Analisis Efisiensi Pemasaran dan Pilihan Saluran Pemasaran Kopi Organik di Kabupaten Ermera, Timor-Leste

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN
DAN PILIHAN SALURAN PEMASARAN KOPI ORGANIK
DI KABUPATEN ERMERA TIMOR-LESTE

CAETANO DOS SANTOS CRISTOVAO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Efisiensi
Pemasaran dan Pilihan Saluran Pemasaran Kopi Organik di Kabupaten Ermera Timor-Leste adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015
Caetano dos Santos Cristovao
NIM H351128131

RINGKASAN
CAETANO DOS SANTOS CRISTOVAO. Analisis Efisiensi Pemasaran dan
Pilihan Saluran Pemasaran Kopi Organik di Kabupaten Ermera, Timor-Leste.
Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI DAN AMZUL RIFIN .
Kopi merupakan komoditas andalan perkebunan Timor-Leste yang
dikembangkan beberapa dekade yang lalu dengan sistem organik dengan tujuan
ekspor dalam rangka peningkatan devisa non migas, menciptakan lapangan kerja
serta pendapatan dari 25 persen rumah tangga tani di Timor-Leste. Kabupaten
Ermera merupakan salah satu sentra produksi dengan luas lahan perkebunan yang
mencapai 31616 hektar dengan kontribusi produksi sebesar 38 persen dari total
produksi 9384 ton di tahun 2013. Untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga
tani kopi perlu adanya sistem pemasaran yang efisien. Pemasaran kopi di
Kabupaten Ermera melibatkan beberapa pelaku seperti pedagang perantara dan
pedagang besar dengan perilaku yang berbeda-beda. Kebijakan pemilihan sistem
produksi kopi organik memberi peluang bagi pemasaran kopi Timor-Leste di
pasar internasional serta peningkatan harga yang diterima oleh petani dalam

memilih saluran yang memberi keuntungan optimal.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ermera dengan tujuan menganalisis:
(1) struktur pasar dan hambatan masuk keluar pasar; (2) perilaku pasar; (3) kinerja
pasar; serta (4) faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan saluran pemasaran oleh
petani kopi. Data primer dikumpulkan dalam bentuk cross-section dari 100
petani responden, 5 pedagang perantara dan 4 pedagang besar dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu. Data sekunder diperoleh dari instansi
terkait seperti Kementerian Pertanian dan Perikanan Timor-Leste, Direktorat
Tanaman Industri dan Agribisnis, Kementerian Pertanian dan Perikanan TimorLeste, Kementerian Keuangan Timor-Leste dan instansi terkait serta dari pustaka.
Analisis deskriptif dipergunakan untuk menggambarkan lembaga-lembaga yang
terlibat dalam pemasaran kopi serta fungsi-fungsi yang dilakukannya. Sedangkan
analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran, kinerja
pasar serta pada marketing channel choice yang dianalisis dengan logit regression.
Struktur pasar kopi di Kabupaten Ermera, Timor-Leste belum efisien yang
ditunjukkan oleh pasar kopi yang mengarah kepada pasar persaingan tidak
sempurna (oligopsoni). Kondisi ini mengindikasikan bahwa pedagang besar
memiliki tingkat penguasaan yang besar dalam mempengaruhi pasar. Di sisi lain
kelompok petani kopi belum dapat berfungsi dengan baik dalam kegiatan
pemasaran kopi. Hal ini diindikasikan dengan adanya penjualan kopi tidak secara
kelompok tapi secara sendiri-sendiri sehingga petani pada posisi yang lemah

dalam penawaran harga. Pada semua tingkatan baik pada tingkat petani, pedagang
perantara maupun pada pedagang besar ada diferensiasi produk yang ditandai
kegiatan pengolahan dan penyimpanan. Pada sisi lain petani kopi juga mengalami
hambatan usaha yang terkait dengan informasi pasar dan modal, sedangkan
pedagang perantara, hambatan yang dihadapi meliputi modal, transportasi,
fasilitas tempat jemur kopi serta gudang. Pembelian produk kopi di kabupaten ini
lebih terkonsentrasi pada empat perusahaan sebagaimana ditunjukkan hasil
analisis nilai CR4 yang mencapai 0.98. Sementara nilai minimum efficiency scale

(MES) yang mencapai 62 persen mengisyaratkan bahwa pemasaran kopi organik
di Kabupaten Ermera ada hambatan bagi perusahaan baru yang masuk.
Penentuan harga kopi di Kabupaten Ermera ditentukan oleh pedagang
besar baik pada penjualan kopi glondong maupun pada penjualan kopi tanduk
walaupun harga kopi didasarkan pada harga internasional. Petani pada umumnya
berada posisi tawar harga yang lemah karena berbagai keterbatasan seperti
volume penjualan, tidak berfungsinya lembaga petani kopi, informasi harga dan
fasilitas pengolahan kopi. Banyak petani yang tidak melakukan perawatan kebun
secara baik karena biaya hasil penjualan kopi tidak cukup untuk menutupi
berbagai input usahatani. Harga kopi glondong dijual pada kisaran harga 0.250.50 dolar Amerika per kilogram sedangkan kopi tanduk pada harga rata-rata 1.25
dolar Amerika.

Analisis kinerja pasar kopi di Kabupaten Ermera belum efisien. Hal ini
dilihat dari distribusi marjin yang belum merata serta share harga yang diterima
petani pada saluran penjualan kopi tanduk hanya sebesar 47 persen, Pada
penjualan kopi glondong petani memperoleh share 54 persen sedangkan pedagang
hanya sebesar 46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan kopi glondong
lebih menguntungkan petani walaupun disadari bahwa tujuan pengolahan adalah
memperoleh nilai tambah (value added). Agar lebih efisien maka dapat ditempuh
dengan memilih saluran yang lebih memberi nilai share harga yang lebih tinggi
dan mengurangi biaya pemasaran. Dari hasil analisis diketahui bahwa hanya
faktor pengalaman usahatani dan harga kopi tanduk arabika yang secara statistik
berpengaruh secara signifikan di dalam memilih saluran pemasaran kedua di
Kabupaten Ermera.
Kata kunci: kinerja pasar, perilaku pasar, pilihan saluran pemasaran dan stuktur
pasar

