ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATERNAK SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATERNAK SAPI
PERAH DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG
KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI
MIRA SUKMAPRADITA
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(2)
RINGKASAN
MIRA SUKMAPRADITA. D34104027. Analisis Kelayakan Finansial Usahaternak Sapi Perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Zulfikar Moesa, MS Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nilai gizi, membuat masyarakat lebih banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi. Salah satu contohnya adalah susu sapi. Namun, produksi susu sapi perah selalu jauh di bawah permintaan konsumsi nasional. Pada tahun 2005 permintaan susu sapi perah mencapai 1.306.000 ton, sementara produksi nasional hanya 342.000 ton atau 26% dari permintaan susu nasional (Apriantono, 2007).
Salah satu daerah penghasil susu sapi terbesar di Jawa Barat yang membantu dalam pemenuhan kebutuhan permintaan susu nasional adalah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang termasuk wilayah kerja Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU).. Rata-rata peternak di wilayah kerja KPSBU Lembang hanya memiliki ternak sapi perah sebesar 2-3 Satuan Ternak yang dinilai kurang efisien. Informasi mengenai kelayakan usahaternak sapi perah di Lembang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi usaha. Analisis finansial perlu dilakukan di daerah tersebut untuk mengetahui layak atau tidaknya usahaternak sapi perah yang sudah berjalan. Informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk pengembangan usahaternak sapi perah di masa yang akan datang.
Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi sistem manajemen pemeliharaan sapi perah di wilayah kerja KPSBU Lembang agar mendatangkan kuntungan maksimal. 2) menganalisis kelayakan usaha peternakan dilihat dari aspek finansial dan aspek sensitivitasnya terhadap perubahan harga input maupun harga output.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja KPSBU Lembang selama tiga bulan yaitu Juli sampai September 2007. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive).
Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Penentuan jumlah sampel dari populasi peternak menggunakan Rumus Slovin(e = 5 persen), dan didapat sebanyak 285 data responden yang dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif, analisis biaya dan manfaat, dan analisis kelayakan finansial..
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait dengan masalah penelitian seperti KPSBU, Dinas Peternakan, dan Kecamatan Lembang.
Berdasarkan nilai-nilai pada kriteria kelayakan tersebut, NPV lebih besar dari nol, BCR lebih besar dari satu, dan IRR di atas tingkat suku bunga yang ditetapkan, maka secara finansial usahaternak sapi perah di wilayah kerja KPSBU Lembang
(3)
dengan diskon faktor 14 persen layak untuk dikembangkan sebab telah memenuhi kriteria kelayakan usaha (Kadariah, 1999). Nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 2.253.807.218, IRR sebesar 18,24 %, dan BCR sebesar 1,27.
Batas maksimum kenaikan nilai pakan yang masih dapat menghasilkan keuntungan pada usahaternak sapi perah di wilayah kerja KPSBU Lembang adalah sebesar 4,65 persen. Apabila terjadi kenaikan nilai biaya pakan lebih besar dari 4,65 persen, peternak akan mengalami kerugian (menjadi tidak layak usaha). Penurunan penerimaan tidak diperhitungkan oleh peneliti karena usahaternak di wilayah kerja KPSBU Lembang tidak pernah mengalami penurunan harga jual susu.
(4)
ABSTRACT
Financial Feasibility Analysis of Dairy Cattle Farm At KPSBU Lembang Working Area, Bandung Regency
Sukmapradita, M, Z. Moesa, and L.Cyrilla ENSD
The aims of this research are : 1) to identify the management of dairy cattle at KPSBU Lembang working area which will produce maximum profit. 2) to analyze the financial feasibility of dairy cattle husbandry and its sensitivity. The research was conducted for three months (from July until September 2007) at Lembang, Bandung. This research used cluster random sampling method, and taken 285 respondents to analyze. Data were analyzed by descriptive analysis, income analysis, feasibility and sensitivity analysis. Primary data obtained by observation and direct interview with farmers as respondents. Secondary data obtained from relevant institutions sources which related to the research topic. The results of this research showed that dairy cattle farms at KPSBU Lembang working area were feasible to be developed, according to the NPV which was positive (Rp 2.253.807.218), BCR more than one (1,27), and IRR more than interest rate (18,24 %). The sensitivity analysis showed that dairy cattle farm were not feasible any longer if the increasing of feed higher than 4,65 percents.
(5)
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATERNAK SAPI
PERAH DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG
KABUPATEN BANDUNG
MIRA SUKMAPRADITA D34104027
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
(6)
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATERNAK SAPI
PERAH DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG
KABUPATEN BANDUNG
Oleh
MIRA SUKMAPRADITA D34104027
Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 24 Maret 2008
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MScAgr NIP. 131 955 531
Pembimbing Utama
Ir. Zulfikar Moesa, MS NIP. 130 516 995
Pembimbing Anggota
Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi NIP. 131 760 916
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 Maret tahun 1986. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Budiarto (Alm) dan Ibu Ratna Komala.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1993 di TK Assalaam Bandung. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SD Assalaam II Bandung. Pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTPN 13 Bandung diselesaikan pada tahun 2001, dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMUN 22 Bandung.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2004. Selama masa kuliah, penulis pernah menjabat sebagai staf departemen kewirausahaan HIMASEIP (2004-2005), bendahara umum UKM LISES Gentra Kaheman (2005-2006), Badan Pengawas Harian HIMASEIP (2005-2006), dan Bendahara umum HIMASEIP (2006-2007). Pada tahun 2006-2007 penulis merupakan salah satu mahasiswa penerima beasiswa BRI.
(8)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada pemimpin para nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usahaternak Sapi Perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem manajemen pemeliharaan sapi perah di wilayah kerja KPSBU Lembang agar mendatangkan keuntungan maksimal dan menganalisis kelayakan usahaternak dilihat dari aspek finansial dan aspek sensitivitasnya terhadap perubahan harga input maupun harga output.
Skripsi ini diharapkan bisa menjadi suatu bahan pertimbangan untuk pengembangan usahaternak sapi perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat baik bagi penulis ataupun semua pihak yang membutuhkan.
Akhir kata, penulis berharap karya kecil ini menjadi salah satu karya terbaik yang bisa penulis persembahkan terutama untuk keluarga tercinta. Amin!
Bogor, Maret 2008
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN………. i
ABSTRACT……….. iii
RIWAYAT HIDUP………...……….…………... vi
KATA PENGANTAR………...………... vii
DAFTAR ISI………. viii
DAFTAR TABEL………. xi
DAFTAR LAMPIRAN………...….. xiii
PENDAHULUAN………. 1
Latar Belakang………. 1
Perumusan Masalah……….……… 3
Tujuan Penelitian………. 4
Kegunaan Penelitian……….. 4
KERANGKA PEMIKIRAN………. 5
TINJAUAN PUSTAKA……….... 7
Usaha Peternakan Sapi Perah………... 7
Bangsa / Rumpun Sapi………. 7
Kepemilikan Ternak Sapi Perah………... 7
Bibit.……….. 8
Perkandangan……… 8
Perkawinan……… 10
Pakan………. 10
Tenaga Kerja………. 11
Pencegahan Penyakit Ternak……… 11
Produksi Susu………... 12
Frekuensi Pemerahan……… 13
Pemasaran Hasil……… 13
Penerimaan dan Biaya………... 14
Analisis Kelayakan Finansial……… 15
Analisis Sensitivitas……….. 16
METODE PENELITIAN………... 17
Lokasi dan Waktu……… 18
Populasi dan Sampel……… 18
Desain Penelitian………. 18
Data dan Instrumentasi………. 19
Analisis Data………. 19
Analisis Deskriptif... 19
Analisis Biaya………... 20
Analisis Penerimaan……….. 20
(10)
Analisis Kelayakan Finansial……… 21
Analisis Sensitivitas……….. 23
Definisi Istilah... 24
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN……… 26
Kecamatan Lembang……….... 26
Keadaan Geografi……… 26
Keadaan Demografi……… 27
Tenaga Kerja……… 28
Potensi Peternakan Sapi Perah………. 30
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)………... 31
Jumlah dan Komposisi Sapi Perah………... 33
Jumlah Penerimaan Susu dari Tiap Wilayah………... 34
Organisasi KPSBU………... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 36
Karakteristik Responden………... 36
Umur………. 36
Pendidikan……… 36
Pengalaman Beternak………... 37
Motivasi Beternak……… 37
Kendala Beternak………... 37
Aspek Teknis………... 38
Bangsa Sapi... 38
Kepemilikan Ternak Sapi Perah……….. 39
Produktivitas Sapi Perah……….. 39
Perkandangan………... 40
Pakan……… 42
Peralatan………... 44
Pemerahan……… 45
Perkawinan………... 45
Penyakit……… 46
Tenaga Kerja yang Digunakan………. 47
Pemasaran Hasil………... 48
Proyeksi Sapi Perah………. 49
Proyeksi Produksi Susu……… 50
Analisis Kelayakan Finansial……… 51
Arus Penerimaan Sapi Perah……… 51
Arus Pengeluaran………. 52
Investasi………... 52
Biaya Operasional……… 53
Biaya Administrasi dan Umum………... 53
Arus Pendapatan……….. 53
Penilaian Kriteria Kelayakan Finansial……… 54
Analisis Sensitivitas………. 56
(11)
UCAPAN TERIMA KASIH……….. 59
DAFTAR PUSTAKA……… 61
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produktivitas Teknis dan Ekonomis Tenaga Kerja pada Usaha
Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Sukaraja... 11 2. Umur Sapi, Pemerahan, dan Persentasi Susu yang
Dihasilkan... 13 3. Hasil Perhitungan Kelayakan Finansial Sapi Perah Pondok
Rangon... 16 4. Hasil Analisa Sensitivitas Perencanaan Pengembangan
Perusahaan Peternakan CV. Cisarua Integrated Farming
Tanpa Pembiayaan dan dengan Pembiayaan... 17 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Lembang Tiap Desa Tahun
