HUBUNGAN KONSUMSI SUSU DAN KALSIUM DENGA

Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3(1): 43 - 48 

HUBUNGAN KONSUMSI SUSU DAN KALSIUM
DENGAN DENSITAS TULANG DAN TINGGI BADAN REMAJA
(Correl at ion bet ween Mil k and Cal cium Int ake wit h Bone Densit y
and Body Height of Adol escent )
Hardinsyah1, Evy Damayant hi 1, dan Wirna Zuliant i 2
1

St af Pengaj ar Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia (FEMA), IPB

Telp: 0251-8628304/ 8621258; Fax: 0251-8625846/ 8622276.
2
Alumnus Program St udi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakult as Pert anian (FAPERTA) IPB.

ABST RACT

The obj ect ive of t his st udy was t o anal yze t he rel at ionship bet ween mil k and cal cium
int ake wit h body height and bone densit y of adol escent . The st udy appl ied a cross sect ional
design t o 246 senior high school st udent s in Bogor. The subj ect aged 16-17 years ol d were
sel ect ed purposivel y. Mil k and calsium int ake was derived f rom t he f ood int ake dat a

col l ect ed by appl ying a semi-FFQ met hod f or a week. Bone densit y (st if f ness index) was
measured by densit omet er of achil l es insight . The resul t s of t he st udy showed t hat t he
mean int ake of mil k was 170.7±136.3 ml / day wit h average f requency 6 t imes/ week, and
mean int ake of cal cium was 250.0±212.6 mg/ day wit h cont ribut ion of mil k was 44.0%. The
mean st if f ness index of subj ect s was 97.5±18.3; and t he mean st if f ness index of boys
(104.4±18.9) was signif icant l y higher t han girl s (92.9±16.3). The cal cium int ake of mil k and
cal cium int ake of cal sium-rich f oods of non mil k was not correl at ed wit h t he bone densit y
and body height ; but mil k int ake, f requency and l engt h of mil k int ake were correl at ed
wit h body height and bone densit y. This impl ies t he import ant of mil k int ake in bone
densit y and l inear growt h of adol escent .
Keywords: mil k, cal cium int ake, bone densit y, body height , adol escent

Kalsium bersama-sama dengan f osf or merupakan elemen penyusun ut ama dari t ulang. Kekurangan kalsium di masa remaj a dan dewasa
awal akan meningkat kan resiko ost eoporosis
(Spear, 2004).

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hasil penelit ian yang dilakukan pada

penduduk usia dewasa di beberapa kot a oleh
Pusat Penelit ian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan Depkes RI dan PT Font erra Brands
menunj ukkan bahwa prevalensi ost eoporosis
penduduk Indonesia t ahun 2005 adalah 10. 3 %.
Sement ara it u, penderit a ost eopenia at au penurunan massa t ulang dini mencapai 41. 8 %.
Penelit ian t erbat as menunj ukkan bahwa ost eopenia j uga t elah menyerang kaum muda yang
berumur kurang dari 25 t ahun dengan prevalensi 37. 1 % (Rachmawat i, 2006).

Susu dan hasil olahannya merupakan
sumber kalsium yang ut ama. Kalsium j uga dapat berasal dari pangan non-susu sepert i ikan
t eri, t ulang ikan sarden kaleng, sayuran hij au,
t ahu, kedele, kerang dan t iram (Anderson,
2004). Kebiasaan mengonsumsi pangan sumber
kalsium dapat memberikan cadangan kalsium
yang cukup yang diperlukan dalam part umbuhan dan pembent ukan t ulang yang t ercermin
pada densit as t ulang dan ukuran t ulang t ermasuk t inggi badan.

Remaj a menj elang usia 20 t ahun mengalami pembent ukan t ulang yang pesat yang
merupakan masa persiapan unt uk mencapai

puncak pert umbuhan massa t ulang - peak bone
mass (Mann & Truswell, 2002). Pembent ukan
t ulang selama remaj a dan peak bone mass menent ukan densit as t ulang seseorang di masa
dewasa yang berkait an dengan st at us ost eopenia at au ost eoporosis. Selama remaj a, kebut uhan mineral ut ama pembent uk t ulang sepert i kalsium akan meningkat sej alan dengan
berlangsungnya proses pert umbuhan t ulang.

