Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga Bogor.

PENGARUH PEMBERIAN LUMPUR DAN AIR KOLAM IKAN
TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH, PERTUMBUHAN, DAN
PRODUKSI UBI JALAR PADA INCEPTISOL PETIR,
DARMAGA BOGOR

BAMBANG SUBROTO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah,
Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga, Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Bambang Subroto
NIM A1410001

ABSTRAK
BAMBANG SUBROTO. Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan
terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol
Petir, Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh ARIEF HARTONO dan SITI JAHROH.
Kolam ikan tersebar hampir di seluruh desa di kaki Gunung Salak,
Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Umumnya petani membuat kolam ikan
dengan memanfaatkan air irigasi yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi.
Lumpur dan air kolam ikan mengandung banyak nitrogen (N), fosfor (P), Corganik, dan kation-kation basa. Petani biasanya memanfaatkan lumpur kolam
ikan sebagai penguat batas kolam sedangkan air kolam ikan dibuang ke kanal. Air
kolam ikan kemudian mengalir mencemari sungai sehingga dikhawatirkan terjadi
pencemaran nitrat dan fosfat pada sistem air. Penelitian ini dilakukan untuk

mengevaluasi pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap sifat kimia
tanah, pertumbuhan, dan produksi ubi jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga, Bogor
serta untuk menganalisis penerimaan dan biaya budidaya ubijalar pada berbagai
perlakuan. Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah control tanpa
pupuk, lumpur kolam ikan, air kolam ikan, kombinasi lumpur dan air kolam ikan,
dan pupuk konvensional. Hasil menunjukkan bahwa setelah dua minggu inkubasi
perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan tidak berpengaruh nyata pada pH
tanah, daya hantar listrik, hidrogen dapat ditukar, aluminium dapat ditukar, P-HCl
25%, dan kejenuhan basa. Perlakuan lumpur dan air kolam ikan nyata secara
statistik memberikan nilai lebih tinggi pada parameter C-organik, N-total, P-Bray
I, kation basa-basa, dan kapasitas tukar kation. Secara statistik perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar, akan tetapi
perlakuan kombinasi lumpur dan air kolam ikan menghasilkan pertumbuhan dan
produksi lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Meskipun perlakuan
kombinasi lumpur dan air kolam ikan menghasilkan produksi tertinggi, tenaga
kerja yang digunakan sekitar dua kali lipat perlakuan lainnya, sehingga
keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari perlakuan lumpur kolam ikan dan
control.
Kata kunci: Inceptisol, lumpur kolam ikan, ubi jalar


ABSTRACT
BAMBANG SUBROTO. The Effect of Fishpond Sediment and Fishpond Water
to the Changes of Soil Chemical Properties, the Growth, and the Production of
Sweet Potato on Inceptisol in the Petir Village, Darmaga, Bogor. Supervised by
ARIEF HARTONO dan SITI JAHROH.
Fishponds spread almost all over the village at the Salak mountain area,
Darmaga subdistrict, Bogor district. Generally, farmers make a fishpond by
utilizing irrigation water that flows from higher place. Fishpond sediment and
fishpond water contain a lot of nitrogen (N), phosphorus (P), organic-C, and base
cations. Farmers typically utilize a fishpond sediment as a fishpond border,
meanwhile fishpond water discharge into the canal. Fishpond water drains
polluting the river so it will cause a nitrate and phosphate pollution in water
systems. This study was conducted to evaluate the effect of fishpond sediment and
fishpond water to the changes of soil chemical properties, the growth, and the
production of sweet potato on Inceptisol in the Petir village, Darmaga, Bogor and
to analyze cost and return of sweet potato cultivation at different treatments. The
treatments were the control without treatment, fishpond sediment, fishpond water,
combination of fishpond sediment and fishpond water, and conventional fertilizer.
The results showed that after two weeks of incubation, the combination of
fishpond sediment and fishpond water had no significant effect on soil pH,

electrical conductivity, exchangeable hydrogen, exchangeable aluminum, HCl-P
25%, and base saturation. However, the values on combination of fishpond
sediment and fishpond water on organic-C, N-total, Bray I-P, cation bases, and
cation exchange capacity were significally higher than those of other treatments.
The growth of production of sweet potatoes were not significally affected by the
treatments, but the effect of treatment of combination of fishpond sediment and
fishpond water on the growth and production of sweet potatoes tended to increase
compared to the other treatments. Although the treatment of combination of
fishpond sediment and fishpond water resulted the highest production, labor use
was around twice of other treatments, thus, its profit was lower than the treatment
of fishpond sediment and control.
Keywords: Inceptisol, fishpond sediment, sweet potato

PENGARUH PEMBERIAN LUMPUR DAN AIR KOLAM IKAN
TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH, PERTUMBUHAN, DAN
PRODUKSI UBI JALAR PADA INCEPTISOL PETIR,
DARMAGA BOGOR

BAMBANG SUBROTO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat
Kimia Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada
Inceptisol Petir, Darmaga Bogor.
Nama
: Bambang Subroto
NIM
: A14100001


Disetujui oleh

Dr Ir Arief Hartono, MScAgr
Pembimbing I

Siti Jahroh, PhD
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah
Pengaruh Pemberian Lumpur dan Air Kolam Ikan terhadap Sifat Kimia Tanah,

Pertumbuhan, dan Produksi Ubi Jalar pada Inceptisol Petir, Darmaga Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Arief Hartono, MScAgr. selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, dan
motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Siti
Jahroh PhD selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai
saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc. selaku dosen penguji atas kritik, saran,
dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
2. Seluruh Staf Laboratorium dan Staf Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah memberikan beasiswa
selama masa kuliah.
4. Kedua orang tua atas doa, kasih sayang dan kepercayaannya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1.
5. Rike, Dinda, Nika, Rahmad, dan Rizki yang selalu mendukung dan
memberi motivasi kepada penulis.
6. Rahayu, Novi, Masruroh, Anam, Nanda, Sudi, dan rekan-rekan MSL 47
atas kebersamaan dan dukungannya selama penelitian.
7. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.