2006... 27 6. Sumber Mata Pencaharian Penduduk Lembang 2007... 28 7. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Lembang 2007.. 28 8. Sebaran Tenaga Kerja di Kecamatan Lembang... 29 9. Penggunaan Lahan di Kecamatan Lembang (dalam Ha)... 30 10. Sebaran Populasi Sapi Perah, Luas Lahan Pakan Ternak, dan
Produksi HMT di Kecamatan Lembang... 31 11. Daerah TPK dan Jumlah Kelompok TPS di KPSBU tahun
2007………. 32
12. Jumlah Anggota Aktif dan Non Aktif KPSBU Lembang
2007………. 33
13. Jumlah dan Komposisi Sapi Perah KPSBU Lembang Tahun
2007………... 34 14. Rataan Produksi Susu Harian Setiap Cooling Unit Selama
Bulan April 2007 di KPSBU Lembang... 35 15. Karakteristik Responden Dilihat dari Umur, Pendidikan
Formal... 36 16. Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Beternak,
Motivasi, dan Kendala Beternak... 38 17. Perubahan Total Komposisi dan Jumlah Ternak Sapi Perah
Responden di Wilayah Kerja KPSBU Lembang... 39 18. Perbandingan Pemberian Pakan di Wilayah Kerja KPSBU
Lembang... 43 19. Daftar Nama Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
(13)
20. Penggunaan Tenaga Kerja Usahaternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang... 47 21. Total Jumlah HKP per Hari per ST dalam Kegiatan
Usahaternak Sapi Perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang.... 48 22. Proyeksi Total Penerimaan Usahaternak Sapi Perah di KPSBU
Lembang Tahun 2008-2018... 52 23. Proyeksi Total Biaya Usahaternak Sapi Perah di KPSBU
Lembang... 53 24. Pendapatan Usahaternak Sapi Perah di KPSBU Lembang
Tahun 2008-2018... 54 25. Hasil Analisa Kelayakan Finansial Usahaternak Sapi Perah di
KPSBU Lembang... 55 26. Perhitungan NPV pada Tingkat Faktor Diskonto 14 Persen dan
20 Persen... 56 27. Hasil Analisis Kelayakan pada Kenaikan Biaya Pakan 4,65
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Koefisien Teknis dan Asumsi Usahaternak Sapi Perah
Anggota KPSBU Lembang... 64 2. Proyeksi Populasi Sapi Perah di KPSBU Lembang... 65 3. Proyeksi Produksi Susu Usahaternak Sapi Perah di KPSBU
Lembang……… 65
4. Proyeksi Biaya Pembelian Peralatan Usahaternak Sapi Perah
di KPSBU Lembang………. 66 5. Proyeksi Biaya Pembelian Perlengkapan Usahaternak Sapi
Perah di KPSBU Lembang……… 66 6. Proyeksi Kelayakan Finansial Usahaternak Sapi Perah di
KPSBU Lembang……….. 67
7. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Pakan dengan Metode Switching Value (Kenaikan Biaya Pakan Maksimum
4,65%)………... 68 8. Perhitungan NPV, IRR, BCR... 69
(15)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang dilakukan untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa mendatang dengan mengarah pada pengembangan peternakan yang maju, efisien, dan mempunyai daya saing global. Dibutuhkan Sumberdaya Manusia yang terampil dan cerdas untuk memasuki daya saing global tersebut. Hal ini salah satunya didukung oleh makanan yang bergizi tinggi khususnya berasal dari protein hewani, misalnya daging, susu, dan telur.
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nilai gizi, membuat masyarakat lebih banyak mengkonsumsi pangan yang bergizi tinggi. Salah satu contohnya adalah susu. Produksi susu sapi perah selalu jauh di bawah permintaan konsumsi nasional. Pada tahun 2005 permintaan susu sapi perah mencapai 1.306.000 ton, sementara produksi nasional hanya 342.000 ton atau 26% dari permintaan nasional (Apriantono, 2007). Rendahnya produksi susu dalam negeri, salah satunya diakibatkan terbatasnya bibit unggul sapi perah sehingga menyebabkan produktivitas yang rendah. Produksi susu sapi perah di Pulau Jawa pada tahun 2005 rata-rata hanya mencapai 10,80 l/ekor/hari. Menurut Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KMNRT, 2005), perkembangan populasi sapi perah di Indonesia pada tahun 1998-2001 mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 2,5 % per tahun. Namun hal tersebut tidak sebanding dengan populasi penduduknya. Populasi penduduk Indonesia tahun 2001 sebesar 214,84 juta jiwa dengan populasi sapi perah hanya 360.000 ekor dan produksi susu sebesar 505.000 ton. Kondisi tersebut sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan negara Jepang, penduduknya berjumlah 120 juta jiwa, populasi sapi perah sebesar 1,5 juta ekor dan produksi susu 8,2 juta ton.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui adanya ketimpangan antara produksi susu yang dihasilkan dengan permintaan susu. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan sapi perah untuk menunjang peningkatan produksi susu dalam negeri. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari impor susu yang berlebihan. Saat ini susu segar dalam negeri (SSDN) baru mencapai 30 % kebutuhan nasional, sedangkan 70% dipenuhi melalui impor (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU, 2007)).
(16)
Pengembangan sapi perah salah satunya dilakukan dengan meningkatkan populasi sapi perah. Rataan kepemilikan sapi perah per peternakan 2-3 ekor dan produksi susu/ekor sapi perah baru mencapai 10 liter/hari. Masa laktasi seekor sapi rata-rata 10 bulan (305 hari) dan masa kering kandang selama 2 bulan, secara normal seekor sapi mampu beranak satu kali setiap tahun. Kelayakan usaha setiap peternak dapat dicapai apabila peternak memiliki 7-10 ekor induk, tetapi jumlah tersebut sulit dicapai disebabkan Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang mahal akibat biaya transportasi yang tinggi, sehingga peternakan tidak efisien. Demi terwujudnya hal tersebut peternak membutuhkan tambahan modal baik dari modal sendiri, pemerintah maupun swasta. Menurut Soeharto (1995), keputusan untuk melakukan investasi yang menyangkut sejumlah besar dana dengan harapan mendapatkan keuntungan bertahun-tahun dalam jangka panjang. Oleh karena itu sebelum diambil keputusan jadi tidaknya suatu investasi, salah satu syarat terpenting adalah mengkaji aspek finansialnya dan ekonominya. Analisis finansial digunakan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang didapat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Jawa Barat memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan dan pengolahan susu sapi karena mampu memproduksi susu sekitar 480.000 kg per hari atau 43% dari produksi nasional. Salah satu daerah penghasil susu sapi terbesar di Jawa Barat yang membantu dalam pemenuhan kebutuhan permintaan susu nasional adalah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang merupakan wilayah kerja KPSBU Lembang. Namun, tahun 2007 total peternak aktif dan non aktif yang berada di KPSBU Lembang adalah sebesar 5.970 peternak dengan populasi sapi sebesar 12.359,25 Satuan Ternak, dari data tersebut dapat diketahui setiap peternak rata-rata hanya memiliki 2-3 Satuan Ternak yang dinilai kurang efisien. Informasi mengenai kelayakan usahaternak sapi perah di Lembang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi usaha. Analisis finansial perlu dilakukan di daerah tersebut untuk mengetahui layak atau tidaknya usahaternak sapi perah yang sudah berjalan. Informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk pengembangan usahaternak sapi perah di masa yang akan datang.
(17)
Perumusan Masalah
Usaha pengembangan sapi perah di Lembang dilakukan karena sampai saat ini Lembang merupakan daerah penghasil susu di Jawa Barat, dan memiliki sumber daya alam seperti iklim, pakan, transportasi yang mendukung pelaksanaan usaha di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk dan kesadaran akan pentingnya gizi mengakibatkan negara harus mampu memenuhi permintaan konsumsi susu. Kondisi ini merupakan peluang pasar yang harus dimanfaatkan oleh para peternak untuk mengembangkan skala usahanya sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen pemeliharaan di Lembang masih tradisional, khususnya pada penyediaan HMT dan manajemen pemeliharaan sapi. Unit usahaternak sapi perah rakyat dengan ketersediaan HMT sangat terbatas, maka upaya meningkatkan skala usaha menjadi tidak bermanfaat karena terbatas oleh kemampuan memenuhi kebutuhan hijauan yang kurang. Hal ini berdampak pada produksi sapi perah yang kurang baik.
Tahun 2007 total peternak yang berada di KPSBU Lembang adalah sebesar 5.970 peternak dengan populasi sapi sebesar 12.359,25 Satuan Ternak, dari data tersebut dapat diketahui setiap peternak rata-rata hanya memiliki 2-3 ekor sapi dewasa yang dinilai masih rendah, untuk meningkatkan pendapatan, peternak selayaknya memiliki 7-10 ekor sapi dewasa. Penambahan populasi ini membutuhkan perencanaan yang matang agar tidak mengalami kerugian. Selain itu perencanaan juga dilihat dari aspek lahan dan ketersediaan HMT di daerah tersebut. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha dibutuhkan agar pengembangan peternakan terencana dengan baik dan dapat mencapai target yang diinginkan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha adalah aspek teknis dan aspek finansial.
Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan untuk penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sistem manajemen pemeliharaan yang digunakan di wilayah kerja KPSBU Lembang agar mendatangkan keuntungan yang maksimal untuk peternak?
2. Bagaimana kelayakan usaha peternak anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Kecamatan Lembang dengan melihat aspek finansial dan tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan harga input maupun harga output?
(18)
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi sistem manajemen pemeliharaan sapi perah di wilayah kerja KPSBU Lembang agar mendatangkan kuntungan maksimal.
2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan dilihat dari aspek finansial dan aspek sensitivitasnya terhadap perubahan harga input maupun harga output.
Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada peternak dalam melakukan pertimbangan usaha agar peternak mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.
2. Memberikan informasi kepada pemerintah daerah atau pemerintah pusat dalam menentukan arah dan kebijakan peternakan.
3. Memberikan informasi kepada investor sebagai acuan dalam mempertimbangkan pemberian kredit.
(19)
KERANGKA PEMIKIRAN
Usaha peternak sapi perah di KPSBU Lembang merupakan salah satu usaha peternakan yang perlu diperhatikan karena memiliki potensi yang baik dalam pengembangan sapi perah guna meningkatkan produksi susu dalam negeri. Sebelum dilakukan pengembangan baiknya dilakukan terlebih dahulu pengkajian dari segi finansial dan segi teknis.
