Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja Secara Regional Di Provinsi Sumatera Barat ( Periode Tahun 2009- 2013)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENYERAPAN TENAGAKERJA SECARA REGIONAL DI PROVINSI
SUMATERA BARAT
(PERIODE TAHUN 2009-2013)

ROSY NOVIZA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi

Sumatera Barat (Periode Tahun 2009-2013) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Rosy Noviza
NIM H14110011

ABSTRAK
ROSY NOVIZA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan
Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat ( Periode Tahun 20092013). Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya
di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja.
Pertumbuhan setiap sektor ekonomi perlu ditingkatkan di Provinsi Sumatera Barat
sebagai salahsatu solusi dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan. Tujuan dari
penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang penyerapan tenagakerja di

Provinsi Sumatera Barat serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenagakerjanya. Data yang digunakan berbentuk data panel tahunan
(2009-2013) terdiri dari jumlah tenagakerja merupakan variabel terikat, sedangkan
variabel bebasnya yaitu PDRB riil, upah rill, dan harga secara keseluruhan
diambil dari 19 kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat. Metode analisis
yang digunakan yaitu metode analisi regresi data panel. Hasil penelitian
menunjukkan selama tahun 2009-2013 penyerapan tenagakerja secara umum
mengalami peningkatan per kabupaten dan kota. Variabel PDRB riil berpengaruh
signifikan positif sedangkan upah riil berpengaruh signifikan negatif terhadap
penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat.
Kata kunci: Data Panel, PDRB, Harga, Tenagakerja, Upah
ABSTRACT
ROSY NOVIZA. Analysis of Factors Affecting of Labor Absorption on a
Ragional Basis in West Sumatra Province (period 2009-2013). Supervised by
MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.
Economic development is essentially an attempt to improve the quality of
life. Implementation of economic development, especially in the field can not be
separated from the growth of employment. The growth of any sector of economy
needs to be improved in West Sumatra Province as one of the solutions in
reducing the employment problems. This study aims to provide an overview of

labor absroption in West Sumatra as well as analyzing the factors that affect the
absorption of the workforce. The data used in this study is an annual panel data
(2009-2013) consists of the number of labor is a dependent variable, while the
independent variable is the real GRDP, real wage, and the overall price is taken
from 19 counties and cities in West Sumatra Province. The analytical method
used is a panel data regression analysis method. The results showed that during
the year 2009-2013 the labor absorption in general has increased by the counties
and cities. Real GRDP variable affects significantly positive, while real wage
affects significantly negative on labor absorption in West Sumatra province.
Keyword: GRDP, Labor, Panel data, Price, Wage.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENYERAPAN TENAGAKERJA SECARA REGIONAL DI
PROVINSI SUMATERA BARAT
(PERIODE TAHUN 2009-2013)

ROSY NOVIZA

Skripsi
Sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

vii

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa
salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia
Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir
zaman.

Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat ( Periode
Tahun 2009-2013)”, ini merupakan salahsatu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Ayah Drs. Kardinal, M.M.
dan Ibu Helwa S.Pd.SD. serta kakak Romy Sastra dan adik tercinta dari penulis
Roviko Seprinal dan Roviko Dio Petri atas segala doa dan dukungan yang selalu
diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Muhammad Findi A, M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Dr.
Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si. selaku dosen penguji dari komisi
pendidikan atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk perbaikan
skripsi.

3.
Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4.
Sahabat terbaik Intan Bareno, Olivia, Melga, Haridul, Nia, Hilda, Wiwi, Sri,
Eyis, Tia, Tari, Cipta, Ziga, Titin, Suchy, Sastra, Suci Dara, Faris, Ulfa,
Heri, Fadli yang telah memberikan motivasi dan doa.
5.
Teman satu bimbingan, Widya, Zulfa, Kemal, Rachmat yang telah
memberikan masukan dan doa.
6.
Teman-teman Ilmu Ekonomi 48, Ratih, Siti Karimah, Asia, Debrina, Riana,
Ginawati, Aulia, Vita Nayunda, Neva, Dendy, Sauqi, Nuraryani, dan yang
lainnya atas dukungan dan motivasinya.
7.
Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015


Rosy Noviza

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 4
Konsep Tenagakerja

4

Teori Permintaan Tenagakerja

5

Tingkat Penyerapan Tenagakerja


7

Penelitian Terdahulu

8

Kerangka Pemikiran

10

Hipotesis Penelitian

10

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 11
Jenis dan Sumber Data

11


Metode Pengolahan Data

11

Regresi Panel Data

11

Metode Fixed Effect

12

Metode Random Effect

13

Uji Kesesuaian Model

14


Uji Pelanggaran Asumsi

15

Perumusan Model Penelitian

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

16

Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2013 16

Gambaran Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009-2013
18
Hasil Analisis Model Regresi

20

Hasil Estimasi Model

20

Uji Asumsi Klasik

21

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2009-2013
21
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 22
Simpulan

22

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 25

xii

DAFTAR TABEL
1. Keadaaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013
2
2. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama
tahun 2009-2013
3
3. Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya
15
4. Penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat (dalam
jiwa)
19
5. Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara
regional di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013
20

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.

Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah tetap .......................................... 6
Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah menurun .................................... 6
Kerangka pemikiran penelitian....................................................................... 10

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data jumlah tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat
Lampiran 2 Data PDRB riil dan PDRB nominal
Lampiran 3 Data Upah riil
Lampiran 4 Data Harga (GRDP deflator)
Lampiran 5 Uji PLS dan Uji REM
Lampiran 6 Uji FEM
Lampiran 7 Uji Chow
Lampiran 8 Uji Hausman

25
26
27
27
28
29
29
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya
di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja.
Kesempatan kerja, kuantitas serta kualitas tenagakerja menjadi indikator penting
dalam pembangunan ekonomi, karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam
pembangunan, yaitu : (1) tenagakerja sebagai sumber daya untuk menjalankan
proses produksi dan distribusi barang dan jasa, dan (2) tenagakerja sebagai sarana
untuk menimbulkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut
memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus
dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenagakerja merupakan motor
penggerak dalam pembangunan (Suroto 1992) dalam tulisan Prihartanti (2007).
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita penduduk
suatu negara dalam jangka panjang. Bertujuan menciptakan pertumbuhan dan
peningkatan sumberdaya manusia dimana negara Indonesia secara potensial
mampu mengembangkan sumberdaya manusianya, untuk peningkatan dalam
penyerapan tenagakerja nasional dan regional.
Bidang ketenagakerjaan merupakan salahsatu hal yang sangat esensial
dalam usaha memajukan perekonomian bangsa (Akmal 2010). Perekonomian
bangsa terlihat maju dilihat dari kualitas tenagakerjanya dan pertumbuhan
ekonominya serta lapangan pekerjaan yang tersedia, apakah lapangan kerja
tersedia tersebut sesuai dengan yang diinginkan sang pencari kerja serta dapat
mempraktekkan ilmu yang sudah di dapat selama dididik, dan kualitas diri
seorang pencari kerja dapat menunjang peningkatan hasil produksi negara dan
lainnya sehingga perekonomian nasional menjadi maju dan pendapatan perkapita
penduduk meningkat setiap periodenya dan penyerapan tenagakerjanya.
Kesempatan kerja merupakan salahsatu indikator untuk menilai
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara (Akmal 2010). Kesempatan
kerja dipengaruhi oleh faktor upah tenagakerja, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), dan harga. Adanya kesempatan kerja merupakan peluang bagi
masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga.
Kesempatan kerja sama halnya dengan permintaan tenagakerja di pasar
tenagakerja, oleh karena itu kesempatan kerja sama dengan lowongan kerja yang
tersedia di dunia kerja. Semakin meningkat kegiatan pembangunan akan semakin
banyak kesempatan kerja tersedia. Semakin besar kesempatan kerja bagi
tenagakerja maka kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan
sebaliknya. Di sisi lain meningkatnya jumlah angkatan kerja dalam waktu yang
cepat dan jumlah yang tinggi, sementara kesempatan kerja sangat terbatas akan
menyebabkan
pengangguran.
Pengangguran
penyebab
permasalahan
ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak langsung yang akan berkaitan
dengan masalah lainnya seperti ketidakmerataan pendapatan, kemiskinan,
perlambatan ekonomi dan lainnya.

2

Tabel 1 Keadaaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013
No
1
2

3

Jenis Kegiatan
Penduduk Berumur 15
Tahun Ke Atas (ribu jiwa)
Angkatan Kerja (ribu
jiwa)
a. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%)
b. Bekerja (ribu jiwa)
c.Penganguran Terbuka
(ribu jiwa)
d.Tingkat Pengangguran
Terbuka (%)
Bukan Angkatan Kerja
(ribu jiwa)
a. Sekolah (ribu jiwa)
b. Mengurus Rumah
Tangga (ribu jiwa)
c. Lainnya (ribu jiwa)

Tahun
2009

2010

2011

2012

3 056.3

3 306.3

3 344.4

3 956.2 3 523.2

2 289.1

2 194

2 213.5

2 250.8 2 216.7

66.5

93.1

66.2

1 426.2

2 041.5

2 070.7

95.6

152.6

142.8

150.9

155.6

6.3

6.9

6.5

6.7

7.0

767.3

1 112.2

1 130.8

204.7

384.3

315.7

363.4

346.9

417.7

567.6

599.9

624.2

663.3

144.9

196.3

215.2

215.2

259.5

62.9

2013

62.9

2 099.9 2 061.1

1 201.1 1 269.8

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010, 2011, 2012, 2013,
dan 2014.

