Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Konstruksi di Indonesia
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMBIAYAAN
PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR KONSTRUKSI DI
INDONESIA
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Konstruksi di Indonesia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Nidaa Nazaahah Kusumawati
NIM H14090017
2
ABSTRAK
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan
Perbankan Syariah pada Sektor Konstruksi di Indonesia. Dibimbing oleh IRFAN
SYAUQI BEIK.
Sektor konstruksi merupakan sektor penting dalam mendukung proyek
pembangunan di Indonesia. Pengembangan sektor konstruksi memerlukan peran sektor
perbankan untuk membantu akses permodalan melalui pemberian kredit atau
pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor kinerja
perbankan, instrumen moneter, kondisi makroekonomi dan rate of return terhadap
pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi. Penelitian ini menggunakan model
Vector Error Correction dengan data bulanan periode 2006 hingga 2012. Hasil penelitian
menunjukan bahwa, pertama, rasio pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kedua, guncangan pada variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Industrial Production
Index (IPI), tingkat inflasi (INF), dan equivalent rate pembiayaan (ERP) akan direspon
secara positif oleh rasio pembiayaan sektor konstruksi. Sedangkan guncangan pada
variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga kredit (SBK), pembiayaan bermasalah
(NPF), bonus SBI Syariah (BSBIS), dan penempatan dana pada Pasar Uang dengan
Prinsip Syariah (PUAS) akan direspon secara negatif oleh rasio pembiayaan sektor
konstruksi. Berdasarkan hasil penelitian, perbankan syariah hendaknya dapat lebih
memfokuskan pembiayaan untuk sektor konstruksi karena akan memberikan manfaat
yang besar untuk pembangunan sektor riil serta dapat meningkatkan pendapatan nasional.
Selain itu, perbankan syariah sebaiknya lebih memerhatikan aspek penilaian kriteria
dalam memilih peminjam dana untuk menekan jumlah pembiayaan bermasalah.
Kata kunci: Pembiayaan, Sektor Konstruksi, Perbankan Syariah, Vector Error Correction
ABSTRACT
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI. The Analysis of Determinant Factors of Islamic
Banking on Construction Financing in Indonesia. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.
The construction sector is an important sector in supporting development projects
in Indonesia. The development of the construction sector needs the role of the banking
sector to help access capital through credit or financing. This study aims to analyze the
relationships among factors of banking performance, monetary instruments,
macroeconomic condition and rate of return towards construction financing in Islamic
banking. This study uses Vector Error Correction model with monthly data from 2006
until 2012. The results of this study, first, that ratio of construction financing is
decreasing years to years. Second. the ratio of construction financing responds positively
to the shock of Financing to Deposit Ratio (FDR), the interest rate of SBI (SBI),
Industrial Production Index (IPI), inflation rate (INF), and equivalent rate financing
(ERP). While shocks of Third Party Funds (DPK), lending rates (SBK), non performing
financing (NPF), fee of SBIS (BSBIS), and the placement of funds in PUAS (PUAS)
variables are responded negatively. The implications of this study that Islamic banking
should be able to be more focused on construction financing as it will provide great
benefits to the development of real sector and national income. In addition, Islamic
banking should more concern on assesment criteria to choose borrowers in order to
reduce the amount of non performing financing.
Keywords: Financing, Construction Sector, Islamic Banking, Vector Error Correction
3
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMBIAYAAN
PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR KONSTRUKSI DI
INDONESIA
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
4
5
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah
pada Sektor Konstruksi di Indonesia
Nama
: Nidaa Nazaahah Kusumawati
NIM
: H14090017
Disetujui oleh
Irfan Syauqi Beik, Ph.D
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul
Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor
Konstruksi di Indonesia. Sektor konstruksi merupakan sektor penting dalam
mendukung proyek pembangunan di Indonesia. Pengembangan sektor konstruksi
memiliki peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan sarana dan
prasarana dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju
perekonomian. Pengembangan sektor konstruksi memerlukan peran sektor
perbankan untuk membantu akses permodalan melalui penyaluran pembiayaan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Irfan Syauqi Beik, Ph.D selaku dosen
pembimbing, Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen penguji utama dan
Widyatustik, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, saran
dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini. Di samping itu, terimakasih
penulis sampaikan kepada Bapak Rifki Ismal, Ibu Siti Nurfalinda, tim informasi
perbankan syariah dan staf Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia atas
bantuan data yang diberikan. Selain itu terima kasih penulis ucapkan kepada
Mbak Heni, Mbak Dian, dan Kak Retno atas bantuannya dalam proses pengolahan
data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua (Ibu Kistiyowati
dan Bapak Tatang), Tante Sri Bandiyati, saudara (Muhammad Bahariansyah dan
Imam Arif Rahman) beserta seluruh keluarga atas semangat, doa, kasih sayang
dan bantuan yang telah diberikan. Terimakasih penulis ucapkan kepada temanteman ilmu ekonomi 46, teman-teman satu bimbingan (Sri Wulan, Syifa, dan
Rina) yang telah berjuang bersama, teman-teman tersayang (Marsela, Amelia,
Niki, Nila, Rina, Dea, Ria, Dini, Vita, Manda Kumoro, Bintan, dan Manda
Khairatul), teman-teman wisma shambala (Seni, Shinta, Citra, Resti, Aulia, Nindi,
Saze, Mbak Rice, Dhini, Ega, Feby, dan Agit), teman-teman UKF, HIPOTESA
serta BEM FEM atas segala doa, bantuan, dan semangat yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Nidaa Nazaahah Kusumawati
7
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Akad pada Perbankan Syariah
Jenis Pembiayaan pada Perbankan Syariah
Transmisi Kebijakan Moneter
Kajian Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran Operasional
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Variabel dan Definisi Operasional
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Model Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian
Gambaran Umum
Analisis Pengaruh Guncangan Faktor-Faktor Penentu terhadap
Respon dari Rasio Pembiayaan Sektor Konstruksi
Analisis Kontribusi Faktor dalam Menentukan Keragaman Rasio
Pembiayaan Sektor Konstruksi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
1
4
6
6
6
7
7
7
9
9
11
13
15
15
15
16
16
20
21
21
25
28
36
37
37
38
38
40
63
8
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pembiayaan perbankan syariah berdasarkan sektor
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional
Peubah penelitian, simbol, satuan dan sumber data
Hasil uji stasioneritas data
Hasil pengujian lag optimal
Hasil uji stabilitas VAR
Hasil uji Johanssen’s trace statistic
Hasil estimasi VECM
Jumlah pembiayaan sektor konstruksi, pembiayaan total dan
persentase rasio
10 Jumlah pembiayaan sektor konstruksi berdasarkan akad
2
7
15
21
22
22
23
24
27
28
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Sistem bagi hasil pada perbankan syariah
Jumlah pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Rasio pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Non Performing Financing pembiayaan perbankan syariah pada
sektor konstruksi
5 Mekanisme transmisi kebijakan moneter
6 Alur transmisi moneter ganda (konvensional dan syariah)
7 Kerangka Pemikiran Operasional
8 Proses analisis VAR dan VECM
9 Jumlah jaringan bank pada perbankan syariah 2006-2012
10 Jumlah total aset, DPK, dan pembiayaan perbankan syariah
11 Penyaluran dana BUS dan UUS November 2012
12 Jumlah pembiayaan bermasalah sektor konstruksi perbankan syariah
13 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
pada variabel FDR, DPK, SBI, IPI, SBK, INF, NPF, BSBIS,
PUAS, dan ERP
14 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
DPK
15 Perbandingan grafik untuk data rasio PK dan DPK
16 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
FDR
17 Perbandingan grafik untuk data rasio PK dan FDR
18 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
NPF
19 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
BSBIS
2
3
4
5
10
11
14
17
25
26
26
28
29
30
30
31
31
32
32
9
20 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan SBI
21 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
PUAS
22 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan INF
23 Respon SBI akibat guncangan inflasi
24 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan IPI
25 Respon IPI akibat guncangan rasio pembiayaan konstruksi
26 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
ERP
27 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
SBK
28 Variance Decomposition dari rasio pembiayaan sektor konstruksi
33
33
34
34
35
35
36
36
37
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uji stasioneritas pada tingkat level
Uji stasioneritas pada tingkat first difference
Uji lag optimum
Uji stabilitas VAR
Uji kausalitas granger
Uji kointegrasi
Hasil estimasi VECM
Hasil simulasi Impuls Response Function
Variance decomposition
40
43
46
47
48
51
52
58
61
10
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang aktif
dalam melakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan
ekonomi Indonesia dapat meningkatkan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat
secara luas. Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor penting dalam
mendukung pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor konstruksi memiliki
peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan sarana dan prasarana
dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju
perekonomian. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) 2012, sektor
konstruksi di Indonesia memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yaitu sebesar 861 triliun rupiah pada tahun 2012. Sektor konstruksi
menyumbangkan 10.45 persen terhadap total PDB seluruh sektor yang berjumlah
8,242 triliun rupiah. Selain itu, sektor konstruksi juga memiliki peran dalam
penyerapan tenaga kerja yang terlihat dari jumlah penduduk bekerja diatas 15
tahun pada sektor konstruksi yaitu sejumlah 6.8 juta penduduk (BPS 2012).
Penyelengaraan konstruksi dan infrastruktur Indonesia perlu diperbaiki dan
dikembangkan untuk menghadapi persaingan dengan negara asing terlebih lagi
dengan adanya program Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Hal ini penting
dilakukan mengingat komitmen Indonesia dalam ASEAN Framework Agreement
on Services (AFAS) yang menitikberatkan pada kesiapan sektor jasa, seperti
infrastruktur dan konstruksi. Penyelenggaraan konstruksi Indonesia saat ini
diharapkan akan terus menampilkan kegiatan konstruksi Indonesia yang kreatif,
inovatif dan berdaya saing serta mampu berkarya lebih baik lagi di dalam maupun
luar negeri. Pencapaian kondisi pembangunan sektor konstruksi yang optimal
memerlukan kontribusi dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia beserta
seluruh aspek kelembagaan. Salah satunya yaitu peran sektor perbankan yang
sangat diperlukan untuk membantu askses permodalan dalam mendukung
penyelenggaraan kegiatan konstruksi melalui penyaluran kredit atau pembiayaan.
