Evaluasi Penerapan ISO/TS 16949 pada PT Mitsubishi Electric Automotive dengan Analytical Network Process dan Failure Mode Effect Analysis

EVALUASI PENERAPAN ISO/TS 16949 PADA PT MITSUBISHI
ELECTRIC AUTOMOTIVE DENGAN ANALYTICAL NETWORK
PROCESS DAN FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS

EMHA IMADUDDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Evaluasi Penerapan
ISO/TS 16949 pada PT Mitsubishi Electric Automotive dengan Analytical
Network Process dan Failure Mode Effect Analysis adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014

Emha Imaduddi
NIM H24100083

ABSTRAK
EMHA IMADUDDI. Evaluasi Penerapan ISO/TS 16949 pada PT Mitsubishi
Electric Automotive dengan Analytical Network Process dan Failure Mode Effect
Analysis. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS
PT Mitsubishi Electric Automotive Indonesia (MEAINA) merupakan salah
satu perusahaan yang telah menerapkan standar mutu ISO/TS 16949, yang
berperan menjadi standar mutu produk. Tujuan Penelitian: (1) Mengetahui
penerapan ISO/TS 16949 di PTMEAINA, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi permasalahan dan evaluasi dalam penerapan ISO/TS 16949 dan (3)
Memberikan alternatif pemecahan masalah penerapan ISO/TS 16949. Analisis
data menggunakan Analytical Network Process (ANP) dan Failure Mode Effect
Analysis (FMEA). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak Microsoft Excel dan Superdecisions. Data diperoleh melalui wawancara dan
penilaian pakar berdasarkan non probability sampling dengan purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT MEAINA telah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) yang terus diperbaharui, hingga akhirnya menerapkan
ISO/TS 16949:2009. Permasalahan berdasarkan ISO/TS 16949 memiliki bobot
pengaruh, yaitu SMM memiliki pengaruh terbesar dari seluruh masalah yang ada
dalam klausul, yaitu dengan bobot 0,295, yang diikuti oleh tanggungjawab
manajemen 0,197, realisasi produk 0,195, analisis, pengukuran dan perbaikan
0,172 dan manajemen sumber daya 0,140.
Kata Kunci: analytical network process, evaluasi, failure mode effect analysis,
ISO/TS 16949.

ABSTRACT
EMHA IMADUDDI. Evaluation of ISO/TS16949 Implementation in PT
Mitsubishi Electric Automotive with Analytical Network Process and Failure
Mode Effect Analysis. Supervised by H. MUSA HUBEIS.
PT Mitsubishi Electric Automotive Indonesia (MEAINA) is company that
have implemented quality standard ISO/TS16949. Objective: (1) Knowing the
application of ISO/TS16949 in PT MEAINA, (2) identify the factors that become
problems and evaluation of the implementation of ISO/TS 16949, and (3) Provide

alternative solutions to problems the application of ISO/TS 16949. Processing and
analysis of data using the Analytical Network Process (ANP) and Failure Mode
Effect Analysis (FMEA). Microsoft Excel and Superdecision are the softwares
that used to process the data. The results showed that PT MEAINA has
implemented a Quality Management System (QMS) that is continually updated
ISO/TS 16949:2009. The problems based on the ISO/TS 16949 has a weight of
influence on the implementation of QMS that has the greatest influence of all the
problems that is the weight of 0.295, followed by the management responsibility
0.197, product realization 0.195,analysis, measurement and improvement 0.172,
resource management 0.140.
Keywords : analytical network process, evaluation, failure mode effect analysis,
ISO / TS 16949.

EVALUASI PENERAPAN ISO/TS 16949 PADA PT MITSUBISHI
ELECTRIC AUTOMOTIVE DENGAN ANALYTICAL NETWORK
PROCESS DAN FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS

EMHA IMADUDDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Evaluasi Penerapan ISO/TS 16949 pada PT Mitsubishi Electric
Automotive dengan Analytical Network Process dan Failure Mode
Effect Analysis
Nama
: Emha Imaduddi
NIM
: H24100083

Disetujui oleh


Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul Evaluasi
Penerapan ISO/TS 16949 pada PT Mitsubishi Electric Automotive dengan
Analytical Network Process dan Failure Mode Effect Analysis yang dilaksanakan
sejak bulan Desember 2013-Februari 2014 dan sebagai syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS,

Dipl.Ing, DEA. Selaku pembimbing skripsi. Ungkapan terima kasih juga penulis
tujukan kepada Ibu Murni Yanti Manajer Manajemen Sistem PT Mitsubishi
Electric Automotive Indonesia (MEAINA), Bapak Wahyu Shodak Section HR &
GA PT MEAINA, Karelika SN Asisten Manajer Sistem, Entenk Ravendra
Pratama Staff Manajemen Sistem, Gini Respati Clerk PT MEAINA. Roby Nasir
SPV Quality PT MEAINA. Tak lupa terima kasih disampaikan kepada orang tua
tercinta (Syamsul Hadi dan Ayi Mugiarti), kakak-kakak tersayang atas segala doa
dan kasih sayangnya. Terima kasih pula kepada sahabat-sahabat terbaik
Manajemen 47 dan teman-teman Centre of Management atas dukungan dan doa
yang diberikan. Terima kasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga
masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, maka kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014
Emha Imaduddi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3


Konsep Mutu

3

ISO/TS 16949

4

Pengertian ISO/TS 16949

4

Persyaratan Standar ISO/TS 16949

4

Penelitian Terdahulu yang Relevan
METODE

5

5

Kerangka Pemikiran

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

6

Klasifikasi ANP


6

Pembobotan

7

FMEA

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Gambaran Umum Perusahaan

8

Struktur Organisasi

9

Penerapan ISO/TS 16949 PT MEAINA

9

Identifikasi Permasalahan ISO/TS 16949 PT MEAINA

10

Permasalahan Berdasarkan Klausul ISO/TS 16949

11

Analisis Permasalahan ISO/TS 16949

12

Aktor dalam Penerapan ISO/TS 16949

14

Evaluasi Penerapan ISO/16949 PT MEAINA

15

Tindakan Peningkatan Penerapan ISO/TS 16949
Implikasi Manajerial

15
17

SIMPULAN DAN SARAN

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

DAFTAR TABEL
1
2
3

Penjelasan klausul-klausul dalam ISO/TS 16949
Hasil perhitungan FMEA penilaian pakar
Peringkat hasil FMEA

4
12
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Jumlah penjualan kendaraan bermotor 2008-2012
Kerangka pemikiran
Blok supermatriks
Struktur ANP
Hasil perbandingan bobot masalah
Hasil perbandingan bobot aktor
Hasil perbandingan bobot tindakan

1
6
7
10
12
14
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Struktur organisasi
Contoh kuesioner
Prioritas hasil olahan superdecisions

