Analisis Konsumsi Susu Pada Mahasiswa Indonesia Dan Malaysia
ANALISIS KONSUMSI SUSU PADA MAHASISWA
INDONESIA DAN MALAYSIA
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konsumsi
Susu pada Mahasiswa Indonesia dan Malaysia adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Dinda Ayuvalira Dwipangesti
NIM I14100009
ABSTRAK
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI. Analisis Konsumsi Susu pada Mahasiswa
Indonesia dan Malaysia. Dibimbing oleh HADI RIYADI dan YAYAT HERYATNO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas, kuantitas dan kualitas
konsumsi susu mahasiswa Indonesia dan Malaysia serta berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Penelitian dilakukan di Indonesia dan Malaysia dengan metode Cross
Sectional Study dengan penarikan subjek secara Proporsional Random Sampling pada 104
subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek pada kelompok Indonesia-Indonesian
merupakan kelompok dengan tingkat ekonomi terendah dengan persentase pengeluaran
pangan sebesar 72%. Rataan tingkat ekonomi mahasiswa berkebangsaan Malaysia lebih tinggi
daripada mahasiswa asal Indonesia. Secara keseluruhan pengetahuan gizi tingkat lanjut subjek
berada pada kategori sedang dan rendah. Produk susu yang paling banyak diminati adalah
susu cair dalam kemasan. Alasan mahasiswa mengonsumsi produk susu sebagian besar
karena rasanya. Ketersediaan produk susu lebih banyak di Malaysia, namun harga jualnya
lebih murah di Indonesia. Konsumsi susu dan kontribusinya terhadap AKG pada mahasiswa
Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa Malaysia. Harga susu tidak
berpengaruh pada konsumsi, namun ketersediaan berpengaruh. Hubungan antara pengetahuan
gizi dengan kuantitas konsumsi dan preferensinya berkorelasi nyata. Hubungan antara tingkat
ekonomi dengan kuantitas konsumsi tidak berkorelasi nyata, namun hubungan antara tingkat
ekonomi dengan preferensi konsumsi berkorelasi nyata. Hubungan antara kebiasaan
meminum susu saat sarapan dengan konsumsi susu total berkorelasi. Hal ini menunjukkan
bahwa mahasiswa mengonsumsi susu saat sarapan dengan kuantitas yang paling tinggi
dibandingkan dengan waktu makan lainnya.
Kata kunci: Indonesia, konsumsi susu, mahasiswa, Malaysia
ABSTRACT
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI. Analysis of Milk Consumption towards
Indonesian and Malaysian Undergraduate Students. Supervised by HADI RIYADI and
YAYAT HERYATNO.
This study was aim to analyze about intensity, quantity and quality of milk
consumption with various factors that influenced towards Indonesian and Malaysian students.
The study was taken in Indonesia and Malaysia with Cross Sectional Study and Proporsional
Random Sampling method to 104 subjects. This study shows that subject IndonesiaIndonesian has the lowest income per capita with 72% food expenditure. Malaysian student
has higher average income per capita. Most of undergraduate student's knowledge of advance
nutrition was categorized low to fair. The most favorite dairy product is processed fluid milk.
The very reason in consuming dairy product is because its flavor. Availability of dairy
product is better in Malaysia than Indonesia, but it is more expensive. Indonesian
undergraduate students has lower milk consumption and its contribution to fulfill RDA than
Malaysian. Milk consumption is not affected by price, but availability is. Correlation between
nutritional knowledge and dairy product consumption and its preferences are significant.
Personal income and dairy product consumption has no significant correlation, but its
preferences has. Correlation between "breakfast by drinking fluid milk" habit and amount
quantity of fluid milk consumption is significant. It shows that majority of undergraduate
student have fluid milk for their breakfast with bigger quantity than other meal time.
Key words: Indonesian, Malaysian, milk consumption, undergraduate students
ANALISIS KONSUMSI SUSU PADA MAHASISWA
INDONESIA DAN MALAYSIA
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
pada Program Studi Ilmu Gizi
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dari penyusunan
tugas akhir Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Penyusunan penelitian ini bertujuan sebagai bahan evaluasi demi
kemajuan Bangsa Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hadi Riyadi MS dan
Bapak Yayat Heryatno SP MPS selaku dosen pembimbing serta Beasiswa BIDIK
MISI yang telah mendanai penelitian ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
pula kepada:
1. Teman-teman Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia
(PPI UPM) dan Taufiq Caesar Hidayat selaku ketua PPI UPM 2013 atas
kerjasama dan kehangatan keluarga yang dijalin.
2. Teman-teman Fakulti Food Science and Technology UPM atas kerjasama
dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penelitian ini.
3. Teman-teman Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia
(PKMPI) Institut Pertanian Bogor, M Azree Jani dan Nur Harseena Nadia
selaku pengurus PKMPI IPB atas kerjasama dan dukungannya untuk
mewujudkan tersusunnya penelitian ini.
4. Teman-teman Tahap Persiapan Bersama IPB di Asrama Sylvasari dan
Sylva Lestari, segenap rekan-rekan Senior Residen 2013-2014 dan Bapak
Dr Ir Irmansyah MSi selaku Kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB
atas kerjasama dan obrolan inspiratif yang memberikan semangat untuk
berkontribusi lebih bagi Indonesia.
5. Teman–teman enumerator : Lulu Maknun, Mahardika Laksananingtyas,
Reikyan Hanung P dan M Yulianto Kurniawan atas kerelaan dan
semangatnya dalam membantu merealisasikan impian idealisme penulis.
6. Keluarga tercinta : Ayah (Bapak Bambang Tri Buntoro), Ibu (Ibu Siti
Maryam Evyanti) kakak dan adik atas segala doa, dukungan moril dan
kasih sayangnya.
7. Teman–teman dekat : Keluarga Pondok Iswara, Bianca Benning, Arief
Pambudi, dan Wisnu A Pamungkas atas waktu berkeluh kesah yang
dibalas dengan semangat dan dukungan tanpa henti.
8. Teman–teman Gizi Masyarakat 47, 48 dan 49 dan teman–teman yang tidak
dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat
dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
.
Bogor, September 2014
Dinda Ayuvalira Dwipangesti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR ISI
xiii
PENDAHULUAN
15
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
15
2
2
3
3
3
METODE
5
Desain, Tempat dan Waktu
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
DEFINISI OPERASIONAL
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
5
7
9
12
12
Status Ekonomi
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan dan Pola Makan
Alasan Mengonsumsi
Karakteristik Lingkungan
Konsumsi Susu
Pengaruh Harga dan Ketersediaan terhadap Preferensi Konsumsi
Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Preferensi dan Konsumsi
SIMPULAN DAN SARAN
12
15
16
17
17
20
22
23
30
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
30
30
30
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Jumlah subjek untuk setiap kelompok
Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
Analisis data penelitian
Kisaran nilai tukar Rupiah dan Ringgit periode Desember 2013Juni 2014
Tingkat ekonomi subjek per tahun
Kategori penggolongan tingkat ekonomi
Penggolongan tingkat ekonomi
Persentase pengeluran pangan
Pengetahuan gizi
Harga jual rata-rata berbagai produk susu dan olahannya
Tingkat ketersediaan berbagai produk susu dan olahannya
Kategori tingkat ketersediaan berbagai produk susu dan
olahannya
Konsumsi susu
Persentase pemenuhan AKG dari konsumsi susu
Rata-rata tingkat pengetahuan gizi dan konsumsi susu
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi susu
Rata-rata tingkat pengetahuan gizi dan preferensi konsumsi
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan preferensi konsumsi
Rata-rata pendapatan dan konsumsi susu
Hubungan antara tingkat ekonomi dengan konsumsi susu
Rata-rata tingkat ekonomi dan preferensi konsumsi
Hubungan antara tingkat ekonomi dengan preferensi konsumsi
Rata-rata Kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu dan
konsumsi susu
Hubungan antara kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu
dan konsumsi susu
6
7
11
13
13
14
14
14
15
18
19
19
21
22
24
24
25
25
26
26
27
27
29
29
DAFTAR GAMBAR
1
Kerangka pemikiran
4
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai tukar Rupiah, Ringgit dan Dolar Amerika
Alasan mengonsumsi produk susu dan olahannya
Kandungan gizi berbagai produk susu dan olahannya
Preferensi konsumsi produk susu dan olahannya
Preferensi konsumsi produk susu dan olahannya berdasarkan
kebangsaan subjek
34
34
35
35
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tradisi meminum susu pertama kali dilakukan oleh para petani Eropa
sekitar 6.000SM dengan ditemukannya ceruk minum susu dari zaman Neolitikum.
Kebiasaan ini mulai menyebar di dataran Timur Tengah, India, Afrika Utara
hingga kesemua dataran Eropa pada tahun 5.000-4.000SM. Tradisi meminum
susu sapi mulai diperkenalkan ke Indonesia dan Malaysia diperkirakan berasal
dari kebiasaan para pedagang dari Eropa yang singgah dan akhirnya menjajah
dataran melayu. Awalnya meminum susu merupakan hal yang prestige dan hanya
bisa dilakukan oleh kalangan menengah keatas dikarenakan harganya yang mahal
dan ketersediaannya yang terbatas. Sebanyak 70% konsumsi produk susu dan
olahannya dilakukan oleh masyarakat di perkotaan di pulau Jawa (USDA 2002).
Seiring dengan perkembangan zaman tradisi meminum susu sudah menjadi
kebiasaan yang diterapkan oleh masyarakat secara umum bahkan pemerintah
sudah mengeluarkan SK Menteri Pertanian No 2182/Kpts/PD.420/5/2009 yang
menetapkan Hari Susu Nasional dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya minum susu. Kebiasaan baik ini belum seluruhnya
diterapkan oleh masyarakat di Indonesia dan negara-negara di sekitarnya. Hal ini
diakibatkan oleh banyak faktor seperti produksi dan ketersediaanya yang kurang
memadai, kualitasnya yang masih rendah serta kondisi fisiologis masyarakatnya
yang belum terbiasa untuk mencerna laktosa dari susu hewan secara rutin akibat
dari kebiasaan pola konsumsi susu yang rendah serta masih banyak lagi (Dong
2006; Song and Summer 1999).
Terjadi perubahan konsumsi yang signifikan di berbagai negara di Asia
yang dipengaruhi oleh berbagai teknik pemasaran produk makanan hasil dari
perkembangan di bidang industri, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, globalisasi
dan pasar bebas (Arshad et al. 2006). Perubahan ini mempengaruhi konsumen
untuk mengonsumsi produk pangan dengan kualitas yang lebih baik melalui
teknik pemasaran dengan mengedepankan merek dagang, melampirkan informasi
pada kemasan dan berbagai atribut lain yang mendorong konsumen untuk
mengonsumsi produk yang beragam dan meningkatkan preferensinya (Ishida et al.