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi
dalam menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan
kembali dana tersebut pada pihak yang membutuhkan. Sektor perbankan di
Indonesia mulai diperkenalkan dengan sistem baru yaitu sistem perbankan syariah
yang menerapkan berbagai macam akad yang mengatur setiap kegiatan perbankan
dengan prinsip islami. Perbankan syariah mulai diperkenalkan semenjak tahun
1992 melalui munculnya peraturan Undang-Undang (UU) No.7 tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah (PP) No.72 tahun 1992 kemudian disempurnakan dengan
Undang-Undang No.21 Tahun 2008. Saat ini perbankan syariah sudah mulai
memiliki pangsa pasar tersendiri dan cukup diminati sehingga terus mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Bahkan perbankan konvensional juga mulai
mengembangkan unit usaha atau anak perusahaan perbankan dengan prinsip
syariah.
Perbankan syariah dapat menawarkan pembiayaan yang menguntungkan
bagi sektor konstruksi karena perbankan syariah memiliki keunggulan
dibandingkan bank konvensional yaitu dengan hilangnya beban bunga yang
2
berkesinambungan dan menggantinya dengan sistem profit loss sharing. Sistem
bagi hasil dapat mengurangi beban para pengusaha sektor konstruksi karena
adanya pembagian resiko antara pihak bank dan nasabah peminjam. Perbankan
syariah dapat dijadikan alternatif bagi pengusaha sektor konstruksi untuk
memperoleh bantuan permodalan dalam rangka penyelenggaraan sektor
konstruksi dan infrastruktur sehingga dapat mendorong laju ekonomi. (Gambar 1).
Sistem Bagi
Hasil
Mendorong
Laju Ekonomi
Produktivitas
dan
Kesempatan
Distribusi
Kekayaan dan
Pendapatan
Menumbuhkan
Sektor Riil
Sumber : Ascarya (2008)
Gambar 1 Sistem bagi hasil pada perbankan syariah
Total aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah juga mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah bank dan jaringan kantor bank
syariah. Penghimpunan dana pihak ketiga ini dalam islam tidak boleh hanya
dianggurkan dan harus dimanfaatkan secara maksimal oleh bank syariah untuk
disalurkan melalui pembiayaan yang diberikan kepada sektor riil. Pembiayaan
yang diberikan pada sektor riil mengalami peningkatan dari segi jumlah seiring
dengan peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah (Tabel 1).
Tabel 1 Pembiayaan perbankan syariah berdasarkan sektor (Miliar Rp)
Sektor
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik, gas, air
Konstruksi
Perdagangan, restoran, dan
hotel
Pengangkutan, pergudangan
dan komunikasi
Jasa dunia usaha
Jasa sosial/masyarakat
Lain-lain
Total
2006
701
375
940
17
1637
3041
2007
837
511
1371
166
2371
4152
2008
1177
965
1340
248
3368
4426
2009
1331
1047
1579
698
3516
5000
2010
1762
1120
2337
1354
4194
7609
2011
2201
1733
4077
2381
5858
9778
2012
2809
2094
5008
3159
7142
12624
1165
1569
2759
3349
3696
3369
4321
5458 8425 11757 13664 20233
1456 1904 2463 2661 2975
5655 6639 9693 14042 22902
20445 27944 38195 46886 68181
Sumber: Stastistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (2012)
25630 37150
4464
7878
43164 65319
102655 147505
3
Sep-12
mei 2012
januari 2012
Sep-11
mei 2011
januari 2011
Sep-10
mei 2010
januari 2010
Sep-09
mei 2009
januari 2009
Sep-08
mei 2008
januari 2008
Sep-07
mei 2007
januari 2007
Sep-06
mei 2006
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
januari 2006
Miliar Rupiah
Besarnya pembiayaan yang diberikan perbankan syariah pada sektor riil
dapat dibuktikan dengan tingginya Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu
sebesar 99.99 persen pada Desember 2012. Perbankan syariah akan diarahkan
untuk mulai mengembangkan kapasitasnya dan lebih aktif melayani kebutuhan
pembiayaan sektor riil yang memiliki produktivitas tinggi, salah satunya yaitu
sektor konstruksi (Outlook Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012). Jenis
pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu pembiayaan riil yang bersifat produktif dan
konsumtif. Pembiayaan produktif perlu mendapat perhatian khusus untuk
dikembangkan, karena pembiayaan ini akan memberi efek multiplier yang besar
terhadap peningkatan output dan pendapatan nasional. Perbankan syariah sebagai
lembaga intermediasi dapat memberikan bantuan permodalan dalam
mengembangkan sektor konstruksi di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan jumlah
pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah pada sektor konstruksi, yang
mengalami peningkatan dalam segi jumlah.
Sumber : Bank Indonesia (2012)
Gambar 2 Jumlah pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaan sektor konstruksi
dapat berasal dari kondisi internal maupun kondisi eksternal perbankan. Secara
umum faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaaan perbankan adalah
posisi permodalan bank, resiko dan profitabilitas dari tipe pinjaman, stabilitas
dana pihak ketiga, kondisi perekonomian, kebijakan fiskal dan moneter yang
berlaku, kemampuan dari bank personnel serta kebutuhan kredit dalam suatu
wilayah (Reed 1989). Menurut Pohan 2008, perilaku penawaran kredit atau
pembiayaan perbankan juga dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap
prospek usaha debitur dan kondisi internal perbankan itu sendiri seperti tercermin
pada permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR), jumlah kredit macet atau
Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal yang serupa
juga diungkapkan Ghafur (2007), bahwa tingkat kesehatan bank dan rasio
keuangan perbankan turut memengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan
dananya melalui skema kredit atau pembiayaan.
4
Perumusan Masalah
Sektor konstruksi merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam
pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja
perekonomian. Sehingga sektor konstruksi perlu mendapat dukungan dari seluruh
elemen masyarakat, termasuk juga dari sektor perbankan. Industri perbankan
sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian memiliki peran penting
dalam memberikan bantuan permodalan berupa penyaluran kredit atau
pembiayaan.
Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan memiliki
kewajiban dalam menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi riil. Financing
Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang cukup tinggi menunjukan bahwa
dana yang berhasil dihimpun dari DPK masyarakat telah disalurkan pada
pembiayaan. Peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah
ternyata belum diikuti dengan peningkatan rasio pembiayaan untuk sektor
konstruksi terhadap total pembiayaan seluruh sektor. Menurut data stastistik
perbankan syariah Bank Indonesia (SPS-BI), persentase rasio pembiayaan sektor
konstruksi terhadap total pembiayaan cenderung mengalami penurunan dari tahun
ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa total pembiayaan yang meningkat pesat
belum diikuti dengan pertumbuhan pembiayaan pada sektor konstruksi.
12.00
10.00
Persen
8.00
6.00
4.00
2.00
Sep-12
mei 2012
januari 2012
Sep-11
mei 2011
januari 2011
Sep-10
mei 2010
januari 2010
Sep-09
mei 2009
januari 2009
Sep-08
mei 2008
januari 2008
Sep-07
mei 2007
januari 2007
Sep-06
mei 2006
januari 2006
0.00
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Gambar 3 Rasio pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Penurunan persentase rasio pembiayaan untuk sektor konstruksi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya yaitu persentase Non
Performing Financing (NPF) yang merupakan rasio pembiayaan bermasalah
terhadap total pembiayaan pada sektor konstruksi. Persentase NPF sektor
konstruksi mengalami penurunan setiap akhir tahun, namun diawal hingga
pertengahan tahun selanjutnya persentase NPF akan terus mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukkan pembiayaan sektor konstruksi memiliki resiko gagal bayar
yang cukup besar, sehingga memengaruhi penyaluran pembiayaan perbankan
syariah pada sektor konstruksi.
Sep-12
mei 2012
januari 2012
Sep-11
mei 2011
januari 2011
Sep-10
mei 2010
januari 2010
Sep-09
mei 2009
Sep-08
januari 2009
mei 2008
januari 2008
Sep-07
mei 2007
januari 2007
Sep-06
mei 2006
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
januari 2006
Persen
5
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Gambar 4 Non Performing Financing pembiayaan perbankan syariah pada sektor
konstruksi
Kegiatan usaha perbankan dengan prinsip syariah semakin mengalami
perkembangan setelah berlakunya UU No. 10 Tahun 1998. Perkembangan
perbankan syariah ini menyebabkan Bank Indonesia menyiapkan instrumen
moneter dengan prinsip syariah. Instrumen moneter syariah memberikan alternatif
pilihan bagi perbankan syariah untuk menempatkan dana pada Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan hal ini akan berpengaruh pada penyaluran dana
perbankan syariah berupa pembiayaan sektor riil. Kondisi dual banking system
menyebabkan sistem perbankan syariah di Indonesia masih dipengaruhi pula oleh
sistem konvensional yang berlaku, salah satunya yaitu dipengaruhi pula suku
bunga kredit bank konvensional. Penurunan suku bunga bank konvensional dapat
memicu terjadinya nasabah yang meninggalkan ataupun mengalihkan pembiayaan
dari perbankan syariah (Bank Indonesia 2012). Terdapat banyak faktor lainnya
yang dapat memengaruhi penyaluran pembiayaan perbankan syariah.
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka dirasa
penting untuk melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa sajakah yang
memengaruhi pembiayaan sektor konstruksi yang disalurkan oleh perbankan
syariah, mengkaitkan dengan kinerja perbankan, instrumen moneter, kondisi
makroekonomi dan rate of return yang berlaku di Indonesia. Secara khusus dapat
dirumuskan beberapa permasalahan dalam rincian sebagai berikut :
1.
Bagaimana gambaran umum pembiayaan perbankan syariah pada sektor
konstruksi di Indonesia?
2.
Bagaimana respon rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah
jika terjadi guncangan pada faktor-faktor kinerja perbankan, instrumen
moneter, kondisi makroekonomi dan rate of return ?
3.
Bagaimana kontribusi dinamis masig-masing variabel dalam menjelaskan
keragaman rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah ?
6
Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan gambaran umum pembiayaan perbankan syariah pada sektor
konstruksi di Indonesia
2.
Menganalisis respon rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah
jika terjadi guncangan pada faktor-faktor kinerja perbankan, instrumen
moneter, kondisi makroekonomi dan rate of return.
3.
Menganalisis kontribusi dinamis masing-masing variabel dalam
menjelaskan keragaman rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan
syariah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan pada
berbagai pihak :
1. Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan
sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan yang tepat khususnya dalam
mengembangkan sektor konstruksi melalui pembiayaan perbankan syariah.
2. Bank Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
dalam melihat pengaruh penerapan instrumen moneter terhadap pembiayaan
perbankan syariah.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberi pengetahuan mengenai peran
perbankan syariah dalam mengembangkan sektor konstruksi di Indonesia.
4. Kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya untuk pembiayaan pada sektor
konstruksi. Ruang lingkup perbankan syariah yang diteliti dibatasi pada Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), tanpa menyertakan data
dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Karena keterbatasan dan
ketersediaan data publikasi perbankan syariah untuk pembiayaan sektoral, maka
penelitian ini menggunakan data bulanan dengan periode dari Januari 2006
sampai dengan Desember 2012.
Faktor-faktor yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada beberapa
variabel. Variabel yang digunakan untuk menggambarkan kinerja perbankan
adalah rasio pembiayaan konstruksi (Rasio_PK), Dana Pihak Ketiga (DPK),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan pembiayaan bermasalah sektor konstruksi
(NPF). Variabel yang menggambarkan instrumen moneter adalah bonus Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (BSBIS), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
penempatan dana pada Pasar Uang dengan Prinsip Syariah (PUAS). Variabel yang
menggambarkan kondisi makroekonomi adalah tingkat inflasi dan Industrial
Production Index (IPI). Variabel yang menggambarkan rate of return adalah
7
variabel equivalent rate pembiayaan konstruksi (ERP) dan suku bunga kredit bank
konvensional (SBK).
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Pendirian lembaga keuangan dengan prinsip islami merupakan upaya kaum
muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan
Al-Quran dan As-Sunnah. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 mulai membahas
mengenai bank dengan sistem bagi hasil, namun belum terdapat rincian landasan
hukum syariah serta jenis jenis usaha yang diperbolehkan. Perkembangan
perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UndangUndang No.10 Tahun 1998. Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah. Keberadaan undang-undang tersebut menyebabkan bank-bank
konvensional mulai banyak melakukan pembukaan cabang syariah berupa UUS
atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio 2001).
Bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan fungsi sebagai
lembaga intermediasi dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Akan tetapi,
terdapat beberapa perbedaan mendasar diantara kedua jenis bank tersebut.
Perbankan syariah melarang dengan keras adanya praktik riba karena merupakan
sesuatu yang haram sehingga diganti dengan sistem bagi hasil. Tabel 2
menyajikan perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional.
Tabel 2 Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional
No
1
2
3
4
5
Bank Syariah
Melakukan investasi-investasi yang
halal saja
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual
beli, atau sewa
Profit dan falah oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah
Bank Konvensional
Investasi yang halal dan haram
Memakai perangkat bunga
Profit Oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitor-debitor
Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber: Antonio 2001
Akad pada Perbankan Syariah
Perbankan syariah memiliki beberapa prinsip dasar yang mengatur setiap
kegiatan yang dilakukan. Pertama, Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository /
Al-Wadi’ah) yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja pihak
penitip menghendaki. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan AlWadi’ah untuk tujuan current account (giro) dan saving account (tabungan
berjangka). Dengan konsep Al–Wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang
8
menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari
pengguna bank. Bank dapat memberi insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
Insentif berupa bonus tersebut dapat dijadikan sebagai banking policy dalam
upaya meningkatkan minat masyarakat untuk menabung dan sebagai indikator
kesehatan bank terkait.
Prinsip yang kedua yaitu Prinsip Bagi Hasil (Profit sharing). Secara umum,
prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad
utama, yaitu Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, Al-Muzara’ah dan Al-Musaqah.
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan. Al-Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Akad Al-Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek tersebut. Selain itu, akad ini dapat diaplikasikan untuk
melakukan investasi dalam skema modal ventura. Akad kedua dalam prinsip bagi
hasil yaitu akad Al-Mudharabah yang merupakan akad kerja sama usaha antara
dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian pengelola. Akad ketiga yaitu Al-Muzara’ah yang merupakan akad
kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana
pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
Selanjutnya akad keempat pada prinsip bagi hasil yaitu Al-Musaqah yang
merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan,
penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Prinsip yang ketiga yaitu Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase). Ada tiga
jenis jual beli yang dapat dijadikan acuan dalam pembiayaan modal kerja dan
investasi dalam perbankan syariah, yaitu Bai’Al-Murabahah, Bai’As-Salam, dan
Bai’Al-Istishna. Bai’Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Bai’ As-Salam adalah akad yang
mengatur pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Bai’Al-Istishna merupakan kontrak penjualan
antara pembeli dan pembuat barang dimana pembuat barang menerima pesanan
dari pembeli.
Prinsip yang keempat yaitu Prinsip Sewa (Operational Lease and
Financial Lease). Akad yang mengatur transaksi sewa yaitu Al-Ijarah yang
merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri
Prinsip yang kelima yaitu Prinsip Jasa (Fee Based Services). Beberapa
akad yang mengatur transaksi jasa, yaitu: Al-Wakalah yang merupakan akad
dalam mengatur pelimpahan kekuasan oleh seseorang kepada yang lain melalui
hal yang diwakilkan; Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
9
atau yang ditanggung; Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya; dan Ar-Rahn adalah
menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya (Antonio 2001).
Jenis Pembiayaan pada Perbankan Syariah
Penyaluran dana perbankan pada bank konvensional disebut dengan istilah
kredit atau pinjaman, sedangkan dalam bank syariah penyaluran dana disebut
dengan istilah pembiayaan (Kasmir 2002). Pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Antonio (2001),
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berdasarkan sifat penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan
produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi serta untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of
place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang barang
modal (capital goods) serta fasilitas fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme kebijakan moneter menggambarkan tindakan Bank Indonesia
melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya dalam
memengaruhi berbagai variabel ekonomi dan keuangan. Mekanisme tersebut
terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan,
serta sektor riil. Perubahan BI Rate memengaruhi inflasi melalui berbagai jalur
(Gambar 5), diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur
harga aset, dan jalur ekspektasi (Bank Indonesia 2013).
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate memengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami resesi, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang
ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
meningkat. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mencegah
10
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi
(Bank Indonesia 2013).
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai
tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Selain itu, suku bunga BI
Rate juga dapat memengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga
aset. Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga memengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi
mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah
yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada
konsumen melalui kenaikan harga (Bank Indonesia 2013)
Suku bunga
deposito dan kredit
Kredit yang
disalurkan
BI
RATE
Konsumsi
dan
Investasi
Produk
Domestik
Bruto
Harga Aset
(saham, obligasi)
Nilai Tukar
Ekspor
Ekspektasi Inflasi
Inflasi
FEED BACK
Sumber: Bank Indonesia (2013)
Gambar 5 Mekanisme transmisi kebijakan moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini dalam bekerja memerlukan
waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang
lain. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada
kecepatan transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat resiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI
rate biasanya sangat lambat. Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi
untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya
permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit.
Penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
11
sedang resesi. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan
kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses
transmisi kebijakan moneter (Bank Indonesia 2013).
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia memiliki tugas dalam mengatur
kegiatan perekonomian dalam suatu negara, termasuk di dalamnya kegiatan
perbankan. Kebijakan moneter ganda di Indonesia menggunakan dua instrumen
kebijakan moneter, yaitu Surat Berharga Bank Indonesia atau SBI berbasis suku
bunga untuk konvensional dan SBI Syariah atau SBIS berbasis bonus untuk
syariah. Tingkat suku bunga SBI dan tingkat bonus SBIS berperan sebagai policy
rate. Policy rate ini akan mempengaruhi pendanaan dan pembiayaan perbankan
melalui pasar uang antarbank konvensional dan syariah yang akan mempengaruhi
biaya dana perbankan dalam menyalurkan kredit atau pembiayaannya. Ekspansi
kredit dan pembiayaan akan menghasilkan output dan mempengaruhi tingkat
inflasi (Gambar 6).
Sumber : Ascarya (2010)
Gambar 6 Alur transmisi moneter ganda (konvensional dan syariah)
Selain itu, terdapat instrumen moneter syariah berupa Sertifikat Investasi
Mudharabah antar Bank Syariah (IMA). Instrumen ini digunakan oleh bank-bank
syariah yang mengalami kelebihan dana untuk mendapat keuntungan. Di lain
pihak, sertifikat IMA yang berjangka waktu 90 hari ini dapat digunakan sebagai
sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang mengalami
kekurangan dana. Sertifikat IMA diperjualbelikan dalam Pasar Uang Antar Bank
Syariah (PUAS).
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pembiayaan oleh perbankan syariah telah banyak
dilakukan, namun penelitian yang memfokuskan pada sektor konstruksi masih
belum dilakukan. Maka penelitian ini akan mengkaji rasio pembiayaan perbankan
syariah pada sektor konstruksi dikaitkan dengan berbagai faktor mikro dan
makroekonomi. Beberapa penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini,
antara lain penelitian yang dilakukan Ozcusa dan Akbostanci (2012) menganalisis
mengenai penyaluran pinjaman (kredit) oleh bank di Turki. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat dampak perubahan kebijakan moneter dalam perilaku
penyaluran kredit perbankan. Periode penelitian dibagi menjadi dua sub periode
12
untuk melihat dampak perubahan kebijakan dan kondisi sistem keuangan akibat
krisis 2000 hingga 2001 terhadap penyaluran kredit. Sub-periode pertama yaitu
dari tahun 1988 hingga 2001 dan sub-periode kedua yaitu dari tahun 2002 hingga
2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panel dinamis, dengan
variabel indikator antara lain ukuran, likuiditas, kapitalisasi, kualitas aset,
pendapatan, dan kemampuan serta efisiensi manajemen perbankan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan perilaku penyaluran
kredit pada periode sebelum dan sesudah krisis. Variabel PDB riil memiliki
hubungan signifikan positif terhadap kredit perbankan. Tingkat inflasi memiliki
hubungan signifikan negatif, yang tidak sesuai dengan hipotesis awal. Kualitas
aset, kapitalisasi, dan likuiditas menunjukkan hubungan signifikan positif
terhadap penyaluran kredit, dan ukuran memiliki hubungan negatif terhadap
tingkat pertumbuhan kredit. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang jauh
lebih kuat dari perubahan kebijakan moneter pada tingkat pertumbuhan kredit
terjadi pada periode 2002 hingga 2009. Hal ini dikarenakan setelah krisis
keuangan 2000-2001, telah ada sejumlah perubahan regulasi dan struktural yang
signifikan di sektor perbankan Turki.
