Penarikan Senpi Diyakini Marakkan Pasar Gelap
Universitas Muhammadiyah Malang
www.umm.ac.id
Penarikan Senpi Diyakini Marakkan Pasar Gelap
Republika : Selasa, 2010-08-31 | 15:53 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Penarikan senjata api (senpi) yang dimiliki masyarakat sipil oleh Polri dinilai tidak
menjamin bakal mengurangi tindakan kekerasan dan kejahatan seperti perampokan bersenjata api. Bahkan jual beli
senjata api di pasar gelap diyakini justru bakal semakin marak.
Keyakinan tersebut diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), DR Muhadjir Efenndy MAP.
Sebab, menurut pria yang juga pengamat militer ini, dengan ditariknya sepi dari masyarakat sipil, justru permintaan
akan semakin tinggi.
‘’Jika permintaan tinggi, maka pasar gelap akan kian bergairah. Sebab, senpi ilegal itu hanya bisa diperoleh lewat
pasar gelap. Itu yang bisa semakin menyemarakkan jual beli senpi di pasar gelap,’’ kata Muhadjir Effendy, Selasa
(31/8).
Apalagi, lanjut Muhadjir, penyelundupan senpi ke Indonesia dinilai sangat mudah. Sebab, jalur penyelundupan dari
negara Filipina yang masuk ke Indonesia selama ini sering terjadi. Apalagi, Filipina selama ini dikenal sebagai negara
cowboy, mengingat warga sipil bebas memiliki senjata. Sehingga, kata dia, bagi aparat yang berwenang sangat sulit
untuk mendeteksi keluar masuknya senjata api itu.
Lantas Muhadjir mencontohkan jalur penyelundupan senjata lewat Mendanaou yang masuk ke Indonesia setelah
melalui pulau-pulau kecil di sekitar Sulawesi. Menurut dia, bagi penelundup senjata api, Indonesia ini merupakan
pangsa pasar yang menggiurkan.
Oleh karena itu, Muhadjir tidak yakin penarikan senpi dari masyarakat sipil yang dilakukan Polri bakal meniadakan
perampokan dengan senjata api. ‘’Jadi tidak menjamin, senjata ditarik, lantas perampokan dengan senpi tidak terjadi
lagi,’’ katanya.
Karena itu, kata Muhadjir, untuk meminimalisasi terjadinya tindakan kejahatan seperti perampokan dengan senjata api
di siang bolong, Undang-undang Antisubversi perlu ditinjau lagi. ‘’Undang-undang itu saya kira bisa ditinjau lagi untuk
diberlakukan kembali,’’ papar dia.
Muhadjir berargumen bahwa dengan diberlakukannnya Undang-undang Antisubversi itu kalangan TNI akan selalu
siaga setiap saat. Bahkan, saat terjadi perampokan dengan menggunakan senjata api.
page 1 / 1
www.umm.ac.id
Penarikan Senpi Diyakini Marakkan Pasar Gelap
Republika : Selasa, 2010-08-31 | 15:53 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Penarikan senjata api (senpi) yang dimiliki masyarakat sipil oleh Polri dinilai tidak
menjamin bakal mengurangi tindakan kekerasan dan kejahatan seperti perampokan bersenjata api. Bahkan jual beli
senjata api di pasar gelap diyakini justru bakal semakin marak.
Keyakinan tersebut diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), DR Muhadjir Efenndy MAP.
Sebab, menurut pria yang juga pengamat militer ini, dengan ditariknya sepi dari masyarakat sipil, justru permintaan
akan semakin tinggi.
‘’Jika permintaan tinggi, maka pasar gelap akan kian bergairah. Sebab, senpi ilegal itu hanya bisa diperoleh lewat
pasar gelap. Itu yang bisa semakin menyemarakkan jual beli senpi di pasar gelap,’’ kata Muhadjir Effendy, Selasa
(31/8).
Apalagi, lanjut Muhadjir, penyelundupan senpi ke Indonesia dinilai sangat mudah. Sebab, jalur penyelundupan dari
negara Filipina yang masuk ke Indonesia selama ini sering terjadi. Apalagi, Filipina selama ini dikenal sebagai negara
cowboy, mengingat warga sipil bebas memiliki senjata. Sehingga, kata dia, bagi aparat yang berwenang sangat sulit
untuk mendeteksi keluar masuknya senjata api itu.
Lantas Muhadjir mencontohkan jalur penyelundupan senjata lewat Mendanaou yang masuk ke Indonesia setelah
melalui pulau-pulau kecil di sekitar Sulawesi. Menurut dia, bagi penelundup senjata api, Indonesia ini merupakan
pangsa pasar yang menggiurkan.
Oleh karena itu, Muhadjir tidak yakin penarikan senpi dari masyarakat sipil yang dilakukan Polri bakal meniadakan
perampokan dengan senjata api. ‘’Jadi tidak menjamin, senjata ditarik, lantas perampokan dengan senpi tidak terjadi
lagi,’’ katanya.
Karena itu, kata Muhadjir, untuk meminimalisasi terjadinya tindakan kejahatan seperti perampokan dengan senjata api
di siang bolong, Undang-undang Antisubversi perlu ditinjau lagi. ‘’Undang-undang itu saya kira bisa ditinjau lagi untuk
diberlakukan kembali,’’ papar dia.
Muhadjir berargumen bahwa dengan diberlakukannnya Undang-undang Antisubversi itu kalangan TNI akan selalu
siaga setiap saat. Bahkan, saat terjadi perampokan dengan menggunakan senjata api.
page 1 / 1