15
Gambar 1. Letak Tambang DOZ
Block caving adalah metode penambangan yang
bertujuan untuk memotong bagian bawah dari blok bijih sehingga blok bijih tersebut mengalami
keruntuhan dengan sendirinya disebabkan oleh beban beratnya dan dengan adanya gaya gravitasi
bumi. Konsep kerja penambangan dengan metode ambrukan blok adalah meruntuhkan tubuh bijih di
atas level undercut secara massal, dengan cara membuat gua-gua ambrukan, sehingga nantinya
akan terjadi perambatan ambrukan pada bijih akibat beban dari pada bijih itu sendiri. Batu-batuan
antara level undercut dan level produksi yang tidak diruntuhkan disebut sebagai pilar. Metode ini
diterapkan terutama pada blok badan bijih yang besar, karena tingkat produksinya yang sangat
tinggi.
Secara umum ada beberapa syarat untuk menerapkan metode block caving dalam aktivitas
penambangan bawah tanah yaitu: 1.
Memiliki endapan bijih yang tebal lebih dari 30 m, memiliki kekuatan batuan yang seragam
dari lemah sampai medium 25 – 100 kpa,
dengan batas bijih dan batuan jelas. 2.
Memiliki kekuatan bijih yang lemah sampai kuat 25-250 kpa, diutamakan massa bijih yang
mempunyai rekahan
atau kekar
bukan berbentuk block sehingga dapat runtuh dengan
sendirinya. 3.
Bentuk depositcadangan masif dan tebal. 4.
Penunjaman cadangan deposit dip agak curam lebih besar dari 60
o
atau vertikal, dapat juga agak rata jika cadangan tebal.
5. Ukuran cadangan meliputi daerah yang sangat
luas, mempunyai ketebalan lebih dari 30 m. 6.
Memiliki keseragaman bijih yang homogen dan seragam. Kedalaman sedang antara 600 m
sampai 1200 m, sehingga cukup kuat untuk menimbulkan tekanan dari overburden yang
melebihi kekuatan batuan.
Subsidence adalah pergerakan materialnya tanpa
memandang ada tidaknya bagunan-bangunan teknik yang ada di permukaan tanah dan dapat
terjadi pada daerah yang relatif luas, yaitu dari beberapa puluh meter sampai beberapa puluh
kilometer persegi, sedangkan settlement adalah pergerakan material ke bawah akibat adanya beban
bagunan teknik, dan beban yang lain yang ada di permukaan tanah. Dengan demikian, hanya terjadi
pada daerah yang relatif sempit, yaitu di daerah yang telah ada bangunan-bangunan, dan kisaran
ukurannya adalah dari beberapa meter persegi sampai beberapa ratus meter persegi.
II. Metodologi
Metode digunakan dalam studi ini adalah: a.
Metode pengamatan - studi literatur
- kondisi geologi daerah subsidence - pengambilan sampel
b. Metode analisis
- perhitungan analisis kekar dengan software
dips
- pengambilan sampel guna untuk mengetahui
daya dukung batuan.
Hasil dalam metode pengamatan, berupa pemetaan dan pengamatan struktur geologi dan
subsidence dengan lembaran foto radar, sedangkan
dalam metode analisis, antara lain : -
mengelompokkan kekar dan dihitung arah dominan dengan menggunakan schmid net.
- mengintepretasi dari metode pengamatan yang
ada.
III. Hasil dan Pembahasan
Pengamatan Struktur Geologi
Pengamatan dan pemetaan struktur Geologi, dilakukan di lokasi amblesan, yaitu di empat level
penambangan, yaitu : GBT 1 dan 2, IOZ, DOZ dan DOM yang mempunyai ketinggian rata-rata
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
16 3975 m dan 4600 m di atas permukaan laut.
Pengamatan struktur geologi di permukaan dengan cara mencatat pengukuran kekar dan sesar
yang terdapat pada batuan-batuan yang tersingkap, dan pengambilan contoh batuan, sedangkan
pengamatan TDR time domain reflection ini digunakan dalam melihat kemajuan cave di level
undercut
dan level extraction DOZ dengan cara mengambil data sekunder dari PT. Freeport
Indonesia di depth geotech underground. Setiap bidang jenis batuan yang meliputi
jurus,kemiringan dari batuan diorit, calcareous sandstone, diorite altered dan marble diamati dengan
menggunakan pengukuran kekar dan sesar sebanyak 302 buah.