Bogor, September 2014
Bambang Subroto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

1

Karakteristik Tanah Inceptisol

1


Tanaman Ubi Jalar

2

Nitrogen dalam Tanah

3

Fosfor dalam Tanah

4

Kalium dalam Tanah

4

METODE

5


Tempat dan Waktu Penelitian

5

Bahan dan Alat

5

Analisis Statistik

5

Pelaksanaan Penelitian

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah

7
7

Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar

10

Analisis Ekonomi

12

SIMPULAN DAN SARAN

18

Kesimpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen
dapat ditukar (H-dd), dan aluminium dapat ditukar (AL-dd)
2 Pengaruh perlakuan terhadap C-organik dan N-total tanah
3 Pengaruh perlakuan terhadap P-HCl 25 % dan P-Bray I tanah
4 Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation
basa dan kejenuhan basa (KB)
5 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
6 Analisis Input-output budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari
2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
7 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari
2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
8 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari
2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor

8
8
9
9
15
15
16
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Topografi lahan
Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang ubi jalar
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ubi jalar
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ubi jalar
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah produksi ubi jalar

6
10
10
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada pH tanah
2 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada EC tanah
3 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada H-dd tanah
4 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada Al-dd tanah
5 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada C-organik tanah
6 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada N-total tanah
7 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian
convensional pada P-HCl 25% tanah

FS, FW, FS+FW, dan
20
FS, FW, FS+FW, dan
20
FS, FW, FS+FW, dan
20
FS, FW, FS+FW, dan
20
FS, FW, FS+FW, dan
20
FS, FW, FS+FW, dan
21
FS, FW, FS+FW, dan
21

8 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada P-Bray I tanah
9 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada KTK tanah
10 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada Ca tanah
11 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada Mg tanah
12 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada K tanah
13 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada Na tanah
14 Hasil analisis ragam pengaruh pemberian FS, FW, FS+FW, dan
convensional pada KB tanah
15 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 Februari 2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
16 Analisis input-output budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari
2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
17 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari
2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
18 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari
2013 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
19 Gambar saat (a) pengambilan lumpur, (b) pemberian lumpur, (c)
penanaman ubi jalar, (d) pembongkaran guludan, (e) pemangkasan
tanaman, (f) pengambilan tanaman sampel.

21
21
21
21
22
22
22
23
24
25
26

27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolam ikan tersebar hampir di seluruh desa di kaki Gunung Salak,
Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Umumnya petani membuat kolam ikan
dengan memanfaatkan air irigasi yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi.
Ukuran kolam bervariasi mulai dari 50 m² sampai 300 m². Mereka memberi
makan ikan dengan pelet dan kotoran ayam. Hartono et al. (2012) menyatakan
lumpur dan air kolam ikan di Desa Petir sangat potensial untuk dijadikan pupuk
karena mengandung hara-hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Lumpur dan air
kolam ikan mengandung banyak nitrogen (N), fosfor (P), C-organik (C), dan
kation-kation basa (Ca, Mg, K, dan Na).
Sementara itu di daerah lain seperti di Alabama, Amerika Serikat lebih
lanjut dilaporkan (Boyd 1995) bahwa P juga terakumulasi dalam lumpur kolam
ikan. Boyd (1995) menjelaskan bahwa kotoran ayam dan pelet mengandung
nutrisi N dan P. Olah et al. (1994) melaporkan dalam penelitian mereka di
Hongaria bahwa 30 sampai 90% N dari pelet dan kotoran ayam terakumulasi di
lumpur kolam ikan.
Petani biasanya memanfaakan lumpur kolam ikan sebagai penguat batas
kolam sedangkan air kolam ikan dibuang ke kanal. Air kolam ikan kemudian
mengalir mencemari sungai sehingga dikhawatirkan terjadi pencemaran nitrat dan
fosfat pada sistem air. Oleh karena itu penggunaan lumpur dan air kolam ikan
sebagai pupuk dapat mendaur ulang nutrisi di dalam lumpur dan air kolam ikan.
Penggunaan lumpur dan air kolam ikan juga diharapkan dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk urea, pupuk P (TSP, SP-36, SP-18),
dan pupuk KCl.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengevaluasi pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap
perubahan sifat kimia tanah.
2. Mengevaluasi pengaruh pemberian lumpur dan air kolam ikan terhadap
pertumbuhan dan produksi ubi jalar.
3. Menganalisis penerimaan dan biaya budidaya ubi jalar berbagai perlakuan.
.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanah Inceptisol
Inceptisol merupakan tanah dengan pelapukan lanjut, sangat tercuci, batasbatas horizon baur kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, pH rendah
4.5-5.5, kandungan bahan organik rendah, konsistensi remah, stabilitas agregat

2
tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah,
coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan
induk, umur, iklim, dan ketinggian. Fraksi liat tanah ini biasanya didominasi oleh
kaolinit dan seskuioksida bebas. Nisbah silika terhadap seskuiosida dari fraksi liat
umunya berkisar antara 1.5-1.8, kapasitas basa dapat dipertukarkan 10-250
me/1000 g tanah, kejenuhan basa 15-50%, dan mempunyai kemasaman tanah
berkisar antara asam-agak netral (4.5-6.0) (Soepraptohardjo 1961).
Menurut Hardjowigeno (1993) secara umum Latosol termasuk dalam ordo
Inceptisol. Latosol Darmaga terbentuk dari bahan induk volkan kuarter Gunung
Salak yang bersusunan andesitik dengan asosiasi augit pada fraksi beratnya.
Mineral liat didominasi kaolinit dengan tingkat pelapukan yang belum lanjut
(Yogaswara 1997).
Rachim dan Sarwono (1999) menyatakan bahwa Inceptisol setara dengan
Latosol, proses pembentukan tanah yang berperan dalam pembentukan latosol
disebut dengan latolisasi. Proses latolisasi juga sering dinamakan feralisasi karena
dalam proses ini terjadi pemindahan besi. Syarat terjadinya latolisasi adalah
adannya curah hujan dan suhu yang tinggi, menyebabkan gaya-gaya hancuran
bekerja lebih cepat, hidrolisis dan oksidasi berlangsung dengan intensif dan
mineral-mineral silika cepat hancur. Proses latolisasi yang berlangsung sangat
intensif dan pencucian yang sempurna menyebabkan hidro-oksida liat yang
terbentuk memiliki jumlah basa dapat pertukaran sangat sedikit.
Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan tanaman spermathopyt yang
disebut tanaman dicotyl karena dapat menghasilkan biji dan hasil perkawinan
antara benang sari dan sel telur. Famili convolvulaceae ini terdiri dari 50 genera
dan 1 200 lebih spesies yang mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :
mengandung getah, batangnya berdiri, dan menjalar, mengandung ikatan
pembuluh bicallateral, daun sederhana dan tersusun secara berselang seling
mengelilingi batang, benang sari berjumlah buah, buah berbentuk bulat dan
bujinya mengandung embrio dengan kotiledon yang berlipat ganda (Edmond dan
Ammerman 1971).
Ubi jalar dapat tumbuh baik serta memberikan hasil yang tinggi dengan
persyaratan iklim yang sesuai dengan pertumbuhannya. Suhu minimum 16 ͦC,
suhu maksimum 40 ͦC dan suhu optimum 21-27 ͦC. Diluar kisaran suhu optimum
pertumbuhan ubi jalar terhambat. Ubi jalar menghendaki tempat tumbuh yang
terbuka dengan suhu yang tidak banyak berbeda antara siang dan malam, panjang
hari relatif sama dan lama penyinaran 11-12 jam/hari (Wargiono 1980).
Daun ubi jalar mempunyai bentuk yang dibedakan menjadi tiga golongan,
yakni pertama bulat/hati, tepi daun rata, bergigi dan berkeluk. Kedua, berbentuk
ellips/lonjong, tepi daun berkeluk dangkal, kadang-kadang dalam dan rata. Ketiga,
berbentuk runcing/panah, tepian daun berkeluk dalam, menjari dan rata,
ukurannya tergantung dari besar kecilnya batang (Setyono et al. 1995).
Rukmana (1997) menerangkan bahwa tanaman ubi jalar cocok ditanam di
dataran rendah hingga ketinggian 500 m diatas permukaan laut (dpl). Di daratan
tinggi (pegunungan) berketinggian 1000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh
dengan baik, tetapi umur panen menjadi lebih panjang dan hasilnya rendah. Dirjen