2003). Hal ini didukung oleh semakin tingginya pengetahuan masyarakat
membuat mereka lebih memperhatikan tentang kesehatan melalui pilihan jenis
makanan dan bentuk diet (Quah and Tan 2010). Berbagai faktor ini membawa
perubahan yang signifikan dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan
produk makanan berkualitas, salah satunya adalah produk susu dan olahannya
(Prescott et al. 2002; Warr et al. 2008). Efek ini juga terjadi secara global, namun
perubahan sangat terasa pada produk olahan susu di negara berkembang (Ishida et
al. 2003; Warr et al. 2008).
Data menunjukkan konsumsi susu di Indonesia memang mengalami
peningkatan, seperti pada tahun 2010 konsumsi susu sebanyak 11 liter, pada tahun
2011 menjadi 11,95 liter per tahun dan terus meningkat pada tahun 2012 menjadi
2
12,85 liter per kapita per tahun (USDA 2011). Kondisi ini masih kalah dibanding
dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia dengan konsumsi
susu sebanyak 50,9 Liter per kapita per tahun (USDA 2013a).
Diduga bahwa tingkat konsumsi susu suatu negara dipengaruhi oleh akses
pangan, status ekonomi dan karakteristik individu yang diwakili oleh preferensi
terhadap susu dan tingkat pengetahuan gizi masyarakatnya. Penelitian ini
mengukur tingkat konsumsi susu dan berbagai faktor yang mempengaruhinya
pada mahasiswa Indonesia, mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Malaysia,
mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Indonesia.
Mahasiswa dinilai sebagai representasi golongan umur ideal, golongan dengan
kekuasaan penuh dalam pengalokasian pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan
pangan pribadi sebagai gambaran konsumsi susu nasional negaranya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokokpokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
Konsumsi susu masyarakat Indonesia lebih tinggi atau rendah daripada
masyarakat Malaysia. Terdapat pengaruh perbedaan lokasi tempat tinggal
terhadap konsumsi susu seseorang.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis intensitas, kuantitas dan kualitas konsumsi susu mahasiswa
Indonesia dan Malaysia dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui karakteristik individu (pengetahuan gizi, pendapatan,
kebiasaan dan pola makan) mahasiswa Indonesia dan Malaysia.
2. Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pangan (harga serta kegunaan
susu dan produk olahannya) dan karakteristik lingkungan tempat tinggal
(produksi/ketersediaan susu dan produk olahannya, akses pangan, serta
kondisi sosial-ekonomi) mahasiswa di Indonesia dan Malaysia.
3. Mengetahui preferensi susu dan produk olahan yang dikonsumsi beserta
alasan dan lokasi pembelian produk.
4. Menghitung kontribusi energi dan protein dari susu dan produk olahannya
terhadap kecukupannya berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata.
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu (pengetahuan gizi
dan tingkat ekonomi) dengan preferensi meminum dan intensitas, kualitas
serta kuantitas konsumsi susu subjek berdasarkan perbedaan tempat
tinggal.
6. Menganalisis secara deskriptif hubungan antara persepsi mahasiswa
terhadap pangan (harga susu dan produk olahannya) dan karakteristik
lingkungan (produksi/ketersediaan susu dan produk olahannya, akses
pangan, serta kondisi sosial-ekonomi) dengan preferensi meminum susu.
3
Hipotesis Penelitian
Secara umum hipotesis pada penelitian ini adalah pengetahuan gizi, tingkat
ekonomi, dan kebiasaan makan berpengaruh pada intensitas, kuantitas dan
kualitas konsumsi susu seseorang. Hipotesis ini diuji pada setiap kelompok,
kelompok mahasiswa yang dibedakan berdasarkan kebangsaannya dan subjek
secara keseluruhan yang dijabarkan dalam poin-poin sebagai berikut:
Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara Pengetahuan Gizi dan Tingkat
Ekonomi dengan Preferensi Mahasiswa terhadap Susu.
Hipotesis 2. Terdapat Hubungan antara Karakteristik Individu (Pengetahuan
Gizi, Tingkat ekonomi dan Kebiasaan Makan) dengan
Konsumsi susu.
Hipotesis 3. Lokasi/tempat tinggal mahasiswa berhubungan dengan
intensitas, kuantitas dan kualitas konsumsi susu seseorang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk
masyarakat dan memberikan gambaran mengenai analisis hubungan berbagai
faktor yang mempengaruhi konsumsi susu di Indonesia dan Malaysia serta
sebagai bentuk evaluasi dan acuan untuk meningkatkan konsumsi yang dirasa
masih kurang. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai
konsumsi susu mahasiswa baik asing maupun lokal di kedua negara tersebut
sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.
KERANGKA PEMIKIRAN
Menurut Sanjur (1982), konsumsi pangan masyarakat dipengaruhi oleh tiga
faktor yakni; karakteristik individu, karakteristik pangan dan karakteristik
lingkungan. Karakteristik individu meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin,
pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, kesehatan dan juga tingkat
ekonomi. Karakteristik individu ini akan menentukan preferensi seseorang
terhadap pangan yang dikonsumsinya. Karakteristik individu dapat dibentuk dari
kebiasaan, pola asuh keluarga dan juga kondisi bawaan sejak lahir.
Selain karakteristik individu, karakteristik pangan juga mempengaruhi
preferensi seseorang dalam mengonsumsi pangan. Tipe dan bentuk makanan serta
kombinasi pangan menjadi faktor pertimbangan dalam menentukan preferensi
seseorang terhadap pangan. Tipe dan bentuk makanan dipengaruhi oleh proses
pengolahan, pengemasan dan juga peruntukannya serta fungsi bahan makanan itu
sendiri dalam menu makanan sehari-hari. Harga pangan merupakan pembatas
seseorang dalam mengonsumsi bahan pangan. Seseorang akan memilih untuk
membeli dan mengonsumsi bahan pangan dengan kuantitas serta kualitas bahan
pangan yang disesuaikan dengan pendapatan serta alokasinya untuk pangan.
Hal lain yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pangan adalah
karakteristik lingkungan. Karakteristik lingkungan lebih berpengaruh terhadap
ketersediaan bahan pangan di alam yang menyangkut kualitas dan kuantitas hasil
4
produksi. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain adalah musim yang
menentukan jenis dan jumlah bahan makanan yang dapat diproduksi. Keputusan
yang terbentuk juga dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik pemasaran yang
dilakukan oleh pihak produsen untuk mengajak individu agar memiliki
kecenderungan untuk mengambil keputusan kearah yang mereka inginkan.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
: hubungan yang diamati
: hubungan yang tidak diamati
: variabel yang diamati
: variabel yang tidak diamati
Perbedaan lingkungan yang diwakilkan dengan perbedaan negara sebagai
otoritas tertinggi pembentuk iklim sosial dan ekonomi. Hal ini menjadi landasan
pemikiran bahwa jika terdapat perbedaan lingkungan maka akan berpengaruh
terhadap proses pengambilan keputusan dalam mengonsumsi suatu bahan pangan
tertentu. Pertimbangan dengan tidak mengabaikan morfologi dan fisiologis tubuh
serta pengaruh iklim yang dapat mempengaruhi kondisi dari lingkungan tempat
tinggal. Oleh karena itu penelitian dilakukan di dua negara yang secara historis
dan etnis masih dalam satu keturunan, terletak di lokasi geografis yang berdekatan
dengan bentang lingkup alam yang mirip namun tetap memiliki perbedaan cukup
signifikan dalam hal perkembangan sosial dan ekonominya. Penelitian dilakukan
pada penduduk Indonesia yang mewakili lingkungan dengan status ekonomi yang
cenderung lebih rendah dengan Malaysia yang mewakili lingkungan dengan status
ekonomi yang cenderung lebih tinggi.
Subjek merupakan mahasiswa dimana otoritas pengambilan keputusan
untuk pemilihan bahan pangan menjadi hak penuh dari individu tersebut dan
terlepas dari pengalokasian sumber daya yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan orang lain diluar dirinya sendiri. Mahasiswa merupakan subjek yang
ideal karena dinilai sudah memiliki pengetahuan gizi yang baik hasil dari
pengajaran serta kemudahan dalam mengakses informasi. Informasi dan
pengajaran ini sudah dapat diserap dan dipertimbangkan sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi sikap.
5
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dengan metode Cross Sectional Study di Universiti
Putra Malaysia dan Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi penelitian
ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan kemudahan akses,
kemiripan kondisi lingkungan dan komposisi mahasiswanya serta banyaknya
jumlah subjek potensial untuk dilakukannya penelitian. Kerjasama peneliti dengan
Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia dan Persatuan
Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia dilakukan untuk menghimpun subjek.
Waktu pengambilan data dilakukan selama Bulan Desember 2013- Juli 2014.
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Penelitian dilakukan dengan teknik penarikan Proporsional Random
Sampling. Populasi dalam penelitian ini terbagi ke dalam empat kelompok yakni
mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Indonesia, mahasiswa Indonesia yang
bersekolah di Malaysia, mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Indonesia dan
mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Malaysia. Pemilihan subjek dilakukan
pada asrama atau lokasi tempat tinggal subjek yang cenderung berdekatan dengan
iklim yang homogen untuk memudahkan analisis akses pangan dan lingkungan
eksternal lain yang mempengaruhinya.
Populasi subjek yang ditetapkan adalah populasi mahasiswa yang tinggal di
asrama Sylvasari dan Sylvalesari Institut Peranian Bogor sebagai bentuk
representatif mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Indonesia. Sedangkan
untuk mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Malaysia diwakili oleh anggota
PPI UPM yang tinggal berdekatan dalam satu lingkup kolej (asrama). Populasi
subjek untuk mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Indonesia diwakili oleh
Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) yang tinggal di
sekitaran kampus IPB Dramaga dan mahasiswa UPM yang tinggal di kolej bilding
putra dan putri sebagai representatif mahasiswa Malaysia yang bersekolah di
Malaysia. Penentuan jumlah subjek dihitung berdasarkan rumus Lemeshow et al.
