Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi Di Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMBIAYAAN
PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR PENGANGKUTAN
DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA

YOZAR PUTRA JAYA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015
Yozar Putra Jaya
NIM H54110061

ABSTRAK
YOZAR PUTRA JAYA. Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan
Syariah pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Indonesia. Dibimbing oleh
WIWIEK RINDAYATI dan KHALIFAH MUHAMMAD ALI
Sektor pengangkutan dan komunikasi berperan sebagai penghubung
perekonomian antar pulau di Indonesia, diperlukan peran perbankan syariah dalam
membantu akses permodalan untuk mengembangkan sektor tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis pengaruh, respon guncangan, dan kontribusi
keragaman faktor-faktor kategori kinerja perbankan, kondisi makroekonomi, rate
of return, dan instrumen moneter terhadap rasio pembiayaan sektor pengangkutan,
pergudangan dan komunikasi (PPK) pada perbankan syariah. Penelitian ini
menggunakan metode Vector Error Corection Model (VECM). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada jangka pendek variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap rasio pembiayaan PPK dan pada
jangka panjang variable Non Performing Financing (NPF), tingkat inflasi (INF),
equivalent rate pembiayaan (ERP), Pasar Uang Antar Bank berdasarkan prinsip
Syariah (PUAS), suku bunga kredit (SBK) secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap rasio pembiayaan PPK sedangkan variabel Industrial production Index
(IPI) dan bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (BSBIS) secara signifikan
berpengaruh positif.
Kata kunci: pembiayaan, perbankan syariah, sektor pengangkutan dan komunikasi,
VECM

ABSTRACT
YOZAR PUTRA JAYA. The Analysis of Determinant Factors of Islamic Banking
on Transportation and Communication Financing in Indonesia. Supervised by
WIWIEK RINDAYATI dan KHALIFAH MUHAMMAD ALI
The Transportation and communications sector acts as liaison between
economy of islands in Indonesia, it’s required helping through the distribution of
Islamic Banking funding. This study aims to analyze the influence, shock response,
and variety contribute of some factors as banking performance, macroeconomic
condition, rate of return, and monetary instruments towards trasportation,
warehousing, and communication (TWC) financing in Islamic banking. This study

uses Vector Error Correction Model. The results of this study, first, in the short
term DPK variabel is affected significantly towards ratio of financing TWC sectors.
In the long term NPF, INF, ERP, PUAS, SBK variabels are giving significantly
negative effect towards ratio of financing TWC sectors, whereas IPI and BSBIS
variabels are giving significantly positif effect. Second, the ratio of TWCsectors
responds negatively to the shock of NPF, PUAS, ERP, and INF variabels, whereas
the shock of DPK, BSBIS, and SBK variabels is responded positively by the ratio
of TWC sectors. Third, BSBIS variable gives the largest contribution to the
diversity of financial ratios TWC, then proceed ERP, NPF, and IPI.
Keywords: financing, islamic banking, transportation and communication sectors,
VECM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMBIAYAAN
PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR PENGANGKUTAN
DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA

YOZAR PUTRA JAYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Analisis Faktor-Faktor
Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Pengankutan dan Komunikasi
di Indonesia. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si dan
Bapak Khalifah Muhammad Ali, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan
dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr.
Jaenal Effendi, S.Ag. MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Heni Hasanah, SE.,

M.Si. selaku penguji dari komisi pendidikan. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada pihak Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik
Indonesia beserta dosen-dosen Ekonomi Syariah atas bimbingannya selama ini.
Terima kasih kepada empat orang yang paling saya kasihi Ayah (Yadi
Suryadi), Bunda (Sastri), adik dan kakak (Aninditia dan Geri), atas segala doa,
dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada temanteman Ekonomi Syariah 48, Danar, Rizha, Ziad, Haekal, Anas, Akbar, Afrial,
Caesar, Amin, dan juga teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per
satu. Tidak lupa ucapan terima kasih untuk teman satu bimbingan, Nurrahmah
Apriyani dan Rima Anisa. Ucapan terima kasih terakhir penulis berikan kepada
rekan-rekan yang telah memberi masukan dan bantuan dalam menyelesaikan
skripsi ini, Rizqi Eka, Putri Monicha, Fauziyah Adzimatinur, Rizki Dwi, Ditta,
Yulya, Khadijah, Siti Nurmu’minah, Nadya, Sendy, Qonita, dan Anis. Terima kasih
atas doa, bantuan, dan semangat.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015
Yozar Putra Jaya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


5

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA

8

Konsep Subsektor Pengangkutan


8

Konsep Subsektor Komunikasi

9

Perbankan Syariah

10

Pembiayaan Perbankan Syariah

12

Akad pada Pembiayaan Perbankan Syariah

12

Kinerja Perbankan


13

Kondisi Makroekonomi

13

Mekanisme Transimi Kebijakan Moneter

14

Penelitian Terdahulu

16

Kerangka Pemikiran Operasional

19

Hipotesis Penelitian


20

METODE PENELITIAN

20

Jenis dan Sumber Data

20

Variabel dan Definisi Operasional

21

Metode Pengolahan dan Analisis Data

21

Model Penelitian


24

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Hasil Uji Stasioneritas Data

25

Hasil Uji Stabilitas VAR

26

Hasil Uji Lag Optimum

26

Hasil Uji Kointegrasi

26

Hasil Estimasi VECM

27

Hasil Analisis Impulse Response Function (IRF)

31

Hasil Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

33

SIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

38

Lampiran 1 Hasil Uji Stasioneritas Data pada Tingkat Level

38

Lampiran 2 Uji Stasioneritas Data pada Tingkat First Difference

40

Lampiran 3 Hasil Uji Lag Optimum

43

Lampiran 4 Uji Stabilitas VAR

43

Lampiran 5 Uji Kointegrasi

44

Lampiran 6 Hasil Estimasi VECM

45

Lampiran 7 Hasil Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

48

Lampiran 7 Hasil Impulse Response Function (IRF)

