Wijayanti Perubahan-Perubahan Sifat Kimia Tanah Yang Diberi Perlakuan Lumpur Dan Air Kolam Ikan Dalam Dua Kali Penanaman Di Desa Petir, Darmaga, Bogor

i

PERUBAHAN-PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH YANG
DIBERI PERLAKUAN LUMPUR DAN AIR KOLAM IKAN
DALAM DUA KALI PENANAMAN DI DESA PETIR,
DARMAGA, BOGOR

STEVIA HENITA WIJAYANTI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan-Perubahan
Sifat Kimia Tanah yang diberi Perlakuan Lumpur dan Air Kolam Ikan dalam Dua

Kali Penanaman di Desa Petir, Darmaga, Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015

Stevia Henita Wijayanti
NIM A14110075

ABSTRAK
STEVIA HENITA WIJAYANTI Perubahan-Perubahan Sifat Kimia Tanah yang
Diberi perlakuan Lumpur dan Air Kolam Ikan dalam Dua Kali Penanaman di
Desa Petir, Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh Dr Ir Arief Hartono Msc. Agr.
Para petani di kaki Gunung Salak memanfaatkan air yang mengalir dari
sunga-sungai yang berhulu di Gunung Salak untuk kegiatan pertanian. Kolamkolam ikan tersebar luas di kaki Gunung Salak. Petani membuang air kolam ikan
ke parit-parit yang kemudian mengalir ke sungai-sungai yang bermuara di Teluk
Jakarta. Sementara lumpur kolam ikan digunakan petani untuk penguat batas

kolam. Pengayaan Teluk Jakarta oleh nitrat dan fosfor telah banyak dilaporkan.
Salah satu kemungkinan penyebab meningkatnya nitrat dan fosfor di Teluk Jakata
adalah kegiatan pertanian yang berada di hulu Gunung Salak. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan sifat kimia tanah
yang diberi lumpur dan air kolam ikan dalam dua kali penanaman. Perlakuan yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu kontrol, lumpur kolam ikan (33.3 ton ha-1), air
kolam ikan (20 L petak-1minggu-1), kombinasi lumpur dan air kolam ikan, kotoran
kambing (15 ton ha-1), dan pupuk konvensional (pupuk urea 100 kg ha-1, SP-36
100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1). Penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap dengan tiga ulangan. Sifat kimia tanah yang dianalisis adalah pH, daya
hantar listrik (EC), Al-dd, H-dd, N-total, C-organik, P-tersedia (P-Bray 1),
kapasitas tukar kation (KTK), dan kation-kation basa. Hasil menunjukkan bahwa
pemberian perlakuan lumpur dan air kolam ikan sebelum penanaman ubi jalar dan
jagung nyata meningkatkan kandungan C-organik, N-total, P-Bray 1, KTK, dan
kation-kation basa. Akan tetapi, sifat-sifat kimia tersebut umumnya tidak nyata
berbeda antar perlakuan setelah panen ubi jalar dan jagung. Hasil produksi jagung
pada perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan tidak berpengaruh nyata
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Akan tetapi, hasil produksi jagung pada
perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol walaupun lebih rendah dibandingkan dengan kotoran kambing. Pemberian

kombinasi lumpur dan air kolam ikan sebelum penanaman ubi jalar dan jagung
dapat meningkatkan kandungan C-organik, N-total, P-Bray 1, KTK, dan basa-basa
di dalam tanah. Walaupun demikian, pemberian lumpur dan air kolam ikan baik
dalam bentuk tunggal atau kombinasinya untuk sifat-sifat kimia tersebut tidak
berbeda nyata setelah panen ubi jalar dan jagung. Oleh karena itu, lumpur, air
kolam ikan dan kombinasinya bersifat sebagai pupuk yang dapat memperbaiki
sifa-sifat kimia tanah setelah pemberian dilakukan.
Kata kunci: fosfat, lumpur kolam ikan, nitrat

ABSTRACT
STEVIA HENITA WIJAYANTI. The Changes of Soil Chemical Properties
Under Fish Pond Sediment and Fish Pond Water Treatment for Two Times
Cropping at Petir Village, Darmaga, Bogor. Supervised by Dr Ir Arief Hartono
MSc. Agr.
Farmers in villages of Mount Salak utilize flowing water from rivers
located in Mount Salak to irrigate their fields and fishponds. The fishponds are
widespread in the slope of Mount Salak. Farmers discard the fishpond water to
canals which then flow to the rivers directed to Jakarta Bay. Meanwhile, the
fishpond sediment are used by farmers to strengthen the pond border. Enrichment
of Jakarta Bay by nitrates and phosphorus in the form of phosphate has been

widely reported. One of possible cause of this increasing nitrates and phosphorus
level at Jakarta Bay is the agricultural activities on the upstream of Mount Salak.
This research was conducted to determine the changes of soil chemical properties
under fishpond sediment and fishpond water treatment for two times cropping.
Treatments of this experiment were consisted of control, fishpond sediment (33.3
ton ha-1), fishpond water (20 L plot-1 week-1), combination of fishpond sediment
and fishpond water, goat manure (15 ton ha-1), and conventional fertilizer (urea
100 kg ha-1, SP-36 100 kg ha-1, KCl 200 kg ha-1). This research was arranged in a
completely randomized design with three replications. The soil properties
analyzed pH, electrical conductivity (EC), exchangeable Al, exchangeable H, Ntotal, organic-C, available P (Bray 1-P), CEC, and base cations. The results
showed that treatment of fishpond sediment and fishpond water before cultivating
sweet potato and maize significantly affected the level of organic-C, N-total,
Bray-1 P, CEC, and base cations. Nevertheless, these soil chemical properties
were not different significantly among the treatment after the harvest of sweet
potato and maize. Yield of maize crops that was treated with combination of
fishpond sediment and fishpond water was not significantly different with yield of
other treatments. The yield of this treatment was higher than control although it
was lower than yield of goat manure treatment. The results suggested that
fishpond sediment, fishpond water and their combinations behaved like fertilizer
to fix the soil chemical properties after application.

