Rencana Perbaikan Proses dengan Pendekatan Lean Manufacturing dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. Morawa Electric Transbuana

(1)

USULAN PERBAIKAN PROSES DENGAN PENDEKATAN

LEAN MANUFACTURING DAN FAILURE MODE AND

EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PT MORAWA ELECTRIC

TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

ANITA F BRAHMANA

NIM. 070403062

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penulis melakukan penelitian di PT. Morawa Electric Transbuana, dengan judul penelitian “Rencana Perbaikan Proses dengan Pendekatan Lean Manufacturing dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. Morawa Electric Transbuana”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Tugas Sarjana ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Januari 2013

Penulis


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan Bapak Ir. Mangara Tambunan, M.Sc selaku Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng, selaku Koordinator Bidang Rekayasa Sistem Manufaktur yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.


(5)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA, selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Ibu Tuti Sharma Sinaga ST, MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

7. Kedua orangtua penulis (M. Sembiring dan M. br Ginting), saudara-saudara penulis (Elsy, Loren dan Eben), dan seluruh keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan dan doa bagi penulis.

8. Bapak Ir. H. L. Tobing selaku Kepala Pabrik di PT. Morawa Electric Transbuana yang telah memberikan izin bagi penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir di perusahaan tersebut.

9. Bapak F. Rajagukguk selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan memberi bimbingan dan motivasi berharga bagi penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

10.Pegawai Departemen Teknik Industri dan Fakultas (Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Bang Ridho, Kak Dina, dan Kak Ani) serta Pegawai Perpustakaan (Kak Rahma dan Bang Kumis) yang telah mendukung penulis.

11.Eko Agusta Bangun, sebagai teman terdekat penulis yang senantiasa menemani, memberikan semangat, masukan, kesabaran dan penghiburan di setiap waktu kepada penulis dari mulai awal penelitian sampai penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(6)

12.Rekan peneliti dalam penelitian di PT. Morawa Electric Transbuana, Elizabeth FA, Sinurmaida Gultom, Atania SP, dan Lidia Natalia Sitorus sebagai teman diskusi dan berbagi informasi.

13.Teman-teman penulis Nanda Novery, Fernando Sianturi, Indri Lestari, Erina Ginting, Winda Ramadhani, yang telah banyak memberikan doa, dukungan maupun nasihat yang positif bagi penulis. I love you guys!

14.Semua rekan-rekan Teknik Industri USU stambuk 2007 (KOSTUTI) yang telah memberi masukan dan semangat kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv ABSTRAK

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Asumsi dan Batasan Penelitian ... I-3 1.5. Manfaat Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5


(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-12 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-12 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-14 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-15 2.4. Proses Produksi ... II-16 2.4.1. Bahan Produksi ... II-16 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-16 2.4.1.2. Bahan Penolong ... II-18 2.4.1.3. Bahan Tambahan ... II-19 2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-20

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Lean Manufacturing ... III-1 3.2. Seven Waste ... III-3


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.3. Tools yang Digunakan dalam Lean Manufacturing ... III-5 3.3.1. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output,

Costumer) ... III-6 3.3.2. Value Stream Mapping ... III-7 3.3.3. 5S (Workplace Organization) ... III-16 3.4. Studi Waktu ... III-17 3.4.1. Uji Keseragaman Data ... III-20 3.4.2. Uji Kecukupan Data ... III-21 3.4.3. Perhitungan Waktu Standar ... III-21 3.5. Histogram ... III-22 3.6. Control Chart (Peta Kontrol) ... III-23 3.7. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat) ... III-24 3.8. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-1 4.3.1. Variabel Independen ... IV-1


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

4.3.2. Variabel Dependen ... IV-2 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.5. Metodologi Penelitian ... IV-4 4.6. Sumber Data ... IV-5 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.8. Instrumen Penelitian ... IV-7 4.9. Pengolahan Data ... IV-7 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-10 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-10 4.12. Jadwal Penelitian ... IV-11

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Jumlah Permintaan ... V-1 5.1.2. Data Hasil Pengamatan Proses Produksi ... V-2 5.1.3. Data Jumlah Produk Work in Process (WIP) yang

Tidak Sesuai Spesifikasi ... V-5 5.2. Pengolahan Data ... V-6 5.2.1. Waktu Proses Produksi ... V-6 5.2.2. Penggambaran Value Stream Mapping ... V-11


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.2.1. Penentuan Produk Model Line ... V-11 5.2.2.2. Penentuan Value Stream Manager ... V-12 5.2.2.3. Pembentukan Diagram SIPOC ... V-12 5.2.2.4. Pembuatan Peta Untuk Setiap Kategori

Proses di Sepanjang Value Stream ... V-14 5.2.3. Penilaian Rating Factor Operator dan Allowance ... V-19 5.2.4. Uji Keseragaman Data ... V-25 5.2.5. Uji Kecukupan Data ... V-28 5.2.6. Perhitungan Waktu Standar ... V-29 5.2.7. Perhitungan Takt Time ... V-33

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Anallisis Current State Map ... VI-1 6.1.1. Analisis Cause Effect Diagram ... VI-1 6.1.2. Analisis dan Tindakan Perbaikan Kegagalan Produk

dengan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) ... VI-6 6.1.3. Analisis Waktu Proses Produksi ... VI-12 6.1.4. Analisis Takt Time ... VI-15 6.2. Solusi untuk Cause Effect Diagram ... VI-17 6.3. Pembentukan Future State Map ... VI-18


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric

Transbuana ... II-13 2.2. Jam Kerja Karyawan PT. Morawa Electric Transbuana ... II-15 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Phasa ... II-21 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Phasa ... II-21 3.1. Lambang Dasar Value Stream Mapping ... III-15 3.2. Penentuan Nilai Serevity ... III-25 3.3. Nilai Occurance dengan Menggunakan Jumlah Kegagalan ... III-27 3.4. Penentuan Nilai Detection ... III-28 3.3. Nilai Occurance dengan Menggunakan Jumlah Kegagalan ... III-27 4.1. Bar Chart Perencanaan Pelaksanaan Tugas Akhir ... IV-11 5.1. Jumlah Permintaan Trafo Bulan Agustus ... V-1 5.2. Data Uptime, Scrap, Tipe Produksi ... V-3 5.3. Waktu Siklus Trafo 50 KVA, 3Ø di Setiap Proses ... V-4 5.4. Jumlah Produk WIP yang Tidak Sesuai Spesifikasi ... V-5 5.5. Perhitungan Waktu Porses Tahap I ... V-7 5.6. Perhitungan Waktu Porses Tahap II ... V-7 5.7. Perhitungan Waktu Porses Tahap III ... V-8 5.8. Perhitungan Waktu Porses Tahap IV ... V-8 5.9. Perhitungan Waktu Porses Tahap V ... VI-9


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

5.10. Rekapitulasi Perhitungan Waktu Proses ... V-9 5.11. Penilaian Rating Factor Operator Proses Produksi ... V-20 5.12. Penetapan Allowance Terhadap Proses Produksi ... V-22 5.13. Waktu Siklus Proses Pemotongan Silicon Steel Trafo 50 KVA,

3Ø ... V-26 5.14. Rekapitulasi Hasil Uji Keseragaman Data Waktu Prosess Trafo

50 KVA, 3Ø ... V-27 5.15. Uji Kecukupan Data Proses Pemotongan Silicon Steel Trafo

50 KVA, 3Ø ... V-28 5.16. Rekapitulasi Hasil Uji Kecukupan Data Waktu Prosess Trafo

50 KVA, 3Ø ... V-29 5.17. Rekapitulasi Waktu Siklus Trafo 50 KVA, 3Ø ... V-30 5.18. Rekapitulasi Perhitungan Waktu Standar Tiap Proses Trafo

50 KVA, 3Ø ... V-32 5.19. Perbandingan Waktu Siklus dengan Takt Time ... V-45 6.1. Akar Masalah Pemborosan yang Terjadi pada Perusahaan ... VI-2 6.2. Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan ... VI-8 6.3. Penilaian Detection ... VI-9 6.4. Hasil Penilaian Risk Priority Number ... VI-9


(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.5. Waktu Penggulungan Kumparan ... VI-12 6.6. Waktu Pemasangan Koneksi ... VI-13 6.7. Kapasitas Produksi Masing-masing Aktivitas ... VI-13