Penelit ian t ent ang densit as t ulang dan
f akt or risikonya di kalangan remaj a belum pernah dilakukan, sement ara kej adian ost eopenia
pada usia dewasa awal dan dewasa menunj ukkan angka yang t inggi, dan ini perlu dicegah
lebih dini t erut ama sej ak usia remaj a, saat
pert umbuhan t ulang yang pesat . Berdasarkan
pert imbangan ini perlu dilakukan penelit ian
densit as t ulang pada remaj a dan hubungannya
dengan konsumsi kalsium dan susu.

 

43

Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3(1): 43 - 48 


Tuj uan

Pengolahan dan Analisis Data

Penelit ian ini bert uj uan unt uk menganalisis konsumsi kalsium baik dari susu mapun
non-susu, konsumsi susu, densit as t ulang dan
t inggi badan remaj a, sert a hubungan ant ara
konsumsi susu dan kalsium dengan densit as
t ulang dan t inggi badan remaj a.

Dat a yang t elah dikumpulkan diverif ikasi
dan dient ri; kemudian diolah secara deskrif t if
dan disaj ikan berupa t abel. Analisis hubungan
dilakukan dengan menerapkan analisis korelasi
sederhana, yait u pearson analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Kebiasaan Konsumsi Susu

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Hasil penelit ian ini menunj ukkan sebagian besar subj ek (89. 7% remaj a laki-laki dan
85. 2% remaj a perempuan) t erbiasa minum susu. Hanya 13% dari keseluruhan subj ek yang
t idak t erbiasa minum susu. Sej umlah 78. 2%
remaj a laki-laki dan 75. 6% remaj a perempuan
yang biasa mengonsumsi susu mulai t erbiasa
minum susu sej ak balit a. Sisanya sekit ar 24%
dari seluruh subj ek yang biasa mengonsumsi
susu, mulai t erbiasa minum susu sej ak SD,
SLTP, maupun SMA (baru-baru ini).

Penelit ian ini menggunakan desain c ross
sect ional dan dilakukan di SMA Negeri 3 dan
SMA Negeri 5 Bogor pada t ahun t ahun 2007.
Penarikan Contoh

Sekolah dipilih secara sengaj a mempert imbangkan keberadaan di kot a sehingga besar
kemungkinan memperoleh siswa at au remaj a
yang mempunyai kebiasaan minum susu. Subj ek dipilih secara purposif berdasarkan umur

(16 – 17 t ahun) dan kesediaan unt uk diukur
sert a diwawancara. Jumlah sampel t erpilih
adalah 246 siswa yang t erdiri dari 97 laki-laki
dan 149 perempuan.

Lebih dari separuh subj ek yang biasa
minum susu, mengonsumsi susu pada pagi hari
(73. 8%) dan malam hari (53. 7%). Susu yang dikonsumsi di pagi hari akan memberikan t ambahan kalori bagi remaj a unt uk melakukan akt ivit as hariannya. Kebiasaan minum susu di pagi hari dilakukan oleh 78. 2% remaj a laki-laki
dan 72. 4% remaj a perempuan. Minum susu di
siang hari dilakukan oleh 8% remaj a laki-laki
dan 18. 1% remaj a perempuan. Minum susu di
malam hari sebelum t idur dilakukan oleh 60. 9%
remaj a laki-laki dan 48. 8% remaj a perempuan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Dat a yang dikumpulkan meliput i dat a
ident it as subj ek, keadaan sosial ekonomi keluarga, berat dan t inggi badan yang diukur secara langsung, f rekuensi dan konsumsi pangan
sumber kalsium (t ermasuk susu) selama sat u
bulan t erakhir yang diperoleh dengan menggunakan met ode semi quant it at ive f ood f requency quest ioner (a semi FFQ) selama seminggu.

