Keduanya memiliki kemampuan bahasa ekspresif, namun keduanya masih tertinggal dengan kemampuan perkembangan bahasa, bicara dan komunikasi anak tipikal seusianya. J masih sebatas untuk merespon/menanggapi orang yang berbicara dengannya menggunakan satu dua kata, sementara M belum mampu untuk menggunakan bahasa ekspresifnya sesuai dengan fungsi bahasa tersebut. Untuk kemampuan berinteraksi sosialnya, J masih berkembang pada permainan yang

menggunakan mimik muka bergiliran seperti permainan “ciluk ba”,

sedangkan M sudah tertarik untuk bermain bersama teman seumurnya, namun ia belum dapat menggunakan kemampuan interaksi sosialnya, seperti kapan ia harus menunggu temannya menjawab, kapan M harus memanggil temannya. Keduanya memerlukan intervensi, dan pada usianya ini keterlibatan orangtua sangat dibutuhkan. Masihlah cocok jika intervensi dilakukan oleh orangtua dengan bantuan guru pendidikan khusus dan setting intervensi dapat dimulai di rumah mereka.


(39)

2. Kedua pasang orangtua dari J dan M memiliki beberapa kesamaan, dimana pekerjaan ayah tidak terikat dengan waktu yang ketat, demikian pula dengan ibu yang bekerja paruh waktu dan memutuskan untuk mengasuh anak-anaknya dan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan intervensi anaknya. Kedua orangtua memberikan intervensi kepada anak-anaknya seperti keteraturan dalam jadual sehari-hari, menonton tivi yang sedikit, keluarga J menerapkan jalan pagi dengan ayah atau bersepeda dengan ibu. Keluarga M lebih menerapkan kegiatan di dalam rumah saja, dan lebih mengulang pelajaran-pelajaran sekolah dengan ayah atau ibu.

Kondisi intervensi pada saat ini, J mengikuti terapi si suatu klinik terapi yang jaraknya sangat jauh dari rumah sebanyak 3 kali seminggu, sementara untuk M, intervensi yang diberikan lebih menekankan mengejar kemampuan akademik sekolah. Kedua ibu ini juga sangat memperhatikan kebutuhan anak-anaknya, mereka juga merasa khawatir untuk perkembangan J dan M, terutama masalah sekolah dan mengikuti pelajaran disekolah.

Kedua orangtua merasa perlu mengetahui bagaimana melaksanakan intervensi untuk anaknya. Suasana bermain di kedua keluarga ini terlihat kurang, mereka memiliki mainan yang hanya disenangi anaknya, mereka kurang mau mencoba untuk mengenalkan permainan lainnya.

Pada akhirnya intervensi yang diberikan Orangtua J dan M lebih menekankan kebutuhan untuk mengejar ketertinggalan pada akademik, namun kurang


(40)

menyadari bahwa kemampuan penerimaan akademik ini juga berhubungan dengan kemampuan pemahaman bahasa. Intervensi yang diberikan masih kurang tepat jika hanya selalu melatih kemampuan akademik tanpa melatih atau memberi stimulasi pada kemampuan bahasanya (reseptif, ekspresif dan pragmatik)

3. Berdasarkan kondisi anak dan kondisi intervensi yang diberikan orangtua kepada anaknya pada saar ini maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat membantu untuk merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua menjadi lebih baik untuk intervensi anaknya. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian terhadap kasus J dan kasus M disusunlah suatu rumusan program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi. Dan Rumusan Program Pelatihan orangtua ini terbagi menjadi dua yaitu rumusan prosedur program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi dan rumusan materi program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan:

1. Saran untuk anak

Kedua anak masih dalam proses menjalankan tugas perkembangannya, dan pada usia ini (tiga sampai enam tahun) tentunya belumlah dapat menentukan aktivitas


(41)

yang baik dan tepat bagi dirinya sendiri, mereka masih memerlukan bantuan untuk dapat berkembang dengan baik dan optimal, terutama dalam perkembangan bahasa, bicara dan berkomunikasi. Tentunya bantuan dari orangtua sangat dibutuhkan oleh anak. Bantuan itu dapat berupa kesempatan-kesempatan untuk dapat berkomunikasi dalam setiap kegiatan/rutinitas di rumah dengan anggota keluarga lainnya, kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman seumurannya.

