Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Regina Maharani Tambunan Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 7 September 1993 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl.Seksama Blok A No.18 Simpang Limun, Medan Nama Orang Tua : Mangasi Tambunan, S.H., M.H.

Dominika Marpaung

Riwayat Pendidikan : 1. TK Santo Antonius Medan (1997 – 1999) 2. SD Santo Antonius VI Medan (1999 – 2005) 3. SMP Santo Thomas I Medan (2005 – 2008) 4. SMA Santo Thomas I Medan (2008 – 2011) 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera


(2)

LEMBAR PENJELASAN Saudara Yth,

Nama saya, Regina Maharani Tambunan, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Konsumsi Susu dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 –2013”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan konsumsi susu dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013. Konsumsi susu dapat mempengaruhi kejadian akne vulgaris, berkontribusi terhadap pengaruh komposisi susu terhadap kelenjar sebasea, menyebabkan hipersekresi, dan selanjutnya berdampak besar terhadap kejadian akne vulgaris. Oleh karena itu, saya tertarik meneliti apakah konsumsi susu memiliki hubungan dengan kejadian akne vulgaris.

Manfaat penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan konsumsi susu terhadap kejadian akne vulgaris dan meningkatkan usaha pencegahan akne vulgaris.

Saya akan melakukan wawancara dengan bantuan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai faktor risiko akne vulgaris dan riwayat konsumsi susu. Partisipasi Saudara bersifat sukarela, tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Setiap data dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Saudara yang terpilih, responden dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan, turut serta dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan Saudara.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini. Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Jika selama penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Saudara dapat menghubungi saya:


(3)

Nama : Regina Maharani Tambunan Alamat : Jl. Seksama Blok A No. 18, Medan No. HP : 081361931177

Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2014 Hormat saya,


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) /

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : tahun

Pekerjaan : Mahasiswa FK USU Angkatan Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan dari peneliti secara lengkap dan saya telah memahaminya, maka dengan ini saya secara sukarela, penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut, saya dapat mendapatkannya dari peneliti. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, 2014

Responden Penelitian


(5)

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KONSUMSI SUSU TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2011 – 2013

NAMA : ………

USIA : ………

ANGKATAN : ………

HP/ TELEPON : ………

PETUNJUK PENGISIAN:

• Mohon kuisioner ini diisi oleh Saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada.

• Berilah tanda benar(√) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai keadaan yang sebenarnya

No. PERTANYAAN YA TIDAK

1. Apakah saudara mendapat pengobatan akne vulgaris dalam 1 bulan ini?

2. Apakah saudara mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid, antiepilepsi, antidepresan, antituberkulosis, antineoplastik, antiviral, antipsikosis dalam 1 bulan ini?

3. Apakah saudara merokok?

4. Apakah saudara memakai minyak rambut?

5. Apakah durasi tidur saudara kurang dari tujuh jam? 6. Apakah saudara menderita diabetes mellitus?

7. Apakah orang tua saudara (khususnya Ibu) memiliki skar akne?

• Jika Saudara memberikan jawaban tidak pada pertanyaan nomor 1 – 7, Saudara dapat menjawab pertanyaan selanjutnya.

8. Apakah saudara menderita akne vulgaris? (Sejak umur: ……… tahun)

9. Apakah sejak kecil saudara sudah mengkonsumsi susu?

(Sejak umur: ……… tahun)

10.

Apakah saudara mengkonsumsi susu low fat ≥1 x/minggu?

Susu asam (frekuensi: ……… x/minggu) Susu skim (frekuensi: ……… x/minggu) Susu kedelai (frekuensi: ……… x/minggu)

11. Apakah saudara mengkonsumsi susu full cream ≥1 x/minggu?


(6)

Susu kental manis (frekuensi: ……… x/minggu) Flavoured (frekuensi: ……… x/minggu)

12. Apakah sejak kecil saudara sudah mengkonsumsi makanan yang mengandung susu?

(Sejak umur: ……… tahun)

13.

Apakah saudara mengkonsumsi makanan yang mengandung susu ≥1 x/minggu?

Keju (merk: ………) (frekuensi: ……… x/minggu) Es krim (merk: ………) (frekuensi: ……… x/minggu) Mentega (merk: ………) (frekuensi: ……… x/minggu) Coklat (merk: ………) (frekuensi: ……… x/minggu)


(7)

FOOD RECALL 24 JAM

Tulislah menu makanan yang Saudara konsumsi 1 HARI SEBELUM hari ini.

Waktu

Makan Menu Jenis Bahan Pangan Urt

Pagi

Selingan

Siang


(8)

Malam

Keterangan: Urt (Ukuran rumah tangga) Contoh: 1 piring, 1 gelas, 1 sdm.


(9)

DATA INDUK

No Usia Angkatan Status Susu Jenis Frekuensi Low Fat 1 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 2 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 3 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 4 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 5 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 6 22 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 7 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 8 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi 9 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 10 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi 11 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi 12 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi 13 20 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 14 21 2011 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum 15 21 2011 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi 16 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi 17 21 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 18 19 2012 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum 19 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum 20 20 2012 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum 21 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 22 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 23 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum 24 20 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 25 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 26 19 2012 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum 27 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi


(10)

28 22 2012 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum 29 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 30 19 2012 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi 31 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi 32 17 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi 33 19 2013 Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum 34 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 35 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 36 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 37 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 38 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 39 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 40 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi 41 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 42 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum 43 18 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum 44 17 2013 Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi 45 19 2013 Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k1 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k2 21 2011 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum k3 20 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k4 20 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi k5 19 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k6 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k7 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum


(11)

k8 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi k9 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k10 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k11 20 2011 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum k12 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k13 21 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi k14 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k15 22 2011 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k16 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi k17 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k18 19 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi k19 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k20 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k21 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k22 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi k23 19 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi k24 21 2012 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum k25 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi k26 21 2012 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum k27 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi k28 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Selalu Mengkonsumsi k29 20 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k30 19 2012 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k31 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k32 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum


(12)

k33 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k34 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k35 19 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Selalu Mengkonsumsi k36 20 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi k37 19 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Selalu Tidak Mengkonsum k38 19 2013 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum k39 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi k40 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi k41 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k42 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Full Cream Kadang-kadang Tidak Mengkonsum k43 18 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat Kadang-kadang Mengkonsumsi k44 19 2013 Tidak Menderita Mengkonsumsi Low Fat dan Full Cream Kadang-kadang Mengkonsumsi K45 20 2013 Tidak Menderita Tidak mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi Tidak Pernah Tidak Mengkonsum


(13)

HASIL PENGOLAHAN DATA

1. Analisis Deskriptif Data Kontinu

Statistics

Usia

N Valid 90

Missing 0

Mean 19.68

Median 20.00

Mode 20

Minimum 17

Maximum 22

2. Analisis Frekuensi Angkatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2011 30 33.3 33.3 33.3

2012 30 33.3 33.3 66.7

2013 30 33.3 33.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 2 2.2 2.2 2.2

18 16 17.8 17.8 20.0

19 21 23.3 23.3 43.3

20 27 30.0 30.0 73.3

21 18 20.0 20.0 93.3

22 6 6.7 6.7 100.0


(14)

Konsumsi Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Low Fat 16 17.8 17.8 17.8

Full Cream 39 43.3 43.3 61.1

Low Fat dan Full Cream 24 26.7 26.7 87.8

Tidak Mengkonsumsi 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Konsumsi Susu Low Fat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi 50 55.6 55.6 55.6

Susu Asam 13 14.4 14.4 70.0

Susu Skim 9 10.0 10.0 80.0

Susu Kedelai 9 10.0 10.0 90.0

Susu Asam dan Susu

Kedelai 3 3.3 3.3 93.3

Susu Skim dan Susu

Kedelai 3 3.3 3.3 96.7

Ketiganya 3 3.3 3.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Konsumsi Susu Full Cream

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi 27 30.0 30.0 30.0

Susu Kental Manis 26 28.9 28.9 58.9

Flavoured 24 26.7 26.7 85.6

Susu Kental Manis dan

Flavoured 13 14.4 14.4 100.0


(15)

Frekuensi Konsumsi Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Selalu 47 52.2 52.2 52.2

Kadang-kadang 32 35.6 35.6 87.8

Tidak Pernah 11 12.2 12.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Frekuensi Konsumsi Susu Low Fat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Selalu 13 14.4 14.4 14.4

Kadang-kadang 27 30.0 30.0 44.4

Tidak Pernah 50 55.6 55.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Frekuensi Konsumsi Susu Full Cram

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Selalu 33 36.7 36.7 36.7

Kadang-kadang 30 33.3 33.3 70.0

Tidak Pernah 27 30.0 30.0 100.0


(16)

Konsumsi Produk Olahan Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi 20 22.2 22.2 22.2

Keju 8 8.9 8.9 31.1

Es Krim 2 2.2 2.2 33.3

Coklat 17 18.9 18.9 52.2

Keju dan Mentega 1 1.1 1.1 53.3

Keju dan Coklat 10 11.1 11.1 64.4

Es krim dan Coklat 11 12.2 12.2 76.7

Keju, Es Krim dan Coklat 11 12.2 12.2 88.9

Keju, Mentega, dan Coklat 8 8.9 8.9 97.8

Keju, Es krim, Mentega, dan

Coklat 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Selalu 21 23.3 23.3 23.3