Hasil Pengamatan
Analisis struktur geologi dilakukan terhadap hasil pengamatan pemetaan adalah :
1. Pengelompokan pengukuran kekar dan sesar
pada grafik schmidt net. 2.
Pengamatan struktur geologi dengan foto radar dengan data sekunder PT Freeport
Indonesia.
Analisis Struktur Geologi dalam Schmidt Net
Pengukuran kekar di LP-1 sampai LP-8, memperlihatkan arah jurus kemiringan yang
berbeda berarah timurlaut-baratdaya, utara-selatan, tenggara-baratlaut. Penyebaran cave pada subsidence
lebih cenderung ke arah timurlaut -baratdaya.
Analisis Data PT Freeport Indonesia Depth. Geotech. Underground
Analisis struktur geologi dan arah subsidence dari foto radar. Foto radar digunakan untuk melihat
perkembangan subsidence pergerakan subsidence sampai Januari 2004 Foto 1, dan pergerakan
subsidence sampai Mei 2004 Foto 2.
Foto 1. Kemajuan Cave Daerah Subsidence pada tanggal 8 Januari 2004
Foto 2. Kemajuan Cave yang diambil pada bulan Mei 2004
Analisis pengamatan penambangan dengan TDR Time Domain Reflectometry. Pengamatan
diawali dengan melakukan pemboran dengan orientasi arah kedalaman tertentu sesuai rencana
yang menembus cave, selanjutnya memasukan kabel sedalam lubang pemboran panjang dari kabel ini
akan menjadi berkurang, jika terjadi pergerakan cave
dengan tujuan untuk mengamati dan mencatat panjang kabel TDR tertentu dalam keadaan putus
atau faultbreak cable, sehingga dapat diketahui batas dari cave.
Di level penambangan DOZ diindikasikan bahwa secara vertikal menyebar ke arah selatan. PT
Freeport Indonesia membuat program dalam memonitoring kemajuan cave di tahun 2004,
sebagai berikut :
- Periode I bulan Januari
Maret 2004 1
st
quarter Bentuk DOZ Cave. Berdasarkan data TDR dan
total material yang di drawpoint, perbandingan dari tinggi penarikan baijih dan tinggi cave 1 : 3,42 dan
batas dari ketinggian cave adalah 818 m, terdapat pada panel 1617 DB-3. Gambar 2 untuk
memprediksi tingginya cave di beberapa panel. Penyebaran cave DOZ. Petunjuk penyebaran
cave di permukaan dapat dipengaruhi oleh
topografi dan struktur, meliputi sesar dan bidang perlapisan. Gambar 3, beberapa fakta di daerah
subsidence dan putusnya TDR adalah: a struktur
di daerah Ertsberg dengan arah orientasi timur- barat dan jurus kemiringan N 70
E. Tekanan dari sesar mempengaruhi perkembangan subsidence dari
pergerakan vertikal dari cave berbelok pada bidang sesar Ertsberg; b pada akhir periode, kabel TDR
yang putus pada daerah selatan. Ini mengindikasi- kan bahwa DOZ cave secara vertikal bergerak ke
arah selatan. Posisi dimple ke undercut footprint tidak tepat pada titik tertinggi pada DOZ cave
panel1617 DB3, dibelokkan ke bagian selatan.
Pengamatan Perubahan Permukaan
Perubahan permukaan dilihat pergerakan cave horisontal dan vertikal, secara umum aktivitas dari
cave dibagi, yaitu : a Pengamatan bentuk cave.
17 Pengamatan periode I memperlihatkan pergerakan
ke utara. Mekanisme dari subsidence dikontrol oleh aktivitas tambang DOZ; b Pengamatan kekar,
umumnya berarah timurlaut, kecuali CM-05a timur dan CM-07 utara. Arah dari pergerakan
kekar ini mengidentifikasikan bahwa subsidence mengikuti DOZ cave.
