Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Pada Industri Makanan Ringan Di Provinsi Sumatera Barat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA
WANITA WIRAUSAHA PADA INDUSTRI MAKANAN
RINGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT

AMRI SYAHARDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di
Provinsi Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Amri Syahardi
NIM H351130411

RINGKASAN
AMRI SYAHARDI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Usaha Wanita
Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di Provinsi Sumatera Barat. Dibimbing
oleh LUKMAN M. BAGA dan RATNA WINANDI.
Kewirausahaan yang dilakukan oleh wanita memiliki tradisi yang kuat
terutama di sektor perdagangan kecil, industri makanan dan minuman, industri
pakaian jadi, industri kayu, bambu, dan rotan, dan termasuk perabot rumah tangga
serta kosmetik. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah sentra industri
makanan ringan yang berpotensial untuk dikembangkan, dimana sasaran jangka
panjang dari pengembangan industri kecil menengah makanan ringan ini adalah
meningkatnya mutu produk makanan ringan indonesia yang semakin higienis dan
memenuhi persyaratan kesehatan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku secara
internasional dan terwujudnya industri makanan ringan yang memiliki competitive
advantages sehingga berdaya saing tinggi di pasar internasional.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) profil wanita

wirausaha dan industri makanan ringan; (2) karakteristik personal, lingkungan
internal usaha, lingkungan eksternal usaha, dan perilaku kewirausahaan wanita
wirausaha; dan (3) pengaruh karakteristik personal, lingkungan internal usaha,
lingkungan eksternal usaha, serta perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha
wanita wirausaha. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang
dilaksanakan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Metode
analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 105 sampel. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Wanita
wirausaha yang bergerak pada industri makanan ringan di Provinsi Sumatera
Barat secara umum berada pada usia produktif yaitu di atas 40 tahun. Usaha yang
dikelola wanita wirausaha pada umumnya masih tergolong usaha kecil dengan
pendapatan rata-rata Rp. 1.687.835 per minggu; (2) Karakteristik personal,
lingkungan internal usaha, lingkungan eksternal usaha, dan perilaku
kewirausahaan wanita wirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja usaha. (3) Karakteristik personal yang paling dominan memengaruhi
kinerja usaha adalah pendidikan dan latar belakang keluarga; lingkungan internal
usaha yang paling dominan memengaruhi kinerja usaha adalah aspek keuangan;
lingkungan eksternal usaha yang paling dominan memengaruhi kinerja usaha
adalah pemasaran; Perilaku kewirausahaan yang paling dominan memengaruhi

kinerja usaha adalah inovasi.
Kata Kunci: Industri makanan ringan, kewirausahaan, kinerja usaha, wanita
wirausaha

SUMMARY
AMRI SYAHARDI. Factors Affecting Business Performance of Women
Entrepreneurs in Snack Foods Industry in West Sumatera Province. Supervised by
LUKMAN M. BAGA and RATNA WINANDI.
Entrepreneurship performed by women has a particularly strong tradition
in the small trade sector, food and beverage industry, apparel industry, wood,
bamboo and rattan industry, as well as household furnishings and cosmetics. West
Sumatra is central area of food industry with the potential to be developed. The
long-run goal of the development of small and medium enterprise of snack food is
the increase of quality of this product in Indonesia. The improvement includes the
production of more hygienic product which meets the health requirements and
other international provisions and also the realization of snack food industry that
has competitive advantages which further will gain the international market for its
high level of competitiveness.
The purpose of this study was to analyze (1) the profile of women
entrepreneurs and snack food industry; (2) personal characteristics, internal and

external business environment and entrepreneurial behavior of women
entrepreneurs; and (3) the influence of personal characteristics, internal and
external business environment, as well as entrepreneurial behavior towards
business performance of women entrepreneurs. This study was conducted using a
survey performed in the Lima Puluh Kota District and Payakumbuh City.
Methods of data analysis used were descriptive and quantitative analyses using
Structural Equation Modeling (SEM). Samples selected were 105 samples. The
results showed: (1) Women entrepreneurs engaged in the snack food industry in
West Sumatra Province were generally in the productive age of 40 years. Yet,
business run by the entrepreneurial women was still relatively small businesses
with average income of Rp. 1.687.835 per week; (2) The personal characteristics,
internal environment of business, external environment of business, and
entrepreneurial behavior of women entrepreneur possitively and significantly
affected the business performance; (3) The most dominant personal characteristics
affected the performance of the business was education and family background;
the most dominant internal environment of business which influenced the business
performance was financial aspect; the most dominant external environment of
business affected the business performance was marketing; the most dominant
entrepreneurial behavior affected the business performance was innovation.
Keywords: Business performance, entrepreneurship, snack food industry, women

entrepreneurs

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA USAHA
WANITA WIRAUSAHA PADA INDUSTRI MAKANAN RINGAN
DI PROVINSI SUMATERA BARAT

AMRI SYAHARDI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

6

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Burhanuddin, MM

7

Judul Tesis : Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha
pada Industri Makanan Ringan di Provinsi Sumatera Barat
Nama

: Amri Syahardi
NIM
: H351130411

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Diketahui oleh

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis yang
berjudul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha
pada Industri Makanan Ringan di Provinsi Sumatera Barat” ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi
Agribisnis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan
terima kasih sebesarnya-besarnya kepada:
1.


2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan, saran, kritik yang membangun serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Bapak Dr Ir Burhanuddin, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan Ibu Prof

Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku moderator sekaligus dosen penguji dari
program studi yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam
penyempurnaan tesis ini.
Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS dan Bapak Dr Ir Suharno, MADev selaku
ketua dan sekretasis program studi serta seluruh Bapak Ibu dosen dan staf
yang telah memberi arahan dan bantuan selama proses perkuliahan di
program studi Magister Sains Agribisnis.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memeberikan Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) kepada penulis selama dua
tahun perkuliahan.
Orang tuaku Ibunda Titi Erwati, SPd dan Ayahanda Amrismen, Nenekku Ibu
Hj Nurma dan Ibu Hj Nurmayulis, Adikku Hidayatul Amri, Rahmita
Oktahara, Fadhil Arsyad dan Putri Annisa Harun, SFarm, Apt terima kasih
atas do’a, kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi, dan kesabaran yang
diberikan.
Ibu-ibu pelaku usaha industri makanan ringan di Kabupaten Lima Puluh Kota
dan Kota Payakumbuh yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini serta Bapak dan Ibu Staf Dinas Koperindag Provinsi Sumatera
Barat, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh atas informasi dan
bantuan yang diberikan.