51

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL
1
2

Tabel Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Berdasarkan Lapangan Usaha
Tabel Rincian Perkiraan Kebutuhan Dana RPJMN Tahun 2015-2019
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
3 Tabel Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Sektor
4 Tabel Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional
5 Tabel Rangkuman Penelitiaan Terdahulu
6 Tabel Jenis dan Sumber Data
7 Tabel Hasil Uji Stasioneritas Data
8 Tabel Hasil Uji Stabilitas VAR
9 Tabel Hasil Uji Lag Optimum
10 Tabel Hasil Uji Kointegrasi
11 Tabel Hasil Estimasi VECM

2
3
5
11
18
20
25
26
26
26
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Sistem Bagi Hasil pada Perbankan Syariah
Perkembangan DPK dan Total Pembiayaan Perbankan Syariah
Perkembangan Rasio Pembiayaan Sektor PPK terhadap Total
Pembiayaan Perbankan Syariah
4 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
5 Alur Transmisi Moneter Ganda (Konvensional dan Syariah)
6 Kerangka Pemikiran Operasional
7 Efek Guncangan DPK dan NPF
8 Efek Guncangan INF dan IPI
9 Efek Guncangan BSBIS dan PUAS
10 Efek Guncangan ERP dan SKB
11 Hasil Forecast Error Variance of Decomposition (FEVD)

4
6
6
15
16
19
31
32
32
33
34

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Hasil Uji Stasioneritas Data pada Tingkat Level
Hasil Uji Stasioneritas Data pada Tingkat First Difference
Hasil Uji Lag Optimum
Hasil Uji Stabilitas VAR
Hasil Uji Kointegrasi
Hasil Estimasi VECM
Hasil Forecast Error Variance of Decomposition (FEVD)
Hasil Impulse Response Function (IRF)

38
40
43
43
44
45
48
51

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
aktivitas perekonomian yang sangat padat (Kementerian Kelautan dan Perikanan
2012). Keadaan ini mengakibatkan dibutuhkannya suatu sarana dan prasarana yang
mampu menunjang keberlangsungan dari aktivitas perekonomian tersebut. Sektor
pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor penting yang mampu
menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang berbagai aktivitas dalam
perekonomian di Indonesia.
Subsektor pengangkutan memiliki peran sebagai penyedia jasa pelayanan
bagi mobilitas penduduk dan juga perekonomian. Subsektor pengangkutan meliputi
kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang melalui darat, laut,
sungai, danau, dan udara. Termasuk di sini jasa penumpang angkut yang mencakup
pemberian jasa atau penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan
memperlancar kegiatan pengangkutan, seperti jasa-jasa terminal, pelabuhan,
bongkar muat, jalan tol, pergudangan dan jasa penunjang lainnya.
Subsektor komunikasi berperan sebagai penyedia jasa telekomunikasi yang
mampu menghubungkan pulau-pulau di seluruh Indonesia. Subsektor komunikasi
meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia informasi seperti
penyiaran radio dan TV, penerbitan buku, jurnal, famplet dan surat kabar. Selain
itu sektor komunikasi juga menyediakan jasa telekomunikasi seperti pemograman,
konsultasi komputer baik perangkat keras maupun lunak, jasa penyediaan web
hosting, dan penyediaan jaringan transmisi suara beserta pemancarnya.
Keberadaan sektor pengangkutan dan komunikasi terasa begitu amat vital
bagi perekonomian Indonesia, dengan peningkatan kerja sektor tersebut maka akan
meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju perekonomian Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, distribusi Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia didominasi oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi
sebesar 23.71%, diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan
perikanan yang berkontribusi sebesar 14.33% (BPS 2014). Kontribusi sektor
pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB pada tahun 2014 menempati
peringkat ke delapan dari sembilan sektor perekonomian yang ada di Indonesia
dengan kontribusi sebesar 7.39%.
Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2014 memang
masih relatif kecil, namun dalam enam tahun terakhir laju pertumbuhan kontribusi
sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB terus meningkat setiap
tahunnya. Tahun 2008 dan 2009 sektor pengangkutan dan komunikasi
berkontribusi terhadap PDB sebesar 6.3%, kemudian meningkat menjadi 6.5% pada
tahun 2011. Tahun 2014 kontribusi sektor ini meningkat menjadi 7.39%.
Berbeda dengan kontribusi yang diberikan, dalam hal pertumbuhan sektor
pengangkutan dan komunikasi dalam enam tahun terakhir mampu menjadi sektor
yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut dengan rata-rata
pertumbuhan berkisar 12.23%. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu
mengungguli pertumbuhan sektor-sektor lain yang mampu memberikan kotribusi
besar bagi komposisi PDB Indonesia. Salah satunya sektor industri pengolahan

2

yang dalam hal pertumbuhannya hanya mampu mencapai 4.63% secara rata-rata
dalam enam tahun terakhir.
Tabel 1 Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Berdasarkan Lapangan Usaha (Persen)
No. Sektor

2008 2009 2010

2011 2012 2013

Pertanian,
Peternakan,
4.80 4.10 2.90 3.00 3.97 3.54
Kehutanan dan
Perikanan
2. Pertambangan
0.50 4.40 3.50 1.40 1.49 1.34
dan Penggalian
3. Industri
3.70 2.10 4.50 6.20 5.73 5.56
Pengolahan
4. Listrik, Gas
10.90 13.80 5.30 4.80 6.40 5.58
dan Air Bersih
5. Konstruksi
7.30 7.10 7.00 6.70 7.50 6.57
6. Perdagangan,
Restoran, dan 7.20 1.10 8.70 9.20 8.11 5.93
Hotel
7. Pengangkutan
dan
16.70 15.50 13.50 10.70 9.98 10.19
Komunikasi
8. Keuangan,
Real Estate dan
8.20 5.00 5.70 6.80 7.15 7.56
Jasa
Perusahaan
9. Jasa-jasa
6.40 6.40 6.00 6.70 5.24 5.46
6.10 4.50 6.10 6.50 6.23 5.78
PDB
Sumber: Badan Pusat statistik (2014).

