Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DALAM
PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK DI KABUPATEN
BOGOR

Gebyar Trisula Pinandita

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran dan Status
Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten
Bogoradalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Gebyar Trisula Pinandita
NIM I34100031

ABSTRAK
GEBYAR TRISULA PINANDITA. Peran dan Status Perempuan Petani
Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor. Dibimbing
Oleh TITIK SUMARTI.
Program Pertanian Go Organik adalah program yang dilakukan untuk
menjaga kualitas sumberdaya alam yang ada. Desa Ciburuy di Kabupaten
Bogor merupakan salah satu desa pertanian padi sawah yang menerapkan
pertanian organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran
dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peran dan status perempuan petani
padi dalam program pertanian Go Organik relative lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Tingkat beban kerja dan kontrol perempuan
terhadap sumberdaya program relative lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Pekerja perempuan masih dianggap sebagai tenaga tambahan yang

membantu kerja laki-laki karena dianggap lebih lemah, menunjukkan isu
stereotipe dalam program; (2) Kepemilikan lahan berhubungan dengan
peran perempuan dalam program pertanian Go Organik; (3) Luas lahan,
posisi dalam masyarakat, serta akses terhadap sumberdaya berhubungan
dengan status perempuan dalam program pertanian Go Organik.
Kata Kunci: peran, status, petani perempuan, pertanian organik

ABSTRACT
GEBYAR TRISULA PINANDITA . The Role and Status of Women Rice
Farmers in Agriculture Programme of Go Organic in Ciburuy, Bogor.
Undersupervision of TITIK SUMARTI.
Go Organic Agriculture Program is a program meant to maintain the quality
of the natural resources. Ciburuy village in Bogor Regency is one of the
land rice farming village that apply organic farming. The purpose of this
study is to analyze the role and status of women rice farmers in
theagriculture programs Go Organic. The results showed that: (1) The role
and status of women in the rice farmers agriculture program of Go Organic
is relatively lower than men. The level of women's workload and control of
the program's resources is relatively lower than men. Women workers are
still considered as the extra energy that helps working men because

considered as a weaker, indicating stereotype issues in the program; (2)
Ownership of land relatedto the role of women in the agriculture program of
Go Organik ; (3) The area of land, position in society, and access to
resources related to women's status in the agriculture program of Go
Organic.
Key words: Role, status, women farmers,organic farming

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DALAM
PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK DI KABUPATEN
BOGOR

Gebyar Trisula Pinandita

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi :Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program
Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor
Nama
:Gebyar Trisula Pinandita
NIM
:I34100031

Disetujui oleh

Dr Ir Titik Sumarti, MC,MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc.
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang
bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Peran dan status
perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik di
Kabupaten Bogor “ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang
berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada nabi besar
Rasulullah SAW.
Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini dapat terselesaikan
dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada:
1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MC, Msselaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan
masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.
2. Ayah Budi Prabowo, Ibunda Ningsih Prihatin, Kakak Gelar Trisula
serta AdikGading Leoni, yang merupakan sumber motivasi penulis
dalam segala hal.

3. Dr Satyawan Sunito selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing saya dan memberi masukan dalam hal akademik.
4. Teman-teman seperjuangan Saefihim, Yudhistira, Izmi,
Anggi,
Sakinah, Fadhianisa, Putri Nurgandini, Salis Rizka, Lorensa, Ahmad
Fauzi, dan Puteri Nadiyatul atas semangat dan kebersamaan layaknya
keluarga.
5. Sahabat yang selalu mendukung Indah Fajarwati, Nurul Diar, Atika
Nadhira, Muthia Aztari, Susi dan Herdimaz atas dukungan yang tidak
ada henti-hentinya.
6. Teman-teman satu bimbingan, Mutmainna, Cynthia Wijaya, dan Mona
De Anesya yang saling menyemangati satu sama lain.
7. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan
selama ini.
8. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
terselesaikannya studi pustaka ini
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang peran dan status
perempuan.
Bogor, Juli 2014

Gebyar Trisula Pinandita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

7

Pembangunan Pertanian


7

Peran dan Status

8

Konsep Gender

9

Faktor yang menentukan perbedaan Peran dan Status

12

Kerangka Pemikiran

14

Hipotesis Penelitian


15

Definisi Operasional

16

PENDEKATAN LAPANGAN

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

19

Metode Penelitian

19

Teknik Penentuan Responden dan Informan


19

Teknik Pengumpulan Data

20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

21

PROFIL DESA CIBURUY DAN PROGRAM PERTANIAN GO
ORGANIK 2010

22

Karakteristik Geografis

22

Karakteristik Penduduk

23

Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat

24

Program Go Organik 2010

27

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN DALAM PROGRAM
PERTANIAN GO ORGANIK 2010

31

Peran Perempuan Petani Padi dalam Progam Pertanian Go Organik 2010 Di
Kabupaten Bogor

31

Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik 2010
Di Kabupaten Bogor

34

KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PERAN DAN STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DALAM
PROGRAM GO ORGANIK 2010 DI KABUPATEN BOGOR

39

Usia

39

Tingkat Pendidikan

40

Tingkat Pendapatan

40

Hubungan Usia dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian
Go Organik 2010

43

Hubungan Usia dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam
Program Pertanian Go Organik 2010

45

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Beban Kerja dalam
Program Pertanian Go Organik 2010

46

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya
Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

47

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Beban Kerja dalam
Program Pertanian Go Organik 2010

48

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya
Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