Pengkajian dari segi teknis meliputi lokasi peternakan, perkandangan, bibit, pakan, produktivitas sapi perah, penyakit ternak sapi perah, tenaga kerja, dan pemasaran hasil. Semua aspek teknis tersebut dikaji untuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah di daerah Lembang agar dapat mendatangkan keuntungan maksimal.
Aspek finansial yang dianalisis meliputi analisis biaya, penerimaan, dan pendapatan. Analisis biaya dan penerimaan untuk mengetahui besarnya total biaya dan total penerimaan yang diperoleh peternak sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan yang didapat.
Analisis teknis dan analisis finansial dapat digabungkan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dilakukan meliputi penghitungan Net Present Value (NPV) untuk mengetahui nilai bersih Present Value manfaat dibandingkan dengan Present Value biaya yang dikeluarkan, Benefit Cost Ratio (BCR) untuk mengetahui besarnya manfaat bersih yang diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan, Internal Rate and Return (IRR) untuk mengetahui tingkat keuntungan tahunan bagi pihak yang melakukan investasi, yang terakhir adalah analisis sensitivitas untuk melihat kejadian yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah, 1999).
Analisis kelayakan ini dilakukan sebagai bahan evaluasi bagi pihak KPSBU, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya peternakan sapi perah di KPSBU Lembang untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Informasi ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak KPSBU dalam hal pengembangan peternakan sapi perah di Lembang.
(20)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Usaha Peternak Rakyat Sapi Perah
Di Wilayah Kerja KPSBU Lembang
Aspek Finansial
• Biaya
• Penerimaan
• Pendapatan
Aspek Teknis
• Lokasi
• Kandang
• Produktivitas sapi perah
• Pakan
• Penyakit ternak
• Tenaga kerja
• Pemasaran hasil
Kesimpulan Layak/ Tidak layak
Analisis Kelayakan Finansial Kriteria :
• NPV
• IRR
• BCR
(21)
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah
Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luas lahan yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Pendapatan suatu usaha peternakan akan berubah dengan reorganisasi usaha peternakan tersebut dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan peternak. Fakor-faktor produksi yang dapat diatur untuk reorganisasi usaha peternakan sapi perah ialah : 1). Jumlah sapi yang diperah, 2). Luas lahan yang ditanami hijauan pakan ternak, 3). Kandang, 4). Peralatan, dan 5). Tenaga kerja (Sudono, 2002). Dibandingkan dengan usaha peternakan hewan lainnya, beberapa keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori, memiliki jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja yang tetap, pakan yang relatif mudah dan murah, kesuburan tanah dapat dipertahankan, menghasilkan pedet yang bisa dijual jika jantan atau menghasilkan susu jika betina (Sudono et al., 2003)
Bangsa/Rumpun Sapi. Telah umum diketahui bahwa tiap-tiap bangsa sapi mempunyai sifat-sifat sendiri dalam menghasilkan susu yang berbeda dalam jumlah yang dihasilkan, kadar lemak susu dan warna susu. Dilihat dari sudut jumlah susu yang dihasilkan, bangsa sapi Fries Holland (FH) adalah yang tertinggi dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya baik di daerah sub-tropis maupun di daerah tropis (Sudono,1999).
Menurut Sudono (1999), Sapi FH di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat Holstein, sedangkan di Europa disebut Friesian. Bobot badan sapi betina dewasa yang ideal adalah 682 kg, sedangkan yang jantan dewasa bobotnya 1.000 kg. Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi, dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lainnya, dengan kadar lemak susu yang rendah. Produksi susu rata-rata di Amerika Serikat 7.245 kg/laktasi dan kadar lemak 3,65 %, sedangkan di Indonesia produksi susu rata-rata per hari 10 liter/ekor.
Kepemilikan Ternak Sapi Perah. Usahaternak sapi perah di Indonesia didominasi oleh skala kecil dengan kepemilikan ternak kurang dari empat ekor (80%), 4-7 ekor
(22)
(17%) dan lebih dari tujuh ekor (3%). Hal itu menujukkan bahwa produksi susu nasional sekitar 64 persen disumbangkan oleh usahaternak sapi perah skala kecil, sisanya 28 persen dan 8 persen diproduksi oleh usahaternak sapi perah skala menengah dan usahaternak sapi perah skala besar (Swastika et al., 2005).
Effendi (2002), dalam penelitiannya mengatakan bahwa secara umum peternak di Kecamatan Cisarua memiliki sapi perah sekitar 7,57 Satuan Ternak(ST)/peternak. Pemilikan sapi terbanyak terdapat di kelompok Baru Sireum, yaitu 11,39 ST/peternak, sedangkan pemilikan sapi perah terkecil berada pada kelompok Tirta Kencana, yaitu 4,66 ST/peternak.
Bibit. Bibit sapi perah yang dipelihara sangat menentukan keberhasilan usaha sapi perah. Pemeliharaan bibit hendaknya dipersiapkan dengan memperhatikan genetik atau keturunan, bentuk ambing, eksterior atau penampilan, dan umur bibit. Umur bibit sapi perah betina yang ideal adalah 1,5 tahun dengan bobot badan sekitar 300 kg. Sementara itu umur pejantan 2 tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg (Sudono et al., 2003)
Menurut penelitian Suherni (2006), upaya peningkatan produksi susu selain ditentukan oleh pakan yang diberikan, juga ditentukan oleh kondisi bibit yang tersedia. Umumnya sapi perah yang dipelihara di Kelurahan Kebon Pedes yaitu sapi perah peranakan FH. Peternak dapat bibit dari sesama peternak/pasar ternak di wilayah Bogor maupun daerah Jakarta. Peternak melakukan Inseminasi Buatan (IB) dalam rangka perbaikan dan perbanyakan bibit. Angka yang menunjukkan keberhasilan IB tersebut sudah memadai dengan rata-rata Service per Conception (S/C) = 1,81 yang artinya betina dewasa sudah dapat beruntung dengan 2 kali IB.
Hariyaman (2002) dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu upaya dalam memperbaiki mutu genetik ternak, disarankan agar pejantan yang dipakai dalam program IB memiliki nilai genetik yang benar-benar teruji. Pejantan yang diuji memiliki keturunan anak betina yang banyak dan tersebar pada beberapa peternakan untuk meningkatkan keakuratan dalam penelitian.
Perkandangan. Perkandangan merupakan syarat penting bagi pemeliharaan ternak. Kandang sapi perah yang baik adalah yang sesuai dan memenuhi persyaratan
(23)
kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Jika dilihat dari peruntukannya, kandang sapi perah dapat dibagi menjadi 5 jenis kandang, yakni kandang pedet (0-4 bulan), kandang sapi lepas sapih (4-8 bulan), kandang sapi dara (8 bulan-2 tahun), kandang sapi dewasa (lebih dari 2 tahun dan masa laktasi), dan kandang sapi yang akan beranak (Sudono et al., 2003).
Menurut Agustina (2007), kandang merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam peternakan sapi perah, hal ini menyangkut pada pengawasan dan kesehatan ternak. Peternakan CV Cisarua Integrated Farming (CIF) membedakan konstruksi kandang menurut kegunaan dan tingkatan umur sapi yang dipelihara. Sistem kandang yang digunakan adalah sistem kandang ganda Tie Stall yang terdiri atas 6 unit kandang sapi dewasa dan 1 unit kandang sapi dara. Kandang pedet dibuat secara terpisah yaitu sistem Free Stall (kandang bebas) dengan menggunakan alas dari serbuk gergaji atau sekam.
Berbeda dengan penelitian Rofik (2005), semua peternak di Pondok Rangon karena terbatasnya lahan yang tersedia membangun kandang berdekatan dengan rumah. Sistem pekandangan yang digunakan adalah Head To Head untuk memudahkan pemberian pakan. Kandang yang digunakan untuk sapi perah oleh peternak berbentuk kandang permanen yang beratap genteng/asbes dan berlantai semen. Setiap ternak memiliki tempat makan dan minum sendiri-sendiri.
Tipe lahan dimana peternakan akan didirikan merupakan hal yang penting dan harus diselidiki tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus tidak dapat atau sulit ditingkatkan kesuburannya. Disamping itu tipologi iklim (curah hujan dan temperatur) perlu diperhatikan. Hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah tersedianya air bersih dalam jumlah yang banyak, karena peternakan sapi perah selalu membutuhkan air untuk minum, pembersihan kandang dan kamar susu. Setiap liter susu yang dihasilkan sapi membutuhkan air minum sebanyak 3,5-4 liter (Sudono, 1999).
Menurut Suherni (2006), lahan merupakan kendala dalam pengembangan usahatenak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes, karena untuk meningkatkan populasi ternak berarti harus menambah kebutuhan lahan untuk kandang, sedangkan
(24)
lahan di Kelurahan Kebon Pedes sebagian besar (63 %) sudah digunakan untuk pemukiman. Sehingga ketersediaan lahan untuk kandang sangat terbatas sekali.
Perkawinan. Pengaturan perkawinan merupakan faktor yang sangat penting dalam tata laksana pemeliharaan sapi perah, juga merupakan salah satu faktor untuk mengetahui apakah betina induk dapat beranak setiap tahun. Jumlah sapi yang bunting sebaiknya tidak kurang dari 60 persen dari jumlah sapi dewasa, agar produksi susu dapat dipertahankan sepanjang waktu. Perkawinan sapi perah dapat dilakukan dengan dua cara, yakni kawin alam dan kawin suntik (Inseminasi Buatan (IB)) (Sudono et al., 2003).
Menurut penelitian Khoiriyah (2002), secara umum pengelolaan reproduksi di Koperasi Unit Desa (KUD) Jatinom, Klaten Jawa Tengah sudah cukup baik. Seleksi dilakukan untuk memperoleh produksi susu dan pedet yang baik. Perkawinan ternak 91,18 persen dengan IB. Rata-rata umur sapi beranak pertama adalah 2,6 tahun, jarak beranak (Calving Interval) 13,6 bulan, dan service per conception 2.