SUMMARY
CAETANO DOS SANTOS CRISTOVAO. Analysis of Marketing Efficiency and
Marketing Channel Choice of Organic Coffee in Ermera Regency, Timor-Leste.
Advised by ANDRIYONO KILAT ADHI AND AMZUL RIFIN.
Coffee is a mainstay commodity of Timor-Leste plantation developed

several decades ago using organic system with the export purpose in order to
increase non-oil and gas foreign exchange, creating jobs and incomes of 25
percent of farm households in Timor-Leste. Ermera Regency is one of the
production centers with 31,616 hectar of coffee plantation with the production
contribution by 38 percent of the total production of 9,384 tons in 2013. To
increase the income of coffee farm households, it is needed efficient marketing
system. Coffee marketing in Ermera Regency involves several actors such as
merchant middlemen and whole traders with different activities. Choice policy of
organic coffee production system provides opportunities for Timor-Leste coffee
marketing in the international market as well as the increase in prices accepted by
farmers in choosing the channels that give optimum benefit.
This research was conducted in Ermera Regency with the purposes of
analyzing: (1) market structure and barriers of entering and exiting the market; (2)
market conduct; (3) market performance; and (4) factors influencing the choice of
marketing channels by coffee farmers. The primary data was collected in the form
of a cross-section of 100 respondent farmers, 5 merchant middlemen and 4 whole
traders using questionnaires as the aid tool, while the secondary data was obtained
from the relevant agencies such as the Ministry of Agriculture and Fisheries of
Timor-Leste, the Directorate of Industrial Crops and Agribusiness, the Ministry of
Finance of Timor-Leste and related agencies as well as from the literature.

Descriptive analysis was used to describe the institutions involved in the coffee
marketing and the functions carried out. Quantitative analysis was used to analyze
the efficiency of marketing, market performance and marketing channel choice
analyzed using logit regression.
The structure of coffee market in Ermera Regency, Timor-Leste has not
been efficient, indicated by the coffee market which leads to imperfect
competition market (oligopsonistic). This condition indicates that whole traders
have a great mastery level in influencing the market. On the other hand, the
farmer groups have not been able to function well in coffee marketing activities.
This is because the sale of coffee is not carried out in groups but individual so that
farmers are in a weak position in offering the price. At all levels, whether they are
at the levels of farmers, merchant middlemen and the whole traders, there is
product differentiation marked by processing and storage activities. On the other
side, coffee also has business barriers related to and capital and market
information, while for the merchant middlemen, the barriers faced are capital,
transportation, coffee drying facility and warehouse. CR4 value reaching 0.98
indicates that the coffee products in this regency are more concentrated in the four
companies. While the value of minimum efficiency scales (MES), reaching 62
percent suggests that for the marketing of organic coffee in Ermera Regency, there
are barriers for the new companies that will enter.


The coffee price in Ermera Regency is determined by whole traders both in
the sales of coffee berry and the sales of horn although the coffee prices are based
on international prices. Farmers in general are in weak price bargaining power due
to various constraints such as sales volume, non-functioning of coffee farmer
institutions, price information and coffee processing facilities. Many farmers not
doing good lawn care, and the income from the sale of coffee is not enough to
cover a wide range of farm inputs. The price of coffee cherry is sold at a price
range of 0.25 to 0.50 US dollars per kilogram, while parchment coffee is at an
average price range of 1.25 US dollars.
The analysis of coffee market performance in Ermera Regency indicates that
it has not been inefficient yet. It is seen from the uneven margin distribution and
price share received by farmers in parchment coffee sales channels only by 47
percent. In coffee cherry sales, farmer’s gain 54 percent share while traders only
by 46 percent. This indicates that coffee cherry sales are more profitable although
it is realized that the processing goal is to obtain the value-added. In order to
improve efficiency, it can be reached by choosing the channel giving the value of
higher price share by reducing marketing costs and time for the sale of the coffee.
From the results of analysis, statistically, it is known that only farming
experience factor and the price of parchment coffee significantly influence the

choice of coffee marketing channel II in Ermera Regency.
Key words: marketing channel choice, market conduct, market performance and
market structure

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN
DAN PILIHAN SALURAN PEMASARAN KOPI ORGANIK
DI KABUPATEN ERMERA TIMOR-LESTE

CAETANO DOS SANTOS CRISTOVAO


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Magister Sains Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Ratna Winandi, MS

Penguji Wakil Program Studi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang maha kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Agustus 2014
ialah pemasaran kopi, dengan judul Analisis Efisiensi Pemasaran dan Pilihan
Saluran Pemasaran Kopi Organik di Kabupaten Ermera - Timor-Leste.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Andriyono Kilat Adhi dan
Bapak Dr Amzul Rifin selaku pembimbing serta Ibu Prof.Dr Rita Nurmalina yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Ir Marcus da Cruz, MSc selaku Wakil Menteri Pertanian dan
Perikanan Timor-Leste yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan, Bapak Dr Edmundo Viegas, Executive Director, Human Capital
Development Fund Secretariat, Ministry of Education and Country
Representative to the SEARCA Government Board, Timor-Leste dan Dr Gil
C.Saguiguit, Jr, Director of SEARCA yang telah memberi beasiswa selama dua
tahun pendidikan serta, Ir Fernando Egidio Amaral, MSc Direktur Direktorat
Nasional Perkebunan dan Agribisnis, Kementerian Pertanian dan Perikanan,
Timor-Leste beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih tak terhingga juga disampaikan kepada istri tercinta,
kedua anak terkasih serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Caetano dos Santos Cristovao

DAFTAR ISI
DAFTARTABEL
DAFTAR GAMBAR

i
ii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

1
1
3
6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Structure, Conduct and Performance dalam Sistem Pemasaran
Saluran Pemasaran
Fungsi dan Lembaga Pemasaran
Marjin Pemasaran
Farmer’s Share
Rasio Keuntungan dan Biaya
Analisis Pilihan Saluran Pemasaran Kopi
Perkembangan Kopi Organik di Kabupaten Ermera
Hasil Penelitian Terdahulu

7
7
9
9
10
11
12
12
13
15

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional

17
17
19

4 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sample
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis
Analisis Struktur
Analisis Perilaku Pasar
Kinerja Pasar
Model Regresi Binary Logit
Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
Pengujian Parameter
Rasio Kecenderungan (Odds Ratio)