Kemudian secara khusus saran yang dapat diberikan adalah: a. Untuk anak J

Dalam berkomunikasi J, bila ia sangat membutuhkan maka ia akan berusaha untuk bicara, namun untuk kesehariannya jarang ia gunakan. J memerlukan latihan terutama untuk yang lebih ke fungsional seperti latihan untuk menjawab

ketika dipanggil namanya, berkata “minta” untuk mengubah perilaku langsung

mengambil dari tangan yang lain, berlatih untuk menggunakan gestural menunjuk, menggangguk atau menggeleng, karena J suka bernyanyi, sebaiknya pergunakan waktu-waktu senggang untuk diisi dengan bernyanyi atau melakukan gerakan badan. Dengan bernyanyi J dapat melatih kemampuannya dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas, dan bernyanyi merupakan kegiatan yang J suka.


(42)

b. Untuk M

M berusia enam tahun dan ia sudah bersekolah di kelas satu SD, dan M sudah memiliki kemampuan bicara dengan suara yang terdengar jelas. Pada saat ini yang sangat diperlukan adalah berlatih bagaimana membuat inisiasi jika M mau mengajak teman bermain. Bagi M latihan yang diperlukan lebih mengejar ketertinggalannya pada kemampuan bercakap-cakap, dan mengetahui kapan gilirannya mendengar dan kapan gilirannya berbicara, kapan M perlu memanggil temannya, bagaimana memulai pembicaraan, bagaimana M berkomentar. M juga perlu untuk memperluas kosakatanya, bisa dengan membiasakan membaca buku bersama atau menggambar dengan tema yang ditentukan bersama, M juga perlu untuk diberi kesempatan bermain dengan teman-teman di luar rumahnya, sehingga pengalamannya akan terus bertambah.

2. Saran untuk orangtua

Kedua orangtua dari kedua anak telah memiliki kebiasaan atau rutinitas yang baik di dalam keluarganya, dimana keteraturan sehari-hari telah terjadi, anak-anaknya diminta untuk menaruh pakaian kotor di tempatnya, membuka sepatudan menaruh ditempatnya dan lainnya. Untuk lebih meningkatkan kemampuan orangtua dan pengetahuannya, hendaknya orangtua perlu memiliki kesadaran bahwa anak-anak belajar berkomunikasi selama aktivitas sehari-hari dan percakapan yang terjadi adalah percakapan dengan orang terpenting dalam diri anak yaitu orangtua. Perlu disadari juga dengan intervensi yang diberikan setiap hari pada anak oleh


(43)

orangtua, kesempatan untuk melakukannya sangatlah banyak. Dan kepercayaan diri orangtua bahwa ia adalah orang yang paling tahu tentang anaknya.

Keterlibatan orangtua sangat diperlukan untuk mengurangi rasa cemas anak karena hambatan yang dimilikinya. Betapa pentingnya orangtua memiliki pengetahuan tentang perkembangaan seorang anak dan karakteristik dari anaknya sendiri untuk membuat rencana dalam intervensi dan stimulasi anaknya.

3. Rumusan program dan rumusan materi yang disusun ini bertujuan untuk membantu orangtua untuk dapat melaksanakan intervensi dini kepada anaknya. Kelemahan rumusan program ini adalah belum diujicobakan, sehingga apakah rumusan prosedur program ini dapat diaplikatifkan, efektif atau efisienkah bagi orangtua. Sangatlah diperlukan ujicoba terhadap program ini, sehingga bisa saja terungkap aspek-aspek lainnya yang belum terungkap pada penelitian saat ini.

