SWEAT, dengan kriteria: CAPE, dengan kriteria: RH 700, dengan kriteria: K Index, dengan kriteria: Total Totals Index, dengan kriteria: Sistem Inferensi Fuzzy Pembentukan Fungsi Keanggotaan Aplikasi Fungsi Implikasi, Komposisi dan

216 e-Indonesia Initiative 2011 eII2011 Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung dengan A i adalah himpunan fuzzy ke i seba-gai antaseden, ° adalah operator fuzzy AND atau OR, p i adalah konstanta ke i dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen.

2.4. Prakiraan cuaca

Prakiraan cuaca merupakan suatu hasil ke- giatan pengamatan kondisi fisis dan dinamis udara dari berbagai tempat pengamatan yang kemudian dikumpulkan, di mana kumpulan hasil pengamatan dilakukan secara matematis dengan memper- hatikan ruang dan waktu kecenderungan kondisi fisis udara sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu prakiraan. Menurut Zakir 2008: di In- donesia informasi prakiraan cuaca yang sudah dikenal masyarakat adalah berawan, cerah dan hu- jan. Sementara itu untuk terjadinya hujan di- kaitkan dengan proses fisis dan dinamis atmosfer yang diketahui melalui parameter-parameter se- perti adanya massa udara, gaya vertikal dan e- nergi. Karena itu dalam memprakirakan cuaca perlu pengetahuan dasar terhadap parameter yang digunakan p.9.

2.5. Labilitas Udara Sebagai Faktor Pem-

bentuk Cuaca Udara dipersepsikan sebagai paket atau par- sel yang dapat terangkat jika suhu di dalam parsel tersebut lebih hangat dibandingkan suhu di ling- kungan luarnya. Sedangkan jika suhu di dalam parsel lebih dingin daripada suhu di lingkungan luarnya, maka parsel tidak dapat terangkat dan akan kembali ke tempat semula. Ketika parsel ter- angkat, artinya parsel bergerak menuju tempat yang bertekanan lebih rendah. Akibatnya parsel akan mengembang. Untuk mengembang, parsel memerlukan energi yang diambil dari dalam parsel tersebut. Konsekuensinya, akibat energinya terle- pas, maka suhu parsel tersebut akan turun. Proses ini disebut adiabatik. Jika parsel dapat terus naik dan kelembaban udaranya mencapai 100, maka pertumbuhan awan akan mulai terjadi. 2.6. Terjadinya Badai Guntur Badai guntur atau Thunderstorm selanjutnya disingkat TS merupakan peristiwa terlepasnya satu atau lebih muatan positif kelistrikan di atmos- fer secara mendadak yang ditandai dengan adanya kilat atau guntur. TS selalu terjadi pada awan kon- vektif yang kuat, yaitu awan CumulonimbusCB.

3. Metode Penelitian

Data primer hasil pengamatan rason semula hanya berupa data tekanan, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara, suhu udara dan suhu titik embun serta ketinggian lapisan atmosfer di mana data cuaca dicatat. Dengan memasukkan data tersebut ke dalam RAOB 5.7, hasil keluaran akan menunjukkan informasi nilai masing-masing variabel. Berikut adalah contoh output RAOB 5.7: Gambar 1. Hasil pengolahan rason dengan RAOB5.7 Sebagian data di atas yaitu: SWEAT, CAPE, RH700, K Indeks dan Total Totals Indeks lalu di- pilih untuk dipergunakan sebagai variabel ma- sukan. Klasifikasi variabel tersebut adalah:

a. SWEAT, dengan kriteria:

145 konvektivitas lemah 145 to 205 konvektivitas kuat 205 konvektivitas sangat kuat

b. CAPE, dengan kriteria:

1000 energinya kecil 1000 - 2500 energinya besar 2500 energinya sangat besar

c. RH 700, dengan kriteria:

10 kandungan uap air sedikit 10 to 60 kandungan uap air sedang 60 kandungan uap air banyak

d. K Index, dengan kriteria:

40 potensi labilitas kecil 40 potensi labilitas besar

e. Total Totals Index, dengan kriteria:

45 Tidak ada awan CB 45 Ada awan CB

3.1. Sistem Inferensi Fuzzy

a. Pembentukan Fungsi Keanggotaan

Penelitian diawali dengan pengelompokan masing-masing variabel menjadi tiga himpunan, dengan masing-masing himpunan memiliki ren- tang nilai tertentu. Karena menggunakan operator AND, maka penentuan nilai keanggotaan -pre- dikat, dilakukan dengan mengambil nilai mini- mum dari hasil operasi pembentukan aturan fuzzy. Kurva untuk daerah tepi berbentuk bahu, sedang- kan bagian tengah berbentuk segitiga. Fungsi kur- va bahu adalah untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy, dengan rumusan fungsi keanggotaan untuk bahu kiri: 1 , a 217 e-Indonesia Initiative 2011 eII2011 Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung µ“Kriteri Linguistik 1” x = b - x , a x b b - a , x b 3.1 Untuk kurva segitiga, rumusan fungsi keang- gotaannya adalah: , x a x - a , a x b µ µ µ µ“Kriteria Linguistik 2” x= b - a c - x , b x c c - b , x c 3.2 Sedangkan rumusan fungsi keanggotaan untuk bahu kanan adalah: , x b µ µ µ µ“Kriteria Linguistik 3”x = x - b b x c c - b 1 x c 3.3 Untuk memprakirakan peluang TS, karena fungsi keanggotaannya hanya terdiri dari dua himpunan, fungsi segitiga tidak dipergunakan.

b. Aplikasi Fungsi Implikasi, Komposisi dan

Penegasan dengan Metode Suge-no Orde 0 Untuk prakiraan cuaca umum, di bawah ini digambarkan Sistem Inferensi Fuzzy: Gambar 2. Diagram Sistem Inferensi Fuzzy untuk memprakiraan cuaca umum Dari diagram di atas, nampak bahwa tiap va- riabel memiliki kriteria tersendiri untuk menen- tukan kejadian cuaca. Untuk menentukan prakira- an cuaca umum, diperlukan kombinasi kriteria dari ketiga variabel tersebut, sebagaimana dilakukan dalam pembentukan aturan fuzzy. Untuk menda- patkan keluaran, caranya dengan menghitung rata- rata terbobot berdasarkan rumus: Z = 1 w 1 + 2 w 2 + 2 w 2 + … + n w n 1 + 2 + 2 +… + n dengan Z = output rata-rata yang telah diberi bobot dan berupa konstanta k, = -predikat = nilai minimum dari hasil operasi pembentukan aturan fuzzy ke n w = bobot untuk setiap prakiraan dalam pem- bentukan aturan fuzzy Cara dan metode yang sama juga digu-nakan untuk memprakirakan peluang terjadinya TS, de- ngan variabel yang digunakan adalah K Indeks dan Total Totals Indeks dengan masing-masing variabel terdiri atas dua himpunan fuzzy. Diagram berikut akan menjelaskan bagaimana logika fuzzy dilakukan dalam FIS untuk memprakirakan TS: 218 e-Indonesia Initiative 2011 eII2011 Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 14-15 Juni 2011, Bandung Gambar 3. Diagram Sistem Inferensi Fuzzy untuk memprakirakan TS

c. Verifikasi