(1997)
n=
n=
n = 87,1 ≈ 88 orang
Keterangan:
n
Z(1-α/2)
Α
P
d
= jumlah subjek
= tingkat signifikansi pada 95% (α = 0,05) = 1,96
= selang kepercayaan (0,05)
= proporsi remaja dengan frekuensi konsumsi susu yang baik yaitu
34,8% (Sulistyorini 2004)
= presisi/tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1)
6
Setelah itu, dilakukan pendistribusian jumlah subjek berdasarkan populasi subjek
yang direpresentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kemudian didapat besarnya subjek per kelompok dengan persamaan:
Keterangan:
fi
Ni
N
n
ni
= sampling fraction kelompok ke-i
= jumlah populasi subjek kelompok ke-i
= jumlah populasi subjek keseluruhan
= jumlah populasi subjek
= jumlah subjek kelompok ke-i
Berikut merupakan hasil pendistribusian
perhitungan di atas:
Tabel 1 Jumlah subjek untuk setiap kelompok
Kebang
-saan
Lokasi
Tinggal
ID
ID
MY
MY
ID
MY
Nama
Asrama/
Perkumpulan
Jumlah
Populasi
Subjek
Sylvasari dan
Sylvalestari
PPI UPM
PKPMI
Kolej
Total
subjek
Sampling
Fraction
114
0,30
58
110
92
374
0,16
0,29
0,25
penelitian
berdasarkan
Jumlah
Subjek per
Kelompok
Jumlah
Subjek
yang
Diambil
27
35
14
26
22
88
14
30
25
104
Catatan: Indonesia (ID), Malaysia (MY)
Subjek yang dipilih harus memenuhi beberapa kriteria inklusi sebagai
berikut; 1) Mahasiswa IPB dan UPM yang berumur 19-24 tahun; 2) Sehat, bukan
seorang pemakai narkoba atau peminum minuman keras; 3) Terdaftar dan diakui
sebagai anggota di asrama/perkumpulan pelajar tersebut; 4) Tinggal di lingkungan
asrama minimal 6 bulan terakhir, dan menghabiskan lebih banyak waktu
bermalam di lingkungan asrama/perkumpulan; 5) Tidak mengalami intoleransi
terhadap laktosa; 6) Bukan seorang vegetarian atau menjalani diet khusus yang
mengurangi atau meniadakan susu dan produk olahannya dalam menu
makanannya; 7) Mau dan secara sukarela memberikan informasi mengenai
dirinya. Subjek yang tidak memenuhi syarat di atas tidak akan diikutsertakan
dalam penelitan. Persyaratan ini berlaku untuk keempat kelompok penelitian.
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari subjek dengan metode wawancara oleh enumerator dengan
alat bantu kuesioner. Selain itu diuji pula pengetahuan gizi melalui 20 pertanyaan
tertutup berbentuk pilihan ganda seputar susu dan manfaatnya bagi tubuh.
Tabel 2 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
Variabel
Karakteristik subjek
Identitas
Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Pendapatan
Sumber pendapatan
(perhari/minggu/
bulan/tahun)
Pengeluaran
Alokasi pengeluaran
(perhari/minggu/
bulan/tahun)
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Primer
Qualitative and Quantitative
Food Frequency
Questionnaires (FFQ)
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Konsumsi susu
Merek yang sering
dikonsumsi
Frekuensi
Ukuran per konsumsi
Pembelian susu
Frekuensi
Jumlah pembelian (per
kemasan)
Ukuran per kemasan
Harga per kemasan
Preferensi konsumsi
Jenis
Lokasi pembelian
Waktu mengonsumsi
Bentuk pengolahan
Alasan mengonsumsi
Pengetahuan gizi
20 Pertanyaan
Jarak lokasi pembelian
dari tempat tinggal subjek
Harga jual
Ketersediaan/stok
Intensitas dan kontinuitas
pengadaan barang
Konsumsi susu nasional
Primer
Kuesioner
Primer
Primer
Observasi menggunakan
GPS for Android
Observasi
Observasi dan wawancara
Primer
Observasi dan wawancara
Primer
Sekunder
8
Preferensi konsumsi subjek terhadap susu diketahui berdasarkan berbagai
pilihan bentuk susu (segar, cair dalam kemasan baik plain maupun yang berperisa,
dan susu bubuk) serta produk olahannya (yogurt, susu berfermentasi, es krim, keju
cheddar, dan keju singles) yang diukur frekuensi konsumsi dan pembeliannya.
Jumlah pembelian, ukuran per kemasan dan harga per kemasan juga ditanyakan
menggunakan kuesioner. Selain bentuk produk yang dikonsumsi dan frekuensinya,
merek, lokasi subjek mendapatkan produk dan alasan mengonsumsi produk juga
ditanyakan dalam kuesioner.
Status ekonomi subjek diperoleh melalui kuesioner dengan pertanyaan
seputar pendapatan atau uang saku (yang didapatkan dari berbagai sumber,
meliputi: pemeberian orang tua, keluarga atau kerabat, beasiswa, hasil usaha
sendiri dan lain-lain) serta alokasi penggunaannya baik untuk kebutuhan pangan
maupun non pangan. Durasi penerimaan pendapatan dan pengalokasiannya untuk
kebutuhan meliputi penerimaan dan penggunaan per hari, atau per minggu, atau
per bulan atau per tahun. Data yang diisikan menggunakan mata uang yang
berlaku di lokasi tinggal subjek yang akan dikonversikan ke Dolar Amerika yang
berlaku pada saat penelitian.
Data mengenai kebiasaan konsumsi susu yang diperoleh meliputi
frekuensi konsumsi dalam sehari, seminggu atau sebulan, jumlah produk untuk
setiap kali konsumsi, keterangan pembelian produk (sekali makan atau dapat
disimpan kembali), dan bentuk pengolahan (dimakan langsung atau dimakan
bersama pangan lain).
Data primer lain diperoleh berdasarkan survey yakni akses subjek terhadap
susu yang meliputi jarak tempat tinggal ke lokasi pembelian, harga,
ketersediaan/stok serta intensitas dan kontinyuitas pengadaan barang dilakukan
dengan metode survey. Sedangkan data sekunder meliputi tingkat konsumsi susu
nasional di Indonesia dan Malaysia didapatkan melalui Annual Report USDA.
Penggunaan FFQ yang dimodifikasi memudahkan responden untuk
meruntut kebiasaan konsumsinya selama 1 bulan terakhir meliputi preferensi
pemilihan produk yang terintegrasi dengan jumlah konsumsi dan pembelian
sehingga beberapa informasi dapat diperoleh dari satu komponen kuesioner.
Menurut Widajanti (2007 dan 2009) dan E-Siong et al. (2004) FFQ memiliki
lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan kekurangannya sehingga metode ini
lebih sering digunakan dalam metode survey dan memiliki presisi yang cukup
tinggi bila dilakukan pendampingan oleh enumerator ahli pada saat pengisian
kuesioner oleh subjek.
Pengambilan data sudah mengikuti kaidah validitas dan reliabilitas
menurut Widajanti (2009) yakni: (1 dan 2) Pemilihan hari survey konsumsi gizi
mewakili hari kerja dan hari libur, awal dan akhir bulan, (3) Kemampuan
responden (mahasiswa) tergolong baik dalam mengingat makanan dan minuman
apa saja yang sudah dikonsumsi, (4) Ketepatan responden dalam menyampaikan
takaran saji setiap produk yang dikonsumsi (pengisian didampingi enumerator
dengan menanyakan ukuran kemasan produk), (5) Ketepatan data base yang
digunakan (berdasarkan label pangan di setiap produk) dan (6) Ketepatan koding
pada saat pengolahan data.
9
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Proses pengolahan
data terdiri atas beberapa tahapan meliputi pengeditan (editing), pengkodean
(coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data.
Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer Microsoft Excell
2013 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0.
Proses pengolahan data diawali dengan menginput data primer sebagai
berikut:
Identitas, Preferensi dan Kebiasaan Pribadi
Data identitas subjek (identitas pribadi dan orang tua, pendapatan dan
pengeluaran) preferensi dan kebiasaan pribadi (jenis, cara pengolahan dan waktu
mengonsumsi), serta alasan dan sikap ditabulasi secara deskriptif. Data primer
berupa identitas pribadi diinput sesuai yang tertera pada kuesioner. Statistik
deskriptif digunakan untuk mengukur tingkat preferensi seseorang dalam
mengonsumsi susu berdasarkan karakteristik yang terbagi ke dalam beberapa
bagian seperti jenis susu yang dikonsumsi, macam-macam lokasi mendapatkan
produk, variasi waktu mengonsumsi susu, bentuk pengolahan susu pada saat
dikonsumsi dan alasan mengonsumsi susu. Analisis dilakukan dengan menghitung
proporsi subjek untuk setiap kategori pada setiap karakteristik yang diamati.
Data preferensi dan kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu diperoleh
dengan pemberian nilai 1 untuk pemilihan kategori pada setiap variabel dan 0
untuk setiap kategori yang tidak dipilih. Preferensi konsumsi diperoleh dari
kebiasaan subjek dalam mengonsumsi jenis susu dan produk olahannya.
Preferensinya meliputi susu segar, susu cair dalam kemasan plain, susu cair dalam
kemasan berperisa, susu bubuk, yogurt, susu berfermentasi, es krim, keju cheddar,
dan keju singles. Nilai maksimal untuk preferensi konsumsi adalah 9 sedangkan
nilai terendahnya adalah 0. Preferensi konsumsi yang tinggi menggambarkan
produk susu dan olahan yang bisa dikonsumsi sangat beragam, begitu pula
sebaliknya. Kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu diperoleh dari
keterangan konsumsi produk susu seperti susu segar, susu cair dalam kemasan
plain, susu cair dalam kemasan berperisa dan susu bubuk dengan keterangan
kebiasaan mengonsumsi pada saat sarapan. Jika terdapat minimal salah satu dari
keempat produk tersebut dengan waktu mengonsumsi pada pagi hari (sarapan)
maka subjek akan diberi nilai 1 sedangkan jika tidak akan diberi nilai 0.