20
21
35

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Unit

Setiap perusahaan dituntut untuk menjadi lebih berkembang di tengah
pesatnya persaingan di dunia industri, sehingga perusahaan perlu meningkatkan
dan menjaga mutu dari produk yang diproduksinya agar tetap dapat bertahan di
tengah persaingan yang ada. Dilihat dari manajemen operasional, mutu produk
merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk.
Produk dengan mutu bagus mampu bersaing di pasaran. Dilihat dari sudut
manajemen pemasaran, mutu produk dapat menjadi salah satu unsur penting untuk
meningkatkan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan
(Nasution 2004).
Industri otomotif di Indonesia merupakan industri besar yang terdiri dari
banyak perusahaan yang bersaing diindustri ini. Termasuk didalamnya yaitu
sektor industri suku cadang otomotif. Pertumbuhan sektor industri suku cadang
otomotif berbanding lurus dengan perkembangan industri otomotifnya. Dilihat
dari tingkat penjualan kendaraan bermotor dari yang tertera pada Gambar 1
menunjukkan trend positif terhadap perkembangan indutri otomotif, terutama
untuk sektor suku cadang otomotif. Semakin tinggi pertumbuhan dan penjualan
kendaraan bermotor maka permintaan akan suku cadang pun akan meningkat,
maka setiap perusahaan yang bergerak di bidang ini perlu memiliki mutu yang
terstandardisasi dengan baik agar dapat terus bersaing dengan kompetitornya dan
memenuhi keinginan pelanggan.
9,000,000
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-

7,369,249
6,215,830

603,774
2008

8,012,540
7,064,457

5,851,962

483,548
2009

Motor

764,710
2010
Tahun

892,903
2011

1,116,230

2012

Mobil

Gambar1. Jumlah penjualan kendaraan bermotor 2008-2012 (MarkPlus Consulting 2013)
Standardisasi sangat diperlukan dalam pengelolaan sistem manajemen mutu
dari suatu produk, dimana produk hasil industri otomotif dan perlengkapannya
sangat memerlukan ketelitian tinggi. Untuk itu diperlukan standardisasi, maka
industri otomotif dengan kesepakatan persetujuan bersama mengeluarkan
standardisasi yang disebut ISO/TS 16949. ISO/TS 16949 merupakan standar

2
sistem manajemen mutu (SMM) internasional yang secara spesifik digunakan
untuk meningkatkan mutu dan jaminan integritas terhadap penyediaan material
untuk industri terkait. Salah satu sektor industri otomotif adalah perusahaan
penyedia suku cadang otomotif, seperti starter mobil. Perusahaan penyedia suku
cadang otomotif merupakan pemasok komponen otomotif kepada produsenprodusen kendaraan bermotor yang menjadi mitra usahanya. Dengan semakin
pesatnya persaingan yang ada, maka perusahaan yang bergerak di industri ini
harus memiliki mutu yang baik dari sistem manajemen hingga produknya,
sehingga dapat diterima oleh berbagai perusahaan industri kendaraan bermotor
yang menuntut pemasoknya bersertifikasi atau berstandar, maka untuk diterima di
berbagai perusahaan industri kendaraan bermotor, perusahaan di industri suku
cadang otomotif perlu memiliki standardisasi yang baik, seperti penerapan
ISO/TS 16949 pada perusahaannya.
PT Mitsubishi Electric Automotive merupakan salah satu perusahaan
manufaktur di Indonesia yang memproduksi suku cadang otomotif seperti starter
mobil. Kantor pusat dan pabrik berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. PT Mitsubishi
Electric Automotive selalu terdepan dalam menghasilkan produk bermutu tinggi
dan pelayanan yang baik bagi pelanggan. PT Mitsubishi Electric Automotive
Indonesia (MEAINA) telah mendapatkan sertifikat ISO 9002 dan beberapa tahun
kemudian mendapat sertifikat ISO 14000. Perusahaan inipun memiliki
standarisasi ISO/TS 16949 yang lebih spesifik dalam SMM untuk perusahaan di
bidang otomotif. Untuk mengevaluasi penerapannya, untuk itu dilakukan
penelitian ini untuk memberikan dan mengetahui faktor apakah yang berpengaruh
dan perlu diperbaiki.

Perumusan Masalah
Mutu produk adalah hal mutlak yang harus dilakukan oleh perusahaan.
maka diperlukan strategi peningkatan mutu secara berkesinambungan untuk
mencapai mutu tingkat dunia. Dengan digunakannya ISO/TS 16949 sebagai
standarisasi manajemen, maka seluruh komponen yang terlibat dalam suatu
produksi dapat memberikan kontribusi maksimal untuk mendapatkan standar
mutu yang baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan ISO/TS 16949 pada PT MEAINA ?
2. Faktor-faktor permasalahan apakah yang menghambat penerapan ISO/TS
16949pada PT MEAINA ?
3. Alternatif pemecahan masalah seperti apakah yang dapat dijalankan oleh PT
MEAINA ?

Tujuan Penelitian

3
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis penerapan ISO /TS 16949 di PT MEAINA.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi permasalahan dan evaluasi dalam
penerapan ISO/TS 16949.
3. Menganalisis alternatif pemecahan masalah penerapan ISO/TS 16949.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk memperbaiki
sistem yang ada dari hasil evaluasi yang telah dilakukan dan dapat mengetahui
keefektifan dari penerapan ISO/TS 16949, serta referensi untuk pihak lain dalam
penerapan ISO/TS 16949 dan bagi peneliti berguna sebagai implementasi ilmu
yang telah didapatkan di bangku kuliah.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penerapan ISO/TS 16949 di PT Mitsubishi
Electric Automotive Indonesia yang terkait dengan SMM perusahaan, khususnya
dalam industri otomotif.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Mutu
Mutu merupakan bagian penting dalam suatu organisasi, karena fokus
utama dari suatu organisasi adalah untuk memuaskan pelanggan. Persepsi
kepuasan pelanggan atas suatu produk diartikan sebagai suatu standar mutu bagi
perusahaan dalam produksinya. ISO 8402 (Quality Vocabulary) dalam Gaspersz
(2003), mendefinisikan mutu sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan
atau ditetapkan. Mutu seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance
to requirement).
Crosby dalam Nasution (2004) menyatakan, bahwa mutu adalah
conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau
distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu
yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan
produk jadi. Menurut Nasution (2004) terdapat beberapa persamaan dari beberapa
definisi mengenai mutu, yaitu mutu mencakup usaha memenuhi dan melebihi
harapan konsumen. Mutu mencakup produk, manusia, proses, dan lingkungan.
Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap merupakan
mutu saat ini mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).