Densit as t ulang ( st if f ness index) diukur dengan
densit omet er j enis Achil l es Insight yang disediakan oleh PT Font era Indonesia (Anlen).
Pengumpulan dat a dilakukan oleh mahasiswa
gizi t ingkat akhir IPB dan pengukuran densit as
t ulang oleh t enaga t erlat ih dari PT Font era
Indonesia.

Menurut Khomsan (2004) budaya minum
susu yang masih rendah di Indonesia kemungkinan disebabkan karena masalah ekonomi dan
masalah lact ose int ol erance. Tabel 1 menunj ukkan masalah ekonomi bukan menj adi alasan
unt uk t idak minum susu. Masalah l act ose int ol erance merupakan alasan dari 9. 1% remaj a
perempuan unt uk t idak minum susu. Sebesar
20% remaj a laki-laki yang t idak biasa minum

Tabel 1. Sebaran Subj ek yang Tidak Minum Susu berdasarkan Alasannya
Alasan tidak minum
susu
Mual
Diare
Alergi

Tidak suka
Tidak mampu beli
Takut gemuk
Lainnya
Tot al

44

Laki-laki
n

%

1
0
1
5
0
1
2

10

10. 0
0. 0
10. 0
50. 0
0. 0
10. 0
20. 0
100. 0

 

Perempuan
n
%

n

%


1
2
0
15
0
4
0
22

2
2
1
20
0
5
2
32

6. 2

6. 2
3. 1
62. 5
0. 0
15. 6
6. 3
100. 0

4. 5
9. 1
0. 0
68. 2
0. 0
18. 2
0. 0
100. 0

Total

Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3(1): 43 - 48 

susu mengungkapkan alasan lain, yait u karena
t idak adanya persediaan air hangat unt uk
membuat susu di rumah. Susu adalah sumber
pangan yang kaya mineral pent ing (Subar et
al . , 1998; Miller & Anderson, 1999), dan menghindari susu dapat berpengaruh pada part umbuhan dan perkembangan t ulang.

Konsumsi Pangan Sumber Kalsium

Konsumsi susu subj ek memberikan kont ribusi kalsium t erbesar (250. 04±212. 60 mg)
dibandingkan dengan kelompok pangan lain,
namun angka t ersebut masih j auh dari angka
kecukupan kalsium yang dianj urkan. Hal ini
sej alan dengan pendapat Mann dan Truswell
(2002) susu merupakan sumber kalsium yang
paling baik dan merupakan penyumbang kalsium t erbesar dari konsumsi kalsium harian. Menurut Holman (1987) remaj a yang berusia kurang dari 19 t ahun membut uhkan sekit ar 4
cangkir (0. 9 lit er) susu sehari unt uk memenuhi
kebut uhan kalsiumnya.

Rat a-rat a f rekuensi minum susu subj ek
sebesar 5. 95 kali/ minggu. Tabel 2 berikut menunj ukkan f rekuensi konsumsi susu subj ek per
minggunya. Wiseman (2002) menyarankan unt uk mengonsumsi susu secara rut in guna memenuhi angka kecukupan kalsium harian karena susu memiliki kandungan kalsium yang t inggi. Jenis susu dapat mempengaruhi j umlah kalsium yang masuk ke dalam t ubuh. Dalam Daf t ar Komposisi Bahan Makanan, set iap j enis susu
memiliki kandungan kalsium yang berbeda set iap 100 gramnya. Klaim susu bubuk t inggi kalsium dapat diberikan pada suat u produk bila
mengandung kalsoium sedikit nya 20% dari AKG
yang dianj urkan per saj i (Karmini & Briawan,
2004). Tabel 3 menunj ukkan j enis susu yang
biasa dikonsumsi subj ek. Susu bubuk biasa dan
susu cair dalam kemasan berlabel dipilih lebih
dari 35% subj ek karena mudah didapat dan
prakt is dalam penyaj ian.