Berdasarkan tabel 1 dijelaskan tentang keadaan ketenagakerjaan di
Sumatera Barat tahun 2009 sampai dengan 2013 atau lima tahun terakhir.
Mengacu pada indikator jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas setiap
tahunnya meningkat, peningkatan signifikan dari tahun 2011 ke tahun 2012
sebesar 611.8 ribu jiwa. Namun terjadi penurunan pada tahun 2013 sebesar 433
ribu jiwa. Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya lima periode terakhir tahun 2009
sampai dengan 2013 juga mengalami fluktuatif yaitu penurunan pada tahun 2010,
meningkat lagi tahun 2011 namun terjadi penurunan lagi pada tahun 2013,
sedangkan jumlah bukan angkatan kerja terjadi peningkatan yang signifikan dari
tahun 2011 ke 2012 sebesar 574 ribu jiwa dan penurunan tahun 2013 sebesar
398.9 ribu jiwa, lebih dari setengah peningkatan pada tahun 2012.
Tabel 2 berikut menjelaskan tentang penduduk berusia 15 tahun ke atas
yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama periode lima tahun terakhir 2009
hingga 2013. Lapangan pekerjaan utama terdiri dari sembilan sektor ekonomi.
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenagakerja,
selanjutnya sektor perdagangan dan jasa kemasyarakan, yang sektor industri.
Keempat sektor tersebut merupakan sektor-sektor penyerapan tenagakerja
terbanyak dibandingkan lima sektor lainnya.

3

Tabel 2 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan
utama tahun 2009-2013
No.
1
2
3
4
5

Lapangan
Pekerjaan Utama
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Kemasyarakatan
Lainnya *)

2009
907.3

Tahun ( ribu jiwa)
2010
2011
2012
900.3 813.7
827.3

2013
817.9

131.1
415
286.7

138.3
406.2
339.4

153.1
441.8
347.7

159.0
431.8
325.9

132.3
472.8
354.4

258.9

2572

314.4

293.6

283.7

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010, 2011, 2012, dan 2013.
Catatan: *) Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan,
Angkutan, Keuangan, Pergudangan, Komunikasi, Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan.

Berdasarkan pemaparan singkat sebelumnya yang akan menjadi dasar
penulis dalam melanjutkan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
memengaruhi penyerapan tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera
Barat.
Perumusan Masalah
Permasalahan utama dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada
tingkat kesempatan kerja (Akmal 2010). Provinsi Sumatera Barat belum mampu
memperluas lapangan kerja terlihat dari keadaan ketenagakerjaan di Provinsi
Sumatera Barat pada tahun 2013 menunjukkan adanya penurunan jumlah angkatan
kerja dan penduduk yang bekerja serta peningkatan jumlah pengangguran. Jumlah
pengangguran tahun 2013 meningkat sebanyak 8,5 ribu orang jika dibandingkan
dengan keadaan tahun 2012, dan meningkat sebanyak 7,9 ribu orang dibandingkan
dengan keadaan tahun 2011. Meningkatnya jumlah pengangguran pada periode 20122013 merupakan kontribusi dari meningkatnya jumlah pengangguran laki-laki yang
tercatat mengalami peningkatan sebanyak 11,3 ribu orang, sedangkan jumlah
penganggur perempuan justru turun sebanyak 2,9 ribu orang.
Provinsi Sumatera Barat yang masih di domniasi oleh sektor pertanian dalam
penyerapan tenagakerjanya dan sedikit kesempatan bagi pencari kerja di sektor-sektor
lain disebabkan ketebatasan kesempatan tersebut inilah yang penyebab pengangguran
yang setiap tahun hampir meningkat di Provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan uraian di atas khususnya terkait penyerapan tenagakerja di
Provinsi Sumatera Barat dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran kondisi penyerapan tenagakerja secara reginoal di
Provinsi Sumatera Barat ?
2. Bagaimana pengaruh PDRB riil, upah riil dan harga terhadap penyerapan
tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat ?

4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran kondisi penyerapan tenagakerja secara regional di
Provinsi Sumatera Barat
2. Menganalisis pengaruh PDRB riil, upah riil dan harga terhadap penyerapan
tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang gambaran
mengenai penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat
yang dipengaruhi oleh PDRB riil, upah riil dan harga sehingga dapat dijadikan
acuan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan. Selain itu
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi
masyarakat dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup Penelitian
Indikator dalam penelitian ini adalah jumlah tenagakerja di Provinsi
Sumatera Barat selama tahun 2009 hingga 2013 dengan menganalisis variabelvariabel bebas yang diduga memengaruhi penyerapan tenagakerja, yaitu PDRB
riil, upah riil dan harga.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Tenagakerja
Tenagakerja adalah penduduk dengan batas umur minimal 10 tahun tanpa
batas maksimal (Simanjuntak 2001) dalam tulisan Setiawan (2010). Berdasarkan
hal tersebut pencari kerja di Indonesia berumur 10 tahun atau lebih, dan batas
minimal mencari kerja adalah umur 10 tahun. Tenagakerja terdidik adalah
tenagakerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu
(Sukirno 2003).
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 1, tenagakerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah dan atau imbalan dalam bentuk lain.
Tenagakerja atau yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk
yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi
menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur.