ISO/TS 16949

4

Pengertian ISO/TS 16949
ISO/TS 16949 merupakan standar dari SMM yang dalam aplikasinya
dibutuhkan terlebih dahulu pengimplementasian ISO 9001:2008 untuk industri
otomotif (ISO 2009). The International Automotive Task Force (IATF) dan
International Organization for Standardization (ISO) bekerjasama membuat suatu
sistem manajemen mutu industri otomotif yang dikenal dengan ISO/TS 16949.
Standar tersebut dapat digunakan pada setiap organisasi, yaitu pabrikan komponen,
perakitan, dan penyedia suku cadang sebagai pemasok keperluan industri otomotif.
Revisi terakhir ISO/TS 16949 dirilis pada tahun 2009.
ISO/TS 16949:2009 memuat semua persyaratan ISO 9001 ditambah
dengan persyaratan khusus untuk industri otomotif dan disusun
berdasarkan delapan prinsip manajemen mutu ISO 9001:2008 seperti memuat
mengenai sektor yang lebih spesifik, persyaratan kompetensi karyawan pelatihan
dan pengembangan produksi hingga analisis perbaikan. ISO/TS 16949:2009 pun
menggantikan QS9000 dan quality system lainnya yang disyaratkan oleh masingmasing industri otomotif (ISO 2002).
Persyaratan Standar ISO/TS 16949
Menurut International Organization for Standardization (ISO), ISO/TS
16949 merupakan pengembangan dari ISO 9000 dan ISO 9004. ISO/TS 16949
adalah ISO dengan spesifik teknik yang dikembangkan oleh IATF dan ISO secara
umum digunakan sebagai sistem mutu otomotif. ISO ini secara spesifik
dibutuhkan untuk disain, pengembangan, produksi, instalasi dan servis untuk
produk-produk yang berhubungan dengan otomotif (Kartha 2004). Klausul ISO
/TS 16949 dapat dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penjelasan klausul-klausul dalam ISO/TS 16949
No.

Klausul

1

Ruang Lingkup

2

Referensi Normatif

3

Istilah dan Definisi

4

SMM

5

Tanggungjawab Manajemen

6

Manajemen Sumberdaya

7

Realisasi Proses

Pengukuran, Analisis dan
Peningkatan
Sumber: ISO (2009)
8

Penjelasan
Terdiri atas persyaratan standar yang mengacu
pada kepuasan pelanggan
Berisi referensi-referensi yang berlaku dalam
ISO/TS 16949
Berisi istilah dan definisi yang berlaku dalam
ISO/TS 16949
Menjamin dokumentasi dan pengendalian
dokumen
Komitmen manajemen puncak
Menetapkan dan memberikan sumberdaya yang
dibutuhkan
Menjamin proses realisasi produk berada di
bawah pengendalian
Menetapkan rencana pengukuran, pemantauan
dan peningkatan

5
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Laksmi (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis implementasi ISO
9001:2000 pada departement collection PT Para Bandung Propertindo. Menelaah
masalah penerapan ISO 9001:2000 dan faktor-faktor yang menjadi masalah dalam
penerapannya, serta di akhir penelitiannya memberikan alternatif penyelesaian
masalah. Alat analisis yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process
(AHP), sehingga diketahui bobot terhadap faktor yang paling berpengaruh, yaitu
SMM dengan bobot 0,3443, dengan rekomendasi perbaikan dokumentasi dan
administratif menjadi prioritas utama.
Krisnanto et al (2006) dalam penelitiannya membahas mengenai
Pengendalian Kualitas PT AHM dengan ISO/TS 16949: 2002 untuk Mencegah
Komponen Valve Inlet Bengkok pada Motor Supra, khususnya Mesin NF100
(Studi Kasus Valve Inlet Bengkok di PT Astra Honda Motor). Alat analisis yang
digunakan adalah Statistical Process Control (SPC) dan FMEA. Dari hasil
evaluasi pada Pengolahan dan Analisa Data, dapat diketahui bahwa penyebab
Valve Inlet bengkok dapat berasal dari Valve Inlet, Guide Valve Inlet, dan
Cylinder head. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa FMEA adalah living
document, maka (a) FMEA harus update setiap saat ketika ada modifikasi
produk/proses, dan (b) FMEA bukan hanya sebagai dokumen melainkan sebagai
alat improvement yang bermanfaat untuk mengevaluasiproses produksi atau
mengevaluasi potensi kegagalan yang ada.

METODE
Kerangka Pemikiran
Penelitian mengenai evaluasi penerapan ISO/TS 16949 pada PT
Mitsubishi Electric Automotive Indonesia, diawali dengan mengidentifikasi
bagaimana penerapan manajemen mutu di perusahaan. Analisis mengenai
penerapan ISO/TS 16949 dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung,
serta dokumentasi yang dimiliki oleh perusahaaan. Hasil analisis yang didapat
akan memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan saat ini yang nantinya
akan dirumuskan menjadi kuesioner untuk dianalisis dengan metode Analytical
Network Process (ANP) dan FMEA. Dari hasil analisis data, dapat diajukan
beberapa usulan atau koreksi terhadap hasil evaluasi yang telah dilakukan. Untuk
menjabarkan hal tersebut, pada Gambar 2 dimuat kerangka penelitian pada PT
MEAINA.

6

PT.MEAINA
Identifikasi Implementasi ISO/TS 16949

Analisis Masalah dan Kendala dalam Implementasi

Analisis ANP

Analisis FMEA

Evaluasi Masalah
Rekomendasi Correction Action atau Tindakan Perbaikan
Penerapan ISO/TS 16949 bagi Perusahaan

Gambar 2. Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT MEAINA, yang berlokasi di Bekasi
International Industrial Estate, Lemahabang, Bekasi, Indonesia. Penelitian ini
dilaksanakan pada Desember 2013 hingga Februari 2014.

Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui observasi lapang, serta wawancara langsung dengan pihak
perusahaan dan pendapat pakar. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur,
jurnal ilmiah, laporan terdahulu, serta berbagai sumber lain yang relevan.
Identifikasi permasalahan dan faktor-faktor yang diperlukan dalam penerapan
ISO/TS 16949 dilakukan bersama-sama pihak perusahaan yang berkaitan dengan
fokus penelitian. Teknik yang digunakan adalah wawancara dengan pihak
perusahaan dan melakukan observasi. Pengambilan contoh dilakukan berdasarkan
non probability sampling dengan purposive sampling untuk menentukan pakar
dan narasumber yang dilibatkan dalam penelitian. Pemilihan pakar berdasarkan
pada tingkat jabatan, tingkat pendidikan, lama bekerja dan pemahaman terhadap
sistem manajemen. Pendapat pakar diperoleh dengan menggunakan kuesioner
yang diberikan setelah melalui proses wawancara dalam penyusunannya.