4. Bagi guru pendidikan khusus, pelatihan orangtua dan intervensi dini merupakan bidang yang perlu untuk di kaji dan dikembangkan, dimana kita sepakat bahwa semakin cepat intervensi dini diberikan kepada anak yang beresiko tentunya memberikan kesempatan untuk anak meraih potensi optimal yang anak miliki. Kemampuan guru pendidikan khusus juga perlu untuk ditingkatkan


(44)

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S.(2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bredekamp, S. & Copple, C.(1997). Developmentally Appropriate Practice in

Early Childhood Programs. Washington:NAEYC

Bronfenbrenner, U.(2004).Making Human Beings Human: Bioecological

Perspectives on Human Development.[Online].Tersedia:

http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood [15 Oktober 2011]

Brown, B.(2011).What Is Effective Communication.[Online].Tersedia:

http://www.livestrong.com/article/69309-effective-communication/ [15 Oktober 2011]

Cangara, H.(2005).Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rineka Cipta

Conrad, N. & Novick, R.(1996).The Ecology of The Family: A Background

Paper For A Family Centered Approach To Education and Social ServiceDelivery.[online].Tersedia:

http://www.nrel.org/cfc/publications/ecology2.html

Creswell, J.(2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajaran

Demchak, M.; Rickard, C. & Elquist, M.(2002). Tips for Home or School Using

Cues to Enhance Receptive Communication.[online].Tersedia:

http://www.unr.edu/ndsip/tipsheets/expressivecommunication.pdf

Dubois, D.(1996).The Executive Guide to Competency-Based Performance


(46)

Education.com.[online].Tersedia:http://www.education.com/definition/early-intervention/&answers

Ginandjar, A.(2002).”Komunikasi pada Anak Autis”. Makalah Seminar Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi pada Anak Autis, Jakarta.

Hallahan, D. P.; Kauffman, J. M.& Lloyd, J.W.(1999). Introduction to learning

disabilities.Boston: Allyn and Bacon.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional learners: Introduction to

special education (9th edn).Boston, MA: Allyn & Bacon.

Harvard Family Research Project. (2006). Family involvement in early childhood

education.Cambridge,MA:Harvard University.

Hunt, N. & Marshall, K. (2002). Exceptional children and youth (3rd edn). Boston:Houghton Mifflin.

Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA).(1997).[online].

Tersedia: http://www.ed.gov/policy/speced/guid/idea/idea2004.html

Juwardono.(2009). “Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan Fungsi Motorik

Oral dan Gangguan Perilaku yang sering Dikaitkan pada Anak dengan

Gangguan Bicara dan Bahasa” . [Online]. Tersedia:

http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/tanda-dan-gejala-gangguan-perkembangan-fungsi-motorik -motorik-oral-dan-gangguan- perilaku-yang-sering-dikaitkan-pada-anak-dengan-gangguan-bicara-dan-bahasa/.[29 Desember 2011]

Kaiser, A.; Peggy, P.; Hester, and McDuffie, A.(2002).Supporting

Communication In Young children With Developmental Disabilities. Department of Special Education, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee Child Study Center, Old Dominion University, Norfolk, Virginia. [Online].Tersedia:

http://samples.jbpub.com/9780763776480/76480_CH02_SEC.pdf [15 [15 Oktober 2011]


(47)

Kaeiser, A. & Hancock.(2003). “Teaching Parents New Skill to Support Their

Young Children’s Development”. Infant and Young Children.vol.16. 9

-21. [Online].Tersedia:

http://depts.washington.edu/isei/iyc/kaiser_16_1.pdf [15 Oktober 2011] Lanza, J. & Flahive, K.(2009).Guide to Communication Milestones 2009

edition.[Online].Tersedia:

http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/Mileston esguide.pdf.[Oktober 2012]

Meliala, A.(2010). Successful Parenting. [Online].Tersedia: http://www.resourceful-parenting.com.[19 Oktober 2011]

Moekijat. (1993). Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas Bandung: Mandar Maju

Nurihsan, J. & Agustin, M. (2011).Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja,

Tinjauan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.Bandung:Refika

Aditama

Soetjiningsih, C.(2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan sampai dengan

Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Pranada

Van Tiel, J.(2011).Pendidikan Anakku Terlambat Bicara.Jakarta: Prenada Media Grup

Walker, K.(2010).Parenting, A Practical Gllide To Raising Preschool And

Primary-School Children. Australia: Penguin Group

Woolfson, R.C.(2005).Perbincangan Ringan dengan Anak Anda.Batam: Kharisma Publishing Group.