Keywords: phosphate, fish pond sediment, nitrate

PERUBAHAN-PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH YANG
DIBERI PERLAKUAN LUMPUR DAN AIR KOLAM IKAN
DALAM DUA KALI PENANAMAN DI DESA PETIR,
DRAMAGA, BOGOR

STEVIA HENITA WIJAYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini ialah
Perubahan-Perubahan Sifat Kimia Tanah yang diberi Perlakuan Lumpur dan Air
Kolam Ikan dalam Dua Kali Penanaman di Desa Petir, Darmaga, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Arief Hartono, MSc. Agr.
Selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan,
nasihat, dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir Hermanu Widjaja MSc selaku dosen penguji atas kritik, saran, dan masukan
dalam perbaikan skripsi ini.
2. Seluruh Staf Laboratorium dan Staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3. Kedua orang tua dan adik-adik atas doa, kasih sayang dan kepercayaannya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1.
4. Diendra, Fitri, Wulan, Metha, Zahra, Ade, Royan, yang selalu mendukung dan
memberi motivasi kepada penulis.

5. Avilia, Gunawan, Begum, Windy, Yaenah, Yuricha, Dewi, dan rekan-rekan
MSL 48 atas kebersamaan dan dukungannya selama penelitian.
6. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.
.

Bogor, Desember 2015
Stevia Henita Wijayanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

BAHAN DAN METODE

2


Tempat dan Waktu

2

Bahan dan Alat

2

Pelaksanaan Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Kimia Tanah
Pengaruh Pemberian Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Lingkar
Batang, dan Produksi Tanaman Jagung
KESIMPULAN DAN SARAN

4
4

11
13

Kesimpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

15

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6

7
8

Pengaruh pemberian perlakuan terhadap pH dan daya hantar listrik
(EC) tanah
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap Al-dd dan H-dd tanah
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kadar C-Organik dan NTotal tanah
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kandungan P-Tersedia
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation
(KTK),
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation
(KTK), kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) setelah panen
ubi jalar
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation
(KTK),
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation
(KTK), kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) setelah panen
jagung

6
6
7
8
10

10
11

11

DAFTAR GAMBAR
1 Petak-petak percobaan (Subroto 2014)
2 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman jagung
3 Pengaruh perlakuan terhadap lingkar batang jagung
4 Pengaruh perlakuan terhadap hasil produksi tanaman jagung (kg)

3
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW,
2 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap pH tanah setelah panen tanaman ubi jalar
3 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap pH tanah sebelum penanaman jagung
4 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap pH tanah setelah panen tanaman jagung
5 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap daya hantar listrik (EC) tanah sebelum penanaman
ubi jalar (Subroto 2014)
6 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap daya hantar listrik (EC) tanah setelah panen
tanaman ubi jalar
7 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap daya hantar listrik (EC) tanah sebelum penanaman
jagung

16
16
16
16

16

17

17

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18
19
20
21

22
23
24
25

Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap daya hantar listrik (EC) tanah setelah panen
tanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Alumunium dapat ditukar (Al-dd) tanah ssebelum
penanaman ubi jalar (Subroto 2014)
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Alumunium dapat ditukar (Al-dd) tanah setelah
panen tanaman ubi jalar
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Alumunium dapat ditukar (Al-dd) tanah sebelum
penanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Alumunium dapat ditukar (Al-dd) tanah setelah
panen tanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Hidrogen dapat ditukar (H-dd) tanah sebelum
penanaman ubi jalar (Subroto 2014)
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Hidrogen dapat ditukar (H-dd) tanah setelah panen
tanaman ubi jalar
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Hidrogen dapat ditukar (H-dd) tanah sebelum
penanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Hidrogen dapat ditukar (H-dd) tanah setelah panen
tanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap C-organik tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap C-organik tanah setelah panen tanaman ubi jalar
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap C-organik tanah sebelum penanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap C-organik tanah setelah panen tanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap N-total tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap N-total tanah setelah panen tanaman ubi jalar
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap N-total tanah sebelum penanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap N-total tanah setelah panen tanaman jagung
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap P-tersedia tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)

17

17

17

18

18

18

18

18

19

19
19
19
19

20
20
20
20

20

26 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap P-tersedia tanah setelah panen tanaman ubi jalar
27 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap P-tersedia tanah sebelum penanaman jagung
28 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap P-tersedia tanah setelah panen tanaman jagung
29 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah sebelum
penanaman ubi jalar (Subroto 2014)
30 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah setelah
panen tanaman ubi jalar
31 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah sebelum
penanaman jagung
32 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah setelah
panen tanaman jagung
33 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap KB tanah sebelum penanaman ubi jalar (Subroto
2014)
34 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap KB tanah setelah panen tanaman ubi jalar
35 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap KB tanah sebelum penanaman jagung
36 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap KB tanah setelah panen tanaman jagung
37 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kalium (K) tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)
38 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kalium (K) tanah setelah panen tanaman ubi jalar
39 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Kalium (K) tanah sebelum penanaman jagung
40 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kalium (K) tanah setelah panen tanaman jagung
41 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Natrium (Na) tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)
42 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Natrium (Na) tanah setelah panen tanaman ubi
jalar
43 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Natrium (Na) tanah sebelum penanaman jagung
44 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap Natrium (Na) tanah setelah panen tanaman jagung

21
21
21

21

21

22

22

22
22
22
23

23
23
23
23

24

24
24
24

45 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kalsium (Ca) tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)
46 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kalsium (Ca) tanah setelah panen tanaman ubi jalar
47 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kalsium (Ca) tanah sebelum penanaman jagung
48 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kalsium (Ca) tanah setelah panen tanaman jagung
49 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap magnesium (Mg) tanah sebelum penanaman ubi
jalar (Subroto 2014)
50 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap magnesium (Mg) tanah setelah panen tanaman ubi
jalar
51 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap magnesium (Mg) tanah sebelum penanaman
jagung
52 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap magnesium (Mg) tanah setelah panen tanaman
jagung
53 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kejenuhan basa (KB) tanah sebelum penanaman
ubi jalar (Subroto 2014)
54 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kejenuhan basa (KB) tanah setelah panen pada
tanaman ubi jalar
55 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kejenuhan basa (KB) tanah sebelum penanaman
jagung
56 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap kejenuhan basa (KB) tanah setelah panen pada
tanaman jagung
57 Hasil analisis sidik ragam pemberian C, FS, FW, FS+FW, CV, dan
GM terhadap tinggi tanaman jagung
58 Hasil analisis sidik ragam pemberian C, FS, FW, FS+FW, CV, dan
GM terhadap lingkar batang tanaman jagung
59 Hasil analisis sidik ragam pemberian C, FS, FW, FS+FW, CV, dan
GM terhadap produksi tanaman jagung
60 Kriteria penilaian hasil analisis tanah (Sulaiman et al. 2005)
61 Gambar tanaman jagung 5 MST (a) kontrol (C), (b) lumpur kolam
ikan (FS), (c) air kolam ikan (FW), (d) kombinasi lumpur dan air
kolam ikan (FS+FW), (e) pupuk konvensional (CV), (f) kotoran
kambing (GM)