Pengolahan dan Analisis Data
Klasifikasi Hirarki ANP
Metode ANP merupakan pengembangan dari metode AHP (Saaty 2001)
yang mampu mengakomodasi adanya saling keterkaitan dalam bentuk interaksi
dan umpan balik dari unsur-unsur dalam klaster (inner dependence) atau antar
klaster (outer dependence). ANP merupakan metode pemecahan suatu masalah

7
yang tidak terstruktur dan membutuhkan ketergantungan hubungan antar
unsurnya. Konsep ANP dikembangkan dari teori AHP yang didasarkan pada
hubungan saling ketergantungan antara beberapa komponen, sehingga ANP
merupakan bentuk khusus dari AHP. Suatu jaringan mungkin merupakan
modifikasi dari bentuk hubungan hirarki yang diubah pasangan komponennya dan
dihubungkan di antaranya, serta mempunyai inner dan outer dependence. Oleh
karena itu klasifikasi hirarki dimodifikasi menjadi jaringan umpan balik.
Menurut Saaty (2001), struktur hirarki tergolong menjadi empat
kelompok, yaitu:
a.
Suparchy merupakan sebuah struktur seperti hirarki dengan pengecualian
tidak ada tujuan, tetapi mempunyai siklus umpan balik pada kedua level
paling atas.
b.
Intarchy merupakan sebuah hirarki dengan siklus umpan balik antara dua
level tengah secara berurutan.
c.
Sinarchy merupakan sebuah hirarki dengan siklus umpan balik pada dua
level bawah.
d.
Hiernet merupakan sebuah jaringan yang disusun secara vertikal untuk
memfasilitasi keanggotaan pada semua level-levelnya
Pembobotan
Pembobotan dalam ANP diperlukan suatu model yang merepresentasikan
keterkaitan antar kriteria/subkriteria atau alternatif. Hal yang harus diperhatikan
dalam pembobotan ini adalah "kontrol". Ada dua kontrol, yaitu kontrol hirarki
yang menunjukkan keterkaitan, antar kriteria dan subkriteria dan yang kedua
adalah kontrol keterkaitan yaitu yang menunjukkan adanya keterkaitan antar
kriteria/subkriteria. Bobot gabungan diperoleh melalui pengembangan dari
supermatriks. Dalam suatu sistem dengan N komponen yang terdiri dari C unsur
yang saling berinteraksi, dinotasikan Ch dimana h = 1, 2, 3, .... N. Unsur yang
dimiliki oleh komponen akan disimbolkan dengan eh1,eh2, ....... ehn.
Nilai dari supermatriks diberikan sebagai hasil penilaian dari skala
prioritas yang diturunkan dari perbandingan berpasangan seperti pada AHP.
Matriks disusun untuk menggambarkan aliran kepentingan antara komponen baik
secara inner maupun outer dependence. Contoh supermatriks dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Blok supermatriks

8

Hasil akhir dari perhitungan supermatriks akan memberikan bobot prioritas
dan sintesis. Prioritas merupakan bobot dari semua unsur dan komponen.
Sedangkan sintesis merupakan bobot dari alternatif (Saaty 2003). Pengolahan data
menggunakan software Microsoft Excel dan Superdecisions.
FMEA
Menurut Tanjong (2013), FMEA merupakan alat yang digunakan untuk
mengidentifikasi sebab dan akibat permasalahan dan melakukan pengukuran
berupa nilai-nilai yang berdasarkan pada Severity, Occurance dan Detection.
Menurut Firdaus et al (2010) langkah kerja dari penerapan metode FMEA
adalah:
a.
Identifikasi dan klasifikasi pada setiap proses.
b.
Penentuan nilai Severity (pengaruh) = S, Occurent (penyebab) = O dan
Detection (deteksi) = D pada tiap tiap proses
c.
Menghitung RPN. RPN = S x O x D
d.
Mengambil tindakan (action) pada proses yang nilai RPN tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
PT Mitsubishi Electric Automotive Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang manufaktur yang memproduksi starter, alternator dan
komponen starter dan alternator. Pada awalnya, perusahaan ini bernama PT
Tjiparaj Permai Electricindo yang didirikan pada bulan Juni tahun 1987 dan
berlokasi di Pulogadung, Jakarta. Pada tahun 1996 berubah menjadi rental
temporary factory. Satu tahun kemudian perusahaan ini menempati pabrik baru di
kawasan Bekasi International Industrial Estate, Lemahabang-Bekasi dan berganti
nama menjadi PT Lippo Melco Auto-parts (LMA). Perusahaan ini menempati
area pabrik 8.148 m2 dengan luas tanah 25.300 m2 dan luas tanah yang digunakan
14.072 m2. Sejalan dengan perkembangannya, perusahaan ini berganti nama lagi
menjadi PT Mitsubishi Electric Automotive Indonesia (MEAINA) sebagai foreign
investment, dimana seluruh aset dimiliki oleh Mitsubishi Electric Corporation. PT
MEAINA memiliki aset awal Rp11 miliar. Selain memproduksi starter,
alternator, komponen starter dan alternator. Perusahaan ini juga memproduksi
rotor, over running clutch, brush holder, bracket front dan bracket rear. Semua
produk yang diproduksi merupakan komponen otomotif untuk perakitan
kendaraan bermotor.
PT MEAINA memiliki sistem mutu berbasiskan kepada proses seperti
pengadopsian sistem mutu ISO/TS 16949 dan sistem mutu lainnya untuk tetap
mempertahankan dan memberikan jaminan mutu kepada pelanggannya bahwa
produk yang diproduksi memiliki mutu sangat baik. Pengadopsian sistem mutu ini
selalu diperbaharui oleh pihak perusahaan dan untuk saat ini perusahaan telah
memiliki sertifikasi ISO 16949:2009, dimana sistem mutu ini telah digunakan

9
oleh perusahaan yang bergerak dibidang otomotif. Sebelum memperoleh
sertifikasi mutu ISO/TS 16949, perusahaan diwajibkan terlebih dahulu memiliki
sertifikasi ISO seri 9000 sebagai dasar dari penerapan ISO/TS 16949. Dalam
perkembangannya, sistem mutu ini sudah memiliki edisi ketiga dalam
pembaharuan sistemnya dan PT MEAINA selalu memperbaharui sertifikasinya
dengan edisi terbaru.

Struktur Organisasi
PT MEAINA dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang dibantu oleh
Sekretaris. Perusahaan ini dibagi menjadi beberapa divisi, diantaranya divisi
Production, Sales, Accounting dan Human Resource & General Affairs (HR &
GA). Pada divisi Production dibagi lagi menjadi beberapa sub divisi, yaitu
Quality Assurance (QA), Engineering & Production dan Purchase.
Struktur organisasi PT MEAINA terlampir pada Lampiran 1 memiliki
pelimpahan wewenang secara vertikal dari pimpinan tertinggi hingga kepada unit
dibawahnya. Perusahaan pun memiliki Quality and Environment Management
Representative (QEMR) manajer atau manajer manajemen sistem yang bertugas
sebagai pengawas dalam penjalanan sistem, baik pengawasan terhadap sistem
mutu dalam proses produksi maupun sistem lainnya seperti sistem manajemen
lingkungan (SML) ISO seri 14000.