Gambar 2. Bentuk Cave IOZGBT dan DOZ 3D diprediksi Maret 2004, ketinggian belakang Cave 818 m relatif DOZ
Level Extraction Lokasi Panel16, DP3E dan panel 17,
DP3W
Periode II Bulan April - Juli 2004 2
nd
Quarter
Bentuk DOZ Cave. Prediksi bentuk DOZ cave diperbaharui berdasarkan pada produksi rata-
rata dari masing-masing drawpoint sampai dengan Juni 2004 dan berdasarkan pada data
perekaman TDR. Rata-rata perbandingan dari tinggi penarikan dan tinggi cave 1: 4. prediksi
dari cave tertinggi untuk masing-masing panel dilihat pada Gambar 4.
Penyebaran cave DOZ. Penyebaran cave di permukaan dapat dipengaruhi oleh topografi
dan struktur sesar, bidang perlapisan dan aktifitas penambangan. Pergerakan vertikal
DOZ cave dibelokan ke arah selatan. Gambar 5, beberapa fakta di daerah subsidence dan putusnya
TDR.
Pengamatan Cave di Level Undercut dan Level Extraction di Periode II
Pengamatan terakhir pada caving dilakukan pada bulan Juni 2004 dari pemeriksaan ini
didapatkan daerah-daerah yang merupakan daerah kritis, IOZ conveyor, 3426I; G18 waste conveyor
drift, 3586L, G2
– service drift, 3616L; main adit, 3686L; GRS53, 3686L; G1, 3616L G9,
3616L; DOM service, 3646L; dan daerah 2 extraction
, 3625L GHL9.
Kondisi Daerah Subsidence
PT. Freeport Indonesia di daerah Ertsberg terdapat Subsidence di atas tambang IOZ, GBT
dan DOZ. Subsidence ini di kontrol melalui pemeriksaan kabel TDR time domain reflectometry
untuk mengetahui luas amblesan pada permukaan, dibagi 2 periode, yaitu :
Periode 1 Bulan Januari - April 2004
Foto udara periode I adalah salah satu alat
yang digunakan
untuk kontrol
permukaan subsidence, terutama ketika gua telah menerobos mencapai ke permukaan
Gambar 6. Pada tanggal 8 Januari 2004 menunjukkan perubahan di bagian timur
subsidence area
, nampak punggung bukit Guru Ridge
dan letusan yang membuka pada bagian atas sisi Yellow Valley di zona
subsidence .
Kondisi Daerah Subsidence pada Periode- I a. Dimple
Dimple adalah tekanan berbentuk kerucut
disebabkan oleh subsidence dengan massa batuan dari material cave yang bergerak ke
arah bawah, karena pengaruh gravitasi meluncur dari bagian atas lereng yang
curam.
Gambar 3. Kemajuan Cave di Level DOZ pada arah Selatan
Arah Perkembangan Subsidence
Daerah subsidence terletak di atas tambang IOZ, GBT dan DOZ berdasarkan mekanisme penye-
baran cave. Beberapa area subsidence dibedakan oleh: -
area yang berpengaruh langsung -
area yang tidak berpengaruh
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
18 Area yang berpengaruh langsung adalah
material batuan dengan sudut berasal dari cave boundary
secara vertikal dan horizontal atau yang disebut angel of draw dan angel of break atau
subsidence .
Gambar 4. Dimensi bentuk IOZGBT dan DOZ di prediksi pada bulan Juni 2004
Area yang tidak berpengaruh adalah area yang di perluas di sebabkan oleh aktifitas yang terus
berlangsung. Terutama arah jatuhan material pada lapisan atas atau hangging wall searah dengan
kemiringan.
Gambar 5. Kemajuan vertikal cave pada arah NE – SW
Pada periode I tahun 2004, penyebaran dari subsidence
arah tenggara, batas garis cave dan batas garis rekahan di daerah subsidence dari data monitor
bawah tanah pengamatan bentuk cave dan pengamatan rekahan melalui observasi foto.
Batas garis cave periode ini 1,232,013 m
2
, dibandingkan pada bulan Desember 2003 berkisar
9,4 luas cave Gambar 7 dan batas rekahan periode ini 1,684,676 m
2
, perbandingan pada bulan Desember 2003 berkisar 18.6 Gambar 8.
Periode II Mei 2004 - Desember 2004
Foto udara periode II adalah alat monitor perkembangan permukaan subsidence; terutama gua
yang menembus sampai ke permukaan dimple. Foto
3 dan 4 foto perkembangan daerah subsidence dari periode I ke periode II Bulan Maret hingga
Juni 2004, foto ini menunjukan pergerakan bagian Timur subsidence meliputi Guru Ridge;
dan rekahan di Yellow Valley.