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 3.1. The Value Stream Manager ... III-10 3.2. Contoh Current State Map ... III-12 3.3. Simbol Supermarket ... III-13 3.4. Histogram ... III-23 3.5. Control Chart ... III-24 3.7. Cause and Effect Diagram ... III-25 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Metodologi Penelitian ... IV-4 4.3. Pengolahan Data ... IV-9 5.1. Block Diagram Proses Produksi Trafo ... V-2 5.2. Histogram Produk WIP yang Tidak Sesuai Spesifikasi ... V-21 5.3. Diagram Proses Produksi Setiap Tahap ... V-10 5.4. Diagram SIPOC ... V-13 5.5. Peta Kategori Proses Penggulungan Inti Trafo ... V-14 5.6. Time Stream Mapping untuk Produksi 10 Unit Trafo ... VI-15 5.7. Defect Stream Mapping untuk Produksi 10 Unit Trafo ... VI-15 5.8. Current State Map Trafo 50 KVA, 3∅ dengan Aliran

Informasi dan Aliran Material ... VI-18


(17)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.9. Grafik Keseragaman Data Waktu Trafo 50 KVA, 3∅ ... V-27 6.1. Cause and Effect Diagram Kesalahan Jumlah Lilitan ... VI-4 6.2. Cause and Effect Diagram Kesalahan Pengelasan ... VI-5 6.3. Rata-rata Waktu Proses Per Unit ... VI-15 6.4. Future State Map Trafo 50 KVA, 3∅ dengan Aliran Informasi


(18)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana adalah salah satu perusahaan Make To Order yang bergerak dalam bidang produksi transformator yaitu piranti listrik yang berfungsi untuk memindahkan arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya. Produk yang paling banyak dipesan oleh konsumen adalah trafo tiga phasa, dengan daya pengenal 25 KVA, 50 KVA, 100 KVA, 160 KVA, dan 200 KVA. Pada proses produksi trafo yang berlangsung pada perusahaan menunjukkan adanya aktivitas yang tidak memberi nilai tambah antara lain waktu menunggu antar proses dimana ada pekerja yang menunggu kedatangan proses, mesin menunggu kedatangan meterial atau material menunggu untuk diproses. Selain itu juga terjadi pemborosan berupa produk work in process yang tidak sesuai spesifikasi yang akan dikerjakan kembali (rework).

Penerapan konsep lean manufacturing dapat membantu mengidentifikasi waste yang terjadi selama proses produksi berlangsung dan mereduksi waste yang terjadi. Tool yang digunakan dalam mengidentifikasi waste yang ada adalah value stream mapping dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengatasi produk work in process yang tidak sesuai spesifikasi. VSM akan memetakan nilai selama proses produksi untuk setiap aktivitas yang terjadi yang digambarkan pada current state map dimana production process time untuk waktu sekarang diperoleh sehingga dapat diketahui aktivitas mana yang dapat memberikan nilai tambah dan yang tidak memberikan nilai tambah. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan skala prioritas. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap current state map.

Usulan perbaikan untuk pembuatan future state map kemudian diberikan dengan penerapan FMEA. Dengan dilakukannya perbaikan, diperoleh pengurangan production lead time sebanyak 90 menit, yaitu dari 6127,51 menit menjadi 6037,51 menit. Dari FMEA diketahui nilai RPN tertinggi adalah kesalahan jumlah lilitan dengan nilai 270. Tindakan yang diambil adalah pengembangan mesin pemanggangan sehingga kapasitas pemanggangan dalam satu siklus berjumlah 15 buah dan penggunaan counter digital pada mesin coil winding.

Keyword: Lean manufacturing, waste reduction, work in process, Value Stream Mapping, FMEA


(19)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana adalah salah satu perusahaan Make To Order yang bergerak dalam bidang produksi transformator yaitu piranti listrik yang berfungsi untuk memindahkan arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya. Produk yang paling banyak dipesan oleh konsumen adalah trafo tiga phasa, dengan daya pengenal 25 KVA, 50 KVA, 100 KVA, 160 KVA, dan 200 KVA. Pada proses produksi trafo yang berlangsung pada perusahaan menunjukkan adanya aktivitas yang tidak memberi nilai tambah antara lain waktu menunggu antar proses dimana ada pekerja yang menunggu kedatangan proses, mesin menunggu kedatangan meterial atau material menunggu untuk diproses. Selain itu juga terjadi pemborosan berupa produk work in process yang tidak sesuai spesifikasi yang akan dikerjakan kembali (rework).

Penerapan konsep lean manufacturing dapat membantu mengidentifikasi waste yang terjadi selama proses produksi berlangsung dan mereduksi waste yang terjadi. Tool yang digunakan dalam mengidentifikasi waste yang ada adalah value stream mapping dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengatasi produk work in process yang tidak sesuai spesifikasi. VSM akan memetakan nilai selama proses produksi untuk setiap aktivitas yang terjadi yang digambarkan pada current state map dimana production process time untuk waktu sekarang diperoleh sehingga dapat diketahui aktivitas mana yang dapat memberikan nilai tambah dan yang tidak memberikan nilai tambah. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan skala prioritas. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap current state map.

Usulan perbaikan untuk pembuatan future state map kemudian diberikan dengan penerapan FMEA. Dengan dilakukannya perbaikan, diperoleh pengurangan production lead time sebanyak 90 menit, yaitu dari 6127,51 menit menjadi 6037,51 menit. Dari FMEA diketahui nilai RPN tertinggi adalah kesalahan jumlah lilitan dengan nilai 270. Tindakan yang diambil adalah pengembangan mesin pemanggangan sehingga kapasitas pemanggangan dalam satu siklus berjumlah 15 buah dan penggunaan counter digital pada mesin coil winding.

Keyword: Lean manufacturing, waste reduction, work in process, Value Stream Mapping, FMEA


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tingkat persaingan di dunia usaha yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan berperan sebagai penghasil nilai (value creator), dengan memperbaiki performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste). Oleh karena penerapan lean dalam suatu perusahaan akan membantu perusahaan untuk meningkatkan performansinya secara kontinu.

Dalam buku yang berjudul The Toyota Way, terdapat 7 jenis pemborosan (waste) yaitu overproduction, transportation, inventory, overprocessing, motion, waiting dan defect. Seluruh kegiatan tersebut merupakan pemborosan (waste) yang dapat memperpanjang production lead time (Liker, 2006).

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi dua jenis transformator, yaitu transformator satu phasa dan transformator tiga phasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri.

Dalam menjalankan produksinya, PT. Morawa Electric Transbuana mempunyai permasalahan yaitu terjadinya pemborosan waktu (waste time) dan work in process yang tidak sesuai spesifikasi. Waktu menunggu yang terjadi diakibatkan part harus menunggu untuk diproses padahal mesin tersebut masih mengerjakan part lain. Pemborosan berupa work in process yang tidak sesuai


(21)

spesifikasi disebabkan mengalami kegagalan proses produksinya, yang pada akhirnya mengharuskan adanya rework. Produk cacat pada Tahun 2012 pada PT. Morawa Electric Transbuana mencapai 30%. Waktu yang dibutuhkan untuk rework adalah sebesar 90 menit. Penyebab kegagalan proses yang menyebabkan produk cacat tersebut akan diidentifikasi dengan tools Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). Waste waktu dan work in process yang tidak sesuai dengan spesifikasi menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan.

Lean Manufacturing merupakan pendekatan untuk mengefisiensikan sistem dengan mereduksi pemborosan. Pemborosan (waste) dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk mulai dari proses transformasi input menjadi output oleh karena itu perlu dieliminasi1

Pada penelitian ini digunakan pendekatan lean Manufacturing. Lean Manufacturing adalah sebuah pendekatan yang sistematis untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan (waste). Pemborosan (waste) dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk mulai dari proses transformasi input menjadi output oleh karena itu perlu dieliminasi.

.


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai tingginya pemborosan waste waktu dan work in process yang tidak sesuai spesifikasi pada perusahaan yang mengakibatkan semakin panjangnya lead time produksi. Masalah ini perlu di atasi dengan cara menerapkan konsep lean manufacturing.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mereduksi waste waktu dan work in process yang mengalami kecacatan dengan menerapkan konsep lean manufacturing.

Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Mengidentifikasi waste waktu yang terjadi pada proses produksi melalui value stream mapping.

2. Menganalisis hubungan sebab akibat dari work in process yang tidak sesuai spesifikasi..

3. Mengeliminasi pemborosan sehingga mengurangi lead time.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Tahapan penelitian yang dilakukan hanya sampai pada perancangan strategi perbaikan.


(23)

2. Penelitian dibatasi hanya pada data pemborosan waktu menunggu dan work in process yang tidak sesuai spesifikasi.

3. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2012.

4. Pengamatan waktu secara langsung hanya dilakukan untuk data waktu proses produksi sedangkan data waktu lainnya diambil dari data historis perusahaan. Asumsi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi mesin dan peralatan tidak dalam keadaan rusak selama pengukuran dilakukan.

2. Tidak terjadi perubahan sistem produksi selama penelitian ini berlangsung. 3. Tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95% dan tingkat ketelitian adalah

5%.

4. Proses produksi berjalan normal.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya di lapangan.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk mengetahui pemborosan yang terjadi serta perbaikan yang dapat dilakukan sehingga proses produksi dapat menjadi lebih lancar.


(24)

c. Bagi Departemen Taknik Industri

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU dan untuk menambah literatur perpustakaan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.


(25)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Morawa Electric Transbuana adalah salah satu perusahaan swastanasional yang berada di wilayah Sumatera Utara dan bergerak dalam bidang industri transformator. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Raya Medan TanjungMorawa Km 20,5 Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini memiliki kantor yang bertempat di Jalan Perniagaan Baru No. 48 D Medan dan di Jalan Agung Permai X No. 25 Blok C-12 Sunter Agung Jakarta. Perusahaan ini berdiri berdasarkan akte notaris Rachmat Santoso, SH dengan akte No. 67 tanggal 19 Oktober 1978, di Medan dan beroperasi resmiberdasarkan Surat Persetujuan tetap Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 72/T/INDUSTRI/1983, November 1983. Latar belakang berdirinya perusahaan ini berawal dari kondisi semakin besarnya kebutuhan energi listrik di Indonesia. Dengan mempertimbangkan tingginya anggaran yang harus dikeluarkan jika pengadaan transformator diperoleh dari luar negeri sehingga menciptakan kesempatan untuk mendirikan perusahaan penghasil transformator yang dapat mensuplai kebutuhan transformator, khususnya di luar pulau Jawa yaitu PT. Morawa ElectricTransbuana. Transformator yang diproduksi oleh perusahaan ini didistribusikanke Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai konsumen utama


(27)

dalam negeri dan selebihnya dipasarkan kepada perusahaan swasta lainnya yang berada di dalamdan luar negeri.

2.2. Ruang Lingkup Usaha

PT. Morawa Elecric Transbuana menghasilkan produk berupa transformator dengan jenis satu phasa dan tiga phasa. Produk dari perusahaan ini didistribusikan terutama untuk memenuhi permintaan PLN. Disamping itu, produk didistribusikan ke perusahaan-perusahaan swasta nasional, antara lain PT> Caltex Pacific Indonesia, PT. SOCI, PT. Aribawana, dan perusahaan lainnya serta didistribusikan kepada rumah sakit dan pusat perbelanjaan yang ada di dalam negeri. Selain itu, produk juga ditujukan untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Bentuk struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana adalah bentuk lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertical ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hierarki yang ada. Adapun struktur organisasi bentuk fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan


(28)

tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu bagian pemasaran, pabrik (produksi), keuangan dan administrasi berdasarkan fungsinya asing-masing dalam struktur organisasi.Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Presiden Direktur

Kepala Pengujian Kepala Gudang

Kepala QAS

Kepala Proses Akhir Kepala Bengkel

Kepala Produksi Kepala Design

Direktur Keuangan/ ADM Kepala Pabrik

Direktur Pemasaran

Kepala Pembelian Kepala Personalia Kepala Keuangan Kepala Pemasaran

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian di PT. Morawa Electric Transbuana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Presiden Direktur

Tugas dari Presiden Direktur antara lain:


(29)

b. Menyusun rencana kerja perusahaan baik yang menyangkut perencanaan dan pengawasan produksi, ekspansi perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Membuat tender (transaksi) dengan perusahaan lain. Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah:

a. Bertanggung jawab atas semua operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan.

b. Bertindak sebagai Top Management. c. Melaksanakan rapat tinjauan manajemen. 2. Direktur Pemasaran

Tugas Direktur Pemasaran antra lain:

a. Merencanakan, menyiapkan serta melaksanakan strategi-strategi pemasaran yang diperlukan untuk meningkatkan penjualan produk. b. Merencanakan, sertaa melaksanakan kiat-kiat pemasaean yang efektif dan

efisien guna mencapai target penjualan yang telah ditentukan.

c. Menerima laporan dari kepala bagian pemasaran yang telah dilaksanakan. Adapun tanggung jawab dari direktur pemasaran adalah:

a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiaan pemasaran perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas peningkatan kualitas penjualan melalui strategi-strategi pemasaran.


(30)

3. Kepala Pabrik

Tugas dari Kepala Pabrik antara lain:

a. Membawahi, mengawasi, membina dan meminta pertanggungjawaban dari seluruh kepala bagian di pabrik.

b. Mengurusi segala permasalah pabrik.

c. Menentukan status transformator dengan mendapat masukan dari Kabag bagian Pengujian atau Kabag Quality Assurance.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Pabrik adalah:

a. Bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi transformator. b. Bertanggung jawab sebagai deputi manajemen representative.

c. Melaksanakan rencana kerja operational pabrik agar berjalan lancer dan memenuhi target.

d. Pembinaan sumber daya manusia.

4. Direktur Keuangan/ADM

Tugas dari Direktur Keuangan/ADM antara lain:

a. Mengawasi serta merencanakan pengeluaran keuangan perusahaan.

b. Merencanakan serta mencari sumber-sumber keuangan untuk

kelangsungan operasional perusahaan.

c. Mengawasi, mengarahkan serta mengorganisir setiap kebutuhan operasional terhadap pembelian barang/bahan untuk kegiatan perusahaan. d. Mengawasi serta mengorganisir semua kegiatan yang berhubungan


(31)

e. Mengidentifikasi kebutuhan sehubungan dengan peningkatan sumber daya manusia di dalam perusahaan.

f. Menerima laporan mengenai keuangan serta administrasi perusahaan dari kepala bagian yang bersangkutan.

Adapun tanggung jawab dari Direktur Keuangan/ADM adalah:

a. Bertanggung jawab atas semua aktivitas keuangan perusahaan termasuk juga kegiatan yang berhubungan dengan pembelian barang/bahan baku dalam kegiatan operasional perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi guna menunjang kontinuitas operasional perusahaan.

c. Bertanggung jawab atas kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam perusahaan.

5. Kepala Pemasaran

Adapun tugas dari Kepala Pemasaran adalah merencanakan, mengelola, melaksanakan, menyiapkan strategi-strategi yang diperlukan untuk meningkatkan penjualan produk serta merencanakan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk kegiatan pelayanan pelanggan. Adapun tanggung jawab dari Kepala Pemasaran adalah:

a. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pemasaran sehubungan dengan pekerjaan bagian pemasaran.

b. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui kebijakan dan strategi pemasaran.


(32)

c. Meningkatkan kuantitas penjualan melalui strategi pemasaran. 6. Kepala Design

Adapun tugas dari Kepala Design antara lain:

a. Memeriksa semua proses pembuatan transformator agar sesuai dengan desain.

b. Memberikan masukan atas setiap adanya perubahan bahan/material yang digunakan.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Design adalah:

a. Membuat desain dan modifikasi desain sesuai dengan surat perintah kerja yang ada.

b. Mempersiapkan/memberi informasi atas semua barang yang ada dalam persediaan.

c. Mempersiapkan perhitungan bahan untuk pembuatan trasnformator yang akan diproduksi.

7. Kepala Produksi

Adapun tugas dari Kepala Produksi antara lain:

a. Mendapatkan informasi atas desain transformator yang akan diproduksi. b. Menentukan/memutuskan proses selanjutnya di bagian produksi.

c. Menerima dan memeriksa laporan produksi harian dan laporan produksi bulanan dari kepala bagian yang dibawahinya untuk diserahkan kepada direktur produksi.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Produksi adalah:


(33)

b. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan mesin dan peralatan produksi. c. Mengawasi serta mengarahkan jalannya proses produksi.

d. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya. 8. Kepala Bengkel

Adapun tugas Kepala Bengkel antara lain:

a. Mengatur pekerjaan karyawan bagian bengkel sesuai dengan tugasnya. b. Menolak material yang tidak sesuai dengan standar.