2014

Ratarata

4.20

3.78

0.60

1.89

4.60

4.63

5.40

7.45

7.00

7.02

5.00

6.46

9.10

12.23

5.90

6.61

5.50
5.02

5.95
5.75

1.

Di dalam nota Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) 2015, sektor pengangkutan dan komunikasi di tahun 2015 diperkirakan
memiliki pertumbuhan tertinggi di antara sektor yang lain, yaitu sebesar 9.5%.
Selain tingginya permintaan masyarakat akan kebutuhan telekomunikasi,
pertumbuhan sektor tersebut didukung oleh kebijakan di sektor transportasi tahun
2015 yaitu penguatan konektivitas nasional. Program yang akan dilaksanakan
diantaranya adalah pembangunan jalan baru, rel kereta api berjalur ganda,
pelabuhan di wilayah timur, serta penambahan sarana transportasi yang meliputi
bus, kapal perintis, kereta ekonomi, dan kereta rel listrik. Sasaran lain dari program
tersebut juga ditujukan pada terbangunnya sistem transportasi angkutan massal
berbasis bus dan rel guna mengurangi kemacetan lalu lintas dan meningkatkan
pergerakan manusia di perkotaan. Tidak hanya itu, tersedianya layanan komunikasi
dan informatika di wilayah perdesaan, perbatasan negara, dan pulau terluar juga
menjadi perhatian untuk meningkatkan akses pelayanan telekomunikasi universal
dan internet (RAPBN 2015).

3

Berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2015-2019, program pembangunan yang dicanangkan pada tahun 2015
hingga 2019 tersebut ditaksir akan memerlukan dana sebesar 2058.8 triliun rupiah
(Tabel 2). Besarnya dana yang diperlukan tidak mungkin hanya dibiayai oleh
APBN saja namun juga diperlukan sokongan dana dari berbagai kalangan. Salah
satu pihak yang dinilai mampu untuk mendanai program pembangunan pada sektor
pengangkutan dan komunikasi yaitu industri perbankan. Dunia perbankan
diharapkan dapat membantu akses permodalan dalam mendukung penyelenggaraan
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sektor pengangkutan dan
komunikasi melalui penyaluran kredit atau pembiayaan.
Tabel 2 Rincian Perkiraan Kebutuhan Dana RPJMN Tahun 2015-2019 Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi (Triliun Rupiah)
No.

Subsektor

Estimasi dana

1.

Perhubungan laut

980.0

2.

Jalan

805.0

3.

Kereta Api

527.5

4.

Teknologi komunikasi dan informatika

506.6

5.

Udara

499.0

6.

Transportasi perkotaan

400.5

7.

Darat (termasuk ASDP)

353.0

8.

Perumahan

283.0

9.

Energi (Migas)

277.8

10.

Air minum dan limbah

165.0

11.

Sumber daya air

115.0

12.

Ketenagalistrikan

60.0

Total

4972.4

Keterangan: Cetak tebal merupakan program pembangunan pada sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2014).
Menurut Wangsawidjaja (2012) perbankan merupakan lembaga keuangan
yang memiliki fungsi intermediasi dalam menghimpun dana dari pihak yang
kelebihan dana dan menyalurkan kembali dana tersebut pada pihak yang
membutuhkan. Sektor perbankan di Indonesia sudah mengenal sistem perbankan
baru yaitu sistem perbankan syariah yang menerapkan berbagai macam akad yang
mengatur setiap kegiatan perbankan dengan prinsip islami. Perbankan syariah
diyakini dapat menguntungkan berbagai pihak dan memiliki beberapa keunggulan
daripada perbankan konvensional. Salah satu keunggulan yang dimiliki yaitu
diterapkannya sistem bagi hasil dan menghapus beban bunga yang berkelanjutan.
Keunggulan tersebut diyakini dapat menjadikan perbankan syariah menjadi salah
satu alternatif terbaik dalam memberikan pembiayaan pada sektor pengangkutan
dan komunikasi. Dengan adanya bantuan permodalan dari perbankan syariah

4

diharapkan sektor pengangkutan dan komunikasi dapat mendorong laju
pertumbuhan ekonomi (Gambar 1).

Menumbukan
Sektor Riil

Produktivitas
dan
Kesempatan

Mendorong
Laju Ekonomi

Distribusi
Kekayaan
dan
Pendapatan
Sistem
Bagi Hasil

Sumber: Ascarya (2008).

Gambar 1 Sistem Bagi Hasil pada Perbankan Syariah
Berdasarkan jenis produk keuangan yang ditawarkan, perbankan syariah
memiliki jenis pembiayaan dengan akad-akad yang beragam dibandingkan dengan
perbankan konvensional. Hal ini dapat memberikan pilihan yang lebih bervariasi
bagi berbagai pihak untuk mengembangkan sektor pengangkutan dan komunikasi
dalam mendapatkan bantuan modal. Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Bank
Indonesia (SPS-BI), total aset perbankan syariah dari tahun ke tahunnya terus
mengalami peningkatan. Besarnya aset yang dimiliki tidak lepas dari jumlah Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh perbankan syariah. Dalam ajaran
Islam keberadaan DPK ini tidak boleh terus-menerus disimpan, tetapi harus ada
pemanfaatan yang dilakukan oleh perbankan syariah yaitu melalui pembiayaan
yang diberikan kepada sektor riil.
Berdasarkan SPS-BI (2014) pembiayaan yang diberikan perbankan syariah
pada sektor riil terbilang besar, hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya
pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2014 yaitu sebesar 199 330 milliar rupiah
(Tabel 3). Sejak tahun 2012 perbankan syariah sudah diarahkan untuk
mengembangkan kapasitasnya dan lebih aktif melayani kebutuhan pembiayaan
sektor riil yang memiliki produktivitas tinggi, salah satunya yaitu sektor
pengangkutan dan komunikasi (Outlook Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012).
Secara prinsip, jenis pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu pembiayaan kepada
sektor riil yang bersifat produktif dan konsumtif. Pembiayaan produktif perlu
mendapat perhatian khusus untuk dikembangkan, karena pembiayaan ini akan
memberi efek multiplier yang lebih besar terhadap peningkatan output dan
pendapatan nasional. Perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi dapat
memberikan bantuan permodalan dalam mengembangkan sektor pengangkutan dan
komunikasi di Indonesia.