20
20
21
21
21
21
22
23
23
24
25
26
27

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Perkembangan Pertanian
Karakteristik Usaha Tani Kopi Organik
Karakteristik Petani Responden
Karakteristik Lembaga Pemasaran

28
28
29
33
35

6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluran dan Fungsi Pemasaran
Struktur Pasar

39
39
42

Perilaku Pasar
Sistem Penentuan Harga dan Pembentukan Harga Antar Pedagang
Penjualan dan Pembelian Kopi
Sistem Jaringan Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran
Kinerja Pasar
Marjin Pemasaran
Farmer’sshare
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Saluran Pemasaran Kopi
Organik di Kabupaten Ermera
Implikasi Kebijakan

44
44
45
46
47
47
50
51
56

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

57
58

DAFTAR PUSTAKA

58

DAFTAR TABEL
1. Areal, produksi dan produktivitas tanaman kopi dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2013
2. Karakteristik struktur pasar
3. Rincian peubah penjelas pada model regresi binary logit
4. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Ermera, 2013
5. Sebaran petani berdasarkan karakteristik usaha tani kopi organik
Di Kabupaten Ermera, 2013
6. Sebaran petani berdasarkan karakteristik petani organik,
di Kabupaten Ermera, 2013
7. Sebaran pedagang berdasarkan karakteristik lembaga pemasaran
kopi organik di Kabupaten Ermera, 2013
8. Volume, nilai penjualan dan harga rata-rata kopi berdasarkan petani
dan pedagang besar di Kabupaten Ermera, 2013
9. Fungsi pemasaran berdasarkan saluran pemasaran kopi
organik di Kabupaten Ermera, 2013
10. Jumlah penjual, jumlah pembeli, diferensiasi produk, hambatan
masuk keluar dalam pemasaran kopi di Kabupaten Ermera, 2013
11. Konsentrasi rasio empat perusahaan kopi di Kabupaten Ermera,
2013
12. Biaya dan marjin pemasaran kopi arabika organik di Kabupaten
Ermera, 2014
13. Biaya dan marjin pemasaran kopi robusta organik di Kabupaten
Ermera, 2013
14. Farmer’s share pada pemasaran kopi organik di Kabupaten
Ermera, 2013
15. Hasil likelihood ratio
16. Variabel dalam persamaan

2
8
25
28
32
34
36
40
41
42
44
49
50
51
55
55

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Harga kopi di Kabupaten Ermera selama Lima tahun terakhir
Fluktuasi harga dunia dari tahun 1997/98– 2009/10
Marjin pemasaran
Luas areal kopi menurut kabupaten tahun 2004
Sistem pemasaran
Kerangka operasional penelitian
Prosedur analisis model regresi logit
Saluran pemasaran kopi organik di Kabupaten Ermera, 2013

4
5
11
14
17
20
27
39

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian nasional
Timor-Leste melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),
penerimaan ekspor atau pendapatan luar negeri (devisa), penyediaan tenaga kerja,
pangan nasional serta bahan baku untuk industri pengolahan. Sektor pertanian
menyumbang sekitar 30 persen PDB dari sektor non-migas (IFC & ADB, 2007).
Sementara pada tahun 2011, produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan terjadi penurunan sebesar 19.6 persen sehingga
menghasilkan pada kontribusi yang negatif sebesar 0.9 persen (MoF.TL,2013).
Perkebunan merupakan salah satu sub-sektor pertanian yang memberi harapan dan
kemampuan untuk dapat mendorong industri hilir maupun hulu. Oleh karena itu
maka pembangunan perkebunan diarahkan pada peningkatan produktivitas,
produksi, kualitas, penggunaan input yang optimal dan pemanfaatan limbah
sehingga tercapai efisiensi produksi yang pada gilirannya mempunyai daya daing
di pasar internasional (Wally, 2001).
Dalam perekonomian Timor-Leste, kopi merupakan komoditas primadona
perkebunan yang mempunyai peranan penting dan strategis, karena menjadi
sumber pendapatan bagi sekitar 25 persen rumah tangga tani di Timor-Leste,
memberi sumbangan devisa yang cukup, yakni lebih dari 90 persen dari non oil
dan penyediaan lapangan kerja (PES,2009). Tanaman kopi bukan merupakan
tanaman asli Timor-Leste, tapi diintroduksi oleh pemerintah Portugal pada masa
pemerintahannya dan dikembangkan dengan input yang rendah seperti
pemupukan organik dan pengendalian hama dan penyakit dengan musuh alamiah
serta menggunakan pohon Paraserianthes falcataria dan Casuarina junghuhniana
sebagai penaung utama Adapun jenis kopi yang di tanam hingga saat ini adalah
arabika, robusta dan liberika. Namun demikian hanya jenis arabika dan robusta
yang mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di Timor-Leste
(Deus, 2011). Hasil sebuah survey, memperlihatkan bahwa kopi sebagai sumber
devisa non migas utama dan sumber pendapatan utama untuk kurang lebih 45000
rumah tangga (keluarga) yang tersebar pada beberapa kabupaten sentra produksi,
seperti kabupaten Ermera, Liquica, Ainaro Manufahi, Aileu dan Bobonaro (World
Bank, 2002).
Dalam beberapa tahun terakhir ini, areal perkebunan kopi di Timor-Leste
cenderung terus meningkat seiring dengan kebijakan pemerintah dalam usaha
rehabilitasi dan penanaman kembali (replanting) yang terbatas pada lahan
perkebunan yang tidak produktif sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan
petani. Namun demkian, produktivitas maupun produksi cenderung menurun oleh
karena peningkatan jumlah luas areal kopi yang tidak produktif (tua umurnya)
makin bertambah bila dibandingkan dengan jumlah areal tanaman kopi yang baru
serta kurangnya pemeliharaan yang baik, gangguan oleh anomali iklim serta
serangan hama dan penyakit seperti karat daun kopi (Hemelia vastratrix),
penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei).
Adapun luas areal, produksi dan produktivitas kopi organik dalam 10 tahun
terakhir, seperti dalam Tabel 1.