Kadang-kadang 49 54.4 54.4 77.8

Tidak Pernah 20 22.2 22.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Status Akne Vulgaris

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Menderita 45 50.0 50.0 50.0

Menderita 45 50.0 50.0 100.0


(17)

3. Analisis Inferensial

Crosstab Konsumsi Susu – Angkatan

Angkatan

Total 2011 2012 2013

Low Fat Count 3 8 5 16

% within Angkatan 10.0% 26.7% 16.7% 17.8%

Full Cream Count 13 12 14 39

% within Angkatan 43.3% 40.0% 46.7% 43.3%

Low Fat dan Full Cream Count 11 5 8 24

% within Angkatan 36.7% 16.7% 26.7% 26.7%

Tidak Mengkonsumsi Count 3 5 3 11

% within Angkatan 10.0% 16.7% 10.0% 12.2%

Total Count 30 30 30 90

% within Angkatan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Konsumsi Produk Susu - Angkatan

Angkatan

Total 2011 2012 2013

produksusu Mengkonsumsi Count 24 25 21 70

% within Angkatan 80.0% 83.3% 70.0% 77.8%

Tidak Mengkonsumsi Count 6 5 9 20

% within Angkatan 20.0% 16.7% 30.0% 22.2%

Total Count 30 30 30 90


(18)

Crosstab Konsumsi Susu – Usia

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

Low Fat Count 0 3 6 5 2 0 16

% within Usia 0.0% 18.8% 28.6% 18.5% 11.1% 0.0% 17.8%

Full Cream Count 0 10 7 10 7 5 39

% within Usia 0.0% 62.5% 33.3% 37.0% 38.9% 83.3% 43.3% Low Fat dan Full

Cream

Count 2 3 4 9 5 1 24

% within Usia 100.0% 18.8% 19.0% 33.3% 27.8% 16.7% 26.7%

Tidak Mengkonsumsi Count 0 0 4 3 4 0 11

% within Usia 0.0% 0.0% 19.0% 11.1% 22.2% 0.0% 12.2%

Total Count 2 16 21 27 18 6 90

% within Usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Konsumsi Produk Susu – Usia

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

Mengkonsumsi Count 2 11 19 19 14 5 70

% within Usia 100.0% 68.8% 90.5% 70.4% 77.8% 83.3% 77.8% Tidak

Mengkonsumsi

Count 0 5 2 8 4 1 20

% within Usia 0.0% 31.3% 9.5% 29.6% 22.2% 16.7% 22.2%

Total Count 2 16 21 27 18 6 90


(19)

Crosstab Akne Vulgaris-Konsumsi Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

Jenis Susu Yang Dikon sumsi

Low Fat Count 9 7 16

% within Status Akne Vulgaris 20.0% 15.6% 17.8%

Full Cream Count 23 16 39

% within Status Akne Vulgaris 51.1% 35.6% 43.3%

Low Fat dan Full Cream Count 7 17 24

% within Status Akne Vulgaris 15.6% 37.8% 26.7%

Tidak Mengkonsumsi Count 6 5 11

% within Status Akne Vulgaris 13.3% 11.1% 12.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne Vulgaris 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Akne Vulgaris – Produk Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

produksusu Mengkonsumsi Count 33 37 70

% within Status Akne

Vulgaris 73.3% 82.2% 77.8%

Tidak Mengkonsumsi Count 12 8 20

% within Status Akne

Vulgaris 26.7% 17.8% 22.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne


(20)

Crosstab Akne Vulgaris-Frekuensi Konsumsi Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

frekuensisusu Selalu Count 19 28 47

% within Status Akne

Vulgaris 42.2% 62.2% 52.2%

Kadang-kadang Count 20 12 32

% within Status Akne

Vulgaris 44.4% 26.7% 35.6%

Tidak Pernah Count 6 5 11

% within Status Akne

Vulgaris 13.3% 11.1% 12.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne

Vulgaris 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab Akne Vulgaris-Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

fkps Selalu Count 6 15 21

% within Status Akne

Vulgaris 13.3% 33.3% 23.3%

Kadang-kadang Count 27 22 49

% within Status Akne

Vulgaris 60.0% 48.9% 54.4%

Tidak Pernah Count 12 8 20

% within Status Akne

Vulgaris 26.7% 17.8% 22.2%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne


(21)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Konsumsi Susu * Status

Akne Vulgaris 90 100.0% 0 0.0% 90 100.0%

Konsumsi Susu * Status Akne Vulgaris Crosstabulation

Status Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita Menderita

Konsumsi Susu

Tidak mengkonsumsi Count 6 5 11

% within Status Akne

Vulgaris 13.3% 11.1% 12.2%

Mengkonsumsi Count 39 40 79

% within Status Akne

Vulgaris 86.7% 88.9% 87.8%

Total Count 45 45 90

% within Status Akne

Vulgaris 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .104a 1 .748

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .104 1 .747

Fisher's Exact Test 1.000 .500

Linear-by-Linear Association .102 1 .749

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50. b. Computed only for a 2x2 table


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Adebamowo, C.A., et al., 2008. Milk Consumption and Acne in Teenaged Boys. Journal of American Academy of Dermatology, 58 (5): 787 – 793.

Adityan, B. dan Thappa, D.M., 2009. Profile of Acne Vulgaris–A Hospital-Based Study from South India. Indian J Dermatol Venereol Leprol, 75: 272 – 278. Adityan, B., Kumari, R., dan Thappa, D.M., 2009. Scoring Systems in Acne

Vulgaris. Indian J Dermatol Venerol Leprol, 75 (3): 323 – 326.

Al-Hoqail, I.A., 2003. Knowledge, Beliefs and Perceptions of Youth Toward Acne Vulgaris. Saudi Med J, 24: 765 – 768.

Anggraini, Y.D., 2012. Konsumsi Susu dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Balita di Wilayah Kelurahan Pekayon Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012, Universitas Indonesia.

Ascenso, A. dan Marques, H.C., 2009. Acne in The Adult. Mini-Reviews in Medicinal Chemistry, 9 (1): 1 – 10.

Astuti, D.W., 2011. Hubungan Antara Menstruasi dengan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Remaja Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Ayer, J. dan Burrows, N., 2006. Acne: More Than Skin Deep. Postgrad Med J, 82: 500 – 506.

Bancin, B.E.P., 2010. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2007, Universitas Sumatera Utara.

Bergler-Czop, B. dan Brzezińska-Wcisto, L., 2013. Dermatological Problems of The Puberty. Postep Derm Alergol, XXX (3): 178 – 187.


(23)

Chan, J.J. dan Rohr, J.B., 2000. Acne Vulgaris: Yesterday, Today, and Tomorrow. Australas J Dermatol, 41: 69 – 72.

Collier, A.P., Freeman, S.R., dan Dellavalle, R.P., 2008. Acne Vulgaris. Dalam: Williams, H.C., et al., eds. Evidence-Based Dermatology. 2nd ed. UK: Blackwell Publishing, 83 – 105.

Cordain, L., 2005. Implications for The Role of Diet in Acne. Semin Cutan Med Surg, 24: 84 – 91.

Cunliffe, W.J., 1980. Acne Vulgaris: Pathogenesis and Treatment. British Medical Journal, 1394 – 1396.

Danby, F.W., 2005. Acne and Milk, The Diet Myth, and Beyond. J Am Acad Dermatol, 52: 360 – 362.

Danby, F.W., 2011. Acne: Diet and Acnegenesis. Indian Dermatol Online, 2 (1): 2 – 5.

Dawson, A.L. dan Dellavalle, R.P., 2013. Acne Vulgaris. BMJ, 1 – 7.

Donnet-Hughes, A., Duc, N., Serrant, P., Vidal, K., dan Schiffrin, E.J., 2000. Bioactive Molecules in Milk and Their Role in Health and Disease: The role of Transformation Growth Factor-Beta. Immunol Cell Biol, 78: 74 79. Ebling, F.J. dan Rook, A., 1972. The Sebaceous Gland. Dalam: Rook, A.,

Wilkinson, D.S., dan Ebling, F.J.G., eds. Textbook of Dermatology. Australia: Blackwell Scientific Publications, 2 (2): 1526 – 1558.

Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.

Feldman, S., Careccia, R.E., Barham, K.L., dan Hancox, J., 2004. Diagnosis and Treatment of Acne. Am Fam Physician, 69 (9): 2123 2130.


(24)

Fulton, J. dan Harper, J.C., 2013. Acne Vulgaris. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-followup#showall. [Diakses 17 April 2014].

Graham-Brown, R. dan Burns, T., 2005. Lecture Notes on Dermatology. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.

Gurriannisha, R., 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010, Universitas Sumatera Utara.

Halvorsen, J.A., Dalgard, F., Thoresen, M., Bjertness, E., dan Lien, L., 2009. Is The Association Between Acne and Mental Distress Influenced by Diet? Results from A Cross-Sectional Population Study Among 3775 Late Adolescents in Oslo, Norway. BMC Public Health, 9 (340): 1 – 8.