Pengetahuan Gizi
Pengolahan data pengetahuan gizi diperoleh dari jawaban subjek terhadap
kuesioner yang diberikan. Tipe kuesioner pengetahuan gizi yang disajikan berupa
20 pertanyaan tertutup berbentuk pilihan ganda. Secara umum kuesioner untuk
mengukur pengetahuan gizi pada penelitian ini terdiri dari pengertian umum
istilah-istilah gizi (misalnya pengertian zat gizi dan pengertian diet), macam dan
fungsi zat gizi, istilah-istilah khusus ilmu gizi (misalnya kasein, rakitis, dan
pasteurisasi), serta pengetahuan mengenai variasi komposisi dan zat gizi pada
susu dan olahannya. Data pengetahuan gizi diukur menggunakan 20 pertanyaan
pilihan berganda, dimana untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 dan 0 untuk
jawaban yang salah. Berdasarkan Khomsan (2000), jumlah skor yang diperoleh
10
kemudian dikategorikan menjadi tiga, yaitu: baik, jika skor >80% diperoleh dari
perbandingan nilai skor >16 dengan nilai seluruhnya (20) dikalikan 100%; sedang,
jika skor 60-80%diperoleh dari perbandingan nilai skor 12-16 dengan nilai skor
seluruhnya (20) dikalikan 100%; kurang, jika skor 3 519.691
> 6 425.284
> 5 444.675
> 4 196.084
> 5 151.304
> 6 350.211
> 6 322.934
Tabel 7 Penggolongan tingkat ekonomi
Indonesia
Status Ekonomi
INA
Malaysia
MYS
INA
MYS
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
Sedang
Tinggi
19
13
3
54.29
37.14
8.57
22
5
3
73.33
16.67
10
4
6
4
28.57
42.86
28.57
15
7
3
60
28
12
Total
35
100
30
100
14
100
25
100
Setelah itu, dilakukan pula penghitungan proporsi pengeluaran mahasiswa
untuk pangan terhadap pengeluaran total dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 8 Persentase pengeluran pangan
Lokasi Tinggal Kebangsaan Persentase Pengeluaran Pangan
INA
72.79
Indonesia
MYS
39.94
INA
56.72
Malaysia
MYS
62.45
INA
57.63
Total
MYS
60.39
Total
59.01
Berdasarkan hasil pengolahan, diketahui bahwa kelompok mahasiswa
dengan persentase alokasi pengeluaran untuk pangan terkecil adalah mahasiswa
Malaysia yang berada di Indonesia, sedangkan yang terbesar adalah mahasiswa
Indonesia yang berada di Indonesia. Hal ini menunjukkan secara umum status
ekonomi mahasiswa Indonesia yang berada di Indonesia adalah rendah
(pengeluaran untuk pangan diatas 70%) karena sebagian besar pendapatannya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer (pangan). Namun, jika
dikelompokkan berdasarkan kewarganegaraan, persentase pengeluaran pangan
pada mahasiswa Malaysia lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa status
15
ekonomi mahasiswa yang tinggi berada pada kelompok Malaysia-Indonesian dan
Indonesia-Malaysian, yakni mahasiswa yang belajar bukan di negara asalnya.
Pengetahuan Gizi
Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan dengan menguji subjek melalui 20
pertanyaan tertutup berbentuk pilihan ganda dengan 4 opsi mengenai gizi dan
pengetahuan umum seputar susu. Pertanyaan meliputi pengetahuan dasar
mengenai gizi seperti definisi zat gizi, pengertian diet, dan zat pembangun.
Pertanyaan selanjutnya mencakup pengetahuan dasar mengenai susu dan
kandungan gizi susu seperti definisi susu, bentuk protein dalam susu dan penyakit
akibat kekurangan kalsium. Setelah pengetahuan dasar, diberikan pertanyaan
mengenai pengetahuan umum tentang susu seperti hewan yang menghasilkan susu,
collostrum, definisi susu rendah lemak, produk turunan susu, dan kelainan
mencerna susu. Selanjutnya diberikan pertanyaan lanjutan mengenai karakteristik
susu yang baik dan informasi yang perlu diketahui sebagai konsumen susu seperti
bentuk-bentuk pengolahan susu, pH ideal susu segar, rentang umur aman
mengonsumsi susu sapi, dan detil masa simpan berbagai hasil pengolahan susu
serta cirinya ketika sudah tidak layak konsumsi.
Kuesioner ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) namun konten
dan pemahamannya tetap sama. Selanjutnya, data ditabulasi secara deskriptif dan
digolongkan berdasarkan kategori Khomsan (2000) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 9 Pengetahuan gizi
Indonesia
Pengetah-uan Gizi
INA
n
Malaysia
MYS
%
n
%
INA
n
Total
MYS
%
n
%
INA
n
MYS
%
n
%
Rendah
Sedang
Tinggi
30
4
1
86
11
3
7
17
6
23
57
20
5
8
1
36
57
7
4
19
2
16
76
8
35
12
2
71
24
4
11
36
8
20
65
15
Total
35
100
30
100
14
100
25
100
49
100
55
100
Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapat bahwa secara keseluruhan
mahasiswa berkebangsaan Malaysia memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik
dibandingkan dengan mahasiswa berkebangsaan Indonesia, walaupun mayoritas
masih tergolong ke dalam kategori sedang. Secara keseluruhan pengetahuan gizi
mahasiswa berada pada kategori sedang dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan mahasiswa mengenai gizi dan susu masih belum mendalam dan
perlu ditingkatkan.
Setelah dianalisis lebih lanjut, mahasiswa Indonesia baik yang bersekolah di
Indonesia maupun di Malaysia mayoritas mengetahui pengetahuan dasar
mengenai kandungan gizi susu dan tidak mengetahui informasi mengenai
karakteristik susu. Sedangkan untuk mahasiswa Malaysia baik yang bersekolah di
Indonesia maupun di Malaysia memahami informasi dasar mengenai kandungan
gizi susu dan informasi yang perlu diketahui konsumen seperti rentang umur
aman mengonsumsi susu sapi dan metode pengolahan produk susu. Namun,
kelompok subjek ini mayoritas tidak mengetahui masa simpan produk susu untuk
menjaga agar kualitasnya tetap baik.
16
Kebiasaan dan Pola Makan
Kebiasaan dan pola makan meliputi jenis produk susu dan olahan yang
dikonsumsi, cara pengolahannya, waktu mengonsumsi dan kedudukan produk
susu dan olahannya dalam menu makanan. Data diperoleh melalui kuesioner Food
Frequencies yang dimodifikasi sehingga menggambarkan kebiasaan dan pola
makan subjek.
Karakteristik kebiasaan dan pola makan berbeda untuk setiap kelompok
(Lampiran 4 dan 5). Produk susu dan olahannya yang paling digemari oleh
kelompok Malaysia-Malaysian adalah susu bubuk (64%) diikuti dengan yogurt
(60%) dan susu cair plain dalam kemasan (48%). Sedangkan produk susu dan
olahan yang paling digemari oleh kelompok Malaysia-Indonesian adalah susu cair
dalam kemasan berperisa, susu bubuk dan yogurt dengan proporsi yang sama
yakni 64.29%. Produk susu dan olahannya yang paling digemari oleh kelompok
Indonesia-Malaysian adalah susu cair dalam kemasan plain (66.67%), diikuti
dengan susu bubuk (60%) dan es krim (53.33%). Sedangkan produk susu dan
olahan yang paling digemari oleh kelompok Indonesia-Indonesian adalah susu
cair dalam kemasan berperisa (65.71%), diikuti dengan susu cair dalam kemasan
plain dan es krim dengan proporsi sebesar 31.34% dan 34.29%. Perbedaan
preferensi subjek antara susu cair dalam kemasan berperisa dengan plain mungkin
diakibatkan oleh kebiasaan keluarga yang cenderung menyediakan susu cair
dalam kemasan berperisa di rumah (Hendijani and AbKarim 2010).
Menurut USDA (2011, 2012 & 2013a), terdapat tiga jenis produk yang
mendominasi pasar di Indonesia yaitu susu siap minum UHT (26%), susu kental
manis (35%), dan susu bubuk (39%). Selama tujuh tahun terakhir industri susu
cair dalam kemasan mengalami pertumbuhan sebesar 17.39% sedangkan susu
kental manis mengalami pertumbuhan sebesar 4.745%. Pertumbuhan penjualan
susu kental manis menurun dan diprediksi akan semakin menurun seiring dengan
perubahan preferensi konsumen yang semakin matang dengan beralih pada susu
segar karena proses pembuatan susu kental manis menggunakan susu produksi
lokal dengan kualitas yang rendah, gula dan susu bubuk impor. Namun, 57%
pangsa pasar di Indonesia masih dikuasai oleh tiga produsen besar susu bubuk.
Cara pengolahan produk susu dan olahannya untuk setiap kelompok hampir
sama, yakni mengonsumsi langsung seluruh produk susu dan olahannya (84.21%).
Hanya saja pada produk keju, baik keju cheddar maupun keju singles, mayoritas
responden di semua kelompok lebih memilih untuk mengonsumsinya bersamaan
dengan pangan lain. Sedangkan untuk susu cair dalam kemasan plain beberapa
subjek memilih untuk mengonsumsinya bersamaan dengan pangan lain seperti
sereal, walaupun mayoritas subjek tetap memilih untuk mengonsumsinya
langsung tanpa disertai dengan pangan lain.
Waktu mengonsumsi produk susu dan olahannya untuk setiap kelompok
hampir sama, yakni mengonsumsi produk susu seperti susu segar, susu cair dalam
kemasan baik yang berperisa maupun tidak dan susu bubuk untuk dikonsumsi
sebagai sarapan dan snack. Sedangkan untuk yogurt, susu berfermentasi dan es
krim lebih disukai untuk dikonsumsi sebagai snack. Produk keju seperti keju
cheddar dan keju singles lebih dipilih untuk menjadi menu makan malam dan
dikonsumsi sebagai snack.
17
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner, didapatkan kesimpulan bahwa produk
susu seperti susu segar, susu cair dalam kemasan berperisa maupun plain dan susu
bubuk lebih dipilih untuk dikonsumsi sebagai menu sarapan dengan kedudukan
sebagai minuman. Sedangkan produk olahan susu seperti yogurt, susu
berfermentasi dan es krim lebih disukai untuk dikonsumsi sebagai snack tanpa
adanya campuran dengan bahan makanan lain. Produk keju seperti keju cheddar
dan keju singles lebih dipilih untuk menjadi menu makan malam dan dikonsumsi
sebagai snack bersamaan dengan makanan lain atau sebagai pelengkap menu yang
dikonsumsi.
Alasan Mengonsumsi
Alasan subjek mengonsumsi produk susu dan olahannya dikategorikan
menjadi 6 jenis, yakni faktor kebiasaan keluarga, fungsi organoleptik yang
diwakili dengan rasa, alasan kesehatan, alasan kepraktisan, alasan kemudahan
akses mendapatkan produk dan alasan karena menghindari produk lain (Boniface
and Umberger 2012). Subjek diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu alasan.
Terdapat 304 jenis produk susu dan produk olahannya yang dikonsumsi oleh 104
responden di kedua negara. Adapun penguraian hasil tabulasi (Lampiran 4) adalah
sebagai berikut: sebanyak 17.43% subjek memilih alasan kebiasaan keluarga,
48.68% memilih karena alasan rasa produk, 43.75% memilih produk karena
alasan kesehatan. Sebanyak 12.83% subjek memilih produk karena alasan
kepraktisan dan 13.49% memilih karena kemudahan mendapatkan produk susu
dan produk olahannya. Tidak ada responden yang memilih produk susu dan
olahannya karena menghindari produk lain.