3
Bina Produksi Tanaman Pangan (2002) menyebutkan bahwa tanaman ubi jalar
membutuhkan curah hujan 750-1500 mm/tahun dengan jenis tanah yang terbaik
adalah pasir berlempung, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, aerasi,
serta drainasenya baik, dan mempunyai derajat kemasaman tanah (pH) 5,5-7,5.
Ubi jalar memiliki keunggulan dan keuntungan yang sangat tinggi bagi
masyarakat Indonesia. Nani dan Yati (2001) mengemukakan hal ini berkaitan
dengan : 1) ubi jalar mudah diproduksi pada berbagai lahan; 2) kandungan kalori
per 100 g cukup tinggi, yaitu 123 kal dan dapat memberikan rasa kenyang; 4)
mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi; serta 5) cara penyajian
hidangan ubi jalar mudah, praktis dan sangat beragam.
Nitrogen dalam Tanah
Bentuk nitrogen tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk organik
dan anorganik. Bentuk N-anorganik di dalam tanah terdiri dari enam macam,
yaitu: (1) nitrat (NO3-); (2) nitrit (NO2-); (3) amonium (NH4+); (4) oksida nitrus
(N2O); (5) NO; dan (6) gas dinitrogen (N2) yang hanya dimanfaatkan oleh
Rhizobium. Bentuk-bentuk dari NH4+, NO3-, dan NO2- adalah sangat penting
dalam kesuburan tanah. Bentuk N-organik di dalam tanah pada umumnya terdapat
dalam bentuk asam-asam amino atau protein (20% - 40%), gula-gula amino dan
senyawa-senyawa kompleks yang belum terdenitrifikasi yang terbentuk oleh
reaksi amonium dengan lignin, polimerisasi kuinon dengan senyawa-senyawa N,
dan kondensasi gula dan amin. Sekitar 95% atau lebih N di tanah permukaan
berada dalam bentuk organik (Leiwakabessy et al. 2003).
Transformasi nitrogen dalam tanah melalui proses mineralisasi.
Mineralisasi nitrogen adalah perubahan bentuk dari N organik menjadi bentukbentuk inorganik (NH4+ atau NH3). Mineralisasi terdiri dari beberapa proses
penting, yaitu aminisasi, amonifikasi dan nitrifikasi. Aminisasi adalah proses
pembebasan senyawa asam-asam amino, sedangkan amonifikasi adalah reduksi
dari N amin menjadi amoniak (NH3) atau ion-ion ammonium (NH4+). Tahap
aminisasi dan amonifikasi berlangsung dibawah aktivitas mikroorganisme
heterotrop. Nitrifikasi adalah perubahan dari ammonium menjadi nitrat yang
berlangsung melalui dua tahap, yaitu oksidasi dari ammonium menjadi nitrit
(NO2-) yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan dari nitrit menjadi nitrat
(NO3-) yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter (Tisdale et al. 1985)
Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3- .
Ion-ion ini didalam tanah-tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N dan bahan
organik yang diberikan ke dalam tanah tersebut. Jumlahnya tergantung dari
jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan perombakan dari bahan-bahan
organik. Jumlah nitrat yang dibebaskan dari pupuk dan bahan organik ditentukan
oleh kesetimbangan antara faktor-faktor yang mempengaruhi proses mineralisasi
dari lapisan tanah (Leiwakabessy et al. 2003). Pemberian pupuk N dan pupuk
kandang sebagai sumber N kedalam tanah secara berlebihan meningkatkan
konsentrasi nitrat didalam tanah menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan
permukaan air tanah (Dresler et al. 2011; Fan et al. 2010; Yang et al. 2004).