50

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENERIMA PROGRAM GO
ORGANIK 2010 DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERAN DAN
STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DI KABUPATEN BOGOR

53

Status Pernikahan

53

Posisi Dalam Masyarakat

54

Kepemilikan Lahan

54

Luas Lahan Yang Dimiliki

55

Hubungan Status Pernikahan dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program
Pertanian Go Organik 2010

57

Hubungan Status Pernikahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya
Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

58

Hubungan Posisi dalam Masyarakat dengan Tingkat Beban Kerja dalam
Program Pertanian Go Organik 2010

60

Hubungan Posisi dalam Masyarakat dengan Kontrol terhadap
Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

61

Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Tingkat Beban Kerja dalam
Program Pertanian Go Organik 2010

62

Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya
Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

63

Hubungan Luas Lahan yang Dimiliki dengan Tingkat Beban Kerja dalam
Program Pertanian Go Organik 2010

64

Hubungan Luas Lahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian
dalam Program Pertanian Go Organik 2010

65

TINGKAT AKSES DALAM PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK
2010 PADA PETANI PADI DI KABUPATEN BOGOR DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PERAN DAN STATUS PEREMPUAN
PETANI PADI DI KABUPATEN BOGOR

67

Hubungan Tingkat Akses Terhadap Sumberdaya Pertanian dengan
Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian

68

Go Organik 2010

68

Hubungan Tingkat Akses Terhadap Sumberdaya Pertanian dengan
Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go
Organik 2010

69

SIMPULAN DAN SARAN

73

Simpulan

73

Saran

73

DAFTAR PUSTAKA

75

RIWAYAT HIDUP

97

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15

Tabel 16
Tabel 17

Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21

Uji statistik reliabilitas
Luas wilayah lahan pertanian dan ternak di Desa Ciburuy,
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor
Keadaan penduduk Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong
Berdasarkan Usia
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Ciburuy Kecamatan Cigombong Tahun 2013
Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk Desa Ciburuy
Kecamatan Cigombong Selama Tahun 2013
Pembagian peran dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase tingkat beban kerja dalam program Go
Organik 2010 berdasarkan jenis kelamin
Kontrol sumberdaya pertanian dalam program Go Organik 2010
berdasarkan jenis kelamin
Jumlah dan presentase tingkat kontrol dalam program Go
Organik 2010 berdasarkan jenis kelamin
Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin
dan golongan umur pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin
dan tingkat pendidikan pada tahun 2014
Jumlah dan presentase penerima program berdasarkan jenis
kelamin dan tingkat pendapatan pada tahun 2014
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut usia dan
tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut usia dan
tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat
pendidikan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik
2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat
pendidikan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat
pendapatan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik
2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat
pendapatan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin
dan status pernikahandalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin
dan posisi dalam masyarakatdalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin
dan kepemilikan lahan dalam program Go Organik 2010

20
23
23
24
25
32
33
35
36
39
40
41
44
46

47
48

49
50
53
54
55

Tabel 22
Tabel 23

Tabel 24
Tabel 25

Tabel 26

Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 32

Tabel 33

Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin
dan luas lahan yang digarapdalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut status
pernikahan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik
2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut status
pernikahan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut posisi dalam
masyarakat dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik
2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut posisi dalam
masyarakat dan tingkat kontrol dalam program Go Organik
2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut kepemilikan
lahan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut kepemilikan
lahan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut luas lahan
dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut luas lahan
dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010
Tingkat akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya
pertanian dalam program Go Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat akses
terhadap sumberdaya dan tingkat beban kerja dalam program Go
Organik 2010
Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat akses
terhadap sumberdsya dengan tingkat kontrol dalam program Go
Organik 2010

55

58
59

60

61
62
63
64
65
67

69

70

DAFTAR GAMBAR
Gambar

1

Kerangka Analisis Peran dan Status Perempuan
dalam Program Go Organik 2010 pada petani padi di
Kabupaten Bogor

15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

1
2
3
4

Kerangka Sampling dan Sample Penelitian
Kuesioner Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Hasil Olahan Data

77
79
84
85

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Program pertanian Go Organik merupakan program yang dicanangkan
pemerintah untuk menunjang program ketahanan dan kemandirian
masyarakat dibidang pertanian. Dengan digulirkannya program pertanian
tersebut, berdampak pada sektor swasta sebagai pelaku usaha untuk turut
serta berpartisipasi mensukseskan ketahanan dan kemandirian dibidang
pertanian. Program Go Organik tidak lepas dari kesadaran para pelaku usaha
pertanian akan kelestarian berupa sumberdaya alam pertanian. Disamping
itu, status sosial pelaku pertanian organik meningkat yang ditandai dengan
meningkatnya pendapatan yang mereka peroleh ketika menerapkan
pertanian padi organik (Departemen Pertanian 2002).
Tujuan dari dijalankannya program pertanian Go Organik seperti
yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian (2002) adalah untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani,
menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas sehingga
meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk
agribisnis, serta meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi
pemanfaatan sumberdaya dan impresif premium produk. Dengan
diberlakukannya program-program pertanian baru seharusnya dapat
meningkatkan kualitas hidup petani beserta keluarganya, namun pada
kenyataannya keadaan mereka tidak banyak berubah. Terutama pada petani
perempuan yang masih mendapatkan akses dan kontrol yang kecil terhadap
upah maupun sumberdaya pertanian lainnya.
Pembangunan dalam sektor pertanian ini belum sesuai dengan relasi
gender atau dapat dikatakan bias gender. Relasi gender dapat diartikan
sebagai sebuah faktor penentu yang dapat menentukan akses terhadap
pendidikan, pekerjaan,
sumberdaya, kesehatan, harapan hidup, dan
kebebasan dalam bergerak dan kebebasan dalam menentukan pilihan
(Mugniesyah 2007). Di bidang pertanian, mengutip data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah masyarakat Indonesia yang berperan
sebagai petani adalah sebanyak 26,13 juta orang, dimana didalamnya terdiri
dari perempuan yang mencapai 55,2 persen dari total petani saat itu.
Sedangkan petani laki-laki hanya 44 persen. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28 D ayat (2) disebutkan: ”Setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja”. Ini berarti negara kita tidak menghendaki adanya diskriminasi dalam
pekerjaan, baik pekerja laki-laki maupun perempuan. Kedua-duanya
berhak mendapat imbalan dan perlakuan adil dalam pekerjaan.
Besarnya penyerapan tenaga kerja perempuan di sektor pertanian ini
tidak diimbangi dengan setaranya akses, kontrol, maupun manfaat yang
diterima antara laki-laki dengan perempuan. Sebagian besar buruh
perempuan hanya mendapatkan upah 2/3 dari buruh laki-laki. Hasil
penelitian Lembaga Demografi FE UI (2008) menemukan bahwa buruh tani