24
25
25
25

25

25

26

26

26

26

26

27
27
27
27
28

29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bogor terletak sekitar 70 km di selatan Jakarta dan Gunung Salak terletak
di sebelah selatan Bogor. Bogor memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Air
yang mengalir dari hulu sungai Gunung Salak umumnya dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian di desa-desa sekitar Bogor. Selain dimanfaatkan untuk
mengairi lahan-lahan pertanian, air yang berasal dari Gunung Salak dimanfaatkan
juga untuk mengairi kolam-kolam ikan. Petani membuang air kolam ikan ke paritparit yang kemudian mengalir ke sungai-sungai dan bermuara di Teluk Jakarta.
Arifin (2004) melaporkan bahwa konsentrasi ion nitrat dan fosfor (P)
dalam bentuk ion fosfat telah meningkat. Konsentrasi nitrat dan fosfat di Teluk
Jakarta mengalami peningkatan pada musim hujan. Sementara Lapointe et al.
(1992) mengatakan bahwa konsentrasi nitrat sebesar 1.0 µM dan fosfat sebesar
0.1 µM menyebabkan populasi algae meningkat. Banyaknya ikan yang mati di
Teluk Jakarta diduga karena meningkatnya pertumbuhan algae. Pertumbuhan
algae mengakibatkan kadar oksigen di Teluk Jakarta berkurang sehingga ikanikan mengalami kematian karena kekurangan oksigen. Hal ini menunjukkan
bahwa input dari pertanian dan industri di daerah yang lebih tinggi seperti Bogor
merupakan faktor utama yang menyebabkan pengkayaan nitrat dan fosfat di
ekosistem pantai Teluk Jakarta. Dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah usaha
budidaya ikan yang dilakukan oleh petani di daerah-daerah yang berelevasi tinggi.
Petani sekitar desa tersebut memberikan pakan ikan dengan pelet, dedaunan yang
tumbuh disekitar kolam, dan kotoran unggas. Pada umumnya pemilik kolam ikan
mengambil lumpur yang berasal dari kolam ikan bertujuan untuk memperlambat
pendangkalan kolam, serta meningkatkan kandungan oksigen air kolam ikan
tersebut.
Boyd (1995) menjelaskan bahwa kotoran ayam dan pelet mengandung
nutrisi N dan P. Olah et al. (1994) melaporkan dalam penelitian mereka di
Hongaria bahwa 30 sampai 90% N dari pelet dan kotoran ayam terakumulasi
dilumpur kolam ikan. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Hartono et al. (2012)
menyatakan bahwa lumpur dan air kolam ikan di Desa Petir sangat potensial
untuk dijadikan pupuk karena mengandung hara-hara yang dibutuhkan oleh
tanaman. Lumpur dan air kolam ikan mengandung banyak nitrogen (N), fosfor
(P), C-organik (C), dan kation-kation basa (Ca, Mg, K, dan Na). Subroto (2014)
melaporkan bahwa pemberian lumpur dan air kolam ikan nyata memperbaiki
beberapa sifat kimia tanah. Penelitian tentang seberapa jauh perubahan-perubahan
sifat kimia tanah dalam dua kali penanaman perlu dilakukan untuk mengetahui
kapasitas lumpur dan air kolam ikan dalam memperbaiki sifat kimia tanah.

Tujuan Penelitian
Mengevaluasi perubahan-perubahan sifat kimia tanah dalam dua kali
penanaman pada tanah yang diberi perlakuan lumpur dan air kolam ikan di Desa
Petir, Darmaga, Bogor.

2

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya oleh
Subroto (2014) mengenai pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan
terhadap perubahan sifat-sifat kimia tanah, pertumbuhan, dan produksi ubi jalar
pada Inceptisol Desa Petir, Darmaga Bogor. Penelitian selanjutnya dilakukan pada
bulan Desember 2014 sampai bulan September 2015. Penelitian ini dilakukan
dengan dua tahapan yaitu percobaan lapang dan analisis tanah. Percobaan lapang
dilakukan di Desa Petir, Kecamatan Darmaga, sedangkan analisis tanah dilakukan
di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan lapang pada penanaman kedua
adalah lumpur kolam ikan, air kolam ikan, kombinasi lumpur dan air kolam ikan,
kotoran kambing, pupuk urea, SP-36 dan KCl. Jagung (zea mays L.Saccharata)
digunakan sebagai tanaman indikator. Pestisida dan furadan digunakan untuk
mencegah serangan hama dan penyakit tanaman. Bahan kimia yang digunakan
adalah bahan-bahan kimia yang terkait dengan analisis pH tanah, N-total, Corganik, P-tersedia, Al-dd, H-dd, KTK dan basa-basa yang dapat dipertukarkan.
Alat yang digunakan selama percobaan lapang adalah cangkul, ember, tongkat
tugal, dan meteran. Alat-alat yang digunakan di laboratorium adalah pH meter,
destruktor, AAS, labu takar, erlenmeyer, tabung reaksi, gelas piala, kertas saring,
flamephotometer, spektrophotometer, labu destilasi, labu destruksi, pipet mohr,
dan buret.
Pelaksanaan Penelitian
Percobaan Lapang
Sebelum percobaan pemberian lumpur kolam dan air kolam ikan dan
penanaman yang kedua, dilakukan pengambilan contoh tanah setelah percobaan
lapang Subroto (2014) yaitu pada saat panen ubi jalar. Pegambilan contoh tanah
ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh lumpur dan air kolam ikan terhadap
beberapa sifat kimia setelah panen ubi jalar.
Percobaan lapang pemberian lumpur kolam dan air kolam ikan yang kedua
dilakukan dengan menggunakan petakan dan perlakuan yang digunakan oleh
Subroto (2014). Perlakuan terdiri dari kontrol yaitu tanpa pupuk (C), lumpur
kolam ikan (FS), air kolam ikan (FW), kombinasi lumpur dan air kolam ikan
(FS+FW), pupuk konvensional (CV), kotoran kambing (GM). Masing-masing
perlakuan diulang 3x sehingga total petakan yang dibuat sebanyak 18 petak.
Petakan dari setiap perlakuan berukuran 2x9 m. Setiap petakan terdapat dua
guludan tanah yang berukuran panjang 9 meter, lebar 0.9 meter, dan lebar parit
0.2 meter. Dosis FS yang diberikan sebanyak 33.3 ton ha-1 dengan cara diaduk
langsung ke bedengan yang akan digunakan, FW diberikan sebanyak 20 L

