Pengaruh Konsumsi Tepung Tempe Dari Kedelai PRG (Produk Rekayasa Genetik) Dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan

PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI
PRG (PRODUK REKAYASA GENETIK) DAN NON-PRG
TERHADAP FISIOLOGIS TIKUS PERCOBAAN

TESSA WINANDITA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Konsumsi Tepung
Tempe Dari Kedelai PRG (Produk Rekayasa Genetik) Dan Non-PRG Terhadap
Fisiologis Tikus Percobaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Tessa Winandita
NIM F24100090

ABSTRAK
TESSA WINANDITA. Pengaruh Konsumsi Tepung Tempe Dari Kedelai PRG
(Produk Rekayasa Genetik) Dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan.
Dibimbing oleh JOKO HERMANIANTO dan MADE ASTAWAN.
Tempe merupakan produk yang berasal dari proses fermentasi pada
kedelai, yang mempunyai umur simpan relatif rendah. Upaya dalam
memperpanjang umur simpan tempe dilakukan dengan cara membuatnya menjadi
tepung tempe. Perbedaan yang terdapat pada bahan baku pembuatan tepung tempe
yaitu kedelai impor PRG dan non-PRG menimbulkan perbedaan dampak yang
akan mempengaruhi kesehatan pada tubuh manusia. Dengan demikian penelitian
ini diadakan untuk mengevaluasi pengaruh konsumsi tepung tempe dari kedelai
impor PRG dan non-PRG terhadap kadar malonaldehida, aktivitas antioksidan
intrasel superoksida dismutase pada hati dan ginjal tikus percobaan, serta profil

hematologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi
ransum 10% protein dari tepung tempe non-PRG memiliki kadar MDA di hati
maupun di ginjal lebih rendah dibandingkan kelompok 10% protein dari tepung
tempe PRG dan 20% protein, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok
20% protein dari tepung tempe non-PRG dan 10% protein dari kasein. Sedangkan
nilai aktivitas SOD hati dan ginjal tidak berbeda nyata (p>0,05) diantara
kelompok tikus percobaan. Pada hasil hematologi menunjukkan bahwa nilai yang
didapat masih dalam batas normal. Akan tetapi pada pengukuran jumlah trombosit
di setiap perlakuan tikus percobaan memiliki nilai yang melebihi batas normal.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas tikus, metabolisme
tikus, dan jumlah konsumsi ransum oleh tikus percobaan. Hasil pemeriksaan
MDA, SOD, dan hematologi menunjukkan bahwa mengkonsumsi tepung tempe
PRG dan non- PRG aman untuk dikonsumsi.
Kata Kunci : tepung tempe PRG, tepung tempe non-PRG, tikus percobaan,
MDA, SOD, Hematologi

ABSTRACT
TESSA WINANDITA. The impact of Consumtion of Tempe Flour Made From
GMO and Non-GMO to Physiological of Experimental Rats. Supervised by
JOKO HERMANIANTO and MADE ASTAWAN.

AAAAAAAAAAAAAA
Tempe is a derived product from soybean fermentation, which relatively had a
short shelf life. An effort to extend the shelf life of tempe has been done by
making tempe flour. Difference of raw materials which were GMO and non-GMO
was pressured to cause different impact on human health. Thus, this study was
conducted to evaluate the effect of tempe flour that were made from GMO and
non-GMO soybean upon malonaldehida levels, intracellular antioxidant
superoxide dismutase activity in the liver and kidneys of experimental rats, as well
as hematological profile. The results showed that rats fed with 10% protein drived
from non-GMO soybean flour had lower levels of MDA in the liver and kidney
compared to GMO tempe flour group consisting rations of 10% and 20% protein
but, not significantly different from the group protein of 20% non-GMO soybean
flour and 10% protein of casein. While the value of liver and kidney SOD activity
were not significantly different (p>0,05) between the groups of rats. In
hematology, the results showed that the values obtained were within normal
limits. However, the amount of rat’s thrombocyte measured in each treatment had
a value that exceeds normal limits. It was caused by several factors, which were
the activity of rat, rat’s metabolism, and amount of feed intake by rats. Results of
MDA, SOD, and hematology examination showed that consuming non-GMO and
GMO tempe flour were safe for consumption.