2
perempuan mendapat upah Rp 14.099 per hari atau 80% dari upah buruh
tani laki-laki yang sebesar Rp 17.438. Kenyataan yang diskriminatif ini
dikuatkan dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 tahun 1988
yang berisi bahwa perempuan tidak mendapatkan tunjangan kesehatan bila
suami sudah mendapatkan hak yang serupa.
Peran perempuan dalam sektor pertanian pun semakin terancam
dengan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi
lahan non pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap fakta,
bahwa sepanjang tahun 2008 hingga 2010, laju konversi lahan sawah di
Pulau Jawa sebesar 600 ribu hektar, atau bila dirata-ratakan mencapai 200
ribu hektar/tahun. Selain itu, penurunan kondisi pertanian di Indonesia juga
ditunjukan oleh hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik tahun 2013
tentang penurunan jumlah rumah tangga di sektor pertanian. BPS mencatat
jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 26,13 juta, menurun
dibandingkan tahun lalu sebanyak 31,17 juta. Hal ini juga berimplikasi pada
jumlah produksi yang kian lama juga kian menurun.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah pertanian
dikarenakan sektor pertanian memiliki potensi pertanian yang cukup besar
dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang menggantungkan
hidupnya disektor pertanian sebagai petani. Sektor pertanian terdiri dari
pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan memiliki potensi yang
sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, banyak
juga lahan-lahan di Indonesia yang dijadikan sebagai lahan pertanian yang
dapat menunjang kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan
mereka.
Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Desa ini telah
melaksanakan program pertanianGo Organikyang mengutamakan pertanian
organik yang bebas dari pupuk kimia dan pestisida sejak tahun 2002. Pada
tahun 2004, Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Yayasan Dompet Dhuafa
Republika mendukung pengembangan pertanian organik khususnya padi
sehat melalui Program Pemberdayaan Pertanian Sehat (seperti memberikan
pelatihan pada para petani) dan memberi jaminan pasar beras sehat tersebut.
Kerjasama antara kelompok tani, koperasi, dan LPS ini mampu menciptakan
sebuah produk unggulan, yaitu beras Sehat, Aman, Enak (SAE) dan telah
memiliki jaringan distribusi yang relatif tetap. Hasil panen padi yang
dihasilkan juga tidak lagi mengandung bahan pestisida kimia, sehingga
aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Seiring dengan suksesnya program pertanian Go Organik di Desa
Ciburuy ini, peran petani menjadi sangat penting dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan. Namun, kegiatan yang dilaksanakan oleh program tersebut
masih lebih banyak diikuti oleh petani laki-laki saja sedangkan petani
perempuan kurang diikutsertakan. Oleh karena itu penting untuk
mengkaji peran dan status perempuan petani padi dalam program Go
Organik di Kabupaten Bogor.