Harahap, M., 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Hardinsyah, Damayanthi, E., dan Zulianti, W., 2008. Hubungan Konsumsi Susu dan Kalsium dengan Densitas Tulang dan Tinggi Badan Remaja. Jurnal Gizi dan Pangan, 3 (1): 43 – 48.

Hartmann, S., Lacorn, M., dan Steinhart, H., Natural Occurance of Steroid Hormones in Food. Food Chem, 62: 7 – 20.

Hoyt, G., Hickey, M.S., dan Cordain, L., 2005. Dissociation of The Glycemic and Insulinemic Responses to Whole and Skimmed Milk. Br J Nutr, 93: 175 177.

Indrawan, N., 2013. Hubungan Asupan Lemak Jenuh dengan Kejadian Akne Vulgaris, Universitas Diponegoro.

Ismail, N.H., Manaf, Z.A., dan Azizan, N.Z., 2012. High Glycemic Load Diet, Milk, and Ice Cream Consumption Are Related to Acne Vulgaris in Malaysian Young Adults: A Case Control Study. BMC Dermatology, 12 (13): 1 – 8.


(25)

Kabau, S., 2012. Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Akne Vulgaris, Universitas Diponegoro.

Kairavee, D. dan Vivek, C., 2010. Factors Aggravating Or Precipitating Acne. National Journal of Community Medicine, 1 (1): 44 46.

Lawrence, A.S., 2012. Milk and Milk Products. Dalam: Mann, J., Truswell, A.S., eds. Essentials of Human Nutrition. 4th ed. New York: Oxford University Press, 420 – 423.

Lubis, R.D., 2008. Perbedaan Siringoma, Milium, Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.

Madiyono, B., Moeslichan, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., dan Purwanto, S.H., 2011. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., eds. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 348 – 382. Magin, P.J., Adams, J., Heading, G.S., Pond, C.D., 2009. Patients with Skin

Disease and Their Relationships with Their Doctors: A Qualitative Study of Patients with Acne, Psoriasis, and Eczema. MJA, 190 (2): 62 – 64.

Margaretha, C., 2013. Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu (Dairy Products) dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010, Universitas Sumatera Utara.

McCalmont, T.H., 2011. Penyakit Kulit. Dalam: McPhee, S.J. dan Ganong, W.F., eds. Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC, 205 – 234.

Meikawati, W. dan Amalia, R., 2010. Hubungan Kebiasaan Minum Susu dan Olahraga dengan Kepadatan Tulang Remaja (Studi di SMAN 3 Semarang), Universitas Muhammadiyah Semarang.


(26)

Melnik, B.C., 2009. Evidence for Acne-Promoting Effects of Milk and Other Insulinotropic Dairy Products. Diunduh dari: http://www.researchgate.net/publication/49850224_Evidence_for_acne-promoting_effects_of_milk_and_other_insulinotropic_dairy_products. [Diakses 26 Oktober 2014].

Melnik, B.C., 2012. Dietary Intervention in Acne. Dermato-Endocrinology, 4 (1): 20 – 32.

Mitchell, R.N., et al., 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC.

Mohan, 2007. Acne Vulgaris: Clinical Features and Pathogenesis. Diunduh dari: http://www.shvoong.com/medicine-and-health/dermatology/1721418-acne-vulgaris-clinical-features-pathogenesis/. [Diakses 11 April 2014].

Munawar, S., et al., 2009. Precipitating Factors of Acne Vulgaris in Females. Ann Pak Inst Med Sci, 5 (2): 104 – 107.

Oski, F.A., 2013. Don’t Drink Your Milk. Jakarta: Noura Books.

Pampaniya, P.V. dan Pandya, D.H., 2013. Effect of Shalmalyadilepa and Guduchyadivati in The Management of Yauvanapidika (Acne). Ayu, 34 (2): 174 – 179.

Pappas, A., 2009. The Relationship of Diet and Acne. Dermato-Endocrinology, 1 (5): 262 – 267.

Pontes, T.C., Trindade, A.S.P., Filho, G.M.C.F., Filho, J.F.S., 2013. Incidence of Acne Vulgaris in Young Adult Users of Protein-Calorie Supplements in The City of João Pessoa – PB. An Bras Dermatol, 88 (6): 907 912.

Purba, S.N., 2013. Perbandingan Kadar Vitamin E Plasma pada Berbagai Derajat Keparahan Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.


(27)

Purnamasari, D., Indarastiti, R., dan Ratnaningrum, K., 2012. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi SMA Negri 14 Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Putra, S.R., 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika.

Rathi, S.K., 2011. Acne Vulgaris Treatment: The Current Scenario. Indian J Dermatol, 56 (1): 7 – 13.

Ravi, T., 2011. Kualitas Hidup pada Pasien Akne Vulgaris, Universitas Sumatera Utara.

Ray, C., Trivedi, P., dan Sharma, V., 2013. Acne and Its Treatment Lines. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biosciences, 3 (1): 1 – 16.

Rezaković, S., Mokos, Z.B., dan Basta-Juzbašić, A., 2012. Acne and Diet: Facts and Controversies. Acta Dermatovenerol Croat, 20 (3): 170 – 174.

Rigopoulos, D., et al., 2007. Coping With Acne: Beliefs And Perceptions in A Sample of Secondary School Greek Pupils. J Eur Acad Dermatol Venereol, 21: 806 – 810.

Rivera, R. dan Guerra, A., 2009. Management of Acne in Women Over 25 Years of Age. Actas Dermosifiliogr, 100: 33 – 37.

Rizki, L., 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Khasiat Susu Bagi Kesehatan, Universitas Sumatera Utara.

Selak, S., 2013. The Role of P.acnes in The Pathogenesis of Acne Vulgaris,

Origimm Biotechnology. Diunduh dari:

http://www.origimm.com/resources/the-role-of-p-acnes-in-the-pathogenesis-of-acne-vulgaris/. [Diakses 2 April 2014].


(28)

Simangunsong, O.K.N.Y., 2012. Gambaran Karakteristik Siswa SD dan Kebiasaan Minum Susu di SD Budi Murni 1 Medan Tahun 2012, Universitas Sumatera Utara.

Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Smith, R.N., et al., 2007. A-Low-Glycemic-Load Diet Improves Symptoms in Acne Vulgaris Patients: A Randomized Controlled Trial. Am J Clin Nutr, 86: 107 – 115.

Strasburger, V.C., et al., 2006. Adolescent Medicine: A Handbook for Primary Care. U.S.: Lippincott Williams & Wilkins.

Sutanto, R.S., 2013. Derajat Penyakit Akne Vulgaris Berhubungan Positif dengan Kadar MDA, Universitas Udayana.

Tahir, M., 2010. Pathogenesis of Acne Vulgaris: Simplified. Journal of Pakistan Association of Dermatologists, 20: 93 – 97.

Tambunan, C.N., 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Osteoporosis dengan Konsumsi Susu Pada Wanita Premenopause di Lingkungan I Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2012, Universitas Sumatera Utara.

Treloar, V., 2012. Acne and Diet. Dalam: Kohlstadt, I., ed. Advancing Medicine with Food and Nutrients. 2nd ed. U.S.: CRC Press, 417 – 434.

Veith, W.B. dan Silverberg, N.B., 2011. The Association of Acne Vulgaris With Diet. Cutis, 88: 84 – 91.

Wasitaatmadja, S.M., 2011. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S., eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 253 – 260.


(29)

Wijayanti, S., 2009. Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi Segar dari Koperasi Unit Desa di Kabupaten Boyolali, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Williams, H.C., Dellavalle, R.P., dan Garner, S., 2012. Acne Vulgaris. Lancet, 379: 361 – 372.

Wiseman, G., 2002. Nutrition and Health. London: Taylor&Francis.

Zouboulis, C.C., 2009. Acne Vulgaris. Dalam: Lang, F., ed. Encyclopedia of Molecular Mechanisms of Disease. Germany: Springer, 19 – 21.


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen Populasi Konsumsi (+)

Akne vulgaris Konsumsi (-)

Sampel Konsumsi (+)

Non akne vulgaris Konsumsi (-)

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Variabel independen pada penelitian ini adalah kebiasaan mengonsumsi susu pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013 dan variabel independen pada

Konsumsi Susu Kejadian Akne


(31)

penelitian ini adalah kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013.

3.2. Definisi Operasional

1. Akne vulgaris adalah kondisi subjek penelitian yang mengalami peradangan menahun folikel pilosebasea yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papula, pustula, nodul, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. Dalam hal ini perbedaan derajat keparahan akne vulgaris yang diderita sampel tidak diperhitungkan, hanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya akne vulgaris.

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : - Menderita: ditemukan akne vulgaris (derajat ringan – berat) pada saat wawancara - Tidak menderita: tidak ditemukan akne

vulgaris (tidak termasuk derajat ringan, sedang, dan berat) pada saat wawancara Skala Pengukuran : Nominal

2. Susu adalah cairan bergizi yang diolah menjadi berbagai produk dan dikelompokkan menjadi low fat (susu asam, susu skim, dan susu kedelai) dan full cream (susu kental manis, dan flavoured atau susu dengan tambahan rasa coklat, strawberry, pisang, dll) guna dikonsumsi oleh manusia.

Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Mengkonsumsi susu, tidak mengkonsumsi Skala Pengukuran : Nominal


(32)

3. Frekuensi konsumsi susu dalam penelitian ini terbagi menjadi: Selalu : ≥ 7 kali/ minggu

Kadang-kadang : 1 – 6 kali/ minggu Tidak Pernah : < 1 kali/ minggu Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Selalu, kadang-kadang, tidak pernah Skala Pengukuran : Ordinal

4. Takaran konsumsi susu dalam penelitian ini terbagi menjadi: a. 1 gelas per hari

b. ≥ 2 gelas per hari

5. Produk olahan susu adalah makanan yang mengandung susu sebagai salah satu bahan utamanya dan sekarang telah banyak dikonsumsi dalam bentuk:

a. Keju :35 gr keju (3 slices) = 1 gelas susu (200 cc) b. Es krim :160 gr es krim (1 scoop) = 1 gelas susu (200 cc) c. Coklat :200 gr coklat = ½ gelas susu (100 cc)

d. Mentega :3 sdt (15 gr) = 1 gelas susu (200 cc) Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Mengkonsumsi, tidak mengkonsumsi Skala Pengukuran : Nominal

6. Frekuensi konsumsi produk olahan susu dalam penelitian ini terbagi menjadi:

Selalu : ≥ 7 kali/minggu Kadang-kadang : 1 – 6 kali/minggu Tidak Pernah : < 1 kali/minggu Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Selalu, kadang-kadang, tidak pernah Skala Pengukuran : Ordinal


(33)

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara konsumsi susu terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah studi analitik. Pendekatan dilakukan dengan metode case-control (kasus kontrol).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tempat ini memiliki populasi yang cukup besar, selain itu, mahasiswa kedokteran dinilai dapat mengenali akne vulgaris dengan baik sehingga diasumsikan dapat menjawab pertanyaan dalam kuesioner dengan baik.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Mahasiswa FK USU yang menderita akne vulgaris dan tidak menderita akne vulgaris.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013 yang menderita akne vulgaris dan tidak menderita akne vulgaris.


(35)

4.3.3. Sampel Penelitian

Mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013, yang menderita akne vulgaris dan tidak menderita akne vulgaris, dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

A. Kriteria Inklusi untuk Kasus a. Mahasiswa pria.

b. Menderita akne vulgaris (semua derajat/grade). c. Usia 17 – 25 tahun.

d. Bersedia untuk ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

B. Kriteria Eksklusi untuk Kasus a. Perokok.

b. Memakai minyak rambut.

c. Jam tidur per hari kurang dari 7 jam.

d. Mahasiswa yang mengkonsumsi makanan berlemak (selain susu dan produknya) setiap hari.

e. Mahasiswa yang menderita penyakit hati. f. Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus.

g. Memiliki riwayat akne vulgaris derajat berat (dinilai dari adanya skar) dalam keluarga.

h. Mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian.

i. Mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretionin oral maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum dilakukan penelitian.

j. Mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi akne vulgaris seperti kortikosteroid, antiepilepsi atau antikonvulsan


(36)

(difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion), antidepresan, INH, antineoplastik, antiviral, tetrasiklin, vitamin B12, antipsikosis, dan yodida dalam waktu 1 bulan sebelum mengikuti penelitian.

C. Kriteria Inklusi untuk Kontrol a. Mahasiswa pria

b. Tidak menderita akne vulgaris. c. Usia 17 – 25 tahun.

d. Bersedia untuk ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

D. Kriteria Eksklusi untuk Kontrol a. Perokok.

b. Memakai minyak rambut.

c. Jam tidur per hari kurang dari 7 jam.

d. Mahasiswa yang mengkonsumsi makanan berlemak (selain susu dan produknya) setiap hari.

e. Mahasiswa yang menderita penyakit hati. f. Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus.

g. Memiliki riwayat akne vulgaris derajat berat (dinilai dari adanya skar) dalam keluarga.

h. Mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian.

i. Mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretionin oral maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum dilakukan penelitian.

j. Mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi akne vulgaris seperti kortikosteroid, antiepilepsi atau antikonvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion), antidepresan, INH, antineoplastik, antiviral, tetrasiklin, vitamin B12, antipsikosis, dan yodida dalam waktu 1 bulan sebelum mengikuti penelitian.


(37)

E. Besar Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Madiyono, Moeslichan, Sastroasmoro, Budiman, dan Purwanto, 2011):

n1= n2= ( √ √

)

n1= n2= √ √

n1= n2= 38,49 ≈ 45

n1 = jumlah pasien akne vulgaris n2 = jumlah pasien kontrol

zα = deviat baku alfa, CI= 95%, kesalahan tipe 1 = 5% = 1,960 zβ = deviat baku beta , kesalahan tipe 2= 20 % = 0,842

P1 = proporsi standar dari pustaka

P2 = proporsi pada kelompok yang merupakan judgement dari peneliti P = proporsi total =

Q = 1-P

Sampel untuk setiap kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol masing-masing adalah 45, sehingga jumlah sampel adalah 90. Sampel tersebut kemudian didistribusikan sesuai angkatan sebagai berikut:

a. Mahasiswa angkatan 2011: orang. b. Mahasiswa angkatan 2012: orang. c. Mahasiswa angkatan 2013: orang.


(38)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu consecutive sampling. Pada penelitian ini, semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang telah disusun dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sehingga alat ukur menjadi valid. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil dari jawaban kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data hasil uji validitas dan reliabilitas

Nomor Pertanyaan

Total

Pearson Correlation Status Alpha Status

1 0,620 Valid 0,866 Reliabel

2 0,706 Valid Reliabel

3 0,591 Valid Reliabel

4 0,594 Valid Reliabel

5 0,588 Valid Reliabel

6 0,706 Valid Reliabel

7 0,633 Valid Reliabel

8 0,810 Valid Reliabel

9 0,591 Valid Reliabel

10 0,613 Valid Reliabel

11 0,633 Valid Reliabel


(39)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak perguruan tinggi yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan di tempat tersebut.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Tabel 4.2. Gambaran metode analisis penelitian dengan chi square Akne vulgaris (+) Akne vulgaris (-) Jumlah

Konsumsi (+) A B A+B

Konsumsi (-) C D C+D

Jumlah A+C B+D A+B+C+D

Analisis statistik diolah dengan menggunakan software SPSS. Analisis data antara variabel konsumsi susu dan akne vulgaris dilakukan uji hipotesis dengan analisis bivariat chi square berupa table 2x2 untuk melihat besar hubungannya.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur No.5 Medan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

a. Batas utara : Jalan Dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki beberapa ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Pada tahun 2014, terdapat 4 angkatan yang sedang mengikuti pendidikan yang meliputi angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014.

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013. Jumlah sampel adalah 90 orang mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian. Karakteristik sampel pada penelitian ini dideskripsikan berdasarkan angkatan, usia, kebiasaan mengkonsumsi susu, frekuensi konsumsi susu, kebiasaan mengkonsumsi produk olahan susu, frekuensi konsumsi produk olahan susu, kebiasaan mengkonsumsi susu dan produk olahan susu dan kejadian akne vulgaris.


(41)

5.2.1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Angkatan

Pada penelitian ini, sampel didistribusikan sesuai angkatan. Dari 90 orang mahasiswa, terdapat 30 orang (33.3%) mahasiswa angkatan 2011, 30 orang (33.3%) mahasiswa angkatan 2012, 30 orang (33.3%) mahasiswa angkatan 2013.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Angkatan

Angkatan Frekuensi Persentase (%)

2011 30 33.3

2012 30 33.3

2013 30 33.3

Total 90 100.0

5.2.2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Responden yang dimasukkan sebagai sampel pada penelitian ini memiliki latar belakang usia yang cukup bervariasi.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

17 2 2.2

18 16 17.8

19 21 23.3

20 27 30.0

21 18 20.0

22 6 6.7

Total 90 100.0

Dari 90 orang sampel, terdapat 2 orang (2,2%) mahasiswa berusia 17 tahun, 16 orang (17,8%) mahasiswa berusia 18 tahun, 21 orang (23,3%) mahasiswa berusia 19 tahun, 27 orang (30%) mahasiswa berusia 20 tahun, 18 orang (20%) mahasiswa berusia 21 tahun, dan 6 orang (6,7%) mahasiswa berusia 22 tahun.


(42)

Rata-rata usia sampel adalah 19,68 dengan median 20 tahun. Usia termuda adalah 17 tahun, sedangkan usia tertua adalah 22 tahun dan usia yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah 20 tahun.

5.2.3. Karakteristik Sampel Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu Sampel yang mengkonsumsi susu ditemukan lebih banyak daripada sampel yang tidak mengkonsumsi susu pada penelitian ini.

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu

Konsumsi Susu Frekuensi Persentase (%)

Tidak mengkonsumsi 11 12.2

Mengkonsumsi 79 87.8

Low Fat 16 17.8

Full Cream 39 43.3

Low Fat dan Full Cream 24 26.7

Total 90 100.0

Dari 90 orang sampel, terdapat 11 orang (12,2%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu, 16 orang (17,8%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu low fat, 39 orang (43,3%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu full cream, serta 24 orang (26,7%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu low fat dan full cream. Pada penelitian ini mahasiswa yang mengkonsumsi susu full cream adalah kelompok yang terbanyak ditemukan.