Penerapan ISO/TS 16949 PT MEAINA
PT MEAINA melakukan upaya berkesinambungan untuk meningkatkan
mutu produk yang di produksi. Perusahaan ini menerapkan sistem mutu ISO
16949:2009, yaitu SMM yang dikhususkan untuk perusahaan yang bergerak
dibidang otomotif. ISO/TS 16949:2009 merupakan edisi ketiga dari seri ini yang
telah diperbaharui oleh International Organization for Standardization yang
merupakan badan standardisasi internasional. ISO/TS 16949 berbeda dengan
sistem ISO seri 9000 yang lebih mengutamakan terhadap pendekatan dokumen,
yaitu memiliki pendekatan lebih mengutamakan terhadap pendekatan proses.
Selain itu, perbedaan mendasar dari ISO/TS 16949 dengan ISO 9000, yaitu
adanya panduan mengenai spesifik mesin yang digunakan, efisiensi dalam proses,
adanya pendekatan multidisiplin ilmu, program purwarupa, dan adanya
pengembangan proses manufakur. Dalam penerapannya di PT MEAINA, pihak
manajemen puncak menerapkan sistem ini kepada level manajemen dibawahnya
dengan pendekatan proses, dimana para personel yang ada di level bawah tingkat
manajemen tidak merasa terlalu dibebani dengan sasaran mutu yang ada dan
pendekatan ini mempermudah pihak manajemen untuk mengetahui dimana saja
terjadi kesalahan dalam suatu proses produksi.

10
Identifikasi Permasalahan ISO/TS 16949 PT MEAINA
Hasil wawancara dan brainstorming dengan pihak perusahaan, serta studi
pustaka dari literatur yang relevan menghasilkan rumusan kerangka ANP yang
ada dalam penerapan SMM ISO/TS 16949 di PT MEAINA. Klaster pertama
adalah masalah yang dirumuskan berdasarkan klausul-klausul yang ada dalam
ISO/TS 16949, yaitu SMM, manajemen sumberdaya, tanggungjawab manajemen,
realisasi produk dan analisis pengukuran dan peningkatan. Klaster kedua adalah
aktor-aktor yang berpengaruh dalam penerapan ISO/TS 16949, yaitu manajer
manajemen sistem atau Quality and Environment Management Representative
(QEMR), supervisor dan staf operasional. Klaster ketiga adalah tindakan-tindakan
yang dapat meningkatkan penerapan ISO/TS 16949 menjadi lebih baik. Struktur
ANP ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur ANP
Hasil wawancara yang ada kemudian diolah menjadi kuesioner yang
terlampir pada Lampiran 2 diberikan kepada lima pakar sebagai narasumber untuk
dinilai. Pemilihan pakar berdasarakan pada tingkat jabatan, tingkat pendidikan,
lama bekerja dan pemahaman terhadap sistem manajemen. Pakar yang dipilih
mewakili tingkatan manajemen dalam perusahaan, yaitu dipilih Asisten Manajer
Sistem Mutu sebagai perwakilan dari top management, Staf Human Resource and
General Affair (HR&GA), Staf manajemen sistem dan Supervisor kualitas sebagai
perwakilan Middle Management dan Clerk sebagai perwakilan dari bottom
management. Data hasil kuesioner kemudian diolah menggunakan software
Microsoft Excel dan Superdecisions.

11
Permasalahan Berdasarkan Klausul ISO/TS 16949
Berdasarkan klausul yang ada pada ISO/TS 16949, penelitian terdahulu dan
hasil diskusi dengan pakar, maka teridentifikasi lima faktor permasalahan yang
ada dalam penerapan ISO/TS 16949 di PT MEAINA. Faktor-faktor yang
teridentifikasi adalah SMM, Manajemen Sumber daya, Tanggungjawab
Manajemen, Realisasi Produk dan Analisis, Pengukuran dan Peningkatan.
a. Sistem Manajemen Mutu
Perusahaan menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara
SMM secara berkesinambungan dan terus menerus meningkatkan efektifitasnya
berdasarkan persyaratan standar. Pada SMM, perusahaan diharuskan untuk
mengidentifikasi proses yang diperlukan dalam perusahaan dan urutan
pelaksanaannya untuk menjamin semua proses yang ada berjalan dengan sesuai.
Kemudian perusahaan juga perlu menjamin ketersediaan sumber daya dan
informasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan proses (ISO
2009).
b. Tanggungjawab Manajemen
Pimpinan puncak dalam perusahaan bertanggungjawab atas pengembangan dan
penerapan SMM, serta perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan
keefektifan penerapan SMM. Manajemen puncak juga bertanggungjawab dalam
mengkomunikasikan bagaimana pentingnya pelanggan, menetapkan kebijakan
mutu, menetapkan sasaran mutu dan memastikan ketersediaan sumberdaya (ISO
2009).
c. Manajemen Sumber daya
Perusahaan harus menetapkan dan menyediakan kebutuhan sumberdaya
operasional untuk memenuhi dan meningkatkan kepuasan pelanggan, dimana
semua personel yang melaksanakan pekerjaan yang memengaruhi mutu produk
harus memiliki kompetensi dasar yang sesuai dan perusahaan pun harus memiliki
gedung, ruang kerja dan peralatan proses yang sesuai (ISO 2009).
d. Realisasi Produk
Dalam merencanakan realisasi produk, organisasi harus menetapkan sasaran
mutu dan persyaratan bagi produk, sumber daya proses harus tersedia, adanya
aktivitas pemantauan, dan memiliki rekaman sebagai bukti proses realisasi.
organisasi harus mengidentifikasi produk dengan cara sesuai di seluruh realisasi
produk. Organisasi mengidentifikasi status produk sehubungan dengan
persyaratan pemantauan dan pengukuran. Organisasi harus mengendalikan dan
merekam identifikasi khas dari produk (ISO 2009).
e. Analisis, Pengukuran dan Perbaikan
Perusahaan melakukan perencanaan dan pelaksanaan pemantauan, pengukuran,
analisis dan perbaikan proses untuk menunjukkan kesesuaian produk. Selain itu,
kegiatan ini berguna untuk melihat kesesuaian SMM dan meningkatkan
keefektivitasan SMM, termasuk pengendalian dengan teknik statistik (ISO 2009).