Keywords : experimental rats, GMO tempe flour, Hematology, MDA, non-GMO
tempe flour, SOD

PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI
PRG (PRODUK REKAYASA GENETIK) DAN NON-PRG
TERHADAP FISIOLOGIS TIKUS PERCOBAAN

TESSA WINANDITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah
Pengaruh Konsumsi Tepung Tempe Dari Kedelai PRG (Produk Rekayasa
Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang
Winarni, SE), Papa tercinta (Bapak Ir. Winarso), adik Erza Winanto, dan keluarga
besar tersayang yang dengan luar biasa memberikan bantuan, semangat, serta
bimbingan moril.
Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Joko
Hermanianto dan Bapak Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS selaku pembimbing
dalam penelitian ini.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pemberi
dana penelitian yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kantor Pusat
Jakarta melalui Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nasional (KKP3N) dengan surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan
No:64/PL.22/I/1/3/2014 K tanggal 10 Maret 2014 atas nama Made Astawan.
Tak luput penulis ucapkan terima kasih kepada staf UPT ITP juga staf
laboran ITP, pilot plan, dan techno park (Mba Irin, Mba Nurul, Bu Antin, Pak

Yahya, Pak Adi, Pak Rojak, Mba May, Mba Ina) atas setiap bantuan dan
kemudahannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Muhammad ihsan
ali talib, Reksa, Fury, Via, Khalid, Armando, Blasius, Aminta, Gideon, Diky,
Rizky, Boti, Bachtiar, Ayu, Jefri, Nizza serta teman ITP 47 dan teman-teman di
IPB yang selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis, membantu, dan
memberikan semangat kepada penulis. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Tessa Winandita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
METODE ................................................................................................................ 2

Bahan ................................................................................................................... 2
Alat ...................................................................................................................... 3
Prosedur Analisis Data ........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16
SIMPULAN ....................................................................................................... 16
SARAN.............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Komposisi Ransum Tikus
Hasil Analisis Proksimat Sampel Basis Kering
Komposisi Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan Ransum
Hasil Analisis Proksimat Ransum Tikus Percobaan Berdasarkan

Perlakuan
5 Jumlah Konsumsi Pakan dan Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus
Percobaan Selama Masa Perlakuan
6 Kadar MDA dan Aktivitas SOD Hati dan Ginjal Tikus Percobaan
7 Analisis Hematologi Pada Tikus Percobaan

4
6
7
7
8
12
14

DAFTAR GAMBAR
1 Pertambahan Berat Badan Tikus Percobaan

9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Analisis Sidik Ragam Konsumsi Ransum Menggunakan SPSS
versi 22.0
2 Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Badan Tikus Selama 90 Hari Masa
Perlakuan Menggunakan SPSS versi 22.0
3 Hasil Analisis Sidik Ragam Feed convertion effeciency Menggunakan
SPSS versi 22.0
4 Hasil Analisis sidik Ragam Kadar Malonaldehid (MDA) Hati Tikus
Menggunakan SPSS versi 22.0
5 Hasil Analisis Kadar Malonaldehid (MDA) Ginjal Tikus Menggunakan
SPSS versi 22.0
6 Hasil Analisis Sidik Ragam Aktivitas Superdioksida Dismutase (SOD)
Hati Tikus Menggunakan SPSS versi 22.0
7 Hasil Analisis Sidik Ragam Aktivitas Superdioksida Dismutase (SOD)
Ginjal Tikus Menggunakan SPSS versi 22.0
8 Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Hemoglobin Tikus Percobaan
Menggunakan SPSS versi 22.0
9 Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Leukosit Tikus Percobaan
Menggunakan SPSS versi 22.0
10 Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Trombosit Tikus Percobaan
Menggunakan SPSS versi 22.0

11 Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Eritrosit Tikus Percobaan
Menggunakan SPSS versi 22.0
12 Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Hematokrit Tikus Percobaan
Menggunakan SPSS versi 22.0
13 Kurva Standar TEP
14 Kurva Standar SOD