Pakan. Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi, bila tidak mendapat pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya. Cara pemberian pakan yang salah dapat mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan dapat juga menyebabkan kematian (Sudono, 1999). Secara umum, pakan sapi perah adalah rumput dan konsentrat sebagai pakan penguat. Pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu, dan produksi susunya, terutama bagi sapi-sapi yang telah bereproduksi (Sudono et al., 2003). Menurut Sutardi (1981), untuk memperoleh ransum yang murah dengan koefisien cerna yang tinggi digunakan pakan hijauan sebanyak-banyaknya 50% dari bahan kering dan sisanya 50% berasal dari konsentrat.
Menurut penelitian Kadarini (2005), perbandingan pemberian pakan jumlah BK hijauan dan BK konsentrat yang dilakukan oleh peternak adalah sebesar 65:35. Selain itu pemberian konsentrat oleh peternak di KUD Cipanas dibandingkan jumlah produksi susu yang dihasilkan belum optimal. Hal ini dikarenakan jumlah pemberian
(25)
konsentrat lebih besar dari 50 persen jumlah produksi susu. Selain itu kebiasaan peternak yang tidak pernah memperhitungkan secara tepat kebutuhan pakan untuk ternaknya. Berdasarkan penelitian Hidayat (2001) di Kecamatan Cipogo Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa rata-rata pakan hijauan yang diberikan peternak adalah 62 Kg per hari atau 2,71 Kg/ST/hari, ampas tahu sebesar 1 Kg/peternak/hari atau 0,3 Kg/ ST/hari.
Tenaga Kerja. Penggunaan ketenagakerjaan di bidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan (Soekartawi, 2002). Usaha peternakan sapi perah modern harus mempunyai tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman, karena itu diperlukan fasilitas perumahan untuk dapat menarik tenaga tersebut dan bekerja dengan baik di perusahaan peternakan (Sudono, 1999).
Menurut penelitian Ratna (2000), rata-rata produktivitas teknis tenaga kerja di Kecamatan Sukaraja sebesar 4,31 ST/HKP, artinya setiap satu HKP tenaga kerja mampu menangani 4,31 ST/Hari. Perbandingan produktivitas teknis antara tenaga kerja keluarga dan luar keluarga yaitu 4,32 ST/HKP : 4,29 ST/HKP. Rata-rata produktivitas teknis dan ekonomis tenaga kerja pada usahaternak sapi perah di Kecamatan Sukarajadisajikan pada Tabel 1.
Rataan produktivitas ekonomis tenaga kerja Rp 9.441,46/HKP berarti sumbangan tenaga kerja pada usaha ternak sapi perah sebesar Rp 9.441,46 setiap harinya. Tingkat produktivitas ekonomis tenaga kerja ini lebih tinggi nilainya dari UMR Sukabumi tahun 1999.
Tabel 1. Produktivitas Teknis dan Ekonomis Tenaga Kerja pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Sukaraja
Tenaga Kerja Produktivitas
Keluarga Luar Keluarga Rata-rata
Teknis (ST/HKP) 4,32 4,29 4,31
Ekonomis (Rp/HKP) 8.510,60 10.372,32 9.441,46
Sumber : Ratna (2000)
Pencegahan Penyakit Ternak. Program kesehatan pada peternakan sapi perah hendaknya dijalankan secara teratur, terutama di daerah-daerah yang sering
(26)
terjangkiti penyakit menular, misalnya Tuberkulosis (TBC), Brucellosis, Penyakit Mulut dan Kuku, Radang Limpa dan lain-lain. Di daerah-daerah dimana sering terjadi penyakit-penyakit, hendaklah dilakukan vaksinasi secara teratur terhadap penyakit (Sudono, 1999). Pemeliharaan yang tidak baik bisa menyebabkan kematian anak sapi, terutama yang baru berumur 2-3 minggu. Beberapa peternakan yang baik manajemennya dapat menekan kematian anak sapi sampai serendah-rendahnya satu persen, sedangkan peternakan yang tidak baik, angka kematiannya bisa mencapai 20-25 persen (Sudono et al., 2003).
Beberapa penyakit tidak menyebabkan kematian pada anak sapi. Namun, anak sapi yang lemah dan kurus sangat peka terhadap penyakit dan mudah terserang penyakit lainnya. Umumnya penyakit-penyakit pada anak sapi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau karena tata laksana pemberian pakan yang buruk (Sudono et al., 2003).
Menurut penelitian Agustina (2007), pencegahan penyakit yang dilakukan CV CIF adalah dengan memandikan sapi 3 x 1 hari dan membersihkan kandang sapi agar tetap bersih dan terhindar dari bakteri. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan kesehatan ternak sapi perah di peternakan CIF setiap hari. Supervisor dalam menangani kesehatan ternak merangkap sebagai pengawas kandang. Sapi yang sakit ditangani dengan cepat, tetapi jika tidak dapat ditangani, sapi tersebut dijual dengan persetujuan manajer dan direktur. Penyakit yang banyak menyerang CV CIF adalah diare dan mastitis. Beberapa feed aditif yang tersedia adalah vitamin, antibiotik, dan hormon.
Produksi Susu. Menurut Sudono (1999), bahwa sapi yang telah dikawinkan dan bunting akan menghasilkan susu yang lebih sedikit daripada sapi setelah melahirkan sampai dia dikawinkan kembali. Pada masa produksi, peternak harus melakukan manajemen secara optimal, sehingga hasil yang diperoleh optimal pula.
Menurut penelitian Kadarini (2005), puncak produksi susu sapi perah peternak di KUD Cipanas terjadi pada bulan ketiga setelah beranak kemudian turun secara bertahap. Pada bulan keempat produksi susu mengalami penurunan yang sangat jelas dari 10 liter/ekor/hari menjadi 9,38 liter/ekor/hari. Hal ini kemungkinan disebabkan sapi pada usia ini mulai bunting kembali. Pada bulan kesembilan rataan
(27)
produksi susu kembali meningkat, disebabkan pada populasi yang diamati terdapat dua ekor sapi yang berusia 6 tahun dan 1 ekor berusia 5 tahun.
Sapi-sapi yang beranak pada umur yang lebih tua (3 tahun) akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi-sapi yang beranak pada umur muda (2 tahun). Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sapi sampai sapi itu berumur 7 tahun atau 8 tahun, yang kemudian setelah umur tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11-12 tahun. Hal ini disebabkan kondisi telah menurun sehingga aktivitas kelenjar ambing sudah berkurang dan senilitas (Sudono, 2002). Menurut Sudono (1999), meningkatnya hasil susu tiap laktasi dari umur 2 sampai 7 tahun disebabkan bertambahnya besar sapi karena pertumbuhan dan jumlah tenunan dalam ambing juga bertambah.
Menurut penelitian Kadarini (2005), puncak produksi susu sapi perah peternak di KUD Cipanas terjadi pada umur 7 tahun. Pada saat sapi berumur 3,5 tahun terjadi kenaikan produksi susu. Peternak di KUD Cipanas cenderung untuk memelihara sapi yang produksinya masih tinggi, meskipun umurnya sudah tua.
Frekuensi Pemerahan. Menurut Sudono (2002), pengaturan jadwal pemerahan yang baik memberi kesempatan bagi pembentukan air susu di dalam ambing secara berkesinambungan, tidak ada saat berhenti untuk mensintesa air susu, sehingga produksinya menjadi maksimal. Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerahan itu, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas susu. Bila sapi diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tinggi pada besok paginya pada pemerahan yang pertama. Makin sering sapi itu diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Sudono (2002) :
Tabel 2. Umur Sapi, Pemerahan, dan Persentase Susu yang Dihasilkan
Umur sapi Pemerahan 3 kali/hari Pemerahan 4 kali/hari
2 tahun + 20 % + 35 %
3 tahun + 17 % + 30 %
4 tahun + 15 % + 26 %
Sumber : Sudono, 2002
Pemasaran Hasil. Peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan/transport mudah atau mudah menyalurkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat
(28)
karena susu mudah busuk, sehingga peternak akan mendapatkan keuntungan yang baik dari penjualan susu. Peternak harus dapat menyalurkan susu ke penjual (dealer) di kota, atau secara teratur membayar pada tingkat harga yang tinggi dan mempunyai reputasi menjual hasil yang berkualitas tinggi (Sudono, 1999).
Menurut penelitian Suherni (2006), harga jual produk output merupakan imbalan/ balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi. Harga jual susu yang berkisar antara Rp 2.000 - Rp 4.000/ liter di Kebon Pedes merupakan suatu peluang besar bagi pengembangan usahaternak sapi perah di daerah tesebut. Tingginya harga jual susu dikarenakan penjualan susu dilakukan melalui loper dan konsumen langsung.
Penerimaan dan Biaya
Kadarsan (1995), penerimaan adalah semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluarga pun harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan, walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan penerimaan adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin seberapa besar penerimaan kotor dari penjualan hasil operasional dan penerimaan lainnya.
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk. Biaya bagi perusahan adalah nilai faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output (Boediono, 2002). Ada dua macam biaya dalam usaha tani, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan bawon panen. Biaya ini dalam usaha peternakan meliputi biaya pengembalaan, biaya pembelian pakan, biaya pembersihan kandang, dan jenis upah kegiatan lainnya (Daniel, 2004)
Pengeluaran adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel atau biaya-biaya lainnya. Pendapatan bersih atau kerugian bersih dari suatu perusahaan, guna keperluan menganalisis keuangan, bisa dibagi menjadi tiga macam, yaitu pendapatan atau kerugian bersih operasional, pendapatan atau kerugian bersih tunai, dan pendapatan atau kerugian bersih perusahaan (Kadarsan, 1995). Menurut Makeham dan Malcolm
(29)
(1990) biaya total produksi adalah biaya tetap total ditambah biaya variabel total. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Net Farm Income).