3
Perumusan Masalah
Pertanian merupakan salah satu bidang usaha yang banyak menarik
tenaga kerja perempuan didalamnya. Namun dengan semakin menurunnya
jumlah lahan pertanian membuat peran dan status perempuan semakin
tersingkir. Ditambah dengan semakin banyaknya alat-alat pertanian baru
yang semakin mempermudah tenaga kerja petani yang membuat tenaga
kerja perempuan sebagai tenaga tambahan tidak lagi dibutuhkan. Tidak
terkecuali dengan program Go Organik 2010 yang merupakan program
pertanian pemerintah yang memberikan bantuan kepada petani untuk
semakin memudahkan kerja mereka dilahan pertanian. Penelitian ini ingin
melihat bagaimana peran dan status perempuanpetani padi dibandingkan
dengan laki-laki dalam program pertanian Go Organik di Kabupaten
Bogor?
Program pembangunan pertanian merupakan program yang sudah
beberapa tahun belakangan ini menjadi perhatian pemerintah. Bukan saja
untuk meminimalisir impor yang kian lama kian meningkat, namun hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani yang masih terus
menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian. Program Go Organik
merupakan salah satu program yang diterbitkan oleh pemerintah. Program
ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia agar
kualitas produk hasil pertanian yang dihasilkan menjadi lebih baik. Selain
itu, harga jual yang tinggi membuat program ini dapat membantu para
petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Program ini
dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada petani supaya dapat
terampil dalam melakukan usaha pertanian organik ini. Namun, petani yang
ikut serta dalam usaha peningkatan kesejahteraan ini masih didominasi oleh
petani laki-laki saja, sedangkan petani perempuan masih belum terasa
antusiasmenya. Wahyuningsih (2012) dalam penelitiannya mengenai gender
pada masyarakat nelayan mengatakan bahwa salah satu factor yang
mempengaruhi peran dan status seseorang adalah karakteristik individu
responden tersebut. Oleh sebab itu penting untuk dianalisis, selain jenis
kelamin apakah karakteristik individu berhubungan dengan peran dan
status dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten
Bogor?
Keikutsertaan individu dalam kegiatan yang dilakukan oleh program
tidak hanya ditentukan oleh kemauan oleh dirinya sendiri saja, namun sering
kali keadaan lingkungan dan ekonomi yang mereka alami menuntut mereka
untuk ikut terlibat dalam jalannya sebuah program. Prastiwi (2012)
mengatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi perempuan juga akan
mempengaruhi besarnya akses, kontrol serta pembagian kerja yang akan
diterima oleh perempuan. Posisi seseorang dalam masyarakat akan
mempengaruhi keterlibatan mereka dalam sebuah program, dan hal ini pun
akan berhubungan dengan peran yang nantinya akan mereka jalankan dalam
program tersebut. Sehingga penelitian ini perlu melihat apakah
karakteristik sosial-ekonomi rumah tangga berhubungan dengan peran
dan status dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di
Kabupaten Bogor?

4
Program Go Organik 2010 memberikan fasilitas kepada petani
dengan memberikan bukan hanya pelatihan namun pupuk organik yang
akan digunakan dalam proses penanaman. Selain itu, penggunaan teknologi
juga membantu cara bekerja petani agar lebih mudah dan dapat bekerja
lebih efisien. Namun, penggunaan teknologi masih didominasi oleh pihak
laki-laki lantaran laki-laki dianggap lebih terampil dalam penggunaan
teknologi. Hal ini membuat perempuan tani terlihat tidak berkembang
dengan masih digunakannya alat-alat sederhana dalam proses penanaman.
Sehingga perlu dikaji bagaimana tingkat akses terhadap sumberdaya
dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian
umum pada penelitian ini adalah menganalisis peran dan status perempuan
petani padi dalam program Go Organik yang terdapat di Desa Ciburuy,
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun tujuantujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis perbedaan peran dan status perempuan petani padi
dibandingkan dengan laki-laki dalam program Go Organikdi Kabupaten
Bogor.
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan peran dan status
perempuan petani padi dalam program Go Organikdi Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis hubungan karakteristik sosio-ekonomi rumahtangga dengan
peran dan status perempuan petani padi dalam program Go Organikdi
Kabupaten Bogor.
4. Menganalisis hubungan tingkat akses sumberdaya pertanian terhadap
peran dan status perempuan petani padi dalam program Go di Kabupaten
Bogor.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Bagi penulis sebagai syarat kelulusan sarjana pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah penelitian mengenai peran dan status perempuan dalam
Program Pertanian. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan
atau literatur bagi akademisi yang ingin meneliti lebih jauh mengenai
peran dan status perempuan dalam program pertanian di Indonesia.
3. Bagi pembuat kebijakan atau pihak pemerintahan, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan mengenai peran dan status
perempuan dalam program pertanian di Indonesia, yang selanjutnya
dapat menjelaskan mengenai alasan banyaknya petani perempuan yang
masih belum mengalami kesejahteraan. Melalui hasil penelitian ini,
pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan atau memberikan solusi

5
untuk lebih meningkatkan kesejahteraan petani perempuan melalui
program pertanian yang berasaskan gender.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai peran dan status perempuan dalam program pertanian di
Indonesia.

6

7

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas
tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori
dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah
kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi
operasional.
Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditunjukan untuk
meningkatkan status dan kesejahteraaan petani semata, tetapi sekaligus juga
dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik
secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui
perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change)
(Iqbal dan Sudaryanto 2008).
Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: (1) adanya pasar
untuk hasil-hasil usaha tani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3)
adanya perangsang produksi bagi petani, (4) tersedianya bahan-bahan dan
alat-alat produksi secara lokal, dan (5) tersedianya pengangkutan yang
lancar dan kontinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian
meliputi: (1) pendidikan pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan
gotong royong petani, (4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan (5)
perencanaan nasional pembangunan pertanian.
Pentingnya peran sektor pertanian dalam ekonomi suatu negara
dikemukakan oleh Meier (1995) dalam handoyo (2008) sebagai berikut: (1)
dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam
ekonomi yang berkembang, (2) dengan menyediakan surplus yang dapat
diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada
sektor lain yang berkembang, (3) dengan membeli barang konsumsi dari
sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk
perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan (4) dengan
menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor
atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor.
Kegiatan pembangunan pertanian dibagi menjadi tiga program,
yakni: (1) program peningkatan ketahanan pangan, (2) program
pengembangan agribisnis, dan (3) program peningkatan kesejahteraan petani.
Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui
peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup
aman dan halal di setiap daerah setiap saat, dan antisipasi agar tidak terjadi
kerawanan pangan. Operasionalisasi program pengembangan agribisnis
dilakukan melalui pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas
unggulan. Operasionalisasi program peningkatan kesejahteraan petani
dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjamin

8
usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya
(Departemen Pertanian 2005).
Peran dan Status
a. Peran
Palit (2009) mengatakan peran adalah pola perilaku yang diharapkan
dari seseornag yang memiliki status atau posisi tertentu dalam masyarakat.
Peran merupakan aspek dinamis dari status, dan apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang tersebut menjalankan sebuah peranan.
Menurut Soekanto (1990), peranan mencakup paling sedikit tiga hal,
yakni: (1) Peranan norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat, (2) Peranan adalah suatu konsep
tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi, dan (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial dalam masyarakat. Dalam suatu sistem
sosial, setiap orang memiliki posisi, dan setiap posisi ini mempunyai fungsi
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Peran merupakan fungsi
yang melekat pada posisi. Peran dapat dilihat dari aspek status dalam
masyarakat yang dapat dibedakan berdasarkan pada jenis pekerjaan, umur,
dan jenis kelamin.
Terdapat banyak perbedaan perlakuan yang diterima oleh perempuan
dalam dunia kerja sehingga berpengaruh pada rendahnya kedudukan mereka.
Sebagaimana dikutip oleh Saptari (1997) menurut Alison Scott, seorang ahli
sosiologi Inggris melihat berbagai bentuk marginalisasi dalam empat bentuk
yaitu: (1) Proses pengucilan, perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau
jenis kerja tertentu, (2) Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins)
dari pasar tenaga kerja, berupa kecenderungan bekerja pada jenis pekerjaan
yang memiliki hidup yang tidak stabil, upahnya rendah, dinilai tidak atau
kurang terampil, (3) Proses feminisasi atau segregasi, pemusatan
perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau
pemisahan yang semata-mata dilakukan oleh perempuan saja atau laki-laki
saja. (4) Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk
di antaranya perbedaan upah.
Proses marginalisasi terhadap perempuan dapat dilihat pada program
pemerintah orde baru yang menyebabkan terpinggirnya perempuan ke
tempat
semula akibat diterapkannya teknologi canggih, misalnya,
mengganti tenaga bagian linting rokok, pengepakan dan proses produksi
dalam suatu perusahaan dengan mesin-mesin yang lebih praktis dan
ekonomis, sementara pekerja di bidang ini yang mayoritas ditekuni
perempuan memupus harapan mereka untuk tetap dapat bekerja dalam
rangka mengangkat derajat ekonomi keluarga. Mesin-mesin potong padi
menggantikan pekerjaan ani-ani yang biasanya ditekuni perempuan,
menjadikan mereka kehilangan pekerjaan.
Khatimah (2009) mengungkapkan rendahnya kedudukan perempuan
juga dirasakan dalam sektor umum lainnya. Di sektor publik, masalah
umum yang dihadapi perempuan dalam pekerjaan adalah kecenderungan

9
perempuan terpinggirkan pada jenis-jenis pekerjaan yang upahnya rendah,
kondisi kerja buruk, dan tidak memiliki keamanan kerja. Hal ini berlaku
khusus bagi perempuan berpendidikan menengah ke bawah. Pekerjaan di
kota adalah sebagai buruh pabrik, sedangkan di pedesaan adalah sebagai
buruh tani. Hal yang perlu digarisbawahi disini adalah bahwa
kecenderungan perempuan terpinggirkan pada pekerjaan marginal tersebut
tidak semata-mata disebabkan faktor pendidikan. Dari kalangan
pengusaha sendiri, terdapat preferensi untuk mempekerjakan perempuan
pada sektor tertentu dan jenis pekerjaan tertentu karena upah perempuan
lebih rendah dari laki-laki.
b. Status
Status menurut Linton dalam Wiryono (1994) merupakan tempat
yang diduduki oleh seseorang atau sekelompok orang dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban tertentu yang diwujudkan dalam perilaku yang
dinamakan peranan. Kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat
dapat ditempatkan berdasarkan kelahiran (ascribed) dan kemampuan
(achieved). Soekanto (1990) dengan mengutip Inkeles mendeskripsikan
keduanya sebagai berikut:
1. Ascribed status, yaitu posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat
yang dicapai berdasarkan kelahiran, garis keturunan, kasta dan agama.
Misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula
atau status seseorang dari kasta yang tinggi dalam masyarakat akan lebih
terhormat dari orang yang berasal dari kasta yang lebih rendah.
2. Achieved status, yaitu posisi atau kedudukan yang dicapai oleh seseorang
melalui usaha atau tindakan yang dilakukannya. Dengan kata lain
achieved status adalah posisi atau kedudukan yang dicapai seseorang
berdasarkan kemampuan/prestasinya. Achieved status kebanyakan
berhubungan dengan dunia politik dan pekerjaan atau profesi. Misalnya,
setiap orang dapat menjadi seorang dokter asalkan memenuhi persyaratan
tertentu. Persyaratan tersebut bergantung pada yang bersangkutan bisa
atau tidak menjalaninya. Apabila yang bersangkutan tidak dapat
memenuhi persyaratan tersebut, ia tidak akan mendapat kedudukan yang
diinginkannya.
Konsep Gender
a. Pengertian Gender
Gender adalah suatu konstruksi sosial yang bervariasi lintas budaya,
berubah sejalan perjalanan waktu dalam suatu kebudayaan tertentu, bersifat
relasional, karena feminitas dan maskulinitas memperoleh maknanya dari
fakta dimana masyarakat kitalah yang menjadikan mereka berbeda (Wood
2001 dalam Mugniesyah 2007).Gender diartikan pula sebagai perbedaanperbedaan (dikotomi) sifat perempuan dan laki-laki yang tidak hanya
berdasarkan biologis semata tetapi lebih pada hubungan-hubungan sosialbudaya antara perempuan dan laki-laki yang dipengaruhi oleh struktur
masyarakatnya yang lebih luas (Donnel 1988; Eviota 1993 dalam
Mugniesyah 2007). Disamping itu, Fakih (1996) mengartikan konsep