5

Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan
memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam
secara terus-menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud
dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang
pernah bekerja dan penduduk yang belum penuh bekerja.
Penduduk yang tidak aktif secara ekonomi digolongkan dalam kelompok
bukan angkatan kerja yang terdiri dari kelompok mereka yang bersekolah,
kelompok yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah
tangga tanpa memperoleh upah dan golongan lainnya (DEPNAKERTRANS
2007). Golongan yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga
sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja sehingga kelompok ini dapat juga
disebut sebagai angkatan kerja potensial. Sektor formal didefinisikan sebagai
usaha yang dimiliki badan usaha dengan memiliki tenagakerja, sedangkan sektor
informal adalah usaha yang dilakukan sendiri atau dibantu orang lain dan atau
pekerja bebas serta pekerja yang tak dibayar.
Teori Permintaan Tenagakerja
Teori permintaan tenagakerja adalah teori yang menjelaskan seberapa
banyak suatu perusahaan akan mempekerjakan tenagakerja dengan berbagai
tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan atas tenagakerja berlainan
dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang
karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada pembeli. Akan tetapi bagi
pengusaha, mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi
barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, pertambahan
permintaan pengusaha terhadap tenagakerja tergantung dari pertambahan
permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu,
permintaan akan tenagakerja merupakan permintaan turunan (derived demand)
(Simanjuntak 1998).
Fungsi permintaan tenagakerja biasanya didasarkan kepada teori
neoklasik, dimana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa seorang pengusaha
tidak dapat memengaruhi harga (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba,
pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah karyawan yang dapat
dipekerjakan.
Fungsi permintaan suatu perusahaan akan tenagakerja didasarkan pada :
(1) tambahan hasil marjinal yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh
pengusaha dengan penambahan seorang pekerja. Tambahan hasil tersebut
dinamakan tambahan hasil marjinal atau marjinal physical product dari
tenagakerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal yaitu jumlah uang yang akan
diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut. Jumlah uang ini
dinamakan penerimaan marjinal atau marjinal revenue (MR). Penerimaan
marjinal disini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan
harga per unit, sehingga MR = VMPPL = MPPL . P, dan (3) biaya marjinal yaitu
jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha dengan mempekerjakan tambahan
seorang karyawan, dengan kata lain upah karyawan tersebut.
Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal,
maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha,

6

sehingga pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih
besar dari tingkat upah (w) (Simanjuntak, 1998). Peningkatan permintaan
pengusaha terhadap tenagakerja tergantung dari pertambahan permintaan
masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan
masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan oleh sektor industri, maka jumlah
tenagakerja yang diminta oleh suatu perusahaan akan semakin meningkat dengan
asumsi tingkat upah tetap. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Bellante dan Jackson, 1990

Gambar 1 Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah tetap

Keterangan :
VMPP = Value Marginal Physical Product of Labor (Nilai Pertambahan Hasil
Marjinal Tenagakerja)
P
= Harga jual barang per unit
DL
= Permintaan Tenagakerja
W
= Upah
L
= Tenagakerja
Peningkatan jumlah tenagakerja oleh perusahaan tidak dilakukan untuk
jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang
dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, perusahaan akan lebih mengoptimalkan
jumlah tenagakerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan
mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang, kenaikan jumlah permintaan
masyarakat akan direspon oleh perusahaan dengan menambah jumlah tenagakerja
yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenagakerja
baru. Suatu perusahaan akan melakukan penyesuaian penggunaan tenagakerja
tergantung dari tingkat upahnya. Jika w mengalami penurunan, maka perusahaan
akan meningkatkan jumlah tenagakerja yang dibutuhkan. Penurunan tingkat upah
dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Bellante dan Jackson, 1990