3

Gambar 1 Petak-petak percobaan (Subroto 2014)
Keterangan:
C
FS
CV
FW
FS+FW
GM
1,2,3

: Kontrol (Tanpa pupuk)
: Lumpur kolam ikan (33.3 ton ha-1)
: Konvensional (100 kg urea ha-1, 100 kg SP-36 ha-1,dan
200 kg ha-1 KCl)
: Air kolam ikan (20 L petak-1 minggu-1)
: Kombinasi lumpur dan air kolam ikan
: Kotoran kambing (15 ton ha-1)
: Ulangan

FS 3

FW 3

GM 3

FS + FW 3

C3

CV 3

FS 2

FW 2

GM 2

FS + FW 2

CV 2

C2

GM 1

FS + FW 1

FW 1

CV 1

FS 1

C1

minggu-1 petak-1, GM diberikan sebanyak 15 ton ha-1, dan pemberian CV
sebanyak 100 kg ha-1 urea, 100 kg ha-1 TSP, dan 200 kg ha-1 KCl. Pemberian
pupuk urea dan KCl diberikan dalam dua tahap yaitu ½ dosis sebelum tanam dan
½ dosis saat tanaman berumur 6 MST.
Sebelum tanam, perlakuan diinkubasi selama dua minggu di lahan. Setelah
inkubasi selama dua minggu tahapan selanjutnya yaitu pengambilan sampel tanah
dari setiap petakan dengan cara komposit di 5 titik yang berbeda dengan
kedalaman 0-20 cm. Contoh tanah ini dianalisis di laboratorium. Contoh tanah ini
digunakan untuk melihat pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan yang
kedua terhadap beberapa sifat kimia.
Penanaman jagung dilakukan dengan membuat lubang tanam
menggunakan tugal. Tiap lubang ditanami dua biji benih jagung dan dalam waktu
yang bersamaan diberikan furadan untuk melindungi tanaman dari serangan
serangga di dalam tanah. pada perlakuan FW dilakuakan penyiraman dengan air
kolamn ikan sebanyak 20L petak-1 minggu-1. Begitu pula, pada perlakuan FS+FW
dilakukan penyiraman dengan air kolam ikan sebanyak 20 L petak-1 minggu-1.
Pemeliharaan petak-petak percobaan dilakukan dengan mencabuti gulma-gulma
yang tumbuh dan menyemprotkan pestisida jika terlihat ada gejala hama dan
penyakit. Pengamatan tinggi tanaman dan lingkar batang dilakukan pemilihan
contoh tanaman secara acak pada setiap petakan. Tinggi tanaman diukur dari
permukaan tanah sampai daun tertinggi. Pengamatan dilakukan dari 4 minggu
setelah tanam sampai dengan 8 minggu setelah tanam dan dilakukukan dua
minggu sekali.
Pada umur 12 MST tanaman jagung dapat dipanen kemudian ditimbang
tongkol jagung dan kelobot pada tiap petak perlakuan. Contoh tanah diambil pada
setelah panen jagung secara komposit di daerah perakaran tanaman. Contoh tanah
ini digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan setelah tanam jagung. Berikut
tata letak petak-petak percobaan disajikan pada Gambar 1.

4
Analisis Sifat-sifat Kimia Tanah
Analisis sifat-sifat kimia tanah yang dilakukan adalah pH (1:5 H2O), Corganik dengan menggunakan metode Walkley and Black, N-total dengan
menggunakan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan menggunakan metode Bray I,
KTK dan basa-basa diekstrak dengan menggunakan 1 N NH4OAc pH 7.0, serta
analisis aluminium dapat ditukar (Al-dd) dan Hidrogen dapat ditukar (H-dd) yang
diekstrak menggunakan 1 N KCl.
Analisis Statistik
Analisis data yang digunakan yaitu sidik ragam dengan uji lanjut Tukey pada
selang kepercayaan α sama dengan 0.05 untuk membandingkan nilai rata-rata
setiap perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Kimia Tanah
pH, EC, Al-dd, dan H-dd
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian perlakuan terhadap pH, EC,
Al-dd, dan H-dd disajikan pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 16.
Berdasarkan data tersebut pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
kenaikan pH, EC, Al-dd, dan H-dd. Secara umum, pemberian perlakuan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pH, EC, Al-dd, dan H-dd di dalam tanah.
Pemberian perlakuan sebelum penanaman ubi jalar dan jagung dapat
meningkatkan nilai pH dan nilai EC, sedangkan nilai Al-dd dan H-dd menurun.
Akan tetapi, setelah panen terjadi penurunan nilai pH dan EC sedangakan nilai Aldd dan H-dd cenderung meningkat.
Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah dan EC disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil penelitian Subroto (2014) perlakuan FS sebelum penanaman
ubi jalar memiliki nilai pH lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Setelah
panen ubi jalar, perlakuan FS menghasilkan nilai pH tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Selanjutnya, sebelum penanaman jagung perlakuan FS
memiliki nilai pH lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Namun, setelah
panen jagung perlakuan FW memiliki nilai pH tertinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya.
Bedasarkan data yang diperoleh, pemberian perlakuan lumpur kolam ikan
dapat meningkatkan nilai pH tanah. Hal ini karena lumpur kolam ikan
mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Sehingga pemberian lumpur kolan
ikan mampu menurunkan kemasaman tanah sehingga dapat menaikan nilai pH
tanah tersebut. Berdasarkan kriteria penilaian data dari hasil analisis tanah
(Sulaiman et al. 2005) dapat diklasifikasikan bahwa tanah tersebut termasuk
kategori tanah masam.
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap nilai Al-dd dan H-dd disajikan
pada Tabel 2. Berdasarkan data dari Tabel 2, perlakuan FS+FW sebelum
penanaman ubi jalar memiliki nilai Al-dd lebih rendah dibandingkan dengan

