Pernbentukan Biofilm Oleh Salmonella blockley pada Permukaan Stainless Steel dan Pengaruh Sanitasi Terhadap Pembentukan Kembali Biofilm Baru

Lie Yunus. F 30.1029. Pernbentukan Biofilm Oleh Sal~r~onellc~
blockley pada
Permukaan Stainless Steel dan Pcngaruh Sanitasi Terhadap Pembcntukan Kembali
Biofilm B ~ N .Di bawah bimbingan Dr.Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, M.Sc.

NNGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembent~~kan
ibiofilm oleh
Sal~nor~ellablockley pada pcrmukaan pelat SS bam maupun pelai SS sctelah
disanitasi di dalam berbagai media pertumbuhan. Selain itu, juga bcitl~juanuntuk
melihat cara atau metode sanitasi serta jenis sanitaiser yang paling baik yang dapat
digunakan untuk menekan kenaikan densitas biofilm pada pelat SS setelih disanitasi.
Kultur bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah kultcr SaL~ronella
blockley isolat klinis yang diperoleh dari Balai Penelitian Veterinar, Bogor (1994).
Pembentukan biofilm dilakukan dalam media cair Trypticase Soybrotlr (TSB), TSB
yang diencerkan 5 kali (115 TSB), dan TSB yang diencerkan 10 kali (111'0TSB), serta
Mitrimal Salt Media (MSM). Scrtritaiser yang digunakan adalah senya\va alkali yaitu
NazCO, 1%, klorin 100 ppm, dan klorin 200 ppm dengan atau tanpa diikuti
penyikatan.
Pembentukan biofilm pada pelat stainless steel (SS) dalam media kompleks
menunjukkan bahwa densitas biofilm yang paling tinggi diperoleh pads media 1/10

TSB (7,17 log unit koloni/cm2), diikuti 115 TSB (6,28 log unit koloni/cm2), dan TSB
(6,11 log unit koloni/cm2). Sedangkan pada media MSM, perturnbuha~lpaling kecil
dibandingkan dengan ketiga nicdia kompleks lainnya (4,53 log unit koloni/cm2).
Densitas biofilm pada media kompleks setelah proses sanitasi henunjukkan
peningkatan jika dibandingkan dengan densitas biofilm pada pelat SS ban1 dalam
media pertumbuhan yang sama.
Peningkatan densitas biofilm pada pelat SS setelah disanitasi dipengamhi
oleh jenis sanitaiser yang digunakan, konsentrasi, dan media pertumbuhan. Media
pertumbuhan akan mempengamhi jumlah awal mikroba yang akan ldibunuh dan
senyawa organik yang berasal dari matriks ekstraseluler.
Pada proses sanitasi dengan menggunakan bahan kimia, pengiunaan klorin
200 ppm sebagai sanitaiser merupakan cara yang paling baik dalam menekan
kenaikan densitas biofilm (7,1% pada media kompleks dan 12,6% pada MSM) diikuti
oleh klorin 100 ppm dan Na2COl 1%.
Sanitasi yang diikuti dengan penyikatan lebih mampu menekan kenaikan
densitas biofilm jika dibandingkan dengan sanitasi dengan menggunaka, bahan kimia
saja. Sanitasi dengan menggunakan bahan kimia Na2C03 1% yang diikuti dengan
penyikatan memberikan persentase kenaikan densitas yang paling krcil (1,3% pada
media kompleks dan 3,3 % pada MSM) dibandingkan dengan penggunahn klorin 100
dan 200 ppm sebagai sanitaiser.

Sanitasi dengan menggunakan klorin 200 pprn yang diikuti dengan
penyikatan tidak menunjukkan perbedaan persentase kenaikan densitas yang terlalu
besar jika dibandingkan dengan sanitasi dengan menggunakan ballall kimia saja.
Sedangkan sanitasi dengan menggunakan Na2CO] 1% dan klorin 100 ppnl yang

dikikuti dengan penyikatan nienttnjukkan perbedran persentase kenailcan densiras
yang lebih besar jika dibandingkan dengan sanitasi dengan mengg~~naltan
bahan
kimia saja.
Sanitasi yang diikuti dengan penyikalan dengan n ~ e n g g u n a k aNazCO,
~~
I'Yo
merupakan prosedur sanitasi yang paling baik dalam menelcan kcna~kandensitas
biofilm pada pelat SS setelah disanitasi.