4
Fosfor dalam Tanah
Bentuk fosfor (P) di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi P organik
dan P anorganik. Fosfat organik terdapat pada sisa-sisa tanaman, hewan, dan
jaringan jasad renik, sedangkan fosfat inorganik tanah terdiri dari mineral apatit,
kompleks fosfat Fe dan Al, dan P terjerap pada partikel Liat. Kelarutan senyawa P
organik maupun inorganik di dalam tanah pada umumnya sangat rendah, sehingga
hanya sebagian kecil P tanah yang berada dalam larutan tanah. Ion ortofosfat
(HPO4²⁻ dan H2PO4⁻) adalah dua bentuk P utama yang dapat tersedia bagi
tanaman (Munawar 2011).
Pengelolaan hara P perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
ketersediaan P di dalam tanah, yaitu jumlah dan jenis mineral tanah, pH tanah,
pengaruh kation, pengaruh anion, tingkat kejenuhan P, bahan organik, waktu dan
suhu serta penggenangan (Havlin et al. 1999).
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi penjerapan P oleh oksida Fe
dan Al antara lain dengan meningkatkan pH dan penambahan bahan organik. Jika
pH ditingkatkan, aktivitas Fe dan Al turun, sehingga absorpsi atau presipitasi
berkurang dan meningkatkan konsentrasi P larut. Ketika pH tanah meningkat,
misalnya akibat pengapuran, aktivitas Fe dan Al menurun sebanding dengan
berkurangnya muatan positif pada koloid tanah, sehingga fiksasi fosfat akan
berkurang. Perombakan bahan organik juga menghasilkan asam-asam organik,
seperti oksalat dan sitrat. Anion dari asam-asam organik tersebut dapat menjadi
pesaing ion fosfat, sehingga dapat mengurangi fiksasi P dan meningkatkan
ketersediaan P. Anion-anion organik tersebut membentuk kompleks yang mantap
dengan Fe dan Al aktif (Munawar 2011).
Kalium dalam Tanah
Kandungan kalium di dalam tanah beragam, mulai dari 0.1% – 0.3%,
dengan rata-rata 1% K. Sebagian besar bentuk kalium di dalam tanah adalah
inorganik (mineral). Mineral primer yang merupakan sumber K di dalam tanah
adalah kelompok feldspar dan mika. Kelompok feldspar terdiri dari ortoklas dan
mikroklin, sedangkan kelompok mika meliputi muskovit dan biotit (Tisdale et al.,
1985; Havlin et al. 1999).
Menurut Soepardi (1983) menyatakan bahwa kalium merupakan satusatunya kation monovalen esensial bagi tanaman. Peran utama dari kalium dalam
tanaman ialah sebagai aktivator dan kovaktor berbagai enzim. Adanya kalium
tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran tanaman. Kalium membuat
tanaman lebih tahan terhadap bebagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar.
Kalium cenderung meniadakan pengaruh buruk nitrogen. Kalium dapat
mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh fosfor. Secara umum
kalium berperan sebagai lawan dari pengaruh buruk nitrogen dan fosfor.

5

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung selama enam bulan, dilakukan mulai dari bulan
September 2013 sampai Februari 2014 yang terdiri dari dua tahap, yaitu
percobaan lapang dan analisis laboratorium. Percobaan lapang dilakukan di areal
pertanian Desa Petir, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, sedangkan analisis
tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan lapang terdiri dari stek ubi jalar
(Ipomoea batatas L.), lumpur dan air kolam ikan, pupuk, dan pestisida. Bahan
dasar yang digunakan adalah pupuk urea 100 kg ha⁻¹, SP-36 100 kg ha⁻¹, dan KCl
200 kg ha⁻¹. Sedangkan bahan kimia dan contoh tanah Inceptisol Petir digunakan
untuk analisis di laboratorium. Alat yang digunakan selama percobaan lapang
terdiri cangkul, plastik, ember, karung, meteran, timbangan, dll. Peralatan
laboratorium terdiri dari peralatan gelas, pH meter (Eutech Instruments pH 2700),
EC meter (WTW Cond 3210 SET 1), pipet, kertas saring, erlenmeyer, labu
Kjehdal, saringan ukuran 2-mm (Eimer and Amend), spektrofotometer UV-VIS
(Shimadzu UV-1201), AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) (Shimadzu
AA-6300), flame emission spectrophotometry (Corning 405), serta alat-alat
laboratorium lainnya.
Analisis Statistik
Percobaan lapang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
terdiri dari 5 perlakuan dalam 3 kelompok sebagai ulangan sehingga diperoleh 15
satuan percobaan. Perlakuan terdiri dari control tanpa pupuk (C), lumpur kolam
ikan (FS), air kolam ikan (FW), kombinasi lumpur dan air kolam ikan (FS+FW),
dan pupuk convensional (CV). Analisis data menggunakan Analisis of Variances
(ANOVA) dengan uji lanjut Tukey pada selang kepercayaan α kurang dari 0.05
untuk membandingkan nilai rata-rata setiap perlakuan. Model matematika dari
rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut :
Yij = µ + Ti + Eij
dimana :
Yij = Hasil Pengamatan/pengukuran pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ = Nilai tengah
Ti = Pengaruh pemberian perlakuan ke-i
Eij = Galat
Pelaksanaan Penelitian
Percobaan Lapang
Percobaan lapang dilakukan dengan membagi lahan menjadi 15 petak
masing-masing berukuran 2x9 m. Setiap petak terdiri dari dua guludan dengan

6

Gambar 1 Topografi Lahan
Keterangan:
C
: Control (Tanpa pupuk )
FS
: Lumpur kolam ikan (33,33 ton ha-1)
CV
: Convensional (100 kg urea ha-1, 100 kg SP-36 ha-1,dan 200 kg ha-1
KCl)
FW
: Air kolam ikan (20 L per minggu)
FS + FW : Kombinasi Lumpur dan air kolam ikan
1,2,3
: Nomor ulangan

FS 3

FW 3

FS + FW 3

C3

CV 3

FS 2

FW 2

FS + FW 2

CV 2

C2

FS + FW 1

FW 1

CV 1

FS 1

C1

panjang 9 m dan lebar 0.9 m. Adapun perlakuan yang dilakukan pada penelitian
ini adalah control tanpa pupuk (C), lumpur kolam ikan (FS), air kolam ikan (FW),
kombinasi lumpur dan air kolam ikan (FS+FW), dan pupuk convensinal (CV)
yaitu pupuk N berupa urea, pupuk P dalam bentuk SP-36, pupuk K dalam bentuk
KCl. Dosis lumpur kolam ikan yang digunakan adalah 60 kg berat basah petak⁻¹
diberikan dengan cara diaduk langsung pada lahan dan air kolam ikan adalah 20 L
minggu⁻¹. Dosis pupuk convensional yang digunakan adalah 100 kg urea ha⁻¹,
100 kg SP 36 ha⁻¹, dan 200 kg KCl ha⁻¹, dimana pemberian pupuk SP-36
diberikan sekaligus sedangkan Urea dan KCl diberikan dalam dua tahap, yaitu ½
bagian pada saat sebelum tanam dan ½ bagian saat tanaman berumur 6 mst. Untuk
keperluan pemupukan dibuat alur di puncak bedengan 7-12 cm, pupuk diberikan
sepanjang alur lalu ditutup secara merata dengan tanah.
Sebelum tanam, perlakuan-perlakuan diinkubasi selama dua minggu di
lahan. Kemudian setelah dua minggu contoh tanah diambil pada setiap petak
untuk dianalisis dan diketahui perubahan sifat kimianya. contoh tanah diambil
secara komposit dari 5 titik yang berbeda dengan kedalaman 0-20 cm pada setiap
perlakuan. Setelah pengambilan contoh tanah, stek ubi jalar ditanam di sepanjang
guludan dengan panjang stek 20-25 cm. Stek ditanam miring, bagian batang yang
terbenam saat tanam 2/3 bagian. Stek ubi jalar diperoleh dari lahan petani. Saat
tanaman berumur 4 MST dilakukan pembongkaran lereng pematang, setelah
dibiarkan terkena panas dan angin selama 3 hari maka akar-akar yang terlihat
ditimbun dan guludan pematang dinormalkan kembali. Pengamatan pertumbuhan
dilakukan dengan mengukur panjang batang, jumlah daun, dan jumlah cabang
selama 6-10 MST. Penyiangan gulma dilakukan pada saat yang diperlukan. Panen
dilakukan pada umur 20 MST, mula-mula batang tanam dipotong dengan sabit
kemudian guludan dibongkar dengan cangkul. Parameter yang diamati pada saat
panen adalah bobot umbi per petak yang dihitung dengan menimbang hasil umbi
setelah pemanenan. Denah percobaan disajikan pada Gambar 1.

