Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi

ANALISIS KELAYAKAN USAHATERNAK SAPI PERAH
PADA ALDA ALYA DAIRY FARMDI KECAMATAN TAMBUN
SELATAN, KABUPATEN BEKASI

SEPTIANY FAZRIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di
Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsiini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya ilmiah saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014
Septiany Fazrin
NIM H34100160

ABSTRAK
SEPTIANY FAZRIN.Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda
Alya Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Dibimbing
oleh NETTI TINAPRILA.
Ketersediaan susu nasional yang ada saat ini belum mampu memenuhi
kebutuhan susu yang ada, sekitar 21 persen saja pada tahun 2013. Di sisi lain,
potensi pasar yang ada cukup besar seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Alda Alya Dairy Farm mengambil peluang tersebut dan membuka usahaternak
sapi perah pada tahun 2007. Namun, investasi dalam usaha tersebut memerlukan
modal besar dengan pengembalian modal yang lama. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian mengenai analisis kelayakan usahaternak tersebut. Analisis kelayakan
usahaternak dilakukan pada kelayakan finansial dan nonfinansial. Kelayakan
nonfinansial dilakukan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen

dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dan kelayakan
finansial diukur dengan nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback
Period. Selain itu, terdapat analisis switching value pada komponen penurunan
volume penjualan dan peningkatan biaya pakan. Berdasarkan hasil analisis
kelayakan baik finansial maupun nonfinansial, usahaternak Alda Alya Dairy
Farm layak untuk dijalankan. Dan berdasarkan analisis switching value Alda
Alya Dairy Farm lebih peka terhadap komponen penurunan volume penjualan.
Kata kunci: investasi, kelayakan, usahaternak, sapi perah, susu.

ABSTRACT
SEPTIANY FAZRIN. Feasibility Study of Dairy Farming at Alda Alya Dairy
Farm in the District of South Tambun, Bekasi. Guided by NETTI TINAPRILA .
The availability of national milk has not been able to meet the needs of
milk, only about 21 persen in 2013. While existing market potential was quite
large with the increasing number of population. Alda Alya Dairy Farm took that
chance and opened dairy farming on 2007. However, the investments made in the
business requires substantial capital investment and a long payback. Therefore,it
was necessary to conduct research on the feasibility analysis of dairy cattle
farming. The feasibility analysis of dairy farming conducted on the feasibility of
financial and nonfinancial. Nonfinancial feasibility was done based on market

aspects, technical aspects, management and legal aspects, and social, economic,
and environmental aspects. While the financial feasibility was measured by
investment criteria such as NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, and Payback Period.
In addition, there was a switching value analysis on components of lower sales
volume and an increase in feed costs. Based on the results of the analysis of both
financial and nonfinancial feasibility, Alda Alya Dairy Farm is feasible to run.And
based on switching value analysis Alda Alya Dairy Farm more sensitive to
components of lower sales volume.
Keywords : investment, feasibility, farming, dairy cattle, milk.

ANALISIS KELAYAKAN USAHATERNAK SAPI PERAH
PADA ALDA ALYA DAIRY FARMDI KECAMATAN TAMBUN
SELATAN, KABUPATEN BEKASI

SEPTIANY FAZRIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMENAGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Penelitian: Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya
Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi
Nama
:Septiany Fazrin
NIM
:H34100160

Disetujui oleh,

Dr Ir Netti Tinaprila, MM
Pembimbing


Diketahui oleh,

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen Agribisnis

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Maret 2014 ini ialah kelayakan
usahaternak sapi perah, dengan judul Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah
pada Alda Alya Dairy Farm di, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprila, MMselaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan
skripsi; Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc, MM selaku pembimbing akademik; Ibu
Dr Ir Heny K. Daryanto, M.Ecselaku penguji utama dan Bapak Dr Ir Amzul Rifin,
SP MA selaku penguji komisi pendidikan Departemen Agribisnis yang telah
memberikan masukan dan arahan;serta Ibu Ir Juniar Atmakusuma, MSyang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada

Bapak H. Untung, Bapak Nursiman, dan Ibu Marina dari pihak Alda Alya Dairy
Farm, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman agribisnis
angkatan 47, teman-teman HIPMA periode 2011/2012 dan 2012/2013, serta
teman-teman Wisma Kamila atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Septiany Fazrin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

Kelayakan Nonfinansial
Kelayakan Finansial
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Ternak Sapi Perah
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-Aspek dalam Kelayakan Bisnis
Kelayakan Finansial
Analisis Sensitivitas
Teori Manfaat dan Biaya
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Nonfinansial
Analisis Finansial
Analisis Sensitivitas dan Switching Value
Definisi Operasional

Asumsi Dasar
GAMBARAN UMUM USAHA
Sejarah Perusahaan
Lokasi Perusahaan
Visi dan Misi Perusahaan
Aktivitas Perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelayakan Nonfinansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Sosialdan Lingkungan
Kelayakan Finansial
Arus Kas
Analisis Laba Rugi
Analisis Sensitivitas

xi
xi
xi

1
1
3
5
5
6
6
8
10
10
10
10
12
14
14
15
16
18
18
18

18
18
19
20
22
22
23
24
24
24
24
25
25
25
25
28
40
42
43
43

51
52

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

54
54
55
55
57
92

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Data populasi sapi perah dan produksi susu di Pulau Jawa
Jumlah ternak besar dan kecil Kabupaten Bekasi tahun 2008-2010
Produksi susu di Kabupaten Bekasi tahun 2008-2012
Jumlah sapi perah menurut kecamatan di Kabupaten Bekasi tahun 2012
Hasil uji mutu produk susu Alda Alya Dairy Farmoleh PT. Frishian
Flag
Siklus birahi sapi perah pada Alda Alya Dairy Farm
Perbedaan produktivitas pada setiap masa laktasi
Daftar nama peralatan dan perlengkapan di Alda Alya Dairy Farm
Proporsi penjualan susu pada Alda Alya Dairy Farm menurut jenis
konsumen
Proyeksi penjualan susu pada Alda Alya Dairy Farm
Perhitungan nilai sisa sapi perah
Daftar nilai sisa investasi Alda Alya Dairy Farm
Perhitungan nilai investasi sapi perah
Nilai Investasi pada Alda Alya Dairy Farm
Daftar biaya variabel yang dikeluarkan Alda Alya Dairy Farm
Hasil perhitungan kelayakan kriteria investasi
Proyeksi laba bersih Alda Alya Dairy Farm selama umur bisnis
Hasil analisis switching value pada Alda Alya Dairy Farm