Penelitian tentang keterkaitan penyaluran dana perbankan dengan kondisi
makroekonomi dilakukan oleh Talavera et al. (2006). Penelitian tersebut mengkaji
keterkaitan antara perilaku penyaluran kredit bank dan ketidakpastian
makroekonomi yang terjadi di Ukraina periode tahun 2003 kuartal pertama
sampai tahun 2005 kuartal ketiga. Model yang digunakan adalah ekulibrium
parsial dinamik dengan variabel yang digunakan adalah: rasio kredit terhadap
modal, rasio dana pihak ketiga terhadap modal, dan natural log modal sendiri,
sedangkan indikator ketidakpastian makroekonomi yang digunakan adalah M1,
M2, Consumer Price Index (CPI), serta Produser Price Index (PPI). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perbankan di Ukraina menurunkan penawaran
kreditnya jika ketidakpastian peubah makroekonomi meningkat, demikian pula
sebaliknya, jika ketidakpastian makroekonomi menurun maka penawaran kredit
perbankan meningkat.
Penelitian untuk mengidentifikasi dampak shock penawaran kredit terhadap
makroekonomi dilakukan oleh Peek et al. (2000). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu melibatkan rating skor tingkat kesehatan bank CAMEL
(Capital, Assets, Management, Earnings, and Liquidity) untuk memproksikan
penawaran kredit. Hasil penelitian tersebut menyebutkan meningkatnya tingkat
kesehatan bank, akan meningkatkan pertumbuhan GDP riil secara signifikan.
Komponen GDP yang paling sensitif terhadap perubahan penawaran kredit adalah
peubah investasi barang-barang (inventory investment). Semakin sehat bank akan
meningkatkan investasi barang-barang. Dampak perubahan tingkat kesehatan
bank signifikan dalam memengaruhi GDP riil. Penelitian tersebut secara garis
besar menunjukkan bahwa kondisi perbankan sanggup mempengaruhi kondisi
makroekonomi.
Penelitian yang dilakukan Nugroho (2009) terhadap pembiayaan perbankan
syariah dengan menggunakan metode VAR-VECM mendapati bahwa dalam
jangka panjang pembiayaan bermasalah dan kredit bank umum signifikan
mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. Guncangan dari pembiayaan
bermasalah, SWBI, kredit bank umum, indeks produksi industri, dan Jakarta
Islamic Index direspon permanen negatif oleh pembiayaan, sedangkan laba per
13
aset, DPK, dan pembiayaan sendiri direspon permanen positif oleh pembiayaan.
Berdasarkan kontribusi dinamis masing-masing peubah, peubah yang paling besar
menjelaskan variabilitas pembiayaan adalah pembiayaan bermasalah, kemudian
pembiayaan itu sendiri dan kredit bank umum .
Penelitian yang dilakukan Ghafur (2007) mengenai pengaruh resiko
keuangan bank terhadap keputusan pembiayaan bank syariah. Penelitian ini
menggunakan Bank Mualamalat Indonesia sebagai objek penelitian dengan model
dinamik Autoregressive Distributed Lag (ADL). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel Assets Utilization Ratio (AUR), DPK, dan FDR memiliki
pengaruh positif dalam memengaruhi pembiayaan secara langsung pada periode
saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak memerlukan
penyesuaian waktu dalam memengaruhi pembiayaan secara positif. Sedangkan
variabel Loan to Asset Ratio (LAR), Rate of Return on Loan Ratio (RLR) dan
CAR pada periode lalu memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan yang
menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut membutuhkan waktu
(kelambanan/lag) dalam memengaruhi pembiayaan perbankan syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprianti (2011) menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi pembiayaan sektor pertanian perbankan syariah menggunakan
variabel-variabel dari sisi konvensional maupun syariah. Hasil penelitiannya
menunjukan untuk variabel equivalent rate DPK, equivalent rate pembiayaan
pertanian, Bonus SBIS, dan suku bunga SBI signifikan berpengaruh secara positif
terhadap pembiayaan pertanian. Sedangkan untuk variabel suku bunga kredit dan
jumlah DPK signifikan berpengaruh negatif terhadap pembiayaan pertanian.
Secara teori, seharusnya DPK memiliki pengaruh positif terhadap kenaikan
pembiayaan. Berdasarkan dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perbankan
syariah belum memfokuskan pembiayaannya pada sektor pertanian karena belum
adanya skim pembiayaan yang tepat untuk sektor pertanian.
Penelitian Widyastuti dan Anwar (2009) mengenai penggunaan variabel
instrumen moneter syariah dalam menganalisis kinerja perbankan syariah
menggunakan metode VAR. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
jumlah DPK, pembiayaan, aset, NPF, SBIS dan volume transaksi dalam PUAS.
Hasil menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan akibat transaksi instrumen
moneter syariah terhadap kinerja perbankan syariah berhubungan positif dengan
aset dan dana pihak ketiga, serta berhubungan negatif dengan pembiayaan dan
non performing financing.
Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini difokuskan mengalisis faktor-faktor penentu rasio pembiayaan
sektor konstruksi pada perbankan syariah di Indonesia. Faktor-faktor penentu
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel baik dari
sisi syariah maupun sisi konvensional. Hal ini dikarenakan perbankan syariah
masih terpengaruh oleh instrumen konvensional. Variabel-variabel yang
digunakan adalah rasio pembiayaan sektor konstruksi (Rasio_PK), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Industrial Production Index (IPI), suku bunga kredit (SBK),
tingkat inflasi (INF), Non Performing Financing (NPF), bonus sertifikat bank
14
indonesia syariah (BSBIS), penempatan dana pada pasar uang dengan prinsip
syariah (PUAS), dan equivalent rate pembiayaan (ERP). Secara konseptual alur
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 7
Penurunan rasio pembiayaan sektor
konstruksi perbankan syariah
Kinerja
Perbankan
Instrumen
Moneter
Kondisi
Ekonomi
Rate of
Return
Pembiayaan perbankan syariah (Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah) Sektor Konstruksi
Gambaran
Umum
Respon
Dinamis
Guncangan
Saran dan Rekomendasi Kebijakan
Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional
Struktur
Kontribusi
15
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian untuk menjawab tujuan yaitu sebagai berikut:
1.
Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK),
suku bunga SBI, Industrial Production Index (IPI), bonus SBIS, dan
equivalent rate pembiayaan (ERP) memiliki hubungan yang positif terhadap
pembiayaan sektor konstruksi pada perbankan syariah.
2.
Variabel suku bunga kredit (SBK), pembiayaan bermasalah (NPF), tingkat
inflasi (INF), dan penempatan dana pada PUAS memiliki hubungan yang
negatif terhadap pembiayaan sektor konstruksi pada perbankan syariah.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan yaitu data sekunder dengan frekuensi bulanan dari
Januari 2006 sampai dengan Desember tahun 2012. Data bersumber dari publikasi
Bank Indonesia antara lain Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS BI),
Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia (DPbS-BI) dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI),
CEIC, serta data dari Badan Pusat Statistika (BPS) (Tabel 3). Penelitian ini juga
menggunakan data pelengkap lainnya dari literatur-literatur yang berkaitan, jurnal,
buku dan dari media internet.
Tabel 3 Peubah penelitian, simbol, satuan dan sumber data
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Peubah
Rasio
Pembiayaan
sektor
konstruksi perbankan syariah
Financing to Deposit Ratio
(FDR)
Dana pihak ketiga perbankan
syariah
Suku bunga sertifikat Bank
Indonesia
Industrial Production Index
Suku bunga kredit bank umum
konvensional
Tingkat inflasi
Pembiayaan bermasalah
Bonus sertifikat Bank Indonesia
syariah
Penempatan dana pada Pasar
Uang Antar Bank Syariah
Equivalent rate (tingkat imbal
hasil)
pembiayaan
sektor
konstruksi
Simbol
Satuan
RASIO_PK Persen
Sumber
Data
SPS BI
FDR
Persen
SPS BI
LN_DPK
Miliar Rupiah
SPS BI
SBI
Persen
SEKI BI
LN_IPI
SBK
Indeks
Persen
CEIC
SPI BI
INF
NPF
BSBIS
Persen
Persen
Persen
SEKI BI
SPS BI
DPbS-BI
LN_PUAS
Miliar Rupiah
SPS BI
ERP
Persen
SPI BI
16
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan definisi
operasionalnya adalah sebagai berikut :
1.
Rasio pembiayaan sektor konstruksi (PK) merupakan persentase rasio
perbandingan jumlah pembiayaan sektor konstruksi terhadap total
pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia, dinyatakan dalam persen.
2.
Financing Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan konstruksi
terhadap total DPK pada perbankan syariah di Indonesia.
3.
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh perbankan syariah yang terdiri dari giro wadiah,
tabungan mudharabah, dan deposito investasi mudharabah.
4.
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan tingkat
pengembalian dari penempatan dana perbankan pada Sertifikat Bank
Indonesia dan merupakan instrumen moneter konvensional.
5.
Industrial Production Index (IPI) merupakan proksimasi dari output
nasional. Agar mendapatkan data bulanan, maka output nasional
diproksimasi dengan IPI yang merupakan ukuran output dari industriindustri sedang dan besar secara bulanan, dan dinyatakan dengan indeks.
6.
Suku Bunga Kredit (SBK) merupakan suku bunga kredit pada bank umum
konvensional di Indonesia.
7.
Inflasi (INF) merupakan tingkat inflasi yang berlaku di Indonesia.
8.
Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) merupakan
persentase jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan
perbankan syariah pada sektor konstruksi di Indonesia.
9.
Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (BSBIS) merupakan imbalan bagi
hasil (fee) dari penempatan dana perbankan syariah pada Sertifikat Bank
Indonesia Syariah yang merupakan instrumen moneter syariah. Pada Januari
2004 hingga Maret 2008 SBIS disebut dengan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI).
10. Volume transaksi pada Pasar Uang Antar Bank dengan Prinsip Syariah
(PUAS) merupakan jumlah penempatan dana perbankan syariah pada
Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (IMA) di pasar uang
antar bank syariah. PUAS merupakan instrumen moneter syariah.
11. Equivalent rate Pembiayaan Sektor Konstruksi (ERP) merupakan tingkat
imbal hasil dari pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi di
Indonesia.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis yang bersifat deskriptif dan
kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Vector Autoregression (VAR) apabila data-data yang digunakan stasioner dan
tidak terkointegrasi, kemudian dilanjutkan dengan metode Vector Error
Correction Model (VECM) apabila data-data yang digunakan stasioner dan
terdapat kointegrasi. Pengolahan data dilakukan secara bertahap. Sebelum sampai
pada analisis VAR dan VECM perlu dilakukan beberapa pengujian praestimasi
17
yaitu, uji stationeritas data atau uji akar unit (unit root test), penentuan pan
PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR KONSTRUKSI DI
INDONESIA
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Konstruksi di Indonesia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Nidaa Nazaahah Kusumawati
NIM H14090017
2
ABSTRAK
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI. Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan
Perbankan Syariah pada Sektor Konstruksi di Indonesia. Dibimbing oleh IRFAN
SYAUQI BEIK.