Pierangelo,R. dan Giuliani,G.(2007).EDM TheEducator’s Diagnostic Manual of

Disabilities &Disorder.San Fransisco:John Wiley.

Puspita, D.( 2003).“Komunikasi dengan Alat Bantu bagi Individu dengan Autism

Spectrum Disorder”. Makalah Seminar Meningkatkan Keterampilan


(48)

Puspita, D.(2010).”Anakku Sudah Bicara Tapi Belum Komunikatif?”.Makalah

Pada Seminar dan Pelatihan Yayasan Autisme Indonesia. Jakarta.

Rush, D.;Shelden,M.; Hanft, B.(2003).”Coaching Families and Colleagues A

Process for Collaboration in Natural Settings”.Journal.Vol 16, number 1,

pp 33-47.Lippincott Williams &Wilkins,Inc. [onlone].Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=tru e&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ667878&ERICExtSearch_Sea rchType_0=no&accno=EJ667878 [20 Desembert 2012]

Santrock, I.(2004). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada MediaGrup Santrock, J.(2007).Perkembangan Anak.Jakarta: Erlangga

Siagian, S.P. (1995).Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta:Bumi Aksara Sihadi. (2007).Program Pembelajaran Membaca Permulaan Bagi Siswa

Berkesulitan Membaca Di SD X. Tesis Pada Prodi PPKhUPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Smith,A.; Romski,M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R.(2011). “Parent Stress and Its Relation to Parent Perceptions of Communication Following Parent Coached Language Intervention“.Journal of Early Intervention.vol.33.[online].Tersedia:

http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. [09Februari2012] Smith, J.(2009).Inklusi, Sekolah Ramah Untuk Semua.Bandung: NUANSA

Stephens, W.(2011).Effects Of Parent Interventions On Children With

Communication Disorders.Research Papers.Paper 114.[Online]. Tersedia: http://opensiuc.lib.siu.edu/gs_rp/114. [2 Januari 2012]

Sudrajat, A.(2009). 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa.[Online].Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/. [2 Januari 2012]

Sunardi.(2012).Model Pendekatan Konseling Keluarga untuk Intervensi Dini

Anak Berkebutuhan Khusus.Prosiding pada Seminar Internasional Pasca

Siswazah Pendidikan Khas UKM-UPI. Bangi:Fakulti Pendidikan UKM, 2012 hal 302-316.


(49)

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Suherman, U dan Sudrajat, D.(1998).Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Bandung:JPPB FIP IKIP

Tempel, A. B.; Wagner, S. M.; McNeil, C. B.(2009). “Parent-child interaction

therapy and language facilitation: the role of parent-training on

language development”. Jurnal. Free Library by Farlex.[Online].

Tersedia:

http://www.thefreelibrary.com/Tempel,+Ashley+B.;+Wagner,Stephanie +M.;+McNeil,+Cheryl+B.-a1911ilson,P. [15 Oktober 2011]

Wilson, P.(2010).Communication Alternatives-Childhood Disability.In BellaOnline.[Online].Tersedia:

http://www.bellaonline.com/articles/art32521.asp.[20Maret2012]

Zuriah, N.(2009). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

--tn.Overview of Early Intervention.[Online].Tersedia:

http://nichcy.org/babies/overview. [15 Oktober 2011]

--tn.(2004).Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs.[Online].Tersedia: http://www.its299.ed.psu.[15Oktober 2011]