1
2
2
3
27
33
34
39
44
45
47
47
48
49
50
51
52
53

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Hubungan antara NPV dan IRR
Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usahaternak sapi
perah pada Alda Alya Dairy Farm
Kandang pedet dan kandang sapi dewasa
Peralatan yang terdapat di ruang penyimpanan susu
Mobil pick-up
Proses penyaringan ke dalam milkcan
Susu yang telah dikemas
Proses pemeriksaan kehamilan pada sapi betina
Layout produksi Alda Alya Dairy Farm
Struktur organisasi informal pada Alda Alya Dairy Farm
Grafik perbedaan produksi susu pada dua genetik sapi perah

14
17
30
31
32
35
36
36
38
41
46

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Proyeksi populasi sapi perah jenis genetik I pada Alda Alya Dairy
Farm
Proyeksi populasi sapi perah jenis genetik II pada Alda Alya Dairy
Farm
Perhitungan produksi susu total pada Alda Alya Dairy Farm
Perhitungan penyusutan pada Alda Alya Dairy Farm

58
59
60
61

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Total penjualan susu pada Alda Alya Dairy Farm
Arus kas normal
Laporan laba rugi normal
Arus kas pada switching value penurunan volume penjualan
Laporan laba rugi pada switching value penurunan volume penjualan
Arus kas pada switching valuepeningkatan biaya rumput
Laporan laba rugi pada switching value peningkatan biaya rumput
Arus kas pada switching value peningkatan harga ampas tahu
Laporan laba rugi pada switching value peningkatan harga ampas
tahu
Arus kas pada switching valuepeningkatan harga konsentrat
Laporan laba rugi pada switching value peningkatan harga
konsentrat
Dokumentasi Penelitian

63
64
67
69
72
74
77
79
82
84
88
90

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian yang penting dalam
pembangunan pertanian Indonesia.Kontribusi pertumbuhan ekonomi subsektor
peternakandalam pembangunan pertanian dan regional cenderung mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu jika dibandingkan dengan subsektor lainnya.
Dalam Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2012, disebutkan
pada periode 1990-an kontribusi pembentukan PDB peternakan terhadap pertanian
masih berkisar antara 3-5 persen, sementara pada periode 2000 kontribusi
mencapai 15 persen dari total PDB pertanian. Data terbaru yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2013 ini, kontribusi subsektor peternakan
sebesar 1.81 persen terhadap PDB Indonesia dan 11.90 persen terhadap PDB
pertanian. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kontribusi subsektor pertanian
terhadap PDB pertanian Indonesia cenderung mengalami peningkatan.
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor peternakan Indonesia
adalah sapi perah. Menurut data dari Direktorat Jendral Peternakan populasi sapi
perah di Indonesia pada lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan.Populasi
sapi perah dan produksi susu terbesar terdapat pada pulau Jawa dengan rataratamasing-masing tahun 2009-2013 sebesar 98.88 persen dan 99.18
persen.Angka tersebut sangatlah besar potensinya untuk dapat dikembangkan.
Oleh karena itu, pulau Jawa dikenal sebagai sentra produksi susu di Indonesia.
Berikut ini disajikan data produksi susu di beberapa provinsi sentra di Pulau Jawa.
Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu di Pulau Jawaᵃ
Tahun (ton)
Provinsi
2009
2010
2011
2012
DKI Jakarta
5 723
6 345
5 345
5 439
Jawa Barat
255 348
262 177
302 603
281 438
Jawa Tengah
91 762
100 150
104 141
105 516
DI
5 038
4 989
3 167
6 019
Yogyakarta
Jawa Timur
461 880
528 100
551 977
554 312
Banten
0
0
1
ᵃSumber: Direktorat Jenderal Peternakan.

2013
5 451
293 107
107 982
6 901
560 398
-

Berdasarkan data pada tabel 1, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu
sentra penghasil susu sapi terbesar setelah Provinsi Jawa Timur. Produksi susu di
Provinsi Jawa Barat tersebar di beberapa kabupaten dan kota. Salah satu
diantaranya adalah Kabupaten Bekasi.Pada Kabupaten Bekasi subsektor
peternakan semakin mengalami perkembangan.Untuk memanfaatkan rumputrumput yang tumbuh secara liar, banyak petani yang beralih menjadi peternak
khususnya ternak hewan besar yang mengkonsumsi rumput.Semakin
meningkatnya sektor industri dan perdagangan di Kabupaten Bekasi, mulai
banyak masyarakat yang meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke sektor
industri. Padahal sebelumnya sektor pertanian menempati peringkat lima besar

2
dalam kontribusinya membangun PDB daerah Kabupaten Bekasi. Namun sektor
pertanian ini semakin menurun akibat adanya pembebasan tanah sawah untuk
kepentingan eksplorasi dan produksi migas.Dengan adanya pembebasan tersebut
akhirnya masyarakat beralih ke perdagangan. Efek lain dari adanya eksplorasi
migas adalah rusaknya tanah persawahan dan perkebunan yang dekat dengan
eksplorasi. Akibat tanah kering dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya
hasil panen dan akhirnya petani akan mengalami kerugian. Tanah menjadi tidak
produktif, hanya bisa ditanami rumput.Menurut data BPS Kabupaten Bekasi tahun
2008-2010, jumlah ternak besar dan kecil di Kabupaten Bekasi semakin
meningkat yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah ternak besar dan kecil Kabupaten Bekasi tahun 2008-2010ᵃ
Jumlah Ternak (ekor)
Jenis Ternak
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Sapi potong
14 744
15 039
19 449
Sapi perah
99
100
128
Kerbau
2 117
2 148
2 717
Kuda
66
73
74
Kambing
98 208
103 119
109 233
Domba
166 260
174 572
218 847
Babi
-ᵇ
-ᵇ
555
ᵃSumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. ᵇData tidak tersedia.
Meskipun populasi sapi perah terbesar di Provinsi Jawa Barat bukan dari
Kabupaten Bekasi, namun dapat dilihat dari tabel diatas populasi sapi perah yang
terdapat di Kabupaten Bekasi cenderung meningkat populasinya dari tahun 20082010. Setiap tahunnya Kabupaten Bekasi rata-rata menyumbang sebesar 0.0884
persen dari seluruh produksi susu di Jawa Barat. Nilai tersebut masih cukup kecil
namun sangat berpotensi untuk dapat ditingkatkan mengingat konsumsi susu di
Indonesia saat ini baru saja terpenuhi 21 persen dari kebutuhan yang ada dan
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Maka dari itu, Kabupaten
Bekasi sangat berpotensi untuk dapat meningkatkan produksi susunya dalam
perannya memenuhi kebutuhan susu nasional. Data produksi susu pada Kabupaten
Bekasi disajikan pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Produksi susu di Kabupaten Bekasi tahun 2008-2012ᵃ
Tahun
Produksi Susu (liter)
2008

209 575

2009

211 692

2010

270 966

2011

228 627

2012

230 744

ᵃSumber: Direktorat Jenderal PeternakanJawa Barat.

