B. Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Penjelasan:
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, nampak bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah dibentuklah Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah Daerah yang mana di dalamnya diatur mengenai kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pemerintahan daerah.
Pada hakikatnya setiap Pemerintah Daerah termasuk di Kota Surakarta, agar dapat menjalankan tugas pemerintahan untuk mensejahterakan masyarakat
diperlukan pula suatu kerja sama dengan pihak luar negeri dalam bentuk Memorandum of Understanding MoU atau dengan kata lain nota
kesepakatan antara Pemerintah Kota Surakarta dengan pihak luar negeri yang disesuaikan dengan konsep otonomi daerah. Kemudian atas suatu
kerja sama dengan luar negeri tersebut yang merupakan kewenangan Pemerintah Kota Surakarta apakah telah sesuai atau tidak dengan ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah terkait dengan kewenangan daerah dalam penyelenggaraan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Memorandum of Understanding MoU
Kewenangan Pemerintah Daerah
Hambatan Pelaksanaan MoU
pemerintahan daerah. Kemudian atas realisasi MoU kerjasama kota bersaudara antara Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Kota Montana
tersebut timbul faktor-faktor penghambat dalam penerapannya. Berdasarkan faktor-faktor penghambat tersebut ditarik suatu kesimpulan agar dapat
diketahui bagaimana solusi untuk mengatasinya, agar dalam pelaksanaan berikutnya menjadi lebih baik.
65
BAB III PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Pemerintah Kota Surakarta
Secara geografis Kota Surakarta terletak antara 110
o
45’ 15” dan 110
o
45’ 35” Bujur Timur dan antara 7
o
36’ dan 7
o
56 Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang
kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah
dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut. Kota Surakarta berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Boyolali di sebelah utara,
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
di sebelah timur, Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan, dan Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar di sebelah barat. Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km
2
yang terbagi dalam 5 lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari.
Sebagian besar lahan dipakai sebagai pemukiman sebesar 61,47. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu
berkisar antara 20 dari luas lahan yang ada. Sebagai gambaran berikut disajikan grafik luas penggunaan lahan menurut jenis penggunaannya di Kota
Surakarta tahun 2005
Gambar 4. Grafik luas penggunaan lahan menurut jenis penggunaannya di Kota Surakarta tahun 2005
Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka. 2005 1 Wilayah Administrasi
Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51 kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 592 dan jumlah RT sebanyak
2.664. Dengan jumlah KK sebesar 127.742 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 48 KK setiap RT.
2 Kependudukan Berdasarkan
hasil survey
Sosoal Ekonomi
Nasional SUSENAS tahun 2005, jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai
534.540 jiwa dengan rasio jenis kelamin 88,44 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 88 penduduk
laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2005
mencapai 12.716 jiwakm
2
. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.007 jiwa.
Dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah- masalah sosial seperti perumahan, kesehatah dan juga tingkat
kriminalitas.
industri = 2 tanah = 1
tegalan = 2 sawah = 4
kuburan = 2 lap. OR = 1
taman = 1 jasa = 10
perumahan = 61
Tabel 4. Luas wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin, dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta
tahun 2005
Jumlah Penduduk Kecamatan
Luas wilayah
Laki-Laki Perempuan
Jumlah total
Rasio Jenis Kelamin
Tingkat kepadatan
Laweyan 8,63
53.921 55.234
109.155 0,95
12.648 Serengan
3,19 30.962
31.673 60.635
0,88 19.007
Pasar Kliwon 4,82
42.370 44.338
86.708 0,96
17.989 Jebres
12,58 68.749
70.543 139.292
0,97 11.072
Banjarsari 14,81
80.144 82.112
162.256 0,73
10.955
Jumlah 44,04
276.146 283.900
560.046 0,83
12.716
Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka. 2005 3 Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Kota Surakarta pada tahun 2005 mencapai 237.888 atau sebesar 44,50 dari seluruh penduduk Kota
Surakarta. Jumlah angkatan kerja yang bekerja mencapai 89,14 dari angkatan kerja, sedangkan sebesar 10,86 termasuk dalam kategori
pengangguran terbuka. Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 34,64 dari angkatan kerja yang bekerja. Ini menunjukkan
bahwa peranan perempuan cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.
4 Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan
pendidikan. Menurut hasil SUSENAS 2005 ada sebanyak 1,7 penduduk usia 7-15 tahun yang putus sekolah. Sementara itu yang
belum pernah sekolah mencapai 0 dari jumlah penduduk usia 7-15 tahun.
5 Industri Industri di Kota Surakarta terdapat 13 jenis industri dengan
jumlah industri besarsedang sebanyak 99 buah. Industri besar adalah industri pengolahan dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih,
sedangkan industri sedang adalah industri pengolahan dengan tenaga kerja sebesar 22-99 orang.berdasarkan data dari survey industri
besarsedang di kota surakarta pada tahun 2005 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 11.870 orang.
6 Perdagangan Realisasi nilai ekspor non migas Kota Surakarta pada tahun
2005 mengalami penurunan sebesar 7,38 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Komoditi mebel dan tekstil merupakan dua komoditi
utama Kota Surakarta untuk diekspor. Nilai ekspor kedua komoditi ini mencapai 22 juta yang berarti sebesar 70,97 dari seluruh nilai ekspor
komoditi non migas Kota Surakarta. 7 Transportasi
Peningkatan berbagai aspek ekonomi menuntut peningkatan di bidang transportasi, khususnya peningkatan jalan. Penjang jalan di
wilayah Kota Surakarta pada tahun 2005 mencapai 675,86 km. Jumlah bus yang masuk di Terminal Tirtonadi pada tahun 2005 mengalami
penurunan, tetapi jumlah penumpang yang berangkat dari Terminal Tirtonadi justru mengalami kenaikan sebesar 68,10. Sementara itu
jumlah penumpang domestik dengan menggunakan pesawat udara justru meningkat cukup besar yaitu 12,82.
8 Pariwisata Kunjungan wisatawan yang berkunjung di tempat-tempat objek
wisata di Kota Surakarta meningkat sebesar 5,29. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Surakarta tampaknya tidak
terpengaruh oleh berbagai peristiwa yang terjadi.
9 Pendapatan Regional Pada tahun 2005 industri pengolahan masih merupakan sektor
yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total Produk Domestik Regional Bruto
PDRB Kota Surakarta yaitu berkisar di atas 26, yang merupakan kontribusi terbesar dibanding sektor lain.
Sumbangan terbesar berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor bangunan yang masing-masing sebesar
23,82 dan 12,89. Sementara itu pertanian dan penggalian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terkecil yaitu 0,06
dan 0,04. Dalam lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti. Sebagai gambaran berikut disajikan grafik
distribusi presentase PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Kota Surakarta tahun 2005
Gambar 5. Grafik distribusi presentase PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Kota
Surakarta tahun 2005
Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka. 2005
pertanian = 0,6 penggalian = 0,04
industri pengolahan = 26,42 listrik, gas dan air bersih = 2,59
bangunan = 12,89 angkutan dan komunikasi = 11,52
keuangan, sewa dan jasa perusahaan = 11,43 jasa-jasa = 11,23
B. Dasar Kewenangan Dalam Pembentukan Memorandum Saling