12
Analisis Permasalahan ISO/TS 16949
Analisis permasalahan penerapan ISO/TS 16949 menggunakan dua metode,
yaitu ANP dan FMEA. Hal ini bertujuan untuk melihat peringkat permasalahan
mana yang paling berpengaruh dalam penerapan ISO/TS 16949 dengan
membandingkan nilai pemeringkatan dari hasil pengolahan ANP dan FMEA.
Hasil pengolahan ANP pada Gambar 5 menunjukkan bahwa SMM memiliki
bobot terbesar dari seluruh masalah yang ada dalam klausul, yaitu 0,295,
kemudian diikuti oleh tanggungjawab manajemen 0,197, realisasi produk 0,195,
analisis, pengukuran dan perbaikan 0,172, serta manajemen sumber daya 0.140.

Gambar 5. Hasil perbandingan bobot masalah
Masalah yang ada dinilai kembali berdasarkan metode FMEA. Komponenkomponen penilaian seperti severity, occurance dan detection dikalikan dan akan
menghasilkan nilai Risk Priority Number (RPN). Hasil perhitungan dapat terlihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil perhitungan FMEA penilaian pakar
No.
1

2

Faktor Masalah
Sistem
Manajemen
Mutu

Manajemen
Sumber Daya

Peubah Masalah
Perkembangan
dan perubahan
sistem
Pengendalian
dokumen rendah
Pengendalian
rekaman/record
rendah
Keberagaman
mutu pasokan dari
pemasok lokal
Kompetensi
karyawan belum
sesuai
Turn Over
karyawan tinggi
(Karyawan kontrak)

Severity
(1-10)

Occurance
(1-10)

Detection
(1-10)

RPN

4

4

3

48

4

4

4

64

5

3

4

60

4

3

4

48

4

3

4

48

5

4

3

60

Total
RPN

172

156

13
Lanjutan Tabel 2
No.

Faktor Masalah

3

Tanggungjawab
Manajemen

Peubah Masalah

Perubahan dan
pengembangan
SMM
Perubahan dan
pengembangan
SMM
Belum efektifnya
proses
komunikasi
4
Realisasi
Kapasitas
Produk
produksi tidak
maksimal/terbatas
Penggunaan
teknologi
produksi
sederhana
Fasilitas produksi
kurang memadai
5
Analisis,
Tingkat/jumlah
pengukuran dan barang cacat
peningkatan
Tingkat kepuasan
dan loyalitas
konsumen
Proses produksi
tidak efisien
Sumber: Data diolah (2014)

Severity
(1-10)

Occurance
(1-10)

Detection
(1-10)

RPN

4

2

3

24

3

3

3

27

3

4

5

60

4

3

3

36

4

4

4

64

4

4

4

64

5

3

4

60

5

2

4

40

5

3

4

60

Total
RPN

111

164

160

Hasil perhitungan memperlihatkan urutan masalah dari klausul yang ada
berdasarkan nilai RPN. Masalah paling dominan adalah SMM yang berada di
peringkat pertama dengan nilai RPN 172, diikuti pula dengan realisasi produk
RPN 164, analisis, pengukuran dan perbaikan RPN 160, manajemen sumber daya
RPN 156, diurutan terakhir tanggungjawab manajemen RPN 111. Nilai RPN
menunjukkan nilai risiko dari setiap masalah berdasarkan tingkat deteksi
(detection), penyebab (occurent) dan pengaruh (severity) yang akan menjadi
bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan. Peringkat masalah dalam klausul
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Peringkat hasil FMEA
Faktor Masalah
Sistem Manajemen Mutu
Realisasi Produk
Analisis, pengukuran dan peningkatan
Manajemen Sumber Daya
Tanggungjawab Manajemen
Sumber: Data diolah (2014)

RPN

Peringkat

172
164
160
156

1
2
3
4

111

5

Dari hasil analisis kedua metode ini terlihat bahwa SMM memiliki pengaruh
paling besar dibandingkan dengan faktor masalah lainnya dalam penerapan

14
ISO/TS 16949. Kedua hasil memperlihatkan SMM menempati urutan pertama
dalam faktor masalah, walaupun dalam penilaian terhadap faktor masalah lainnya,
tetapi ada sedikit perbedaan, seperti pada faktor masalah manajemen sumber daya,
tanggungjawab manajemen dan analisis, pengukuran dan perbaikan. Perbedaan
hasil peringkat permasalahan dari hasil pengolahan dengan metode ANP dan
FMEA disebabkan adanya perbedaan faktor penilaian dari masalah yang diteliti,
dalam penilaian menggunakan metode ANP lebih mengutamakan pengaruh dari
setiap masalah terhadap penerapan sistem mutu ISO/TS 16949, sedangkan
penilaian dengan metode FMEA melihat dari seberapa besar risiko yang timbul
dari suatu masalah. Namun, dari keseluruhan masalah yang ada SMM merupakan
permasalahan utama dalam penerapan ISO/TS 16949, karena pada dasarnya
dalam penerapan ISO/TS 16949 SMM memiliki pengaruh besar dalam mengatur
berbagai dokumen-dokumen yang digunakan sebagai acuan dalam menjalankan
proses produksi dan mengendalikan rekaman yang ada sebagai bukti bahwa
proses atau kegiatan sudah dilakukan dan SMM memiliki risiko yang besar jika
terjadi kesalahan dalam penerapannya sehingga dapat memengaruhi proses
produksi.
Aktor dalam Penerapan ISO/TS 16949
Penerapan ISO/TS 16949 melibatkan berbagai kalangan dari struktur
organisasi perusahaan mulai dari level top management, middle management
hingga level bottom management. Berdasarkan hasil brainstorming, masingmasing level ini diwakili oleh beberapa aktor spesifik, yaitu Manajer Sistem Mutu,
Supervisor dan Staf Operasional. Pada hasil perbandingan berpasangan dari
pengolahan ANP yang tertera pada Gambar 6 terlihat bobot dari setiap aktor
dalam penerapan ISO/TS 16949 sebesar 0,477 untuk Manajer Sistem Mutu, 0,334
untuk Supervisor dan 0,189 untuk staf operasional.
Nilai bobot Manajer Sistem Mutu menempati urutan tertinggi
disbandingkan aktor lainnya.Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa
Manajer Sistem Mutu memiliki tanggungjawab lebih dalam penerapan SMM
ISO/TS 16949.