Seluruh teman kelas Magister Sains Agribisnis Angkatan 4 (MSA 4) dan
Sahabat Rumah Agribisnis atas persahabatan, kebersamaan, kekompakan,
motivasi, dan bantuan yang diberikan selama proses perkuliahan.
Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, November 2016
Amri Syahardi

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA
Wanita Wirausaha dan Alasan memilih untuk Berwirausaha
Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Kinerja Usaha
Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Usaha terhadap
Kinerja Usaha
Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
3 KERANGKA PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Operasional
4 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Penentuan Responden
Metode Analisis Data
Variabel dan Pengukuran
5 GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN WANITA WIRAUSAHA
Kabupaten Lima Puluh Kota
Kota Payakumbuh
Karakteristik Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan
Gambaran Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan
Profil Industri Makanan Ringan di Kabupaten Lima Puluh Kota
Dan Kota Payakumbuh
Penilaian Responden terhadap Karakteristik Personal, Lingkungan
Internal, Lingkungan Eksternal, Perilaku Kewirausahaan, dan
Kinerja Usaha Wanita Wirausaha
6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA USAHA
Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Analisis Model Struktural
Implikasi Manajerial
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ii
ii
iii
1
1
5
7
8
8
8
9
12
13
14
14
19
22
22
23
23
23
24
32
34
34
34
35
38
40

41
52
52
58
61
62
62
63
64
72
76

ii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

12

13

14

15
16
17
18
19

Jumlah Tenaga Kerja pada UMKM menurut Jenis Kelamin
di Provinsi-provinsi yang Terdapat di Sumatera
Jumlah Wanita Wirausaha di Provinsi Sumatera Barat
tahun 2013
Ringkasan menilai kelayan model (Goodness of Fit)
Keterangan variabel-variabel pada diagram lintas
Variabel indikator karakteristik personal
Variabel indikator lingkungan internal
Variabel indikator lingkungan eksternal
Variabel indikator perilaku kewirausahaan
Variabel indikator kinerja usaha
Sebaran Penilaian Responden terhadap Karakteristik Personal
Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di Provinsi
Sumatera Barat
Sebaran Penilaian Responden terhadap Lingkungan Internal
Usaha Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di
Provinsi Sumatera Barat
Sebaran Penilaian Responden terhadap Lingkungan Eksternal
Usaha Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di
Provinsi Sumatera Barat
Sebaran Penilaian Responden terhadap perilaku kewirausahaan
Wanita Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di Provinsi
Sumatera Barat
Sebaran Penilaian Responden terhadap Kinerja Usaha Wanita
Wirausaha pada Industri Makanan Ringan di Provinsi Sumatera
Barat
Kriteria Kesesuaian Model Awal Structural Equation Modeling
Kriteria kesesuaian model Structural Equation Modeling
setelah direspesifikasi
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Hasil Uji Hipotesis Model Faktor-faktor yang memengaruhi
Kinerja Usaha Wanita Wirausaha

4
5
27
30
32
32
33
33
34

41

44

47

49

51
53
54
56
58
58

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka Operasional Penelitian
Tahapan Analisis Model Persamaan Struktural
Diagram Lintas Model SEM
Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sebaran Responden Berdasarkan Asal Daerah

22
25
31
36
36
37

iii

7
8
9
10
11

Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami
Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya
Sebaran Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Pelatihan
Sebaran Responden Berdasarkan Lama Berdirinya Usaha
Standardized Solution of Structural Equation Modeling Faktor-faktor
yang Memengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha
12 Path Diagram t-value Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kinerja Usaha Wanita Wirausaha

37
39
39
40
55
55

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Peta Kabupaten Lima Puluh Kota
Peta Kota Payakumbuh
Model Awal Structural Equation Modeling

73
74
75

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewirausahaan merupakan roda penggerak utama dalam mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu bangsa. Schumpeter (1936)
dalam Casson et al. (2006) menyebutkan bahwa kewirausahaan dan pertumbuhan
ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan positif dimana peningkatan
jumlah wirausaha menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kewirausahaan telah menjadi bidang kegiatan yang didominasi oleh laki-laki,
namun saat ini mulai berkembang kesan dan inspirasi wanita melalui keberhasilan
bisnisnya. Meningkatnya kehadiran wanita di bidang usaha sebagai pengusaha
atau pemilik usaha dalam dekade terakhir telah mengubah fenomena karakteristik
demografi kewirausahaan. Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan
wanita di Indonesia tahun 2013 memiliki persentase sebesar 50.25 persen dan
49.75 persen (BPS 2014a). Berdasarkan data tersebut, memperlihatkan bahwa
jumlah penduduk di Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun
demikian, wanita memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan
nasional Indonesia.
Peran wanita dalam pembangunan nasional Indonesia terlihat dari kegiatan
pemberdayaan wanita. Visi pembangunan pemberdayaan wanita adalah
tercapainya keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga, masyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang dalam pencapaiannya perlu dilaksanakan berbagai
ragam kegiatan. Dalam SDGs (Sustainable Development Goals) yang diprakarsai
oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa pemberdayaan
wanita merupakan salah satu prioritas keempat yaitu mencapai kesetaraan gender
melalui pemberdayaan. Pemberdayaan wanita dalam peningkatan ekonomi
dilakukan melalui kewirausahaan, sehingga muncul istilah wanita wirausaha.
Wanita wirausaha masih menjadi kaum minoritas bagi kalangan wirausaha.
Davidson dan Burke (2004) yang menyatakan bahwa penyebab kaum wanita
wirausaha masih menjadi kaum minoritas adalah hambatan yang dihadapi wanita
wirausaha dalam memulai atau menjalankan suatu usaha. Kanungo (2003) dalam
Saputri dan Himam (2015) menambahkan bahwa hambatan wanita wirausaha
dalam memulai usaha adalah pengambilan risiko karena wanita kurang tegas dan
percaya diri; status wanita dalam struktur sosial yang membuat wanita tergantung
pada suami, ayah, dan keluarga; kurangnya akses pendidikan dan pelatihan bagi
wanita; dan sulitnya akses dana dan kredit bagi wanita.
Di Indonesia perhatian terhadap perkembangan wanita wirausaha semakin
besar. Perhatian tersebut tidak hanya berasal dari dunia akademisi, tetapi juga dari
pengambil kebijakan, praktisi, dan lembaga masyarakat non-pemerintah.
Meningkatnya perhatian tersebut berasal dari kesadaran bahwa penciptaan
kewirausahaan wanita akan sangat membantu upaya pemerintah dalam
memerangi kemiskinan. Wanita mempunyai peran penting sebagai salah satu
motor penggerak pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di pedesaan
(Tambunan 2012). Selain itu, wanita juga ikut serta dalam membantu memenuhi
penghasilan keluarga. Menurut Mugniesyah (1986), menyertakan wanita dalam
proses pembangunan tidak sekedar untuk menunjukkan emansipasi wanita
semata, akan tetapi lebih ditekankan pada suatu kepentingan yang mendesak,