3
Pada Kabupaten Bekasi kebutuhan akan susu segar semakin bertambah
seiring bertambahnya penduduk yang sudah mencapai laju pertumbuhan 4,18
persen pada tahun 2012. Jumlah sapi perah di Kabupaten Bekasi sangat tidak
mengimbangi kebutuhan susu yang ada. Menurut BAPPEDA Kabupaten Bekasi
tahun 2012 hanya terdapat 3 kecamatan yang sudah mengusahakan sapi perah
yaitu Babelan, Cibitung, dan Tambun Selatan. Maka dari itu diperlukan
pengoptimalan produksi susu pada Kabupaten Bekasi. Data penyebaran populasi
sapi perah di Kabupaten Bekasi disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah sapi perah menurut kecamatan di Kabupaten Bekasi tahun 2012ᵃ
Kecamatan
Jumlah Sapi Perah (ekor)
Babelan

8

Cibitung

7

Tambun Selatan

92

Total

117

ᵃSumber : BAPEDDA Kabupaten Bekasi2012.
Dapat dilhat dari tabel diatas, populasi sapi perah paling besar di
Kabupaten Bekasi berada pada Kecamatan Tambun Selatan yaitu sebesar 92 ekor
pada tahun 2012. Menurut hasil wawancara yang dilakukan, populasi sapi perah
pada Kecamatan Babelan dimiliki oleh Pak H. Ali yang hasil susunya dikirim pula
ke peternakan Alda Alya Dairy Farm yang merupakan satu-satunya peternakan
mandiri yang berada di Kecamatan Tambun Selatan sekitar 40-50 liter. Namun
Pak H. Ali hanya bertahan satu tahun beternak sapi perah kemudian menggantinya
dengan usahaternak sapi potong.
Salah satu yang menyebabkan masih sedikitnya jumlah usaha ternak sapi
perah adalah dibutuhkannya investasi atau modal yang besar untuk memulai usaha
tersebut dan pengembalian modalnya pun lama.Baik untuk memenuhi pembelian
bibit, peralatan, lahan, kandang, dan lain-lain serta perawatan sehari-harinya
sangat menyita waktu.Hal itu pula yang dialami bapak H. Ali.Di sisi lain,
pengusahaan usaha ternak di Kabupaten mempunyai prospek yang cerah karena
harga 1 liter susu segar dapat mencapai hingga 8 ribu rupiah saat ini. Maka dari itu
perlu dilakukan penelitian tentang kelayakan usaha pada usahaternak yang berada
di Kabupaten Bekasi.

Perumusan Masalah
Peternakan sapi perah merupakan salah satu jenis usaha dalam agribisnis
yang memiliki potensi yang cukup besar mengingat produksi susu yang ada saat
ini belum dapat memenuhi kebutuhan susu nasional.Menurut Kementrian Industri
(2013), kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri untuk susu olahan rata-rata
sebesar 3 300 000 ton/tahun. Namun pasokan susu segar pada tahun 2013 lalu
hanya sebesar 690 000 ton/tahun (21 persen) dan sisanya sebesar 2 610 000 ton
(79 persen) impor dari Australia, New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Permasalahan lain terdapat pada tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap

4
susu segar terbilang sangat rendah. Usmiati S dan Abubakar (2009) menjelaskan
konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 8 liter/kapita/tahun termasuk produkproduk olahannya. Sedangkan konsumsi susu di Negara lain seperti Thailand,
Malaysia, dan Singapura rata-rata mencapai 30 liter/kapita/tahun, serta untuk
negara-negara di Eropa sudah mencapai 100 liter/kapita/tahun. Jika dibandingkan
dengan konsumsi susu di negara-negara tersebut, konsumsi susu per kapita
Indonesia sangat rendah. Namun seiring dengan berjalannya waktu dengan
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka konsumsi susu masyarakat
Indonesia dapat meningkat pula. Selain ketersediaannya kualitas susu sapi segar
indonesia juga salah satu problematika yang berakibat pada harga yang rendah.
Manajemen pemberian pakan pada sapi perah sangat mempengaruhi kualitas dari
susu sapi yang dihasilkan.
Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan susu nasional, di Kabupaten
Bekasi mulai bermunculan beberapa peternak baik yang membangun usahaternak
secara mandiri maupun kelompok. Salah satu usahaternak yang terdapat di
Kabupaten Bekasi adalah Alda Alya Dairy Farm yang terdapat di Desa Sumber
Jaya, Kecamatan Tambun Selatan.Alda Alya Dairy Farmmerupakan usahaternak
mandiri pertama yang terdapat di Kabupaten Bekasi. Usahaternak tersebut berada
memulai usahanya dengan 80 ekor sapi perah pada tahun 2007 yang dalam
sejarahnya dapat memproduksi susu segar hingga mencapai 1000 liter per hari.
Maka dari itu usahaternak ini sudah melakukan investasi yang cukup besar baik
pada awal pendirian usaha maupun pada saat dibutuhkannya reinvestasi.Pada
tahun awal 2014 ini, Alda Alya Dairy Farm menambah investasi berupa 4 ekor
sapi dara 2 tahun, 25 ekor sapi laktasi I, dan 9 ekor sapi laktasi 2 serta menambah
peralatan berupa alat perah portabel sebanyak 4 buah dan membuat bak pendingin
untuk mendukung penyimpanan susu yang belum terjual. Pihak peternakan
menambah investasi sapi perah tahun ini untuk mengganti sapi yang telah afkir
pada periode sebelumnya. Sedangkan investasi yang dilakukan dalam menambah
peralatan atau mesin dilakukan agar proses produksi dapat berjalan lebih efisien
dan efektik.
Di dalam Alda Alya Dairy Farm terdapat permasalahan yang dapat
menghambat proses produksi yaitu kurangnya tenaga kerja dan kemauan
seseorang untuk bekerja di peternakan. Mereka lebih memilih melakukan
pekerjaan dalam sektor industri yang menjadi primadona di Kabupaten
Bekasi.Dalam pemerolehan pakan hijauan yaitu rumput biasanya dilakukan oleh
tenaga kerja cabutan dengan upah Rp 2 500 per ikat. Dikarenakan semakin sedikit
tenaga kerja yang mau melakukan pekerjaan tersebut, maka mungkin saja
penawaran biaya yang dikeluarkan dalam setiap ikat rumput akan semakin
meningkat. Hal tersebut adalah salah satu kondisi ketidakpastian yang harus
diantisipasi oleh pihak perusahaan.
Selain peningkatan biaya rumput, kondisi ketidakpastian yang mungkin
akan terjadi dan dialami perusahaan dalam menjalankan bisnisnya yaitu
penurunan volume penjualan dan peningkatan biaya pakan tambahan selain
rumput yaitu ampas tahu dan konsentrat. Penurunan volume penjualan mungkin
saja terjadi akibat susu yang rusak, banyak susu yang tidak terjual dan dibuang
karena menguning, serta pemadaman listrik sehingga alat penyimpanan susu yang
membutuhkan listrik seperti freezer dan coling tank tidak dapat bekerja.