--tn.(2012). Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa pada Anak.[Online].Tersedia:

http://childspeechclinic.wordpress.com/2012/01/27/penggolongan-tahapan-perkembangan-normal-bicara-dan-bahasa-pada-anak/. [15Oktober 2011]


(50)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S.(2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bredekamp, S. & Copple, C.(1997). Developmentally Appropriate Practice in

Early Childhood Programs. Washington:NAEYC

Bronfenbrenner, U.(2004).Making Human Beings Human: Bioecological

Perspectives on Human Development.[Online].Tersedia:

http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood [15 Oktober 2011]

Brown, B.(2011).What Is Effective Communication.[Online].Tersedia:

http://www.livestrong.com/article/69309-effective-communication/ [15 Oktober 2011]

Cangara, H.(2005).Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rineka Cipta

Conrad, N. & Novick, R.(1996).The Ecology of The Family: A Background

Paper For A Family Centered Approach To Education and Social ServiceDelivery.[online].Tersedia:

http://www.nrel.org/cfc/publications/ecology2.html

Creswell, J.(2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajaran

Demchak, M.; Rickard, C. & Elquist, M.(2002). Tips for Home or School Using

Cues to Enhance Receptive Communication.[online].Tersedia: http://www.unr.edu/ndsip/tipsheets/expressivecommunication.pdf

Dubois, D.(1996).The Executive Guide to Competency-Based Performance


(2)

Education.com.[online].Tersedia:http://www.education.com/definition/early-intervention/&answers

Ginandjar, A.(2002).”Komunikasi pada Anak Autis”. Makalah Seminar Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi pada Anak Autis, Jakarta.

Hallahan, D. P.; Kauffman, J. M.& Lloyd, J.W.(1999). Introduction to learning

disabilities.Boston: Allyn and Bacon.

Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional learners: Introduction to

special education (9th edn).Boston, MA: Allyn & Bacon.

Harvard Family Research Project. (2006). Family involvement in early childhood

education.Cambridge,MA:Harvard University.

Hunt, N. & Marshall, K. (2002). Exceptional children and youth (3rd edn). Boston:Houghton Mifflin.

Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA).(1997).[online].

Tersedia: http://www.ed.gov/policy/speced/guid/idea/idea2004.html

Juwardono.(2009). “Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan Fungsi Motorik Oral dan Gangguan Perilaku yang sering Dikaitkan pada Anak dengan Gangguan Bicara dan Bahasa” . [Online]. Tersedia:

http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/tanda-dan-gejala-gangguan-perkembangan-fungsi-motorik -motorik-oral-dan-gangguan- perilaku-yang-sering-dikaitkan-pada-anak-dengan-gangguan-bicara-dan-bahasa/.[29 Desember 2011]

Kaiser, A.; Peggy, P.; Hester, and McDuffie, A.(2002).Supporting

Communication In Young children With Developmental Disabilities. Department of Special Education, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee Child Study Center, Old Dominion University, Norfolk, Virginia. [Online].Tersedia:

http://samples.jbpub.com/9780763776480/76480_CH02_SEC.pdf [15


(3)

Kaeiser, A. & Hancock.(2003). “Teaching Parents New Skill to Support Their Young Children’s Development”. Infant and Young Children.vol.16. 9 -21. [Online].Tersedia:

http://depts.washington.edu/isei/iyc/kaiser_16_1.pdf [15 Oktober 2011] Lanza, J. & Flahive, K.(2009).Guide to Communication Milestones 2009

edition.[Online].Tersedia:

http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/Mileston esguide.pdf.[Oktober 2012]

Meliala, A.(2010). Successful Parenting. [Online].Tersedia: http://www.resourceful-parenting.com.[19 Oktober 2011]

Moekijat. (1993). Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas Bandung: Mandar Maju

Nurihsan, J. & Agustin, M. (2011).Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja,

Tinjauan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.Bandung:Refika

Aditama

Soetjiningsih, C.(2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan sampai dengan

Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Pranada

Van Tiel, J.(2011).Pendidikan Anakku Terlambat Bicara.Jakarta: Prenada Media Grup

Walker, K.(2010).Parenting, A Practical Gllide To Raising Preschool And

Primary-School Children. Australia: Penguin Group

Woolfson, R.C.(2005).Perbincangan Ringan dengan Anak Anda.Batam: Kharisma Publishing Group.