Adapun tanggung jawab Kepala Bengkel adalah:

a. Memastikan pekerjaan dan hasil kerja karyawan di bagian bengkel berjalan dengan baik

b. Memastikan perawatan peralatan dan mesin-mesin yang ada di bengkel berjalan dengan baik.

c. Pembinaan summber daya manusia di jajarannya. 9. Kepala Proses Akhir

Adapun tugas dari Kepala Proses Akhir antara lain:

a. Menyatakan transformator tidak layak masuk case bila ada ketidaksesuaian pada transformator.

b. Mendapatkan inormasi teknis dari bagian desain untuk trasnformator yang sedang diproduksi.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Proses Akhir adalah:

a. Memastikan semua kegiatan proses akhir produksi transformator berjalan dengan baik.


(34)

b. Memastikan perawatan fasilitas/peralatan dalam proses akhir berjalan dengan baik.

c. Memonitor dan mengevaluasi proses akhir produksi transformator. d. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

10.Kepala Gudang

Adapun tugas Kepala Gudang antara lain:

a. Mengaujkan surat permohonan untuk kebutuhan bahan/barang yang diperlukan dalam rangka proses produksi.

b. Membuat surat jalan/surat lainnya yang dierlukan untuk proses pengeluaran barang atau transformator dari pabrik.

c. Mendapat informasi mengenai SPK yang dikeluarkan.

d. Melakukan control atas bahan/komponen yang dipakai bagian produksi.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Gudang adalah:

a. Penyimpanan semua bahan baku trasnformator yang siap dikirim dan memelihara dokumen-dokumen yang berkaitan.

b. Melakukan control atas jadwal pengeluaran trasnformator serta bahan yang diperlukan dalam rangka proses produksi.

c. Mengeluarkan tanda penerimaan barang beserta statusnya berdasarkan pemeriksaan bagian QAS.

d. Menentukan tempat penyimpanan setiap bahan baku atau transformator yang diproduksi.


(35)

e. Menyiapkan IKA yang diperlukan untuk pekerjaan identifikasi kartu stok/laporan stok serta memelihara segala administrasi terkait.

f. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya. 11.Kepala Pengujian

Tugas dari Kepala Pengujian adalah mereject transformator yang tidak lolos pengujian.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Pengujian adalah:

a. Memastikan semua kegiatan pengujian produksi transformator berjalan dengan baik.

b. Melaporkan hasil pengujian transformator kepada Kepala QAS. c. Mengeluarkan test report transformator.

d. Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya. 12.Kepala QAS (Quality Assurance)

Adapun tugas dari Kepala QAS antara lain:

a. Menyusun serta menetapkan pedoman mutu serta prosedur bagian Quality Assurance.

b. Memberitahukan kepada kepala pabrik jika tidak ada kesesuaian material. Adapun tanggung jawab Kepala QAS (Quality Assurance) adalah:

a. Memeriksa, mengawasi serta memonitor seluruh kegiatan produksi transformator.

b. Melaporkan proses produksi yang tidak sesuai kepada kepala pabrik. c. Bertanggung jawab atas hasil inspeksi bahan baku dan proses produksi. d. Melakukan kalibrasi terhadap alat ukur listrik, dimensi dan massa.


(36)

e. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya. 13. Kepala Keuangan

Adapun tugas dari Kepala Keuangan antara lain:

a. Membawahi bidang administrasi yaitu cost accounting, dan personal departemen.

b. Memelihara arsip-arsip karyawan dan menyusun sistem administrasi yang dibutuhkan.

Adapun tanggung jawab Kepala Keuangan adalah:

a. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Keuangan sehubungan dengan setiap kegiatan finansial perusahaan.

b. Melaporkan serta membuat pembukuan atas semua kegiatan keuangan. c. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

14. Kepala Personalia

Adapun tugas dari Kepala Personalia antara lain:

a. Menyelenggarakan urusan tata usaha dan administrasi personil, seperti arsip dan data personil, arsip keluar dan masuk, registrasi karyawan dan sebagainya.

b. Mengurus kegiatan penerimaan dan pengangkatan karyawan. c. Mengatur urusan pelanggaran dan PHK.

d. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan susunan kerja yang nyaman dan berdisiplin.

e. Mengadakan administrasi atas transaksi pembelian material maupun penjualan hasil produksi.


(37)

f. Mengatur surat-surat yang masuk dan yang keluar dari perusahaan. Adapun tanggung jawab dari Kepala Personalia adalah:

a. Mengawasi, mengarahkan serta membina personil perusahaan.

b. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan serta wawasan personil perusahaan.

15.Kepala Pembelian

Adapun tugas dari Kepala Pembelian antara lain:

a. Mendapatkan informasi mengenai persediaan bahan baku/material yang dibutuhkan.

b. Mendapatkan informasi atas mutu bahan baku/material yang telah diserahkan oleh supplier.

Adapun tanggung jawab Kepala Pembelian adalah: a. Melakukan pemilihan dan evaluasi atas supplier.

b. Melaporkan setiap kegiatan pembelian kepada pimpinan. c. Mengeluarkan purchasing order (PO).

d. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.2.Tenaga Kerja

PT. Morawa Electric Transbuana mempunyai tenaga kerja sebanyak 80 orang.Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(38)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana

No Jabatan Jumlah

(Orang)

1 Presiden Direktur 1

2 Direktur Pemasaran 1

3 Direktur Keuangan/ADM 1

4 Kepala Pabrik 1

5 Kepala Bagian Pemasaran 1

6 Kepala Bagian Desain 1

7 Kepala Bagian Produksi 1

8 Kepala Bagian Bengkel 1

9 Kepala Bagian Proses Akhir 1

10 Kepala Bagian Gudang 1

11 Kepala Bagian Pengujian 1

12 Kepala Bagian QAS (Quality Assurance) 1

13 Kepala Bagian Keuangan 1

14 Kepala Bagian Personalia 1

15 Kepala Bagian Pembelian 1

16 Karyawan Seksi Deasin 1

17 Karyawan Seksi Perawatan 1

18 Karyawan Seksi Bengkel 1

19 Karyawan Seksi Pengujian Material 1

20 Karyawan Seksi Produksi Inti 1

21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti 1

22 Karyawan Seksi Pengujian Inti 1

23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi 1


(39)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana (Lanjutan)

No Jabatan Jumlah

(Orang)

25 Karyawan Seksi Perakitan/Koneksi Kumparan 1

26 Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 1

27 Karyawan Seksi Finishing 1

28 Karyawan Seksi Gudang 1

29 Karyawan Seksi Lokal 1

30 Karyawan Seksi Ekspor 1

31 Karyawan Seksi Administrasi 1

32 Karyawan Seksi Keamanan 1

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

Pada perekrutan tenaga kerja baru, pihak PT. Morawa Electric Transbuana memperhatikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja dengan kebutuhan perusahaan. Setelah proses perekrutan, dilakukan proses seleksi, penempatan, orientasi dan melakukan pelatihan (training) kepada calon tenaga kerja yang baru.

2.3.3.2.Jam Kerja

Jam kerja yang diberlakukan oleh PT. Morawa Electric Transbuana adalah jumlah hari kerja 6 hari dalam seminggu (Senin-Sabtu). Apabila perusahaan mendapat order yang banyak, maka khusus untuk bagian produksi hari Minggu dilakukan proses produksi. Karyawan yang memiliki jam kerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan dianggap lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(40)

Tabel 2.2. Jam Kerja Karyawan PT. Morawa Electric Trannsbuana

Hari Jam Kerja Keterangan

Senin-Kamis

08.30 – 12.00 Kerja

12.00 – 13.00 Istirahat

13.00 – 16.00 Kerja

Jumat

08.30 – 12.00 Kerja

12.00 – 13.30 Istirahat

13.30 – 16.00 Kerja

Sabtu

08.30 – 12.00 Kerja

12.00 – 13.00 Istirahat

13.00 – 15.00 Kerja

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan yang ada pada PT. Morawa Electric Transbuana dilakukan setiap awal bulan dengan pendapatan besar upah berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan, dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun perincian upah dan sistem pengupahan di PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

a. Gaji pokok b. Upah lembur

c. Tunjangan kesehatan dan keluarga d. Insentif kerajinan

e. Tunjangan hari raya f. Bonus tahunan


(41)

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan Produksi 2.4.1.1.Bahan Baku

Bahan baku merupakan semua bahan yang langsung digunakan sbagai bahan dasar dan memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi trasnformator adalah:

1. Plat Silicon Steel

Silicon Steel berbentuk lembaran plat yang tergulung berlapis-lapis yang digunakan untuk membuat inti transformator. Jenis Silicon Steel yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon Steel Jepang dan jenis RG8H produksi Kawasaki Steel Jepang.