5
Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah :
1. Bagaimana kelayakan usahaternak sapi perah Alda Alya Dairy Farm dilihat
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek
sosial dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usahaternak sapi perah pada Alda Alya Dairy
Farm?
3. Bagaimana sensitivitas usahaternak sapi perah pada Alya Dairy Farm
berdasarkan analisis switching valuepada komponen penurunan volume
penjualan susu segar dan peningkatan biaya pakan berupa peningkatan biaya
rumput, kenaikan harga ampas tahu, dan kenaikan harga konsentrat?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan diantaranya, yaitu :
1. Menganalisis kelayakan usahaternak pada Alda Alya Dairy Farmyang dilihat
dari dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek
sosial dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan finansial usahaternak sapi perah pada Alda Alya
Dairy Farm.
3. Menganalisis sensitivitas dengan mengukur switching valuepada Alda Alya
Dairy Farmberdasarkan pada komponen penurunan volume penjualan susu
segar dan peningkatan biaya pakan berupa peningkatan biayarumput, kenaikan
harga ampas tahu, dan kenaikan harga konsentrat.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka diharapkan dapat
memberikan informasi dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
diataranya :
1. Bagi Alda Alya Dairy Farm, dapat berguna sebagai masukan terhadap
manajemen dan informasi mengenai kelayakan usahanya baik dalam aspek
non-finansial maupun aspek finansial, serta informasi tentang sensitivitas yang
disebabkan oleh perubahan inflow maupun outflow.
2. Bagi pemerintah, dapat mamberikan inforamasi dan masukan serta menjadi
bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan
usahaternak sapi perah khususnya bagi pemerintah daerah Kabupaten Bekasi.
3. Bagi mahasiswa, dapat menjadi pembelajaran mengenai studi kelayakan usaha
dari usahaternak sapi perah dan menjadi literatur untuk penelitian selanjutnya.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan Nonfinansial
Aspek Pasar
Terdapat beberapa hal yang diukur dalam analisis aspek pasar yaitu seperti
potensi pasar, pangsa pasar, dan strategi pemasaran.Potensi pasar diukur seberapa
besar permintaan yang ada baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Potensi pasar pada komoditas ternak besar seperti sapi potong, sapi perah, da
kambing perah cukup besar. Menurut Rahmanto (2004) dalam Nisa (2013)
menyebutkan bahwa pertambahan populasi penduduk dan peningkatan
pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap produk peternakan semakin
meningkat. Menurut Nisa (2013), peningkatan jumlah penduduk yang terjadi akan
memberikan peluang bagi peningkatan jumlah konsumsi daging sapi. Jika
diasumsikan laju pertumbuhan penduduk Jabodetabek pada tahun dasar 2000
adalah 1.65 persen dengan jumlah penduduk Jabodetabek tahun 2015 dan 2020
berturut-turut sebesar 30 338 144 jiwa dan 32 932 141 jiwa serta konsumsi daging
sapi sebesar 2 kg/kapita/tahun, maka kebutuhan daging sapi sapinya akan
mencapai 60 676 288 kg dan 65 864 283 kg pada kedua tahun tersebut. Pada sapi
perah, potensi pasar yang juga cukup menjanjikan bagi para pengusaha peternakan
sapi potong.
Pada Sinambela (2013) disebutkan tahun 2011 kebutuhan bahan baku susu
untuk industri pengolahan susu hanya dapat dipenuhi oleh produksi susu sekitar
23.5 persen. Seiring dengan bertambahnya penduduk dewasa ini, maka permintan
akan produk utama sapi perah yaitu susu semakin meningkat dan memberikan
peluang yang sangat besar bagi pelaku usaha agribisnis untuk mengusahakan sapi
perah. Kemudian pada kambing perah, menurut Dewi (2010), permintan dan
penawaran kambing perah yang ada di Kabupaten bogor tahun 2009 tidak
seimbang yaitu permintaan lebih tinggi dari pada penawaran susu kambing yang
tersedia pada sembilan peternakan. Selain di Kabupaten Bogor, permintaan susu
kambing juga terdapat di beberapa daerah di Indonesia, menurut Ketua Asosiasi
Peternak Kambing Perah dalam Dewi (2010), permintaan susu yang belum
terpenuhi pada tahun 2010 sebesar 75 persen. Artinya terdapat peluang sebesar 75
persen pelaku usaha agribisnis dalam memainkan peran memenuhi permintaan
susu kambing perah Indonesia.Dapat disimpulkan pengusahaan komoditas ternak
besar di Indonesia memiliki peluang yang sangat cerah dikarenakan masih adanya
kesenjangan antara permintaan dan penawaran.
Hal kedua yang dibahas dalam aspek pasar adalah pangsa pasar atau
market share. Pangsa pasar yang dimiliki salah satu perusahaan penggemukan
sapi potong di Kabupaten Bogor yaitu TARUMA sebesar 0.12 persen dari
kebutuhan daging nasional dan 0.98 persen dari kebutuhan daging di wilayah
Jabodetabek (Nisa 2013). Pada sapi perah, salah satu peternakan yang diteliti
dalam Sinambela (2013) yaitu Kelompok Ternak Kania mempunyai pangsa pasar
sebesar 80 persen terhadap usaha pengolahan susu Sugeng Milkper harinya.
Angka tersebut sangat besar dikarenakan pasar yang dituju peternak sudah ada
dan pasti.Kemudian pangsa pasar yang dimiliki salah satu usahaternak kambing