Lie Yunus. F 30.1029. Pernbentukan Biofilm Oleh Sal~r~onellc~
blockley pada
Permukaan Stainless Steel dan Pcngaruh Sanitasi Terhadap Pembcntukan Kembali
Biofilm B ~ N .Di bawah bimbingan Dr.Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, M.Sc.


NNGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembent~~kan
ibiofilm oleh
Sal~nor~ellablockley pada pcrmukaan pelat SS bam maupun pelai SS sctelah
disanitasi di dalam berbagai media pertumbuhan. Selain itu, juga bcitl~juanuntuk
melihat cara atau metode sanitasi serta jenis sanitaiser yang paling baik yang dapat
digunakan untuk menekan kenaikan densitas biofilm pada pelat SS setelih disanitasi.
Kultur bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah kultcr SaL~ronella
blockley isolat klinis yang diperoleh dari Balai Penelitian Veterinar, Bogor (1994).
Pembentukan biofilm dilakukan dalam media cair Trypticase Soybrotlr (TSB), TSB
yang diencerkan 5 kali (115 TSB), dan TSB yang diencerkan 10 kali (111'0TSB), serta
Mitrimal Salt Media (MSM). Scrtritaiser yang digunakan adalah senya\va alkali yaitu
NazCO, 1%, klorin 100 ppm, dan klorin 200 ppm dengan atau tanpa diikuti
penyikatan.
Pembentukan biofilm pada pelat stainless steel (SS) dalam media kompleks
menunjukkan bahwa densitas biofilm yang paling tinggi diperoleh pads media 1/10
TSB (7,17 log unit koloni/cm2), diikuti 115 TSB (6,28 log unit koloni/cm2), dan TSB
(6,11 log unit koloni/cm2). Sedangkan pada media MSM, perturnbuha~lpaling kecil
dibandingkan dengan ketiga nicdia kompleks lainnya (4,53 log unit koloni/cm2).
Densitas biofilm pada media kompleks setelah proses sanitasi henunjukkan

peningkatan jika dibandingkan dengan densitas biofilm pada pelat SS ban1 dalam
media pertumbuhan yang sama.
Peningkatan densitas biofilm pada pelat SS setelah disanitasi dipengamhi
oleh jenis sanitaiser yang digunakan, konsentrasi, dan media pertumbuhan. Media
pertumbuhan akan mempengamhi jumlah awal mikroba yang akan ldibunuh dan
senyawa organik yang berasal dari matriks ekstraseluler.
Pada proses sanitasi dengan menggunakan bahan kimia, pengiunaan klorin
200 ppm sebagai sanitaiser merupakan cara yang paling baik dalam menekan
kenaikan densitas biofilm (7,1% pada media kompleks dan 12,6% pada MSM) diikuti
oleh klorin 100 ppm dan Na2COl 1%.
Sanitasi yang diikuti dengan penyikatan lebih mampu menekan kenaikan
densitas biofilm jika dibandingkan dengan sanitasi dengan menggunaka, bahan kimia
saja. Sanitasi dengan menggunakan bahan kimia Na2C03 1% yang diikuti dengan
penyikatan memberikan persentase kenaikan densitas yang paling krcil (1,3% pada
media kompleks dan 3,3 % pada MSM) dibandingkan dengan penggunahn klorin 100
dan 200 ppm sebagai sanitaiser.
Sanitasi dengan menggunakan klorin 200 pprn yang diikuti dengan
penyikatan tidak menunjukkan perbedaan persentase kenaikan densitas yang terlalu
besar jika dibandingkan dengan sanitasi dengan menggunakan ballall kimia saja.
Sedangkan sanitasi dengan menggunakan Na2CO] 1% dan klorin 100 ppnl yang


dikikuti dengan penyikatan nienttnjukkan perbedran persentase kenailcan densiras
yang lebih besar jika dibandingkan dengan sanitasi dengan mengg~~naltan
bahan
kimia saja.
Sanitasi yang diikuti dengan penyikalan dengan n ~ e n g g u n a k aNazCO,
~~
I'Yo
merupakan prosedur sanitasi yang paling baik dalam menelcan kcna~kandensitas
biofilm pada pelat SS setelah disanitasi.