Alasan kese
INDONESIA DAN MALAYSIA
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konsumsi
Susu pada Mahasiswa Indonesia dan Malaysia adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Dinda Ayuvalira Dwipangesti
NIM I14100009
ABSTRAK
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI. Analisis Konsumsi Susu pada Mahasiswa
Indonesia dan Malaysia. Dibimbing oleh HADI RIYADI dan YAYAT HERYATNO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas, kuantitas dan kualitas
konsumsi susu mahasiswa Indonesia dan Malaysia serta berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Penelitian dilakukan di Indonesia dan Malaysia dengan metode Cross
Sectional Study dengan penarikan subjek secara Proporsional Random Sampling pada 104
subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek pada kelompok Indonesia-Indonesian
merupakan kelompok dengan tingkat ekonomi terendah dengan persentase pengeluaran
pangan sebesar 72%. Rataan tingkat ekonomi mahasiswa berkebangsaan Malaysia lebih tinggi
daripada mahasiswa asal Indonesia. Secara keseluruhan pengetahuan gizi tingkat lanjut subjek
berada pada kategori sedang dan rendah. Produk susu yang paling banyak diminati adalah
susu cair dalam kemasan. Alasan mahasiswa mengonsumsi produk susu sebagian besar
karena rasanya. Ketersediaan produk susu lebih banyak di Malaysia, namun harga jualnya
lebih murah di Indonesia. Konsumsi susu dan kontribusinya terhadap AKG pada mahasiswa
Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa Malaysia. Harga susu tidak
berpengaruh pada konsumsi, namun ketersediaan berpengaruh. Hubungan antara pengetahuan
gizi dengan kuantitas konsumsi dan preferensinya berkorelasi nyata. Hubungan antara tingkat
ekonomi dengan kuantitas konsumsi tidak berkorelasi nyata, namun hubungan antara tingkat
ekonomi dengan preferensi konsumsi berkorelasi nyata. Hubungan antara kebiasaan
meminum susu saat sarapan dengan konsumsi susu total berkorelasi. Hal ini menunjukkan
bahwa mahasiswa mengonsumsi susu saat sarapan dengan kuantitas yang paling tinggi
dibandingkan dengan waktu makan lainnya.
Kata kunci: Indonesia, konsumsi susu, mahasiswa, Malaysia
ABSTRACT
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI. Analysis of Milk Consumption towards
Indonesian and Malaysian Undergraduate Students. Supervised by HADI RIYADI and
YAYAT HERYATNO.
This study was aim to analyze about intensity, quantity and quality of milk
consumption with various factors that influenced towards Indonesian and Malaysian students.
The study was taken in Indonesia and Malaysia with Cross Sectional Study and Proporsional
Random Sampling method to 104 subjects. This study shows that subject IndonesiaIndonesian has the lowest income per capita with 72% food expenditure. Malaysian student
has higher average income per capita. Most of undergraduate student's knowledge of advance
nutrition was categorized low to fair. The most favorite dairy product is processed fluid milk.
The very reason in consuming dairy product is because its flavor. Availability of dairy
product is better in Malaysia than Indonesia, but it is more expensive. Indonesian
undergraduate students has lower milk consumption and its contribution to fulfill RDA than
Malaysian. Milk consumption is not affected by price, but availability is. Correlation between
nutritional knowledge and dairy product consumption and its preferences are significant.
Personal income and dairy product consumption has no significant correlation, but its
preferences has. Correlation between "breakfast by drinking fluid milk" habit and amount
quantity of fluid milk consumption is significant. It shows that majority of undergraduate
student have fluid milk for their breakfast with bigger quantity than other meal time.
Key words: Indonesian, Malaysian, milk consumption, undergraduate students
ANALISIS KONSUMSI SUSU PADA MAHASISWA
INDONESIA DAN MALAYSIA
DINDA AYUVALIRA DWIPANGESTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
pada Program Studi Ilmu Gizi
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dari penyusunan
tugas akhir Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Penyusunan penelitian ini bertujuan sebagai bahan evaluasi demi
kemajuan Bangsa Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hadi Riyadi MS dan
Bapak Yayat Heryatno SP MPS selaku dosen pembimbing serta Beasiswa BIDIK
MISI yang telah mendanai penelitian ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
pula kepada:
1. Teman-teman Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia
(PPI UPM) dan Taufiq Caesar Hidayat selaku ketua PPI UPM 2013 atas
kerjasama dan kehangatan keluarga yang dijalin.
2. Teman-teman Fakulti Food Science and Technology UPM atas kerjasama
dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penelitian ini.
3. Teman-teman Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia
(PKMPI) Institut Pertanian Bogor, M Azree Jani dan Nur Harseena Nadia
selaku pengurus PKMPI IPB atas kerjasama dan dukungannya untuk
mewujudkan tersusunnya penelitian ini.
4. Teman-teman Tahap Persiapan Bersama IPB di Asrama Sylvasari dan
Sylva Lestari, segenap rekan-rekan Senior Residen 2013-2014 dan Bapak
Dr Ir Irmansyah MSi selaku Kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB
atas kerjasama dan obrolan inspiratif yang memberikan semangat untuk
berkontribusi lebih bagi Indonesia.
5. Teman–teman enumerator : Lulu Maknun, Mahardika Laksananingtyas,
Reikyan Hanung P dan M Yulianto Kurniawan atas kerelaan dan
semangatnya dalam membantu merealisasikan impian idealisme penulis.
6. Keluarga tercinta : Ayah (Bapak Bambang Tri Buntoro), Ibu (Ibu Siti
Maryam Evyanti) kakak dan adik atas segala doa, dukungan moril dan
kasih sayangnya.
7. Teman–teman dekat : Keluarga Pondok Iswara, Bianca Benning, Arief
Pambudi, dan Wisnu A Pamungkas atas waktu berkeluh kesah yang
dibalas dengan semangat dan dukungan tanpa henti.
8. Teman–teman Gizi Masyarakat 47, 48 dan 49 dan teman–teman yang tidak
dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat
dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
.
Bogor, September 2014
Dinda Ayuvalira Dwipangesti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR ISI
xiii
PENDAHULUAN
15
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
15
2
2
3
3
3
METODE
5
Desain, Tempat dan Waktu
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
DEFINISI OPERASIONAL
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
5
7
9
12
12
Status Ekonomi
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan dan Pola Makan
Alasan Mengonsumsi
Karakteristik Lingkungan
Konsumsi Susu
Pengaruh Harga dan Ketersediaan terhadap Preferensi Konsumsi
Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Preferensi dan Konsumsi
SIMPULAN DAN SARAN
12
15
16
17
17
20
22
23
30
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
30
30
30
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Jumlah subjek untuk setiap kelompok
Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
Analisis data penelitian
Kisaran nilai tukar Rupiah dan Ringgit periode Desember 2013Juni 2014
Tingkat ekonomi subjek per tahun
Kategori penggolongan tingkat ekonomi
Penggolongan tingkat ekonomi
Persentase pengeluran pangan
Pengetahuan gizi
Harga jual rata-rata berbagai produk susu dan olahannya
Tingkat ketersediaan berbagai produk susu dan olahannya
Kategori tingkat ketersediaan berbagai produk susu dan
olahannya
Konsumsi susu
Persentase pemenuhan AKG dari konsumsi susu
Rata-rata tingkat pengetahuan gizi dan konsumsi susu
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi susu
Rata-rata tingkat pengetahuan gizi dan preferensi konsumsi
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan preferensi konsumsi
Rata-rata pendapatan dan konsumsi susu
Hubungan antara tingkat ekonomi dengan konsumsi susu
Rata-rata tingkat ekonomi dan preferensi konsumsi
Hubungan antara tingkat ekonomi dengan preferensi konsumsi
Rata-rata Kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu dan
konsumsi susu
Hubungan antara kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu
dan konsumsi susu
6
7
11
13
13
14
14
14
15
18
19
19
21
22
24
24
25
25
26
26
27
27
29
29
DAFTAR GAMBAR
1
Kerangka pemikiran
4
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai tukar Rupiah, Ringgit dan Dolar Amerika
Alasan mengonsumsi produk susu dan olahannya
Kandungan gizi berbagai produk susu dan olahannya
Preferensi konsumsi produk susu dan olahannya
Preferensi konsumsi produk susu dan olahannya berdasarkan
kebangsaan subjek
34
34
35
35
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tradisi meminum susu pertama kali dilakukan oleh para petani Eropa
sekitar 6.000SM dengan ditemukannya ceruk minum susu dari zaman Neolitikum.
Kebiasaan ini mulai menyebar di dataran Timur Tengah, India, Afrika Utara
hingga kesemua dataran Eropa pada tahun 5.000-4.000SM. Tradisi meminum
susu sapi mulai diperkenalkan ke Indonesia dan Malaysia diperkirakan berasal
dari kebiasaan para pedagang dari Eropa yang singgah dan akhirnya menjajah
dataran melayu. Awalnya meminum susu merupakan hal yang prestige dan hanya
bisa dilakukan oleh kalangan menengah keatas dikarenakan harganya yang mahal
dan ketersediaannya yang terbatas. Sebanyak 70% konsumsi produk susu dan
olahannya dilakukan oleh masyarakat di perkotaan di pulau Jawa (USDA 2002).
Seiring dengan perkembangan zaman tradisi meminum susu sudah menjadi
kebiasaan yang diterapkan oleh masyarakat secara umum bahkan pemerintah
sudah mengeluarkan SK Menteri Pertanian No 2182/Kpts/PD.420/5/2009 yang
menetapkan Hari Susu Nasional dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya minum susu. Kebiasaan baik ini belum seluruhnya
diterapkan oleh masyarakat di Indonesia dan negara-negara di sekitarnya. Hal ini
diakibatkan oleh banyak faktor seperti produksi dan ketersediaanya yang kurang
memadai, kualitasnya yang masih rendah serta kondisi fisiologis masyarakatnya
yang belum terbiasa untuk mencerna laktosa dari susu hewan secara rutin akibat
dari kebiasaan pola konsumsi susu yang rendah serta masih banyak lagi (Dong
2006; Song and Summer 1999).
Terjadi perubahan konsumsi yang signifikan di berbagai negara di Asia
yang dipengaruhi oleh berbagai teknik pemasaran produk makanan hasil dari
perkembangan di bidang industri, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, globalisasi
dan pasar bebas (Arshad et al. 2006). Perubahan ini mempengaruhi konsumen
untuk mengonsumsi produk pangan dengan kualitas yang lebih baik melalui
teknik pemasaran dengan mengedepankan merek dagang, melampirkan informasi
pada kemasan dan berbagai atribut lain yang mendorong konsumen untuk
mengonsumsi produk yang beragam dan meningkatkan preferensinya (Ishida et al.