Susu low fat dan susu full cream sendiri memiliki berbagai jenis variasi dan pada penelitian ini susu low fat dibagi atas susu asam, susu skim, dan susu kedelai. Mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu low fat berjumlah 50 orang (55,6%) dan yang mengkonsumsi berjumlah 40 orang (44,4%) mahasiswa. Dari 40 orang tersebut terdapat 13 orang (14,4%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu asam, 9 orang (10%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu skim, 9 orang (10%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu kedelai, 3 orang (3,3%) mahasiswa yang


(43)

mengkonsumsi susu asam dan susu kedelai, 3 orang (3,3%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu skim dan susu kedelai, dan 3 orang (3,3%) mahasiswa yang mengkonsumsi ketiga jenis susu low fat tersebut. Tidak ada mahasiswa yang mengkonsumsi susu asam dan susu skim.

Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Susu yang Dikonsumsi

Jenis Susu Frekuensi Persentase (%)

1. Low Fat

Tidak Mengkonsumsi 50 55.6

Mengkonsumsi 40 44.4

Susu Asam 13 14.4

Susu Skim 9 10.0

Susu Kedelai 9 10.0

Susu Asam dan Susu Skim - -

Susu Asam dan Susu Kedelai 3 3.3

Susu Skim dan Susu Kedelai 3 3.3

Ketiganya 3 3.3

Total 90 100.0

2. Full Cream

Tidak Mengkonsumsi 26 28.9

Mengkonsumsi 64 71.1

Susu Kental Manis 27 30

Flavored 24 26.7

Keduanya 13 14.4

Total 90 100.0

Pembagian susu full cream pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu susu kental manis dan susu flavored. Mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu full cream berjumlah 27 orang (30%) dan yang mengkonsumsi berjumlah 63 orang (70%) mahasiswa. Dari 63 orang tersebut terdapat 26 orang (28,9%) mahasiswa


(44)

yang mengkonsumsi susu kental manis, 24 orang (26,7%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu flavored dan 13 orang (14,4%) mahasiswa yang mengkonsumsi kedua jenis susu full cream tersebut.

5.2.4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu

Pada penelitian ini juga terdapat frekuensi mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013. Frekuensi konsumsi susu terbanyak dalam 1 minggu pada sampel penelitian ini adalah 22 kali dalam seminggu, dan yang paling sedikit adalah 0 atau tidak pernah mengkonsumsi susu.

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu

Frekuensi Konsumsi Susu Frekuensi Persentase (%)

Selalu (≥7 kali/minggu) 47 52.2

Kadang-kadang (1 – 6 kali/minggu) 32 35.6 Tidak Pernah (<1kali/minggu) 11 12.2

Total 90 100.0

Mahasiswa yang “selalu” mengkonsumsi susu merupakan kelompok sampel yang ditemukan paling banyak yaitu 47 orang (52,2%) mahasiswa. Sebagian lagi adalah mahasiswa yang “kadang-kadang” mengkonsumsi susu yaitu 32 orang (35,6%) mahasiswa dan “tidak pernah” mengkonsumsi sebanyak 11 orang (12,2%) mahasiswa.

Rata-rata frekuensi konsumsi susu low fat adalah “tidak pernah” yaitu 50 orang (55,6%) mahasiswa. Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sampel yang “selalu” mengkonsumsi susu low fat sebanyak 13 orang (14,4%) mahasiswa dan sampel yang “kadang-kadang” mengkonsumsi sebanyak 27 orang (30%) mahasiswa.

Sedangkan untuk susu full cream didapat sampel yang “selalu” mengkonsumsi lebih banyak, yaitu sekitar 33 orang (36,7%) mahasiswa. Sampel yang “kadang-kadang” mengkonsumsi susu full cream sebanyak 30 orang


(45)

(33,3%) mahasiswa dan sampel yang “tidak pernah” mengkonsumsi sebanyak 27 orang (30%) mahasiswa.

Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu dengan Jenis Susu Dibedakan

Frekuensi Konsumsi Susu Frekuensi Persentase (%) 1. Susu Low Fat

Selalu 13 14.4

Kadang-kadang 27 30.0

Tidak Pernah 50 55.6

Total 90 100.0

2. Susu Full Cream

Selalu 33 36,7

Kadang-kadang 30 33.3

Tidak Pernah 27 30.0

Total 90 100.0

5.2.5. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Produk Olahan Susu Sampel yang mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan lebih banyak daripada sampel yang tidak mengkonsumsi produk olahan susu pada penelitian ini. Dari 70 orang (77,8%) mahasiswa yang mengkonsumsi produk olahan susu, terdapat kelompok mahasiswa yang mengkonsumsi coklat terbanyak yaitu 17 orang (18,9%) mahasiswa. Mahasiswa yang mengkonsumsi keju sebanyak 8 orang (8,9%) mahasiswa, 2 orang (2,2%) mahasiswa yang mengkonsumsi es krim, 1 orang (1,1%) mahasiswa yang mengkonsumsi keju dan mentega, 10 orang (11,1%) mahasiswa yang mengkonsumsi keju dan coklat, 11 orang (12,2%) mahasiswa yang mengkonsumsi es krim dan coklat, 11 orang (12,2%) mahasiswa yang mengkonsumsi keju, es krim dan coklat, 8 orang (8,9%) mahasiswa yang mengkonsumsi keju, mentega dan coklat, serta 2 orang (2,2%) mahasiswa yang mengkonsumsi keempat jenis produk olahan susu tersebut. Pada penelitian ini


(46)

mahasiswa yang tidak mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan sebanyak 20 orang (22,2%) mahasiswa.

Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Produk Olahan Susu

Produk Olahan Susu Frekuensi Persentase (%)

Tidak Mengkonsumsi 20 22.2

Mengkonsumsi 70 77.8

Keju 8 8.9

Es Krim 2 2.2

Coklat 17 18.9

Keju dan Mentega 1 1.1

Keju dan Coklat 10 11.1

Es krim dan Coklat 11 12.2

Keju, Es Krim dan Coklat 11 12.2

Keju, Mentega, dan Coklat 8 8.9

Keju, Es krim, Mentega, dan Coklat 2 2.2

Total 90 100.0

5.2.6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu

Rata-rata frekuensi konsumsi produk olahan susu pada sampel penelitian adalah 4 kali dalam seminggu. Frekuensi konsumsi terendah adalah 0 atau tidak mengkonsumsi, sedangkan frekuensi konsumsi tertinggi adalah 21 kali dalam seminggu. Pada penelitian ini, mahasiswa yang “kadang-kadang” mengkonsumsi produk olahan susu sebanyak 49 orang (54,4%) mahasiswa ditemukan lebih banyak daripada mahasiswa yang “selalu” mengkonsumsi yaitu 21 orang (23,3%) dan mahasiswa yang “tidak pernah” mengkonsumsi yaitu 20 orang (22,2%).


(47)

Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu

Frekuensi Konsumsi Frekuensi Persentase (%)

Selalu (≥7 kali/minggu) 21 23.3

Kadang-kadang (1 – 6 kali/minggu) 49 54.4 Tidak Pernah (<1kali/minggu) 20 22.2

Total 90 100.0

5.2.8. Karakteristik Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris

Distribusi sampel berdasarkan kejadian akne vulgaris dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.9. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris Kejadian Akne Vulgaris Frekuensi Persentase (%)

Tidak Menderita 45 50.0

Menderita 45 50.0

Total 90 100.0

Dari tabel 5.9. diketahui bahwa dari seluruh sampel terdapat 45 orang (50%) mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris, sedangkan sebagian lagi 45 orang (50%) mahasiswa menderita akne vulgaris. Pada penelitian ini, mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan mahasiswa yang menderita akne vulgaris dikelompokkan menjadi kelompok kasus.

5.3. Hasil Analisis Data

Karakteristik tiap data dianalisis pada tiap kelompok sampel. Karakteristik mengkonsumsi susu dan produk olahan susu pada sampel dianalisis berdasarkan angkatan dan usia. Karakteristik kejadian akne vulgaris sampel dianalisis berdasarkan angkatan, usia, kebiasaan mengkonsumsi susu dan produk olahan susu dan frekuensinya. Kemudian, hubungan antara kebiasaan konsumsi susu dengan kejadian akne vulgaris dianalisis dengan uji chi-square.


(48)

5.3.1. Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Dari 90 orang sampel, terdapat 11 orang (12,2%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu dan 79 orang (87,8%) mahasiswa yang mengkonsumsi susu, Mahasiswa yang mengkonsumsi susu low fat terbanyak adalah mahasiswa FK USU angkatan 2012, yaitu 8 orang (26,7%) mahasiswa. Mahasiswa yang mengkonsumsi susu full cream paling banyak adalah mahasiswa FK USU angkatan 2013, yaitu 14 orang (46,7%) mahasiswa. Mahasiswa FK USU angkatan 2011 adalah kelompok yang mengkonsumsi susu low fat dan full cream terbanyak yaitu 11 orang (36,7%) mahasiswa.