Sektor konstruksi merupakan sektor penting dalam mendukung proyek
pembangunan di Indonesia. Pengembangan sektor konstruksi memerlukan peran sektor
perbankan untuk membantu akses permodalan melalui pemberian kredit atau
pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor kinerja
perbankan, instrumen moneter, kondisi makroekonomi dan rate of return terhadap
pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi. Penelitian ini menggunakan model
Vector Error Correction dengan data bulanan periode 2006 hingga 2012. Hasil penelitian
menunjukan bahwa, pertama, rasio pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kedua, guncangan pada variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Industrial Production
Index (IPI), tingkat inflasi (INF), dan equivalent rate pembiayaan (ERP) akan direspon
secara positif oleh rasio pembiayaan sektor konstruksi. Sedangkan guncangan pada
variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga kredit (SBK), pembiayaan bermasalah
(NPF), bonus SBI Syariah (BSBIS), dan penempatan dana pada Pasar Uang dengan
Prinsip Syariah (PUAS) akan direspon secara negatif oleh rasio pembiayaan sektor
konstruksi. Berdasarkan hasil penelitian, perbankan syariah hendaknya dapat lebih
memfokuskan pembiayaan untuk sektor konstruksi karena akan memberikan manfaat
yang besar untuk pembangunan sektor riil serta dapat meningkatkan pendapatan nasional.
Selain itu, perbankan syariah sebaiknya lebih memerhatikan aspek penilaian kriteria
dalam memilih peminjam dana untuk menekan jumlah pembiayaan bermasalah.
Kata kunci: Pembiayaan, Sektor Konstruksi, Perbankan Syariah, Vector Error Correction
ABSTRACT
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI. The Analysis of Determinant Factors of Islamic
Banking on Construction Financing in Indonesia. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.
The construction sector is an important sector in supporting development projects
in Indonesia. The development of the construction sector needs the role of the banking
sector to help access capital through credit or financing. This study aims to analyze the
relationships among factors of banking performance, monetary instruments,
macroeconomic condition and rate of return towards construction financing in Islamic
banking. This study uses Vector Error Correction model with monthly data from 2006
until 2012. The results of this study, first, that ratio of construction financing is
decreasing years to years. Second. the ratio of construction financing responds positively
to the shock of Financing to Deposit Ratio (FDR), the interest rate of SBI (SBI),
Industrial Production Index (IPI), inflation rate (INF), and equivalent rate financing
(ERP). While shocks of Third Party Funds (DPK), lending rates (SBK), non performing
financing (NPF), fee of SBIS (BSBIS), and the placement of funds in PUAS (PUAS)
variables are responded negatively. The implications of this study that Islamic banking
should be able to be more focused on construction financing as it will provide great
benefits to the development of real sector and national income. In addition, Islamic
banking should more concern on assesment criteria to choose borrowers in order to
reduce the amount of non performing financing.
Keywords: Financing, Construction Sector, Islamic Banking, Vector Error Correction
3
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMBIAYAAN
PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR KONSTRUKSI DI
INDONESIA
NIDAA NAZAAHAH KUSUMAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
4
5
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah
pada Sektor Konstruksi di Indonesia
Nama
: Nidaa Nazaahah Kusumawati
NIM
: H14090017
Disetujui oleh
Irfan Syauqi Beik, Ph.D
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul
Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor
Konstruksi di Indonesia. Sektor konstruksi merupakan sektor penting dalam
mendukung proyek pembangunan di Indonesia. Pengembangan sektor konstruksi
memiliki peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan sarana dan
prasarana dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju
perekonomian. Pengembangan sektor konstruksi memerlukan peran sektor
perbankan untuk membantu akses permodalan melalui penyaluran pembiayaan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Irfan Syauqi Beik, Ph.D selaku dosen
pembimbing, Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen penguji utama dan
Widyatustik, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, saran
dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini. Di samping itu, terimakasih
penulis sampaikan kepada Bapak Rifki Ismal, Ibu Siti Nurfalinda, tim informasi
perbankan syariah dan staf Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia atas
bantuan data yang diberikan. Selain itu terima kasih penulis ucapkan kepada
Mbak Heni, Mbak Dian, dan Kak Retno atas bantuannya dalam proses pengolahan
data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua (Ibu Kistiyowati
dan Bapak Tatang), Tante Sri Bandiyati, saudara (Muhammad Bahariansyah dan
Imam Arif Rahman) beserta seluruh keluarga atas semangat, doa, kasih sayang
dan bantuan yang telah diberikan. Terimakasih penulis ucapkan kepada temanteman ilmu ekonomi 46, teman-teman satu bimbingan (Sri Wulan, Syifa, dan
Rina) yang telah berjuang bersama, teman-teman tersayang (Marsela, Amelia,
Niki, Nila, Rina, Dea, Ria, Dini, Vita, Manda Kumoro, Bintan, dan Manda
Khairatul), teman-teman wisma shambala (Seni, Shinta, Citra, Resti, Aulia, Nindi,
Saze, Mbak Rice, Dhini, Ega, Feby, dan Agit), teman-teman UKF, HIPOTESA
serta BEM FEM atas segala doa, bantuan, dan semangat yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Nidaa Nazaahah Kusumawati
7
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Akad pada Perbankan Syariah
Jenis Pembiayaan pada Perbankan Syariah
Transmisi Kebijakan Moneter
Kajian Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran Operasional
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Variabel dan Definisi Operasional
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Model Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian
Gambaran Umum
Analisis Pengaruh Guncangan Faktor-Faktor Penentu terhadap
Respon dari Rasio Pembiayaan Sektor Konstruksi
Analisis Kontribusi Faktor dalam Menentukan Keragaman Rasio
Pembiayaan Sektor Konstruksi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
1
4
6
6
6
7
7
7
9
9
11
13
15
15
15
16
16
20
21
21
25
28
36
37
37
38
38
40
63
8
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pembiayaan perbankan syariah berdasarkan sektor
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional
Peubah penelitian, simbol, satuan dan sumber data
Hasil uji stasioneritas data
Hasil pengujian lag optimal
Hasil uji stabilitas VAR
Hasil uji Johanssen’s trace statistic
Hasil estimasi VECM
Jumlah pembiayaan sektor konstruksi, pembiayaan total dan
persentase rasio
10 Jumlah pembiayaan sektor konstruksi berdasarkan akad
2
7
15
21
22
22
23
24
27
28
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Sistem bagi hasil pada perbankan syariah
Jumlah pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Rasio pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Non Performing Financing pembiayaan perbankan syariah pada
sektor konstruksi
5 Mekanisme transmisi kebijakan moneter
6 Alur transmisi moneter ganda (konvensional dan syariah)
7 Kerangka Pemikiran Operasional
8 Proses analisis VAR dan VECM
9 Jumlah jaringan bank pada perbankan syariah 2006-2012
10 Jumlah total aset, DPK, dan pembiayaan perbankan syariah
11 Penyaluran dana BUS dan UUS November 2012
12 Jumlah pembiayaan bermasalah sektor konstruksi perbankan syariah
13 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
pada variabel FDR, DPK, SBI, IPI, SBK, INF, NPF, BSBIS,
PUAS, dan ERP
14 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
DPK
15 Perbandingan grafik untuk data rasio PK dan DPK
16 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
FDR
17 Perbandingan grafik untuk data rasio PK dan FDR
18 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
NPF
19 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
BSBIS
2
3
4
5
10
11
14
17
25
26
26
28
29
30
30
31
31
32
32
9
20 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan SBI
21 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
PUAS
22 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan INF
23 Respon SBI akibat guncangan inflasi
24 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan IPI
25 Respon IPI akibat guncangan rasio pembiayaan konstruksi
26 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
ERP
27 Respon rasio pembiayaan sektor konstruksi akibat guncangan
SBK
28 Variance Decomposition dari rasio pembiayaan sektor konstruksi
33
33
34
34
35
35
36
36
37
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uji stasioneritas pada tingkat level
Uji stasioneritas pada tingkat first difference
Uji lag optimum
Uji stabilitas VAR
Uji kausalitas granger
Uji kointegrasi
Hasil estimasi VECM
Hasil simulasi Impuls Response Function
Variance decomposition
40
43
46
47
48
51
52
58
61
10
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang aktif
dalam melakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan
ekonomi Indonesia dapat meningkatkan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat
secara luas. Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor penting dalam
mendukung pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor konstruksi memiliki
peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan sarana dan prasarana
dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan laju
perekonomian. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) 2012, sektor
konstruksi di Indonesia memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yaitu sebesar 861 triliun rupiah pada tahun 2012. Sektor konstruksi
menyumbangkan 10.45 persen terhadap total PDB seluruh sektor yang berjumlah
8,242 triliun rupiah. Selain itu, sektor konstruksi juga memiliki peran dalam
penyerapan tenaga kerja yang terlihat dari jumlah penduduk bekerja diatas 15
tahun pada sektor konstruksi yaitu sejumlah 6.8 juta penduduk (BPS 2012).
Penyelengaraan konstruksi dan infrastruktur Indonesia perlu diperbaiki dan
dikembangkan untuk menghadapi persaingan dengan negara asing terlebih lagi
dengan adanya program Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Hal ini penting
dilakukan mengingat komitmen Indonesia dalam ASEAN Framework Agreement
on Services (AFAS) yang menitikberatkan pada kesiapan sektor jasa, seperti
infrastruktur dan konstruksi. Penyelenggaraan konstruksi Indonesia saat ini
diharapkan akan terus menampilkan kegiatan konstruksi Indonesia yang kreatif,
inovatif dan berdaya saing serta mampu berkarya lebih baik lagi di dalam maupun
luar negeri. Pencapaian kondisi pembangunan sektor konstruksi yang optimal
memerlukan kontribusi dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia beserta
seluruh aspek kelembagaan. Salah satunya yaitu peran sektor perbankan yang
sangat diperlukan untuk membantu askses permodalan dalam mendukung
penyelenggaraan kegiatan konstruksi melalui penyaluran kredit atau pembiayaan.