20
21
22
23
24
25
25
26
27
27
28
29
30

30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan jenis kacang-kacangan yang memiliki kadar protein
tinggi dan mudah dimanfaatkan. Menurut Cahyadi (2007) kedelai memiliki kadar
protein sebesar 34,9 g dalam 100 gram biji kering. Protein yang terkandung pada
kedelai memiliki fungsi sebagai sumber energi, protein dapat berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh. Sebagai zat pembangun, protein
mempunyai fungsi utama untuk membentuk jaringan baru. Selain itu, protein
berfungsi sebagai zat pembangun tubuh (Muchtadi 2010).
Menurut Badan Pusat Statistik (2013), produksi kedelai di Indonesia
semakin menurun dari tahun ke tahun. Produksi kedelai nasional pada tahun 2010
sebesar 907,03 ribu ton, mengalami penurunan menjadi 843,15 ribu ton biji kering
pada tahun 2012. Kebutuhan kedelai nasional selama lima tahun (tahun 20102014) sebesar 2,3 juta ton biji kering (Kementerian Pertanian 2013). Rendahnya
produksi kedelai di Indonesia mengakibatkan para produsen olahan kedelai
menggantungkan usahanya dari bahan impor.
Poduk kedelai varietas impor dibedakan menjadi Produk Rekayasa Genetik
(PRG) atau GMO (Genetically Modified Organism) dan non-Produk Rekayasa
Genetik atau yang disebut non-GMO. Kedelai PRG merupakan varietas yang
sudah dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan kedelai yang memiliki
berbagai keunggulan, seperti memiliki karakteristik lebih tahan terhadap penyakit
dan hama, lebih tahan terhadap herbisida, dan memiliki ukuran biji lebih besar.
Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, salah satunya
adalah tempe. Menurut Muchtadi (2010) proses fermentasi dalam pembuatan
tempe dapat mempertahankan sebagian besar zat-zat gizi yang terkandung dalam
kedelai, meningkatkan daya cerna proteinnya, serta meningkatkan kadar beberapa
macam vitamin B. Masalah utama pada tempe yaitu umur simpan yang relatif
rendah, diakibatkan kadar air yang cukup tinggi (55-65%), serta adanya kapang
yang terus tumbuh dan berkembang biak, menyebabkan degradasi protein lebih
lanjut membentuk amoniak (Mursyid 2014). Amoniak yang terbentuk
menyebabkan munculnya aroma busuk (Astawan 2008).
Proses pengolahan kedelai menjadi tempe, memperbaiki senyawa
antioksidan. Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu
atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam (Kuncahyo 2007). Salah satu upaya pencegahan terbentuknya ROS yaitu
dengan melibatkan enzim superoksida dismutase (SOD), sedangkan salah satu
substansi biologis penanda (biomarker ) stres oksidatif adalah malonaldehida
(MDA).

2

Umur tempe yang singkat mendorong upaya memperpanjang umur simpan
tempe menjadi tepung tempe. Tepung tempe merupakan tepung yang diolah dari
tempe segar yang diproses melalui beberapa tahap yaitu pengirisan, pengukusan,
pengeringan, dan penggilingan. Pada proses pembuatan tepung tempe, terdapat
peluang adanya perubahan komponen aktif.
Perbedaan bahan baku tepung tempe, yaitu kedelai PRG dan non-PRG perlu
dikaji dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Penilitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan dampak konsumsi tepung tempe kedelai PRG dan nonPRG terhadap hematologi, kadar MDA, dan aktivitas SOD tikus percobaan .

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh konsumsi tepung tempe
dari kedelai PRG (produk rekayasa genetik) dan non-PRG terhadap kadar
malonaldehida, aktivitas antioksidan intrasel superoksida dismutase pada hati dan
ginjal tikus percobaan, serta profil hematologi.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya database studi toksisitas dan
diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah kepada masyarakat bahwa
mengonsumsi tempe PRG dan non-PRG secara rutin dalam waktu yang lama
tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan.