5

Tabel 3 Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Sektor (Miliar Rupiah)
No. Sektor
2008 2009 2010 2011 2012 2013
2014
1.

Pertanian

1177 1331

1762

2201

2809

3165

5679

2.

Pertambangan

965 1047

1120

1733

2094

3018

4597

3.

Perindustrian

1340 1579

2337

4077

5008

6029

13300

4.

Listrik, Gas, Air

248

698

1354

2381

3159

4663

5492

5.

Konstruksi

3368 3516

4194

5858

7142

8086

11669

6.

Perdagangan,
Restoran, dan
Hotel

4426 5000

7609

9778

12624 14314

24287

Pengangkutan,
Pergudangan dan
Komunikasi

2759 3349

3696

3369

4321

5387

12192

8.

Jasa Dunia Usaha 11757 13664 20233 25630 37150 47598

66810

9.

Jasa
2463 2661
Sosial/Masyarakat

12085

11022

10.

Lain-lain

9693 14042 22902 43164 65319 79050

44282

Total

38195 46886 68181 102655 147505 184122 199330

7.

2975

4464

7878

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (2014).

Perumusan Masalah
Keberadaan sektor pengangkutan dan komunikasi amat penting dalam
mendukung kinerja perekonomian Indonesia khususnya dalam rangka
meningkatkan produktivitas perekonomian. Keadaan ini menyebabkan pemerintah
giat dalam membangun sektor tersebut. Pengembangan yang dilakukan pemerintah
terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi perlu mendapat dukungan dari
seluruh stakeholders, termasuk didalamnya adalah sektor perbankan. Industri
perbankan sebagai salah satu pihak yang menggerakkan roda perekonomian,
memiliki peran penting dalam proses intermediasi yaitu memberikan bantuan
berupa permodalan melalui penyaluran pembiayaan.
Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan memiliki
kewajiban dalam menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi riil. Total
pembiayaan perbankan syariah yang mengalami peningkatan menunjukan bahwa
sebagian dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat telah disalurkan melalui
pembiayaan (Gambar 2). Peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan
syariah ternyata belum diikuti dengan peningkatan rasio pembiayaan sektor
pengangkutan dan komunikasi terhadap total pembiayaan perbankan syariah.

6

Miliar Rupiah

Perkembangan DPK dan Total
Pembiaayan Perbankan Syariah
147,512

300,000
200,000
100,000

36,852

0
2008

52,271

76,036

38,195 46,886
2009
2010

176,292

217858

115,415
68181
2011

199330
102655 147505
2012

179239
2013

2014

Periode
Jumlah DPK

Total Pembiayaan Syariah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2014 (diolah).

Gambar 2 Perkembangan DPK dan Total Pembiaayan Perbankan Syariah
Menurut data SPS-BI, persentase rasio pembiayaan sektor pengangkutan,
pergudangan dan komunikasi (PPK) terhadap total pembiayaan perbankan syariah
mengalami fluktuasi dari tahun 2008 ke tahun 2014 dan cenderung mengalami
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa total pembiayaan yang meningkat setiap
tahunnya belum tentu akan diikuti dengan pertumbuhan pembiayaan pada sektor
PPK. Dengan demikian, hal ini perlu mendapat perhatian dan perlu ditinjau lebih
jauh.

Persen

Rasio Pembiayaan PPK terhadap Total Pembiayaan
Perbankan Syariah
10
8
6
4
2
0

Periode

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2014 (diolah).

Gambar 3 Perkembangan Rasio Pembiayaan Sektor PPK terhadap Total
Pembiayaan Perbankan Syariah
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka perlu untuk
diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi menurunnya rasio pembiayaan
sektor PPK terhadap total pembiayaan pada perbankan syariah. Untuk mengetahui
hal tersebut maka penelitian ini akan mengkaitkan sejauh mana kategori kinerja
perbankan syariah, kategori kondisi makroekonomi, kategori instrumen moneter,
dan kategori rate of return pembiayaan dalam mempengaruhi rasio pembiayaan
sektor PPK pada perbankan syariah. Secara khusus dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah dalam rincian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor kategori kinerja perbankan, kategori kondisi
makroekonomi, kategori rate of return, dan instrumen moneter terhadap rasio
pembiayaan sektor PPK pada industri perbankan syariah di Indonesia ?