Sedangkan untuk mahasiswa yang mengkonsumsi produk olahan susu terbanyak adalah mahasiswa FK USU angkatan 2012, yaitu 25 orang (83,3%) mahasiswa dan terdapat 5 orang (16,7%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi.

Tabel 5.10. Distribusi Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Berdasarkan Angkatan

Konsumsi

Angkatan

Total

2011 2012 2013

N % n % n % n %

1.Susu

Tidak Mengkonsumsi 3 10.0 5 16.7 3 10.0 11 12.2 Mengkonsumsi 27 90.0 25 83.3 27 90.0 79 87.8

Low Fat 3 10.0 8 26.7 5 16.7 16 17.8 Full Cream 13 43.3 12 40.0 14 46.7 39 43.3 Keduanya 11 36.7 5 16.7 8 26.7 24 26.7 Total 30 100.0 30 100.0 30 100.0 90 100.0 2.Produk Olahan Susu

Mengkonsumsi 24 80.0 25 83.3 21 70.0 70 77.8 Tidak Mengkonsumsi 6 20.0 5 16.7 9 30.0 20 22.2 Total 30 100.0 30 100.0 30 100.0 90 100.0


(49)

Tabel 5.11. Distribusi Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk olahan susu Berdasarkan Usia

Konsumsi

Usia

Total

17 18 19 20 21 22

n % N % n % n % n % n % n %

1.Susu Tidak

Mengkonsumsi 0 0.0 0 0.0 4 19.0 3 11.1 4 22.2 0 0.0 11 12.2 Mengkonsumsi 2 100.0 16 100.0 17 81.0 24 88.9 14 77.8 6 100.0 79 87.8 Low Fat 0 0.0 3 18.8 6 28.6 5 18.5 2 11.1 0 0.0 16 17.8 Full Cream 0 0.0 10 62.5 7 33.3 10 37.0 7 38.9 5 83.3 39 43.3 Keduanya 2 100.0 3 18.8 4 19.0 9 33.3 5 27.8 1 16.7 24 26.7 Total 2 100.0 16 100.0 21 100.0 27 100.0 18 100.0 6 100.0 90 100.0 2. Produk Olahan Susu

Mengkonsumsi 2 100.0 11 68.8 19 90.5 29 70.4 14 77.8 5 83.3 70 77.8 Tidak

Mengkonsumsi 0 0.0 5 31.3 2 9.5 8 29.6 4 22.2 1 16.7 20 22.2 Total 2 100.0 16 100.0 21 100.0 27 100.0 18 100.0 6 100.0 90 100.0

Dari tabel 5.11 dapat ditarik kesimpulan bahwa susu full cream merupakan susu yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel pada penelitian ini, yaitu sekitar 39 orang (43,3%). Dari 39 orang tersebut, tidak ada kelompok sampel berusia 17 tahun yang mengkonsumsi tetapi ditemukan 10 orang (62.5%) mahasiswa kelompok usia 18 tahun yang mengkonsumsi, 7 orang (33,3%) mahasiswa kelompok usia 19 tahun, 10 orang (37%) mahasiswa kelompok usia 20 tahun, 7 orang (38,9%) mahasiswa kelompok usia 21 tahun, dan 5 orang (83,3%) mahasiswa kelompok usia 22 tahun.

Rata rata semua kelompok usia pada sampel penelitian ini, 17 – 22 tahun, mengkonsumsi semua produk olahan susu (70 orang (77,8%)). Hanya 20 orang (22,2%) mahasiswa yang tidak mengkonsumsi.


(50)

5.3.2. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Pada penelitian ini, sampel yang menderita akne vulgaris dikelompokkan sebagai kelompok kasus dan yang tidak menderita akne vulgaris dikelompokkan sebagai kelompok kontrol. Kasus dan kontrol didistribusikan secara merata disetiap angkatan, yaitu 15 orang (33,3%) mahasiswa sebagai kontrol di setiap angkatan yaitu 2011, 2012 dan 2013 dan 15 orang (33,3%) mahasiswa sebagai kasus. Dari 45 orang (50%) kelompok kasus didapat kelompok usia 19 tahun yang paling banyak, yaitu 13 orang (28,9%) mahasiswa dan sisanya 8 orang (17,8%) mahasiswa sebagai kontrol.

Tabel 5.12. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Angkatan dan Usia

Karakteristik

Akne Vulgaris

Total Tidak Menderita

(Kontrol)

Menderita (Kasus)

n % n % n %

1. Angkatan

2011 15 33.3 15 33.3 30 33.3

2012 15 33.3 15 33.3 30 33.3

2013 15 33.3 15 33.3 30 33.3

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

2. Usia

17 0 0.0 2 4.4 2 2.2

18 9 20.0 7 15.6 16 17.8

19 8 17.8 13 28.9 21 23.3

20 15 33.3 12 26.7 27 30.0

21 9 20.0 9 20.0 18 20.0

22 4 8.9 2 4.4 6 6.7


(51)

5.3.3. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu dan Produk Olahan Susu serta Frekuensinya.

Dari tabel 5.13, jumlah kasus yang mengkonsumsi susu ditemukan lebih banyak dari jumlah kontrol yang mengkonsumsi susu, yaitu 40 orang (88,9%) mahasiswa. Kelompok kontrol ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi susu full cream, yaitu 23 orang (51,1%) mahasiswa. Kelompok kasus paling banyak ditemukan pada kelompok yang mengkonsumsi kedua jenis susu tersebut (low fat dan full cream), yaitu 17 orang (37,8%) mahasiswa.

Sedangkan untuk produk olahan susu, kelompok kasus ditemukan lebih banyak mengkonsumsi produk olahan susu, yaitu 37 orang (82,2%) mahasiswa dibandingkan kelompok kontrol, yaitu 33 orang (73,3%) mahasiswa. Kelompok kasus yang mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi keju dan coklat, yaitu sebanyak 8 orang (17,8%) mahasiswa, sedangkan kelompok kontrol yang mengkonsumsi produk olahan susu ditemukan paling banyak mengkonsumsi coklat, yaitu sebanyak 10 orang (22,2%) mahasiswa.

Tabel 5.13. Distribusi Karakteristik Akne Vulgaris Berdasarkan Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu

Konsumsi

Akne Vulgaris

Total Kontrol Kasus

n % n % n %

1. Susu

Tidak Mengkonsumsi 6 13.3 5 11.1 11 12.2

Mengkonsumsi 39 86.7 40 88.9 79 87.8

Low Fat 9 20.0 7 15.6 16 17.8 Full Cream 23 51.1 16 35.6 39 43.3 Keduanya 7 15.6 17 37.8 24 26.7


(52)

2. Produk Olahan Susu

Tidak Mengkonsumsi 12 26.7 8 17.8 20 22.2

Mengkonsumsi 33 73.3 37 82.2 70 77.8

Keju 4 8.9 4 8.9 8 8.9

Es Krim 1 2.2 1 2.2 2 2.2 Coklat 10 22.2 7 15.6 17 18.9 Keju dan Mentega 0 0.0 1 2.2 1 1.1 Keju dan Coklat 2 4.4 8 17.8 10 11.1 Es krim dan Coklat 9 20.0 2 4.4 11 12.2 Keju, Es Krim dan Coklat 4 8.9 7 15.6 11 12.2 Keju, Mentega, dan Coklat 2 4.4 6 13.3 8 8.9 Keempatnya 1 2.2 1 2.2 2 2.2

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

Kelompok kasus ditemukan lebih banyak “selalu” mengkonsumsi susu daripada kelompok kontrol, yaitu 28 orang (62.2%) mahasiswa, sedangkan kelompok kontrol yang “selalu” mengkonsumsi susu hanya sebanyak 19 orang (42,2%) mahasiswa. Kelompok kontrol ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi susu full cream dengan frekuensi “kadang-kadang”, yaitu 17 orang (37,8%) mahasiswa. Sedangkan kelompok kasus ditemukan paling banyak pada kelompok yang mengkonsumsi susu full cream dengan frekuensi “selalu”, yaitu 20 orang (44,4%) mahasiswa.

Rata-rata kelompok kasus dan kelompok kontrol mengkonsumsi produk olahan susu dengan frekuensi “kadang-kadang”. Dari 49 orang (54,4%) mahasiswa yang “kadang-kadang” mengkonsumsi produk olahan susu, kelompok kontrol ditemukan sebanyak 27 orang (60%) mahasiswa, sedangkan kelompok kasus ditemukan sebanyak 22 orang (48,9%) mahasiswa. Kelompok kasus lebih banyak mengkonsumsi produk olahan susu dengan frekuensi “selalu”, yaitu 15 orang (33,3%) mahasiswa, dibandingkan kelompok kontrol, yaitu 6 orang (13,3%) mahasiswa.