Menurut penelitian Khoiriyah (2002), biaya tetap pada Koperasi Unit Desa Jatinom Klaten, Jawa Tengah meliputi biaya pembuatan dan perawatan kandang, pembelian milk can dan peralatan serta biaya listrik. Sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya pembelian sapi, pakan, obat-obatan, perkawinan, pemeliharaan pedet dan biaya air. Penerimaan yang didapat oleh KUD Jatinom berasal dari penjualan susu, penjualan pedet, Salvage value sapi afkir, penjualan pupuk kandang dan karung bekas pakan.
Analisis Kelayakan Finansial
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, karenanya diperlukan studi agar jangan sampai setelah menginvestasikan dana yang sangat besar, ternyata proyek tersebut tidak menguntungkan (Husnan, dan Suwarsono, 2000). Analisis kelayakan usaha yang dimaksud untuk mengetahui kelayakan investasi yang telah kita tanamkan dengan membandingkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh. Kriteria analisis kelayakan yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR), Internal Rate Of Return (IRR), dan Analisis Sensitivitas (Husnan dan Suwarsono, 2000) .
Hasil penelitian Rofik (2005) pada usaha sapi perah Pondok Rangon Jakarta Timur menunjukkan bahwa analisis pada kelompok I dengan tingkat suku bunga pinjaman 14,85% memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,00, NPV untuk kelompok II sebesar Rp. 152.071.340,00, NPV untuk kelompok III sebesar Rp 311.022.350,00. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama 8 tahun pengembangan. BCR untuk kelompok I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,00, untuk kelompok II sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,- dari setiap pengeluaran Rp 1,00, sedangakan untuk kelompok III sebesar 1,52 artinya peternak akan mendapatkan tambahan
(30)
penerimaan sebesar Rp 0,52,00 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Semua nilai tersebut menunjukkan bahwa perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkannya. Nilai IRR pada kelompok I sebesar 23,32%, pada kelompok II sebesar 36,07%, dan pada kelompok III sebesar 29,88% artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Secara keseluruhan berdasarkan nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak Sapi Perah Pondok Rangon layak untuk dikembangkan.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kelayakan Finansial Sapi Perah Pondok Rangon
Uraian Kriteria Investasi
NPV (Rp) BCR IRR (%)
Kel. I 74.420.770 1,35 23,32
Kel. II 152.071.340 1,43 36,07
Kel. III 311.022.350 1,52 29,88
Sumber : Rofik (2005)
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis proyek. Analisis ini dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah. Oleh karena itu disimulasikan dengan penurunan harga jual maupun peningkatan biaya produksi. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan maupun penurunan suatu komponen yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak ataupun sebaliknya (Kadarsan, 1995).
Menurut Kadariah (1999), analisis sensitivitas dikerjakan dengan merubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan beberapa unsur, kemudian menentukan pengaruh dari analisis yang dilakukan pada hasil analisis finansial. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat perubahan yang akan terjadi pada hasil analisis, jika terjadi perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.
Menurut penelitian Agustina (2007) Hasil analisa sensitivitas tanpa pembiayaan dengan bunga 12%, peningkatan harga pakan 5% perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 120.155.660,70. Nilai BCR sebesar 1,10
(31)
artinya setiap penambahan pengeluaran Rp1,00 maka akan mengahasilkan manfaat sebesar Rp 0,10. IRR sebesar 14,36% artinya pada tingkat suku bunga tersebut NPV perusahaan akan 0 atau BCR=1. PbP sebesar 15,74 artinya dengan investasi sebesar Rp. 2.038.961,52 akan kembali selama 15,74 tahun.
Tabel 4. Hasil Analisa Sensitivitas Perencanaan Pengembangan Perusahaan Peternakan CV. Cisarua Integrated Farming Tanpa Pembiayaan dan dengan Pembiayaan
Peningkatan Harga Pakan 5%
i = 12 % i = 16 %
NPV(Rp) 120.155.660,70 -9.102.885,00
BCR 1,10 0,99
IRR (%) 14,36 15,68
PbP 15,74 22,5
Sumber : Agustina (2007)
Hasil analisa sensitivitas dengan pembiayaan dengan bunga 16%, peningkatan harga pakan 5%, secara finansial tidak layak untuk dikembangkan karena NPV sebesar -Rp. 9.102.885,00. Nilai BCR sebesar Rp. 1,00 artinya setiap penambahan pengeluaran Rp1,00 maka tidak akan menghasilkan manfaat, malah merugi sebesar Rp 0,01. IRR sebesar 15,68% artinya berada di bawah tingkat suku bunga yang digunakan. PbP sebesar 22,5 artinya dengan investasi sebesar Rp. 2.038.961,52 akan kembali selama 22,50 tahun.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa hasil uji analisis sensitivitas proyek terhadap perubahan harga pakan sebesar 5 persen menunjukkan bahwa proyek masih layak untuk dilaksanakan hanya pada tingkat suku bunga 12 persen tanpa pembiayaan, sedangkan hasil analisis sensitivitas yang terjadi pada tingkat suku bunga kredit 16 persen dengan adanya perubahan harga pakan 5 persen perusahaan mengalami kerugian sehingga perusahaan harus mengantisipasi jika terjadi peningkatan harga pakan.
(32)
MEODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah penyumbang susu sapi perah terbesar di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan Juli sampai September 2007.
Populasi dan Sampel
Populasinya adalah seluruh peternak sapi perah yang aktif dan non aktif sebagai anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) yang berada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung berjumlah 5970 peternak.
Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Penentuan jumlah sampel dari populasi peternak menggunakan Rumus Slovin :
2 1 Ne
N n
+ =
n = Jumlah Sampel N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir ( 5 %)
Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 285 responden.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang dirancang dalam bentuk desain penelitian deskriptif-analitis dengan menggunakan metode survei. Desain penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek penelitian, serta keterhubungan antar-elemen dalam objek penelitian tersebut, dalam hal ini usahaternak sapi perah rakyat yang terdiri dari input dan output produksi. Desain penelitian analitis dirancang dengan tujuan untuk
(33)
menentukan kelayakan usahaternak sapi perah rakyat secara finansial, yang dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter kelayakan investasi.
Metode survei dalam penelitian ini digunakan untuk mengenal masalah-masalah penelitian dengan cara mencari pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek usahaternak sapi perah rakyat yang dijalankan di lokasi penelitian, dengan mengacu pada penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan.
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan-laporan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung, Kecamatan Lembang, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), dan instansi lain yang terkait, serta literatur yang relevan dengan penelitian ini.
Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif, dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi angka dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer dan hasilnya dijelaskan dengan menggambarkan kondisi aktual peternakan dalam aspek teknis produksi dan aspek finansial. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif, analisis biaya dan manfaat, dan analisis kelayakan finansial.
Analisis Deskriptif
Metode ini digunakan untuk menggambarkan secara jelas kondisi umum lokasi penelitian dan gambaran usaha peternakan sapi perah rakyat yang diteliti. Kondisi umum lokasi penelitian meliputi potensi dan lokasi geografis daerah penelitian, data kependudukan, lahan, sumberdaya alam, dan sarana dan prasaran lainnya yang menunjang. Usahaternak sapi perah dideskripsikan melalui karakteristik peternak sapi perah responden dan karakteristik usaha peternakan sapi perah.
(34)
Analisis Biaya
Analisis ini digunakan untuk mengetahui komponen dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap peternak untuk kelangsungan proses produksi dan menghasilkan susu sapi, rumus yang digunakan menurut Soekartawi (1986) sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan : TC = Total Biaya TFC = Total Biaya Tetap TVC = Total Biaya Variabel
Analisis Penerimaan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan outputnya, rumus yang digunakan menurut Soekartawi (1986) adalah :
TR = (Q x H) + P
Keterangan : TR = Penerimaan total
Q = Jumlah Output yang dijual H = Harga jual Output / unit. P = Penerimaan Tidak Tunai
Analisis Pendapatan/ Keuntungan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan/kuntungan yang diperoleh Peternak anggota KPSBU, rumus yang digunakan menurut Soekartawi (1986) adalah: π = TR – TC
Keterangan : π = Keuntungan
TR = Total penerimaan TC = Total Biaya
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis ini bertujuan untuk menentukan kelayakan investasi pada usaha peternakan sapi perah anggota KPSBU yang diteliti. Metode dalam menganalisis
(35)
kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode Net Present Value (NPV), metode Internal Rate of Return (IRR), dan metode Benefit Cost Ratio (BCR).
1. Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) dimasa yang akan datang. Apabila NPV positif, maka proyek dikatakan menguntungkan sehingga diterima, sedangkan jika NPV negatif, maka proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan ( Husnan dan Suwarsono, 2000).
Rumus dari NPV menurut Kadariah (1999) adalah :
t n
t i
Ct Bt NPV
) 1 ( 0 +
− =
∑
=
Bt = Penerimaan pada tahun ke t (Rp)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t (Rp) i = Discount Rate (%)
t = Umur ekonomis proyek (tahun)
Dari hasil perhitungan NPV terdapat 3 kriteria kelayakan investasi yaitu : a. NPV > 0, maka proyek layak untuk dilaksanakan, proyek tersebut
mengembalikan lebih besar dari Social Oportunity Cost of Capital b. NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, ada pengguna
lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang digunakan proyek.
c. NPV = 0, maka usaha tidak untung/ tidak rugi/ Impas. Proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Social Oportunity Cost of Capital.
(36)
2. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai Discount Rate(i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Menurut Kadariah (1999), IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan (yaitu setiap Bt – Ct bersifat positif) secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek.