2

mengingat wanita sebagai pendukung unit keluarga yang juga berperan dalam
tenaga kerja pembangunan yang berarti juga berperan dalam meningkatkan
penghasilan keluarga. Sehingga dibutuhkan perhatian yang lebih terhadap
perkembangan wanita wirausaha.
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki potensi untuk
mengembangkan pemberdayaan ekonomi bagi wanita, terutama yang berkaitan
dalam bidang kewirausahaan. Wanita wirausaha merupakan tindakan penciptaan
bisnis dan kepemilikannya yang tidak hanya memberdayakan wanita secara
ekonomi melainkan juga meningkatkan kekuatan keuangan serta posisi mereka
dalam masyarakat. Sehingga wanita wirausaha dalam suatu negara memberikan
kontribusi dan berdampak yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi negara
dan merupakan kekuatan ekonomi yang harus diperhitungkan untuk pemulihan
perekonomian yang berkelanjutan.
Wanita semakin banyak yang mendirikan dan menjalankan bisnis sendiri
seluruh dunia meskipun masih dikategorikan minoritas dalam lingkungan
kewirasahaan (Allen et al. 2007). Dengan kata lain, melihat usaha yang dimiliki
wanita bukanlah suatu isu umum di seluruh dunia terutama di negara-negara
berkembang. Ide dan praktek wanita wirausaha ini merupakan suatu fenomena
baru yang belum banyak diteliti di berbagai negara termasuk di Indonesia. Sampai
tahun 1980-an sedikit diketahui mengenai wanita wirausaha baik dalam praktek
dan penelitian, banyak penelitian yang hanya terfokus pada pada laki-laki
wirausaha. Kajian ilmiah mengenai wanita wirausaha dan kepemilikan usaha oleh
wanita serta pelaksanaan organisasi masih terkait pada masalah pengembangan.
Wanita wirausaha telah menjadi pemain penting dalam lingkungan
kewirausahaan (Pages 2005). Keberadaan dan perkembangan wanita wirausaha di
suatu negara sudah diakui sangat berpotensi sebagai motor utama penggerak
pembangunan ekonomi melalui proses pemberdayaan wanita dan transformasi
sosial sehingga hal tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap
perekonomian nasional. Wanita wirausaha juga berkontribusi signifikan terhadap
ekonomi global, daya saing nasional dan perdagangan masyarakat dengan
membawa banyak aset ke pasar global. Wanita wirausaha telah menunjukkan
kemampuannya dalam membangun dan memelihara hubungan jangka panjang
dan jaringan, berkomunikasi secara efektif, mengatur secara efisien serta
menyadari kebutuhan lingkungan. Meskipun jumlah wanita wirausaha masih
sedikit dibandingkan laki-laki, namun hal ini telah menunjukkan bahwa wanita
tidak lagi sebagai seorang yang menerima upah dan nafkah saja. Di samping
mempunyai kewajiban yang ditugaskan kepada mereka seperti perawatan anak
dan melakukan pekerjaan rumah, wanita juga sudah banyak menemukan
kesuksesannya melalui bisnis sendiri (Jalbert 2008).
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi untuk meningkatkan
kinerja usaha wanita wirausaha, terutama wanita wirausaha yang berusaha pada
usaha mikro, kecil dan menengah dengan mengetahui dan menganalisis faktor
yang paling dominan berkontribusi terhadap kinerja usaha yang dikelola oleh
wanita wirausaha. Kinerja usaha wanita wirausaha masih rendah jika
dibandingkan dengan laki-laki wirausaha. Hal ini sesuai dengan penelitian Singh
et al. (2001) tentang kinerja berdasarkan gender terhadap UKM di Jawa yang
menyimpulkan bahwa bisnis perempuan terkonsentrasi pada sektor informal yang
berpendapatan rendah dimana prospek pertumbuhannya juga terbatas dan tingkat