Gambar 6. Hasil perbandingan bobot aktor

15
a. Manajer Manajemen Sistem
Manajer SMM bertugas sebagai pembuat kebijakan mutu, pengontrol
berjalannya sistem mutu sesuai dengan ketetapan yang ada seperti ketersediaan
sumberdaya dan persyaratan pelanggan. Selain itu, manajer manajemen sistem
berfungsi juga sebagai management representative, sehingga dalam kegiatannya,
segala kebijakan yang dikeluarkan oleh manajer manajemen sistem
mencerminkan kebijakan dari manajemen puncak.
Dilihat dari masalah yang ada, SMM memiliki pengaruh paling besar (0,543)
terhadap kinerja manajer manajemen sistem, diikuti pengaruh tanggungjawab
manajemen 0,242, manajemen sumber daya 0,101, analisis, pengukuran dan
peningkatan 0,074 dan terakhir realisasi produk 0,040.
b. Supervisor
Supervisor memiliki tugas untuk mengawasi jalannya sistem yang ada di level
bottom management yang dibawahinya dengan cara membuat suatu pembagian
tugas, mulai dari alokasi sumber daya hingga mengawasi realisasi produk yang
telah ditetapkan harus sesuai dengan standar yang ada. Tanggungjawab
manajemen merupakan masalah yang paling berpengaruh terhadap kinerja
supervisor dengan bobot
0,442, kemudian diikuti dengan SMM 0,322,
manajemen sumber daya 0,147, analisis, pengukuran dan peningkatan 0,059,
serta realisasi produk 0,031.
c. Staf Operasional
Staf operasional memiliki tugas untuk merealisasikan produk yang diinginkan
melalui proses produksi yang telah ditetapkan. Staf operasional harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu
yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan konsumen. Berdasarkan pengaruh
masalah yang ada, realisasi produk merupakan masalah yang paling memengaruhi
kinerja staf operasional dengan bobot 0,497, diikuti dengan analisis, penukuran
dan peningkatan 0,311, manajemen sumber daya 0,087, SMM 0,058 dan terakhir
tanggungjawab manajemen 0,047.

Evaluasi Penerapan ISO/TS 16949 PT MEAINA
Hasil evaluasi dilihat dari nilai hasil perbandingan bobot dan pemeringkatan
dari masalah yang ada. Dari hasil tersebut terlihat bahwa masalah dominan terjadi
pada masalah SMM dengan bobot 0,248 dan nilai hasil pemeringkatan FMEA 172.
Dari masalah ini dirumuskan beberapa tindakan untuk meningkatkan performa
perusahaan dalam penerapan SMM ISO/TS 16949. Tindakan-tindakan ini berupa
kerjasama tim, sosialisasi, pelatihan dan penataan kembali.
Tindakan Peningkatan Penerapan ISO/TS 16949
a. Kerjasama Tim
Menurut Rampersad (2006) tim adalah sekelompok orang dengan keterampilan
dan kepribadian yang saling melengkapi, yang merasa berkomitmen kepada
sebuah tujuan bersama dan saling memerlukan untuk mencapai hasil. Maka

16
kerjasama tim diperlukan dalam penerapan ISO/16949, agar SMM ini berjalan
dengan lebih baik, sehingga peningkatan kerjasama tim diantara unsur-unsur yang
terlibat sangatlah diperlukan, yaitu mulai dari staf operasional saling bekerjasama
dengan baik dalam merealisasikan produk, adanya pengawasan dari supervisor
yang nanti melaporkan kegiatan kepada tingkat manajemen diatasnya seperti
manajer manajemen sistem. Dengan adanya kerjasama yang baik dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari penerapan sistem mutu.
b. Komunikasi Internal
Rampersad (2006) mengutarakan bahwa tujuan utama komunikasi adalah
penciptaan saling pengertian. Selain itu, komunikasi berperan sebagai pemacu
pembelajaran bersama, pertukaran pengetahuan, memacu kerjasama,
mengembangkan keterampilan dan memberi dan menerima umpan balik.
Perusahaan melakukan komunikasi internal lebih terintegrasi dan efektif, agar
setiap informasi yang ada dapat diterima dan memberikan umpan balik kembali,
sehingga setiap prosedur manajemen mutu yang ada dapat dijalankan dan
dikomunikasikan dengan baik.
c. Pelatihan
Menurut Mangkuprawira (2004), pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah
proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan
semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik,
sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan
keterampilan kerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera. PT
MEAINA memiliki sistem On Job Trainning (OJT), yaitu pelatihan terhadap
karyawan baru atau karyawan yang dipindahkan divisinya untuk lebih mengenali
bidang yang dikerjakan, yang nantinya dapat membuat suatu kerjasama yang baik
antar unsur yang ada dalam perusahaan untuk merealisasikan produk sesuai
dengan standar atau kebijakan yang telah ditetapkan dan telah memenuhi
persyaratan pelanggan. Selain itu, pelatihan dapat meningkatkan pemahaman
karyawan terhadap sistem mutu ISO/TS 16949 yang diterapkan.
d. Penataan
Penataan kembali dilakukan sebagai bentuk peninjauan kembali dari kondisi
yang ada melalui hasil audit, agar proses manajemen mutu tetap terkendali. Pihak
perusahaan dapat melakukan audit pada setiap divisi untuk mengetahui, apakah
setiap divisi yang ada telah melaksanakan prosedur sesuai dengan seharusnya
yang nantinya dapat memberikan gambaran kebijakan yang akan dibuat akan
setiap divisi yang ada memiliki kinerja lebih baik.

17

Gambar 7. Hasil perbandingan bobot tindakan
Hasil perbandingan berpasangan mengenai tindakan yang diperlukan
seperti yang tertera pada Gambar 7 menunjukkan pelatihan memiliki porsi lebih
besar untuk dilaksanakan, yaitu dengan bobot 0,384, diikuti tindakan peningkatan
kerjasama tim 0,363, peningkatan komunikasi internal 0,158 dan penataan 0,098.

Implikasi Manajerial
Hasil analisis dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya
merumuskan beberapa implikasi manajerial berdasarkan fungsi manajemen yaitu
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Dalam planning
perusahaan dapat membuat suatu rancangan rencana kebijakan mengenai
penerapan SMM ISO/TS 16949 seperti, rancangan alur proses yang lebih efisien
dan efektif. Kemudian untuk Organizing, perusahaan dapat melakukan penataan
dari segala aspek yang ada, meliputi persediaan sumber daya produksi, terutama
sumber daya produksi lokal yang perlu lebih diperhatikan mengenai penjadwalan
datangnya bahan baku. Selain itu, perusahaan perlu mengatur sumber daya
manusia yang ada, agar memiliki kemampuan dan keterampilan sesuai dengan
pekerjaannya melalui proses kerja dengan baik dan perusahaan dapat
memaksimalkan program On The Job Trainning (OJT) untuk meningkatkan
kapasitas dan kemampuan kerja karyawan.
Actuating dalam pengimplementasiaan ISO/TS 16949 perusahaan dapat
lebih meningkatkan penggunaan dokumen dan rekaman, agar proses yang ada
sesuai dengan yang diharuskan. Kemudian untuk mendukung kelancaran proses,
penataan karyawan harus sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Controlling,
perusahaan dapat melakukan inspeksi sumber daya lokal untuk produksi agar
sesuai dengan standar bahan baku produksi dan melakukan inspeksi terhadap
proses produksi. Perusahaan dapat meningkatkan kerjasama tim menjadi lebih
optimal kembali dengan meningkatkan komunikasi di internal perusahaan, agar
semua prosedur dapat dilakukan dengan baik dan mengontrol semua dokumen dan
rekaman dalam proses produksi.