Gambar 2 Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah menurun

7

Pada Gambar 2, kurva DL melukiskan besarnya nilai hasil marjinal
tenagakerja (VMMPL) untuk setiap penggunaan tenagakerja. Dengan kata
lain,menggambarkan hubungan antara tingkat upah (W) dan penggunaan
tenagakerja yang ditunjukkan oleh titik L1, dan L*. Pada Gambar 2.3, terlihat
bahwa pada kondisi awal tingkat upah berada pada W1 dan jumlah tenagakerja
yang digunakan adalah L1. Jika tingkat upah di suatu perusahaan diturunkan
menjadi W*, maka jumlah tenagakerja yang diminta meningkat menjadi L*.
Permintaan tenagakerja adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas
tenagakerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan. Secara khusus,
suatu kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum yang dikehendaki
seorang pembeli untuk membelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka
waktu tertentu. Dalam hal tenagakerja, kurva permintaan menggambarkan jumlah
maksimum
tenagakerja
yang
seorang
pengusaha
bersedia
untuk
mempekerjakannnya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu
tertentu (Jakckson 1983: 25).
Hukum Permintaan tenagakerja pada hakekatnya adalah semakin rendah
upah dari tenagakerja maka semakin banyak permintaan dari tenagakerja tersebut.
Apabila upah yang diminta besar, maka perusahaan akan mencari tenagakerja lain
yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh
banyak faktor, yang diantaranya adalah besarnya jumlah penduduk, harga dari
tenagakerja (upah) dan skill yang dimiliki oleh tenagakerja tersebut. Selain itu,
faktor-faktor eksternal seperti terjadinya krisis moneter juga sangat memengaruhi
struktur penyerapan tenagakerja dalam suatu perekonomian (Galbraith dan Darity
dalam Fudjaja 2002).
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk
bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (BPS 2003). Kesempatan
kerja ini akan menampung semua tenagakerja apabila unit usaha atau lapangan
pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenagakerja
yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi
di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.
Tingkat Penyerapan Tenagakerja
Penyerapan tenagakerja didefinisikan sebagai jumlah tenagakerja yang
terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu (Rahardjo 1984) dalam penelitian
Prihartanti (2007). Penyerapan tenagakerja diturunkan dari fungsi produksi suatu
aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan
(faktor produksi) ke dalam output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu
proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenagakerja
(L) dan modal (K), maka produksinya adalah:
Qt = f(Lt, Kt)
(1)
sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut
model Neoklasik adalah sebagai berikut:
πt = TRt – TCt
(2)
di mana:
TRt = Pt . Qt
(3)
Dalam menganalisis penentuan penyerapan tenagakerja, diasumsikan
bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu modal (K) dan tenagakerja (L).

8

Tenagakerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (W)
sedangkan untuk modal (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r).
TCt = rt Kt + Wt Lt
(4)
dengan mensubstitusi persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh :
πt = TR – TC
(5)
πt = Pt . Qt - rt Kt + Wt Lt
(6)
Wt Lt = Pt . f(Lt, Kt) – rt Kt – πt
(7)
Lt = [Pt . f(Lt, Kt)]/Wt – rt Kt/Wt – πt/Wt
(8)
Lt = [Pt.Qt]/Wt- rt Kt- πt/Wt
(9)
di mana:
Lt
= permintaan tenagakerja
Wt
= upah tenagakerja
Pt
= harga jual barang per unit
Kt
= Kapital (Investasi),
rt
= tingkat suku bunga
Qt
= output (PDRB).
Semua variabel tersebut di atas diukur pada waktu tertentu.
Penelitian Terdahulu
Tinjauan empiris diperoleh dari beberapa pemaparan penelitian terdahulu
sebagai berikut :
Akmal (2010) menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenagakerja di Indonesia menggunakan metode analisis kuantitatif
dengan regresi panel data. Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007,
secara umum terjadi peningkatan jumlah tenagakerja di Indonesia. Jawa Barat,
Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki tingkat
penyerapan tenagakerja yang paling tinggi.
Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenagakerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenagakerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak
belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap
penyerapan tenagakerja. Kenaikan penyerapan tenagakerja akibat kenaikan UMP
diduga lebih dirasakan pada kelompok tenagakerja kerja terdidik. Selain itu juga
diduga akibat tingginya permintaan tenagakerja di sektor jasa-jasa, industri
pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenagakerja, ceteris paribus.
Berdasarkan penelitian Prihartanti (2007) tentang analisis faktor-faktor
yang memengaruhi penyerapan tenagakerja sektor industri di Kota Bogor. Data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder tahunan dari tahun
1994 sampai 2005. Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
Tenagakerja, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor.
Variabel yang digunakan dalam model ini adalah variabel upah, investasi, PDRB,
jumlah perusahaan industri serta dummy krisis. Penelitian ini menggunakan
analisis model regresi linier berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least
Squares).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenagakerja pada sektor industri pada taraf nyata 5 persen adalah