3

pertumbuhan tenaga kerja secara nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan
laki-laki.
Industri pengolahan merupakan salah satu lapangan pekerjaan pada usaha
mikro, kecil dan menengah yang menyerap tenaga kerja sebanyak 13.31 persen
dari total angkatan kerja di Indonesia di samping pertanian, perdagangan dan jasa.
Jika dilihat lebih lanjut, berdasarkan data BPS (2014a) mengenai jumlah dan
persentase angkatan kerja di Indonesia pada Agustus menurut status pekerjaan
utama yaitu berusaha sendiri dan lapangan pekerjaan utama yaitu industri
pengolahan secara nasional adalah 674 931 laki-laki dan 867 604 wanita dengan
persentase laki-laki sebesar 43.76 persen dan wanita sebesar 56.24 persen. Data
tersebut menunjukkan bahwa persentase wanita yang berusaha sendiri dalam
industri pengolahan lebih besar dibandingkan laki-laki. Namun demikian terdapat
perbedaan antara kinerja usaha laki-laki dan perempuan, bahwa usaha kecil dan
menengah yang dimiliki atau dikelola wanita menunjukkan kinerja yang lebih
rendah (Boohene et al. 2008).
Kewirausahaan yang dilakukan oleh wanita memiliki tradisi yang kuat
terutama di sektor perdagangan kecil, industri makanan dan minuman, industri
pakaian jadi, industri kayu, bambu, dan rotan, dan termasuk perabot rumah tangga
serta kosmetik. Di antara kategori industri pengolahan tersebut, industri
pengolahan pangan merupakan angka terbesar yang tercatat dalam data BPS
berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, yaitu sebanyak 1 243
185 unit dengan jumlah pendapatan yang dihasilkan adalah sebanyak 177 102 906
juta rupiah. Di samping itu industri pangan menyerap tenaga kerja sebanyak 2 908
034 orang dengan persentase laki-laki sebanyak 44.68 persen dan wanita 55.32
persen. Ini menunjukkan bahwa industri pangan lebih banyak dilakukan oleh
wanita dibanding laki-laki.
Usaha yang digeluti oleh wanita pada umumnya bersifat industri rumah
tangga (home industry). Berdasarkan Peraturan Menteri PPPA Nomor 2 Tahun
2016 tentang pedoman umum pembangunan industri rumahan, klasifikasi industri
rumahan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe berdasarkan tingkat keberlanjutan
usaha, besarnya modal, teknologi proses produksi yang digunakan, jumlah tenaga
kerja, lama usaha, pola produk dan sistem penjualan produknya. (i) Kelas Pemula:
jumlah modal di bawah Rp. 5.000.000, teknologi produksi manual, tenaga kerja 1
sampai 2 orang, lama usaha kurang dari 1 tahun, pola produksi tidak kontinyu; (ii)
Kelas Berkembang: jumlah modal Rp. 5.000.000 sampai Rp. 25.000.000,
teknologi produksi semi manual atau teknologi sederhana, tenaga kerja 3 sampai 5
orang, lama usaha 1 sampai 2 tahun, pola produksi semi kontinyu; (iii) Kelas
Maju: jumlah modal Rp 25.000.000 sampai Rp. 50.000.000, teknologi produksi
teknologi tinggi, tenaga kerja 6 sampai 10 orang, lama usaha lebih dari 2 tahun,
pola produksi kontinyu (KPPPA 2016).
Terdapat beberapa faktor yang menunjang perkembangan kewirausahaan
khususnya wanita wirausaha. Salah satunya adalah faktor adat dan kebudayaan.
Seperti contoh adat istiadat di Provinsi Sumatera Barat dan Bali dimana wanita
memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga (Alma 2010). Selain
itu, Provinsi Sumatera Barat juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
menerapkan sistem matrilineal dimana Budaya matrilineal tersebut memengaruhi
beberapa kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Sistem ini memengaruhi
sistem penurunan harta pusaka, pernikahan, dan sistem kekerabatan. Sistem

4

matrilineal ini juga menempatkan wanita sebagai ahli waris dari harta pusaka
dalam suatu kaum, namun tidak semata-mata wanita mempunyai kuasa dan
mengatur semua harta pusaka kaumnya tersebut, melainkan juga didampingi oleh
saudara laki-laki mereka (Thaher 2006). Adat dan kebudayaan tersebut
memberikan kesempatan bagi wanita untuk mengembangkan potensinya melalui
kegiatan kewirausahaan baik dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah.
Penduduk Provinsi Sumatera Barat pada umumnya bergerak dalam usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan berbagai macam bentuk usaha serta
merupakan provinsi yang memiliki persentase wanita wirausaha lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki wirausaha yang menduduki posisi kedua setelah
Provinsi Aceh (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah tenaga kerja pada Usaha Mikro Kecil Menengah menurut jenis
kelamin di Provinsi-provinsi yang terdapat di Sumatera tahun 2013
Provinsi

Laki-laki

Wanita

Total

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau

41 875
131 443
62 741
21 270
39 068
92 435
17 509
177 351
9 610
10 925

83 103
91 912
96 383
16 791
24 215
72 081
11 226
97 313
9 319
15 959

124 978
223 355
159 124
38 061
63 283
164 516
28 735
274 664
18 929
26 884

Persentase (%)
Laki-laki
Wanita
33.51
66.49
58.85
41.15
39.43
60.57
55.88
44.12
61.74
38.26
56.19
43.81
60.93
39.07
64.57
35.43
50.77
49.23
40.64
59.36

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014b)

Berdasarkan Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Kecil dan
Menengah tahun 2010–2014, Sumatera Barat merupakan daerah sentra industri
makanan yang berpotensial untuk dikembangkan, dimana sasaran jangka panjang
dari pengembangan industri kecil menengah makanan ringan ini adalah
meningkatnya mutu produk makanan ringan indonesia yang semakin higienis dan
memenuhi persyaratan kesehatan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku secara
internasional dan terwujudnya industri makanan ringan yang memiliki competitive
advantages sehingga berdaya saing tinggi di pasar internasional. Hal tersebut juga
didukung oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/M-IND/PER/8/2010
tentang Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sumatera Barat,
dimana terdapat 8 (delapan) daerah yang dijadikan lokasi pengembangan industri
makanan ringan, yaitu Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang,
Kota Payakumbuh, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh
Kota, dan Kabupaten Padang Pariaman.
Adanya konsep karakteristik, lingkungan internal usaha, lingkungan
eksternal usaha dan perilaku kewirausahaan pada pelaku usaha merupakan hal
yang penting, karena akan berdampak pada kinerja usaha. Hal ini disebabkan
pelaku usaha yang mempunyai karakteristik dan perilaku kewirausahaan serta