2
Tabel 1 Areal, produksi dan produktivitas tanaman kopi organik dari Tahun 2004
sampai dengan Tahun 2013
Tahun

Luas areal (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

2004

54341

8320

0.153

2005

54025

12800

0.237

2006

53616

10221

0.191

2007

52002

14000

0.269

2008

51998

10500

0.202

2009

51989

10122

0.195

2010

51348

10069

0.196

2011

50784

1005

0.198

2012

49873

9895

0.198

2013

54878

9384

0.171

Sumber: Direktorat Nasional Tanaman Industri dan Agribisnis, Timor-Leste, 2014

Perkembangan produksi dan produktivitas kopi di Timor-Leste masih jauh
dari harapan. Produksi tertinggi yang dicapai dalam sepuluh tahun terakhir ini
adalah pada tahun 2007 sebesar 14.000 ton dengan rata-rata produktivitas 269 kg
(green beans) atau separuh dari produksi dengan teknologi yang baik dan tepat.
Rata-rata volume ekskpor kopi Timor-Leste adalah 90 persen dari total produksi,
sedangkan sisa produksi diperdagangkan dalam negeri. Pada umumnya, sistem
pemasaran kopi di Timor-Leste melibatkan beberapa pihak atau lembaga, seperti
pedagang perantara pada tingkat kecamatan maupun kabupaten, koperasi dan
lembaga swadaya disamping petani dan pedagang besar atau eksportir. Bentuk
kopi yang dijual oleh para petani kepada pedagang baik pedagang perantara
maupun pedagang besar yaitu dalam bentuk kopi glondong (cherry) dan kopi
tanduk (parchment). Dengan demikian harga yang diterima petani berbeda,
tergantung pada jenis kopi, bentuk kopi (glondong atau tanduk), jarak dari pusat
pengolahan serta mutu kopi itu sendiri. Pada umumnya kopi glondong dijual oleh
petani pada harga 0.25-0.50 dolar Amerika, sedangkan kopi tanduk bervariasi
antara 1.0-1.5 dolar Amerika. Pemasaran menjadi kendala utama selain produksi
dan kualitas kopi yang dialami oleh petani kopi organik di Kabupaten Ermera
dalam menjual kopinya, hal ini dapat dilihat rendahnya harga jual kopi organik
yang diperoleh petani. Bagian terbesar keuntungan terbesar jatuh ke tangan
pedagang besar sebagai pemilik modal besar, sementara petani kopi hanya
menerima keuntungan yang sedikit dengan menanggung resiko jangka pendek
maupun jangka panjang sebagai petani kopi organik. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani kopi organik daerah ini dengan
mengoptimalkan kegiatan di aspek produksi dan mutu, tidak akan memberi
manfaat bilamana tidak diperhatikan aspek pemasaran. Oleh sebab itu menjadi
sangat menarik untuk mengkaji sampai sejauh mana peranan lembaga pemasaran
yang terlibat dalam pemasaran kopi organik, bagaimana kinerja sistem pemasaran

3
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih sebuah
saluran pemasaran kopi organik di Kabupaten Ermera, Timor-Leste.
Perumusan Masalah
Dari uraian mengenai keadaan perkopian Timor-Leste, memberi gambaran
bahwa komoditas kopi terus dikembangkan baik dari sisi produktivitas, produksi,
kualitas, maupun pada pemasarannya. Timor-Leste sebagai negara baru, memiliki
keterbatasan anggaran, namun pemerintah tetap mengalokasikan anggaran setiap
tahunnya untuk aktivitas-aktivitas seperti rehabilitasi, penanaman tanaman baru
(replanting), membangun pusat-pusat pengolahan basah skala kecil dan menengah
sementara fasilitas pengolahan skala besar dibangun oleh perusahaan swasta dan
koperasi seperti Cooperativa Café Timor (CCT). Selain proyek-proyek yang
didanai oleh pemerintah ada juga bantuan yang disalurkan oleh lembaga
internasional melalui lembaga wadaya masyarakat, koperasi serta beberapa
perusahaan swasta seperti Timor Global Company, Timor Corp dan ELSAA Café.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan
kualitas kopi menjadi sangat berarti bila dapat juga ditunjang dengan
pengembangan sistem pemasaran yang baik.
Sistem pengelolaan kopi rakyat di Timor-Leste dilakukan dengan
pendekatan sistem organik, yaitu hanya menggunakan pupuk organik dan juga
tidak menggunakan pestisida sintesis atau kimia dalam pengendalian hama dan
penyakit, bahkan dalam transportasi atau angkutan hasil pun harus bebas dari
bahan-bahan kimia yang mudah terkontaminasi. Sistem pengelolaan usahatani
kopi secara organik yang sistematis ini telah diperkenalkan dan dimulai pada pada
tahun 1994 oleh National Cooperative of Business Association of America
(NCBA) bekerjasama dengan Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) Timor-Timur.
NCBA merupakan sebuah lembaga non profit dari Amerika Serikat yang
memperoleh dana bantuan pembangunan ekonomi dari Amerika khususnya untuk
kopi organik di Timor-Timur pada saat itu. Melalui proses perjalanan yang tidak
terlalu lama, kopi Timor-Leste akhirnya memperoleh sertifikasi organik
internasional sebagai prasyarat agar bisa diakui oleh pasar kopi organik
international di negara-negara konsumen utama seperti Amerika Serikat dan
beberapa negara di Eropa seperti Ingris, Jerman, Portugal, Itali dan lain-lain. Pada
sisi yang lain, NCBA menjadi salah satu pembeli utama kopi organik hingga saat
ini bekerjasama dengan koperasi seperti Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUT)
maupun dengan Cooperativa Café Timor (CCT). CCT adalah transformasi dari
PUSKUT pada tahun 2000. Dalam pembelian kopi organik, CCT/NCBA hanya
membeli kopi glondong dengan melibatkan pegawainya maupun pedagang lokal
sebagai perantara di desa-desa. Kopi glondong yang dibeli kemudian diproses di
pusat pengolahan sebelum diekspor.
Pemasaran kopi sebagai suatu sistem dengan subsistem-susbsistemya maka
kegiatan produksi kopi tingkat petani merupakan bagian yang tak terpisahkan. Hal
ini karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan petani kopi terkait dengan fungsifungsi pemasaran seperti dalam dalam menjual kopi kepada pedagang perantara
atau pedagang besar serta kegiatan produksi kopi yang juga terkait dengan biaya
sarana produksi seperti tenaga kerja, bibit dan peralatan pertanian lainnya serta
sarana dan prasarana yang dimiliki seperti tempat penjemuran kopi dan fasilitas