9

upah, investasi, PDRB, jumlah unit usaha dan dummy krisis. Untuk variabel upah
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenagakerja sektor
industri di Kota Bogor. Peningkatan upah di sektor industri yang tidak disertai
dengan meningkatnya penerimaan yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan
penyerapan tenagakerja di sektor industri menurun.
Variabel investasi secara signifikan memberikan pengaruh yang positif
terhadap penyerapan tenagakerja. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa
dengan meningkatnya nilai investasi, maka jumlah perusahaan yang bergerak
pada sektor industri akan mengalami peningkatan sehingga menimbulkan
peningkatan penyerapan akan tenagakerja pada sektor industri.
Variabel PDRB memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan
tenagakerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat nilai PDRB di Kota
Bogor pada sektor industri, maka dapat meningkatkan investor yang ingin
menanamkan modalnya di Kota Bogor. Dengan semakin banyaknya investor di
Kota Bogor akan menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan tenagakerja
pada sektor industri.
Variabel jumlah unit usaha yang ada di Kota Bogor secara signifikan
berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja khususnya pada sektor
industri. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan berkembangnya perusahaanperusahaan baru khususnya pada sektor industri akan mengakibatkan semakin
meningkatnya jumlah penyerapan tenagakerja di sektor tersebut.
Variabel dummy krisis telah memberikan pengaruh yang positif terhadap
penyerapan tenagakerja pada sektor industri, yaitu dengan adanya krisis ekonomi
akan menyebabkan penyerapan tenagakerja meningkat. Hal ini ditunjukkan ketika
krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 lalu berakhir, banyak karyawan
Korban PHK yang mulai menciptakan lapangan pekerjaan baru seperti Industri
Kecil, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan akan penyerapan
tenagakerja.
Sulistiawati (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh upah minimum
terhadap penyerapan tenagakerja dan kesejahteraan masyarakat di provinsi di
Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatori, yaitu suatu
penelitian yang menjelaskan hubungan kuasal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis. Hasil dari penelitian ini adalah Upah berpengaruh signifikan
dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenagakerja.
Koefisien jalur yang bertanda negatif bermakna bahwa pengaruh upah
terhadap penyerapan tenagakerja adalah tidak searah, artinya apabila terjadi
kenaikan upah, maka berpotensi untuk menurunkan penyerapan tenagakerja,
terutama tenagakerja yang produktivitasnya rendah. Penyerapan tenagakerja
berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap
kesejahteraan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa pengaruh penyerapan
tenagakerja terhadap kesejahteraan masyarakat berjalan searah, artinya apabila
penyerapan tenagakerja meningkat, maka akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Terakhir berdasarkan penelitian Furqon (2014) tentang analisis pengaruh
PDRB, upah minimum, jumlah unit usaha dan investasi terhadap penyerapan
tenagakerja pada sektor industri manufaktur di Kabupaten Gresik tahun 19982012. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan
menggunakan data time series dari tahun 1998-2012.

10

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah PDRB sektor
industri, upah minimum, jumlah unit usaha dan investasi, sedangkan variabel
dependenya adalah penyerapan tenagakerja sektor industri manufaktur. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan keempat variabel independen
dalam penelitian berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangakan secara
parsial variabel PDRB sektor industri dan jumlah unit usaha berpengaruh positif
dan signifikan, adapun variabel Upah Minimum dan investasi secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenagakerja sektor industri
manufaktur di Kabupaten Gresik.
Kerangka Pemikiran
Pengangguran menjadi salahsatu masalah di Indonesia khususnya
Sumatera Barat, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
yang akan dijabarkan pada Gambar 1 tentang alur penelitian. Penelitian ini
memamparkan tentang pengaruh PDRB riil, Upah riil dan Harga terhadap
penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.
Tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat
Gambaran Kondisi Penyerapan
Tenagakerja secara Regional di
Provinsi Sumatera Barat (2009-2013)

Faktor-faktor yang Memengaruhi
Penyerapan Tenagakerja secara
Regional di Provinsi Sumatera
Barat

PDRB Riil

Implikasi Kebijakan

Upah Riil

Harga

Analisis Regresi Panel Data

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan dan penelitian terdahulu maka penulis dapat menduga
melalui hipotesis:
1. PDRB riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja
secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

11

2. Upah riil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja
secara regional di Provinsi Sumatera Barat.
3. Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja
secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua jenis data : (1) time
series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan
selama lima tahun 2009-2013, sedangkan data cross section sebanyak sembilan
belas yang menunjukkan jumlah kabupaten/kota di Sumatera Barat yang diteliti.
Sembilan belas kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam,
Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok Selatan,
Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Solok,
Kota Sawah Lunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh,
Kota Pariaman. Variabel-variabel ekonomi yang digunakan adalah tenagakerja,
PDRB riil, Upah riil dan Harga.
Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait sesuai
dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan media
yang dimaksud adalah BPS, perpustakaan, artikel, dan internet.
Metode Pengolahan Data
Untuk menganalisis gambaran kondisi penyerapan tenagakerja secara
regional di Provinsi Sumatera Barat dipresentasikan secara deskriptif. Untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara
regional di Provinsi Sumatera Barat digunakan metode analisis kuantitatif dengan
analisis regresi panel data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
software Microsoft Excel dan E-views 6.1. Hasil pengolahan data dan penjelasan
analisisnya dipaparkan dalam bab pembahasan.
Regresi Panel Data
Data panel (pooled data) atau disebut juga data longitudinal merupakan
gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah
data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan
data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap
suatu individu (Gujarati 2003).
Terdapat dua keuntungan penggunaan model data penel dibandingkan data
time series atau cross section saja (Verbeek 2004) dalam buku Firdaus (2011:191)
sebagai berikut:

12

1. Dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam data
panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar. Dengan menggunakan
model data panel merginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi
(individu dan waktu) sehingga parameter yang disestimasi akan lebih akurat
dibandingkan model lain. Secara teknis menurut Hsiao (2004), data panel
dapat memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah
serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan efisiensi.
2. Penggunaan panel data adalah mengurangi masalah identifikasi. Data panel
lebih baik dlaam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana
tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau time series saja. Data
panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi
yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukan unsur heterogenitas
individu.
Metode Fixed Effect
Fixed Effect Model (FEM) muncul ketika antara efek individu dan peubah
penjelas memiliki korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak
(Firdaus 2011:192).
Estimasi pada metode Fixed Effect (efek tetap) dapat dilakukan dengan
pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS) atau tanpa
pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV). Tujuan
dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross
section (Gujarati 2003). Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat
terkecil biasa adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi
yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang mungkin
tidak beralasan.
Generalisasi secara umum sering dilakukan dengan memasukkan variabel
boneka (dummy variabel) untuk memungkinkan terjadinya perbedaan nilai
parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun antar waktu.
Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan
model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut
juga Covariance Model. Secara umum, pendekatan fixed effect dapat dituliskan
sebagai berikut :
Yit = αi + xjitβj + + εi
(1)
di mana:
yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
αi = intersep yang berubah-ubah antar cross section unit
xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj = parameter untuk variabel ke j
εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
Dengan menggunakan pertimbangan ini, akan terjadi degree of freedom
sebesar NT-N-K. Pertimbangan pemilihan pendekatan yang digunakan ini disekati
dengan menggunakan statistik F yang berusahan memperbandingkan antara nilai
jumlah kuadrat error dari proses pendugaan dengan metode kuadrat terkecil dan
efek tetap yang telah memasukkan variabel boneka. Secara umum dirumuskan
sebagai berikut :

13

FN+T-2,NT-N-T = ESS1 - ESS2 / NT-1
(2)
ESS2 / NT-N-K
dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode
kuadrat kecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F mengikuti
distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. Nilai statistik F uji inilah
yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel yang akan
menetukan pilihan model yang akan digunakan.
Metode Random Effect
Random Effect Model (REM) muncul ketika antara efek individu dan
regresor tidak ada korelasi (Firdaus 2011:192).
Metode efek acak memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar
daerah maupun antar waktu ke dalam error. Hal inilah yang membuat model efek
juga disebut model komponen error (error component model). Penggunaan model
efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak
mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini
berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin
efisien.
Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak
dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan
variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree
of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang
diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan
ketiga yaitu model random effect (efek acak). Dalam model efek acak, parameterparameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam
error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen error
(error component model). Bentuk model acak dijelaskan pada persamaan berikut
ini:
Yit = αit + xjitβj + uit
(3)
Di mana αit diasumsikan sebagai variabel random dari rata-rata nilai
intersep (αi). Nilai intersep untuk masing-masing individu dapat dituliskan:
αit = αi + εit
i = 1,2,….,N
(4)
Di mana αi adalah rata-rata intersep, εit adalah random error (yang tidak
bisa diamati) yang mengukur perbedaan karakteristik masing-masing individu.
Model efek acak ini kemudian dapat ditulis dengan rumus:
Yit = ait + xjitβj + εit + uit
(5)
Yit = αit + xjitβj + ωit
(6)
Di mana:
ωit = εit + uit
(7)
Bentuk ωit terdiri dari komponen error term yaitu εit sebagai komponen
cross section dan uit yang merupakan gabungan dari komponen time series error
dan komponen error kombinasi. Model efek acak akhirnya dapat ditulis dengan
persamaan:
Yit = αit + xjitβj + ωit
(8)
ωit = εi + vt + wit
(9)
Di mana
εi ~ N(0, δu2) = komponen cross section error
vt ~ N(0, δv2) = komponen time series error

14

wit ~ N(0, δw2)

= komponen error kombinasi

Pada persamaan tersebut diasumsikan bahwa error secara individual tidak
saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Penggunaan model
efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak
mengurangi jumlahnya seperti pada model efek tetap. Hal ini mengakibatkan
parameter yang hasil estimasi menjadi semakin efisien. Penggunaan model efek
tetap atau acak ditentukan dengan menggunakan uji Hausman.
Namun disamping dengan menggunakan uji Hausman, terdapat beberapa
pertimbangan untuk memilih apakah akan menggunakan fixed effect atau random
effect. Apabila diasumsikan bahwa εi dan variabel bebas X berkorelasi, maka
fixed effect lebih cocok untuk dipilih. Sebaliknya, apabila εi dan variabel bebas X
tidak berkorelasi, maka random effect yang lebih baik untuk dipilih. Beberapa
pertimbangan yang dapat dijadikan acuan untuk memilih antara fixed effect atau
random effect adalah:
1. Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross
section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda
sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu fixed
effect model.
2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda
jauh. Sehingga apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam
penelitian diambil secara acak (random) maka random effect harus digunakan.
Sebaliknya apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam
penelitian tidak diambil secara acak, maka harus meggunakan fixed effect.
3. Apabila komponen error individual (εi) berkorelasi dengan variabel bebas X
maka parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara
parameter yang diperoleh dengan fixed effect tidak bias.
4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random effect
dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibandingkan fixed effect.
Uji Kesesuaian Model
Pada penelitian ini, uji kesesuaian model dari kedua metode pada teknik
estimasi panel data dapat dilakukan dengan menggunakan Hausman Test.
Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam
memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect.
Seperti yang diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu
unsure trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variabel
dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan
ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
H0: Model Random Effect
H1: Model Fixed Effect
Jika nilai hasil pengujian lebih besar dari Chi-Square (χ2) tabel, maka
cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model
yang lebih baik digunakan adalah model fixed effect, begitu pula sebaliknya.