5

lingkungan usaha yang baik akan lebih aktif dalam memanfaatkan peluang,
inovatif dan berani mengambil risiko. Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian secara lebih mendalam untuk mengetahui karakteristik personal,
lingkungan internal usaha, lingkungan eksternal usaha dan perilaku
kewirausahaan wanita wirausaha, serta melihat pengaruhnya masing-masingnya
terhadap kinerja usaha, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap
perkembangan kinerja industri makanan ringan di Sumatera Barat.
Rumusan Masalah
Penelitian mengenai wanita wirausaha masih sedikit dilakukan oleh penelitipeneliti di berbagai negara. Topik kinerja usaha wanita wirausaha telah menjadi
bidang kajian baru dan perdebatan dalam dunia akademisi (Teoh et al. 2007). Di
Indonesia sudah terbukti wanita wirausaha memberikan kontribusi besar bagi
perekonomian nasional dengan memasuki usaha yang berskala mikro, kecil, dan
menengah. Berdasarkan makalah diskusi Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk
Asia dan Pasifik (UNSCAP), wanita dalam bisnis pada umumnya berada pada
usaha kecil, mikro dan menengah, baik sebagai manajer maupun pemilik.
Tabel 2

Jumlah penduduk wanita yang bekerja pada usaha milik sendiri di
Provinsi Sumatera Barat tahun 2013
Kabupaten/Kota
Wanita
Total
Persentase (%)
27 906
Pesisir Selatan
7 076
25.36
37 544
Solok
13 367
35.60
37 685
Sijunjung
10 629
28.20
39
844
Tanah Datar
15 635
39.24
39 202
Padang Pariaman
14 176
36.16
38 751
Agam
17 529
45.23
39 214
Lima Puluh Kota
15 740
40.14
29
919
Pasaman
10 746
35.92
18 229
Solok Selatan
4 691
25.73
32 588
Dharmasraya
7 711
23.66
22 822
Pasaman Barat
6 536
28.64
53
460
Padang
19 888
37.20
6 109
Solok
1 809
29.61
5 278
Sawahlunto
2 054
38.92
3 681
Padang Panjang
1 236
33.58
7
979
Bukittinggi
3 525
44.18
10 276
Payakumbuh
4 405
42.87
7 009
Pariaman
2 462
35.13
Sumber: BPS Sumbar (2014)

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian
besar masyarakatnya bergerak dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM)
dengan berbagai macam bentuk usaha. Berdasarkan Peta Panduan Pengembangan
Klaster Industri Kecil dan Menengah tahun 2010–2014, Sumatera Barat

6

merupakan daerah sentra industri makanan yang berpotensial untuk
dikembangkan. Presentase jumlah penduduk wanita di Sumatera Barat yang
bekerja pada usaha sendiri jika dibandingkan dengan wanita yang bekerja pada
kegiatan lain paling tinggi di Kabupaten Agam, menyusul Kota Bukittinggi,
Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Kota Payakumbuh (BPS 2014c).
Meskipun persentase wanita yang bekerja pada usaha milik sendiri di
Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi lebih tinggi, berdasarkan keterangan staf
Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi Sumatera Barat, menyatakan
bahwa Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh merupakan daerah
produksi berbagai jenis makanan ringan yang tersebar di wilayah tersebut. Selain
itu Kota Payakumbuh merupakan kota yang terletak di sekeliling Kabupaten Lima
Puluh Kota. Karakteristik produk industri makanan ringan di dua daerah tersebut
pada umumnya sama. Sedangkan Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi
merupakan daerah pemasaran dari berbagai produk industri yang diproduksi di
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh.
Data rinci mengenai keadaan industri makanan ringan, baik itu modal usaha,
aset, dan pendapatan industri makanan ringan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan
Kota Payakumbuh belum tersedia secara lengkap di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan provinsi Sumatera barat sehingga belum terlihat gambaran umum
kinerja usaha industri makanan ringan di daerah tersebut. Namun pada tahun
2014, Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Lima Puluh Kota melakukan
pendataan kepada 87 unit usaha, dimana dari total tersebut 67.81 persen bermodal
rata-rata Rp 3.500.000 dan 32.19 persen bermodal di atas Rp. 20.000.000
(Disperindag Lima Puluh Kota 2015). Hal tersebut menguatkan bahwa industri
makanan ringan di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagian besar tergolong kepada
industri mikro dan kecil. Merujuk dari fakta di lapangan, industri makanan ringan
di Kabupaten dan Kota tersebut kebanyakan belum didukung oleh teknologi yang
memungkinkan wanita wirausaha menghasilkan produk yang beragam dan
bernilai jual yang tinggi. Sehingga hal tersebut diduga memengaruhi kinerja usaha
yang dijalankan oleh wanita wirausaha di Lima Puluh Kota dan Payakumbuh.
Di samping itu, jika dilihat dari karakteristik personal wanita wirausaha
yang didapatkan peneliti pada penelitian pendahuluan, tingkat pendidikan wanita
wirausaha di daerah tersebut masih rendah, rata-rata tingkat pendidikan mereka
adalah SLTA ke bawah. Sementara tingkat pendidikan dari pelaku wirausaha
berhubungan dengan pertumbuhan suatu usaha (McCormick 1997), perempuan
yang memperoleh pendidikan tinggi akan didorong untuk percaya pada diri
mereka sendiri sehingga hal tersebut akan mendorong pertumbuhan dan
pencapaian kewirausahaan yang inovatif (Babalola 2009).
Hal lain yang ditemukan di lapangan saat penelitian pendahuluan, wanita
wirausaha diduga masih kurang mempunyai perilaku kewirausahaan seperti
motivasi, kemampuan menghadapi risiko, dan inovasi yang nantinya akan
berpengaruh terhadap kinerja usahanya. Meskipun wanita wirausaha mempunyai
motivasi dan inovasi yang beragam dalam menjalankan usahanya, namun masih
terdapat usaha yang dikelola dengan kurang baik sehingga kurang memberikan
dampak yang berarti bagi kinerja usahanya. Tambunan (2012) menjelaskan bahwa
wanita pada Usaha Kecil dan Menengah bekerja lebih keras dengan jam kerja
yang lebih panjang dibandingkan laki-laki. Namun di pihak lain, wanita sering