2. Kawat Tembaga (Cooper Wire)

Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. nameled Cooper Wire, kawat berbentuk silinder dengan diameter 1,60 mm untuk gulungan primer.

b. Rectangular Cooper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan sekunder dengan ukuran 3,2 x 8 mm

3. High and Low Voltage Blushing

High and Low Voltage Blushing merupakan bahan yang digunakan untuk tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke dalam rangkaian transformator.Bahan ini diimport dari Cina.


(42)

4. Kertas Isolasi

Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi antara kawat-kawat, dari kawat ke tangki dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar untuk ukuran 0,13 – 0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80 – 1,60 mm dikemas dalam peti.

5. Kertas OD

Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga minyak dapat masuk pada celah tersebut dan panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.

6. Tap Changer

Tap Changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila transformator mendapat beban lebih terutama saat terkena sambaran petir, dan apabila suhu transformator tinggi.

7. Earth Terminal

Earth Terminal merupakan instrument listrik yang dihubungkan langsung dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah.

8. Pressure Terminal

Pressure Terminal berfungsi sebagai penghubung transmisi. 9. Thermometer

Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam trasnformator yang digunakan untuk mengukur suhu transformator.


(43)

10.Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip dan roda besi hasil produksi dalam negeri, digunakan dalam pembuatan casing trasnformator.

2.4.1.2.Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Bahan ini secara tidak langsung mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah: 1. Gas Nitrogen (N2)

Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses pengujian kebocoran tangki transformator.

Fungsi gas nitrogen pada saat proses pemanggangan inti adalah:

a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti sehingga tidak terjadi pekaratan.

b. Membantu agar temperature panas di dalam tungku pemanggangan merata.

2. HCL dan Soda Ash

HCL dan Soda Ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat. 3. Pasir kuarsa

Pasir kuarsa digunakan untuk menutupi pinggiran panggangan agar gas nitrogen yang dialirkan tidak keluar dari tungku pemanggangan tersebut.


(44)

4. Kayu Meranti

Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.

5. Mal Besi

Mal besi digunakan sebagai mal untuk menggulung kumparan Silicon Steel pada saat pembuatan inti trafo.Mal besi ini juga digunakan pada saat pemanggangan inti agar kumparan Silicon Steeldari inti trafo tidak lepas.

2.4.1.3.Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan pada suatu proses produksi dan tampak pada produk akhir. Dalam hal ini bertujuan meningkatkan mutu dan nilai dari suatu produk. Bahan ttambahan yang digunakan pada proses pembuatan transformator di PT. Morawa Electric Transbuana adalah:

1. Plat Merek

Plat merek “Morawa” digunakan untuk menyatakan pabrik yang memproduksi transformator

2. Name Plate

Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada tangki transformator.

3. Cotton Benda

Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar tidak lepas


(45)

4. Hand Hold

Hand Hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan trasnformator dan terdiri dari dua pasang pegangan.

5. Kawat Las

Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan kumparan sekunder.

6. Lem

Lem digunakan sebagai perekat kertas isolasi pada lilitan kumparan. 7. Baut dan Mur

Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup pressure terminal, menghubungkan oil garage yang masuk ke dalam tangki, dan memasang tutup tangki trafo.

8. Cat

Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator. 9. Stop kran sebagai tempat pembuangan minyak.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis trasnformator inti (core type) yaitu trasnformator satu phasa dan tiga phasa.Untuk spesifikasi produk transformator satu phasa dapat dilihat pada Tabel 2.3., dan spesifikasi produk transformator tiga phasa dapat dilihat pada Tabel 2.4.


(46)

Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Phasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 5 10 15 25 50

Jumlah Phasa - 1 1 1 1 1

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20

Tegangan Sekunder kV 231/462 231/462 231/462 231/462 231/462

Arus Beban Nol % 2,4 2,3 2 1,6 1,4

Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Phasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 100 150 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600

Jumlah Phasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Tegangan Sekunder kV 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

Arus Beban Nol % 2,3 2,3 2,3 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2 2 2 2

2.4.1. Uraian Proses Produksi

Urutan proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Stell Cutting)

Inti transformator terbuat dari silicon steel yang berfungsi untuk memperbesar fluksi magnet yang timbu bila pada kumparan transformator mengalir arus listrik. Silicon steel di gudang dibawa ke bagian pemotongan dengan menggunakan hoist crane. Sebelum silicon steel diletakkan di mesin pemotongan, terlebih dahulu dilakukan set-up terhadap mesin potong


(47)

dengancara mengatur jarak pisau potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak adaplat inti yang terbuang. Proses pemotongan inti transformator dilakukansetelah lembaran tergulung diletakkan pada penyangga mesin peletakan,kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengaturputarannya melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan.Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan ditempat penyusunan plat. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemotonganinti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosforyang melapisi inti.

2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding)

Hasil lembaran inti yang telah selesai dipotong dibawa ke penggulungan intidengan hoist crane, kemudian digulung dengan mesin gulung dan pada saat penggulungan diukur ketebalannya tiap tingkat dengan jangka sorong. Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka terlebih dahulu dibuat jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran tertentu. Pada transformator model lama, cara menyusun inti ini adalahdengan cara staching (inti susun) yaitu menyusun lembaran inti satu per satu keping. Untuk jenis transformator dengan daya tertentu, dapat digunakan dengan cara penggulungan wound core (inti gulung) dimana dapat diterapkan untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan carastaching yaitu:


(48)

a. Rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, berarti terjadipenghematan dalam penggunaan inti transformator.

b. Arus penguatan (exciting current) adalah sangat kecil, karena kecilnyacelah udara (air gap).

c. Tingkat kebisingan (noise level) rendah.

d. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini lebih cepat. e. Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit.

Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensitransformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan. Kerugian dari carawound core ini adalah dapat terjadi kerusakan pada beliran (terbakar), dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan diperbaiki di pabrik. Pada penggulungan inti trafo dengan carastaching (inti susun), apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan mengeluarkan lilitannya untuk diganti. Penggulungan inti harus memperhatikan tegangan tarik (tensile strength) agar tidak terlalu besar, untuk menghindari kerusakan lapisan fosfor yang dapatmenyebabkan rugi-rugi inti bertambah besar.

3. Proses Annealing

Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane,kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan tungku pemanas (annealing furnace) yang menggunakan energi listrik. Proses annealing ini berguna untuk:


(49)

a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehinggapada saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan. Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel control yang diatur mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut thermocouple yang dihubungkan dengan relay temperature dengan range 0-1200oC, relay ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan tungku pemanas dari sumber tegangan sehingga dapat membatasi temperatur yang diinginkan yaitu 840oC. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses annealing ฀24 jam dengan kapasitas

satu tungku sebanyak 7 unit. Uraian proses annealing inti transformator adalah sebagai berikut:

a. Inti (Silicon steel) disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir danbesi.

b. Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkandengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemenpemanas yang menggunakan listrik.

c. Gas N2 dialirkan dengan tekanan ฀0,1 kg/cm selama 30 menit.

d. Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160volt, sampai temperatur mencapai 300oC, sementara N2 tetap dialirkandengan tekanan yang sama.

e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600oC dengantekanan tetap.


(50)

f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830oCselama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N2 tetap dialirkanhingga proses annealing selesai.

g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500oCdan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi ± 30 cm daridasar pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secaraperlahan sampai 350oC.

h. Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetapdibiarkan sampai temperatur turun hingga 160oC dan aliran N2 dihentikan.

i. Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai.