2003). Hal ini didukung oleh semakin tingginya pengetahuan masyarakat
membuat mereka lebih memperhatikan tentang kesehatan melalui pilihan jenis
makanan dan bentuk diet (Quah and Tan 2010). Berbagai faktor ini membawa
perubahan yang signifikan dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan
produk makanan berkualitas, salah satunya adalah produk susu dan olahannya
(Prescott et al. 2002; Warr et al. 2008). Efek ini juga terjadi secara global, namun
perubahan sangat terasa pada produk olahan susu di negara berkembang (Ishida et
al. 2003; Warr et al. 2008).
Data menunjukkan konsumsi susu di Indonesia memang mengalami
peningkatan, seperti pada tahun 2010 konsumsi susu sebanyak 11 liter, pada tahun
2011 menjadi 11,95 liter per tahun dan terus meningkat pada tahun 2012 menjadi
2
12,85 liter per kapita per tahun (USDA 2011). Kondisi ini masih kalah dibanding
dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia dengan konsumsi
susu sebanyak 50,9 Liter per kapita per tahun (USDA 2013a).
Diduga bahwa tingkat konsumsi susu suatu negara dipengaruhi oleh akses
pangan, status ekonomi dan karakteristik individu yang diwakili oleh preferensi
terhadap susu dan tingkat pengetahuan gizi masyarakatnya. Penelitian ini
mengukur tingkat konsumsi susu dan berbagai faktor yang mempengaruhinya
pada mahasiswa Indonesia, mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Malaysia,
mahasiswa Malaysia dan mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Indonesia.
Mahasiswa dinilai sebagai representasi golongan umur ideal, golongan dengan
kekuasaan penuh dalam pengalokasian pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan
pangan pribadi sebagai gambaran konsumsi susu nasional negaranya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokokpokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
Konsumsi susu masyarakat Indonesia lebih tinggi atau rendah daripada
masyarakat Malaysia. Terdapat pengaruh perbedaan lokasi tempat tinggal
terhadap konsumsi susu seseorang.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis intensitas, kuantitas dan kualitas konsumsi susu mahasiswa
Indonesia dan Malaysia dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui karakteristik individu (pengetahuan gizi, pendapatan,
kebiasaan dan pola makan) mahasiswa Indonesia dan Malaysia.
2. Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pangan (harga serta kegunaan
susu dan produk olahannya) dan karakteristik lingkungan tempat tinggal
(produksi/ketersediaan susu dan produk olahannya, akses pangan, serta
kondisi sosial-ekonomi) mahasiswa di Indonesia dan Malaysia.
3. Mengetahui preferensi susu dan produk olahan yang dikonsumsi beserta
alasan dan lokasi pembelian produk.
4. Menghitung kontribusi energi dan protein dari susu dan produk olahannya
terhadap kecukupannya berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata.
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu (pengetahuan gizi
dan tingkat ekonomi) dengan preferensi meminum dan intensitas, kualitas
serta kuantitas konsumsi susu subjek berdasarkan perbedaan tempat
tinggal.
6. Menganalisis secara deskriptif hubungan antara persepsi mahasiswa
terhadap pangan (harga susu dan produk olahannya) dan karakteristik
lingkungan (produksi/ketersediaan susu dan produk olahannya, akses
pangan, serta kondisi sosial-ekonomi) dengan preferensi meminum susu.
3
Hipotesis Penelitian
Secara umum hipotesis pada penelitian ini adalah pengetahuan gizi, tingkat
ekonomi, dan kebiasaan makan berpengaruh pada intensitas, kuantitas dan
kualitas konsumsi susu seseorang. Hipotesis ini diuji pada setiap kelompok,
kelompok mahasiswa yang dibedakan berdasarkan kebangsaannya dan subjek
secara keseluruhan yang dijabarkan dalam poin-poin sebagai berikut:
Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara Pengetahuan Gizi dan Tingkat
Ekonomi dengan Preferensi Mahasiswa terhadap Susu.
Hipotesis 2. Terdapat Hubungan antara Karakteristik Individu (Pengetahuan
Gizi, Tingkat ekonomi dan Kebiasaan Makan) dengan
Konsumsi susu.
Hipotesis 3. Lokasi/tempat tinggal mahasiswa berhubungan dengan
intensitas, kuantitas dan kualitas konsumsi susu seseorang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk
masyarakat dan memberikan gambaran mengenai analisis hubungan berbagai
faktor yang mempengaruhi konsumsi susu di Indonesia dan Malaysia serta
sebagai bentuk evaluasi dan acuan untuk meningkatkan konsumsi yang dirasa
masih kurang. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai
konsumsi susu mahasiswa baik asing maupun lokal di kedua negara tersebut
sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.
KERANGKA PEMIKIRAN
Menurut Sanjur (1982), konsumsi pangan masyarakat dipengaruhi oleh tiga
faktor yakni; karakteristik individu, karakteristik pangan dan karakteristik
lingkungan. Karakteristik individu meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin,
pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, kesehatan dan juga tingkat
ekonomi. Karakteristik individu ini akan menentukan preferensi seseorang
terhadap pangan yang dikonsumsinya. Karakteristik individu dapat dibentuk dari
kebiasaan, pola asuh keluarga dan juga kondisi bawaan sejak lahir.
Selain karakteristik individu, karakteristik pangan juga mempengaruhi
preferensi seseorang dalam mengonsumsi pangan. Tipe dan bentuk makanan serta
kombinasi pangan menjadi faktor pertimbangan dalam menentukan preferensi
seseorang terhadap pangan. Tipe dan bentuk makanan dipengaruhi oleh proses
pengolahan, pengemasan dan juga peruntukannya serta fungsi bahan makanan itu
sendiri dalam menu makanan sehari-hari. Harga pangan merupakan pembatas
seseorang dalam mengonsumsi bahan pangan. Seseorang akan memilih untuk
membeli dan mengonsumsi bahan pangan dengan kuantitas serta kualitas bahan
pangan yang disesuaikan dengan pendapatan serta alokasinya untuk pangan.
Hal lain yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pangan adalah
karakteristik lingkungan. Karakteristik lingkungan lebih berpengaruh terhadap
ketersediaan bahan pangan di alam yang menyangkut kualitas dan kuantitas hasil
4
produksi. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain adalah musim yang
menentukan jenis dan jumlah bahan makanan yang dapat diproduksi. Keputusan
yang terbentuk juga dapat dipengaruhi oleh teknik-teknik pemasaran yang
dilakukan oleh pihak produsen untuk mengajak individu agar memiliki
kecenderungan untuk mengambil keputusan kearah yang mereka inginkan.
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
: hubungan yang diamati
: hubungan yang tidak diamati
: variabel yang diamati
: variabel yang tidak diamati
Perbedaan lingkungan yang diwakilkan dengan perbedaan negara sebagai
otoritas tertinggi pembentuk iklim sosial dan ekonomi. Hal ini menjadi landasan
pemikiran bahwa jika terdapat perbedaan lingkungan maka akan berpengaruh
terhadap proses pengambilan keputusan dalam mengonsumsi suatu bahan pangan
tertentu. Pertimbangan dengan tidak mengabaikan morfologi dan fisiologis tubuh
serta pengaruh iklim yang dapat mempengaruhi kondisi dari lingkungan tempat
tinggal. Oleh karena itu penelitian dilakukan di dua negara yang secara historis
dan etnis masih dalam satu keturunan, terletak di lokasi geografis yang berdekatan
dengan bentang lingkup alam yang mirip namun tetap memiliki perbedaan cukup
signifikan dalam hal perkembangan sosial dan ekonominya. Penelitian dilakukan
pada penduduk Indonesia yang mewakili lingkungan dengan status ekonomi yang
cenderung lebih rendah dengan Malaysia yang mewakili lingkungan dengan status
ekonomi yang cenderung lebih tinggi.
Subjek merupakan mahasiswa dimana otoritas pengambilan keputusan
untuk pemilihan bahan pangan menjadi hak penuh dari individu tersebut dan
terlepas dari pengalokasian sumber daya yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan orang lain diluar dirinya sendiri. Mahasiswa merupakan subjek yang
ideal karena dinilai sudah memiliki pengetahuan gizi yang baik hasil dari
pengajaran serta kemudahan dalam mengakses informasi. Informasi dan
pengajaran ini sudah dapat diserap dan dipertimbangkan sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi sikap.
5
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dengan metode Cross Sectional Study di Universiti
Putra Malaysia dan Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi penelitian
ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan kemudahan akses,
kemiripan kondisi lingkungan dan komposisi mahasiswanya serta banyaknya
jumlah subjek potensial untuk dilakukannya penelitian. Kerjasama peneliti dengan
Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia dan Persatuan
Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia dilakukan untuk menghimpun subjek.
Waktu pengambilan data dilakukan selama Bulan Desember 2013- Juli 2014.
Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
Penelitian dilakukan dengan teknik penarikan Proporsional Random
Sampling. Populasi dalam penelitian ini terbagi ke dalam empat kelompok yakni
mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Indonesia, mahasiswa Indonesia yang
bersekolah di Malaysia, mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Indonesia dan
mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Malaysia. Pemilihan subjek dilakukan
pada asrama atau lokasi tempat tinggal subjek yang cenderung berdekatan dengan
iklim yang homogen untuk memudahkan analisis akses pangan dan lingkungan
eksternal lain yang mempengaruhinya.
Populasi subjek yang ditetapkan adalah populasi mahasiswa yang tinggal di
asrama Sylvasari dan Sylvalesari Institut Peranian Bogor sebagai bentuk
representatif mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Indonesia. Sedangkan
untuk mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Malaysia diwakili oleh anggota
PPI UPM yang tinggal berdekatan dalam satu lingkup kolej (asrama). Populasi
subjek untuk mahasiswa Malaysia yang bersekolah di Indonesia diwakili oleh
Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) yang tinggal di
sekitaran kampus IPB Dramaga dan mahasiswa UPM yang tinggal di kolej bilding
putra dan putri sebagai representatif mahasiswa Malaysia yang bersekolah di
Malaysia. Penentuan jumlah subjek dihitung berdasarkan rumus Lemeshow et al.