10
gender sebagai sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan
yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Berdasarkan definisi
tersebut, diketahui bahwa gender tidak bersifat universal dan bersifat
dinamis dalam kerangka waktu tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin merupakan kodrat sedangkan gender bukanlah kodrat.
Perbedaan gender ini kemudian melahirkan pembagian kerja gender.
Pembagian kerja gender ini tercermin dalam tiga peran gender yaitu
reproduktif, produktif dan sosial. Peran reproduktif adalah kegiatan yang
berkaitan dengan melahirkan dan mempersiapkan keperluan keluarga setiap
hari. Peran produktif, yaitu kegiatan yang menghasilkan produksi barang
atau jasa, untuk dikonsumsi sendiri atau dijual. Sedangkan peran sosial
adalah kegiatan yang mencakup kegiatan sosial dan gotong royong dalam
kehidupan masyarakat. Ini terlihat dari kegiatan perayaan, selamatan,
kesertaan dalam organisasi tingkat komunitas, kesertaan dalam kegiatan
politik di tingkat komunitas dan lainnya.
b. Ketidakadilan Gender dan Alat Analisis Gender
Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang
tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang
menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki, maupun perempuan. Ketidakadilan
gender merupakan sistem dan struktur di mana baik laki-laki maupun
perempuan menjadi korban dalam sistem tersebut.
Ketidakadilan gender, menurut Handayani (2002) terjadi selain
karena adanya konstruksi sosial dan budaya, juga terjadi akibat adanya
hegemoni patriarki yang menganggap bahwa laki-laki sebagai bapak
berkuasa atas perempuan dan anak-anak. Hal ini menyebabkan dominasi
laki-laki berlanjut dalam masyarakat dan berbagai bidang kehidupan. Selain
itu, terjadinya ketidakadilan gender disebabkan pula oleh pembagian kerja
gender yang tidak adil.
Fakih (1996) menyatakan beberapa bentuk ketidakadilan gender
yaitu:
a. Marjinalisasi Perempuan
Proses marjinalisasi menyebabkan kemiskinan. Dari sumbernya bisa
berasal dari kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan tradisi,
kebiasaan dan bahkan ilmu pengetahuan. Proses marjinalisasi misalnya
adalah revolusi hijau, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum
perempuan dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka.
b. Subordinasi
Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap
perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional
menyebabkan perempuan tidak bisa tampil memimpin. Akibatnya muncul
sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
c. Stereotipe
Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap
suatu kelompok tertentu. Stereotipe sering kali merugikan dan menimbulkan
ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe bersumber dari pandangan gender.
Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu yang umumnya

11
adalah perempuan yang bersumber dari penandaan yang dilekatkan kepada
mereka.
d. Kekerasan
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap
fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Pada dasarnya,
kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam
masyarakat. Banyak macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan
sebagai kekerasan gender diantaranya adalah pemerkosaan, pemukulan atau
serangan fisik, penyiksaan yang mengarah pada organ alat kelamin,
pelacuran, pornografi, kekerasan terselubung, pelecehan seksual dan lain
sebagainya.
e. Beban Kerja
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat
memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga,
berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung
jawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak kaum perempuan yang
harus bekerja keras menyelesaikan segala pekerjaan rumah tangganya. Di
kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh
perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika perempuan tersebut harus bekerja,
maka ia memikul peran kerja ganda.
Untuk menggambarkan keadaan dan hubungan antara perempuan
dan laki-laki maka perlu adanya analisis gender. Analisis gender adalah alat
analisis sosial (meliputi aspek ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang
melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi kondisi (situasi) dan
kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat.
Fokus utama analisis situasi gender meliputi tiga bagian utama, yaitu: (1)
pembagian kerja atau peran, (2) akses dan kontrol terhadap sumberdaya
serta manfaat program pembangunan, dan (3) partisipasi dalam
kelembagaan dan pengambilan keputusan di dalam keluarga.
Pada tingkat keluarga/rumahtangga, analisis gender dilihat dari (a)
pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam kegiatan produktif,
reproduktif dan pengelolaan kelembagaan masyarakat serta curahan waktu
dalam kegiatan tersebut, (b) akses dan kontrol perempuan dan laki-laki
terhadap sumberdaya keluarga (lahan, anak, harta, pendidikan). Pada tingkat
masyarakat, analisis gender menyoroti akses dan kontrol laki-laki dan
perempuan terhadap sumberdaya yang mencakup informasi, kredit,
teknologi, pendidikan/penyuluhan/pelatihan, sumberdaya alam, peluang
bekerja dan berusaha; sementara di tingkat negara/pemerintah dapat
dipelajari melalui kebijaksanaan pembangunannya (Donnel 1988; Feldstein
dan Poats 1989; Fao 1990; Anonymous 1991 dalam Mugniesyah et al.
2002)
Salah satu kategori utama alat analisis gender adalah kerangka
Harvard. Alat ini digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu
kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan yang
menjelaskan pentingnya tiga komponen dan interaksi satu sama lain, yaitu:
profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt 1985 dalam
Handayani dan Sugiarti 2002). Alat ini berguna untuk menganalisis situasi
keluarga/rumahtangga dan komunitas masyarakat. Pada kerangka analisis