5
perlakuan lainnya (Subroto 2014). Setelah panen ubi jalar, perlakuan FS+FW
memiliki nilai Al-dd lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Selanjutnya,
sebelum penanaman jagung pemberian perlakuan FS+FW memiliki nilai Al dd
lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Akan tetapi, setelah panen jagung nilai
Al-dd paling rendah pada perlakuan FS.
Secara umum pemberian perlakuan FS+FW sebelum penanaman ubi jalar
dan jagung, dapat menurunkan nilai Al-dd dan H-dd, sedangkan setelah panen
nilai Al-dd dan H-dd meningkat pada semua perlakuan. Menurunnya nilai Al-dd
disebabkan oleh adanya sejumlah senyawa organik dari hasil dekomposisi yang
mempunyai kemapuan mengikat Al membentuk ikatan organo kompleks yang
sukar larut sehingga menyebabkan aktivitas Al menurun (Isrun 2010). Wahyudi
(2009) menyatakan bahwa hasil dekomposisi bahan organik banyak mengandung
asam-asam organik yang dapat mengikat alumunium menjadi ikatan organik
kompleks (khelat) yang dapat menyebabkan turunnya aktivitas alumunium. Asamasam organik tersebut bertindak sebagai ligan organik. Asam-asam organik dari
hasil dekomposisi ini akan mengahasilkan muatan negatif yang dapat mengikat
alumunium membentuk suatu ikatan kompleks logam organik. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa senyawa kompleks akan terbentuk bila terjadi ikatan koordinasi
antara senyawa organik dengan ion Al yang bersifat tidak larut sehingga Al dapat
ditekan.
C-organik dan N-total
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap peningkatan kandungan C-organik
dan N-total disajikan pada Lampiran 17 sampai dengan Lampiran 24. Kandungan
C-organik dan N-total nyata meningkat setelah dilakukan pemberian perlakuan
(sebelum penanaman). Namun, setelah panen ubi jalar dan jagung, tidak nyata
meningkatkan kandungan C-organik dan N-total.
Hasil uji lanjut menunjukan pengaruh pemberian perlakuan terhadap
kandungan C-organik dan N-total disajikan pada Tabel 3. Perlakuan FS+FW
sebelum penanaman ubi jalar nyata meningkatkan kandungan C-organik tanah
(Subroto 2014). Setelah panen ubi jalar, pemberian perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap peningkatan kandungan C-organik tanah. Pada perlakuan FS+FW
sebelum penanaman jagung nyata meningkatkan C-organik. Kemudian, setelah
panen jagung pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan
C-organik tanah.
Berdasarkan hasil penelitian Subroto (2014) perlakuan GM nyata
meningkatkan kandungan N-total di dalam tanah. Meskipun demikian, perlakuan
FS+FW memiliki kandungan N-total lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Setelah panen ubi jalar, pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
peningkatan kandungan N-total di dalam tanah. Pada perlakuan FS+FW sebelum
penanaman jagung nyata meningkatkan kandungan N-total dibandingkan dengan
FW. Namun, setelah panen jagung pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap peningkatan kandungan N-total di dalam tanah.
Pemberian perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan dapat meningkatkan
kandungan C-organik dan N-total di dalam tanah. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Hartono et al. (2012) yang menyatakan bahwa lumpur dan air kolam
ikan mempunyai kandungan C-organik dan N yang relatif tinggi. Pada

6

Tabel 1 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap pH dan daya hantar listrik (EC) tanah
EC mmhous cm-1

pH H2O (1:5)
Perlakuan

Pertanaman Ubi Jalar
Sebelum
(Subroto 2014)

Pertanaman Jagung

Setelah panen

Sebelum

Setelah panen

Pertanaman Ubi Jalar
Sebelum
(Subroto 2014)

Pertanaman Jagung

Setelah panen

Sebelum

Setelah panen

C

4.72

4.52

4.94

4.61

0.05

0.05

0.05

0.1

FS

4.77

4.76

5.17

4.23

0.07

0.03

0.11

0.09

FW

4.65

4.57

4.81

5.16

0.05

0.04

0.04

0.07

FS +FW

4.62

4.6

4.8

4.15

0.06

0.04

0.13

0.07

CV

4.63

4.67

5.03

4.5

0.07

0.04

0.07

0.08

GM

4.74

4.71

5.1

4.49

0.06

0.04

0.13

0.07

Tabel 2 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap Al-dd dan H-dd tanah
Al-dd (cmol kg-1)
Perlakuan

Pertanaman Ubi Jalar

H-dd (cmol kg-1)

Pertanaman Jagung

Sebelum

Pertanaman Ubi Jalar

Pertanaman Jagung

Sebelum

(Subroto 2014)

Setelah panen

Sebelum

Setelah panen

(Subroto 2014)

Setelah panen

Sebelum

Setelah panen

Kontrol

0.57

0.96

0.91

0.85

0.62

0.74

0.45

0.92

FS

0.36

0.31

0.68

0.62

0.25

0.61

0.23

0.7

FW

0.65

0.89

0.83

0.79

0.56

0.78

0.53

0.64

FS + FW

0.23

0.3

0.23

0.86

0.55

0.97

0.46

0.41

CV

0.71

0.91

1.2

0.76

0.55

0.9

0.08

0.69

GM

0

0.45

0.15

0.63

0.29

0.74

0.38

0.73

7

Tabel 3 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kadar C-Organik dan N-Total tanah
C-Organik (%)
Perlakuan

Pertanaman Ubi Jalar

N-Total (%)

Pertanaman Jagung

Sebelum

Pertanaman Ubi Jalar

Pertanaman Jagung

Sebelum

(Subroto 2014)

Setelah panen

Sebelum

Setelah panen

(Subroto 2014)