7
Analisis Sifat-sifat Kimia Tanah
Contoh tanah yang digunakan adalah Inceptisol, contoh tanah
dikeringudarakan, ditumbuk dan disaring dengan saringan berukuran 2-mm
(Eimer and Amend), pH tanah 1 : 5 (w/v) ditetapkan menggunakan pH meter
(Eutech Instruments pH 2700). EC ditetapkan menggunakan EC meter (WTW
Cond 3210 SET 1), Kandungan C-organik ditetapkan dengan menggunakan
metode Walkley and Black. Kandungan P-tersedia tanah diekstrak menggunakan
metode P-Bray I, sementara kandungan P-potensial tanah diekstrak menggunakan
P-HCl 25%, kemudian pengukuran kandungan P dalam tanah ditetapkan dengan
metode pewarnaan dan absorbannya diukur menggunakan alat spektrofotometer
UV-VIS (Shimadzu UV-1201) dengan panjang gelombang 660 nm. Kandungan Ntotal ditetapkan dengan metode Kjeldahl. Kapasitas tukar kation (KTK) ditetapkan
dengan menggunakan 1 M NH4OAc pH 7.0 dan kandungan basa-basa Ca dan Mg
ditetapkan dengan menggunakan atomic absorption spectrophotometry (AAS)
(Shimadzu AA-6300), K dan Na ditetapkan menggunakan flame emission
spectrophotometry (Corning 405), serta analisis aluminium dapat ditukar (Al-dd)
dan hidrogen dapat ditukar (H-dd) dengan metode titrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah
Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen
dapat ditukar (H-dd), dan aluminium dapat ditukar (Al-dd) disajikan pada Tabel 1.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), hidrogen dapat
ditukar (H-dd), dan aluminium dapat ditukar (Al-dd). Namun, ada kecenderungan
pada perlakuan FS pH tanah meningkat sebesar 0.05 unit dibanding dengan
control. Pada perlakuan FS+FW pH tanah menurun 0.15 unit dibanding dengan
perlakuan FS. Hal ini diduga unsur hara yang terkandung pada FW berada dalam
keadaan reduktif, N dalam bentuk NH4+ setelah diaplikasikan ke lahan kondisinya
berubah menjadi lebih oksidatif. NH4+ dalam perlakuan FS+FW bertransformasi
melalui proses nitrifikasi yang melepaskan ion H+, sehingga menurunkan nilai pH
tanah menjadi lebih masam. Berdasarkan hasil analisis pH tanah dapat
diklasifikasikan bahwa Inceptisol Desa Petir termasuk tanah yang masam.
Secara umum Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan H-dd dan Al-dd
dalam tanah cenderung menurun pada perlakuan FS+FW. Nilai H-dd tertinggi
terdapat pada perlakuan control sedangkan nilai Al-dd tertinggi terdapat pada
perlakuan convensional. Perlakuan FS+FW menurunkan nilai H-dd dan Al-dd
tanah lebih rendah dibanding dengan control. Hal ini diduga unsur hara yang
terkandung pada perlakuan FS+FW mampu mengkompleks Al-dd di koloid tanah
menjadi tidak aktif, sehingga pemberian FS+FW ke lahan dapat mengurangi
masalah keracunan Al pada tanah (Sutaryo et al. 2005).

8
Tabel 1 Pengaruh perlakuan terhadap pH tanah, daya hantar listrik (EC), Hidrogen
dapat ditukar (H-dd), dan Aluminium dapat ditukar (Al-dd)
Perlakuan

pH H2O

EC

H-dd
-1

Al-dd
-1

(1:5)

(mmhos cm )

...........(cmol kg )..........

Control

4.72

0.05

0.62

0.57

FS

4.77

0.07

0.25

0.36

FW

4.65

0.05

0.56

0.65

FS+FW

4.62

0.06

0.55

0.23

Convensional

4.63

0.07

0.55

0.71

Pengaruh perlakuan terhadap C-organik dan N-total tanah di sajikan pada
Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
setelah dua minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap C-organik dan N-total.
Pengaruh perlakuan FS+FW nyata meningkatkan nilai C-organik dibanding
control. Pengaruh perlakuan FS nyata meningkatkan nilai N-total dibanding FW
dan convensional, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan control, FW,
dan FS+FW. Perlakuan FS+FW dapat meningkatkan nilai N-total tanah sebesar
47% dibanding control, hal ini sesuai dengan pernyataan Hartono et al. (2012)
bahwa lumpur dan air kolam ikan mengandung nitrogen dan C-organik. Nitrogen
dan fosfor tersebut berasal dari kotoran ayam dan pelet yang diberikan petani
sebagai pakan ikan.
Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadap C-organik dan N-total tanah
Perlakuan

C-organik
N-total
............................%..........................

Control

1.73a

0.16ac

FS

2.25ab

0.19a

FW

2.15ab

0.14bc

FS+FW

2.55b

0.18ad

Convensional

1.83ab

0.15cd

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α < 0.05)

Perlakuan FS+FW cenderung meningkatkan nilai C-organik dan N-total
(Tabel 2). Namun, nilai N-total masih termasuk kriteria rendah, hal ini diduga
disebabkan oleh curah hujan dan suhu yang tinggi memungkinkan terjadinya
pencucian akibatnya nitrogen banyak yang hilang. Nitrogen di dalam tanah sangat
mobil dan mudah hilang (Soepardi 1983).
Pengaruh perlakuan terhadap P-HCl 25% dan P-Bray I tanah disajikan
pada Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
setelah dua minggu inkubasi berpengaruh nyata terhadap P-Bray I, tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap P-HCl 25%. Meskipun tidak berpengaruh nyata pada
P-HCl 25% perlakuan FS+FW meningkatkan nilai P-HCl 25% dalam tanah
dibanding control. Perlakuan FS+FW berpengaruh nyata meningkatkan nilai PBray I dibanding control. Pada Tabel 3 perlakuan FS+FW meningkatkan nilai P-

