5
yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan jaminan kesehatan yang lebih layak. Mengingat saat ini telah memasuki periode
liberalisasi perdagangan ASEAN AFTA, maka tingkat pendidikan dan kesehatan perlu ditingkatkan lebih baik. Di tahun 2017 beban pelayanan dasar untuk
urusan pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi bertambah banyak dengan tambahan urusan SMASMK. Wilayah pelayanan dasar juga
dituntut makin mendekatkan kepada masyarakat, bahkan dalam cakupan wilayah terkecil di perdesaan.
2. Daya saing kualitas SDM yang relatif masih rendah
Dalam rangka mewujudkan daya saing SDM di era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA kualitas tenaga kerja Jawa Timur yang didominasi sekitar 70 lulusan
pendidikan SD SMP akan menghadapi masalah serius jika sejak dini tidak dicarikan solusi antisipatif . Ketrampilan yang dapat memenuhi tuntutan dunia
kerja serta standarisasi ketrampilan yang dibuktikan dengan sertifikasi terstandart internasional menjadi kebutuhan yang mendesak untuk disegerakan di samping
pemenuhan pendidikan inklusi di Jawa Timur.
3. Kemiskinan yang stagnan dan Pengangguran yang cenderung meningkat
Penanggulangan kemiskinan adalah suatu hal yang kompleks serta multidimensi karena menyangkut berbagai faktor, yaitu : sosial, budaya, agama, pola pikir
masyarakat, semangat juang, psikologi masyarakat, gaya hidup dan lain-lain. Penanggulangan kemiskinan juga erat kaitannya dengan faktor tuna usaha atau
pengangguran. Oleh karena itu pengentasan penduduk miskin layak disinergikan dengan pengurangan tingkat pengangguran yang di akhir tahun 2015 mulai
terlihat trend yang meningkat. Solusi multi dimensi menjadi tuntutan di era globalisasi yang membutuhkan tenaga kerja lebih produktif serta kesetaraan
gender.
4. Momentum Industri dan Perdagangan yang mulai membaik.
Gejolak perekonomian global berimbas pada melambannya pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan kinerja sektor Industri pengolahan yang juga
melamban. Kondisi tersebut terjadi sampai dengan triwulan III – 2015. Ada momentum yang berbeda ketika memasuki Triwulan IV – 2015 dimana indek
6
tendensi konsumen mulai menaik akselerasi dan kinerja sektor perdagangan tumbuh akselerasi bahkan melebihi total pertumbuhan PDRB induknya.
Fenomena ini mengindikasikan adanya pasar yang mulai bergairah yang menuntut supply industrialisasi bahkan IKM yang cenderung meningkat pula.
Mengingat kewenangan Pemerintah Provinsi lebih kepada pengembangan Industri Kecil dan Menengah IKM, maka inovasi terkait potensi ketenaga-
kerjaan yang masih didominasi di sektor pertanian dan elastisitas yang lebih tinggi di sektor industry menjadi urgen untuk disolusikan.
5. Pengembangan Koperasi dan UMKM.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM di Jawa Timur memiliki nilai penting dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi Jawa Timur,
karena keberadaannya dalam situasi kondisi global saat ini yang penuh ketidakpastian masih mampu sebagai penopang ekonomi, disamping itu
keberadaannya sebagai penggerak perekonomian daerah dalam rangka mendukung upaya penciptaan lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat, dan mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin. Hal ini direpresentasikan dengan kontribusi nilai tambah UKM
Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku terhadap total PDRB yang cukup baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah Jawa Timur yaitu sebesar
54,98. Disisi lain, perkembangan Koperasi sebagai salah satu entitas ekonomi di Jawa Timur juga menunjukkan perkembangan yang sangat baik, total koperasi
tumbuh dari 19.369 unit pada tahun 2009 menjadi 30.053 unit pada tahun 2015. Diperlukan solusi konkrit pada upaya peningkatan kemampuan dan daya saing
Koperasi dan UMKM dalam rangka menghadapi liberalisasi perdagangan yang sudah di depan mata.
6. Peningkatan kedaulatan pangan di tengah kondisi alih fungsi lahan yang