Setelah panen

Sebelum

Setelah panen

C

1.73 a

FS

2.25 ab

1.51 a

1.54 a

1.68 a

0.16 abc

0.13 a

0.14 ab

0.15 a

1.56 a

1.91 b

1.62 a

0.19 cd

0.13 a

0.16 ab

0.15 a

FW

2.15 ab

1.53 a

1.63 a

1.83 a

0.14

a

0.12 a

0.11 a

0.14 a

FS + FW

2.55 b

1.56 a

2.37 c

1.69 a

0.18 bcd

0.13 a

0.19 b

0.16 a

CV

1.83 a

1.49 a

1.59 a

1.72 a

0.15 ab

0.10 a

0.16 ab

0.15 a

GM
2.68 b
1.50 a
1.88 b
1.76 a
0.19 d
0.13 a
0.15 ab
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata (uji tukey, α = 0.05)

0.15 a

8
hasil penelitian Aurika (2014) menunjukkan bahwa perlakuan lumpur kolam ikan
dan kombinasi lumpur dan air kolam ikan mengandung NH4+ yang relatif tinggi.
Bahan organik yang terkandung dalam lumpur kolam ikan merupakan
hasil/akumulasi dari nutrisi yang ditambahkan ke air kolam ikan berupa pupuk,
pakan yang tidak di konsumsi, kotoran unggas, dan hasil metabolisme dari ikan
tersebut (Mizzanur et al. 2004). Selanjutnya, Potter et al. (1997) mengasumsikan
bahwa pakan yang diberikan 15%-30% dimakan oleh ikan dan sisanya
mengendap. Berdasarkan kriteria penilaian hasil analisis tanah (Sulaiman et al.
2005), kombinasi lumpur dan air kolam ikan dapat meningkatkan kandungan Corganik dari rendah menjadi sedang. Sedangkan nilai N-total tanah masih
tergolong rendah. Secara keseluruhan, kandungan C-organik dan N-total setelah
panen ubi jalar dan jagung mengalami penurunan. Penurunan tersebut karena
diserap oleh tanaman, menguap atau tercuci. Nitrogen di dalam tanah sangat
mobil sehingga mudah hilang (Soepardi 1983).
P-tersedia
Hasil analisis sidik ragam pemberian perlakuan terhadap kandungan Ptersedia disajikan pada Lampiran 25, sampai dengan Lampiran 28. Pengaruh
pemberian perlakuan terhadap kandungan P-tersedia disajikan pada Tabel 4.
Sebelum penanaman ubi jalar (Subroto 2014), pemberian perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkata P-tersedia. Walaupun demikian, perlakuan
FS, FW, dan FS+FW mengandung P-tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Selanjutnya, setelah panen ubi jalar pemberian perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan unsur tersebut. Perlakuan GM sebelum
penanaman jagung nyata meningkatkan P-tersedia dibandingkan dengan kontrol.
Setelah panen jagung, perlakuan FS+FW nyata meningkatkan P-tersedia
dibandingkan dengan kontrol.
Secara keseluruhan kandungan P-tersedia sebelum penanaman ubi jalar
dan jagung mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disebabkan adanya
penambahan bahan organik berupa lumpur dan air kolam ikan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Hartono et al. (2012) yang mendapatkan bahwa lumpur
kolam ikan banyak mengandung P. P tersebut berasal dari kotoran dan pakan
(pelet) ikan yang diberikan oleh petani. Namun, setelah panen tanaman,
kandungan P-tersedia mengalami penurunan. Penurunan tersebut terjadi karena
diserap oleh tanaman.
Tabel 4 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kandungan P-Tersedia
P-Tersedia (mg kg-1)
Penanaman Ubi Jalar
Penanaman Jagung
Perlakuan
Sebelum
(Subroto 2014)
Setelah panen
Sebelum
Setelah panen
Kontrol
36.48 a
16.55 a
21.81 a
19.48 a
FS
42.07 a
21.20 a
22.97 a
32.92 ab
FW
42.96 a
25.39 a
27.73 a
39.36 b
FS + FW
46.57 a
30.16 a
32.81 a
20.44 ab
CV
41.00 a
13.71 a
38.42 ab
24.93 ab
GM
39.01 a
46.45 a
51.56 b
31.45 ab
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α = 0.05)

9
Kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa, dan basa-basa
Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian perlakuan terhadap
peningkatan nilai KTK, KB, dan basa-basa disajikan pada Lampiran 29 sampai
dengan Lampiran 52. Pemberian perlakuan sebelum penanaman ubi jalar dan
jagung, dapat meningkatkan KTK, KB, dan kation basa. Akan tetapi, terjadi
penurunan nilai-nilai tersebut setelah dilakukan pemanenan ubi jalar dan jagung.
Tabel 5 menunjukan bahwa sebelum penanaman ubi jalar (Subroto 2014),
perlakuan FS+FW nyata meningkatkan KTK dibandingkan dengan kontrol,
sedangkan setelah panen ubi jalar (Tabel 6) pemberian perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK. Pada tanaman jagung, baik
sebelum penanaman maupun setelah panen (Tabel 7 dan Tabel 8), pemberian
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK di dalam tanah.
Walaupun demikian, perlakuan FS, FW, dan FS+FW memiliki KTK lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian Subroto (2014) perlakuan GM nyata
meningkatkan nilai KB. Pada perlakuan FS+FW memiliki nilai KB lebih rendah
dibandingkan dengan GM, namun perlakuan tersebut memiliki nilai KB lebih
tinggi dibandingkan dengan CV. Setelah panen ubi jalar (Tabel 6), pemberian
perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai KB. Pada tanaman
jagung, baik sebelum penanaman maupun setelah panen (Tabel 7 dan Tabel 8),
pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai KB.
Sebelum penanaman jagung terjadi peningkatan nilai KB pada perlakuan FS dan
FS+FW dibandingkan dengan kontrol.
Pada perlakuan GM sebelum penanaman ubi jalar (Tabel 5) nyata
meningkatkan kandungan K dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Subroto
2014). Walaupun demikian, perlakuan FS, FW, dan FS+FW memiliki kandungan
K lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan CV. Pemberian perlakuan setelah
panen ubi jalar (Tabel 6) tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan K di
dalam tanah. Selanjutnya, sebelum penanaman jagung (Tabel 7) perlakuan
FS+FW tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai K. Akan tetapi,
perlakuan FS+FW memiliki kandungan K lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol. Setelah panen jagung (Tabel 8) pemberian perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap peningkatan K di dalam tanah. Secara keseluruhan, pemberian
perlakuan sebelum penanaman ubi jalar dan jagung, terjadi peningkatan
kandungan K. Peningkatan K tersebut karena adanya unsur K yang terkandung
dalam lumpur dan air kolam ikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hartono et al.
(2012) yang menyatakan bahwa lumpur dan air kolam ikan memiliki unsur K
yang relatif tinggi. Namun, setelah panen ubi jalar dan jagung, kandungan K
menurun. Hal ini disebabkan oleh tanaman menyerap unsur K yang ada di dalam
tanah tersebut.
Pengaruh pemberian perlakuan GM dan FS+FW sebelum penanaman ubi
jalar (Subroto 2014) nyata meningkatkan kandungan Na dibandingkan dengan
kontrol. Namun, setelah panen ubi jalar (Tabel 6) perlakuan FS+FW memiliki
kandungan Na lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Pemberian perlakuan
sebelum pernanaman jagung cenderung meningkatkan kandungan K. Pada Tabel
7 menunjukaan bahwa pemberian perlakuan FS+FW dan FS tidak berpengaruh
nyata meningkatkan Na dibandingkan dengan kontrol. Namun, perlakuan tersebut