9
Bray I sebesar 10.1 mg kg-1 atau 27,7% lebih tinggi dibanding control. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mizaur et al. (2014) bahwa P terakumulasi dalam
lumpur kolam ikan sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Seperti yang
ditampilkan pada Gambar 5 dimana perlakuan FS+FW memperoleh produksi
paling tinggi dibanding perlakuan lainnya.
Tabel 3 Pengaruh perlakuan terhadap P-HCl 25% dan P-Bray I tanah
P-HCl 25 %

Perlakuan

P-Bray I
-1

(mg P2O5 100g )

(mg kg-1)

Control

151a

36.5a

FS

147a

42.1ab

FW

145a

43.0ab

FS+FW

166a

46.6b

Convensional

166a

41.0ab

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α < 0.05)

Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation
basa, dan kejenuhan basa (KB) disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan setelah dua minggu inkubasi
berpengaruh nyata terhadap KTK dan kation-kation basa, tetapi tidak berpengaruh
nyata terhadap kejenuhan basa (KB). Pengaruh perlakuan FS+FW nyata
meningkatkan nilai KTK tanah dibanding control dan convensional, tetapi tidak
berpengaruh nyata dengan perlakuan FS dan FW. Perlakuan control memperoleh
nilai KB paling tinggi hal ini disebabkan nilai pH pada perlakuan control juga
cenderung lebih tinggi dibanding perlakuan FW, FS+FW, dan convensional.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tukar kation (KTK), kation-kation
basa, dan kejenuhan basa (KB)
Perlakuan

KTK

Ca

Mg

K

Na

KB

...........................cmol kg .........................

%

-1

Control

18.4a

4.60ab

2.50a

0.44a

0.29a

42.9a

FS

23.0bc

5.41ab

2.76ab

0.67a

0.49b

40.8a

FW

22.4abc

4.15a

2.50ab

0.51a

0.33ad

33.4a

FS+FW

23.6c

5.56b

3.03b

0.77a

0.53bc

41.9a

Convensional

19.1ab

4.27ab

2.43ab

0.45a

0.29ab

39.0a

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama dalam satu kolom tidak
berpengaruh nyata (uji tukey, α < 0.05)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan Kalsium (Ca) pada perlakuan
FS+FW nyata meningkatkan nilai Ca dibanding FW, tetapi tidak berpengaruh
nyata dengan perlakuan control, FS, dan convensional. Walaupun tidak
berpengaruh nyata nilai Ca pada perlakuan FS+FW lebih tinggi 21% dibanding
control. Pemberian lumpur dan air kolam ikan ke lahan dapat meningkatkan
ketersediaan Ca (Tabel 3). Kandungan Magnesium (Mg) pada perlakuan FS+FW

10
meningkatkan nilai Mg dibanding control, tetapi tidak berpengaruh nyata dengan
perlakuan FS, FW, dan convensional. Kandungan Natrium (Na) pada perlakuan
kombinasi FS+FW nyata meningkatkan nilai Na dibanding control, tetapi tidak
berpengaruh nyata dengan perlakuan FS, FW, dan convensional. Kandungan
Kalium (K) pada perlakuan FS+FW tidak berpengaruh nyata meningkatkan nilai
K, walaupun tidak berpengaruh nyata tetapi nilai K pada perlakuan FS+FW lebih
tinggi 75% dibanding control.
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar
Pengaruh masing-masing perlakuan terhadap panjang batang, jumlah daun,
jumlah cabang dan hasil produksi per petak disajikan pada Gambar 2, 3, 4, dan 5.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter panjang batang, jumlah daun, jumlah
cabang dan hasil produksi ubi jalar. Akan tetapi perlakuan FS+FW menghasilkan
panjang batang, jumlah daun, jumlah cabang, dan produksi ubi jalar lebih tinggi
dibanding perlakuan lain.

Panjang batang (cm)

120
100

97

74

70

80
60

105

101
92
74

74

67

63

57

56

94
80
60
6 MST

40

8 MST

20

10 MST

0

Gambar 2 Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang ubi jalar

Jumlah daun (helai)

120
80

103

96

100
76

73

104

98
74

77

102
76

60
40

6 MST

20

8 MST

0

Gambar 3 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ubi jalar

11
14

12
11

Jumlah cabang

12

11

10
9

10
8

11

8
7

8

8

7

8

7

7

7

6

6 MST

4

8 MST

2

10 MST

0

Gambar 4 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ubi jalar
50

Produksi umbi (kg)

40

44

42

45

36

36

35

35
30
25
20
15
10
5
0
Control

FS

FW

FS + FW

Convensional

Gambar 5 Pengaruh perlakuan terhadap produksi ubi jalar
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman (panjang batang)
merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sabagai indikator
pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan. Ini didasarkan atas
kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan parameter pertumbuhan yang paling
terlihat.
Batang merupakan organ yang sangat penting bagi ubi jalar, batang
mempunyai fungsi ganda yakni sebagai organ fotosintesis dan organ translokasi
air, unsur hara dan hasil fotosintesis (Soemarno 1985). Batang yang diukur
panjangnya adalah batang utama. Pengaruh perlakuan terhadap panjang batang
ubi jalar disajikan pada Gambar 2. Hasil menunjukkan rata-rata pertumbuhan
panjang batang dari 6-10 MST memiliki pola pertumbuhan panjang batang yang
sama. Panjang batang pada tiap perlakuan terus meningkat dari 6-10 MST. Pada
6-10 MST perlakuan FS+FW menghasilkan rata-rata panjang batang paling tinggi,
sedangkan perlakuan control memperoleh nilai rata-rata panjang batang paling
rendah.