Level tambang DOZ menunjukan telah
menerobos permukaan,
sehingga pada
permukaan berbentuk dimple.
Kondisi Daerah Subsidence pada Periode-II
Massa batuan di cave berkurang, maka batuan permukaan yang telah mengalami
rekahan akan runtuh di bawah gravitasi kondisi geomorfologi yang sangat curam.
Pada periode-2, penyebaran subsidence di permukaan ke arah bagian timur, batas garis
cave dan batas garis rekahan di monitor pada
level tambang bawah tanah dan permulaan di
monitor oleh foto udara. Daerah subsidence, batas garis cave mencapai
1.304.921 m
2
, dan garis batas rekahan mencapai
1.674.533 m
2
.
Kondisi Umum Geologi Daerah Subsidence
Struktur geologi
pada daerah
subsidence saling memotong antara Sesar
Ertsberg-1 berarah timurlaut-baratdaya dan Sesar Ertsberg-2 berarah utara-
selatan, selain itu struktur kekar yang berada di daerah subsidence, sebagian
besar searah dengan sesar. Material runtuhan dari hasil ledakan sistem
blasting
dari level undercut membuat massa batuan yang di bawah tanah dan
permukaan akan lemah atau massa batuan
berkurang, nampak
pada permukaan arah jatuhan dari material
searah dengan sesar dan dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi yang sangat
curam.
Sistem Penambangan di PT Freeport Indonesia
PT Freeport
indonesia dalam
memproduksi tambang menggunakan sistem block caving
dan metode blasting dengan cara kerja dibagi per level sebagai berikut:
1. Level Undercut. Level ini dirancang khusus untuk
pemboran dan peledakan ore. 2.
Level Produksi. Level ini adalah hasil ore diteruskan pada level produksi, guna untuk
membawa ore ke bagian grizly atau penghan- curan batuan, sehingga berukuran kecil dan
yang diangkut dengan truk dan dilanjutkan ke belt conveyor
, ada yang diteruskan hingga pada
19 tempat penampungan, dan ada juga yang
dijadikan konsentrat. 3.
Level Truck Haulage. Level ini adalah jalan truk pengangkutan yang membawa ore pada
permukaan menuju ke bagian pengahancur batuan.
4. Level Ventilasi. Level ini berguna untuk
memberikan udara masuk dan keluar pada setiap level.
Gambar 6. 3D dari posisi Dimple yang relatif di atas tambang IOZ, GBT dan DOZ dan beberapa kondisi permukaan
Hasil Pengamatan Subsidence
Periode 1 dan 2 menunjukan luas penyebaran subsidence
kira-kira 9.4 dikaitkan dengan sistem penambangan amblesan yang terjadi hanya hasil
blasting dari block cave pada level undercut yang
turun, sedangkan struktur geologi yang berperan adalah
sesar dan
arah jatuhan
meterial dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi yang
sangat curam.
Pengaruh Kontrol Struktur Geologi
Kontrol struktur geologi yang berperan, meliputi sesar dan kekar di daerah subsidence, seperti pada
lokasi pengamatan LP: 1.
LP-1, terdapat batuan diorit, dijumpai struktur sesar yang melewati batuan ini. Arah
kemiringan dari lapisan batuan timurlaut- baratdaya. Arah jatuhan material berarah
selatan.
2. LP-2 berada di bagian timur, dijumpai diorit
dan arah
kemiringan lapisan
batuan timurlaut-baratdaya. Arah jatuhan material
dominan berarah timurlaut. 3.
LP-3 berada bagian timurlaut daerah subsidence
dengan batuan yang tersingkap batupasir karbonatan dan arah kemiringan
lapisan timurlaut-baratdaya. Arah jatuhan material ke arah dominasi kekar yang
terbanyak, yaitu arah timur.
4. LP-4 terdapat batuan yang tersingkap adalah
batupasir karbonatan dan arah sebaran lapisan batuan barat-timur dan timurlaut-
baratdaya, sedangkan arah kemiringan batuan ke arah utara. Arah jatuhan material ke arah
dominasi kekar yang terbanyak, yaitu arah timur.
5. LP-5 yang tersingkap adalah batuan marmer
dan sebaran batuan berarah timurlaut- baratdaya, sedangkan arah kemiringan batuan
ke arah utara. Arah jatuhan material ke arah dominasi kekar yang terbanyak, yaitu arah
timur. 6.