Selain dalam susu, kalsium j uga t erdapat
pada pangan nabat i sepert i serealia, kacangkacangan sert a olahannya, sayuran, buah-buahan dan pangan hewani. Pada pangan nabat i
absorpsi kalsium kurang baik karena adanya
oksalat dan f it at (Miller, 1996). Kont ribusi kalsium dari kacang-kacangan dan olahan hampir
sama banyaknya kont ribusi dari pangan hewani
bukan susu (Tabel 4). Hal ini dikarenakan pangan sumber kalsium dari kacang-kacangan

Tabel 2. Sebaran Subj ek berdasarkan Frekuensi Konsumsi Susu/ Minggu
Frekuensi minum susu
(kali/ minggu)
21
Tot al
Rat a-rat a ± SD

Laki-laki
n
10
67
19
1
0
97

Perempuan
n
%

%
10. 3
69. 0
19. 6
0. 1
0. 0
100. 0
6. 31±4. 35

22
97
25
4
1
149

Total
n

14. 8
65. 1
16. 7
2. 7
0. 7
100. 0
5. 70±4. 99

32
164
44
5
1
246

%
13. 1
66. 6
17. 9
2. 0
0. 4
100. 0
5. 95±4. 75

Tabel 3. Sebaran Subj ek yang Biasa Minum Susu berdasarkan Jenis Susu yang Dikonsumsi
Jenis susu
Cair dalam kemasan t idak berlabel
Cair dalam kemasan berlabel
Susu kent al manis
Susu bubuk biasa
Susu skim
Susu bubuk t inggi Ca
Lainnya

Laki-laki (n=87)
n
%
9
31
29
43
5
18
2

10. 3
35. 6
33. 3
49. 4
5. 7
20. 7
2. 3

Perempuan (n=127)
n
%
4
46
41
74
6
17
0

Total (n=214)
n
%
13
77
70
117
11
35
2

3. 1
36. 2
32. 3
58. 3
4. 7
13. 4
0

6. 1
36. 0
32. 7
54. 7
5. 1
16. 4
0. 9

Ket erangan : subj ek dapat memilih lebih dari sat u j enis susu

Tabel 4. Rat a-rat a Konsumsi Pangan Sumber Kalsium Subj ek
Kelompok Pangan Sumber Kalsium
Susu
Produk olahan susu (kej u, yogurt , es krim)
Pangan hewani bukan susu
Kacang-kacangan dan olahan
Sayuran

Total konsumsi (g/ hari)

Kalsium (mg)

170. 73 ± 136. 25*
25. 95±38. 53
77. 22±50. 95
71. 22±51. 16
55. 37±50. 85

250. 04±212. 60
57. 91±87. 60
90. 35±72. 01
92. 27±65. 94
71. 00±76. 47

*ml/ hari

 

45

Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3(1): 43 - 48 

dan olahan sepert i t ahu dan t empe, meskipun
kandungan kalsiumnya lebih rendah daripada
pangan hewani bukan susu t api lebih sering dikonsumsi. Hal yang harus diperhat ikan adalah
adanya inhibit or sepert i oksalat pada bayam
dan f it at pada serealia sehingga ket ersediaan
biologis kalsium dari pangan nabat i umumnya
lebih rendah dibandingkan pangan hewani
(Anderson, 2004; Almat sier, 2003; Miller,
1996).

Kart ono, 2007). Tidak t erdapat perbedaan nyat a t erhadap konsumsi kalsium pada remaj a laki-laki dan perempuan (p>0. 05). Tabel 5 berikut menunj ukkan rat a-rat a konsumsi dan sumbangan kalsium pada remaj a laki-laki dan
perempuan.
Tinggi Badan dan Densitas Tulang

Tinggi badan merupakan ukuran ant ropomet ri yang menggambarkan keadaan pert umbuhan skelet al. Rat a-rat a t inggi badan subj ek secara keseluruhan adalah 160. 4±8. 3 cm.
Tinggi badan minimum subj ek secara keseluruhan adalah 135. 9 cm, sedangkan t inggi badan maksimum adalah 179. 9 cm. Rat a-rat a
t inggi badan remaj a laki-laki (168. 0±6. 0 cm)
lebih t inggi secara nyat a dibandingkan remaj a
perempuan (155. 4±5. 2 cm) pada p