12
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ubi jalar disajikan pada Gambar
3. Pada 6-8 MST perlakuan FS+FW menghasilkan rata-rata jumlah daun paling
tinggi dibanding perlakuan lainnya. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang
ubi jalar disajikan pada Gambar 4. Pada 6-8 MST perlakuan FS+FW
menghasilkan rata-rata jumlah cabang ubi jalar paling tinggi dibanding perlakuan
lainnya. Jumlah cabang dipengaruhi oleh kandungan P dalam tanah. Pada
perlakuan FS+FW menghasilkan nilai P paling tinggi (Tabel 3), dimana P
dibutuhkan oleh tanaman untuk memperkuat batang dan cabang supaya tidak
mudah patah (Aleel 2008).
Waktu panen yang tepat merupakan syarat untuk mendapat produksi yang
optimal. Umur untuk dipanen dipengaruhi oleh varietas, iklim, kesuburan tanah
dan lain-lain. Ubi jalar ada yang berumur panjang ada yang berumur genjah.
Varietas ubi jalar berumur panjang dapat dipanen setelah tanaman berumur 8-9
bulan, sedangkan tanaman yang genjah sudah dapat dipanen umur 5-6 bulan.
Umbi yang terlambat dipanen kurang enak dikonsumsi karena terlalu manis dan
kelezatannya sudah berkurang (Lingga et al. 1986). Pada penelitian ini tanaman
ubi jalar termasuk varietas ubi jalar berumur genjah karena dipanen setelah
tanaman berumur 4 bulan.
Pengaruh perlakuan terhadap hasil produksi umbi disajikan pada Gambar 5.
Perlakuan FS+FW memperoleh rata-rata produksi paling tinggi yaitu 44 kg petak-1,
kemudian perlakuan FS memperoleh rata-rata produksi sebesar 42 kg petak-1. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Wargiono (1980) menyatakan bahwa nitrogen
penting dalam pembentukan klorofil dan protein. Nitrogen menyebabkan
pertumbuhan tajuk dan umbi yang baik. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan
FS+FW memiliki kadar N-total paling tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya.
Unsur hara kalium juga berperan dalam pembentukan umbi (Lingga 1989),
dimana berat umbi akan naik dan berkualitas baik jika unsur kalium yang tersedia
di tanah cukup. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa kandungan kalium
pada perlakuan FS+FW memiliki nilai lebih tinggi dibanding dengan perlakuan
lainnya.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi penting dilakukan untuk proyek-proyek yang berskala
kecil hingga besar, terutama dampak perubahan dalam penambahan supply dan
demand akan produk-produk tertentu yang akan berimbas pada ekonomi nasional.
Analisis ekonomi yang dilakukan pada penelitian ini adalah penerimaan dan biaya
yang mempengaruhi keuntungan yang diterima petani. Tabel 5, 6, 7, dan 8
menyajikan analisis penerimaan dan biaya budidaya ubi jalar di Desa Petir,
Darmaga, Bogor.
Keuntungan adalah total penerimaan dikurang total biaya. Total
penerimaan adalah harga ubi jalar (Rp kg-1) dikali dengan produksi ubi jalar (kg).
Sedangkan total biaya adalah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel. Dalam
penelitian biaya yang dihitung hanya biaya variabel yang terdiri dari biaya pupuk
NPK, matador, pembelian lumpur kolam ikan, dan biaya tenaga kerja.
Tabel 5 menunjukkan analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m²
September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor. Lahan yang

13
digunakan oleh masing-masing perlakuan seluas 54 m². Pada perlakuan FS+FW
produksi yang diperoleh lebih tinggi sebesar 28.50 kg atau 32.76% dibanding
control. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa perlakuan FS+FW
memiliki nilai N-total, C-organik, P-HCl 25%, P-Bray I, KTK, kation basa-basa
lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya sehingga hal tersebut
dapat meningkatkan jumlah output ubi jalar. Input yang digunakan pada penelitian
terdiri dari penggunaan pupuk NPK, matador, pembelian lumpur kolam ikan, dan
penggunaan jasa tenaga kerja. Pada perlakuan FS+FW penggunaan jasa tenaga
kerja memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Lampiran 15 menunjukkan bahwa pengambilan
lumpur kolam di kolam ikan sebanyak 360 kg menghabiskan waktu 1 jam per 54
m2 dan penyiraman dengan air kolam ikan selama penelitian yang dilakukan
setiap minggu menghabiskan waktu 3 jam per 54 m2, sehingga perlakuan FS+FW
memerlukan jumlah tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak.
Hasil penelitian ini bila dikonversikan dalam satuan hektar disajikan pada
Tabel 6. Perlakuan FS+FW memperoleh produksi ubi jalar sebesar 21 388.89 kg
ha-1 atau 5 277.78 kg ha-1 lebih besar dibandingkan dengan control. Produksi
tersebut juga lebih tinggi dibandingkan produksi ubi jalar ha-1 di Jawa Barat
sebesar 18 200.12 kg ha-1 (BPS 2013). Perlakuan convensional memperoleh
produksi sebesar 16 944.44 kg ha-1 tidak jauh berbeda dengan produktivitas ratarata ubi jalar di Jawa Barat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Abas (2006)
dimana penggunaan pupuk NPK sebanyak 400 kg ha-1 diperoleh produksi sebesar
17 000.00 kg ha-1 dengan perbedaan output hanya sebesar 56 kg. Pada perlakuan
FS+FW memerlukan waktu penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak
dibanding dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari Lampiran 16
menunjukkan bahwa perlakuan FS+FW menghabiskan waktu 185.19 jam ha-1
untuk pengambilan lumpur kolam di kolam ikan dan menghabiskan waktu 555.56
jam ha-1 untuk penyiraman air kolam ikan selama penelitian, sehingga perlakuan
FS+FW memerlukan jumlah tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak.
Petani di Desa Petir umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
memasarkan hasil produksinya. Pada penelitian ini produksi ubi jalar langsung
dijual ke tengkulak yang datang langsung ke lahan panen dengan membawa mobil
untuk mengangkut hasil panen, kemudian tengkulak menjual ubi jalar ke pasar.
Harga jual ubi jalar sudah ditentukan oleh tengkulak dengan sistem pembayaran
yang dilakukan secara tunai.
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan FS+FW memperoleh total
penerimaan paling tinggi sebesar Rp 231 000. Hal ini disebabkan karena
perlakuan FS+FW memperoleh produksi ubi jalar sebesar 115.50 kg dengan harga
jual Rp 2 000 kg-1, sedangkan control memperoleh total penerimaan paling kecil
yaitu Rp 174 000 karena produksi ubi jalar yang dihasilkan hanya 87.00 kg
dengan harga jual yang sama. Harga jual ubi ditingkat petani pada tahun 2014
sebesar Rp 2 000 kg-1. Yulianti (2013) menyatakan harga jual ditingkat petani
adalah Rp 1 100 kg-1. Perbedaan harga tersebut disebabkan karena saat panen
pada tahun 2013 stok ubi jalar di pasar cukup tinggi sehingga menyebabkan
turunnya harga jual ubi ditingkat petani.
Biaya yang dikeluarkan pada penelitian antara lain untuk pembelian pupuk
NPK, matador, pembelian lumpur kolam ikan, dan penggunaan tenaga kerja mulai
dari persiapan lahan hingga pemanenan. Pada perlakuan FS+FW menghasilkan