7

2. Bagaimana respon rasio pembiayaan sektor PPK pada perbankan syariah jika
terjadi guncangan pada faktor-faktor kategori kinerja perbankan, kategori
kondisi makroekonomi, kategori rate of return, dan instrumen moneter ?
3. Bagaimana kontribusi masing-masing variabel dalam menjelaskan keragaman
rasio pembiayaan sektor PPK pada perbankan syariah ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis pengaruh faktor-faktor kategori kinerja perbankan, kategori
kondisi makroekonomi, kategori rate of return, dan instrumen moneter terhadap
rasio pembiayaan sektor PPK pada industri perbankan syariah di Indonesia.
2. Menganalisis respon rasio pembiayaan sektor PPK pada perbankan syariah jika
terjadi guncangan pada faktor-faktor kinerja perbankan, kondisi
makroekonomi, rate of return, dan instrumen moneter yang berlaku di
Indonesia.
3. Menganalisis konstribusi masing-masing variabel dalam menjelaskan
keragaman rasio pembiayaan sektor PPK pada perbankan syariah.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik
kepada penulis ataupun kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan, adapun
manfaat tersebut antara lain:
1. Bagi perbankan syariah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu
bahan masukan dalam penyaluran pembiayaan pada sektor PPK.
2. Bagi pemerintah dan lembaga otoritas moneter, diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan yang
tepat khususnya untuk pengembangan sektor PPK melalui pembiayaan
perbankan syariah.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberi pengetahuan yang lebih dalam
mengenai peran perbakan syariah dalam mengembangkan sektor PPK di
Indonesia.
4. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi
untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada pembiayaan sektor
pengangkutan dan komunikasi, namun perbankan syariah menambahkan subsektor
pergudangan dalam bagian dari penamaan pada pembiayaan yang disalurkan,
sedangkan subsektor pergudangan merupakan bagian dari sektor pengangkutan.
Selanjutnya penelitian ini mengenal istilah sektor pengangkutan dan komunikasi
menjadi sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi (PPK). Selain itu,
ruang lingkup perbankan syariah yang diteliti dibatasi hanya pada Bank Umum

8

Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), tanpa menyertakan data dari Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Dikarenakan terbatasnya ketersediaan data
publikasi terhadap perbankan syariah dalam pembiayaan sektor PPK maka
penelitian ini hanya menggunakan data bulanan yang dimulai dari Januari 2008
sampai dengan Desember 2014.
Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada
beberapa variabel. Variabel yang digunakan untuk menggambarkan kinerja
perbankan diantaranya yaitu rasio pembiayaan sektor PPK (Rasio_PPPK), Non
Performing Financing (NPF) sektor PPK, dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Lalu
Variabel yang menggambarkan kondisi makroekonomi Indonesia diantaranya
tingkat inflasi (INF) dan Industrial Production Index (IPI). Selanjutnya proksi dari
rate of return yaitu variabel equivalent rate pembiayaan (ERP) sektor PPK dan
suku bunga kredit bank konvensional (SBK) sektor PPK. Terakhir adalah variabel
yang menggambarkan instrumen moneter yaitu bonus Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (BSBIS) dan penempatan dana pada Pasar Uang Antar Bank dengan prinsip
Syariah (PUAS).

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Subsektor Pengangkutan
Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), subsektor
pengangkutan ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik
yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan rel, saluran pipa, jalan darat,
air atau udara dan kegiatan yang berhubungan, seperti fasilitas terminal dan parkir,
bongkar muat, penggudangan dan lain-lain. Termasuk dalam kategori ini
penyewaan alat angkutan dengan pengemudi atau operator, juga kegiatan pos dan
kurir (Badan Pusat Statistik 2009).
Berdasarkan perbedaan pada sifat jasa, operasi, dan biaya pengangkutan
maka jenis moda transportasi dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu
sebagai berikut (BPS 2009):
a. Angkutan kereta api
Golongan ini mencakup angkutan rel untuk penumpang dan atau barang yang
menggunakan jalan rel kereta. Termasuk angkutan rel penumpang dan barang
melalui antarkota, dalam kota dan pengoperasian gerbong tidur atau gerbong
makan kereta api.
b. Angkutan bermotor dan jalan raya
Angkutan bermotor pada umumnya beroperasi dijalan raya yang sudah
disediakan sebagai sarana untuk transportasi. Angkutan ini dapat berupa mobil,
sepeda motor, bus, dan sebagainya.
c. Angkutan laut
Golongan ini mencakup angkutan penumpang atau barang pada kapal yang
dirancang untuk beroperasi pada perairan laut dan pantai. Termasuk persewaan
kapal pesiar dengan krunya untuk angkutan di perairan laut dan pantai (misal
untuk wisata pemancingan). Termasuk juga angkutan penarik atau pendorong
tongkang (kapal barkas), kapal minyak dan lain-lain. Tidak tercakup di sini
adalah pengoperasian bangunan struktur terapung.

9

d. Angkutan sungai, danau, dan penyebrangan
Golongan ini mencakup angkutan penumpang atau barang pada perairan dalam
seperti angkutan sungai, danau dan penyeberangan, termasuk persewaan kapal
pesiar dengan kru untuk perairan dalam.
e. Angkutan udara
Golongan pokok ini mencakup angkutan penumpang atau barang melalui udara
atau angkasa. Tidak termasuk kegiatan pesawat penyemprot tumbuhan atau
tanaman, pemeriksaan pesawat atau mesin pesawat, pengoperasian bandara,
iklan udara dan pemotretan udara.
f. Pergudangan dan jasa penunjang angkutan
Golongan pokok ini mencakup kegiatan penggudangan dan jasa penunjang
untuk angkutan, seperti pengoperasian infrastruktur angkutan (misalnya
bandara, pelabuhan, terowongan, jembatan dan lain-lain) dan kegiatan agen
angkutan dan bongkar muat barang.
g. Angkutan pipa
Golongan ini mencangkup angkutan gas, zat cair, air, dan komoditi lain melalui
saluran pipa. Termasuk juga pengoprasian gardu pompa.
Konsep Subsektor Komunikasi
Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), subsektor
komunikasi ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk
kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan produkproduk ini dan juga data atau kegiatan komunikasi, informasi, teknologi informasi
dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya. Termasuk penerbitan
yang mencakup perolehan hak cipta untuk isinya (produk informasi) dan membuat
isinya tersedia ke masyarakat umum dengan cara atau melalui reproduksi dan
distribusi dalam berbagai bentuk. Semua bentuk yang layak dari penerbitan (dalam
bentuk cetakan, elektronik atau audio pada internet seperti produk multimedia
seperti buku referensi, cd room dan lain-lain) dicakup dalam kategori ini (Badan
Pusat Statistik 2009).
Berdasarkan perbedaan pada sifat jasa dan operasi maka jenis komunikasi
dapat dibedakan menjadi beberapa golongan pokok, yaitu sebagai berikut (BPS
2009):
a. Penerbitan
Golongan pokok ini mencakup penerbitan buku, brosur, leaflet, kamus,
ensiklopedia, atlas, peta dan grafik; penerbitan surat kabar, jurnal dan majalah
atau tabloid; direktori dan daftar alamat serta penerbitan lainnya, termasuk
penerbitan piranti lunak. Semua bentuk penerbitan (cetakan, elektronik atau
audio, pada internet, sebagai produk multimedia seperti cd room, buku referensi,
dan lain-lain) dicakup dalam golongan pokok ini, kecuali penerbitan gambar
bergerak atau film.
b. Produksi video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik
Golongan pokok ini mencakup pembuatan gambar bergerak baik pada film,
video tape atau disk untuk diputar dalam bioskop atau untuk siaran televisi,
kegiatan penunjang seperti editing, cutting, dubbing film dan lain-lain,
pendistribusian dan pemutaran gambar bergerak dan produksi film lainnya untuk
industri lain. Pembelian dan penjualan hak distribusi gambar bergerak dan