Pierangelo,R. dan Giuliani,G.(2007).EDM TheEducator’s Diagnostic Manual of

Disabilities &Disorder.San Fransisco:John Wiley.

Puspita, D.( 2003).“Komunikasi dengan Alat Bantu bagi Individu dengan Autism Spectrum Disorder”. Makalah Seminar Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi pada Anak Autis, Jakarta.


(4)

Puspita, D.(2010).”Anakku Sudah Bicara Tapi Belum Komunikatif?”.Makalah Pada Seminar dan Pelatihan Yayasan Autisme Indonesia. Jakarta.

Rush, D.;Shelden,M.; Hanft, B.(2003).”Coaching Families and Colleagues A Process for Collaboration in Natural Settings”.Journal.Vol 16, number 1, pp 33-47.Lippincott Williams &Wilkins,Inc. [onlone].Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=tru e&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ667878&ERICExtSearch_Sea rchType_0=no&accno=EJ667878 [20 Desembert 2012]

Santrock, I.(2004). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada MediaGrup Santrock, J.(2007).Perkembangan Anak.Jakarta: Erlangga

Siagian, S.P. (1995).Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta:Bumi Aksara Sihadi. (2007).Program Pembelajaran Membaca Permulaan Bagi Siswa

Berkesulitan Membaca Di SD X. Tesis Pada Prodi PPKhUPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Smith,A.; Romski,M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R.(2011). “Parent Stress and Its Relation to Parent Perceptions of Communication Following Parent Coached Language Intervention“.Journal of Early Intervention.vol.33.[online].Tersedia:

http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. [09Februari2012] Smith, J.(2009).Inklusi, Sekolah Ramah Untuk Semua.Bandung: NUANSA

Stephens, W.(2011).Effects Of Parent Interventions On Children With

Communication Disorders.Research Papers.Paper 114.[Online]. Tersedia: http://opensiuc.lib.siu.edu/gs_rp/114. [2 Januari 2012]

Sudrajat, A.(2009). 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa.[Online].Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/. [2 Januari 2012]

Sunardi.(2012).Model Pendekatan Konseling Keluarga untuk Intervensi Dini

Anak Berkebutuhan Khusus.Prosiding pada Seminar Internasional Pasca

Siswazah Pendidikan Khas UKM-UPI. Bangi:Fakulti Pendidikan UKM, 2012 hal 302-316.


(5)

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Suherman, U dan Sudrajat, D.(1998).Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Bandung:JPPB FIP IKIP

Tempel, A. B.; Wagner, S. M.; McNeil, C. B.(2009). “Parent-child interaction therapy and language facilitation: the role of parent-training on language development”. Jurnal. Free Library by Farlex.[Online]. Tersedia:

http://www.thefreelibrary.com/Tempel,+Ashley+B.;+Wagner,Stephanie +M.;+McNeil,+Cheryl+B.-a1911ilson,P. [15 Oktober 2011]

Wilson, P.(2010).Communication Alternatives-Childhood Disability.In BellaOnline.[Online].Tersedia:

http://www.bellaonline.com/articles/art32521.asp.[20Maret2012]

Zuriah, N.(2009). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

--tn.Overview of Early Intervention.[Online].Tersedia:

http://nichcy.org/babies/overview. [15 Oktober 2011]

--tn.(2004).Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs.[Online].Tersedia: http://www.its299.ed.psu.[15Oktober 2011]

--tn.(2012). Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa pada Anak.[Online].Tersedia:

http://childspeechclinic.wordpress.com/2012/01/27/penggolongan-tahapan-perkembangan-normal-bicara-dan-bahasa-pada-anak/. [15Oktober 2011]


(6)