LP-6 yang tersingakap adalah batuan diorit dan arah sebaran lapisan
batuan timurlaut-baratdaya,
sedangkan arah kemiringan batuan ke arah utara.
Jatuhan material akan dominan 2 arah, yaitu timurlaut-baratdaya dan baratlaut-
tenggara.
7. LP-7 yang tersingkap batupasir
fosterite magnetite skarn dan sebaran batuan
berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut- tenggara, arah kemiringan lapisan ke utara.
Arah jatuhan material ke arah dominasi kekar yang terbanyak, yaitu arah timur.
8. LP-8 yang tersingkap adalah
batuan marmer, arah kemiringan lapisan timurlaut-baratdaya, kemiringan lapisan
mempunyai 2 arah, yaitu arah utara dan selatan, jatuhan materaial dominan berarah
timurlaut.
Arah Struktur Geologi dan Penyebaran Subsidence
Arah struktur geologi di daerah subsidence berperan terhadap melebarnya batas cave, sehingga
jatuhan material didominasi dengan kondisi geologi. Setiap lokasi pengamatan arah struktur
geologi mempengaruhi cave, sehingga jatuhan material akibat blasting akan mengikuti arah
gravitasi pengunungan yang sangat curam.
Pengaruh Penambangan Bawah Tanah
Penambangan bawah tanah IOZ, GBT dan DOZ lokasinya terdapat diatas subsidence area, dan
aktivitas penambangan dalam sistem block caving. Sistem block caving ini turun, karena diledakan
dengan metoda blasting, akibatnya di permukaan akan bergerak dan material jatuh sesuai dengan
kondisi gemorfologi yang ada.
Pada daerah sekitar di PT Freeport Indonesia lokasi tambang bawah tanah selain dari IOZ,GBT
dan DOZ akan menambah lokasi yang akan ditambang meliputi Guru Ridge, Kucing Liar dan
DOM, kondisi geomorfologi lokasi ini sama dengan sistem penambangan yang lama yaitu
menggunakan sistem block caving dan metoda blasting
.
Besar Jangkauan Pengaruh Cara Penambangan terhadap Subsidence
Luas dari penambangan itu sendiri akan mempengaruhi penurunan cave, sehingga pada
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
20 permukaan akan terlihat gua yang menembus
daerah permukaan. Subsidence yang terjadi pada permukaan dikontrol dengan kondisi struktur
geologi, dimana Sesar Ertsberg-1 dan Sesar Ertsberg-2 melewati daerah subsidence, dan rekahan
di sekitar struktur ini banyak yang searah dengan sesar, kemungkinan besar subsidence melebar
searah dengan struktur geologi.
Perkembangan Daerah Subsidence
Struktur geologi, khususnya daerah subsidence akan bertambah melebar, jika level penambangan
bertambah, dan dalam perencanaan PT Freeport akan membuka lahan tambang baru, meliputi Guru
Ridge, Kucing Liar dan DOM subsidence di daerah
Ertsberg ini akan meluas sesuai dengan kondisi struktur geologi dan kondisi gravitasi geomorfologi
yang curam. Perkiraan luas dari subsidence diukur dari alat
TDR time
domain reflectrometry
adalah bertambahnya sistem dan level penambangan,
metoda blasting akan mempengaruhi daerah permukaan. Arah jatuhan material lebih dominan
ke arah banyaknya rekahan akibat metoda blasting dan rekahan akibat struktur geologi. struktur
geologi
Cara Analisis
Intepretasi dari analisis dari penambangan bawah tanah terhadap subsidence adalah :
1. Observasi lapangan, memantau daerah
permukaan Ertsberg, level undercut dan level extraction
dengan struktur geologi secara regional.
2. Intepretasi geomorfologi melalui foto udara 1 :
5000, peta level undercut 1 : 200, dan level extraction
1 : 1200. 3.
Pemetaan geologi 4.
Pembuatan laporan Hasil prediksi dalam analisis ini adalah
penyebaran subsidence akan semakin bertambah akibat metoda blasting, sehingga rekahan karena
vibrasi akan
runtuh, penyebarannya
tidak beraturan dan rekahan dari struktur geologi akan
runtuh searah dengan arah struktur sesar.
IV. Simpulan