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi
dalam menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan
kembali dana tersebut pada pihak yang membutuhkan. Sektor perbankan di
Indonesia mulai diperkenalkan dengan sistem baru yaitu sistem perbankan syariah
yang menerapkan berbagai macam akad yang mengatur setiap kegiatan perbankan
dengan prinsip islami. Perbankan syariah mulai diperkenalkan semenjak tahun
1992 melalui munculnya peraturan Undang-Undang (UU) No.7 tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah (PP) No.72 tahun 1992 kemudian disempurnakan dengan
Undang-Undang No.21 Tahun 2008. Saat ini perbankan syariah sudah mulai
memiliki pangsa pasar tersendiri dan cukup diminati sehingga terus mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Bahkan perbankan konvensional juga mulai
mengembangkan unit usaha atau anak perusahaan perbankan dengan prinsip
syariah.
Perbankan syariah dapat menawarkan pembiayaan yang menguntungkan
bagi sektor konstruksi karena perbankan syariah memiliki keunggulan
dibandingkan bank konvensional yaitu dengan hilangnya beban bunga yang
2
berkesinambungan dan menggantinya dengan sistem profit loss sharing. Sistem
bagi hasil dapat mengurangi beban para pengusaha sektor konstruksi karena
adanya pembagian resiko antara pihak bank dan nasabah peminjam. Perbankan
syariah dapat dijadikan alternatif bagi pengusaha sektor konstruksi untuk
memperoleh bantuan permodalan dalam rangka penyelenggaraan sektor
konstruksi dan infrastruktur sehingga dapat mendorong laju ekonomi. (Gambar 1).
Sistem Bagi
Hasil
Mendorong
Laju Ekonomi
Produktivitas
dan
Kesempatan
Distribusi
Kekayaan dan
Pendapatan
Menumbuhkan
Sektor Riil
Sumber : Ascarya (2008)
Gambar 1 Sistem bagi hasil pada perbankan syariah
Total aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah juga mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah bank dan jaringan kantor bank
syariah. Penghimpunan dana pihak ketiga ini dalam islam tidak boleh hanya
dianggurkan dan harus dimanfaatkan secara maksimal oleh bank syariah untuk
disalurkan melalui pembiayaan yang diberikan kepada sektor riil. Pembiayaan
yang diberikan pada sektor riil mengalami peningkatan dari segi jumlah seiring
dengan peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah (Tabel 1).
Tabel 1 Pembiayaan perbankan syariah berdasarkan sektor (Miliar Rp)
Sektor
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Listrik, gas, air
Konstruksi
Perdagangan, restoran, dan
hotel
Pengangkutan, pergudangan
dan komunikasi
Jasa dunia usaha
Jasa sosial/masyarakat
Lain-lain
Total
2006
701
375
940
17
1637
3041
2007
837
511
1371
166
2371
4152
2008
1177
965
1340
248
3368
4426
2009
1331
1047
1579
698
3516
5000
2010
1762
1120
2337
1354
4194
7609
2011
2201
1733
4077
2381
5858
9778
2012
2809
2094
5008
3159
7142
12624
1165
1569
2759
3349
3696
3369
4321
5458 8425 11757 13664 20233
1456 1904 2463 2661 2975
5655 6639 9693 14042 22902
20445 27944 38195 46886 68181
Sumber: Stastistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (2012)
25630 37150
4464
7878
43164 65319
102655 147505
3
Sep-12
mei 2012
januari 2012
Sep-11
mei 2011
januari 2011
Sep-10
mei 2010
januari 2010
Sep-09
mei 2009
januari 2009
Sep-08
mei 2008
januari 2008
Sep-07
mei 2007
januari 2007
Sep-06
mei 2006
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
januari 2006
Miliar Rupiah
Besarnya pembiayaan yang diberikan perbankan syariah pada sektor riil
dapat dibuktikan dengan tingginya Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu
sebesar 99.99 persen pada Desember 2012. Perbankan syariah akan diarahkan
untuk mulai mengembangkan kapasitasnya dan lebih aktif melayani kebutuhan
pembiayaan sektor riil yang memiliki produktivitas tinggi, salah satunya yaitu
sektor konstruksi (Outlook Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012). Jenis
pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu pembiayaan riil yang bersifat produktif dan
konsumtif. Pembiayaan produktif perlu mendapat perhatian khusus untuk
dikembangkan, karena pembiayaan ini akan memberi efek multiplier yang besar
terhadap peningkatan output dan pendapatan nasional. Perbankan syariah sebagai
lembaga intermediasi dapat memberikan bantuan permodalan dalam
mengembangkan sektor konstruksi di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan jumlah
pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah pada sektor konstruksi, yang
mengalami peningkatan dalam segi jumlah.
Sumber : Bank Indonesia (2012)
Gambar 2 Jumlah pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaan sektor konstruksi
dapat berasal dari kondisi internal maupun kondisi eksternal perbankan. Secara
umum faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaaan perbankan adalah
posisi permodalan bank, resiko dan profitabilitas dari tipe pinjaman, stabilitas
dana pihak ketiga, kondisi perekonomian, kebijakan fiskal dan moneter yang
berlaku, kemampuan dari bank personnel serta kebutuhan kredit dalam suatu
wilayah (Reed 1989). Menurut Pohan 2008, perilaku penawaran kredit atau
pembiayaan perbankan juga dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap
prospek usaha debitur dan kondisi internal perbankan itu sendiri seperti tercermin
pada permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR), jumlah kredit macet atau
Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal yang serupa
juga diungkapkan Ghafur (2007), bahwa tingkat kesehatan bank dan rasio
keuangan perbankan turut memengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan
dananya melalui skema kredit atau pembiayaan.
4
Perumusan Masalah
Sektor konstruksi merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam
pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja
perekonomian. Sehingga sektor konstruksi perlu mendapat dukungan dari seluruh
elemen masyarakat, termasuk juga dari sektor perbankan. Industri perbankan
sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian memiliki peran penting
dalam memberikan bantuan permodalan berupa penyaluran kredit atau
pembiayaan.
Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan memiliki
kewajiban dalam menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi riil. Financing
Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang cukup tinggi menunjukan bahwa
dana yang berhasil dihimpun dari DPK masyarakat telah disalurkan pada
pembiayaan. Peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah
ternyata belum diikuti dengan peningkatan rasio pembiayaan untuk sektor
konstruksi terhadap total pembiayaan seluruh sektor. Menurut data stastistik
perbankan syariah Bank Indonesia (SPS-BI), persentase rasio pembiayaan sektor
konstruksi terhadap total pembiayaan cenderung mengalami penurunan dari tahun
ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa total pembiayaan yang meningkat pesat
belum diikuti dengan pertumbuhan pembiayaan pada sektor konstruksi.
12.00
10.00
Persen
8.00
6.00
4.00
2.00
Sep-12
mei 2012
januari 2012
Sep-11
mei 2011
januari 2011
Sep-10
mei 2010
januari 2010
Sep-09
mei 2009
januari 2009
Sep-08
mei 2008
januari 2008
Sep-07
mei 2007
januari 2007
Sep-06
mei 2006
januari 2006
0.00
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Gambar 3 Rasio pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi
Penurunan persentase rasio pembiayaan untuk sektor konstruksi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya yaitu persentase Non
Performing Financing (NPF) yang merupakan rasio pembiayaan bermasalah
terhadap total pembiayaan pada sektor konstruksi. Persentase NPF sektor
konstruksi mengalami penurunan setiap akhir tahun, namun diawal hingga
pertengahan tahun selanjutnya persentase NPF akan terus mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukkan pembiayaan sektor konstruksi memiliki resiko gagal bayar
yang cukup besar, sehingga memengaruhi penyaluran pembiayaan perbankan
syariah pada sektor konstruksi.
Sep-12
mei 2012
januari 2012
Sep-11
mei 2011
januari 2011
Sep-10
mei 2010
januari 2010
Sep-09
mei 2009
Sep-08
januari 2009
mei 2008
januari 2008
Sep-07
mei 2007
januari 2007
Sep-06
mei 2006
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
januari 2006
Persen
5
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Gambar 4 Non Performing Financing pembiayaan perbankan syariah pada sektor
konstruksi
Kegiatan usaha perbankan dengan prinsip syariah semakin mengalami
perkembangan setelah berlakunya UU No. 10 Tahun 1998. Perkembangan
perbankan syariah ini menyebabkan Bank Indonesia menyiapkan instrumen
moneter dengan prinsip syariah. Instrumen moneter syariah memberikan alternatif
pilihan bagi perbankan syariah untuk menempatkan dana pada Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan hal ini akan berpengaruh pada penyaluran dana
perbankan syariah berupa pembiayaan sektor riil. Kondisi dual banking system
menyebabkan sistem perbankan syariah di Indonesia masih dipengaruhi pula oleh
sistem konvensional yang berlaku, salah satunya yaitu dipengaruhi pula suku
bunga kredit bank konvensional. Penurunan suku bunga bank konvensional dapat
memicu terjadinya nasabah yang meninggalkan ataupun mengalihkan pembiayaan
dari perbankan syariah (Bank Indonesia 2012). Terdapat banyak faktor lainnya
yang dapat memengaruhi penyaluran pembiayaan perbankan syariah.
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka dirasa
penting untuk melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa sajakah yang
memengaruhi pembiayaan sektor konstruksi yang disalurkan oleh perbankan
syariah, mengkaitkan dengan kinerja perbankan, instrumen moneter, kondisi
makroekonomi dan rate of return yang berlaku di Indonesia. Secara khusus dapat
dirumuskan beberapa permasalahan dalam rincian sebagai berikut :
1.
Bagaimana gambaran umum pembiayaan perbankan syariah pada sektor
konstruksi di Indonesia?
2.
Bagaimana respon rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah
jika terjadi guncangan pada faktor-faktor kinerja perbankan, instrumen
moneter, kondisi makroekonomi dan rate of return ?
3.
Bagaimana kontribusi dinamis masig-masing variabel dalam menjelaskan
keragaman rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah ?
6
Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan gambaran umum pembiayaan perbankan syariah pada sektor
konstruksi di Indonesia
2.
Menganalisis respon rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan syariah
jika terjadi guncangan pada faktor-faktor kinerja perbankan, instrumen
moneter, kondisi makroekonomi dan rate of return.
3.
Menganalisis kontribusi dinamis masing-masing variabel dalam
menjelaskan keragaman rasio pembiayaan sektor konstruksi perbankan
syariah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan pada
berbagai pihak :
1. Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan
sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan yang tepat khususnya dalam
mengembangkan sektor konstruksi melalui pembiayaan perbankan syariah.
2. Bank Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
dalam melihat pengaruh penerapan instrumen moneter terhadap pembiayaan
perbankan syariah.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberi pengetahuan mengenai peran
perbankan syariah dalam mengembangkan sektor konstruksi di Indonesia.
4. Kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya untuk pembiayaan pada sektor
konstruksi. Ruang lingkup perbankan syariah yang diteliti dibatasi pada Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), tanpa menyertakan data
dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Karena keterbatasan dan
ketersediaan data publikasi perbankan syariah untuk pembiayaan sektoral, maka
penelitian ini menggunakan data bulanan dengan periode dari Januari 2006
sampai dengan Desember 2012.
Faktor-faktor yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada beberapa
variabel. Variabel yang digunakan untuk menggambarkan kinerja perbankan
adalah rasio pembiayaan konstruksi (Rasio_PK), Dana Pihak Ketiga (DPK),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan pembiayaan bermasalah sektor konstruksi
(NPF). Variabel yang menggambarkan instrumen moneter adalah bonus Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (BSBIS), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
penempatan dana pada Pasar Uang dengan Prinsip Syariah (PUAS). Variabel yang
menggambarkan kondisi makroekonomi adalah tingkat inflasi dan Industrial
Production Index (IPI). Variabel yang menggambarkan rate of return adalah
7
variabel equivalent rate pembiayaan konstruksi (ERP) dan suku bunga kredit bank
konvensional (SBK).
TINJAUAN PUSTAKA
Perbankan Syariah
Pendirian lembaga keuangan dengan prinsip islami merupakan upaya kaum
muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan
Al-Quran dan As-Sunnah. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 mulai membahas
mengenai bank dengan sistem bagi hasil, namun belum terdapat rincian landasan
hukum syariah serta jenis jenis usaha yang diperbolehkan. Perkembangan
perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UndangUndang No.10 Tahun 1998. Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah. Keberadaan undang-undang tersebut menyebabkan bank-bank
konvensional mulai banyak melakukan pembukaan cabang syariah berupa UUS
atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio 2001).
Bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan fungsi sebagai
lembaga intermediasi dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Akan tetapi,
terdapat beberapa perbedaan mendasar diantara kedua jenis bank tersebut.
Perbankan syariah melarang dengan keras adanya praktik riba karena merupakan
sesuatu yang haram sehingga diganti dengan sistem bagi hasil. Tabel 2
menyajikan perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional.
Tabel 2 Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional
No
1
2
3
4
5
Bank Syariah
Melakukan investasi-investasi yang
halal saja
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual
beli, atau sewa
Profit dan falah oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah
Bank Konvensional
Investasi yang halal dan haram
Memakai perangkat bunga
Profit Oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitor-debitor
Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber: Antonio 2001
Akad pada Perbankan Syariah
Perbankan syariah memiliki beberapa prinsip dasar yang mengatur setiap
kegiatan yang dilakukan. Pertama, Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository /
Al-Wadi’ah) yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja pihak
penitip menghendaki. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan AlWadi’ah untuk tujuan current account (giro) dan saving account (tabungan
berjangka). Dengan konsep Al–Wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang
8
menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari
pengguna bank. Bank dapat memberi insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
Insentif berupa bonus tersebut dapat dijadikan sebagai banking policy dalam
upaya meningkatkan minat masyarakat untuk menabung dan sebagai indikator
kesehatan bank terkait.
Prinsip yang kedua yaitu Prinsip Bagi Hasil (Profit sharing). Secara umum,
prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad
utama, yaitu Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, Al-Muzara’ah dan Al-Musaqah.
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan. Al-Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Akad Al-Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek tersebut. Selain itu, akad ini dapat diaplikasikan untuk
melakukan investasi dalam skema modal ventura. Akad kedua dalam prinsip bagi
hasil yaitu akad Al-Mudharabah yang merupakan akad kerja sama usaha antara
dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian pengelola. Akad ketiga yaitu Al-Muzara’ah yang merupakan akad
kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana
pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
Selanjutnya akad keempat pada prinsip bagi hasil yaitu Al-Musaqah yang
merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan,
penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Prinsip yang ketiga yaitu Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase). Ada tiga
jenis jual beli yang dapat dijadikan acuan dalam pembiayaan modal kerja dan
investasi dalam perbankan syariah, yaitu Bai’Al-Murabahah, Bai’As-Salam, dan
Bai’Al-Istishna. Bai’Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Bai’ As-Salam adalah akad yang
mengatur pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Bai’Al-Istishna merupakan kontrak penjualan
antara pembeli dan pembuat barang dimana pembuat barang menerima pesanan
dari pembeli.
Prinsip yang keempat yaitu Prinsip Sewa (Operational Lease and
Financial Lease). Akad yang mengatur transaksi sewa yaitu Al-Ijarah yang
merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri
Prinsip yang kelima yaitu Prinsip Jasa (Fee Based Services). Beberapa
akad yang mengatur transaksi jasa, yaitu: Al-Wakalah yang merupakan akad
dalam mengatur pelimpahan kekuasan oleh seseorang kepada yang lain melalui
hal yang diwakilkan; Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
9
atau yang ditanggung; Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang
berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya; dan Ar-Rahn adalah
menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya (Antonio 2001).
Jenis Pembiayaan pada Perbankan Syariah
Penyaluran dana perbankan pada bank konvensional disebut dengan istilah
kredit atau pinjaman, sedangkan dalam bank syariah penyaluran dana disebut
dengan istilah pembiayaan (Kasmir 2002). Pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Antonio (2001),
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berdasarkan sifat penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan
produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi serta untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of
place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang barang
modal (capital goods) serta fasilitas fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme kebijakan moneter menggambarkan tindakan Bank Indonesia
melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya dalam
memengaruhi berbagai variabel ekonomi dan keuangan. Mekanisme tersebut
terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan,
serta sektor riil. Perubahan BI Rate memengaruhi inflasi melalui berbagai jalur
(Gambar 5), diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur
harga aset, dan jalur ekspektasi (Bank Indonesia 2013).
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate memengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami resesi, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang
ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
meningkat. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mencegah
10
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi
(Bank Indonesia 2013).
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai
tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Selain itu, suku bunga BI
Rate juga dapat memengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga
aset. Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga memengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi
mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah
yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada
konsumen melalui kenaikan harga (Bank Indonesia 2013)
Suku bunga
deposito dan kredit
Kredit yang
disalurkan
BI
RATE
Konsumsi
dan
Investasi
Produk
Domestik
Bruto
Harga Aset
(saham, obligasi)
Nilai Tukar
Ekspor
Ekspektasi Inflasi
Inflasi
FEED BACK
Sumber: Bank Indonesia (2013)
Gambar 5 Mekanisme transmisi kebijakan moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini dalam bekerja memerlukan
waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang
lain. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada
kecepatan transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat resiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI
rate biasanya sangat lambat. Apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi
untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya
permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit.
Penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
11
sedang resesi. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan
kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses
transmisi kebijakan moneter (Bank Indonesia 2013).
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia memiliki tugas dalam mengatur
kegiatan perekonomian dalam suatu negara, termasuk di dalamnya kegiatan
perbankan. Kebijakan moneter ganda di Indonesia menggunakan dua instrumen
kebijakan moneter, yaitu Surat Berharga Bank Indonesia atau SBI berbasis suku
bunga untuk konvensional dan SBI Syariah atau SBIS berbasis bonus untuk
syariah. Tingkat suku bunga SBI dan tingkat bonus SBIS berperan sebagai policy
rate. Policy rate ini akan mempengaruhi pendanaan dan pembiayaan perbankan
melalui pasar uang antarbank konvensional dan syariah yang akan mempengaruhi
biaya dana perbankan dalam menyalurkan kredit atau pembiayaannya. Ekspansi
kredit dan pembiayaan akan menghasilkan output dan mempengaruhi tingkat
inflasi (Gambar 6).
Sumber : Ascarya (2010)
Gambar 6 Alur transmisi moneter ganda (konvensional dan syariah)
Selain itu, terdapat instrumen moneter syariah berupa Sertifikat Investasi
Mudharabah antar Bank Syariah (IMA). Instrumen ini digunakan oleh bank-bank
syariah yang mengalami kelebihan dana untuk mendapat keuntungan. Di lain
pihak, sertifikat IMA yang berjangka waktu 90 hari ini dapat digunakan sebagai
sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang mengalami
kekurangan dana. Sertifikat IMA diperjualbelikan dalam Pasar Uang Antar Bank
Syariah (PUAS).
Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pembiayaan oleh perbankan syariah telah banyak
dilakukan, namun penelitian yang memfokuskan pada sektor konstruksi masih
belum dilakukan. Maka penelitian ini akan mengkaji rasio pembiayaan perbankan
syariah pada sektor konstruksi dikaitkan dengan berbagai faktor mikro dan
makroekonomi. Beberapa penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini,
antara lain penelitian yang dilakukan Ozcusa dan Akbostanci (2012) menganalisis
mengenai penyaluran pinjaman (kredit) oleh bank di Turki. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat dampak perubahan kebijakan moneter dalam perilaku
penyaluran kredit perbankan. Periode penelitian dibagi menjadi dua sub periode
12
untuk melihat dampak perubahan kebijakan dan kondisi sistem keuangan akibat
krisis 2000 hingga 2001 terhadap penyaluran kredit. Sub-periode pertama yaitu
dari tahun 1988 hingga 2001 dan sub-periode kedua yaitu dari tahun 2002 hingga
2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panel dinamis, dengan
variabel indikator antara lain ukuran, likuiditas, kapitalisasi, kualitas aset,
pendapatan, dan kemampuan serta efisiensi manajemen perbankan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan perilaku penyaluran
kredit pada periode sebelum dan sesudah krisis. Variabel PDB riil memiliki
hubungan signifikan positif terhadap kredit perbankan. Tingkat inflasi memiliki
hubungan signifikan negatif, yang tidak sesuai dengan hipotesis awal. Kualitas
aset, kapitalisasi, dan likuiditas menunjukkan hubungan signifikan positif
terhadap penyaluran kredit, dan ukuran memiliki hubungan negatif terhadap
tingkat pertumbuhan kredit. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang jauh
lebih kuat dari perubahan kebijakan moneter pada tingkat pertumbuhan kredit
terjadi pada periode 2002 hingga 2009. Hal ini dikarenakan setelah krisis
keuangan 2000-2001, telah ada sejumlah perubahan regulasi dan struktural yang
signifikan di sektor perbankan Turki.