14
produksi dan total penerimaan paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (Tabel 7), namun berbanding terbalik dengan total biaya yang dikeluarkan
karena pada perlakuan FS+FW memerlukan jumlah tenaga kerja lebih banyak
dibanding perlakuan lainnya. Jasa tenaga kerja yang dibutuhkan pada perlakuan
FS+FW (Lampiran 17) meliputi jasa pengambilan lumpur kolam di kolam ikan
sebanyak 360 kg menghabiskan biaya sebesar Rp 10 000 per 54 m2 dan
penyiraman dengan air kolam ikan selama penelitian yang dilakukan setiap
seminggu sekali menghabiskan biaya sebesar Rp 30 000 per 54 m2. Keuntungan
yang diperoleh pada perlakuan FS+FW lebih kecil Rp 8 000 dibanding control,
hal ini disebabkan biaya tenaga kerja yang besar. Tetapi jika diasumsikan bahwa
tenaga kerja merupakan tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan, maka masih
mendapatkan keuntungan 19% atau Rp 32 000 lebih besar dari control. Pada
perlakuan FS memperoleh keuntungan paling besar yaitu Rp 115 797 per 54 m2.
Perlakuan FS dapat meminimalisir biaya input yang dikeluarkan sehingga
memperoleh keuntungan yang besar.
Menurut Sunarjono (2000) usaha tani menguntungkan atau layak
diusahakan bila analisis ekonomi menunjukkan hasil layak. Nisbah R/C adalah
singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah)
antara penerimaan terhadap biaya. Jika R/C > 1 artinya layak untuk diusahakan
dan jika R/C < 1 artinya tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi 2002).
Berdasarkan Tabel 16 Return Cost Ratio pada setiap perlakuan bernilai > 1 artinya
layak untuk diusahakan. Pada perlakuan FS+FW memperoleh nilai R/C lebih
kecil dibanding perlakuan lainnya, hal ini disebabkan karena penggunaan tenaga
kerja yang lebih besar besar.
Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha disajikan pada Tabel 8. Lahan
dikonversi menjadi hektar untuk masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil
produksi tersebut, ubi jalar dijual ke tengkulak dengan harga Rp 2 000 kg ¹. Pada
perlakuan FS+FW memperoleh total penerimaan paling tinggi sebesar Rp 42 777
778 ha ¹. Sedangkan control hanya memperoleh total penerimaan sebesar Rp 32
222 222, Namun, keuntungan yang diperoleh berbanding terbalik dengan total
penerimaan, dimana perlakuan FS+FW memperoleh keuntungan lebih kecil
dibanding perlakuan control dan FS, hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja
yang besar dan menghabiskan total biaya sebesar Rp 23 000 617 (Lampiran 18).
Tetapi jika diasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan tenaga kerja keluarga
yang tidak dibayarkan, maka masih mendapatkan keuntungan sebesar 19% atau
Rp 5 925 926 lebih besar dari control.
Tabel 8 menunjukkan hasil Return Cost Ratio pada setiap perlakuan
memperoleh nilai R/C > 1 yang artinya layak untuk diusahakan. Perlakuan
FS+FW memperoleh nilai output paling besar, namun mendapatkan nilai R/C
paling kecil dibanding perlakuan lainnya, hal ini terjadi karena penggunaaan
tenaga kerja yang terlalu besar. Pada perlakuan FS mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 21 443 828 dan lebih besar Rp 2 976 111 dibanding convensional.
sehingga pemberian FS diharapkan dapat menjadi pengganti pupuk convensional.

Tabel 5 Analisis input-output budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
Perlakuan
Control
FS
FW
FS+FW Convensional
Output
Ubi jalar (kg)
87.00
105.00
93.50
115.50
91.50
Perbedaan dengan control (kg)
18.00
6.50
28.50
4.50
Perbedaan dengan control (%)
20.69
7.47
32.76
5.17
Input
Pupuk NPK (kg)
2.16
Matador (ml)
26.67
26.67
26.67
26.67
26.67
Lumpur (kg/petak)
180.00
180.00
Tenaga kerja (jam/petak)
4.92
6.09
8.09
9.09
5.09

Tabel 6 Analisis input-output analisis budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
Perlakuan
Control
FS
FW
FS+FW Convensional
Output
Ubi jalar (kg)
16 111.11
19 444.44
17 314.81
21 388.89
16 944.44
Perbedaan dengan control (kg)
3 333.33
1 203.70
5 277.78
833.33
Perbedaan dengan control (%)
20.69
7.47
32.76
5.17
Input
Pupuk NPK (kg)
400.00
Matador (ml)
4 938.89
4 938.89
4 938.89
4 938.89
4 938.89
Lumpur (kg/petak)
33 333.33
33 333.33
Tenaga kerja (jam/petak)
942.04
1 127.22
1 497.59
1 682.78
942.04

15

16

Tabel 7 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per 54 m² September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
Perlakuan
Control
FS
FW
FS+FW Convensional
Penerimaan / Return
Ubi jalar (kg)
87.00
105.00
93.50
115.50
91.50
Harga per kilogram (Rp)
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
Total penerimaan (Rp) (A)
174 000
210 000
187 000
231 000
183 000
Biaya / Cost (Rp)
Pupuk NPK
24 071
Matador
8 333
8 333
8 333
8 333
8 333
Lumpur
25 000
25 000
Sub total
8 333
33 333
8 333
33 333
32 404
Tenaga Kerja
50 870
60 870
80 870
90 870
50 870
Total Cost (Rp) (B)
59 203
94 203
89 203
124 203
83 274
Keuntungan / Profit (Rp) (A-B)
114 797
115 797
97 797
106 797
99 726
R / C rasio
2.94
2.23
2.10
1.86
2.20

Tabel 8 Analisis ekonomi budidaya ubi jalar per ha September 2013 - Februari 2014 di Desa Petir, Darmaga, Bogor
Perlakuan
Control
FS
FW
FS+FW
Convensional
Penerimaan / Return
Ubi jalar (kg)
16 111
19 444
17 315
21 389
16 944
Harga per kilogram (Rp)
2 000
2 000
2 000
2 000
2 000
Total penerimaan (Rp) (A)
32 222 222
38 888 889
34 629 630
42 777 778
33 888 889
Biaya / Cost (Rp)
Pupuk NPK
4 457 593
Matador
1 543 209
1 543 209
1 543 209
1