4
mesin pengolah kopi. Sementara fungsi fisik yang juga dilakukan oleh petani kopi
adalah pengangkutan kopi dari kebun ke rumah, pengolahan kopi glondong
menjadi kopi tanduk, penjemuran, pengepakan dan penyimpanan, sedangkan
fungsi pemasaran yang tidak atau kurang dilakukan oleh petani adalah fungsi
penanganan resiko, akses informasi harga kopi di pasar dan sortasi. Hal ini
sebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki serta kurang berfungsinya lembaga
kelompok tani kopi.
Pada tingkat pedagang perantara juga dilakukan fungsi-fungsi pemasaran
seperti pengangkutan, penjemuran dan penyimpanan kecuali pada kegiatan
produksi oleh karena pedagang perantara hanya sebagai agen atau penyalur saja.
Namun demikian pedagang perantara tidak menanggung risiko yang tinggi seperti
petani kopi karena hanya berfungsi sebagai kepanjangan tangan pedagang besar
dalam mengumpulkan kopi. Tapi pada sisi akses informasi pasar juga kurang
karena keterbatasan yang dimiliki seperti halnya petani kopi. Pada tingkat
pedagang besar semua fungsi pemasaran dilakukan seperti aktivitas jual beli,
fungsi fisik maupun fungsi fasilitas. Dengan demikian pedagang besar melakukan
semua fungsi pemasaran kecuali kegiatan poduksi kopi.
Dalam beberapa tahun terakhir ini koperasi bukanlah pembeli utama kopi di
Timor-Leste tapi sudah ada beberapa perusahaan lain juga yang melakukan
aktivitas pembelian kopi baik kopi glondong maupun kopi tanduk seperti Timor
Corp, Timor Global, ELSAA Café. Isu-isu yang selalu muncul dalam aktivitas
pembelian kopi adalah harga kopi baik kopi glondong maupun kopi tanduk,
dimana para petani kopi organik mengeluh karena harga yang diterima tidak dapat
menutupi biaya yang dikeluarkan, sementara para pembeli menuntut adanya kopi
yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup. Harga kopi biji bersih yang
berlaku di tingkat petani selama lima tahun terakhir ini tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan seperti disajikan dalam Gambar 1.

$3.00
$2.50
2.125

$2.00
$1.50

1.625

1.925

1.800

1.925

$1.00
$0.50
$-

2008

2009

2010

2011

2012

harga terendah

1.50

1.60

1.75

1.60

1.60

harga tertinggi

1.75

2.00

2.50

2.25

2.25

harga rata-rata

1.625

1.800

2.125

1.925

1.925

Gambar 1 Harga kopi di Kabupaten Ermera selama lima tahun terakhir.
Sumber: Direktorat Tanaman Industri dan Agribisnis Timor-Leste, 2014 (diolah)

5
Dalam kurun waktu lima tahun harga tertinggi mencapai US$ 2.50 per kilogram
kopi bersih sedangkan harga rata terendah ialah pada tahun 2008 sebesar
US$1.625 per kilogram kopi bersih di tingkat petani.
Selain itu adalah aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan value chain,
plantation management, diversification of coffee industry, transformation of
coffee product, qualification of supply and market access dan akses terhadap
informasi pasar menjadi isu-isu yang selalu diperdebatkan selama ini. Issu lain
yang tidak kalah penting adalah brand name yaitu Timor Brand dan menurunnya
produktivitas maupun kualitas produksi yang tidak terlepas dari umur tanaman
kopi yang tua atau tanaman tidak produktif yang luas, dan kurangnya
pemeliharaan. Sistem pemasaran kopi di daerah ini, dimulai dari produsen ke
pedagang kecil kemudian ke padagang besar atau eksportir, atau dari petani
langsung kepada pedagang besar lalu ke eksportir. Ada juga yang menjual melalui
beberapa pedagang perantara sebelum ke pusat pengolahan atau eksportir. Dengan
adanya keterlibatan beberapa lembaga perantara ini pada gilirannya
mempengaruhi pembentukan harga kopi pada masing-masing tingkat lembaga
pemasaran, baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten. Hampir seluruh
produksi kopi rakyat Timor-Leste diekspor maka harga kopi internasional menjadi
acuan utama dalam penetapan harga oleh eksportir atau pengusaha besar.
Adapun fluktuasi harga kopi selama 11 tahun terakhir di pasar dunia, seperti
disajikan pada Gambar 2.
140
120
100
US
Cents/lb
(FOB)

80
60

125

118
87

96

105

76

74
49

43 47

55

40
20
0

tahun

Gambar 2 Fluktuasi harga kopi biji dunia dari Tahun 1999/00 - 2009/10
Sumber: http://www.ico.org/trade_e.asp?section=About_Coffee#sthash.faWy
W4ed.d puf (accessed 18 December 2013

Sejauh ini belum terlihat secara jelas bagaimana sistem pemasaran kopi
oragnik yang efisien baik dilihat dari market structure (struktur), conduct
(perilaku) dan performance (kinerja pasar) maupun pilihan saluran pemasarannya.
Menurut Burhan et al., (2011), efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan
pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance), dimana sistem pengambilan
keputusan oleh lembaga pemasaran dilihat dari jumlah penjual dan pembeli,
diferensiasi produk, hambatan masuk pasar dan konsentrasi pasar. Dengan
demikian maka struktur pasar yang terbentuk dapat berpengaruh pada perilaku