(53)

Tabel 5.14. Distribusi Karakteristik Akne Vulgaris Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi Susu

Frekuensi

Akne Vulgaris

Total Kontrol Kasus

n % n % n %

Selalu 19 42.2 28 62.2 47 52.2

Kadang-kadang 20 44.4 12 26.7 32 35.6 Tidak Pernah 6 13.3 5 11.1 11 12.2

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

1.Susu Low Fat

Selalu 6 13.3 7 15.6 13 14.4

Kadang-kadang 10 22.2 17 37.8 27 30.0 Tidak Pernah 29 64.4 21 46.7 50 55.6

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

2. Susu Full Cream

Selalu 13 28.9 20 44.4 33 36.7

Kadang-kadang 17 37.8 13 28.9 30 33.3 Tidak Pernah 15 33.3 12 26.7 27 30.0

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

Tabel 5.13. Distribusi Karakteristik Akne Vulgaris Berdasarkan Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu

Frekuensi Konsumsi Produk Susu

Akne Vulgaris

Total Kontrol Kasus

n % n % n %

Selalu 6 13.3 15 33.3 21 23.3

Kadang-kadang 27 60.0 22 48.9 49 54.4 Tidak Pernah 12 26.7 8 17.8 20 22.2


(54)

5.3.4. Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013.

Mahasiswa yang menderita akne vulgaris atau kelompok kasus ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (40 orang (88,9%)) daripada mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu (5 orang (11,1%)). Mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris atau kelompok kontrol juga ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (39 orang (86,7%)) daripada mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu (6 orang (13,3%)).

Tabel 5.16. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu

Konsumsi Susu

Akne Vulgaris

Total OR

(95% CI) p Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

Mengkonsumsi 40 88.9 39 86.7 79 87.8

1.23

(1.12 – 1.34) 0.748 Tidak Mengkonsumsi 5 11.1 6 13.3 11 12.2

Total 45 100.0 45 100.0 90 100.0

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dengan metode chi square, p value adalah 0,748 dan α adalah 0,050 (95% CI). Hipotesis nol diterima bila p value lebih besar dari α, sedangkan hipotesis alternatif ditolak. Hasil perhitungan ini menggambarkan bahwa tidak ada hubungan antara hubungan konsumsi susu terhadap kejadian akne vulgaris pada penelitian ini. Odds ratio antara kelompok mahasiswa yang mengkonsumsi susu dengan kelompok mahasiswa yang tidak mengkonsumsi susu sebesar 1,23. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu, yang awalnya diduga sebagai faktor resiko, ternyata tidak memiliki pengaruh dalam terjadinya akne vulgaris.


(55)

5.4. Pembahasan

5.4.1. Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Penelitian ini mendapatkan mahasiswa yang mengkonsumsi susu ditemukan paling banyak pada angkatan 2011 (90%) dan angkatan 2013 (90%) dengan usia 20 tahun (88,9%) serta mahasiswa yang mengkonsumsi produk olahan susu paling banyak pada angkatan 2012 (83,3%) dengan usia 20 tahun (70,4%). Susu low fat paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa angkatan 2012 sebanyak 8 orang (50%) mahasiswa, susu full cream paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa angkatan 2013 sebanyak 14 orang (35,9%) mahasiswa, sedangkan mahasiswa angkatan 2011 merupakan kelompok mahasasiswa yang paling banyak mengkonsumsi kedua jenis susu tersebut sekaligus yaitu sebanyak 11 orang (45,8%) mahasiswa.

Susu merupakan salah satu jenis makanan atau minuman yang memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan mudah untuk dikonsumsi. Dalam pedoman Empat Sehat Lima Sempurna yang sebelumnya dipakai di Indonesia sebelum diubah menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), susu menjadi penyempurna makanan. Susu merupakan makanan atau minuman sebagai sumber protein hewani, vitamin, dan beberapa mineral yang baik untuk tubuh (Anggraini, 2012).

Tingkat konsumsi susu yang cukup tinggi juga ditemukan pada penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Hardinsyah, Damayanthi, dan Zulianti (2008) terhadap 246 orang remaja di Bogor yaitu 89,7% pada remaja laki-laki. Hanya 13% dari keseluruhan subjek yang tidak terbiasa minum susu. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Meikawati dan Amalia (2010) kepada 80 responden penelitian di Semarang. Pada penelitian tersebut ditemukan 63 orang (78,7%) responden yang mengkonsumsi susu, sedangkan sisanya hanya 17 orang (21,3%) responden yang tidak mengkonsumsi susu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Margaretha pada tahun 2013 mengenai hubungan konsumsi produk olahan susu dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010 ditemukan 38 orang (38,8%) mahasiswa yang


(56)

mengkonsumsi. Dari penelitian tersebut dapat diperoleh bahwa terjadi peningkatan konsumsi produk olahan susu dari tahun 2013 ke tahun 2014. Konsumsi susu secara rutin disarankan secara rutin guna memenuhi angka kecukupan kalsium harian karena susu memiliki kandungan kalsium yang tinggi dan merupakan penyumbang kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian (Wiseman, 2002; Lawrence, 2012).

5.4.2. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Angkatan dan Usia.

Penelitian ini membagi kelompok akne vulgaris secara merata pada tiap stambuk (33,3%). Jenis kelamin tidak dimasukkan sebagai kriteria pengelompokan karena pada penelitian ini hanya mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki yang diikutsertakan sebagai sampel penelitian, sedangkan mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan tidak. Hal ini dikarenakan peningkatan hormon sebelum menstruasi pada wanita dapat mempengaruhi eksaserbasi serta memperburuk akne vulgaris (Astuti, 2011).

Akne vulgaris merupakan dermatosis yang sering dijumpai dan secara khas ditemukan pada usia remaja pertengahan hingga akhir dan lebih terlihat pada remaja putera daripada puteri (Mitchell et al., 2009). Pada penelitian ini kelompok sampel yang menderita akne vulgaris ditemukan paling banyak pada usia 19 tahun (28,9%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Adityan dan Thappa (2009) mengenai profil akne vulgaris pada 309 pasien di India Selatan yang juga menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita akne vulgaris adalah umur 16 – 20 tahun (59,8%) dengan rata-rata 19,78 tahun. Umumnya insiden akne vulgaris terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang pada penderita (Wasitaatmadja, 2011). Pada penelitian sebelumnya di FK USU, Bancin (2010) menemukan kelompok akne vulgaris terbanyak pada kelompok usia 21 – 23 tahun sebanyak 92 orang (57,5) mahasiswa dan Margaretha (2013) menemukan kelompok akne vulgaris terbanyak pada usia 21 tahun sebanyak 26 orang (26,5%) mahasiswa.


(57)

Meskipun sebagian besar kasus akne vulgaris didapatkan pada usia remaja, namun akhir-akhir ini mulai didapatkan peningkatan kasus akne vulgaris pada usia dewasa, yaitu akne yang muncul setelah usia 25 tahun (Ascenso dan Marques, 2009). Akne vulgaris yang didapatkan pada usia dewasa ini dapat merupakan akne yang persisten atau akne dengan awitan lambat atau late onset (Rivera dan Guerra, 2009).

5.4.3. Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu dan Produk Olahan Susu serta Frekuensinya.

Meskipun akne vulgaris lebih sering terjadi pada perempuan, secara keseluruhan dibawah usia 12 tahun dan diatas usia 15 tahun sedikit lebih banyak didapat pada laki-laki (Chan dan Rhor, 2004). Etiologi yang pasti dari akne vulgaris belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit (Wasitaatmadja, 2011). Salah satu faktor resiko timbulnya akne vulgaris adalah kebiasaan mengkonsumsi susu. Konsumsi susu dapat mempengaruhi komedogenesis karena susu mengandung hormon androgen, -reduced steroids (prekursor hormon dihidrotestosteron), dan faktor-faktor pertumbuhan non-steroid lainnya yang dapat mempengaruhi kelenjar pilosebasea (Hartmann et al., 1998; Donnet-Hughes et al., 2000; Cordain, 2005; Hoyt et al., 2005).

Pada penelitian ini, peneliti mencari hubungan akne vulgaris dengan salah satu faktor resikonya yaitu faktor makanan khususnya konsumsi susu dengan hasil, mahasiswa yang menderita akne vulgaris ditemukan lebih banyak mengkonsumsi susu (88,9%) daripada kelompok mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris (86,6%), meskipun perbedaannya ditemukan tidak terlalu signifikan. Jenis susu yang dikonsumsi paling banyak oleh kelompok responden yang menderita akne vulgaris pada penelitian ini adalah kombinasi susu low fat dan full cream (37,8%) dengan frekuensi “selalu (≥ 7 kali per minggu)” (62,2%). Sedangkan mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris ditemukan lebih


(58)

banyak mengkonsumsi susu full cream (51,1%) dengan frekuensi “kadang-kadang (1 –6 kali per minggu)” (44,4%).

Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Indrawan (2013) pada 60 responden mengenai hubungan asupan lemak jenuh dengan kejadian akne vulgaris. Pada penelitian tersebut ditemukan lebih banyak kelompok responden yang menderita akne vulgaris yang mengkonsumsi susu (50 orang) daripada kelompok responden yang tidak menderita akne vulgaris (10 orang). Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kejadian akne vulgaris pada laki-laki sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Adebamowo et al. (2008). Setelah menyesuaikan kriteria sampel berdasarkan usia, tinggi badan, dan asupan energi, penelitian tersebut (95% CI) menemukan konsumsi susu tertinggi terdapat pada kelompok sampel yang menderita akne vulgaris dengan frekuensi konsumsi susu tertinggi adalah lebih dari dua kali per hari.