7
perah di Kabupaten Bogor yaitu Prima Fit sebesar 10.06 persen dari permintaan
yang ada. Pangsa pasar pada komoditi ternak besar tersebut menjelaskan produk
komoditi ternak besar yang diproduksi saat ini masih mempunyai serapan pasar
yang kecil baik pada keseluruhan permintaan nasional maupun daerah target yang
dituju kecuali pasar yang dituju sudah pasti dan jelas.
Penilaian selanjutnya yang dianalisis dalam aspek pasar adalah bagaimana
strategi atau program pemasaran yang diterapkan pada perusahaan yang
mengusahakan komoditi ternak besar.Adapun strategi-strategi yang dipakai adalah
dengan menggunakan brosur, pamphlet, media cetak, maupun media
elektronik.Namun ada juga yang tidak melakukan pemasaran secara tertulis
melainkan secara lisan dengan metode mouth to mouth. Berdasarkan pemaparan
mengenai aspek pasar pada komoditas ternak besar berupa sapi potong, sapi
perah, dan kambing perah pada tiga macam penilaian, usahaternak yang
mengusahakan ternak besar di Indonesia yang diwakili oleh Kabupaten Bogor
pada tinjauan layak untuk dijalankan.
Aspek Teknis
Aspek teknis yang dinilai dalam analisis kelayakan usaha adalah lokasi
bisnsis, luas produksi, proses produksi, layout, serta pemilihan jenis teknologi dan
equipment. Pada Nisa (2013), usaha bisnisnya memiliki dua lokasi bisnis yaitu
lokasi kandang di Desa Cairu, Kabupaten Bogor dan lokasi kantor di Jakarta
Selatan. Lokasi kandang dipilih berdasarkan ketersediaan lahan yang luas dan
ketersedian lahan rumput gajah untuk keperluan pakan. Sedangkan lokasi kantor
dipilih atas dasar kedekatan dengan konsumen yaitu Jabodetabek. Pada Dewi
(2010) juga memiliki dua lokasi bisnis yaitu lokasi kandang dan lokasi kantor
namun terdapat pada satu wilayah. Pada penelitian Dewi (2010) dan Sinambela
(2013) memiliki alasan pemilihan lokasi yang sama yaitu salah satunya akses
transportasi untuk mencapai ke lokasi mudah dan akses terhadap pasar pun juga
mudah. Namun luas produksi yang dimiliki masing-masing usaha tersebut
berbeda-beda, ada yang dalam bentuk kelompok maupun perusahaan mandiri.
Setiap perusahaan yang mengusahakan ternak besar harus memiliki
infrastruktur dan fasilitas yang cukup untuk mendukung berjalannya bisnis
tersebut. Infrastruktur yang dibutuhkan diantaranya lahan, kandang, instalasi air
dan listrik, bangunan untuk administrasi, serta mesin-mesin dan peralatan yang
mendukung aktivitas bisnis baik proses produksi maupun kegiatan administrasi.
Pada ketiga tempat penelitian sebelumnya mengenai keelayakan usaha pada
komoditas ternak benar memiliki infrastuktur dan fasilitas yang cukup lengkap
dan memadai serta tata letak (layout)yang dimiliki pun jelas.Dapat disimpulkan
berdasarkan analisis aspek teknis pada ketiga usaha tersebut maka bisnis yang
mengusahakan ternak besar di Indonesia secara umum dapat dikatakan layak
untuk dijalankan.
Aspek Manajemen dan Hukum
Pada aspek manajemen dan hukum membahas suatu sistem yang dimiliki
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya serta aspek legalnya.Pada aspek
manajemen sangat berkaitan erat dengan struktur organisasi yang dimiliki oleh

8
perusahaan. Pada penelitian Dewi (2010) dan Nisa (2013) telah memiliki struktur
organisasi formal dengan menggambarkan pemisahan jenis pekerjaan dan
pembagian tugas dengan cukup jelas sehingga aktivitasi bisnis baik proses
produksi maupun administrasi berjalan dengan baik. Sedangkan pada Sinambela
(2013) yang merupakan kelompok peternak belum memiliki struktur organisasi
secara formal.Namun hal itu tidak menghambat aktivitas bisnis yang ada dan
memiliki struktur organisasi informal dalam menjalankan aktivitas bisnis.
Pada aspek hukum pada suatu usaha membahas aspek legal perizinan suatu
bisnis dalam membuka usaha seperti SIUP, TDP, dan lainnya.Namun dewasa ini,
tidak semua bisnis telah memiliki surat-surat perizinan yang lengkap dan sudah
membentuk badan usaha.Pada usaha penggemukan sapi potong TARUMA sudah
memiliki surat-surat perizinan yang dan sudah mempunyai badan usaha yaitu PT
(Nisa 2013). Sedangkan pada Darul Fallah dan Kelompok Peternak KANIA sudah
memiliki surat izin untuk mendirikan usaha namun belum memiliki dadan usaha
yang jelas. Dapat disimpulkan bahwa bisnis usahaternak besar masih memiliki
masalah pada aspek hokum yaitu perizinan dan badan usaha yang dimiliki.
Padahal hal itu perlu dan dibutuhkan sebagai syarat jika suatu usaha akan
meminjam dana kepada perbankan agar usaha dapat lebih berkembang. Maka dari
itu disimpulkan saat ini aspek manajemen dan hukum bagi usahaternak besar
Indonesia sebagian telah dikatakan layak dan sebagian belum dan perlu perbaikan.
Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek sosial dan lingkungan dalam kelayakan usaha menilai apakah suatu
usaha memiliki manfaat dan pengaruh terhadap masyarakat sekitar lokasi
peternakan baik dalam hal sosial maupun terhadap lingkungan.Penilaian aspek
social dan lingkungan dinilai pula pada bisnis ternak besar. Dalam berdirinya
suatu usaha akan memberikan dampak kepada masyarakat atau lingkungan sekitar
dibandingkan sebelum adanya usaha tersebut baik dampak negatif maupun positif.
Pada Dewi (2013), usahaternak kambing perah yang didirikan memberikan
dampak positif pada peningkatan peluang kerja dan pengurangan pengangguran.
Sedangkan dampak pada lingkungan terdapat dampak positif maupun negatif.
Dampak negatifnya terjadi pada penumpukan kotoran ternak dikarenakan sistem
pembuangan kotoran kurang baik yang akan menimbulkan bau tidak sedap dan
menyebabkan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Begitu
pula pada Nisa dan Sinambela (2013), pada penelitian keduanya juga memiliki
masalah pada limbah kotoran hewan ternak besar.Kemudian yang dinilai adalah
bagaimana suatu bisnis mengelola permasalahan tersebut. Maka dari itu penilaian
kelayakan pada aspek ini dilakukan berdasarkan kontribusi usaha terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar dan cara penanganan mengatasi masalah limbah
kotoran ternak.

