Pendahuluan PENERAPAN LOGIKA FUZZY SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA

214 e-Indonesia Initiative 2011 eII2011 Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung PENERAPAN LOGIKA FUZZY SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA Decky Irmawan 1 , Khamami Herusantoso 2 1 Stasiun Meteorologi Klas I Ngurah Rai Gedung GOI Lt.II Bandara Ngurah Rai Denpasar 2 Pusdiklat Keuangan Umum Jl. Pancoran Timur II No.1 Jakarta Selatan e-mail: dq_iyahoo.com, khamami2005gmail.com Abstract One of weather analyzing source is contributed by Radiosonde; an instrument aimed to record atmospheric condition. The output may consist of several variables. Through proper methods, we can predict both weather and thunderstorm in next 12 hours. The research uses fuzzy logic approachment through Sugeno Ordo 0 methods. To test the effectiveness of system, datas from January 2009 involved. The output then compared through real condition at similar time.The result shows weather prediction appoints 76. Meanwhile thunderstorm prediction appoints 86. These mean fuzzy logic approachment deserves a decision support system to forecast both weather and thunderstorm in next 12 hours. Keywords: weather forecast, fuzzy logic, Sugeno Ordo 0 methods, Radiosonde

1. Pendahuluan

Kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebutuhan. Teknologi tidak hanya berkutat di pusat-pusat kegiatan ekonomi manusia, tetapi juga telah menyentuh bidang yang lebih spesifik. Di antara yang spesifik tersebut adalah teknologi informasi dan komunikasi di bidang meteorologi. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari keada- an cuaca beserta sifat fisisnya. Pemanfaatan tekno- logi di bidang meteorologi dapat diterapkan untuk: • melakukan pengamatan cuaca, • melaksanakan analisis dan prakiraan cuaca • membuat model cuaca • menyelenggarakan sistem komunikasi dan jaringan informasi cuaca • pemeliharaan instrumen cuaca Pada dasarnya, dalam melakukan analisis cuaca, dibutuhkan masukan yang terdiri dari ber- bagai unsur meteorologi. Pendekatan untuk mema- hami kejadian cuaca dilakukan dengan menggu- nakan bermacam teori fisika dan matematika, yang selanjutnya diterapkan ke dalam sistem komputer sehingga dapat mendukung prakirawan dalam memprakirakan cuaca. Stasiun Meteorologi Klas I Cengkareng, menggunakan beberapa sumber untuk membuat informasi prakiraan. Di antaranya dengan meman- faatkan data hasil pengamatan Radiosonde rason, yaitu pengamatan dengan cara menerbangkan setiap 12 jam sekali sebuah perangkat elektronik yang dilengkapi pemancar untuk mengetahui dinamika atmosfer. Sinyal yang dipancarkan dari rason akan diterima oleh stasiun pengamatan cua- ca di permukaan bumi dan selanjutnya diolah de- ngan perangkat lunak RAOB sehingga akan meng- hasilkan output berupa informasi dinamika atmosfer pada suatu wilayah tertentu di atas per- mukaan bumi. Dengan dilakukannya pengamatan rason tiap 12 jam, maka sebagian output data pengamatan rason tersebut setidaknya dapat digu- nakan untuk memprakirakan kondisi cuaca mau- pun peluang badai guntur dalam 12 jam ke depan. Sebagian output data rason dimaksud adalah gaya angkat uap air itu sendiri atau SWEAT Severe Weather Threat, energi potensial yang memungkinkan uap air terangkat secara vertikal atau CAPE Convective Available Potential Energy , dan ketersediaan uap air pada ketinggian tertentu di atmosfer atau RH 700 Relative Hu- midity at 700 mb , K Indeks yang merupakan metode untuk memprakirakan peluang badai guntur di daerah tropis, serta Total Totals Indeks untuk mengetahui laju penurunan suhu pada la- pisan atmosfer antara 850 mb dan 500 mb. Masing-masing variabel tersebut memiliki rentang skala yang berbeda dalam memberikan kriteria prakiraan. Untuk menyederhanakan per- sepsi agar menghasilkan kriteria prakiraan cuaca yang sama dari beberapa variabel di atas, perlu ada suatu metode yang dapat membantu menjelaskan batasan antara satu kriteria dengan kriteria lainnya. Dengan begitu, akan lebih mudah dalam mendu- kung keputusan prakiraan kondisi cuaca umum di suatu wilayah, apakah cerah, berawan, ataupun hu- jan. Serta dapat memprakirakan peluang terjadinya 215 e-Indonesia Initiative 2011 eII2011 Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung badai guntur, apakah lemah atau kuat. Salah satu metode yang mampu mengatasi permasalahan ini adalah pendekatan logika fuzzy, yaitu suatu sistem yang dibangun dengan definisi, cara kerja dan deskripsi yang jelas berdasarkan logika fuzzy. Sejauh yang penulis ketahui, selama ini seba- gian besar penelitian untuk mamprakirakan cuaca berdasarkan logika fuzzy dilakukan dengan me- manfaatkan output data unsur pengamatan cuaca permukaan. Sedangkan penggunaan logika fuzzy untuk memprakirakan cuaca dalam 12 jam ke de- pan very short range dengan memanfaatkan output data hasil pengamatan rason belum pernah dilakukan.

2. Dasar Teori