(1997)
n=
n=
n = 87,1 ≈ 88 orang
Keterangan:
n
Z(1-α/2)
Α
P
d
= jumlah subjek
= tingkat signifikansi pada 95% (α = 0,05) = 1,96
= selang kepercayaan (0,05)
= proporsi remaja dengan frekuensi konsumsi susu yang baik yaitu
34,8% (Sulistyorini 2004)
= presisi/tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1)
6
Setelah itu, dilakukan pendistribusian jumlah subjek berdasarkan populasi subjek
yang direpresentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kemudian didapat besarnya subjek per kelompok dengan persamaan:
Keterangan:
fi
Ni
N
n
ni
= sampling fraction kelompok ke-i
= jumlah populasi subjek kelompok ke-i
= jumlah populasi subjek keseluruhan
= jumlah populasi subjek
= jumlah subjek kelompok ke-i
Berikut merupakan hasil pendistribusian
perhitungan di atas:
Tabel 1 Jumlah subjek untuk setiap kelompok
Kebang
-saan
Lokasi
Tinggal
ID
ID
MY
MY
ID
MY
Nama
Asrama/
Perkumpulan
Jumlah
Populasi
Subjek
Sylvasari dan
Sylvalestari
PPI UPM
PKPMI
Kolej
Total
subjek
Sampling
Fraction
114
0,30
58
110
92
374
0,16
0,29
0,25
penelitian
berdasarkan
Jumlah
Subjek per
Kelompok
Jumlah
Subjek
yang
Diambil
27
35
14
26
22
88
14
30
25
104
Catatan: Indonesia (ID), Malaysia (MY)
Subjek yang dipilih harus memenuhi beberapa kriteria inklusi sebagai
berikut; 1) Mahasiswa IPB dan UPM yang berumur 19-24 tahun; 2) Sehat, bukan
seorang pemakai narkoba atau peminum minuman keras; 3) Terdaftar dan diakui
sebagai anggota di asrama/perkumpulan pelajar tersebut; 4) Tinggal di lingkungan
asrama minimal 6 bulan terakhir, dan menghabiskan lebih banyak waktu
bermalam di lingkungan asrama/perkumpulan; 5) Tidak mengalami intoleransi
terhadap laktosa; 6) Bukan seorang vegetarian atau menjalani diet khusus yang
mengurangi atau meniadakan susu dan produk olahannya dalam menu
makanannya; 7) Mau dan secara sukarela memberikan informasi mengenai
dirinya. Subjek yang tidak memenuhi syarat di atas tidak akan diikutsertakan
dalam penelitan. Persyaratan ini berlaku untuk keempat kelompok penelitian.
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari subjek dengan metode wawancara oleh enumerator dengan
alat bantu kuesioner. Selain itu diuji pula pengetahuan gizi melalui 20 pertanyaan
tertutup berbentuk pilihan ganda seputar susu dan manfaatnya bagi tubuh.
Tabel 2 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
Variabel
Karakteristik subjek
Identitas
Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Pendapatan
Sumber pendapatan
(perhari/minggu/
bulan/tahun)
Pengeluaran
Alokasi pengeluaran
(perhari/minggu/
bulan/tahun)
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Primer
Qualitative and Quantitative
Food Frequency
Questionnaires (FFQ)
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Primer
Wawancara dengan kuesioner
Konsumsi susu
Merek yang sering
dikonsumsi
Frekuensi
Ukuran per konsumsi
Pembelian susu
Frekuensi
Jumlah pembelian (per
kemasan)
Ukuran per kemasan
Harga per kemasan
Preferensi konsumsi
Jenis
Lokasi pembelian
Waktu mengonsumsi
Bentuk pengolahan
Alasan mengonsumsi
Pengetahuan gizi
20 Pertanyaan
Jarak lokasi pembelian
dari tempat tinggal subjek
Harga jual
Ketersediaan/stok
Intensitas dan kontinuitas
pengadaan barang
Konsumsi susu nasional
Primer
Kuesioner
Primer
Primer
Observasi menggunakan
GPS for Android
Observasi
Observasi dan wawancara
Primer
Observasi dan wawancara
Primer
Sekunder
8
Preferensi konsumsi subjek terhadap susu diketahui berdasarkan berbagai
pilihan bentuk susu (segar, cair dalam kemasan baik plain maupun yang berperisa,
dan susu bubuk) serta produk olahannya (yogurt, susu berfermentasi, es krim, keju
cheddar, dan keju singles) yang diukur frekuensi konsumsi dan pembeliannya.
Jumlah pembelian, ukuran per kemasan dan harga per kemasan juga ditanyakan
menggunakan kuesioner. Selain bentuk produk yang dikonsumsi dan frekuensinya,
merek, lokasi subjek mendapatkan produk dan alasan mengonsumsi produk juga
ditanyakan dalam kuesioner.
Status ekonomi subjek diperoleh melalui kuesioner dengan pertanyaan
seputar pendapatan atau uang saku (yang didapatkan dari berbagai sumber,
meliputi: pemeberian orang tua, keluarga atau kerabat, beasiswa, hasil usaha
sendiri dan lain-lain) serta alokasi penggunaannya baik untuk kebutuhan pangan
maupun non pangan. Durasi penerimaan pendapatan dan pengalokasiannya untuk
kebutuhan meliputi penerimaan dan penggunaan per hari, atau per minggu, atau
per bulan atau per tahun. Data yang diisikan menggunakan mata uang yang
berlaku di lokasi tinggal subjek yang akan dikonversikan ke Dolar Amerika yang
berlaku pada saat penelitian.
Data mengenai kebiasaan konsumsi susu yang diperoleh meliputi
frekuensi konsumsi dalam sehari, seminggu atau sebulan, jumlah produk untuk
setiap kali konsumsi, keterangan pembelian produk (sekali makan atau dapat
disimpan kembali), dan bentuk pengolahan (dimakan langsung atau dimakan
bersama pangan lain).
Data primer lain diperoleh berdasarkan survey yakni akses subjek terhadap
susu yang meliputi jarak tempat tinggal ke lokasi pembelian, harga,
ketersediaan/stok serta intensitas dan kontinyuitas pengadaan barang dilakukan
dengan metode survey. Sedangkan data sekunder meliputi tingkat konsumsi susu
nasional di Indonesia dan Malaysia didapatkan melalui Annual Report USDA.
Penggunaan FFQ yang dimodifikasi memudahkan responden untuk
meruntut kebiasaan konsumsinya selama 1 bulan terakhir meliputi preferensi
pemilihan produk yang terintegrasi dengan jumlah konsumsi dan pembelian
sehingga beberapa informasi dapat diperoleh dari satu komponen kuesioner.
Menurut Widajanti (2007 dan 2009) dan E-Siong et al. (2004) FFQ memiliki
lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan kekurangannya sehingga metode ini
lebih sering digunakan dalam metode survey dan memiliki presisi yang cukup
tinggi bila dilakukan pendampingan oleh enumerator ahli pada saat pengisian
kuesioner oleh subjek.
Pengambilan data sudah mengikuti kaidah validitas dan reliabilitas
menurut Widajanti (2009) yakni: (1 dan 2) Pemilihan hari survey konsumsi gizi
mewakili hari kerja dan hari libur, awal dan akhir bulan, (3) Kemampuan
responden (mahasiswa) tergolong baik dalam mengingat makanan dan minuman
apa saja yang sudah dikonsumsi, (4) Ketepatan responden dalam menyampaikan
takaran saji setiap produk yang dikonsumsi (pengisian didampingi enumerator
dengan menanyakan ukuran kemasan produk), (5) Ketepatan data base yang
digunakan (berdasarkan label pangan di setiap produk) dan (6) Ketepatan koding
pada saat pengolahan data.
9
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Proses pengolahan
data terdiri atas beberapa tahapan meliputi pengeditan (editing), pengkodean
(coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data.
Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer Microsoft Excell
2013 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0.
Proses pengolahan data diawali dengan menginput data primer sebagai
berikut:
Identitas, Preferensi dan Kebiasaan Pribadi
Data identitas subjek (identitas pribadi dan orang tua, pendapatan dan
pengeluaran) preferensi dan kebiasaan pribadi (jenis, cara pengolahan dan waktu
mengonsumsi), serta alasan dan sikap ditabulasi secara deskriptif. Data primer
berupa identitas pribadi diinput sesuai yang tertera pada kuesioner. Statistik
deskriptif digunakan untuk mengukur tingkat preferensi seseorang dalam
mengonsumsi susu berdasarkan karakteristik yang terbagi ke dalam beberapa
bagian seperti jenis susu yang dikonsumsi, macam-macam lokasi mendapatkan
produk, variasi waktu mengonsumsi susu, bentuk pengolahan susu pada saat
dikonsumsi dan alasan mengonsumsi susu. Analisis dilakukan dengan menghitung
proporsi subjek untuk setiap kategori pada setiap karakteristik yang diamati.
Data preferensi dan kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu diperoleh
dengan pemberian nilai 1 untuk pemilihan kategori pada setiap variabel dan 0
untuk setiap kategori yang tidak dipilih. Preferensi konsumsi diperoleh dari
kebiasaan subjek dalam mengonsumsi jenis susu dan produk olahannya.
Preferensinya meliputi susu segar, susu cair dalam kemasan plain, susu cair dalam
kemasan berperisa, susu bubuk, yogurt, susu berfermentasi, es krim, keju cheddar,
dan keju singles. Nilai maksimal untuk preferensi konsumsi adalah 9 sedangkan
nilai terendahnya adalah 0. Preferensi konsumsi yang tinggi menggambarkan
produk susu dan olahan yang bisa dikonsumsi sangat beragam, begitu pula
sebaliknya. Kebiasaan sarapan dengan mengonsumsi susu diperoleh dari
keterangan konsumsi produk susu seperti susu segar, susu cair dalam kemasan
plain, susu cair dalam kemasan berperisa dan susu bubuk dengan keterangan
kebiasaan mengonsumsi pada saat sarapan. Jika terdapat minimal salah satu dari
keempat produk tersebut dengan waktu mengonsumsi pada pagi hari (sarapan)
maka subjek akan diberi nilai 1 sedangkan jika tidak akan diberi nilai 0.