Kelayakan Finansial
Pada pengukuran analisis finansial, alat yang digunakan salah satunya
adalah kriteria investasi.Namun pada penelitian yang dilakukan tentang kelayakan
usaha maupun kelayakan finansial saja jumlahnya berbeda-beda. Akan tetapi,

9
kriteria investasi yang mutlak harus ada adalah nilai NPV, IRR, dan Net B/C.
Dalam melakukan perhitungan pada analisis finansia, terdapat istilah yang
dinamakan time value of money yaitu pengaruh waktu terhadap nilai uang. Uang
senilai Rp 50 000.00 saat ini nilainya tidak akan sama pada 5 tahun yang akan
datang. Maka dari itu, dalam perhitungan analisis finansial perlu dilakukan
metode Discounted Cash Flaw, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap
tahun didiskonto dengan discount factor (DF) disesuaikan dengan jenis modal
yang digunakan (Nurmalina et al 2010). Selain itu, terdapat analisis sensitivitas
dan switching value yang dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha komoditas
ternak besar di Indonesia dikhususkan komoditas sapi perah pada analisis finansial
ini.
Hasil kelayakan pada tiga penelitian pada komoditas sapi perah layak
untuk dijalankan tetapi ada beberapa tipe usaha yang relatif tidak efisien karena
diusahakan dalam skala yang kecil. Di Indonesia 91% produksi susu dihasilkan
dari oleh usaha rakyat dengan skala usaha kecil sekitar 1-3 ekor sapi perah per
peternak (Harmini et al, 2012). Hanya sedikit sekali perusahaan yang
mengusahakan dalam skala menengah dan besar.Hal ini dikarenakan kesulitan
akses modal, sebab jika ingin mengusahakan sapi perah dalam jumlah
banyak/skala usaha besar perlu adanya modal dan biaya yang besar untuk
diinvestasikan. Pada Ratnawati (2002) menghasilkan NPV sebesar Rp 31 721
510.00, IRR 15 persen, Net B/C 1.07, dan PP dalam 4.90 tahun pada umur bisnis
8 tahun dengan menggunakan tingkat diskonto 13 persendan skala usaha sebanyak
50 induk laktasi. Pada Harmini et al (2012) membahas kelayakan usahaternak sapi
perah rakyat di Provinsi Jawa Timur khususnya pada Kecamatan Pujon dengan
skala usaha peternak dibawah 10 ekor. Hasil kelayakannya adalah NPV sebesar
Rp 16 505 885.08 untuk umur bisnis 15 tahun, Net B/C 1.23, IRR 9.90 persen
(DF=6.70 persen), dan PP dalam 14 tahun 4 bulan.Sedangkan pada Sinambela
(2013), lokasi yang diteliti adalah Kelompok Ternak KANIA yang memiliki skala
usaha rata-rata 3 ekor.Hasil kelayakannya pada suku bunga sebesar 14 persen
adalah nilai NPV sebesar Rp 85 269 090.00, IRR sebesar 21 persen, Net B/C 1.37,
dan PP selama 10 tahun.Dapat disimpulkan berdasarkan ketiga penelitian
mengenai kelayakan finansial usahaternak sapi perah di Indonesia dapat dikatakan
namun perlu adanya peningkatan pada skala usahanya agar pendapatan yang
diperoleh lebih besar.
Setelah melakukan analisis kelayakan finansial menggunakan criteria
investasi, terdapat analisis sensitivitas dan switching value terhadap perubahanperubahan yang dapat merugikan usaha ternak sapi perah. Komponen krusial yang
biasanya terjadi dan digunakan sebagai salah satu komponen dalam melakukan
analisis terdapat penurunan inflow dan kenaikan outflow. Penurunan inflow
diantaranya disebabkan oleh penurunan produksi susu dan penurunan volume
penjualan akibat rusak atau tidak terjual. Sedangkan peningkatan outflow
disebakan oleh kenaikan harga pakan baik hijauan maupun konsentrat.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Ternak Sapi Perah
Sapi perah adalah salah satu hewan yang digolongkan ke dalam ternak
perah yang lebih banyak diusahakan dari pada ternak perah yang lain. Di
Indonesia sapi perah yang umum diternakkan adalah bangsa sapi Fries Holland
(Sudono 1999).Sapi pejantan Fries Holland mulai diimpor pada abad ke-19 dari
Belanda yang sebelumnya telah mengimpor sapi Milking Shorthon, Ayrshire, dan
Jersey dari Australia (PPPP 2009). Dikarenakan sapi FH mempunyai produksi
susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lain, maka bangsa sapi
tersebut yang banyak dipilih untuk diusahakan khususnya di Indonesia. Sapi FH
mampu memproduksi susu sebanyak 7245 kg dalam satu kali masa laktasi sekitar
10 bulan, sedangkan sapi Jersey menghasilkan 4957, sapi Guersney menghasilkan
susu 5205 kg, dan sapi Ayrshire menghasilkan susu 6585 kg dalam satu kali masa
laktasi (Ratnawati 2002). Bangsa sapi FH memiliki sifat yang tenang, jinak,
mudah dikuasai, dan tidak tahan panas, serta memiliki bobot untuk sapi jantan 800
kg dan sapi betina 625 kg dalam satu masa laktasi (Kanisius dalam Ratnawati
2002).
Menurut Erwidodo dalam Ratnawati (2002) menyatakan bahwa
peternakan sapi perah yang terdapat di Indonesia umumnya adalah usaha keluarga
di pedesaan dalam skala kecil, dengan komposisi ternak sapi perah kurang dari 4
ekor diperkirakan 80 persen, 17 persen peternak yang mempunyai 4-7 ekor, dan 3
persen peternak memiliki lebih dari 7 ekor. Tetapi dewasa ini, menurut data BPS
tahun 2011 sudah terdapat 91 perusahaan yang mengusahakan sapi perah yang
berupa 3 perusahaan pembibitan, 87 perusahaan budidaya, dan 1 perusahaan
pengumpul susu sapi.
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina et al (2010) merupakan
penelaahanatau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan
manfaat atau hasil jika dilaksanakan. Studi kelayakan juga sering disebut
feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan:
apakah menerima atau menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan dan
apakah menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah/sedang
dilaksanakan. Terdapat empat jenis kegiatan studi kelayakan bisnis yaitu
kelayakan pada usaha baru, untuk pengembangan skala usaha, penambahan atau
penggantian mesin dan untuk kepentingan pemasaran.
Pada studi kelayakan usaha yang baru dilakukan untuk suatu bisnis yang
belum atau baru akan dijalankan. Studi kelayakan usaha baru sangat penting untuk
dilakukan karena menentukan keberhasilan usaha di masa yang akan datang.
Menurut Moerdiyanto (2008) keberhasilan sebuah usaha baru di masa depan
diantaranya seperti pengetahuan pasar yang memadai, produk yang kompetitif
yang menjalankan fungsinya dengan baik, kesadaran akan situasi persaingan,