Rumus IRR menurut Kadariah (1999) adalah :
)
( 2 1
2 1
1
1 X i i
NPV NPV
NPV i
IRR −
− +
=
i1 = Tingkat diskon faktor yang menghasilkan NPV positif (%)
i2 = Tingkat diskon faktor yang menghasilkan NPV negatif (%)
NPV1 = NPV Positif (Rp)
NPV2 = NPV Negatif (Rp)
Jika IRR daripada suatu proyek sama dengan nilai i yang berlaku sebagai Social Discount Rate, maka NPV dari proyek itu adalah sebesar 0. Jika IRR < Social Discount Rate, maka NPV < 0. Oleh karena itu jika suatu nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan Social Discount Rate menyatakan tanda bahwa proyek layak untuk dilaksanakan, sedangkan IRR kurang dari Social Discount Rate menunjukkan bahwa proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
3. Benefit-Cost Ratio (BCR)
BCR merupakan besar penerimaan bersih setiap besarnya tingkat investasi dari biaya-biaya yang digunakan. BCR digunakan untuk melihat berapa besar manfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. BCR merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih bernilai positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct
(37)
bersifat negatif yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah, 1999).
Perhitungan BCR menurut Kadariah (1999) adalah :
0 ) ( 0 ) ( ) 1 ( ) 1 ( / 0 0 < − > − +− +− =
∑
∑
= = Ct Bt Ct Bt untuk i Ct Bt i Ct Bt CRatio NetB n t t n t tBt = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = Discount Rate (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Dalam metode BCR terdapat 3 kriteria penting, yaitu : a. Net BCR > 1, usaha yang dilakukan menguntungkan b. Net BCR =1, usaha yang dilakukan impas
c. Net BCR <1, usaha yang dilakukan rugi.
4. Analisis Sensitivitas
Analisis ini digunakan karena dalam rencana usaha ada kemungkinan terjadinya suatu perubahan yang mempengaruhi unsur-unsur harga pada saat usaha tersebut sedang berjalan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi finansial usaha peternakan sapi perah anggota KPSBU apabila terjadi perubahan pada harga input produksi maupun harga output produksi. Perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode Switching Value yaitu metode untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan maupun penurunan suatu komponen yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak ataupun sebaliknya.
(38)
Definisi Istilah
Usaha peternakan sapi perah adalah usaha mengembangbiakan sapi perah yang dilakukan oleh seorang peternak atau suatu keluarga tani atau badan-badan tertentu untuk dimanfaatkan hasil susunya.
Kelayakan Finansial adalah pengkajian manfaat dan biaya-biaya suatu usaha dan menyederhanakannya sehingga dapat menilai layak/ tidak usahaternak tersebut untuk dijalankan dan dikembangkan.
Biaya Produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi susu sapi perah, terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, dan biaya administrasi dan umum.
Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal pengembangan untuk memulai suatu usaha, besarnya disesuaikan dengan jumlah Satuan Ternak setiap tahun, terdiri dari biaya pembuatan kandang, biaya pembelian peralatan, biaya pembuatan sumber mata air (dalam Rp/tahun).
Biaya Operasional adalah biaya yang langsung berhubungan di dalam operasi produksi. Terdiri dari biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya air, biaya transportasi, biaya perawatan kandang, biaya pembelian perlengkapan, Vaseline dan minyak tanah (dalam Rp/Tahun).
Biaya Pakan adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pembelian pakan yang dihitung dari jumlah pakan yang dibutuhkan dikali harga yang berlaku pada saat penelitian dikurangi dengan biaya mencari hijauan dan mencacah rumput.
Biaya Tenaga Kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak kepada pekerja, kegiatannya terdiri dari pemberian hijauan, pemberian konsentrat, pemberian minum, membersihkan kandang, memandikan sapi, pemerahan, mengangkut susu, mencari hijauan, dan mencacah rumput.
Biaya Administrasi dan Umum adalah biaya yang tidak langsung berhubungan dengan operasi produksi. Terdiri dari biaya listrik, biaya telepon, dan PBB (dalam Rp/tahun).
Penerimaan adalah hasil atau manfaat yang diperoleh dari penjualan output utama (jumlah produksi susu) dan output sampingan (penjualan pedet jantan, induk afkir, penjualan jantan, penjualan dara 2 tahun, dan penjualan karung bekas pakan, dan penjualan kotoran).
(39)
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya.
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir sehingga mencapai umur delapan bulan.
Calving Interval adalah jarak antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya.
Sapi Dara adalah sapi betina yang belum beranak.
Sapi Laktasi adalah sapi betina dewasa yang sedang berproduksi atau menghasilkan susu.
Produksi Susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi laktasi(liter/ST/Hari).
Satuan Ternak adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi ternak sapi perah, dimana satu ekor sapi dewasa setara dengan satu ST, satu ekor dara setara dengan 0,5 ST sapi dara dan sapi jantan muda, satu ekor pedet setara dengan 0,25 ST.
Tenaga Kerja adalah orang yang bekerja dalam suatu usaha peternakan sapi perah.
Tanaga Kerja Dalam Keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan terlibat dalam kegiatan usahaternak sapi perah.
Tenaga Kerja Luar Keluarga adalah jumlah tenaga kerja yang tersedia dari luar keluarga untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan output yang berasal dari ternak sapi perah.
NPV metode untuk menghitung keuntungan yang akan diterima oleh usahaternak selama masa proyek yang telah dinilai dengan nilai uang sekarang menggunakan faktor diskonto.
IRR metode untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang.
BCR merupakan besar penerimaan bersih tiap besarnya tingkat investasi dari biaya-biaya yang digunakan.
Analisis Sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah, disimulasikan dengan perubahan harga input maupun harga output.
(40)
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kecamatan Lembang
Keadaan Geografi
Wilayah kerja Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) salah satunya berada di Kecamatan Lembang. Kecamatan Lembang merupakan salah satu dari 45 kecamatan di Kabupaten Bandung yang berada di wilayah utara Kabupaten Bandung dan merupakan salah satu kawasan yang sangat cocok dalam pengembangan usahaternak sapi perah. Adapun batasan Kecamatan Lembang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Bandung, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung.
Berdasarkan topografinya Kecamatan Lembang memiliki kondisi geografis yang berbukit, ketinggian tempat 1.200 m sampai dengan 1.257 m di atas permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi sekitar 1.800-2.500 mm/tahun. Wilayah Kecamatan Lembang berada di dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan kisaran suhu antara 15,6-16,8 0C pada musim hujan dan 30,5-32,7 0C pada musim kemarau (rataan suhu mencapai 15-18 0C). Luas wilayah Kecamatan Lembang 10.620 Ha yang terdiri dari 16 Desa, 43 Dusun. Keadaan lingkungan yang sedemikian rupa sangat mendukung usaha peternakan sapi perah di daerah Lembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) bahwa daerah sejuk dan kering yang sesuai untuk sapi perah adalah pegunungan berketinggian di atas permukaan laut sekurang-kurangnya 800 m dan bersuhu 18,30C.
Berdasarkan penglihatan di lapangan, ruas jalan yang menghubungkan antar desa sudah ada, walaupun kondisinya sebagian ada yang rusak karena tidak terbuat dari aspal, jalan ini sangat berfungsi untuk sarana penghubung dalam penyediaan input produksi bagi anggota dan pemasaran susu hasil produksi para anggota ke konsumen.
(41)
Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Lembang pada tahun 2006 sebanyak 132.666 jiwa yang terdiri dari laki-laki 65.695 jiwa, perempuan 66.971 jiwa yang tersebar ke dalam 16 desa yang ada di wilayah Kecamatan Lembang. Jumlah penduduk Kecamatan Lembang tiap desa tahun 2006 ditunjukkan oleh Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Lembang Tiap Desa Tahun 2006
Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah Desa
Jumlah
(Orang) (%)
Jumlah
(Orang) (%) (Orang) (%)
Cibodas 4.398 6,69 4.171 6,23 8.569 6,46
Cibogo 3.796 5,78 3.999 5,97 7.795 5,88
Suntenjaya 3.462 5,27 3.197 4,77 6.659 5,02
Gudang Kahuripan 4.936 7,51 5.390 8,05 10.326 7,78
Cikidang 3.204 4,88 3.678 5.49 6.882 5,19
Lembang 6.607 10,06 6.591 9,84 13.198 9,95
Kayu Ambon 3.152 4,80 4.110 6,14 7.262 5,47
Cikahuripan 4.220 6,42 3.995 5,97 8.215 6,19
Jaya Giri 7.168 10,91 7.219 10,78 14.387 10,84
Langen Sari 4.183 6,37 4.275 6,38 8.458 6,38
Wangun Sari 4.175 6,36 3.848 5,75 8.023 6,05
Wangun Harja 2.984 4,54 3.125 4,67 6.109 4,60
Mekar Wangi 2.258 3,44 2.368 3,54 4.626 3,49
Pager Wangi 3.574 5,44 3.459 5,16 7.033 5,30
Suka Jaya 4.020 6,12 3.990 5,96 8.010 6,04
Cikole 3.558 5,42 3.556 5,31 7.114 5,36
Jumlah 65.695 100.00 66.971 100.00 132.666 100,00
Sumber : Kecamatan Lembang, 2006
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (Sex Ratio) di Kecamatan Lembang adalah 98 persen. Artinya setiap 100 orang jumlah penduduk perempuan terdapat sejumlah 98 orang penduduk laki-laki. Angka tersebut menunjukkan lebih banyak penduduk perempuan daripada penduduk laki-laki.
Mata pencaharian masyarakat Lembang tersebar ke dalam beberapa bidang. Bidang pertanian menyerap tenaga kerja terbesar sebanyak 12.372 orang atau 33,81 persen. Sisanya bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, TNI/POLRI, Buruh, Pensiunan, Pedagang, Pegawai Swasta, dan profesi. Sumber Mata Pencaharian penduduk Lembang dapat dilihat pada Tabel 6.