METODE
Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung tempe dari
kedelai (Glycine max) impor PRG dan non-PRG, pati jagung, kasein, minyak
jagung, carboximethylcelulose (CMC), campuran mineral, dan campuran vitamin.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kadar malonaldehida (MDA) adalah
PBS (phospate buffer saline) pH 7.4 yang mengandung KCL 0.15 M, HCL 0.25 N
yang mengandung 15% TCA (tricarboxylic acid), 0.38% TBA (thiobarbituric
acid), dan 0.5% BHT (butylated hydroxytoluene), aquades, standar TEP
(tetraetoksi propana). Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis enzim
superoksida dismutase (SOD) adalah epinefrin, Na2CO3, NaHCO3, NaEDTA
0.001 M, HCl 0.01 M, aquades, dan standar SOD. Bahan-bahan yang digunakan
untuk analisis proksimat antara lain K2SO4, HgO, H2SO4 pekat, NaOH-Na2S2O3,
H3BO3, indikator biru metilen, HCl, pelarut n-heksana, asam borat jenuh,
indikator merah metil dan biru metil, kapas bebas lemak, dan etanol. Bahan untuk

3

analisis hematologi yaitu tabung yang berisi larutan EDTA, batu es, larutan lyse
dan diluent.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, alat bedah
tikus, vortex, sentrifusa, tabung sentrifusa, spektrofotometer, mikropipet,
penangas air, alumunium foil, tabung eppendorf, gelas ukur, bulb, hot plate, pipet
Mohr, sudip, alat penggerus, neraca analitik, toples, kertas saring, gelas piala,
Hematology Analyzer.

Jenis Analisis
Penelitian ini terdiri dari tahap pembuatan tempe, pembuatan tepung
tempe, pembuatan ransum, dan analisis produk. Analisis produk meliputi analisis
proksimat, analisis secara in vivo pada tikus percobaan yang diberi pakan tepung
tempe kedelai PRG dan non-PRG, dan analisis hematologi.
Tahap Pembuatan Tempe
Proses pembuatan tempe dilakukan dengan menerapkan Good Hygienic
Practices (GLP) di Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang telah mendapatkan
sertifikasi HACCP, dengan cara: pembersihan atau penyortiran kedelai,
perendaman menggunakan air selama 1 jam, perebusan selama 30 menit,
perendaman kembali selama 12 jam dan pengupasan kulit ari. Kedelai yang telah
dikupas kulit arinya dibersihkan dan dipisahkan dari tunas yang telah tumbuh, dan
disiram dengan air panas. Setelah itu, kedelai didinginkan, diberi ragi secara
merata kemudian dikemas dan diinkubasi selama 40 jam.
Tahap Pembuatan Tepung Tempe
Pembuatan tepung tempe dilakukan dengan cara: tempe diiris dengan
menggunakan slicer, dengan diameter 30 cm dan tebal irisan 1 mm, kemudian
diblansir dengan uap panas selama 2 menit pada tekanan 1 bar dan suhu 100°C.
Tempe yang telah diblansir, dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60 °C dan
digiling menggunakan disc mill, yang dilengkapi saringan 60 mesh.

4

Tahap Pembuatan Ransum
Pembuatan ransum tikus percobaan dibedakan berdasarkan sumber
proteinnya, yaitu ransum tepung tempe PRG, ransum tepung tempe non-PRG, dan
ransum kasein sebagai standar. Ransum yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan harian tikus dan disusun berdasarkan AOAC (2005).
Tabel 1. Komposisi Ransum Tikus
Komponen
Sumber
Jumlah
Protein
Protein
standar/
10%
protein uji
Minyak
Lemak
jagung
8%
Campuran
Mineral
Mineral
5%
Campuran
Vitamin
vitamin
1%
Serat

CMC

1%

Air

Air minum

5%
%
sisanya

Karbohidrat
Pati jagung
Sumber : AOAC (2005)
Keterangan : x= Jumlah Ransum

Perhitungan
,
×
�=
% N Sampel

8−(

x × % kadar lemak

−(

−(

)

x × % kadar abu
)

1%
x × % kadar serat kasar
−(

x × % kadar air
− lainnya

)

)

Uji Kualitas Tepung Tempe


Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan pada kasein dan tepung tempe. Hasil
analisis menjadi acuan dalam formulasi ransum tikus percobaan.