11
basis finansial yang memadai dengan investasi yang tepat, serta memulai usaha
yang tepat. Dan yang paling penting, dalam melakukan analisa kelayakan bagi
usaha baru harus menjawab pertanyaan mendasar seperti apa yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan usaha baru, dapatkah dijual, besar
biayanya, dan mampukah produk yang dihasilkan mendatangkan laba.
Studi kelayakan tidak hanya perlu dijalankan untuk usaha baru, tapi juga
produk baru yang akan dijalankan oleh perusahaan (Johan 2011). Dengan kata lain
studi kelayakan juga perlu dilakukan dalam hal pengembangan suatu perusahaan
seperti produk baru, unit usaha baru, pengembangan skala usaha dan termasuk
dalam akuisisi perusahaan lainnya. Akuisisi perusahaan lain yang telah
memproduksi produk yang ada atau perusahaan yang mempunyai kemampuan
untuk menghasilkan produk baru yang diinginkan tetapi belum mempunyai modal
(Johan 2011). Selanjutnya terdapat pula kelayakan usaha untuk kebutuhan
penambahan mesin atau penggantian mesin yang sudah rusak.Penambahan mesin
sangat berhubungan erat dengan efisiensi dan peningkatan kapasitas produksi
suatu usaha.Adanya penambahan mesin sebuah perusahaan dapat mengurangi
biaya tenaga kerja yang seharusnya dikeluarkan dan meningkatkan kinerja
perusahaan dengan mengganti mesin-mesin yang sudah rusak.Studi kelayakan ini
juga dapat dilakukan pada penggunaan sebuah mesin baru yang sebelumnya
belum pernah digunakan dalam usaha tersebut atau merupakan penemuan dari
penelitian yang dilakukan oleh lembaga tertentu maupun perusahaan tersebut.
Sedangkan pada studi kelayakan pemasaran dilakukan jika sebuah perusahaan
ingin menerapkan sistem pemasaran yang baru atau mengadopsi sistem pemasaran
perusahaan lain.
Menurut Fahmi et al (2010) terdapat beberapa yang berkepentingan dalam
studi kelayakan bisnis, yaitu:
a. Investor merupakan mereka yang menempatkan sejumlah dana pada sebuah
usaha dengan harapan akan memperoleh keuntungan, dengan begitu informasi
yang diperoleh dari studi kelayakan tersebut akan membantu investor tersebut
dalam mengambil keputusan.
b. Kreditur merupakan pihak yang memberikan pinjaman. Studi kelayakan bisnis
berguna memberikan informasi kemampuan debitur dalam membayar cicilan
pinjaman yang telah diberikan.
c. Pihak akademis dan universitas adalah mereka yang melakukan research
terhadap sebuah bisnis. Sehingga kebutuhan informasi studi kelayakan yang
dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan adalah mutlak, apalagi jika nanti
penelitian tersebut dipublikasikan.
d. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah mereka yang mempunyai
hubungan kuat dengan kajian dari berbagai aspek yang berkaitan dengan
bisnis yang akan dijalankan. Sehingga studi kelayakan dapat menilai dampak
positif atau negatif yang ditimbulkan bila usaha tersebut dijalankan, apakah
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah atau tidak.
Studi kelayakan bisnis sangat berkaitan erat dengan kegiatan investasi.
Menurut William F.S dalam Kasmir (2003), investasi adalah mengorbankan dollar
sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Dari pengertian ini terkandung 2
hal yang penting di dalam investasi yang harus diperhatikan, yaitu adanya risiko
dan tenggang waktu.Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha dan
dalam praktiknya investasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu investasi nyata (real

12
investment) dan investasi finansial (financial investment).Investasi nyata
merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah,
bangunan, peralatan atau mesin-mesin. Sedangkan investasi finansial merupakan
investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat
berharga lainnya seperti sertifikat deposito.
Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis
Di dalam studi kelayakan bisnis terdapat tiga macam analisis yaitu analisis
kelayakan non-finansial, finansial, dan ekonomi.Pada kelayakan non-finansial
terdiri dari beberapa aspek yang dinilai seperti aspek pasar; aspek teknis; aspek
manajemen dan hukum; aspek sosial dan ekonomi; serta aspek lingkungan.Aspekaspek tersebut dinilai sesuai dengan kebutuhan bisnis, tidak semua aspek harus
dinilai.Sedangkan pada analisis finansial terdapat perhitungan biaya, penerimaan,
pendapatan, arus kas, laporan laba rugi, kriteria investasi, analisis sensitivitas,
serta analisis switching value.Dan pada analisis ekonomi, diukur apakah setelah
bisnis ini dibangun bermanfaat bagi pembangunan ekonomi nasional. Analisis
kelayakan ekonomi dapat diukur dari performa arus kas sosialnya yang
memperhitungkan biaya sosial di dalamnya berupa harga bayangan baik output
maupun input, tradeable maupun non-tradeable. Berikut beberapa penjelasan
menurut Haming dan Basalamah (2010) tentang aspek-aspek di dalam studi
kelayakan bisnis diantaranya:
1. Aspek Pasar
Studi pasar dan pemasaran sangatlah penting dalam studi kelayakan karena
akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama umur bisnis. Selain
itu, studi pasar akan memberikan gambaran mengenai intensitas persaingan,
informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen, pendapatan rata-rata
calon konsumen, ketersediaan saluran distribusi, dan kondisi sarana angkutan.
Hal-hal yang dijelaskan dalam aspek pasar adalah sebagai berikut:
a. Taksiran atas volume permintaan pasar, mencakup volume permintaan
agregat dan permintaan terhadap produk bisnis yang dikaji. Taksiran
permintaannya sebaiknya dilakukan mencakup periode selama umur bisnis
dijalankan.
b. Taksiran permintaan secara regional selama umur bisnis disertai pangsa
pasar (market share) di tiap daerah dari periode ke periode.
c. Kajian mangenai kebijaksanaan harga dilengkapi dengan perbandingan
harga yang ditetapkan oleh perusahaan dengan harga dari perusahaan
pesaing.
d. Studi mengenai siklus hidup produk (produk life cycle analysis).
e. Rumusan strategi yang akan digunakan, seperti marketing mix strategy
yang akan menjadi acuan dalam penetapan rencana produk, analisis harga,
teknik dan metode promosi.
2. Aspek Teknis
Studi ini memiliki sifat yang sangat strategis, sebab berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan inti atau operasinal yaitu menghasilkan suatu produk yang
akan diperjualkan. Hal-hal yang perlu analisis dala, aspek ini adalah kapasitas
proyek, lokasi, tata letak, menentukan investor perusahaan, bentuk bangunan,