10

c.

d.

e.

f.

produksi film lainnya, tercakup di sini. Golongan pokok ini juga mencakup
kegiatan perekaman suara, yaitu produksi perekaman master suara asli, merilis,
mempromosikan dan mendistribusikannya, penerbitan musik seperti kegiatan
jasa perekaman suara dalam studio atau tempat lain.
Penyiaran dan pemograman
Golongan pokok ini mencakup pembuatan muatan atau isi siaran atau perolehan
hak untuk menyalurkannya dan kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi
dan program hiburan, berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk
penyiaran data, khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radio atau TV.
Penyiaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang berbeda,
melalui udara, satelit, jaringan kabel atau melalui internet. Termasuk produksi
dari program yang khususnya memberikan informasi dasar pada kalangan
tertentu dengan format yang terbatas, seperti program berita, olahraga,
pendidikan dan program yang ditujukan untuk anak muda atas dasar
berlangganan atau biaya, pada pihak ke tiga, untuk penyiaran berikutnya ke
masyarakat, tidak termasuk program berlangganan dengan atau tanpa kabel
lainnya.
Telekomunikasi
Golongan pokok ini mencakup kegiatan penyediaan telekomunikasi dan
kegiatan jasa ybdi yaitu pemancar suara, data, naskah, bunyi dan video. Fasilitas
transmisi yang melakukan kegiatan ini dapat berdasar pada teknologi tunggal
atau kombinasi dari berbagai teknologi. Umumnya kegiatan yang
diklasifikasikan dalam golongan pokok ini adalah transmisi dari isi, tanpa
terlibat dalam proses pembuatannya. Golongan pokok ini diuraikan atas dasar
jenis infrastruktur yang digunakan. Dalam hal transmisi sinyal televisi ini dapat
mencakup penggabungan saluran program lengkap dalam paket program untuk
pendistribusian.
Kegiatan pemograman, konsultasi komputer, dan kegiatan ybdi
Golongan pokok ini mencakup kegiatan penyediaan jasa keahlian di bidang
teknologi informasi, seperti penulisan, modifikasi, pengujian dan pendukung
piranti lunak; perencanaan dan perancangan sistem komputer yang
mengintegrasikan perangkat keras komputer, piranti lunak komputer dan
teknologi komunikasi; manajemen dan pengoperasian sistem komputer klien
dan/atau fasilitas pengolahan data di tempat klien serta kegiatan profesional
lainnya dan kegiatan yang berhubungan dengan teknis komputer.
Kegiatan jasa informasi
Golongan pokok ini mencakup kegiatan web search portal, pengolahan data dan
hosting, dan juga kegiatan lain yang utamanya penyediaan informasi.
Perbankan Syariah

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang didirikan dengan
semangat yang didasari pada prinsip syariat Islam, hal ini merupakan bagian dari
upaya kaum muslim untuk menjalankan segala aspek kehidupan ekonominya sesuai
dengan aturan yang tertuang pada Al-Quran dan Al-Hadist. Undang-Undang
Perbankan Indonesia No.7 Tahun 1992 mengawali pembahasan mengenai
perbankan syariah yang memiliki sistem bagi hasil, namun belum ada rincian
secara spesifik mengenai landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha apa saja

11

yang diperbolehkan. Perkembangan perbankan syariah di era reformasi dimulai
dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Pada undang-undang
tersebut terdapat aturan yang secara rinci menjelaskan landasan hukum dan jenisjenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Dalam undang-undang tersebut juga terdapat arahan yang menyebabkan banyaknya
bank-bank konvensional mulai melakukan pembukaan cabang syariah berupa UUS
atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio 2001).
Pada dasarnya baik bank syariah maupun bank konvensional memiliki
persamaan yang sama dari segi fungsi, yaitu sebagai lembaga perantara
(intermediary institution) yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Begitu juga pada segi tujuan yang dimiliki, yaitu sebagai penunjang pelaksanaan
pembangunan, meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat (Wangsawidjaja 2012). Di samping itu terdapat perbedaan
mendasar antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional, perbedaan tersebut
antara lain sebagai berikut.
Tabel 4 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Fungsi dan Kegiatan Bank

Mekanisme dan Objek Usaha
Prinsip Dasar Operasi

Bank Konvensional
Intermediasi,
Jasa
keuangan
Tidak
antiriba
dan
antimaysir
Bebas
nilai
(prinsip
materialis)
Uang sebagai Komoditi
Bunga

Prioritas Pelayanan
Orientasi

Kepentingan pribadi
Bank Komersil

Bentuk

Kepastian pengembalian
pokok dan bunga
Kepastian pengembalian
pokok dan bunga
Terbatas debitur-kreditur
Pasar Uang, Bank Sentral

Evaluasi Nasabah
Hubungan Nasabah
Sumber
Likuiditas
Jangka
Pendek
Pinjaman yang diberikan

Lembaga Penyelesaian Sengketa
Risiko Usaha

Komersial
dan
non
komersial,
berorientasi
laba
Pengadilan, Arbitrase

Struktur Organisasi Pengawas

Risiko bank tidak terkait
langsung dengan debitur,
risiko debitur
Kemungkinan
terjadi
negative spread
Dewan Komisaris

Investas

Halal atau haram

Sumber: Ascarya (2008).