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat dibuat
kesimpulan berikut:
1.
PT MEAINA telah menerapkan SMM yang terus diperbaharui, berawal dari
penerapan SMM ISO seri 9000, QS 9000 hingga akhirnya menerapkan
ISO/TS 16949:2009 edisi ketiga dari seri 16949. PT MEAINA telah
menjalankan manajemen mutunya berdasarkan prinsip-prinsip yang ada
dalam klausul ISO/TS 16949, sehingga telah tersertifikasi ISO/TS 16949
hingga saat ini.
2.
Hasil wawancara mendalam dengan pihak perusahaan dan pengolahaan
ANP menunjuk beberapa permasalahan berdasarkan ISO/TS 16949 dengan
bobot pengaruh terhadap penerapannya, dimana SMM memiliki pengaruh
terbesar dari seluruh masalah yang ada dalam klausul (bobot 0,295), diikuti
tanggungjawab manajemen 0,197, realisasi produk 0,195, analisis,
pengukuran dan perbaikan 0,172, serta manajemen sumber daya 0,140.
3.
Dari hasil penelitian dirumuskan beberapa tindakan yang dapat dilakukan
oleh perusahaan sebagai alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan
performa dalam penerapan ISO/TS 16949, yaitu pelatihan dengan bobot
0,384, diikuti tindakan peningkatan kerjasama tim 0,363, peningkatan
komunikasi internal 0,158 dan penataan 0,098.

Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan bagi pihak perusahaan untuk terus
memelihara dan meningkatkan kinerja yang ada, agar penerapan sistem mutu
ISO/16949 dapat berjalan sesuai dengan prosedurnya, serta untuk penelitian
selanjutnya dapat menindaklanjuti permasalahan klausul menjadi lebih spesifik,
agar lebih mempermudah dalam melakukan penataan kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Firdaus R et al. 2010. Perbaikan proses produksi muffler dengan metode FMEA
pada industri kecil di Sidoarjo. TEKNOLOJIA Vol. 5(1) p83-88.
Gaspersz V. 2003. Total Quality Management. Jakarta (ID): Gramedia.
[ISO] International Organization for Standardization. 2002. ISO Management
Systems, The International Review of ISO 9000 and ISO 14000. Geneva (CH):
International Organization for Standardization.
[ISO] International. 2009. Technical spesification ISO/TS 16949 -Quality
Management System- Particular Requirements for the application of ISO

19
9001:2008 for automotive production and relevant service part organization.
Geneva (CH): International Organization for Standardization.
Kartha CP. 2004. A comparison of ISO 9000:2000 quality system standards,
QS9000, ISO/TS 16949 and Baldrige criteria. The TQM Magazine. 16(5)
p331-340.
Krisnanto et al. 2006. Pengendalian kualitas PT AHM dengan menggunakan
ISO/TS 16949: 2002 untuk mencegah komponen valve inlet bengkok pada
motor supra khususnya mesin NF100 (Studi Kasus Valve Inlet Bengkok di PT
Astra Honda Motor). E-journal Universitas Diponegoro. 1(3) p83-90.
Laksmi F. 2010. Analisis Implementasi ISO 9001:2000 pada Departemen
Collcetion PT Para Bandung Propertindo Jakarta. Skripsi. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Mangkuprawira S. 2004. Manajemen Sumberdaya Manusia Strategik. Jakarta
(ID): Ghalia Indah.
Nasution NS. 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Rampersad HK. 2006. Total Performance Scorecard. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Saaty RW. 2003. Decision Making in Complex Environments : The Analytic
Hierarchy Process (AHP) for Decision Making and The Analytic Network
Process (ANP) for Decision Making with Dependence and Feedback, Super
Decisions Software. [Diunduh 4 Januari 2014]. Tersedia pada:
http://www.superdecision.com.
Saaty TL. 2001. Decision Making With Dependence and Feedback: The Analytic
Network Process. Pittsburgh (US). RWS Publications..
Tanjong SD. 2013. Implementasi pengendalian kualitas dengan metode statistik
pada pabrik spareparts CV Victory Metallurgy Sidoarjo. Calyptra: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2(1) p1-13
The MarkPlus Consulting. 2013. Competition In Spare Parts Industry: When
Indonesia Becomes One of The Biggest markets in ASEAN. [Internet].
[Diunduh 24 Maret 2014]. Tersedia pada: http//www.markplusinsight.com.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur organisasi PT MEAINA

President
Secretary

Production
Director
QA Manager

Sales
Manage
r

Engineering & Production
Senior Manager

QA Planning

QA Engineer

Manufacturing
Engineering

Production

PPIC &
Purchase
Manager
Material
Planning
Import

Starter
Machinin
g
Alt &
Rotor

IT &
Network
Mfng
Plan
Engineer
Mfng
Plan
Engineer
Senior
Engineer
Mfng
Engineer
Engineer
System
Mfng
Building

Prod Spv
Prod
Sys

Purchase

Alt &
Rotor

Senior
Officer

Prod Spv
Starter
Machining

Sales
Adm

PPIC
Warehouse

Acct
Manager
Senior
Officer
General
Acctg

HR &
GA
Manager
Exec
Trainer
AEC
TAB
Security

Delivery
Finance

General
Affair
Personel
Adm

21
Lampiran 2 Contoh kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
EVALUASI PENERAPAN ISO/TS 16949 PADA PT MITSUBISHI
ELECTRIC AUTOMOTIVE INDONESIA

IDENTITAS NARASUMBER
Nama
: .............................
Usia
: .............................
Jabatan
: .............................
Lama Bekerja : .............................
No. Telp
: .............................
Email
: .............................

Oleh :
EMHA IMADUDDI
H24100083

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

22
Lanjutan Lampiran 2
PENGANTAR
Kepada Narasumber yang terhormat,
Saya Emha Imaduddi, mahasiswa program Sarjana S1 Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang sedang mengadakan penelitian tentang
EVALUASI PENERAPAN ISO/TS 16949 PADA PT MITSUBISHI ELECTRIC
AUTOMOTIVE
INDONESIA
di
bawah
bimbingan
Prof.Dr.Ir.H.
Musa
Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA. Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir ini, memerlukan
dukungan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.
Tujuan dari pengisian kuesioner ini untuk menentukan besarnya tingkat pengaruh
masalah, aktor dan tindakan dalam mengevaluasi penerapan ISO/TS 16949. Kuesioner ini
menggunakan metode Analytical Network Process (ANP) dan selanjutnya diukur dampak,
pengaruh dan keparahan setiap masalah dalam penerapan dengan metode Failure Mode Effect
Analysis (FMEA). Pengisian kuesioner ini diharapkan menurut pengalaman dan penila