Gas N2 yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluranpembuangan, untuk mengalami pergantian dengan gas N2 yang baru. Inti yang keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane. Gas yang digunakan dalam proses pemanggangan ini berguna untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dengan inti agar tidak berkarat dan menjaga agar temperatur panas merata di dalam tungku.

4. Penimbangan Berat Inti

Inti transformator yang telah mengalami annealing, ditimbang untukmengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk


(51)

menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.

5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test)

Setelah proses pemanggangan dan penimbangan, inti transformator dibawa ke pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane dan inti tersebut diuji. Proses pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak kemudian disesuaikan dengan jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan standard PLN. Berikut penjelasan dari pengujian rugi-rugi inti:

a. Ukur penampang inti tersebut.

b. Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu.

c. Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d. Jepit ujung belitan ke terminal pengetasan.

e. Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada controlpanel.

f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki. g. Catat hasil pengetesan.

h. Setelah hasil pengetesan, switch off panel kontrol dan matikan powersupply.


(52)

6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi (Paper Cutting)

Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi antara belitan kawat primer dansekunder dan antara kumparan primer dan sekunder.Kertas isolasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis, sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.

b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga padaproses akhir transformator harus dicelupkan ke dalam cairan vernis.PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis PressurePaper Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenagakarena tidak lagi membutuhkan proses pencelupan ke dalam cairan vernis.Kertas isolasi (insulation paper) yang telah selesai dipotong ditempeli dengan kertas OD. Kertas OD ini merupakan batangan kertas 4,8 mm yang direkatkan pada kertas isolasi dengan ketebalan 2,4 mm dengan jarak tiap batang kertas 2cm. Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparansekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.


(53)

7. Penggulungan Kumparan

Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan denganmenggunakan forklift.Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paperyang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada coil winding machine, insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran selanjutnya kawat tembaga digulung.

a. Kumparan sekunder

Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder.Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8 mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan dan lilitan pada kaki trafo terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi kertas isolasi dengan tebal 0,125 mm. Kenaikan suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65oC.

b. Kumparan primer

Pada kumparan primer kawat tembaga yang digunakan adalah berbentuksilinder dengan diameter 1,60 mm. Kumparan primer mempunyai 4190lilitan pada tiap kakinya, dimana pada setiap kaki trafo terdiri dari 2095 lilitan dan lilitan pada setiap kaki trafo terdiri dari 20 lapisan dengan jumlah lilitan 201 pada setiap lapisannya. Pada setiap


(54)

lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan primer selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4mm.

Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan ketepatan penggunaan insulation paper, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.

8. Pemasangan Koneksi Kumparan (Coil Assembly)

Inti yang telah selesai digulung dibawa kebagian koneksi dengan hoist crane.Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengankumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasangplat pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadapkumparan sekunder dengan cara mengelasnya, kemudian dilakukanpemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itudilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.

9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying)

Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kumparan dari uap air yang mungkinada di dalam kawat. Inti trransformator yang telah dikoneksi dan dipasang tutup serta instrumen yang diperlukan dibawa ke pengeringan


(55)

dengan menggunakan kereta sorong, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering (drying oven).Lamanya pengeringan tergantung pada besarnya kapasitas transformator.Untuk mensirkulasi temperatur dalam oven, digunakan bloweryang digerakkan oleh motor lisrik.Untuk mencegah panas yang berlebihan yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperaturediatur pada posisi suhu sekitar 115-130oC.

10.Pemasangan Terminal (Terminal Assembly)

Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebutdiangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ketempat pemasangan terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yangtelah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke dalam case (tangki) transformator.

11.Turn Ratio Test

Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, makadilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan lilitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpanan-penyimpanan yang terjadi pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5% terhadap harga perbandingan transformator nominal sesuai standar.


(56)

12.Perakitan dengan Tangki Transformator

Setelah pengujian selesai dilakukan, transformator dimasukkan ke dalamtangki yang telah disiapkan sesuai dengan desain dan ukuran dari transformator tersebut. Selanjutnya dilakukan pemasangan kran, pressureterminal, oil gauge, thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.

13.Pengisian Minyak ke Dalam Tangki Transformator (Oil Filling)

Tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filterhingga mencapai ฀2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagaipendingin

(cooling medium) dan juga sebagai isolasi pada kumparantransformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki, maka minyak tersebutperlu dibersihkan dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil purifier buatan Kato Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalahuntuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada minyak. Jenis minyak yangdigunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yangdiproduksi oleh perusahaan Sheel Company Amerika Serikat.

14.Routine Test

Pengujian ini merupakan final test terhadap seluruh transformator yang akandikirim ataupun disimpan. Setelah selesai di pengisian minyak trafo dibawa kebagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:


(57)

a. Pengujian beban nol, untuk menguji rugi-rugi inti dan persen beban nol. Pada pengujian beban nol ini, alat ukur dipasang pada bagian sisi sekunder(tegangan rendah), tegangan pengujian diberikan setingkat demi setingkat sampai voltmeter menunjukkan tegangan nominal sekunder dan sisi primer pada rangkaian terbuka.

b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo. Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer (tegangan tinggi)sedangkan sisi sekunder (tegangan rendah) dihubung singkatkan dengan menggunakan sebuah penghantar/konduktor yang sesuai dengan besarnya arus nominal sekunder.Sumber tegangannya diatur dengan voltageregulator yang dihubung ke sisi primer.

c. Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan ini dilakukan dengan menggunakanWheatstone-bridge (Jembatan Wheatstone) untuk mengukur tahanan kumparan primer dan untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunderdigunakan double-bridge (jembatan ganda).

d. Pengukuran tahanan isolasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformatorterhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer (high voltage) maupun sisi kumparan sekunder (low voltage).


(58)

e. Pengujian frekuensi tinggi

Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi (350 Hz) yangdigerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi dan tegangannya dua kali dari tegangan nominal sekunder transformator distribusi yang diuji.

f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo

Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen (N2) kedalam tangki trafo yang telah ditutup rapat. Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:

− Pengujian ketahanan suhu − Pengujian kenaikan suhu

15.Pemasangan Name Plate

Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari bagian qualitycontrol, maka selanjutnya transformator tersebut dipasangkan name plate yang memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan.Dan juga diberi label merek “MORAWA”, yang menandakan identitasperusahaan.

16.Penyimpanan

Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnyadibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.


(59)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Lean Manufacturing

Menurut Wikipedia, lean merupakan kumpulan alat atau tools yang membantu dalam mengidentifikasi dan mengeliminasi waste, memperbaiki kualitas, dan mereduksi waktu dan biaya produksi. disebut lean karena pada akhirnya, proses dapat berlangsung dengan menggunakan material yang lebih sedikit, membutuhkan investasi yang lebih kecil, menggunakan persediaan yang lebih sedikit, menggunakan ruang atau areal kerja yang lebih kecil, dan menggunakan pekerja yang lebih sedikit. Leanprocess dikarakteristikkan dengan aliran dan prediksi bahawa secara keseluruhan mereduksi ketidakpastian dan kekacauan pada pabrik manufaktur.

Dalam bukunya Lean Thinking, James Womack dan Daniel Jones mendefinisikan lean manufacturing sebagai suatu proses yang terdiri dari lima langkah: mendefinisikan nilai bagi pelanggan, menetapkan value stream, membuatnya “mengalir”, “ditarik” oleh pelanggan, dan berusaha keras untuk mencapai yang terbaik. Untuk menjadi perusahaan manufaktur yang lean diperlukan suatu pola pikir yang terfokus pada membuat produk mengalir melalui proses penambahan nilai tanpa interupsi (one-piece flow), suatu sistem “tarik” yang berawal dari permintaan pelanggan, dengan hanya menggantikan apa yang diambil oleh proses berikutnya dalam interval yang singkat, dan suatu budaya


(60)

dimana semua orang berusaha keras melakukan peningkatan secara terus-menerus.2

Pada buku The Lean manufacturing Pocket Handbook, Kenneth W. Dailey mendefinisikan lean manufacturing sebagai suatu kelompok startegi yang sederhana untuk identifikasi dan eliminasi waste (pemborosan) di sepanjang value stream. Identifikasi dan eliminasi waste dari value stream merupakan tema pusat dari filosofi lean manufacturing. Lean manufacturing merupakan perbaikan proses yang dinamis dan konstan tergantung pada pemahaman dan keterlibatan semua karyawan perusahaan. Implementasi yang sukses membutuhkan semua karyawan dilatih mengidentifikasi dan mengeliminasi waste dari pekerjaan mereka. Waste ada pada semua aktivitas dan pada semua tingkatan pada organisasi. Keefektifan merupakan hasil dari integrasi manusia, metode, material dan mesin pada area kerja.