7

juga dianggap kurang berani mengambil risiko sehingga implikasinya adalah
usaha-usaha yang dikelola oleh wanita bersifat kurang dinamis.
Kondisi baik atau tidaknya lingkungan usaha juga akan berpengaruh
terhadap perkembangan suatu usaha. Jika dilihat dari ingkungan eksternal usaha,
seperti halnya kebijakan pemerintah. Upaya untuk meningkatkan kinerja usaha
wanita wirausaha telah dilakukan pemerintah seperti UU Nomor 20 tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, di mana pemerintah mempunyai
kewajiban untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro. Di samping itu juga
diperkuat oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/M-IND/PER/8/2010
tentang Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sumatera Barat, di mana
terdapat beberapa industri yang menjadi industri unggulan di Sumatera Barat,
yaitu industri pengolahan kakao, industri pengolahan ikan, dan industri
pengolahan makanan ringan. Meskipun demikian, industri makanan khususnya
yang dikelola oleh wanita kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal
wanita wirausaha di Sumatera Barat telah mengurangi angka pengangguran
dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru, menyediakan barang dan jasa
dengan harga yang murah, serta membantu mengatasi masalah kemiskinan.
Implementasi kebijakan pemerintah terkait upaya meningkatkan kinerja usaha
industri mikro dan kecil dinilai belum efektif sehingga pendapatan wanita
wirausaha masih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki wirausaha.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil
beberapa perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana profil wanita wirausaha dan industri makanan ringan yang
terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh?
2. Bagaimana karakteristik personal, lingkungan internal usaha, lingkungan
eksternal usaha dan perilaku kewirausahaan wanita wirausaha pada industri
makanan ringan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik personal, lingkungan internal, lingkungan
eksternal dan perilaku kewirausahaan wanita wirausaha terhadap kinerja
usaha wanita wirausaha pada industri makanan ringan di Kabupaten Lima
Puluh Kota dan Kota Payakumbuh?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis profil wanita wirausaha dan industri makanan ringan yang
terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh.
2. Menganalisis karakteristik personal, lingkungan internal usaha, lingkungan
eksternal usaha dan perilaku kewirausahaan wanita wirausaha pada industri
makanan ringan di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik personal, lingkungan internal usaha,
lingkungan eksternal usaha, dan perilaku kewirausahaan terhadap kinerja
usaha wanita wirausaha pada industri makanan ringan di Kabupaten Lima
Puluh Kota dan Kota Payakumbuh.

8

Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian yang diambil sebagai objek penelitian adalah wanita
wirausaha (wanita pengusaha) yang bergerak di Industri Makanan Ringan di
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh. Penelitian ini berfokus pada
upaya meningkatkan kinerja usaha wanita wirausaha dengan melihat kepada
karakteristik personal, lingkungan internal usaha, lingkungan eksternal usaha, dan
perilaku kewirausahaan wanita wirausaha di Kabupaten Lima Puluh Kota dan
Kota Payakumbuh. Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
suatu studi kasus, sehingga hasil studi ini tidak dapat menyimpulkan kondisi di
wilayah lain karena setiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Wanita Wirusaha dan Alasan Memilih untuk Berwirausaha
Wanita wirausaha merupakan wanita yang memainkan peranan menarik
dengan sering berinteraksi dan aktif menyesuaikan dirinya dengan sosial ekonomi,
keuangan, dan bidang-bidang yang mendukung dalam suatu masayarakat (Pareek
1992 dalam Vazifedoust et al. 2012). Tambunan (2009) membagi wanita
wirausaha dalam tiga kategori yang didasarkan pada bagaimana proses mereka
dalam memulai suatu usaha atau bisnis, yaitu: kesempatan, keterpaksaan, dan
penciptaan. Wanita yang tidak memiliki tujuan yang jelas pada saat memulai
usaha atau bisnis merupakan wanita wirausaha kategori kesempatan. Wanita
wirausaha dalam kategori keterpaksaan adalah wanita yang memulai usaha atau
bisnis meraka karena didesak oleh keadaan. Sedangkan wanita wirausaha kategori
penciptaan adalah wanita yang memulai usaha atau bisnis mereka karena adanya
motivasi dan dorongan oleh orang lain.
Hal utama yang mendorong seorang wanita untuk terjun dalam dunia
kewirausahaan adalah karena ingin menentukan nasib sendiri dan ingin
membangun kekayaan, keinginan untuk memanfaatkan ide-ide bisnis milik
mereka sendiri, pertimbangan harga diri, dan untuk tujuan karir (Cohoon et al.
2010). Wanita memilih mencari karir untuk mendapatkan kepuasan batin mereka
sendiri. Kegiatan kewirausahaan tersebut juga dapat memberikan sarana untuk
mengisi waktu luang mereka. Wanita pengusaha berusaha menyeimbangkan
antara pekerjaan dan keluarganya disamping mempersiapkan dirinya untuk ide-ide
baru (Ramezani et al. 2014).
Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam
melakukan wirausaha telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya di
berbagai negara, khususnya kewirausahaan yang melibatkan wanita. Proses
kewirausahaan untuk pria dan wanita adalah sama. Orang yang sukses dan wanita
pengusaha mempunyai motivasi yang sama, dengan demikian mereka mempunyai
cara yang sama dalam meraih kesuksesan dan juga dengan tantangan yang sama.
Namun dalam prakteknya sebagian besar wanita wirausaha akan menghadapi
masalah yang berbeda dari pria. Masalah utamanya adalah untuk memulai suatu
usaha, wanita terkendala dengan pembiayaan dan kurangnya dukungan dari
keluarga wanita. Faktor eksternal lain yang menghambat adalah diskriminasi