Uji Pengaruh Tepung Tempe PRG dan non-PRG Secara In Vivo
Analisis pengaruh tepung tempe PRG dan non-PRG secara in vivo
menggunakan tikus putih jantan Sprague Dawley lepas sapih yang diadaptasikan
terlebih dahulu selama tiga hari dengan pemberian ransum kasein (standar) dan air
minum secara ad libitum. Setelah masa adaptasi, tikus diseleksi berdasarkan
keseragaman bobot tubuh dan dikelompokkan menjadi lima, yaitu kelompok tikus
yang diberi pakan 10% protein dari kasein, 10% protein dari tepung tempe PRG,
20% protein dari tepung tempe PRG, 10% protein dari tepung tempe non-PRG
dan 20% protein dari tepung tempe non-PRG. Setiap kelompok tikus memiliki
perbedaan bobot kurang dari 10 gram dan antar tikus dalam setiap kelompok
memiliki perbedaan maksimal 5 gram. Perlakuan dilakukan selama 90 hari.

5

Selama masa percobaan dilakukan pengamatan terhadap konsumsi ransum setiap
hari dan berat badan tikus setiap enam hari sekali.
Analisis Kadar Malonaldehida (AOAC 2005)
Analisis tingkat stress oksidatif mengukur malonaldehida (MDA) sebagai
hasil oksidasi asam lemak tidak jenuh dalam hati/ginjal dengan
membandingkannya dengan kurva standar TEP (tetraetoksi propana). Sebanyak
1,00 g sampel hati atau ginjal dihancurkan dan dihomogenisasi dengan
ditambahkan 4 mL larutan PBS (phospate buffer saline) yang mengandung 0,15
M. Homogenat kemudian disentrifus 3000 rpm dengan jari-jari sentrifus sebesar
17,90 cm selama 20 menit sehingga diperoleh supernatan jernih. Untuk tahap
analisis, 1 mL supernatan hati atau larutan kerja standar TEP dicampur dengan 4
mL larutan HCl 0.25 N dingin yang mengandung TCA, TBA, dan BHT. Larutan
kemudian divortex dan dipanaskan 80°C menggunakan penangas air selama 1
jam. Setelah dingin, larutan disentrifus 3000 rpm. Kemudian diukur absorbansi
supernatan jernih pada panjang gelombang 532 nm dan dibandingkan dengan
kurva standar TEP untuk menghitung kadar MDA sampel.
Analisis Aktivitas SOD (Misra dan Fredovich 1972)
Sampel hati atau ginjal dihancurkan dan diekstraksi dengan buffer fosfat
pH 7, dengan perbandingan 1:10. Hasil ekstraksi disentrifus dengan kecepatan
3000 rpm dengan jari-jari sentrifus sebesar 17,90 cm selama 10 menit dalam
keadaan dingin.
Pengukuran serapan dilakukan dengan cara memasukkan 2800 µl buffer
natrium karbonat pH 10.2, 100 µl sampel yaitu supernatan yang mengandung
SOD dan 100 µl larutan epinefrin ke dalam tabung reaksi. Kemudian serapan
dibaca pada panjang gelombang 480 nm pada menit ke 1, 2, 3,dan 4.
Perhitungan aktivitas SOD dinyatakan dengan satuan unit/mg protein
dengan cara mengukur % hambatan:
%ℎ

=

∆�
� �



� �� � �� − ∆�

� �






��

��

×

%

Kemudian nilai % hambatan ini dikonversikan dalam kurva standar SOD
di mana % hambatan (sumbu Y) dan aktivitas SOD dalam unit/mg protein (sumbu
X) telah diketahui.

6

Analisis Hematologi
Prosedur analisis Hematologi yaitu sampel darah tikus sebanyak 0,5 mL
dimasukkan ke dalam tabung darah yang telah berisi EDTA yang berguna untuk
menganalisis hematologi. Analisis dilakukan dengan menggunakan alat otomatik
‘Hematology Analyzer’ dengan parameter eritrosit, hematokrit, hemoglobin,
trombosit, dan leukosit.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi pada
sampel. Analisis ketiga sampel disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis proksimat sampel basis kering
Kadar (%bk)
Sampel
Air
Abu
Protein
Lemak
(%bb)
Kasein
9,9
0,6
89,4
0,3
Tepung tempe PRG
3,9
1,9
47,9
27,1
Tepung tempe non-PRG
4,7
1,8
50,7
26,5