Berikut ini merupakan prinsip utama konsep lean.3 1. Specify value

Menentukan nilai pada produk merupakan langkah awal. Value hanya dapat didefinisikan oleh pelanggan sebagai tujuan akhir. Dan ini hanya memiliki arti ketika ditunjukkan pada kasus produk yang spesifik. Yang bertemu dengan kebutuhan pelanggan pada harga yang spesifik pada waktu yang spesifik.

2 Liker, Jeffrey K. 2006. The Toyota Way. Jakarta: Penerbit Erlangga. 3 Womacks, James P. 2003. Lean Thinking. New York: Free Press.


(61)

2. Identify Value stream

Value stream merupakan kumpulan semua aktifitas spesifik yang dibutuhkan untuk membawa produk yang spesifik melalui tiga aktivitas manajemen yaitu tugas pemecahan masalah, aktivitas manajemen informasi, aktivitas transformasi fisik. Pada bagian ini mengidentifikasi tahapn-tahapan yang diperlukan berdasarkan keseluruhan value stream untuk menemukan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah.

3. Flow

Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tanpa adanya gangguan, proses rework, aliran balik, aktivitas menunggu (waiting) ataupun sisa produksi.

4. Pulled

Melakukan atau membuat produk sesuai dengan dan hanya yang diminta konsumen.

5. Perfection

Mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan pemborosan (waste).

3.2. SevenWaste4

Toyota telah mengidentifikasi tujuh jenis pemborosan yang tidak menambah nilai dalam proses bisnis atau manufaktur, yang dijelaskan di bawah ini.


(62)

1. Produksi berlebih (overproduction). Memproduksi barang-barang yang belum dipesan, akan menimbulkan pemborosan seperti kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat penyimpanan dan biaya transportasi yang meningkat karena adanya persediaan yang berlebih.

2. Waktu menunggu. Para kerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat, pasokan komponen selanjutnya, dan lain sebagainya atau menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck (sumbatan) kapasitas.

3. Transportasi yang tidak perlu

Membawa barang dalam proses (WIP) dalam jarak yang jauh, menciptakan angkutan yang tidak efisien, atau memindahkan material, komponen atau barang jadi ke dalam atau ke luar gudang atau antar proses.

4. Memproses secara berlebih atau memproses secara keliru

Melakukan langkah yang tidak diperlukan untuk memproses komponen. Melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat yang buruk dan rancangan produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan memproduksi barang cacat. Pemborosan terjadi ketika membuat produk yang memiliki kualitas lebih tinggi dari pada yang diperlukan.

5. Persediaan berlebih

Kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluarsa, barang rusak, peningkatan biaya pengangkutandan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan berlebih juga


(63)

menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang panjang.

6. Gerakan yang tidak perlu

Setiap gerakan karyawan yang mubazir saat melakukan pekerjaannya, seperti mencari, meraih, atau menumpuk komponen, alat, dan sebagainya. Berjalan juga merupakan pemborosan.

7. Produk cacat

Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berari tambahan penanganan, waktu dan upaya yang sia-sia.

Ohno menganggap pemborosan yang paling mendasar adalah produksi berlebih karena mengakibatkan sebagian besar pemborosan lainnya. Memproduksi lebih dari pada yang diinginkan oleh pelanggan dalam operasi manapun pada suatu proses manufaktur akan menyebabkan bertumpuknya persediaan di salah satu proses hilir: material hanya diam dan menunggu untuk diproses oleh operasi selanjutnya.

3.3. Tools yang Digunakan dalam Lean Manufacturing

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam lean manufacturing sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta kemungkinan penerapannya. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lean manufacturing diantaranya sebagai berikut.


(64)

3.3.1. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer)

Diagram SIPOC dapat digunakan untuk memberikan batasan atau ruang ingkup penelitian sepanjang value stream. Diagram SIPOC adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasikan elemen yang berkaitan untuk pengembangan proses sebelum proses pengembangan itu dimulai. Penggambaran ruang lingkup dilakukan sebelum penggambaran lebih rinci untuk setiap proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu:

a. Suppliers adalah orang, departemen atau organisasi yang memberikan informasi kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya dapat dianggap sebagai petunjuk pemasok internal (internal suppliers).

b. Inputs adalah segala sesuatu yang diberikan oleh suppliers kepada proses. c. Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi dan secara ideal

menambah nilai kepada inputs (proses transformasi nilai tambah kepada inputs). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses.

d. Outputs adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam industri manufaktur ouputs dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi (final product). Termasuk kedalam outputs adalah informasi-informasi kunci dari proses.

e. Customers adalah orang atau kelompok orang, atau sub proses yang menerima outputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sesudahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal customers).


(65)

3.3.2. Value Stream Mapping5

Value stream mapping adalah suatu proses yang sederhana yang mengobservasi secara langsung aliran informasi dan material yang terjadi, menjelaskan secara visual, dan kemudian merencanakan keadaaan ke depannya dengan performansi yang lebih baik.

Value stream merupakan semua kegiatan (aktivitas non value added dan value added) yang saat ini dibutuhkan untuk membawa produk melalui aliran utama yang penting ke setiap produk yaitu aliran produksi dari bahan baku ke tangan pelanggan, dan rancangan aliran dari perencanaan ke peluncuran. Melakukan perspektif value stream berarti bekerja pada gambar besar, bukan hanya proses-proses individual, dan perbaikan keseluruhan, bukan hanya pengoptimisasian elemen.

Value stream mapping adalah peralatan pensil dan kertas yang membantu melihat dan memahami aliran material dan informasi sebagai produk yang melakukan caranya melalui value stream. Arti sederhana value stream mapping adalah mengikuti aliran produksi produk dari pelanggan ke pemasok, dan dengan teliti menggambarkan suatu gambaran visual dari setiap proses pada aliran informasi dan material. Kemudian minta kumpulan pertanyaan kunci dan gambar future state map bagaimana seharusnya aliran value.

Value stream mapping merupakan suatu alat yang penting karena:

1. Membantu memvisualisasikan banyak level proses tunggal seperti perakitan, pengelasan, dan lain-lain pada produksi. Aliran dapat dilihat.


(66)

2. Membantu melihat banyak waste. Mapping membantu melihat sumber waste pada value stream.

3. Menyediakan bahasa yang umum untuk membahas mengenai proses

manufaktur.

4. Membuat keputusan mengenai aliran yang jelas kelihatan, sehingga dapat didiskusikan. Selain itu, banyak perincian dan keputusan pada lantai produksi dari kegagalan yang terjadi.

5. Mengikat konsep dan teknik lean secara bersama, yang membantu menghindari “cherry picking

6. Membentuk dasar rencana implementasi. Membantu merancang cara keseluruhan aktivitas seharusnya beriperasi – bagian yang hilang dalam berbagai usaha lean – value stream map menjadi perencanaan untuk implementasi lean. Bayangkan membangun rumah tanpa perencaaan,

7. Menunjukkan hubungan antara aliran informasi dan aliran material. Tidaka ada alat lain yang melakukannya.

8. Banyak kegunaannya dari alat yang kuantitatif dan diagram tataletakyang menghasilkan sejumlah langkah kegiatan non-value added, lead time, jarak perjalanan, sejumlah persediaan, dan selanjutnmlah langkah kegiatan non-value added, lead time, jarak perjalanan, sejumlah persediaan, dan selanjutnya. Value stream mapping merupakan alat yang kualitatif dimana menjelaskan secara detail bagaimana fasilitas seharusnya beroperasi agar menciptakan suatu aliran.