6
pasar, yakni terhadap penjualan dan pembelian oleh lembaga pemasaran atau
perantara, penentuan dan pembentukan harga serta kerjasama antar lembaga
pemasaran itu sendiri. Kinerja pasar ditentukan oleh interaksi antara struktur dan
perilaku pasar. Indikator yang digunakan adalah marjin pemasaran, farmer’s share
dan integrasi pasar. Efisiensi pemasaran dapat analisis melalui efisiensi teknis
(operasional) yakni dengan mengukur biaya pemasaran, marjin pemasaran dan
farmer’s share, sementara efisiensi harga yaitu dengan melihat integrasi pasar
pada satu lembaga pemasaran terhadap lembaga pemasaran lainnya. Pada sistem
pemasaran yang efisien akan menjadikan harga produk yang responsif bagi para
pelaku pasar dan pada gilirannya akan tercipta kepuasaan pada semua lembaga
pemasaran yang terlibat.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang ingin
dijawab dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana struktur pasar maupun perilaku pasar pada pemasaran kopi organik
di Kabupaten Ermera, Timor-Leste?
2. Bagaimana kinerja (performance) dari pemasaran kopi organik di Kabupaten
Ermera, Timor-Leste?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan saluran pemasaran (marketing
channel choice) yang dilakukan petani kopi organik di Kabupaten Ermera,
Timor-Leste?
Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang hendak di teliti maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada komoditas kopi organik di
Kabupaten Ermera, Timor-Leste.
2. Mengkaji untuk mengetahui kinerja pasar dengan melihat efisiensi pemasaran
kopi organik di Kabupaten Ermera, Timor-Leste.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan saluran pemasaran
(marketing channel choice) oleh petani kopi organik di Kabupaten Ermera.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan
informasi dan literatur sebagai referensi bagi penelitian di masa yang akan datang.
Adapun manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah :
1 Bagi peneliti; sebagai sarana di dalam meningkatkan kompetensi diri dalam
menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan pemasaran khususnya
pada komoditas kopi organik.
2 Bagi petani dan lembaga pemasaran kopi organik di Timor-Leste khususnya
di Kabupaten Ermera ; sebagai informasi dan masukan dalam memilih saluran
yang lebih efisien dalam memasarkan kopinya.
3 Sebagai bahan rekomendasi bagi Kementerian Pertanian dan Perikanan RDTL
(Republik Demokratik Timor-Leste) dalam menentukan kebijakan yang
berhubungan dengan pengembangan agribisnis kopi organik di Kabupaten
Ermera dan Timor-Leste pada umumnya.

7

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan penelitian
sebagai berikut:
1. Produk kopi yang diteliti dalam pemasarannya adalah kopi glondong (cherry),
kopi tanduk (parchment) dan kopi beras (green beans) di Kabupaten Ermera,
Timor-Leste
2. Kajian struktur meliputi pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan hambatan masuk
pasar. Perilaku pasar mencakup lembaga dan fungsi pemasaran, mekanisme
penentuan harga dan sistem pembayaran. Sedangkan kinerja pasar (market
performance) mencakup marjin pemasaran dan farmer’s share.
3. Pilihan saluran pemasaran (marketing channel choice) mencakup faktor-faktor
yang diduga dapat berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran kopi organik di
Kabupaten Ermera, Timor-Leste (umur, pendidikan, pengalaman berusaha tani
kopi organik, hasil panen, harga kopi dan mata pencaharian).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Structure, Conduct and Performance dalam Sistem Pemasaran
Karakteristik organisasi sangat berperan dalam menentukan hubungan
antara penjual dan pembeli dengan melihat jumlah atau banyaknya, produk yang
homogen, masuknya perusahaan baru ke dalam pasar serta kemampuan dalam
menentukan harga adalah struktur pasar (Kohls dan Uhl, 2002). Struktur pasar
adalah dimensi yang menjelaskan sistem pengambilan keputusan oleh perusahaan
maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, konsentrasi perusahaan,
jenis dan diferensiasi produk serta syarat-syarat masuk pasar. Model SCP dinamik
adalah model yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang interdependensi
diantara struktur, perilaku dan kinerja pasar. Struktur pasar mempengaruhi
perilaku pasar dan kinerja pasar. Sebaliknya perilaku pasar dan kinerja pasar juga
mempengaruhi struktur pasar. Dengan demikian maka model SCP dinamik lebih
tepat digunakan juga pada bidang pertanian di negara-negara berkembang,
misalnya Indonesia (Burhan et al., 2011).
Ada empat faktor penentu dari karakteristik struktur pasar: (1) jumlah dan
ukuran pasar; (2) kondisi atau keadaan produk; (3) kondisi keluar atau masuk
pasar; (4) tingkat pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam
pemasaran misalnya biaya, harga dan kondisi pasar antara partisipan. Struktur
pasar sangat diperlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis
struktur pasar, dapat dijelaskan bagaimana perilaku partisipan yang terlibat
(market performance). Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan bahwa ada
lima jenis struktur pasar dengan berbagai karakteristiknya, secara terinci dapat
dilihat pada Tabel 2.

8
Tabel 2 Karakteristik struktur pasar
Karakteristik Struktur Pasar
Jumlah Pembeli
dan Penjual
Banyak

Sifat Produk

Sudut Penjual

Standar/
Homogen

Persaingan Murni

Persaingan
Murni

Banyak

Diferensiasi

Persaingan
Monopolistik

Persaingan
Monopolistik

Sedikit

Standar

Oligopoli Murni

Oligopoli Murni

Sedikit

Diferensiasi

Oligopoli
Diferensiasi

Oligopoli
Diferensiasi

Satu

Unik

Monopoli

Monopsoni

Sudut Pembeli

Sumber: Dahl and Hammond, 1977

Struktur pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri dengan adanya
banyak penjual dan pembeli. Setiap penjual maupun pembeli menguasai sebagian
kecil dari barang/jasa yang ada di pasar. Pembeli dan penjual sebagai penerima
harga (price taker) dan bebas keluar masuk pasar (freedom for entry and exit),
barang/jasanya homogen (homogenous product). Pasar monopolistik terdapat
banyak pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat
harga dan bukan atas dasar satu harga pasar. Produk yang dijual tidak homogen.
Produk dapat dibedakan menurut kualitas, ciri atau gaya, service atau pelayanan
yang berbeda, perbedaan pengepakan, warna kemasan dan harga. Penjual
melakukan penawaran yang berbeda untuk segmen pembeli yang berbeda dan
bebas menggunakan merek, periklanan dan personal selling.
Conduct atau perilaku pasar didefinisikan sebagai pola perilaku dari
lembaga-lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu dengan cakupan
kegiatan pembelian-penjualan, penentuan dan pembentukan harga, kerjasama
lembaga pemasaran serta pelaksanaan fungsi pemasaran (Dahl dan Hammond,
1977). Selanjutnya, menurut Kohls dan Uhl (2002), perilaku lembaga pemasaran
dalam struktur pasar (market structure) tertentu meliputi pembelian dan penjualan,
penentuan harga serta siasat pemasaran. Perilaku pasar dapat diketahui dengan
mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh masing-masing
lembaga pemasaran, sistem penentuan harga, kemampuan pasar menerima jumlah
produk yang dijual, stabilitas pasar dan pembayaran serta kerjasama di antara
berbagai lembaga pemasaran. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan
keragaan pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya, pemasaran dan
jumlah komoditas yang diperdagangkan sehingga akan memberikan penilaian
baik atau tidaknya sistem pemasaran. Keragaan pasar juga dapat diidentifikasi
melalui penggunaan teknologi dalam pemasaran, pertumbuhan pasar, efisiensi
penggunaan sumberdaya, penghematan pembiayaan dan peningkatan jumlah
barang yang dipasarkan sehingga mencapai keuntungan maksimum (Dahl dan
Hammond, 1977).