9

gender, kurangnya aksesi nformasi, kurangnya kesempatan pelatihan, serta
kurangnya infrastruktur. Faktor internal seperti penghindaran risiko oleh wanita
serta kurangnya percaya diri sehingga takut gagal untuk melakukan kegiatan
kewirausahaan juga menjadi penghambat bagi wanita untuk melakukan
kewirausahaan (Hattab 2010).
Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Kinerja Usaha Wanita
Wirausaha
Karakter berasal dari bahasa Latin yaitu kharakter, kharassein, dan kharax.
Menurut bahasa yunani character berasal dari kata charassein yang artinya
membuat tajam dan membuat dalam, sedangkan yang lazim di dalam bahasa
Indonesia adalah “karakter” (Suryana dan Bayu 2011). Karakter mengandung
pengertian (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga
membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; (3) seseorang yang
memiliki kepribadian yang eksentrik. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter
diartikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari pada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa membangun karakter (character building) ialah proses mengukir
atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan
berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain (Suryana dan Bayu 2011 dalam
Sumantri 2013). Clleland dalam Suryana dan Bayu (2011) lebih memerinci makna
karakter dimana dapat menyebabkan seseorang ingin berbuat lebih maju dan terus
maju seperti lebih menyukai pekerjaan dengan risiko realistis, bekerja lebih giat
dalam tugas-tugas yang memerlukan kemampuan mental, tidak bekerja lebih giat
karena imbalan uang, ingin bekerja pada situasi dimana dapat diperoleh
pencapaian pribadi, menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi yang
memberikan umpan balik yang positif, dan cenderung berfikir ke masa depan
serta memiliki pemikiran jangka panjang.
Kewirausahaan menjadi istilah popular saat ini, namun tidak semua
pengusaha bisa berhasil dalam bisnis atau kegiatan kewirausahaan. Mereka perlu
karakteristik khusus yang memungkinkan mereka untuk sukses (Li dan Jia 2015).
Karakteristik pengusaha dipelajari secara ekstensif dengan dampak yang beragam
pada usaha kecil (Bouazza et al. 2015). Karakteristik pribadi pengusaha di negara
berkembang diklasifikasikan dalam karakteristik psikologi, karakteristik ekonomi,
karakteristik sosiologi dan kategori umum (Mansfied et al. 1987). Cromie dan
O’Sullivan (1999) menjelaskan bahwa wanita yang bekerja dalam waktu yang
lama pada usaha keluarga mereka akan mendapatkan pengalaman lebih banyak
dari bisnisnya, sementara wanita yang sebelumnya tidak bekerja pada usaha
keluarganya akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan sehigga mereka
membuat kemajuan yang lebih dalam karir mereka, tetapi menghadapi masalah
pengalaman.
Karakteristik wirausaha yang meliputi kecerdasan intra personal (kecakapan
pribadi) dan kecerdasan inter personal (kecakapan sosial) memengaruhi tingkat
keberhasilan usaha pada sentra usaha kecil (Wijayanto 2013). Hofer dan Sandberg
(dalam Hunger et al. 2003) juga telah mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor

10

yang berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil terutama untuk usaha baru, faktorfaktor tersebut adalah struktur industri, strategi bisnis, dan karakter wirausaha.
Seorang wirausaha harus memiliki beberapa karakteristik berikut agar
berhasil, yaitu: memiliki rasa percaya diri untuk bekerja secara independen, kerja
keras, dan memahami risiko sebagai bagian dari upaya meraih sukses; memiliki
kemampuan organisasi, dapan menentukan tujuan, berorientasi hasil, dan
memiliki tanggung jawab terhadap hasilnya baik maupun buruk; kreatif dan selalu
mencari celah-celah untuk kreatifitasnya; menyukai tantangan dan mendapatkan
kepuasan pribadi ketika berhasil mencapai ide-idenya (Steinhoff dan Burgess
1993).
Kuratko dan Hodgetts (2007) menyatakan bahwa pendekatan individual
terdiri dari kebutuhan untuk prestasi, locus of control, kepuasan kerja,
pengalaman kerja sebelumnya, kegiatan kewirausahaan yang dilakukan orang tua,
usia, dan pendidikan. Pengusaha cenderung dan harus memiliki kebutuhan untuk
berprestasi, pengusaha dengan tingkat kebutuhan berprestasi yang tinggi bisanya
mencoba untuk menetapkan tujuan yang sulit untuk diri mereka sendiri dan
berniat untuk mencapai tujuan mereka sehingga mereka menjadi antusias dan
berusaha untuk mengembangkan dirinya (Fine et al. 2012). Chell (2008) juga
mengemukakan bahwa seorang individu yang menginginkan prestasi yang tinggi
akan mencoba menghabiskan waktu untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik
atau untuk mencoba sesuatu yang penting. Individu-individu yang mempunyai
prestasi tinggi akan berusaha untuk mencari solusi bagi masalah.
Locus of control adalah karakteristik lain yang sering dikaitkan dengan
kewirausahaan. Teori ini dikembangkan Rotter pada tahun 1960 (Chell 2008).
Teori locus of control dilihat dari sudut yang bebeda untuk memahami individu
dari lingkungan sosial dan pengetahuan yang diperoleh, lokus kontrol individu
dapat berupa eksternal dan internal (Westhead et al. 2011). Pengusaha dengan
tingkat lokus kontrol internal yang tinggi biasanya melihat diri mereka sebagai
individu yang memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang lebih baik sehingga
menjadi lebih inovatif (Ahmad 2010). Individu dengan lokus kontrol eksternal
percaya bahwa apa yang terjadi pada mereka adalah hasil dari kekuatan di luar
kendali mereka. Namun di sisi lain, individu dengan lokus kontrol internal
percaya bahwa masa depan mereka dapat dikontrol dengan upaya mereka sendiri
(Littunen 2000).
Hisrich dan Brush (1984) mendeskripsikan bahwa karakteristik wanita
wirausaha dalam penelitian mereka pada umumnya hampir sama dengan laki-laki
wirausaha. Di samping itu mereka juga menyebutkan bahwa wanita wirausaha
rata-rata berasal dari kelas menengah, telah menikah dan mempunyai anak, serta
mendukung pekerjaan suaminya. Penelitian yang mereka lakukan juga
menekankan pada pentingnya wanita wirausaha memperoleh pengetahuan
keuangan dan akuntansi serta bagaimana mereka mendapatkan akses terhadap
modal awal. Meskipun wanita secara umum lebih berpendidikan dari rekan
mereka yang laki-laki, namun Hisrich dan Brush (1984) menyimpulkan bahwa
wanita harus berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang lebih mengenai
keuangan dan kebutuhan keuangan bisnis mereka, termasuk persyaratan
perbankan, dan proses peminjaman. Lebih lanjut Brush dan Hisrich (1991)
melakukan pengujian terhadap tiga dimensi yaitu: karakteristik personal,
pengalaman, dan faktor lingkungan. Dari tiga dimensi tersebut ditemukan bahwa