(42)
Tabel 6. Sumber Mata Pencaharian Penduduk Lembang 2007
Mata Pencaharian Jumlah
(orang)
Persentase (%)
Pertanian 12.372 33,81
Pegawai negeri 2.243 6,13
TNI/POLRI 1.674 4,57
Buruh 6.432 17,57
Pensiunan 1.054 2,88
Pedagang 6.336 17,31
Pegawai swasta 3.276 8,95
Profesi, dan lain-lain 3.211 8,77
Jumlah 36.598 100,00
Sumber : Kecamatan Lembang, 2007 (data diolah)
Tabel 7 menunjukkan bahwa pendidikan formal Penduduk di Kecamatan Lembang sebagian besar Tamat SD/Sederajat yaitu sebanyak 67.467 orang atau sebesar 61,73 persen, persentasi ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lainnya. Terbesar kedua sebanyak 14,09 persen berada pada tingkat pendidikan SMP/Sederajat. Tamat Strata Satu hanya berjumlah 128 orang atau 0,12 persen.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Lembang 2007
Tingkat Pendidikan Jumlah
(orang)
Persentase (%)
Belum Sekolah 12.425 11,37
Tidak Tamat SD 10.610 9,71
Tamat SD/Sederajat 67.467 61,73
Tamat SMP/Sederajat 15.395 14,09
Tamat SMU/Sederajat 2.841 2,60
Tamat Akademi/Diploma 431 0,39
Tamat Strata Satu 128 0,12
Jumlah 10.9297 100,00
Sumber : Kecamatan Lembang, 2007 (data diolah)
Tenaga Kerja
Menurut data dari Kecamatan Lembang yang terdapat pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Lembang usia 15-55 tahun (angkatan kerja) adalah 85.499 orang, sedangkan jumlah angkatan kerja yang sudah bekerja adalah 11.967 orang. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di
(43)
Kecamatan Lembang masih kurang optimal, yaitu baru mencapai 14 persen. Keadaan ini disebabkan oleh penduduk di Kecamatan Lembang banyak yang tidak bekerja, banyaknya ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan banyaknya penduduk usia 15-55 tahun yang masih sekolah. Penduduk di Kecamatan Lembang belum mampu memanfaatkan lahan yang ada, padahal lahannya cukup potensial dalam bidang pertanian sehingga dapat membuat lapangan pekerjaan sendiri.
Tabel 8. Sebaran Tenaga Kerja di Kecamatan Lembang Jumlah (orang)
Persentase (%) 1. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun 85.499 100,00 2. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun tidak bekerja 21.004 24,57 3. Jumlah penduduk usia > 15 tahun yang cacat
sehingga tidak dapat bekerja
241 0,28
4. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang menjadi ibu rumah tangga
28.854 33,75 5. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih
sekolah
23.433 27,41 6. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang sudah
bekerja
11.967 14,00
Sumber : Monografi Kecamatan Lembang, 2006 (data diolah)
Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang terbagi ke dalam enam kategori, yaitu tanah sawah yang meliputi sawah irigasi dan sawah tanah hujan, tanah kering yang meliputi pekarangan, bangunan, halaman, penggembalaan/padang rumput, tegal/ladang dan pemukiman, tanah basah yang meliputi tambak dan kolam/empang, tanah perkebunan yang meliputi perkebunan rakyat dan Negara, tanah fasilitas umum yang meliputi kas desa, lapangan dan perkantoran pemerintah, serta tanah hutan yang meliputi hutan lindung dan hutan produksi. Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang digunakan untuk lahan pekarangan, bangunan, halaman, penggembalaan/padang rumput, tegal/ladang dan pemukiman sebesar 3.499,95 ha. Data penggunaan lahan di Kecamatan Lembang dapat dilihat pada Tabel 9.
(44)
Tabel 9. Penggunaan Lahan di Kecamatan Lembang (dalam Ha)
Desa
Sawah Lahan Kering
Lahan Basah
Kebun Fasilitas Umum
Hutan Jumlah
Suka jaya - 250,00 - 2,00 10,00 - 262,00
Cikahuripan - 586,68 - 2,00 12,42 441,49 1.042,59 Gudang
Cikahuripan - 225,74 2,50 - 5,15 - 233,39
Jaya giri 458,52 - - 0,76 12,20 527,75 999,23
Wangun sari - 241,54 0,25 38,00 99,49 - 379,28
Lembang - 631,36 10,00 - 5,00 - 646,36
Pagerwangi - - - - 22,90 - 22,90
Kayu ambon - 57,19 - - 123,02 - 180,21
Cibogo 4,68 145,59 - 0,50 47,73 - 198,50
Cikidang 294,02 22,27 - - 13,16 - 329,45
Langensari - 27,00 - - 38,04 - 65,04
Mekarwangi - 319,32 - - 4,50 200,00 523,82
Wangunharja - 2,00 - - 157,25 - 159,25
Cibodas - 365,70 - - 2,69 370,00 738,39
Suntenjaya 410,56 164,00 889,00 1.463,56
Cikole 215,00 200,00 15,00 430,00
Jumlah 757,22 3499,95 12,75 407,26 568,55 2.428,24 7.673,97 Sumber : Monografi Kecamatan Lembang, 2006 (data diolah)
Potensi Peternakan Sapi Perah
Manurut data Dinas Peternakan Jawa Barat tahun 2006, produksi susu yang dihasilkan dari KPSBU Lembang sebesar 110 ton/hari, sedangkan produksi susu Jawa Barat sebesar 430 ton/hari. Angka tersebut menunjukkan bahwa KPSBU Lembang mampu menyumbang 30 persen dari produksi Jawa Barat. Data sebaran populasi sapi perah dan luasan lahan Hijauan Makanan Ternak (HMT) dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 10, diketahui bahwa produksi hijauan di desa Kecamatan Lembang rata-rata 2,4 ton/ha/hari. Menurut Sudono (2003), satu ekor sapi dewasa rata-rata membutuhkan 50 Kg hijauan setiap hari. Jika dihubungkan dengan Tabel 10, maka satu hektar lahan harus mampu menghasilkan 2,63 ton/hari untuk mencukupi kebutuhan ternak sapi perah di wilayah tersebut, sementara di Kecamatan Lembang satu hektar lahan hanya bisa menghasilkan 2,4 ton/hari. Ini menunjukkan bahwa ketersediaan pakan hijauan di Kecamatan Lembang masih kurang.
(1)
Lampiran 1. Koefisien Teknis dan Asumsi Usahaternak Sapi Perah Anggota KPSBU
Lembang
Asumsi Nilai
Satuan
Hijauan 12,63
Kg
BK/ST/hari
Penguat
9,14
Kg BK/ST/Hari
Mineral 30
gr/ST/hari(untuk sapi bunting saja)
Induk Laktasi : Induk kering
93,28: 6,72
Persen
Dara 1 tahun : Dara 2 tahun
58 : 42
Persen
Tenaga Kerja
1,12
HKP/TK/Hari
Lama bunting
10
Bulan
Masa Kering
2
Bulan
Masa laktasi
305
Hari
Interval beranak
13
Bulan
S/C 2,53
Kali
Sex Ratio Jantan:betina(pedet)
1:1
-Umur beranak pertama
2,3
Tahun
Mortalitas 10
Persen
Gross calf crop
90
Persen
Net calf crop
80
Persen
Tingkat kelahiran anak sapi
80
Persen
Produksi susu
14,68±3,21
Liter/ekor/hari
Pemberian susu untuk pedet
462,6
Liter/pedet selama 3 bulan
Konsumsi Susu Peternak
2,5
Liter/Bulan
Harga jual susu
2.757,92
Rp/liter
Harga jual pedet jantan
3.000.000
Rp/ekor
Harga jual induk afkir
5.000.000
Rp/Ekor
Harga jual Dara 2 tahun
6.000.000
Rp/Ekor
Harga Jual Jantan
7.000.000
Rp/Ekor
Harga Jual Karung konsentrat
500
Rp/Unit
Harga Jual Karung Ampas
tahu/Ampas Singkong
200
Rp/Unit
Upah Tenaga Kerja
17.757,54
Rp/HKP/Hari
Hijauan 100
Rp/Kg
Biaya Pembuatan Kandang
1.750.000
Rp/ST
Biaya perawatan kandang
10
Persen/tahun
(2)
Lampiran 2. Proyeksi Populasi Sapi Perah di KPSBU Lembang
Tahun Pengembangan
Keterangan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Induk Laktasi
902
860
838
1040
1040
1040
1040
1040
1040
1040
1040
Induk Kering
65
62
60
100
100
100
100
100
100
100
100
Pedet Betina
188
344
335
416
416
416
416
416
416
416
416
Pedet Jantan
122
344
335
416
416
416
416
416
416
416
416
Dara 1 Tahun
87
188
344
335
416
416
416
416
416
416
416
Dara 2 Tahun
63
87
188
344
335
416
416
416
416
416
416
Jantan Dewasa
24
Jumlah Ternak
1451
1885
2100
2651
2723
2804
2804
2804
2804
2804
2804
Satuan Ternak
1143.50
1232.50
1331.50
1687.50
1723.50
1764.00
1764.00
1764.00
1764.00
1764.00
1764.00
Penjualan
Dara 2 tahun
173
164
245
245
245
245
245
245
Anak Jantan
122
344
335
416
416
416
416
416
416
416
416
Induk Afkir
108
111
107
171
171
171
171
171
171
171
171
Jantan Dewasa
24
Total (ekor)
1197
1430
1658
2064
2136
2217
2217
2217
2217
2217
2217
ST
981 1035.5
1139.75 1326 1366.5 1366.5 1366.5 1366.5 1366.5 1366.5 1366.5
Lampiran 3. Proyeksi Produksi Susu Usahaternak Sapi Perah di KPSBU Lembang
Uraian
Tahun Pengembangan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total produksi susu (Ltr)
4,038,614.80 3,849,747.90 3,751,135.28 4,656,496.00 4,656,496.00 4,656,496.00 4,656,496.00 4,656,496.00 4,656,496.00 4,038,614.80 3,849,747.90Konsumsi pedet (Ltr)
143,406.00 318,201.34 310,050.51 384,883.20 384,883.20 384,883.20 384,883.20 384,883.20 384,883.20 143,406.00 318,201.34Konsumsi peternak (Ltr)
7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00 7,125.00Susu Terjual (Ltr)
3,888,083.80 3,524,421.55 3,433,959.77 4,264,487.80 4,264,487.80 4,264,487.80 4,264,487.80 4,264,487.80 4,264,487.80 3,888,083.80 3,524,421.55(3)
Lampiran 4. Proyeksi Biaya Pembelian Peralatan Usahaternak Sapi Perah di KPSBU Lembang
Peralatan
0 1 2
3 4 5 6 7 8 9
10
Cangkul
8.956.000 904.000 792.000
2.848.000 288.000
324.000 8.956.000 904.000
792.000 2.848.000 288.000
Sekop
6.717.000 678.000 594.000
2.136.000 216.000
243.000 6.717.000 678.000