15

Uji Pelanggaran Asumsi
Uji pelanggaran asumsi dilakukan dalam rangka menghasilkan model yang
efisien, visibel dan konsisten. Uji pelanggaran asumsi dilakukan dengan
mendeteksi gangguan waktu (time-related disturbance), gangguan antara individu
atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya. Multikolinearitas
terjadi jika pada suatu model regresi tak satu pun variabel bebas mempunyai
koefisien regresi dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara
statistik, walaupun nilai R2 tinggi. Indikasi multikolinearitas tercermin dari nilai t
dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga
tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan, maka patut diduga ada
Multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross
section weights, sehingga t-statistik maupun F-hitung menjadi signifikan (Gujarati
2003).
Autokorelasi atau korelasi serial adalah suatu keadaan di mana kesalahan
pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengangu dari
periode lainnya. Menurut Pyndick (1991) autokorelasi dapat memengaruhi
efisensi estimatornya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau korelasi serial
adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Menurut Juanda
(2009) untuk mengetahui selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya
dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3 Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya
Nilai DW
Keputusan
4 – dL < DW < 4
Terdapat autokorelasi negatif
4 – dU < DW < 4 – dL
Hasil tidak dapat ditentukan
2 < DW < 4 – dU
Tidak ada autokorelasi
dU < DW < 2
Tidak ada autokorelasi
DL < DW < dU
Hasil tidak dapat ditentukan
0 < DW < dL
Terdapat autokorelasi positif
Sumber: Gujarati (2000).

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari suatu
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas, yaitu:
E(Xi, εi) ≠ 0
(10)
Sehingga
Var(εi) ≠ ζ2
(11)
Hal ini merupakan pelanggaran salahsatu asumsi tentang model regresi
linear berdasarkan metode kuadrat terkecil. Salahsatu asumsi yang digunakan
dalam regresi adalah bahwa Var(εi) = ζ2, untuk semua ε, artinya untuk semua
kesalahan pengganggu variannya sama. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi
di dalam analisis data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan
pada suatu waktu tertentu. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka
model menjadi tidak efisien meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil
regresi akan menjadi misleading (Gujarati 2003).
Pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dilakukan
dengan White Heteroscedasticity dalam program Eviews. Dengan uji White,
dibandingkan Obs* R-Squared dengan X (Chi-Squared) tabel. Jika nilai Obs* R-

16

Squared lebih kecil daripada X (Chi-Squared) tabel, maka tidak ada
heteroskedastisitas pada model data panel dalam Eviews.
Pengolahan data panel dalam Eviews 6.1 yang menggunakan metode
General Least Square (cross section weights) untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dengan membandingkan Sum Square Resid pada Weight
Statistic dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistic. Jika Sum Square Resid
Weighted Statistic < Sum Squared Resid Unweighted Statistic maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Perlakuan yang diberikan untuk menghilangkan
heteroskedastisitas adalah dengan mengestimasi GLS dengan White
Heteroskedasticity (Widarjono 2007).
Perumusan Model Penelitian
Model umum yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan
teori terhadap fungsi ekonomi dari tingkat penyerapan tenagakerja dan hasil studi
dari Woyanti (2009) yang menganalisis penyerapan tenagakerja di Jakarta. Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
LnTKit = α0 + β0LnPDRBit + β1LnUit+β2LnPit + εit
Dimana :
TKit
PDRBit
Uit
Pit
εit

(12)

= Jumlah tenagakerja di kabupaten/kota i pada tahun t (per satuan
orang),
= Nilai Produk Domestik Regional Bruto kabupaten/kota i pada
tahun t (per juta rupiah),
= Nilai upah kabupaten/kota i pada tahun t (per satuan rupiah),
= Nilai harga (GRDP deflator) kabupaten/kota i pada tahun t,
= Komponen error

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2013
Menurut laporan perekonomian dari Badan Pusat Statistika (2013) di
tengah ketidakseimbangan dan belum pulihnya perekonomian domestik pada
tahun 2013 sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Hal ini
terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang mengalami penurunan,
penyebab hal tersebut karena ada masalah internal dan eksternal atau efek
ekonomi global seperti faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat (AS).
Perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat tidak terlepas dari
gejolak ekonomi nasional maupun global. Dari pertumbuhan ekonomi pertriwulan
selama tahun 20