11

pengalaman, keterampilan bisnis, dan faktor personal berhubungan terhadap
pertumbuhan usaha. Hisrich et al. (2008) membagi karakteristik personal dalam
kewirausahaan yang meliputi pendidikan, nilai-nilai pribadi, usia, pengalaman
kerja, dukungan jaringan moral, dan dukungan jaringan profesional. Sorensen dan
Chang (2006) karakteristik individu dalam kewirausahaan yang menentukan
keberhasilan bisnis meliputi: (1) Faktor psikologis, pada faktor psikologis yang
memengaruhi kinerja bisnis meliputi kebutuhan untuk berprestasi, locus of
control, dan sifat pribadi; (2) Pendidikan dan pengalaman, tingkat pendidikan
seorang wirausaha berhubungan positif terhadap kinerja bisnis. Semakin tinggi
pendidikan dianggap memiliki dampak yang lebih baik dalam berwirausaha
karena fakta tersebut mencerminkan bahwa mereka lebih mampu. Blackman
(2003) karakteristik pengusaha dibagi menjadi dua jenis: (1) Atribut, atribut
karakteristik yang dimiliki pengusaha meliputi usia, jenis kelamin, agama,
pengaruh keluarga; (2) Pencapaian, kualifikasi pencapaian meliputi pendidikan
dan pengalaman bisnis.
Pengusaha memiliki karakteristik berbeda-beda. Oleh karena itu perlu untuk
memahami hubungan antara karakteristik pengusaha dengan kinerja usaha. Hasil
sebelumnya menunjukkan bahwa kinerja usaha ditentukan oleh nilai pribadi
pengusaha (Street dan Cameron 2007; Nimalathasan 2008). Solichin (2005)
membuktikan bahwa karakteristik wirausaha memiliki pengaruh yang berarti
terhadap pertumbuhan bisnis serta variabel iklim usaha memberi pengaruh yang
berarti terhadap usaha. Street dan Cameron (2007) melaporkan bahwa kinerja
bisnis ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: karakteristik individu, karakteristik
organisasi. Zoysa dan Herath (2007) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
jiwa pengusaha dengan kinerja usaha pada berbagau tahap pertumbuhan bisnis,
hal ini didukung oleh Nimalathasan (2008) yang menyatakan adanya hubungan
positif antara karakteristik dengan kinerja bisnis. Herron dan Robinson (1993)
berpendapat bahwa pengalaman, pelatihan, pendidikan dan latar belakang
keluarga pengusaha serta variabel demografi lainnya dianggap sebagai faktor yang
memngaruhi kompetensi kewirausahaan dan kinerja bisnis.
Keterkaitan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha yang
dijelaskan oleh Nurhayati et al. (2012) dalam penelitiannya pada unit usaha kecilmenengah (UKM) di Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa karakteristik
kewirausahaan yang meliputi percaya diri (self confidence), keberanian
mengambil risiko (provensity to take risk), inovatif (innovativeness), ketekunan
atau kerja keras (hardworking), semangat (enthusiasm), dan toleransi terhadap
ketidakpastian (tolerance for uncertainty) berpengaruh positif terhadap kompetisi
dan kinerja usahanya secara simultan. Di samping itu, kinerja wanita wirausaha
akan lebih baik jika wanita wirausaha tersebut memperoleh akses ke jaringan
teknis dan pelatihan bisnis (Teoh et al. 2007; Roomi et al. 2009).
Hasil penelitian terdahulu yang lain dilakukan oleh Sumantri (2013)
mengenai pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap kinerja usaha wirausaha wanita
pada industri pangan rumahan di Bogor menunjukkan bahwa karakteristik
personal wirausaha merupakan variabel yang paling penting dalam meningkatkan
kinerja usaha wanita wirausaha. Hal ini disebabkan karena wanita wirausaha
kurang mendapatakan perhatian terkait pengembangan sumberdaya manusia
wanita wirausaha tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2008) juga

12

menunjukkan bahwa karakteristik pemilik perusahaan (karakteristik personal)
secara langsung, positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal Usaha terhadap Kinerja
Usaha Wanita Wirausaha
Perubahan lingkungan yang sangat cepat mengakibatkan tingginya dinamika
lingkungan yang selanjutya menimbulkan ketidakpastian lingkungan yang
dihadapi oleh suatu perusahaan atau organisasi Rosdiana et al. (2005). Milliken
(1997) ketidakpastian sebagai rasa ketidakmampuan untuk memprediksi sesuatu
secara tepat. Smith (2007) mendifinisikan lingkungan bisnis sebagai semua faktor
atau variabel, baik dari dalam maupun dari luar organisasi yang dapat
mempengaruhi kelanjutan dan kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan. Okoh
dan Munene (1986) mengemukakan dua pandangan dalam literatur-literatur
mengenai lingkungan. Yang pertama adalah pandangan antar organisasi, yang
menganggap lingkungan sebagai sekumpulan orang, kelompok dan organisasi lain
yang menyediakan input. Dan yang kedua bahwa lingkungan adalah seperangkat
kondisi sosial, ekonomi, dan kondisi teknologi secara umum. Obasan (2001)
lingkungan bisnis merupakan keseluruhan kekuatan fisik dan sosial serta lembaga
yang relevan dengan tujuan yang diinginkan yang menjadi pertimbangan dalam
membuat rencana dan keputusan bisnis.
Kinerja suatu perusahaan akan baik apabila melakukan proses analisis
terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal dan menentukan strategi
yang kompetitif (Longenecker et al. 2003). Lebih lanjut Beal (2000) menyatakan
bahwa perusahaan yang mampu menyesuaikan dan memiliki fleksibilitas yang
tinggi dengan lingkungan memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan
perusahaan yang kurang menyesuaikan dengan lingkungan. Kemampuan tersebut
akan mendorong lahirnya strategi-strategi dalam pelaksanaan usaha yang mampu
menjadi solusi agar perusahaan dapat mempertahankan perusahaan dan
meningkatkan profitabilitas perusahaan (David 2003).
Hasil penelitian Munizu (2010) bahwa kinerja usaha perusahaan kecil dan
menengah dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Lingkungan internal meliputi aspek sumber