9
Kinerja pasar (market performance) adalah suatu keadaan sebagai akibat
dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan
dengan harga, biaya dan volume produksi yang pada akhirnya memberikan
penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran (Dahl dan Hammond, 1977).
Selanjutnya Burhan et al., (2011) menjelaskan bahwa keragaan pasar dapat
digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh struktur dan tingkah laku pasar
dalam pemasaran komoditas pertanian.
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk barang atau
jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran
melaksanakan fungsinya dengan memindahkan barang dari produsen ke
konsumen. Hal itu penting sebagai upaya dalam mengatasi kesenjangan waktu,
tempat dan pemilikan yang memisahkan barang atau jasa dari orang-orang yang
membutuhkan atau menginginkannya.
Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) saluran pemasaran terdiri dari
pedagang perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak
memperdulikan apakah mereka memiliki barang dagangan atau hanya bertindak
sebagai agen dari pemilik barang. Panjang atau pendeknya saluran pemasaran
yang dilalui oleh suatu komoditas tergantung pada beberapa faktor, yaitu (1) Jarak
antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan
konsumen biasanya semakin panjang saluran yang ditempuh oleh komoditas
tersebut (2) Sifat produk. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera
diterima konsumen, sehingga menghendaki saluran yang pendek dan cepat (3)
Skala produksi. Jika produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka
jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil, sehingga akan tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjual ke pasar. Hal ini berarti
membutuhkan kehadiran pedagang perantara dan saluran yang dilalui komoditas
akan cenderung panjang (4) Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi
keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran karena
akan dapat melakukan fungsi pemasaran lebih banyak dibandingkan dengan
pedagang yang posisi keuangannya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang
memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran pemasarannya.
Fungsi dan Lembaga Pemasaran
Serangkaian fungsi yang dipergunakan dalam menggerakkan input dari
titik produsen sampai konsumen akhir terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik
dan fungsi fasilitas. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut adalah kegiatan produktif
(meningkatkan nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan), sedangkan
pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh skala perusahaan atau individu
yang disebut sebagai lembaga pemasaran (Dahl dan Hamond, 1977). Kohls dan
Uhl (2002) menjelaskan fungsi-fungsi pemasaran yang ada sebagai berikut:
1. Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak
milik dari barang/jasa yang dipasarkan, meliputi kegiatan pembelian dan
kegiatan penjualan.

10
2. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang
dan jasa yang menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu, meliputi
kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan.
4. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan
pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen, meliputi fungsi
standarisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembayaran dan
fungsi informasi pasar.
Penggolongan lembaga pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987)
didasarkan pada fungsi, penguasaan terhadap suatu barang, kedudukan dalam
suatu pasar serta bentuk usahanya, yaitu:
1. Berdasarkan fungsi yang dilakukan yaitu (a) Lembaga pemasaran yang
melakukan kegiatan pertukaran, seperti pengecer, grosir dan lembaga perantara
lainnya (b) Lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan fisik seperti
pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan (c) Lembaga pemasaran yang
menyediakan fasilitas-fasilitas pemasaran seperti informasi pasar, kredit desa,
KUD, Bank Unit Desa dan lain-lain.
2. Berdasarkan penguasaan terhadap suatu barang adalah (a) Lembaga pemasaran
yang menguasai dan memiliki barang yang dipasarkan, seperti pedagang
pengecer, grosir, pedagang pengumpul dan lain-lain (b) Lembaga pemasaran
yang menguasai tetapi tidak memiliki barang yang dipasarkan seperti agen,
broker, lembaga pelelangan dan lain-lain (c) Lembaga pemasaran yang tidak
menguasai dan tidak memiliki barang yang dipasarkan seperti lembaga
pengangkutan, pengolahan dan perkreditan.
3. Berdasarkan kedudukannya dalam suatu pasar melitputi (a) Lembaga
pemasaran bersaing sempurna, seperti pengecer beras, pengecer rokok dan
lain-lain. (b) Lembaga pemasaran monopolistis, seperti pedagang bibit dan
benih (c) Lembaga pemasaran oligopolis, seperti importir cengkeh dan lainlain.(d) Lembaga pemasaran monopolis, seperti perusahaan kereta api,
perusahaan pos dan giro dan lain-lain.
4. Berdasarkan bentuk usaha, masing-masing (a) Berbadan hukum, seperti
perseroan terbatas, firma dan koperasi (b) Tidak berbadan hukum, seperti
perusahaan perseorangan, pedagang pengecer, tengkulak dan sebagainya.
Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran menurut konsepnya adalah perbedaan antara harga di
berbagai tingkat lembaga pemasaran di dalam sistem pemasaran. Pengertian
marjin juga merupakan pendekatan keseluruhan sistem pemasaran produk
pertanian, yakni dari petani produsen hingga konsumen akhir, yang disebut
dengan Marjin Pemasaran Total (MT). Marjin pemasaran pada tingkat lembaga
(Mi) adalah selisih harga di tingkat lembaga ke-i dengan harga belinya.
Pengertian marjin pemasaran ini sering digunakan untuk menjelaskan fenomena
yang menjembatani gap antara pasar di tingkat petani (farmer) dengan pasar di
tingkat eceran (retailer). Pengertian marjin pemasaran juga mengandung
pengertian dari konsep”derived supply” dan”derived demand”. Permintaan
turunan (derived demand) diartikan sebagai permintaan turunan dari “primary
demand” yaitu permintaan dari konsumen akhir, sedangkan derived demand-nya
adalah permintaan dari pedagang eceran. Derived supply adalah penawaran di