12
Harvard, terdapat tiga komponen utama yaitu: (1) pembagian kerja (dapat
dilihat dari profil kegiatan laki-laki dan perempuan), (2) profil akses dan
kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, dan (3) faktor-faktor yang
mempengaruhi profil kegiatan, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan
manfaat, partisipasi dalam lembaga dan pengambilan keputusan.
Adapun teknik lainnya yakni Teknik Analisis Moser. Teknik ini
digunakan untuk menilai, mengevaluasi, merumuskan usulan dalam tingkat
kebijaksanaan program dan proyek yang lebih peka gender dengan
menggunakan pendekatan terhadap persoalan perempuan. Analisis ini
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
suatu
program
telah
mempertimbangkan kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis baik bagi
laki-laki maupun perempuan. Namun dalam penelitian kali ini, alat analisis
gender yang digunakan yakni alat analisis Harvard yang terdiri dari profil
pembagian kerja, akses dan kontrol, serta factor-faktor yang
mempengaruhinya.
Faktor yang menentukan perbedaan Peran dan Status
Peran dalam penelitian ini dilihat melalui banyaknya beban kerja yang
dilakukan oleh individu dalam sebuah kegiatan. Beban kerja adalah
pekerjaan/tugas yang dikerjaan oleh responden sebagai hasil dari proses
pembagian yang dilakukan oleh semua anggota kelompok tersebut
(Wahyuningsih 2013). Sedangkan untuk status dilihat melalui kontrol
individu terhadap sumberdaya yang ada. Kontrol adalah sejauh mana
kemampuan yang dimiliki laki-laki dan perempuan dalam pengambilan
keputusan yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku
dalam mengontrol sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya peran dan status
seseorang diantaranya adalah:
a. Karakteristik Individu
Novrianti (2011) pada penelitiannya tentang persepsi perempuan
tentang perannya dalam rumah tangga pembudidaya kerang hijau
mengatakan bahwa karakeristik individu yang mempengaruhi
posisi/kedudukan perempuan adalah usia dan tingkat pendidikan. Usia
adalah lamanya seseorang hidup didunia yang diukur dalam satuan tahun
dan berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi
berbagai perubahan lingkungan dan sosial. Usia dibagi menjadi tiga kategori,
antara lain:
• Dewasa Awal (18-30 tahun)
• Dewasa Pertengahan (31-50 tahun)
• Dewasa Tua (>50 tahun)
Sedangkan tingkat pendidikan adalah lamanya waktu yang dijalani
responden dalam menempuh pendidikan formal dan dihitung dalam satuan
tahun. Pengkategorian ini antara lain:
• Rendah (pendidikan formal selama 1-3 tahun)
• Sedang (pendidikan formal selama 4-6 tahun )
• Tinggi (pendidikan formal lebih dari 6 tahun)

13
Novriani (2011)pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa budaya
/ suku adalah identitas yang didasarkan pada asal daerah responden.
Khatimah (2009) mengatakan bahwa subordinat peran dapat terjadi dalam
segala bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu.
Di Jawa misalnya, dahulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi, karena akhirnya juga akan ke dapur. Dalam rumah
tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan
harus mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya, maka
anak laki-laki akan mendapatkan prioritas utama. Praktik seperti itu
sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender yang tidak adil.
b. Karakteristik sosial dan ekonomi
Prastiwi (2012) mengatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi
perempuan juga akan mempengaruhi besarnya akses, kontrol serta
pembagian kerja yang akan diterima oleh perempuan. Karakteristik sosialekonomi yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah status pernikahan,
tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Status pernikahan dianggap
memiliki hubungan dengan besarnya akses, kontrol serta pembagian kerja
yang diterima oleh perempuan karena status pernikahan perempuan akan
memperlihatkan bsarnya jumlah tanggungan yang akan mereka tanggung.
Jika perempuan yang sudah menikah sering kali memiliki tanggungan yang
besar terhadap kelurganya sehingga menuntut dia untuk bekerja lebih
banyak untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Hal ini terjadi karena
mereka memiliki tanggung jawab untuk menghidupi keluarga mereka.
Manaso Malo (2001) juga memberikan batasan tentang kondisi
sosial ekonomi yaitu, merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial
dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam sosial masyarakat.
Posisi dalam masyarakat disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Hal lain yang
juga berhubungan dengan karakteristik sosial ekonomi adalah kepemilikan
luas lahan. Eka (2013) dalam penelitiannya mengenai perubahan status
kepemilikan lahan pertanian terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
petani mengatakan bahwa kepemilikan lahan pertanian oleh petani akan
mempengaruhi kinerja petani untuk dapat menghasilkan sebuah barang
produksi yang memiliki nilai jual tinggi untuk pemenuhan kebutuhan
hidupnya.
Badan Pertanahan Nasional (Bappenas) mengungkapkan bahwa
kepemilikan lahan pertanian selain lahan milik petani itu sendiri dibagi
menjadi tiga kelompok lahan, yakni lahan sawah yang diperoleh dari
menyewa, lahan sawah yang diperoleh dari hasil garap lahan petani lain, dan
lahan yang didapatkan dari gadaian. Adapun factor lain yang mempengaruhi
besarnya peran dan status seseorang dalam kelompok adalah luas lahan yang
dimiliki oleh seseorang. Purwanto (2010) mengungkapkan bahwa salah satu
factor sosial ekonomi yang mempengaruhi keterlibatannya dalam sebuah
kegiatan adalah luas lahan yang dimiliki dalam usaha taninya.