10
cenderung memiliki kandungan unsur Na lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol. Setelah panen jagung (Tabel 8), pemberian perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap peningkatan Na di dalam tanah.
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa kandungan Ca nyata meningkat pada
perlakuan GM sebelum penanaman ubi jalar (Subroto 2014). Setelah panen ubi
jalar (Tabel 6) perlakuan FS nyata meningkatkan kandungan Ca dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Selanjutnya, sebelum penanaman jagung (Tabel 7),
perlakuan FS+FW nyata meningkatkan kandungan Ca dibandingkan FW. Setelah
panen jagung ( Tabel 8) pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
peningkatan kandungan Ca di dalam tanah. Pada perlakuan FS, FW, FS+FW
memiliki kandungan Ca cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Sebelum penanaman ubi jalar, perlakuan GM nyata meningkatkan
kandungan Mg. Walupun demikian, perlakuan FS+FW memiliki kandungan Mg
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Setelah panen ubi jalar (Tabel 6), pada
perlakuan FS mengandung Mg lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Dapat
dilihat pada Tabel 7 yang menunjukan bahwa pemberian perlakuan GM nyata
meningkatkan kandungan Mg dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada
Tabel 8 pemberian perlakuan GM nyata terhadap peningkatan Mg dibandingkan
dengan kontrol. Pada Tabel 7 dan Tabel 8, pemberian perlakuan FS+FW
cenderung memiliki kandungan Mg lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 5 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK),
kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) sebelum penanaman ubi
jalar (Subroto 2014)
Perlakuan

KTK

K

Na

Ca

Mg

KB

-1

.........................................cmol kg ..........................................
(%)
C
18.43 a
0.44 a
0.29 a
4.61 a
2.50 a
42.9 1a
FS
22.96 bc
0.67 a
0.50 ab
5.41 a
2.76 a
40.78 a
FW
22.4 abc
0.51 a
0.33 ab
4.15 a
2.50 a
33.43 a
FS + FW
23.62 c
0.77 a
0.53 b
5.56 a
3.03 a
41.87 a
CV
19.12 ab
0.46 a
0.29 a
4.27 a
2.43 a
39.01 a
GM
21.86 ab
2.80 b
1.30 c
7.66 b
5.00 b
76.73 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α = 0.05)

Tabel 6 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK),
kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) setelah panen ubi jalar
K
Na
Ca
Mg
KB
…...……..............cmol kg-1..................................
(%)
C
16.75 a
0.61 a
0.59 b
5.95 a
2.27 a
56.55 a
FS
21.36 a
0.86 b
0.54 ab
8.13 b
3.03 a
58.84 a
FW
22.56 a
0.60 a
0.49 a
5.91 a
2.27 a
42.48 a
FS + FW
21.01 a
0.63 a
0.49 a
6.51 a
2.44 a
47.86 a
CV
19.18 a
0.64 a
0.59 b
5.53 a
2.23 a
47.60 a
GM
20.59 a
0.68 a
0.54 ab
6.19 a
2.70 a
49.37 a
iKeterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α = 0.05)
Perlakuan

KTK

11
Tabel 7 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK),
kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) sebelum penanaman jagung
KTK
K
Na
Ca
Mg
KB
…………........................cmol kg-1.............................
(%)
C
19.90 a
0.63 a
0.55 a
5.49 ab
3.02 a
48.72 a
FS
23.81 a
0.85 a
0.78 ab
6.99 ab
3.40 ab
50.59 a
FW
20.14 a
0.66 a
0.55 a
4.74 a
2.95 a
44.56 a
FS + FW
22.38 a
0.90 a
0.83 ab
7.33 b
3.26 ab
56.03 a
CV
19.25 a
0.82 a
0.70 a
5.84 ab
3.09 a
54.04 a
GM
19.63 a
1.96 b
1.09 b
6.04 ab
4.16 b
68.32 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α = 0.05)
Perlakuan

Tabel 8 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK),
kation-kation basa, dan kejenuhan basa (KB) setelah panen jagung
Perlakuan

KTK
Na
Ca
Mg
K
…........................................cmol kg-1.............................................

KB

(%)
C
19.17 a
0.61 a
0.52 a
4.37 a
2.76 ab
43.10 a
FS
20.46 a
0.61 a
0.53 a
4.95 a
2.09 a
39.99 a
FW
21.51 a
0.65 a
0.53 a
4.41 a
2.65 ab
38.82 a
FS + FW
21.69 a
0.71 a
0.55 a
4.76 a
2.86 b
40.91 a
CV
19.26 a
0.78 a
0.59 a
4.51 a
2.56 ab
43.79 a
GM
21.76 a
0.80 a
0.56 a
4.94 a
2.94 b
43.06 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α = 0.05)

Pengaruh Pemberian Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman, Lingkar Batang,
dan Produksi Tanaman Jagung
Tinggi tanaman jagung
Hasil analisis ragam pemberian perlakuan terhadap tinggi tanaman
disajikan pada Lampiran 57. Pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap peningkatan tinggi tanaman jagung. Tinggi tanaman diukur pada 4 MST,
6 MST, dan 8 MST. Tanaman jagung tertinggi pada perlakuan GM (4 MST dan 6
MST). Umur tanaman 8 MST, perlakuan CV memiliki tinggi tanaman paling
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Meskipun perlakuan FS+FW
memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dengan CV dan GM.
Perlakuan FS+FW memiliki tinggi tanaman jagung lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol.