Bank Syariah
Intermediasi,
Manajer
Investasi, Investor, Sosial, Jasa
Keuangan
Antiriba dan antimaysir
Tidak bebas nilai (prinsip
syariah islam)
Uang sebagai alat tukar dan
bukan komoditi
Bagi hasil, jual beli, sewa
Kepentingan publik
Bank
komersil,
bank
pembangunan, ban universal,
atau multipurpose
Lebih
hati-hati
karena
partisipasi dalam risiko
Lebih
hati-hati
karena
partisipasi dalam risiko
Erat sebagai mitra usaha
Pasar Uang Syariah, Bank
Syariah
Komersial dan non komersial,
berorientasi nirlaba
Pengadilan, Badan Arbitrase
Syariah Nasional
Dihadapi bersama antara bank
dan nasabah dengan prinsip
keadilan dan kejujuran
Tidak
mungkin
terjadi
negative spread
Dewan Komisaris, Dewan
Pengawas Syariah, Dewan
Syariah Nasional
Halal

12

Pembiayaan Perbankan Syariah
Perbankan syariah dalam menjalankan fungsi intermediasinya tidak
menggunakan istilah pinjaman atau kredit, tetapi menyebut kegiatan tersebut
dengan pembiayaan. Menurut Muhammad (2005), pembiayaan dalam arti luas
berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dijalankan oleh orang lain. Sedangkan menurut Antonio (2001), pembiayaan dapat
dibedakan menjadi dua hal berdasarkan sifat penggunaannya, yaitu:
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi, sedangkan menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi
serta untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang barang modal
(capital goods) serta fasilitas fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah berbeda dengan
perbankan konvensional. Pada perbankan konvensional setiap pinjaman yang
diberikan akan diterapkan sistem bunga untuk setiap rupiah yang dipinjam,
sedangkan perbankan syariah tidak menerapkan sistem bunga untuk return yang
akan didapatkan, tetapi perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil sesuai
dengan akad-akad yang ada pada perbankan syariah (Ismail 2010).
Pembiayaan bagi hasil merupakan pola pembiayaan yang diharapkan menjadi
pengganti pola riba di bank konvensional. Tinjauan Al-Quran terkait dengan
larangan pembiayaan yang menerapkan sistem riba salah satunya tercantum dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 283.
“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang
penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan
janganlah
kamu
menyembunyikan
kesaksian,
karena
barangsiapa
menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah 283)
Pola Pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu bentuk mobilisasi dan
investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi yang menjamin bahwa pihak-pihak
yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil (Chapra 2000).

Akad pada Pembiayaan Perbankan Syariah
Perbankan syariah memiliki prinsip-prinsip dalam menyalurkan
pembiayaanya. Prinsip-prinsip tersebut tertuang pada akad-akad yang diterapkan
dalam memberikan pembiayaan. Dalam kodifikasi produk perbankan syariah

13

pembiayaan tersebut dibagi menjadi beberapa bentuk transaksi diantaranya
(Wangsawidjaja 2012):
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk akad mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk puitang murabahah, salam, dan istisna.
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Kinerja Perbankan
Penilaian kerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi dan personalnya berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi dan Setyawan 2001). Kinerja
bank dalam hal ini merujuk pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum dimana bank wajib melakukan
penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan. Adapun faktor penilaian dari
tingkat kesehatan bank yang digunakan dalam penelitian ini mencakup NPF dan
DPK.
Non Performing Financing (NPF)
Menurut Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF) merupakan
istilah yang digunakan oleh perbankan syariah untuk menunjukkan rasio banyaknya
nilai kewajiban atas nilai pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah. Salah satu
implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya kredit bermasalah yaitu
hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang
diberikan suatu bank syariah, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh
buruk bagi rentabilitas bank (Dendawijaya 2005).
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang
merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari
sumber dana ini. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasionalnya dari sumber dana ini (Kasmir 2002).
Kondisi Makroekonomi
Makroekonomi adalah studi tentang perekonomian secara menyeluruh
termasuk pertumbuhan pendapatan, perubahan harga, dan tingkat pengangguran.
Dengan melihat keadaan suatu kondisi makroekonomi suatu negara, regulator baik
pemerintah maupun otoritas moneter dapan mengambil sebuah kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja ekonomi (Mankiw 2007).
Tingkat Inflasi (INF)
Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi
dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami

14

pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan timbulnya
tekanan bagi perkonomian suatu negara. Tekanan itu dapat berakibat terhambat
aktivitas perekonomian suatu negara, akibatnya pembiayaan terhadap sektor riil
akan berkurang karena efisiensi pembiayaan menurun (Fahmi dan Hadi 2010).
Industrial Production Index (IPI)
Menurut Badan Pusat Statistik, Industrial Production Index (IPI) merupakan
angka indeks yang menggambarkan perkembangan produksi sektor industri secara
lebih dini karena sifatnya dirancang secara periodik bulanan. Angka indeks yang
baik, menggambarkan kondusifnya keadaan dari perekonomian suatu negara yang
artinya merupakan sinyal yang baik bagi investor untuk menanamkan modalnya
pada sektor riil (Fahmi dan Hadi 2010).
Mekanisme Transimi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan kebijakan moneter yang
ditempuh oleh bank sentral untuk mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan
keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan.
Kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral, dalam bidang keuangan dapat
berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga dan volume dana masyarakat
yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank pada dunia usaha, penanaman
dana pada obligasi, maupun sekuritas lainnya. Pada sektor riil, kebijakan moneter
selanjutnya mempengaruhi perkembangan konsumsi dan investasi hingga
pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter
(Warjiyo 2004).
Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Indonesia menetapkan suku bunga
kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi
aktivitas kegiatan perekonomian. Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate
sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai
jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset,
dan jalur ekspektasi (Bank Indonesia 2014).
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami resesi, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang
ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.
Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk
melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi
sehingga aktifitas perekonomian semakin meningkat. Sebaliknya, apabila tekanan
inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku
bunga BI Rate untuk mencegah aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga
mengurangi tekanan inflasi (Bank Indonesia 2014)
Pada jalur kredit, perubahan BI Rate dapat mempengaruhi suku bunga kredit
perbankan. Suku bunga kredit perbankan merupakan bagian dari cost of capital
terhadap permintaan investasi dan aktivitas produksi perusahaan. Pengaruh melalui
investasi dan konsumsi tersebut akan berdampak pada besaran permintaan agregat

15

dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi
(Warjiyo 2004).
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Selain itu, suku bunga BI Rate juga
dapat mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Dampak
perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi
publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan
akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja
untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi.
Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui
kenaikan harga (Bank Indonesia 2014).
Suku Bunga
Deposito dan
Kredit

Nilai Tukar

BI
Rate

Konsumsi
dan
Investasi

Produk
Domestik
Bruto

Harga Aset
(Saham dan
Obligasi)

Kredit yang
disalurkan

Ekspor

Ekspektasi
Inflasi

Inflasi

Sumber: Bank Indonesia (2014).
Gambar 4 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme kebijakan moneter yang dijalankan BI ini, dalam bekerja
memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan
yang lain. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada
kecepatan transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat resiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap kenaikan suku bunga BI
Rate biasanya sangat lambat. Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi
untuk memperbaiki permodalan, kenaikan suku bunga kredit dan menurunnya
permintaan kredit belum tentu direspon dengan menurunkan penyaluran kredit.
Penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
sedang resesi. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi

16

sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi
kebijakan moneter (Bank Indonesia 2014).

SBI

PUAB

INT

LOAN

SBIS

PUAS

PLS

FIN

INF / GDP

Sumber: Ascarya (2010).
Gambar 5 Alur Transmisi Moneter Ganda (Konvensional dan Syariah)
Bank Indonesia merupakan otoritas moneter yang memiliki tugas dalam
mengatur kegiatan perekonomian dalam suatu negara, termasuk di dalamnya
kegiatan perbankan. Kebijakan moneter ganda yang diterapkan di Indonesia
menggunakan dua instrumen kebijakan moneter, yaitu Surat Berharga Bank
Indonesia atau SBI berbasis suku bunga untuk konvensional dan SBI Syariah atau
SBIS berbasis bonus untuk syariah. Tingkat suku bunga SBI dan tingkat bonus
SBIS berperan sebagai policy rate. Policy rate ini akan mempengaruhi pendanaan
dan pembiayaan perbankan melalui pasar uang antar bank konvensional dan syariah
yang akan mempengaruhi biaya dana perbankan dalam menyalurkan kredit atau
pembiayaannya. Ekspansi kredit dan pembiayaan akan menghasilkan output dan
mempengaruhi tingkat inflasi.
Berdasarkan PBI No.2 tahun 2000 terdapat instrumen moneter syariah
berupa Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (IMA). Instrumen ini
merupakan sarana yang digunakan oleh bank-bank syariah untuk berinvestasi
dalam jangka pendek. Di samping itu, sertifikat IMA ini dapat juga digunakan
sebagai sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang
mengalami kekurangan dana. Sertifikat IMA diperjualbelikan dalam Pasar Uang
Antar Bank yang berdasarka pada prinsip Syariah (PUAS).
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pembiayaan oleh perbankan syariah telah banyak
dilakukan, namun penelitian yang memfokuskan pada sektor PPK masih belum
dilakukan. Penelitian ini akan mengkaji rasio pembiayaan perbankan syariah pada
sektor PPK dikaitkan dengan berbagai faktor. Oleh karena ini terdapat berbagai
penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian pada
sektor PPK yang ada pada perbankan syariah.
Penelitian yang berkaitan tentang penyaluran dana perbankan dengan kondisi
makroekonomi dilakukan oleh Talavera, Tsapin, dan Zhould (2006). Penelitian
tersebut mengkaji keterkaitan antara perilaku penyaluran kredit bank dan
ketidakpastian makroekonomi yang terjadi di Ukraina periode tahun 2003 kuartal

17

pertama sampai tahun 2005 kuartal ketiga. Model penelitian yang digunakan adalah
ekulibrium parsial dinamik. Variabel yang digunakan adalah rasio kredit terhadap
modal, rasio dana pihak ketiga terhadap modal, dan natural log modal sendiri.
Indikator ketidakpastian makroekonomi yang digunakan adalah M1, M2,
Consumer Price Index (CPI), serta Produser Price Index (PPI). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perbankan di Ukraina menurunkan penawaran kreditnya jika
ketidakpastian peubah makroekonomi meningkat, demikian pula sebaliknya, jika
ketidakpastian makroekonomi menurun maka penawaran kredit perbankan
meningkat.
Penelitian yang dilakukan Nugroho (2009) terhadap pembiayaan perbankan
syariah dengan menggunakan metode VAR/VECM mendapati bahwa dalam jangka
panjang pembiayaan bermasalah dan kredit bank umum signifikan mempengaruhi
pembiayaan perbankan syariah. Guncangan dari