Penelitian tentang keterkaitan penyaluran dana perbankan dengan kondisi
makroekonomi dilakukan oleh Talavera et al. (2006). Penelitian tersebut mengkaji
keterkaitan antara perilaku penyaluran kredit bank dan ketidakpastian
makroekonomi yang terjadi di Ukraina periode tahun 2003 kuartal pertama
sampai tahun 2005 kuartal ketiga. Model yang digunakan adalah ekulibrium
parsial dinamik dengan variabel yang digunakan adalah: rasio kredit terhadap
modal, rasio dana pihak ketiga terhadap modal, dan natural log modal sendiri,
sedangkan indikator ketidakpastian makroekonomi yang digunakan adalah M1,
M2, Consumer Price Index (CPI), serta Produser Price Index (PPI). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perbankan di Ukraina menurunkan penawaran
kreditnya jika ketidakpastian peubah makroekonomi meningkat, demikian pula
sebaliknya, jika ketidakpastian makroekonomi menurun maka penawaran kredit
perbankan meningkat.
Penelitian untuk mengidentifikasi dampak shock penawaran kredit terhadap
makroekonomi dilakukan oleh Peek et al. (2000). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu melibatkan rating skor tingkat kesehatan bank CAMEL
(Capital, Assets, Management, Earnings, and Liquidity) untuk memproksikan
penawaran kredit. Hasil penelitian tersebut menyebutkan meningkatnya tingkat
kesehatan bank, akan meningkatkan pertumbuhan GDP riil secara signifikan.
Komponen GDP yang paling sensitif terhadap perubahan penawaran kredit adalah
peubah investasi barang-barang (inventory investment). Semakin sehat bank akan
meningkatkan investasi barang-barang. Dampak perubahan tingkat kesehatan
bank signifikan dalam memengaruhi GDP riil. Penelitian tersebut secara garis
besar menunjukkan bahwa kondisi perbankan sanggup mempengaruhi kondisi
makroekonomi.
Penelitian yang dilakukan Nugroho (2009) terhadap pembiayaan perbankan
syariah dengan menggunakan metode VAR-VECM mendapati bahwa dalam
jangka panjang pembiayaan bermasalah dan kredit bank umum signifikan
mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. Guncangan dari pembiayaan
bermasalah, SWBI, kredit bank umum, indeks produksi industri, dan Jakarta
Islamic Index direspon permanen negatif oleh pembiayaan, sedangkan laba per
13
aset, DPK, dan pembiayaan sendiri direspon permanen positif oleh pembiayaan.
Berdasarkan kontribusi dinamis masing-masing peubah, peubah yang paling besar
menjelaskan variabilitas pembiayaan adalah pembiayaan bermasalah, kemudian
pembiayaan itu sendiri dan kredit bank umum .
Penelitian yang dilakukan Ghafur (2007) mengenai pengaruh resiko
keuangan bank terhadap keputusan pembiayaan bank syariah. Penelitian ini
menggunakan Bank Mualamalat Indonesia sebagai objek penelitian dengan model
dinamik Autoregressive Distributed Lag (ADL). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel Assets Utilization Ratio (AUR), DPK, dan FDR memiliki
pengaruh positif dalam memengaruhi pembiayaan secara langsung pada periode
saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak memerlukan
penyesuaian waktu dalam memengaruhi pembiayaan secara positif. Sedangkan
variabel Loan to Asset Ratio (LAR), Rate of Return on Loan Ratio (RLR) dan
CAR pada periode lalu memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan yang
menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut membutuhkan waktu
(kelambanan/lag) dalam memengaruhi pembiayaan perbankan syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprianti (2011) menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi pembiayaan sektor pertanian perbankan syariah menggunakan
variabel-variabel dari sisi konvensional maupun syariah. Hasil penelitiannya
menunjukan untuk variabel equivalent rate DPK, equivalent rate pembiayaan
pertanian, Bonus SBIS, dan suku bunga SBI signifikan berpengaruh secara positif
terhadap pembiayaan pertanian. Sedangkan untuk variabel suku bunga kredit dan
jumlah DPK signifikan berpengaruh negatif terhadap pembiayaan pertanian.
Secara teori, seharusnya DPK memiliki pengaruh positif terhadap kenaikan
pembiayaan. Berdasarkan dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perbankan
syariah belum memfokuskan pembiayaannya pada sektor pertanian karena belum
adanya skim pembiayaan yang tepat untuk sektor pertanian.
Penelitian Widyastuti dan Anwar (2009) mengenai penggunaan variabel
instrumen moneter syariah dalam menganalisis kinerja perbankan syariah
menggunakan metode VAR. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
jumlah DPK, pembiayaan, aset, NPF, SBIS dan volume transaksi dalam PUAS.
Hasil menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan akibat transaksi instrumen
moneter syariah terhadap kinerja perbankan syariah berhubungan positif dengan
aset dan dana pihak ketiga, serta berhubungan negatif dengan pembiayaan dan
non performing financing.
Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini difokuskan mengalisis faktor-faktor penentu rasio pembiayaan
sektor konstruksi pada perbankan syariah di Indonesia. Faktor-faktor penentu
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel baik dari
sisi syariah maupun sisi konvensional. Hal ini dikarenakan perbankan syariah
masih terpengaruh oleh instrumen konvensional. Variabel-variabel yang
digunakan adalah rasio pembiayaan sektor konstruksi (Rasio_PK), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), suku bunga sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Industrial Production Index (IPI), suku bunga kredit (SBK),
tingkat inflasi (INF), Non Performing Financing (NPF), bonus sertifikat bank
14
indonesia syariah (BSBIS), penempatan dana pada pasar uang dengan prinsip
syariah (PUAS), dan equivalent rate pembiayaan (ERP). Secara konseptual alur
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 7
Penurunan rasio pembiayaan sektor
konstruksi perbankan syariah
Kinerja
Perbankan
Instrumen
Moneter
Kondisi
Ekonomi
Rate of
Return
Pembiayaan perbankan syariah (Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah) Sektor Konstruksi
Gambaran
Umum
Respon
Dinamis
Guncangan
Saran dan Rekomendasi Kebijakan
Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional
Struktur
Kontribusi
15
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian untuk menjawab tujuan yaitu sebagai berikut:
1.
Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK),
suku bunga SBI, Industrial Production Index (IPI), bonus SBIS, dan
equivalent rate pembiayaan (ERP) memiliki hubungan yang positif terhadap
pembiayaan sektor konstruksi pada perbankan syariah.
2.
Variabel suku bunga kredit (SBK), pembiayaan bermasalah (NPF), tingkat
inflasi (INF), dan penempatan dana pada PUAS memiliki hubungan yang
negatif terhadap pembiayaan sektor konstruksi pada perbankan syariah.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan yaitu data sekunder dengan frekuensi bulanan dari
Januari 2006 sampai dengan Desember tahun 2012. Data bersumber dari publikasi
Bank Indonesia antara lain Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS BI),
Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia (DPbS-BI) dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI),
CEIC, serta data dari Badan Pusat Statistika (BPS) (Tabel 3). Penelitian ini juga
menggunakan data pelengkap lainnya dari literatur-literatur yang berkaitan, jurnal,
buku dan dari media internet.
Tabel 3 Peubah penelitian, simbol, satuan dan sumber data
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Peubah
Rasio
Pembiayaan
sektor
konstruksi perbankan syariah
Financing to Deposit Ratio
(FDR)
Dana pihak ketiga perbankan
syariah
Suku bunga sertifikat Bank
Indonesia
Industrial Production Index
Suku bunga kredit bank umum
konvensional
Tingkat inflasi
Pembiayaan bermasalah
Bonus sertifikat Bank Indonesia
syariah
Penempatan dana pada Pasar
Uang Antar Bank Syariah
Equivalent rate (tingkat imbal
hasil)
pembiayaan
sektor
konstruksi
Simbol
Satuan
RASIO_PK Persen
Sumber
Data
SPS BI
FDR
Persen
SPS BI
LN_DPK
Miliar Rupiah
SPS BI
SBI
Persen
SEKI BI
LN_IPI
SBK
Indeks
Persen
CEIC
SPI BI
INF
NPF
BSBIS
Persen
Persen
Persen
SEKI BI
SPS BI
DPbS-BI
LN_PUAS
Miliar Rupiah
SPS BI
ERP
Persen
SPI BI
16
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan definisi
operasionalnya adalah sebagai berikut :
1.
Rasio pembiayaan sektor konstruksi (PK) merupakan persentase rasio
perbandingan jumlah pembiayaan sektor konstruksi terhadap total
pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia, dinyatakan dalam persen.
2.
Financing Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan konstruksi
terhadap total DPK pada perbankan syariah di Indonesia.
3.
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh perbankan syariah yang terdiri dari giro wadiah,
tabungan mudharabah, dan deposito investasi mudharabah.
4.
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan tingkat
pengembalian dari penempatan dana perbankan pada Sertifikat Bank
Indonesia dan merupakan instrumen moneter konvensional.
5.
Industrial Production Index (IPI) merupakan proksimasi dari output
nasional. Agar mendapatkan data bulanan, maka output nasional
diproksimasi dengan IPI yang merupakan ukuran output dari industriindustri sedang dan besar secara bulanan, dan dinyatakan dengan indeks.
6.
Suku Bunga Kredit (SBK) merupakan suku bunga kredit pada bank umum
konvensional di Indonesia.
7.
Inflasi (INF) merupakan tingkat inflasi yang berlaku di Indonesia.
8.
Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) merupakan
persentase jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan
perbankan syariah pada sektor konstruksi di Indonesia.
9.
Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (BSBIS) merupakan imbalan bagi
hasil (fee) dari penempatan dana perbankan syariah pada Sertifikat Bank
Indonesia Syariah yang merupakan instrumen moneter syariah. Pada Januari
2004 hingga Maret 2008 SBIS disebut dengan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI).
10. Volume transaksi pada Pasar Uang Antar Bank dengan Prinsip Syariah
(PUAS) merupakan jumlah penempatan dana perbankan syariah pada
Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (IMA) di pasar uang
antar bank syariah. PUAS merupakan instrumen moneter syariah.
11. Equivalent rate Pembiayaan Sektor Konstruksi (ERP) merupakan tingkat
imbal hasil dari pembiayaan perbankan syariah pada sektor konstruksi di
Indonesia.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis yang bersifat deskriptif dan
kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Vector Autoregression (VAR) apabila data-data yang digunakan stasioner dan
tidak terkointegrasi, kemudian dilanjutkan dengan metode Vector Error
Correction Model (VECM) apabila data-data yang digunakan stasioner dan
terdapat kointegrasi. Pengolahan data dilakukan secara bertahap. Sebelum sampai
pada analisis VAR dan VECM perlu dilakukan beberapa pengujian praestimasi
17
yaitu, uji stationeritas data atau uji akar unit (unit root test), penentuan pan