12

Tinggi Tanaman Jagung
(cm)

160
140
120

C

100

FS

80

FW

60

FS+FW

40

CV

20

GM

0

4 MST

6 MST

8 MST

Gambar 2 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman jagung
Lingkar batang jagung
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap lingkar batang tidak berpengaruh
nyata (Lampiran 58). Hasil pengukuran lingkar batang disajikan pada Gambar 3.
Pada masa tanam 4 MST, 6 MST, dan 8 MST perlakuan GM memiliki lingkar
batang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Walaupun perlakuan
FS, FW, dan FS+FW lebih rendah dibandingkan dengan GM. Namun, ketiga
perlakuan tersebut cenderung memiliki lingkar batang lebih besar dibandingkan
dengan kontrol.

Lingkar Batang (cm)

9.00
8.00
7.00

C

6.00

FS

5.00

FW

4.00

FS+FW

3.00

CV

2.00

GM

1.00
0.00
4 MST

6 MST

8 MST

Gambar 3 Pengaruh perlakuan terhadap lingkar batang jagung
Produksi jagung
Hasil analisis sidik ragam pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap peningkatan produksi jagung (Lampiran 59). Hasil produksi jagung
disajikan pada Gambar 4. Pada perlakuan GM menghasilkan jumlah produksi
paling tinggi sebesar 38.8 kg petak-1, sedangkan hasil produksi terendah diperoleh
kontrol yaitu sebesar 27.36 kg petak-1. Walaupun demikian, perlakuan FS+FW

13
menghasilkan produksi lebih rendah dibandingkan dengan GM dan CV. Namun
hasil produksi perlakuan tersebut cenderung hampir sama dengan perlakuan CV
dan GM. Hal ini membuktikan bahwa pemberian lumpur dan air kolam ikan dapat
meningkatkan hasil produksi tanaman jagung.

Berat tongkol+klobot
(kg/petak)

45
40

38.8

CV

GM

31.84

35
30

38.2
36.64
29.57
27.36

25
20
15
10
5
0

C

FS

FW
FS +
Perlakuan FW

Gambar 4 Pengaruh perlakuan terhadap hasil produksi tanaman jagung
(kg)

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian kombinasi lumpur dan air kolam ikan sebelum penanaman ubi
jalar dan jagung dapat meningkatkan kandungan C-organik, N-total, P-tersedia,
KTK, dan basa-basa di dalam tanah. Walaupun demikian, pemberian kombinasi
lumpur dan air kolam ikan tidak berbeda nyata setelah panen ubi jalar dan jagung.
Oleh karena itu, lumpur dan air kolam ikan serta kombinasi keduanya bersifat
sebagai pupuk yang dapat memperbaiki sifa-sifat kimia tanah setelah pemberian
dilakukan.

Saran
Saran dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan percobaan lebih
lanjut yang mengkombinasikan perlakuan FS+FW dengan GM.

14

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Z. 2004. Local millenium ecosystem assessment: Condition and Trend of
the greater Jakarta Bay ecosystem. Assistant Deputy for Coastal and
Marine Ecosystem. The Ministry of Environment. Republic of Indonesia.
Aurika WR. 2014. Dinamika amonium dan nitrat pada inceptisol Petir, Darmaga
Bogor dengan perlakuan lumpur dan air kolam ikan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Boyd CE. 1995. Bottom Soil, Lumpurt, and Pond Aquaculture. New York (US):
Chapman and Hall.
Hartono A, Yokota K, Baba T. 2012. Survey of water quality and soil fertility of
fresh water fish cultivation ponds in Bogor, Indonesia. Workshop Water,
Land and Southeast Asia Food Sovereignty. 41.
Isrun. 2010. Changes in n uptake by maize plant and soil exchangeable
alumunteviium due to the of legume and non-legume compost in
inceptisols napu. J Agroland 17 (1) : 26-27.
Lapointe BE, Littler MM, Littler DS. 1992. Modification of benthic community
strucure by natural eutrophication: the belize barrier reef. Proceedings of
the Seventh International Coral Reef Symposium, Guam 1: 323-334.
Ma’shum, M, J Soedarsono, LE Susilowati. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca
IAEUP Bagpro Peningkatan Sumberdaya Manusia Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.karta.
Mizanur R, Yakupitiyage A, Ranamukhaarachhchi SL. 2004. Agricultural use of
fishpond sediment for enverionmental amelioration. Thammasat
International Journal of Science and Technology 9 (4):1-2.
Olah J, Pekar F, Szabo P. 1994. Nitrogen cycling and retention in fish-cumlivestock ponds. Journal of Applied Ichtyology 10: 341-348.
Potter C, Krom MD, Robbins MD, Bricknell MG, Davidson A. 1997. Ammonia
excretion and total N budget for filthead seabream (sparus aurata) and its
effect on water quality conditions. Aquaculture 66: 287-289.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Pr.
Subroto B. 2014. Pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap sifat
kimia tanah, pertumbuhan, dan produksi ubi jalar pada inceptisol Petir,
Darmaga Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sulaiman, Suprapto, Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balittanah.
Wahyudi I. 2009. Manfaat Bahan Organik Terhadap Peningkatan Ketersediaan
Fosfor dan Penurunan Toksisitas Alumunium di Ultisol [Disertasi].
Malang (ID): Universitas Brawijaya.

15

LAMPIRAN

16
Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW,
CV, dan GM terhadap pH tanah sebelum penanaman ubi jalar
(Subroto 2014)
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat

Jumlah
Kuadrat
0.0772
0.00460

Derajat
Bebas
5
12

Total

0.1232

17

Derajat
Tengah
0.0190
0.0046

F-hitung
3.1050

F-tabel
3.105875

Lampiran 2 Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, CV,
dan GM terhadap pH tanah setelah panen tanaman ubi jalar
Sumber