Serat
0,5
8,8
9,5

Hasil analisis proksimat dari ketiga sampel menjadi acuan dalam formulasi
ransum. Analisis proksimat pada tepung tempe PRG dan non-PRG memiliki nilai
yang tidak berbeda diantara keduanya, hal tersebut menyatakan bahwa tempe
yang berasal dari kedelai PRG sama baiknya dengan tempe yang berasal dari
kedelai non-PRG.
Pembuatan Ransum
Setelah diperoleh hasil analisis proksimat sampel, dapat ditentukan
formulasi bahan untuk ransum yang diberikan kepada tikus percobaan. Formulasi
bahan yang digunakan untuk ransum masing-masing kelompok tikus dapat dilihat
pada Tabel 3.

7

Tabel 3. Komposisi bahan yang digunakan untuk pembuatan ransum (basis1000g)
Kelompok
Komponen Penyusun (g)
Perlakuan
Sampel Minyak Mineral Vitamin CMC Air
Pati
(Sumber dan
jagung
mix
mix
jagung
Kadar protein)
Kasein 10 %
112
80
49
10
9
39
701
(standar)
Tepung tempe
PRG 10 %

209

23

46

10

-

42

670

Tepung tempe
PRG 20 %

418

-

42

10

-

34

496

Tepung Tempe
non-PRG 10 %

197

28

46

10

-

41

678

Tepung Tempe
non-PRG 20 %

394

-

43

10

-

32

522

Pemberian ransum kepada setiap kelompok perlakuan disesuaikan dengan
formulasi pada Tabel 1. Pada kelompok tikus dengan perlakuan pemberian pakan
tepung tempe PRG dan tepung tempe non-PRG tidak ditambahkan CMC karena
bahan baku tepung tempe mengandung jumlah serat yang cukup untuk kebutuhan
harian tikus percobaan.Untuk mengetahui kesesuaian kandungan zat gizi yang
diberikan dengan formulasi, dengan analisis proksimat pada kelima jenis ransum
yang diberikan (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil analisis proksimat ransum tikus percobaan berdasarkan perlakuan.
Perlakuan
Kadar (%bb)
(Sumber dan Kadar
Air
Abu
Protein
Lemak
Karbohidrat
Protein)
Kasein 10%
13,7
4,2
10,6
8,8
62,8
Tepung tempe PRG 10%
14,8
4,0
10,1
5,2
65,9
Tepung tempe PRG 20%
11,9
4,0
19,7
9,3
55,1
Tepung tempe non-PRG
13,5
3,9
9,8
3,7
69,1
10%
Tepung tempe non-PRG
11,7
3,8
19,4
7,7
57,4
20%
Hasil analisis proksimat ransum basis basah pada Tabel 4 menunjukkan
kadar protein untuk setiap kelompok tikus sebesar 10% dan 20%. Hal ini sudah
sesuai dengan yang diinginkan yaitu memberikan asupan protein yang sama untuk
setiap kelompok tikus percobaan.

8

Pertambahan Berat Badan Tikus dan Konsumsi Ransum
Selama masa perlakuan tikus diberi ransum dan minum setiap hari secara
ad libitum dan dilakukan penimbangan berat badan tikus setiap enam hari sekali.
Rata-rata konsumsi ransum dan kenaikan berat badan tikus selama 90 hari
percobaan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah konsumsi ransum dan kenaikan berat badan tikus percobaan
selama masa perlakuan.
Kelompok Perlakuan
Jumlah
Kenaikan
Feed
(Sumber dan Kadar
Konsumsi
Berat Badan (g)
convertion
Protein)
Ransum (g)
effeciency (%)
Kasein 10 % (standar)
1973±118,2c
251±43,9ab
12,7±1,5a
a
a
Tepung tempe PRG 10 %
1620±81,2
229±38,0
141±2,0a
Tepung tempe PRG 20 %
1829±92,9bc
380±33,8b
20,8±0,9b
Tepung Tempe non-PRG
1779±58,8ab
274±30,5ab
15,4±1,4a
10 %
Tepung Tempe non-PRG
1835±117,8bc
369±65,6b
20,1±3,0b
20 %
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat
nyata (p