(67)

Langkah-langkah utama value stream mapping adalah: 1. Menentukan famili product

Salah satu poin untuk dipahami secara jelas sebelum memulai adalah harus fokus pada satu famili produk. Sehingga tidak perlu memetakan semua yang berlangsung di lantai produksi. Meskipun memiliki produk yang kecil, menggambarkan semua aliran produk pada satu pemetaan merupakan hal yang merumitkan. Value stream mapping berarti berjalan dan menggambarkan langkah-langkah proses (material dan informasi) untuk satu jenis produk dari setiap stasiun kerja pada pabrik. Suatu famili merupakan kelompok produk yang lewat mealalui langkah proses yang mirip dan melalui peralatan yang umum pada aliran proses hilir. Seharusnya tidak membedakan famili produk dengan memperhatikan langkah pembuatan ke hulunya, yang mungkin menghasilkan banyak famili produk dengan cara batch. Catat dengan jelas produk yang dipilih, berapa banyak perbedaaan jumlah bagian akhir yang ada di famili, seberapa banyak yang diinginkan konsumen, dan seberapa sering. Pelanggan hanya peduli pada produk mereka dan bukan pada semua produk sehingga tidak realistis memetakan semuanya yang melewati lantai produksi. Menggambar semua aliran produk pada satu perusahaan akan terlalu kompleks. Mengidentifikasi produk famili dapat dilakukan dengan menggunakan matriks produk dan proses untuk mengklasifikasi langkah proses yang sama untuk produk yang berbeda atau dengan memilih produk yang menggunakan volume paling tinggi.


(68)

2. Menentukan value stream manager

Karena perusahaan cenderung diorganisasikan oleh departemen dan fungsi, termasuk langkah aliran pembuatan produk, sering ditemukan bahwa tak seorangpun yang bertanggung-jawab pada perspektif value stream. Untuk menghindari kelompok pengasingan dari fungsionalitas, diperlukan seseorang yang bertanggungjawab untuk memahami aliran nilai produk. Orang ini disebut value stream manager, dan disarankan bahwa pada laporan kapasitas dilaporkan pada orang tertinggi pada perusahaan. Banyak orang yang terlibat pada implementasi lean, dan semua butuh pemahaman value stream mapping dan kemampuan membaca future state map. Berikut ini adalah tugas dari seorang value stream manager.

a. Melaporkan peningkatan implementasi lean pada atasan.

b. A line, bukan staff, orang dengan kemampuan membuat perubahan terjadi melalui fungsional dan batasan departemen.

c. Memimpin pembuatan peta value stream current state dan future state dan perencanaan pengimplementasian untuk mendapatkan dari hari ini sampai ke depannya.

d. Memonitor semua aspek implementasi.

e. Mengawasi dan memeriksa aliran value stream sehari-hari atau mingguan. f. Membuat impelementasi prioritas atas.

g. Merawat dan memperbaharui secara periodic rencana implementasi. h. Menjadi orang yang mengendalikan sebelum ada hasil.


(69)

Gambar 3.1. The Value Stream Manager

Sumber: The Toyota Way 3. Membuat current state drawing

Langkah pertama yang dilakukan adalah penggambaran current state, yang mana dilakukan dengan mengumpulkan informasi pada lantai produksi. Hal ini menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan future state map. Pengembangan future state dimulai dengan analisis pada situasi produksi saat ini. Pemetaan dimulai pada tingkat aliran pada pabrik dimana digambarkan kategori proses seperti perakitan atau pengelasan sebagai perekaman tiap langkah proses. Digunakan simbol-simbol atau ikon untuk menunjukkan proses dan aliran. Dapat juga digunakan symbol tambahan yang dibuat sendiri tetapi harus tetap konsisten pada perusahaan sehingga setiap orang tahu cara menggambar dan memahami peta dibutuhkan pada institusi lean manufacturing. Berikut ini merupakan tips pemetaan.

a. Selalu mengumpulkan informasi kondisi sekarang ketika mengawasi di sepanjang jalan aktual dari aliran informasi dan material.


(70)

c. Mulai dari akhir pengiriman dan ke hulu.

d. Bawa stopwatch dan jangan bersandar pada waktu standar atau informasi yang tidak diperoleh secara langsung.

e. Petakan seluruh value stream.

f. Selalu menggambarkan dengan pensil. 4. Karakteristik lean value stream

Berikut ini beberapa pengukuran lean adalah: a. Waktu Siklus

Waktu siklus (C/T) merupakan seberapa sering part atau produk diselesaikan dalam satu proses secara aktualnya, sepanjang observasi. Juga, waktu operator melalui semua elemen pekerjaan sebelum mengulanginya kembali.

b. Value Added Time (VA)

Merupakan waktu yang diperlukan elemen kerja yang secara aktual membuat produk dalam suatu cara yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

c. Lead Time (L/T)

Merupakan waktu yang dibutuhkan satu bagian memindahkan semua cara melalui suatu proses, dari awal sampai akhir.

Gambar 3.2. merupakan contoh current state map yang menunjukkan permintaan amplifier pada suatu perusahaan.


(71)

Gambar 3.2. Contoh Current state Map


(72)

Berikut ini merupakan langkah pedoman untuk mencapai lean value stream.

a. Menghitung takt time

Takt time merupakan seberapa sering sseharusnya menghasilkan satu komponen atau produk, berdasarkan pada tingkat penjualan, menemui kebutuhan pelanggan. Takt time dihitung dengan membagikan tingkat perminttan pelanggan per shift dengan ketersediaan waktu kerja per shift. Takt time digunakan untuk mensinkronkan langkah produksi dengan langkah penjualan.

b. Mengembangkan aliran kontiniu dimanapun yang memungkinkan

Aliran kontiniu bertujuan memproduksi unit pada satuan waktu, dimana tiap item lewat dengan segera dari satu proses ke proses berikutnya tanpa stagnasi di dalamnya. Aliran kontiniu merupakan cara yang paling efisien untuk memproduksi, dan diharuskan menngunakan banyak kreativitas dalam mencapainya. Simbol pemetaan digunakan yang mengindikasikan aliran kontiniu adalah kotak proses yang sederhana. Pada penggambaran future state map, tiap kotak proses harus menjelaskan wilayah aliran. c. Mencoba mengirim jadwal pelanggan pada satu proses produksi.

5. Membuat future state map

Langkah yang digunakan untuk menyoroti pemborosan dan mengeliminasinya. Mempersiapkan dan memulai secara aktif penggunaan


(73)

rencana implementasi yang mejelaskan bagaimana perencanaan mencapai future state.

Berikut ini merupakan pertanyaan kunci untuk future state map.

a. Bagaimana takt time nya, berdasarkan waktu kerja tersedia dari proses hilir yang terdekat ke konsumen.

b. Akankah anda membangun supermarket barang akhir dari yang mana pelanggan tarik, atau pengiriman secara langsung? (jawaban untuk pertanyaan ini tergantung pada factor umum seperti pola yang dibeli pelanggan, dan karakteristik produk).

c. Dimana anda akan menggunakan proses aliran kontiniu?

d. Dimana anda akan membutuhkan sistem tarik dalam mengontrol produksi dari proses hulu?

e. Pada tujuan tunggal apa dalam rantai produksi anda akan menjadwalkan produksi?

f. Proses perbaikan apa yang akan berguna pada value stream?

Terdapat lambang-lambang yang digunakan dalam value stream mapping. Lambing - lambang tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.


(74)

Tabel 3.1. Lambang Dasar Value Stream Mapping

No. Nama Lambang

1 Process Box

Process Step A

2 Data Box

Total C/T = C/O = Uptime = Availability =

3 Control Point

Control Point

4 External Source

5 Internal Source

6 Customer Demand and Takt Time Box

Customer demand 100 pieces per month (Takt Time 96 minutes)

7 Inventory

8 Work Queue Q


(75)

Tabel 3.1. Lambang Dasar Value Stream Mapping (Lanjutan)

No. Nama Lambang

10 Pull Arrow

11 Operator

12 Delivered by forklift

13 Delivered by Hand Truck

3.3.3. 5S (Workplace Organization)6

Merupakan suatu metodologi untuk pengorganisasian, pembersihan, pengembangan, dan memungkinkan lingkungan kerja yang produktif. Berikut ini merupakan rincian dari 5S.

1. Sort - Membersihkan kekacauan

Merupakan suatu item yang tidak digunakan pada area kerja yang seharusnya dihilangkan. Item yang dengan jarang digunakan seharusnya diidentifikasi dengan baik dan dijauhkan dari pandangan.

2. Set in order – mengorganisasikan area kerja

Suatu tempat untuk semuanya dan setiap benda ada pada tempatnya. Semua item produksi dan lokasi penyimpanannya sebaiknya diidentifikasi dengan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)