Mahasiswa yang menderita akne vulgaris pada penelitian ini juga merupakan mahasiswa yang paling banyak mengkonsumsi produk susu (82,2%) dengan frekuensi “kadang-kadang” (48,9%) dan jenis produk susu yang paling banyak dikonsumsi adalah kombinasi keju dan coklat (17,8%). Penelitian dengan desain kasus kontrol yang dilakukan oleh Ismail, Manaf, dan Azizan (2012) pada 44 orang pasien akne vulgaris dan 44 orang kontrol yang berusia 18 – 30 tahun di Malaysia juga mendapat hasil yang sama. Pada penelitian tersebut didapat bahwa kelompok kasus memiliki indeks glikemik pada makanan, termasuk konsumsi susu dan produk susu seperti es krim, yang lebih tinggi (175 ± 35) dibanding dengan kelompok kontrol (122 ± 28) (p < 0,001).

Namun, penelitian Margaretha (2013) mengenai hubungan konsumsi produk susu dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU mendapatkan hasil yang bertentangan. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa dari seluruh responden yang menderita akne vulgaris (kasus), yang mengkonsumsi produk susu sebanyak 18 orang (36,7%) dan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 31 orang (63,3%). Sedangkan pada responden yang tidak menderita akne vulgaris (kontrol), 20 orang mengkonsumsi produk susu (40,8%) dan 29 orang tidak mengkonsumsi produk susu (59,2%). Hal ini menunjukkan kelompok mahasiswa


(59)

yang tidak menderita akne vulgaris lebih banyak mengkonsumsi produk olahan susu daripada kelompok mahasiswa yang menderita akne vulgaris.

5.4.4. Hubungan Konsumsi Susu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013.

Pengaruh makanan dalam perkembangan akne vulgaris sampai sekarang masih merupakan sebuah perdebatan panjang karena penderita akne vulgaris selalu bertanya apakah makanan merupakan salah satu penyebab. Penelitian terbaru pada dewasa muda menujukkan 62 – 72% percaya bahwa makanan merupakan salah satu faktor dalam pembentukan akne vulgaris (Al-Hoqail, 2003; Rigopoulos 2007). Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mencari hubungan konsumsi susu terhadap kejadian akne vulgaris.

Dari data pada tabel 5.16 didapatkan mahasiswa yang menderita akne vulgaris ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (40 orang mahasiswa (88,9%)). Mahasiswa yang tidak menderita akne vulgaris juga ditemukan lebih banyak pada mahasiswa yang mengkonsumsi susu (39 orang mahasiswa (86,7%)). Berdasarkan uji chi square, tidak terdapat hubungan konsumsi susu dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2011 – 2013 (p value = 0,748 > α = 0,050 (95% CI)) dengan Odds Ratio 1,23 (95% CI: 1,12 – 1,34)) yang berarti bahwa konsumsi susu tidak memiliki pengaruh dalam terjadinya akne vulgaris.

Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Grant dan Anderson tahun 1965 dan Fulton pada tahun 1969 dimana tidak dijumpai adanya hubungan konsumsi coklat dengan kejadian akne vulgaris (Veith dan Silverberg, 2011). Begitu juga dengan hasil penelitian Anderson (1971) dalam Smith et al. (2007) yang memeriksa ada tidaknya hubungan antara konsumsi coklat, susu dan kacang dengan kejadian akne vulgaris, dan penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi susu, coklat dan kacang dengan kejadian akne vulgaris.

Pada penelitian sebelumnya di FK USU yang dilakukan oleh Margaretha (2013) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi produk


(60)

susu dengan kejadian akne vulgaris dengan hasil analisis statistik yang didapat menunjukkan p value = 0,836, dimana α yang ditetapkan adalah 0,05.

Hasil penelitian di atas bertentangan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Smith et al. (2007), dimana mereka melakukan studi controlled trials untuk melihat perbaikan lesi akne vulgaris pada responden yang mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik yang rendah. Penelitian dilakukan selama 12 minggu terhadap 43 responden yang terdiri dari 20 kelompok kontrol dan 23 kelompok kasus. Responden yang diambil adalah responden laki-laki dengan lesi akne ringan sampai berat dan berumur 15-25 tahun. Setelah dilakukan intervensi dengan cara merubah asupan makanan responden menjadi makanan dengan indeks glikemik rendah ternyata didapat hubungan. Hal ini terbukti setelah dilakukan analisis statistik didapat penurunan lesi akne pada kelompok kasus sebesar 23,5 (51%) dan pada kelompok kontrol sebesar 12 (31%) dengan nilai p value = 0,03 (α = 0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengubahan pola asupan makanan kearah makanan dengan indeks glikemik yang rendah terhadap penurunan lesi akne.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 juga memberikan bukti bahwa komponen yang terdapat pada makanan yang dipengaruhi oleh daerah barat, khususnya susu dan produk-produk olahan susu dan diet yang diperkaya karbohidrat dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang tinggi memiliki hubungan dengan timbulnya akne vulgaris (Melnik, 2009). Adebamowo et al. (2008) juga memiliki hasil yang menyatakan bahwa susu memiliki hubungan terhadap kejadian akne vulgaris pada penelitiannya yang melibatkan 144 responden tanpa akne vulgaris dan 141 reseponden yang menderita akne vulgaris.

Perbedaan hasil pada berbagai penelitian di atas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kriteria inklusi eksklusi sampel, atau perbedaan jumlah sampel, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi akne vulgaris yang tidak dieksklusi. Pada penelitian ini kriteria eksklusi responden penelitian adalah perokok, pemakai minyak rambut, mahasiswa dengan jam tidur yang tidak cukup per harinya, menderita penyakit hati dan diabetes mellitus, memiliki riwayat akne vulgaris derajat berat, mendapat pengobatan pada akne vulgarisnya ataupun


(61)

obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Disamping itu peneliti juga membagikan food recall kepada para responden penelitian untuk mengeksklusikan mahasiswa yang mengkonsumsi makanan berlemak selain susu dan produk-produknya setiap hari. Tetapi pada penelitian ini masih banyak faktor resiko yang tidak diperkirakan seperti keadaan psikologis responden, tipe kulit yang dimiliki, konsumsi makan pedas, jajanan dan minuman berkarbonasi, kondisi kebersihan, kebiasaan mencuci muka, durasi terpapar sinar matahari, status sosioekonomi, dan tingkat pengetahuan (Munawar et al., 2009; Kairavee dan Vivek, 2010).


(1)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Bentuk Lesi Akne 13

Tabel 4.1. Data Hasil Uji Validitas dan Reabilitas 36 Tabel 4.2. Gambaran Metode Analisis Penelitian

dengan Chi Square

37

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Angkatan

39

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

39

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu

40

Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Susu Yang Dikonsumsi

41

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu

42

Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu dengan Jenis Susu Dibedakan

43

Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Produk Olahan Susu

44

Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu

45

Tabel 5.9. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris

45

Tabel 5.10. Distribusi Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Susu Berdasarkan Angkatan

46

Tabel 5.11. Distribusi Karakteristik Konsumsi Susu dan Produk Susu Berdasarkan Usia


(2)

Tabel 5.12. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Angkatan dan Usia

48

Tabel 5.13. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Konsumsi Susu dan Produk Susu

49

Tabel 5.14. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Frekuensi

Mengkonsumsi Susu

51

Tabel 5.15. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Frekuensi

Mengkonsumsi Produk Susu

51

Tabel 5.16. Distribusi Karakteristik Kejadian Akne Vulgaris Mahasiswa FK USU Angkatan 2011 – 2013 Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Susu

52


(3)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Gambaran Folikel Sebasea 10

Gambar 2.2. Etiopatogenesis Akne 12

Gambar 2.3. Sinyal mTORC1 pada Akne Vulgaris 27

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 28


(4)

DAFTAR SINGKATAN

AMPK : Adenosine Monophosphate-activated Protein Kinase

ATP : Adenosine Triphosphate C.acnes : Corynebacterium acnes

CI : Confidence Interval

CLA : Conjugated Linoleic Acid

DHT : Dihydrotestosterone

FK : Fakultas Kedokteran

GLUT : Glucose Transporter Protein

IGF : Insulin-like Growth Factor

IGF1R : IGF-1 receptor

INH : Isoniazid

IRS : Insulin Receptor Substrate

LAT : L-type Amino acid Transporter

mTORC1 : mammalian target of rapamycin complex 1 P.acnes : Propionibacterium acnes

PI3K : Phosphoinositol-3 kinase

Rheb : Ras homolog enriched in brain

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

SREBP : Sterol Regulatory Element-Binding Protein


(5)

TGF-ß : Transforming Growth Factor-ß

TSC1 : Tuberous Sclerosis Complex 1 (hamartin)

TSC2 : Tuberous Sclerosis Complex 2 (tuberin)

u.v. : ultra violet

UHT : Ultra High Temperature-Treated


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Lembar Penjelasan

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 6 Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 Food Recall 24 Jam

Lampiran 8 Data Induk

Lampiran 9 Hasil Pengolahan Data