13
bahan baku serta pendukung dan cara pemerolehannya, desain produk, dan
analisis biaya produksi.
3. Aspek Manajemendan Hukum
Pada saat awal usaha, manajemen akan menentukan visi, misi, dan nilai-nilai
dasar dari perusahaan. Visi dan misi tersebut yang digunakan untuk menjadi
arahan seluruh organisasi bergerak dan melakukan kegiatan bisnis dalam
mencapai tujuan perusahaan.Sedangkan aspek hukum dibahas jaminanjaminan atau perizinan yang dimiliki perusahaan yang diperlukan dalam hal
mempermudah dan memperlancar yang dijalankan.Terdapat empat tahap
dalam pelaksanaan manajemen dalam suatu perusahaan, yaitu:
a. Planning
Perencanaan adalah tahapan pertama dalam proses manajemen yang
meliputi perencanaan produksi, perencanaan keuangan, perencanaan
pemasaran, dan perencanaan SDM. Dalam penyususnan sebuah studi
kelayakan, perlu disusun perencanaan-perencanaan tersebut dalam jangka
pendek sampai minimal janngka menengah, jika tidak dapat merencanakan
dalam jangka panjang khususnya pada perencanaan keuangan yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti inflasi, depresiasi, kebijakan
pemerintah, dan lainnya.
b. Organizing
Organizing menyangkut sistem pengorganisasian dari sumber daya yang
terarah guna dapat mencapai tujuan yang diinginkan.Kegiatan
pengorganisasian berupa pembagian tugas yang jelas diantara pekerjaan
serta membentuk struktur organisasi seperti bagian pembelian, bagian
produksi, bagian pemasaran, dan lainnya. Dalam pembentukan struktur
organisasi yang perlu diperhatikan adalah bentuk kegiatan dan cara
peneglolaan dari kegiatan usaha yang direncanakan secara efisien.
c. Leading
Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen diperlukan adanya pemimpin
untuk menggerakan para karyawan agar dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan yang dinginkan.
d. Controlling
Controlling dilakukan untuk mencegah adanya penyimpangan di dalam
setiap pelaksanaannya agar dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
4. Aspek Sosialdan Lingkungan
Studi aspek sosial dan lingkungan bertujuan menngemukakan pengaruh positif
bisnis terhadap masyarakat sekitar lokasi bisnis dan dampak lingkungan suatu
bisnis di lokasi yang ditetapkan (AMDAL). AMDAL adalah studi yang harus
dibuat sebagai kelengkapan dari evaluasi pendirian sebuah pabrik. Pada bisnis
pertanian, terdapat beberapa yang menghasilkan limbah yang tidak baik untuk
lingkungan dan menimbulkan pencemaran lingkungan.Dengan semakin
tingginya kepedulian masyarkat terhadap lingkungan serta adanya aturan
lingkungan yang semakin ketat dan harus dipatuhi, maka aspek lingkungan
yang sangat penting untuk diperhatikan.

14
Analisis Finansial
Pada kelayakan finansial diukur menggunakan beberapa kriteria. Kriteria
tersebut digunakan untuk mengukur apakah investasi yang akan dilakukan layak
untuk dijalankan. Terdapat 6 kriteria yang digunakan dalam mengukur kelayakan
suatu investasi secara finansial. Menurut Nurmalina (2010), kriteria investasi
tersebut diantaranya berupa Net Present Value (NPV), Gross Benefit Cost Ratio
(Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR),
Profitability Ratio (PV/K), dan Payback Period (PP). Dalam analisis kelayakan
investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai pendiskontoan
(discounted cashflow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau
semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan (Husnan dan
Suwarsono 2000; Nurmalina et al 2009 dalam Harmini et al 2012). Pendiskontoan
ditentukan dari tingkat diskonto tertentu (discount rate) yang ditentukan oleh
tingkat bunga yang berlaku.Selain menghitung aliran kas dari suatu usaha, dalam
kelayakan finansial juga dihitung atau ditampilkan pula laporan laba rugi dari
usaha tersebut.Laporan laba rugi itu perlu diperhitungkan supaya dapat
mengetahui berapa keuntungan bersih yang dapat diberikan oleh usaha
tersebut.Dalam melakukan perhitungan cashflow, data satu dengan data lainnya
sangat berkaitan dan penting adanya dalam menilai kriteria investasi.Seperti nilai
IRR ditentukan oleh nilai NPV dan Discount Rate (i) yang digunakan. Berikut ini
digambarkan kurva hubungan antara nilai NPV dan besarnya IRR yang dihasilkan
(Nurmalina et al. 2010)
NPV
�������

IRR

0

i = Discount Rate

���

���
OCC� �
Gambar 1. Hubungan antara NPV dan IRR
Analisis Sensitivitas
Terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi di luar jangkauan asumsi yang
dipakai dalam analisis yang dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha. Menurut
Gittinger (1986), suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah disebut sebagai analisis sensitivitas.
Menurutnya beberapa hal yang dapat mempengaruhi kelayakan dan menyababkan
perubahan adalah berupa perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, dan

15
kenaikan biaya.Seperti yang kita ketahui, harga sangat rentan dengan
perubahan.Terlebih lagi produk yang dihasilkan adalah produk pertanian yang
mayoritas harga ditetapkan oleh pasar atau termasuk kedalam pasar persaingan
sempurna dan beberapa diantaranya sering digunakan sebagai alat politik. Hal
tersebut tidak memungkiri bahwa selama umur bisnis berjalan akan terjadi
perubahan harga. Selain itu, kenaikan biaya juga merupakan hal sensitif yang
dapat terjadi dalam berjalannya suatu bisnis.Jika terjadi kenaikan biaya dari biaya
yang sudah diestimasikan, maka suatu binsis yang mempunyai potensi yang baik
menjadi kurang menarik lagi.Hal itu dikarenakan dapat mengurangi keuntungan
yang didapatkan. Maka dari itu analisis sensitivitas perlu untuk dilakukan dalam
sebuah studi kelayakan, untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang
memiliki dampak negative pada kelayakan suatu usaha yang akan dijalakan.
Analisis sensitivitas mempunyai variasi dalam metode analisisnya yaitu
analisis nilai pengganti (Switching Value). Dalam analisis Switching Value, kita
ingin menghitung suatu nilai pengganti maka harus ditanyakan beberapa elemen
yang kurang baik dalam analisis bisnis yang akan diganti agar suatu bisnis dapat
memenuhi tingkat minimum yang diterimanya. Sehingga para stakeholdersdapat
memeperkirakan bagaimana pengaruh perubahan terhadap kepentingan bisnis.
Teori Biaya dan Manfaat
Biaya didefinisikan sebagai segala se