594.000 2.136.000 216.000
Garpu kayu
11.195.000 1.130.000
990.000
3.560.000 360.000 405.000
11.195.000
1.130.000 990.000
3.560.000
360.000
Milkcan
239.400.000
Selang
20.688.192
20.688.192
Timbangan
14.250.000
14.250.000
Gerobak
54.377.064
54.377.064
Gentong Plastik
14.250.000
14.250.000
Karet Alas
362.625.000
64.875.000
Total
732.458.256 2.712.000 2.376.000
8.544.000 65.739.000 104.537.256 26.868.000 2.712.000 2.376.000
8.544.000 864.000
Lampiran 5. Proyeksi Biaya Pembelian Perlengkapan Usahaternak Sapi Perah di KPSBU Lembang
Perlengkapan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Ember perah
14.522.450 15.652.750 16.910.050 21.431.250 21.888.450
22.402.800 22.402.800
22.402.800 22.402.800 22.402.800 22.402.800
Ember
makan
27.787.050 29.949.750 32.355.450 41.006.250 41.881.050
42.865.200 42.865.200
42.865.200 42.865.200 42.865.200 42.865.200
Sabit
62.892.500 67.787.500 73.232.500 92.812.500 94.792.500
97.020.000 97.020.000
97.020.000 97.020.000 97.020.000 97.020.000
Golok
3.087.450 3.327.750 3.595.050 4.556.250 4.653.450
4.762.800 4.762.800
4.762.800 4.762.800 4.762.800 4.762.800
Pikulan
3.659.200 3.944.000 4.260.800 5.400.000 5.515.200
5.644.800 5.644.800
5.644.800 5.644.800 5.644.800 5.644.800
Sikat
5.031.400 5.423.000 5.858.600 7.425.000 7.583.400
7.761.600 7.761.600
7.761.600 7.761.600 7.761.600 7.761.600
Sapu Lidi
9.073.673 6.519.925 7.043.635 8.926.875 9.117.315
9.331.560 9.331.560
9.331.560 9.331.560 9.331.560 9.331.560
Total
126.053.723 132.604.675 143.256.085 181.558.125 185.431.365
189.788.760
189.788.760
189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760
(4)
Lampiran 6. Proyeksi Kelayakan Finansial Usahaternak Sapi Perah di KPSBU Lembang
Penerimaan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penjualan Susu 10.723.024.074 9.720.072.683 9.470.586.326 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 Penjualan Pedet Jantan 366.000.000 1.032.000.000 1.005.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 Penjualan Induk Afkir 541.200.000 553.056.000 535.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 Penjualan Dara 1.038.000.000 984.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 Penjualan jantan 168.000.000 Penjualan Kotoran 12.242.388 13.478.109 14.560.732 18.453.801 18.847.482 19.290.373 19.290.373 19.290.373 19.290.373 19.290.373 19.290.373 Penjualan Karung 41.959.045 45.224.768 48.857.427 61.920.322 63.241.288 64.727.376 64.727.376 64.727.376 64.727.376 64.727.376 64.727.376
Nilai Sisa Peralatan 7.310..400 Nilai Sisa Kandang 510.450.000 Nilai sisa Ternak 16.600.000.000
Total Penerimaan 11.852.425.507 11.363.831.560 11.074.004.485 14.982.490.316 14.930.204.963 15.418.133.942 15.418.133.942 15.418.133.942 15.418.133.942 15.418.133.942 32.535.894.342 PENGELUARAN
Biaya Investasi
Nilai Awal Ternak 8.694.500.000 Kandang 2.001.125.000 155.750.000 173.250.000 623.000.000 63.000.000 70.875.000
Peralatan 732.458.256 2.712.000 2.376.000 8.544.000 65.739.000 104.537.256 26.868.000 2.712.000 2.376.000 8.544.000 864.000 Pembuatan Sumber
Mata Air 37.860.000
Total 11.465.943.256 158.462.000 175.626.000 631.544.000 128.739.000 175.412.256 26.868.000 2.712.000 2.376.000 8.544.000 864.000 Biaya Operasional
Pakan 5.735.441.485 6.314.365.011 6.821.563.499 8.645.428.768 8.829.864.581 9.037.354.872 9.037.354.872 9.037.354.872 9.037.354.872 9.037.354.872 9.037.354.872 B. Tenaga Kerja 2.031.692.179 2.236.766.960 2.416.434.245 3.062.510.543 3.127.844.101 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 B. Air 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 B. Pelengkapan 126.053.723 132.604.675 143.256.085 181.558.125 185.431.365 189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760 B. Transportasi 530.364.448 571.643.360 617.560.352 782.676.000 799.373.088 818.157.312 818.157.312 818.157.312 818.157.312 818.157.312 818.157.312 B. Perawatan Kandang 200.112.500 195.676.250 168.131.250 200.900.000 177.038.750 153.256.250 121.677.500 90.807.500 59.937.500 29.067.500 Vaselin+Minyak tanah 137.220.000 147.900.000 159.780.000 202.500.000 206.820.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Listrik 129.026.004 142.049.323 153.459.370 194.489.438 198.638.546 203.306.292 203.306.292 203.306.292 203.306.292 203.306.292 203.306.292 Biaya Telpon 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 B. Sewa dan Pajak 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228
TOTAL BIAYA 20.284.823.323 10.032.986.056 10.812.438.028 13.997.920.351 13.806.692.909 14.143.164.824 13.970.838.068 13.915.103.318 13.883.897.318 13.859.195.318 13.820.645.318 PENDAPATAN -8.432.397.816 1.330.845.504 261.566.457 984.569.965 1.123.512.054 1.274.969.118 1.447.295.874 1.503.030.624 1.534.236.624 1.558.938.624 18.715.249.024
PV per Tahun -8.432.397.816 1.167.408.337 201.266.895 664.556.682 665.209.329 662.179.008 659.368.531 600.667.134 537.840.541 479.386.009 5.048.322.568
NPV 2.253.807.218
(5)
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Pakan dengan Metode
Switching Value
(Kenaikan Biaya Pakan Max 4,65%)
Penerimaan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penjualan Susu 10.723.024.074 9.720.072.683 9.470.586.326 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 11.761.116.193 Penjualan Pedet Jantan 366.000.000 1.032.000.000 1.005.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 1.248.000.000 Penjualan Induk Afkir 541.200.000 553.056.000 535.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 855.000.000 Penjualan Dara 1.038.000.000 984.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 1.470.000.000 Penjualan jantan 168.000.000 Penjualan Kotoran 12.242.388 13.478.109 14.560.732 18.453.801 18.847.482 19.290.373 19.290.373 19.290.373 19.290.373 19.290.373 19.290.373 Penjualan Karung 41.959.045 45.224.768 48.857.427 61.920.322 63.241.288 64.727.376 64.727.376 64.727.376 64.727.376 64.727.376 64.727.376
Nilai Sisa Peralatan 7.310..400 Nilai Sisa Kandang 510.450.000 Nilai sisa Ternak 16.600.000.000
Total Penerimaan 11.852.425.507 11.363.831.560 11.074.004.485 14.982.490.316 14.930.204.963 15.418.133.942 15.418.133.942 15.418.133.942 15.418.133.942 15.418.133.942 32.535.894.342 PENGELUARAN
Biaya Investasi
Nilai Awal Ternak 8.694.500.000 Kandang 2.001.125.000 155.750.000 173.250.000 623.000.000 63.000.000 70.875.000
Peralatan 732.458.256 2.712.000 2.376.000 8.544.000 65.739.000 104.537.256 26.868.000 2.712.000 2.376.000 8.544.000 864.000 Pembuatan Sumber
Mata Air 37.860.000
Total 11.465.943.256 158.462.000 175.626.000 631.544.000 128.739.000 175.412.256 26.868.000 2.712.000 2.376.000 8.544.000 864.000 Biaya Operasional
Pakan 6.002.139.514 6.607.982.984 7.138.766.201 9.047.441.205 9.240.453.284 9.457.591.873 9.457.591.873 9.457.591.873 9.457.591.873 9.457.591.873 9.457.591.873 B. Tenaga Kerja 2.031.692.179 2.236.766.960 2.416.434.245 3.062.510.543 3.127.844.101 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 3.201.344.354 B. Air 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 34.200.000 B. Pelengkapan 126.053.723 132.604.675 143.256.085 181.558.125 185.431.365 189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760 189.788.760 B. Transportasi 530.364.448 571.643.360 617.560.352 782.676.000 799.373.088 818.157.312 818.157.312 818.157.312 818.157.312 818.157.312 818.157.312 B. Perawatan Kandang 200.112.500 195.676.250 168.131.250 200.900.000 177.038.750 153.256.250 121.677.500 90.807.500 59.937.500 29.067.500 Vaselin+Minyak tanah 137.220.000 147.900.000 159.780.000 202.500.000 206.820.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000 211.680.000
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Listrik 129.026.004 142.049.323 153.459.370 194.489.438 198.638.546 203.306.292 203.306.292 203.306.292 203.306.292 203.306.292 203.306.292 Biaya Telpon 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 17.580.000 B. Sewa dan Pajak 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228 77.302.228
TOTAL BIAYA 20.551.521.352 10.326.604.029 11.129.640.731 14.399.932.789 14.217.281.612 14.563.401.825 14.391.075.069 14.335.340.319 14.304.134.319 14.279.432.319 14.240.882.319 PENDAPATAN -8.699.095.845 1.037.227.531 -55.636.246 582.557.527 712.923.351 854.732.117 1.027.058.873 1.082.793.623 1.113.999.623 1.138.701.623 18.295.012.023
PV per Tahun -8.699.095.845 909.848.711 -42.810.284 393.209.737 422.107.855 443.921.078 467.914.206 432.724.744 390.522.655 350.159.794 4.934.966.238
NPV 3.468.890
(6)