Pengetahuan Gizi
Pengolahan data pengetahuan gizi diperoleh dari jawaban subjek terhadap
kuesioner yang diberikan. Tipe kuesioner pengetahuan gizi yang disajikan berupa
20 pertanyaan tertutup berbentuk pilihan ganda. Secara umum kuesioner untuk
mengukur pengetahuan gizi pada penelitian ini terdiri dari pengertian umum
istilah-istilah gizi (misalnya pengertian zat gizi dan pengertian diet), macam dan
fungsi zat gizi, istilah-istilah khusus ilmu gizi (misalnya kasein, rakitis, dan
pasteurisasi), serta pengetahuan mengenai variasi komposisi dan zat gizi pada
susu dan olahannya. Data pengetahuan gizi diukur menggunakan 20 pertanyaan
pilihan berganda, dimana untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 dan 0 untuk
jawaban yang salah. Berdasarkan Khomsan (2000), jumlah skor yang diperoleh
10
kemudian dikategorikan menjadi tiga, yaitu: baik, jika skor >80% diperoleh dari
perbandingan nilai skor >16 dengan nilai seluruhnya (20) dikalikan 100%; sedang,
jika skor 60-80%diperoleh dari perbandingan nilai skor 12-16 dengan nilai skor
seluruhnya (20) dikalikan 100%; kurang, jika skor 3 519.691
> 6 425.284
> 5 444.675
> 4 196.084
> 5 151.304
> 6 350.211
> 6 322.934
Tabel 7 Penggolongan tingkat ekonomi
Indonesia
Status Ekonomi
INA
Malaysia
MYS
INA
MYS
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
Sedang
Tinggi
19
13
3
54.29
37.14
8.57
22
5
3
73.33
16.67
10
4
6
4
28.57
42.86
28.57
15
7
3
60
28
12
Total
35
100
30
100
14
100
25
100
Setelah itu, dilakukan pula penghitungan proporsi pengeluaran mahasiswa
untuk pangan terhadap pengeluaran total dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 8 Persentase pengeluran pangan
Lokasi Tinggal Kebangsaan Persentase Pengeluaran Pangan
INA
72.79
Indonesia
MYS
39.94
INA
56.72
Malaysia
MYS
62.45
INA
57.63
Total
MYS
60.39
Total
59.01
Berdasarkan hasil pengolahan, diketahui bahwa kelompok mahasiswa
dengan persentase alokasi pengeluaran untuk pangan terkecil adalah mahasiswa
Malaysia yang berada di Indonesia, sedangkan yang terbesar adalah mahasiswa
Indonesia yang berada di Indonesia. Hal ini menunjukkan secara umum status
ekonomi mahasiswa Indonesia yang berada di Indonesia adalah rendah
(pengeluaran untuk pangan diatas 70%) karena sebagian besar pendapatannya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer (pangan). Namun, jika
dikelompokkan berdasarkan kewarganegaraan, persentase pengeluaran pangan
pada mahasiswa Malaysia lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa status
15
ekonomi mahasiswa yang tinggi berada pada kelompok Malaysia-Indonesian dan
Indonesia-Malaysian, yakni mahasiswa yang belajar bukan di negara asalnya.
Pengetahuan Gizi
Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan dengan menguji subjek melalui 20
pertanyaan tertutup berbentuk pilihan ganda dengan 4 opsi mengenai gizi dan
pengetahuan umum seputar susu. Pertanyaan meliputi pengetahuan dasar
mengenai gizi seperti definisi zat gizi, pengertian diet, dan zat pembangun.
Pertanyaan selanjutnya mencakup pengetahuan dasar mengenai susu dan
kandungan gizi susu seperti definisi susu, bentuk protein dalam susu dan penyakit
akibat kekurangan kalsium. Setelah pengetahuan dasar, diberikan pertanyaan
mengenai pengetahuan umum tentang susu seperti hewan yang menghasilkan susu,
collostrum, definisi susu rendah lemak, produk turunan susu, dan kelainan
mencerna susu. Selanjutnya diberikan pertanyaan lanjutan mengenai karakteristik
susu yang baik dan informasi yang perlu diketahui sebagai konsumen susu seperti
bentuk-bentuk pengolahan susu, pH ideal susu segar, rentang umur aman
mengonsumsi susu sapi, dan detil masa simpan berbagai hasil pengolahan susu
serta cirinya ketika sudah tidak layak konsumsi.
Kuesioner ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) namun konten
dan pemahamannya tetap sama. Selanjutnya, data ditabulasi secara deskriptif dan
digolongkan berdasarkan kategori Khomsan (2000) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 9 Pengetahuan gizi
Indonesia
Pengetah-uan Gizi
INA
n
Malaysia
MYS
%
n
%
INA
n
Total
MYS
%
n
%
INA
n
MYS
%
n
%
Rendah
Sedang
Tinggi
30
4
1
86
11
3
7
17
6
23
57
20
5
8
1
36
57
7
4
19
2
16
76
8
35
12
2
71
24
4
11
36
8
20
65
15
Total
35
100
30
100
14
100
25
100
49
100
55
100
Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapat bahwa secara keseluruhan
mahasiswa berkebangsaan Malaysia memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik
dibandingkan dengan mahasiswa berkebangsaan Indonesia, walaupun mayoritas
masih tergolong ke dalam kategori sedang. Secara keseluruhan pengetahuan gizi
mahasiswa berada pada kategori sedang dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan mahasiswa mengenai gizi dan susu masih belum mendalam dan
perlu ditingkatkan.
Setelah dianalisis lebih lanjut, mahasiswa Indonesia baik yang bersekolah di
Indonesia maupun di Malaysia mayoritas mengetahui pengetahuan dasar
mengenai kandungan gizi susu dan tidak mengetahui informasi mengenai
karakteristik susu. Sedangkan untuk mahasiswa Malaysia baik yang bersekolah di
Indonesia maupun di Malaysia memahami informasi dasar mengenai kandungan
gizi susu dan informasi yang perlu diketahui konsumen seperti rentang umur
aman mengonsumsi susu sapi dan metode pengolahan produk susu. Namun,
kelompok subjek ini mayoritas tidak mengetahui masa simpan produk susu untuk
menjaga agar kualitasnya tetap baik.
16
Kebiasaan dan Pola Makan
Kebiasaan dan pola makan meliputi jenis produk susu dan olahan yang
dikonsumsi, cara pengolahannya, waktu mengonsumsi dan kedudukan produk
susu dan olahannya dalam menu makanan. Data diperoleh melalui kuesioner Food
Frequencies yang dimodifikasi sehingga menggambarkan kebiasaan dan pola
makan subjek.
Karakteristik kebiasaan dan pola makan berbeda untuk setiap kelompok
(Lampiran 4 dan 5). Produk susu dan olahannya yang paling digemari oleh
kelompok Malaysia-Malaysian adalah susu bubuk (64%) diikuti dengan yogurt
(60%) dan susu cair plain dalam kemasan (48%). Sedangkan produk susu dan
olahan yang paling digemari oleh kelompok Malaysia-Indonesian adalah susu cair
dalam kemasan berperisa, susu bubuk dan yogurt dengan proporsi yang sama
yakni 64.29%. Produk susu dan olahannya yang paling digemari oleh kelompok
Indonesia-Malaysian adalah susu cair dalam kemasan plain (66.67%), diikuti
dengan susu bubuk (60%) dan es krim (53.33%). Sedangkan produk susu dan
olahan yang paling digemari oleh kelompok Indonesia-Indonesian adalah susu
cair dalam kemasan berperisa (65.71%), diikuti dengan susu cair dalam kemasan
plain dan es krim dengan proporsi sebesar 31.34% dan 34.29%. Perbedaan
preferensi subjek antara susu cair dalam kemasan berperisa dengan plain mungkin
diakibatkan oleh kebiasaan keluarga yang cenderung menyediakan susu cair
dalam kemasan berperisa di rumah (Hendijani and AbKarim 2010).
Menurut USDA (2011, 2012 & 2013a), terdapat tiga jenis produk yang
mendominasi pasar di Indonesia yaitu susu siap minum UHT (26%), susu kental
manis (35%), dan susu bubuk (39%). Selama tujuh tahun terakhir industri susu
cair dalam kemasan mengalami pertumbuhan sebesar 17.39% sedangkan susu
kental manis mengalami pertumbuhan sebesar 4.745%. Pertumbuhan penjualan
susu kental manis menurun dan diprediksi akan semakin menurun seiring dengan
perubahan preferensi konsumen yang semakin matang dengan beralih pada susu
segar karena proses pembuatan susu kental manis menggunakan susu produksi
lokal dengan kualitas yang rendah, gula dan susu bubuk impor. Namun, 57%
pangsa pasar di Indonesia masih dikuasai oleh tiga produsen besar susu bubuk.
Cara pengolahan produk susu dan olahannya untuk setiap kelompok hampir
sama, yakni mengonsumsi langsung seluruh produk susu dan olahannya (84.21%).
Hanya saja pada produk keju, baik keju cheddar maupun keju singles, mayoritas
responden di semua kelompok lebih memilih untuk mengonsumsinya bersamaan
dengan pangan lain. Sedangkan untuk susu cair dalam kemasan plain beberapa
subjek memilih untuk mengonsumsinya bersamaan dengan pangan lain seperti
sereal, walaupun mayoritas subjek tetap memilih untuk mengonsumsinya
langsung tanpa disertai dengan pangan lain.
Waktu mengonsumsi produk susu dan olahannya untuk setiap kelompok
hampir sama, yakni mengonsumsi produk susu seperti susu segar, susu cair dalam
kemasan baik yang berperisa maupun tidak dan susu bubuk untuk dikonsumsi
sebagai sarapan dan snack. Sedangkan untuk yogurt, susu berfermentasi dan es
krim lebih disukai untuk dikonsumsi sebagai snack. Produk keju seperti keju
cheddar dan keju singles lebih dipilih untuk menjadi menu makan malam dan
dikonsumsi sebagai snack.
17
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner, didapatkan kesimpulan bahwa produk
susu seperti susu segar, susu cair dalam kemasan berperisa maupun plain dan susu
bubuk lebih dipilih untuk dikonsumsi sebagai menu sarapan dengan kedudukan
sebagai minuman. Sedangkan produk olahan susu seperti yogurt, susu
berfermentasi dan es krim lebih disukai untuk dikonsumsi sebagai snack tanpa
adanya campuran dengan bahan makanan lain. Produk keju seperti keju cheddar
dan keju singles lebih dipilih untuk menjadi menu makan malam dan dikonsumsi
sebagai snack bersamaan dengan makanan lain atau sebagai pelengkap menu yang
dikonsumsi.
Alasan Mengonsumsi
Alasan subjek mengonsumsi produk susu dan olahannya dikategorikan
menjadi 6 jenis, yakni faktor kebiasaan keluarga, fungsi organoleptik yang
diwakili dengan rasa, alasan kesehatan, alasan kepraktisan, alasan kemudahan
akses mendapatkan produk dan alasan karena menghindari produk lain (Boniface
and Umberger 2012). Subjek diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu alasan.
Terdapat 304 jenis produk susu dan produk olahannya yang dikonsumsi oleh 104
responden di kedua negara. Adapun penguraian hasil tabulasi (Lampiran 4) adalah
sebagai berikut: sebanyak 17.43% subjek memilih alasan kebiasaan keluarga,
48.68% memilih karena alasan rasa produk, 43.75% memilih produk karena
alasan kesehatan. Sebanyak 12.83% subjek memilih produk karena alasan
kepraktisan dan 13.49% memilih karena kemudahan mendapatkan produk susu
dan produk olahannya. Tidak ada responden yang memilih produk susu dan
olahannya karena menghindari produk lain.
Alasan kese