14
c. Tingkat Akses terhadap sumberdaya
Akses adalah peluang yang dimiliki baik oleh laki-laki maupun
perempuan untuk menikmati sesuatu yang dianalisis berdasarkan persepsi
responden terhadap perilaku dalam mengakses sumberdaya pertanian
(Wahyuningsih 2013) . Alat yang digunakan adalah siapa yang memiliki
kesempatan (laki-laki dan perempuan) dalam mengakses sumberdaya yang
berkaitan dengan kegiatan produktif.

Kerangka Pemikiran
Program Go Organik merupakan salah satu program pertanian dimana
yangberwawasan lingkungan guna menjaga kelestarian alam yang
digunakan untuk kegiatan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Program Go Organik ini dimulai sejak tahun 2002 dengan
menerapkan system pertanian yang bebas dari penggunaan bahan-bahan
kimia, baik dalam hal penggunaan pupuk maupun pestisida untuk
membunuh hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Dalam
pelaksanaannya, program Go Organik melibatkan baik petani perempuan
maupun petani laki-laki. Namun besarnya keterlibatan perempuan dan lakilaki dalam program Go Organik memiliki perbedaan baik dalam peran
maupun status.
Peran dalam penelitian kali ini dilihat melalui besarnya keterlibatan
perempuan dalam kegiatan budidaya padi organikyang dilihat melalui
banyaknyabeban kerja yang dikerjakan selama proses budidaya padi yang
dimulai dari proses persiapan lahan hingga pemanenan hasil pertanian.
Sedangkan status perempuan dilihat melaluistatus yang melekat pada
perempuan nantinya dapat dilihat dengan besarnya kontrol yang dapat
dilakukan oleh perempuan dalam mengelola sumberdaya pertanian yang
disediakan oleh program Go Organik.
Karakteristik individu petani berhubungan dengan besarnya peran
dan status perempuan dalam program pertanian Go Organik 2010.
Karakteristik yang berpengaruh tersebut terdiri dari
usia, tingkat
pendapatan serta tingkat pendidikan yang berhasil mereka tempuh. Karena
hal-hal tersebut berpengaruh terhadap stereotipe para penerima program
dalam menentukan besarnya peran yang akan diberikan oleh perempuan.
Selain itu, karakteristik sosial-ekonomi juga memiliki hubungan terhadap
peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go
Organik di Kabupaten Bogor. Karakteristik sosial ekonomi rumahtangga
yang mempengaruhi peran dan status perempuan adalah status pernikahan,
posisi dalam masyarakat, luas lahan yang dimiliki dan status kepemilikan
lahan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perempuan akan mendapatkan
pengaruh dari hal-hal yang melekat didalam dirinya, seperti posisi mereka
dalam masyarakat maupun status kependudukan mereka ditempat tersebut.
Besarnya peran dan status yang dimiliki oleh perempuan dalam
program Go Organik 2010juga memiliki hubungan dengan tingkat akses
terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh perempuan. Karena ketika
perempuan sudah dengan mudah mengakses segala sumberdaya yang

15
disediakan oleh program, maka peran yang dilakukan pun akan lebih terlihat
dan hal ini juga akan berkorelasi dengan status yang nantinya akan
didapatkan oleh perempuan.
Karakteristik Individu:
-Usia
-TingkatPendidikan
-Tingkat Pendapatan

Karakteristik Sosioekonomi
rumahtangga:
- Status Pernikahan
- Posisi dalam
Masyarakat
- Status Kepemilikan
Lahan
- Luas lahan yang
dimiliki

-Peran Perempuan
dalam Program Go
Organik 2010:
Tingkat Beban
Kerja
-Status Perempuan
dalam Program Go
Organik 2010:
Tingkat Kontrol
Terhadap
Sumberdaya
Pertanian

Tingkat Akses
Terhadap Sumberdaya
Pertanian:
-Teknologi
-Pelatihan Pertanian
-Bibit dan Benih
-Pupuk
Gambar 1. Kerangka Analisis Peran dan Status Perempuan petani padi
dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor
Berhubungan
Hipotesis Penelitian
1. Karakteristik individu berhubungan dengan peran dan status
perempuan petani padi dalam program Go Organik di Kabupaten
Bogor.
2. Karakteristik sosio-ekonomi rumah tangga berhubungan dengan
peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go
Organik di Kabupaten Bogor.
3. Akses terhadap sumberdaya berhubungan dengan peran dan status
perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik di
Kabupaten Bogor.

16
Definisi Operasional
-

-

Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada
seseorang yang membedakan dengan orang lain. Beberapa variabelnya,
antara lain:
a. Usia, yaitu lamanya seseorang hidup didunia yang diukur dalam
satuan tahun.
Untuk
keperluan
penelitian,
dilakukan
pengelompokan umur berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst
(Mugniesyah 2007), diukur menggunakan skala ordinal yaitu:
- Usia 18-30 tahun: masa awal dewasa ; skor 1
- Usia 30-50 tahun: masa usia pertengahan ; skor 2
- Usia >50 tahun: masa tua ; skor 3
b. Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan formal/sekolah tertinggi
yang pernah diikuti responden. Diukur menggunakan skala ordinal,
dibedakan menjadi tiga kategori ya