11
tingkat pedagang eceran yang merupakan turunan dari penawaran di primary
supply (Dahl dan Hammond, 1977). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
Harga (P)

Nilai Marjin = (Pr-Pf)

Sr
Sf
Pr
Marjin
Dr
Pf
Df

0

Qrf

Jumlah (Q)

Gambar 3 Marjin pemasaran
Sumber: Dahl dan Hammond, 1977

Keterangan:
Pf: Harga di tingkat petani
Pr: Harga di tingkat pengecer (retailer)
Sf: Penawaran dari petani (primary supply)
Sr: Penawaran dari tingkat retailer (derived supply)
Df: Permintaan output di tingkat retailer atau perantara (derived demand)
Dr: Permintaam output dari konsumen akhir (primary demand)
Qr, f: jumlah output yang ditransaksikan oleh petani dan retailer
Melalui penelusuran saluran pemasaran diharapkan dapat diperoleh
informasi tentang marjin pada setiap lembaga pemasaran. Marjin pemasaran
merupakan perbedaan harga diantara lembaga pemasaran. Dengan marjin
pemasaran dapat diketahui biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Besarnya
marjin pemasaran pada dasarnya merupakan pertambahan dari biaya-biaya
pemasaran dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga.
Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi pemasaran yang dilihat dari sisi penerimaan petani. Kohls
dan Uhl (2002) mendefinisikan farmer’s share sebagai bagian yang diterima oleh
petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Farmer’s share diperoleh
dari hasil bagi antara Pf dan Pr, dimana Pf adalah harga di tingkat petani dan Pr
adalah harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Jika harga yang ditawarkan
pedagang/lembaga pemasaran semakin tinggi dan kemampuan konsumen dalam
membayar harga semakin tinggi, maka bagian yang diterima oleh petani semakin
sedikit. Semakin besar marjin maka penerimaan petani relatif kecil. Dengan

12
demikian dapat diketahui adanya hubungan negatif antara marjin pemasaran
dengan bagian yang diterima petani.
Lebih lanjut, Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa nilai marketing
margin adalah selisih harga antara konsumen dengan petani dikalikan dengan
jumlah produk yang dipasarkan. Secara matematik sederhana Value of the
Marketing Margin (VMM) = (Pr-Pf) Q. f. Gambar 3 menunjukkan nilai marjin
pemasaran merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga di tingkat lembaga
pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Teori marjin pemasaran
menurut Tomek dan Robinson (1990), dapat dijelaskan dari permintaan turunan
(derived demand), yakni bagaimana perubahan di setiap
tingkat lembaga
pemasaran tercermin pada pasar yang lain.
Rasio Keuntungan dan Biaya
Perbandingan antara seluruh biaya yang diperhitungkan dengan keuntungan
yang diperoleh dalam satu usaha disebut dengan rasio keuntungan dan biaya. Bila
nilai dari rasio keuntungan dan biaya sama dengan satu, menunjukkan bahwa
keuntungan yang dihasilkan sama besar dengan biaya yang dikeluarkan dalam
usaha tersebut, dan lebih besar dari satu menunjukkan bahwa keuntungan yang
diperoleh lebih besar daripada biaya yang telah dikeluakannya.
Analisis Pilihan Saluran Pemasaran Kopi.
Analisis ini penting untuk melihat kecenderungan saluran pemasaran yang
dipilih oleh petani kopi. Memilih satu saluran pemasaran merupakan satu
keputusan penting dalam manajemen (Kotler, 1997). Saluran pemasaran dalam
teori, memberikan insentif kepada upstream actors (petani produsen sebagai
contoh) maupun kepada downs stream actors (pedagang pengumpul atau
perantara sebagai contoh) untuk membangun komunikasi dan hubungan untuk
mengurangi ketidakpastian pasar dan peluang untuk tanggap atau respon terhadap
perubahan permintaan konsumen.
Dalam pemasaran kopi ada beberapa pilihan saluran yang dihadapi petani
yaitu saluran pemasaran yang melibatkan pedagang perantara tingkat kecamatan,
pedagang perantara tingkat kabupaten dan juga pedagang besar. Dalam penelitian
ini, analisis binary regression logit menjadi pilihan untuk menganalisis data yang
digunakan dalam penentuan marketing channel choice. Hal ini terkait dengan
variable tak bebas yakni saluran pemasaran yang dihadapi oleh petani kopi di
daerah penelitian adalah kategorik dan kategorinya adalah dua.
Sementara untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan saluran
pemasaran digunakan uji likelihood ratio (simultan) dan uji Wald (parsial).
Sedangkan untuk mencari besarnya peluang dari faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan saluran pemasaran digunakan uji odds ratio. Software
statistik yang digunakan dalam pengolahan data adalah SPSS 15. Model regresi
binary logit digunakan untuk menganalisis data apabila responnya merupakan
variabel kualitatif. (Hosmer dan Lemeshow, 2000).
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan variabel respon yaitu pedagang
atau perantara yang menjadi saluran kopi petani di Kabupaten Ermera yang terdiri
dari pedagang pengumpulan di tingkat kecamatan atau kabupaten. Sementara

13
yang menjadi varibel acuan (Y= 0) adalah pedagang perantara tingkat desa.
Variabel penjelas yang digunakan dalam analisisnya adalah faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi keputusan petani kopi dalam memilih saluran pemasaran
kopi, diantaranya adalah karakteristik petani dan karakteristik usahatani.
Perkembangan Kopi Organik di Kabupaten Ermera
Tanaman kopi bukanlah tanaman asli Timor-Leste tapi dintroduksi oleh
bangsa Portugis pada pertengahan abad XVIII dengan jenis arabica dan robusta.
Namun pengembangannya baru mulai pada tahun 1870-an dengan berbagai
program seperti pembangunan pusat pembibitan, pengolahan, pendistribusian
bibit kepada petani. Kopi mulai membei kontribusi sebagai sumber pendapatan
penting bagi petani dan keluarganya setelah beberapa tahun kemudian yakni akhir
tahun 1970-an dan menjadi salah satu komoditas ekspor yang diandalkan saat itu.
Adapun pembeli utama kopi dari masyarakat adalah pedagang cina dan juga
pedagang eropa. Pada tahun 1956, kopi Hibrido de Timor menjadi terkenal di
seluruh dunia karena merupakan varietas hasil pers