Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis

(1)

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS

SKRIPSI

FEHMI KURNIA H 34050122

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

2 RINGKASAN

FEHMI KURNIA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah Pada Sektor Agribisnis. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan DWI RACHMINA)

Koperasi Baitul Maal Waat Tamwil memiliki peran dalam pembangunan sektor ekonomi pada skala UMKM salah satunya ialah sektor agribisnis. KBMT Tadbiirul Ummah merupakan salah satu Koperasi Baitul Maal Waat Tamwil yang berada di Kabupaten Bogor. KBMT Tadbiirul Ummah pada saat ini menyalurkan dana pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis, sebagai lembaga pembiayaan syariah, apakah KBMT Tadbiirul Ummah dapat menjadi alternatif dalam menyalurkan pembiaayaannya untuk sektor agribisnis. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah (2) mengidentifikasi dan menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah. (3) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah. (4) mengidentifikasi dan menganalisis pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah.Penelitian dilakukan pada KBMT Tadbiirul Ummah di Dramaga Kabupaten Bogor, penelitian berjalan selama tiga bulan dari April hingga Juni 2009. Responden pada penelitian ialah mitra KBMT Tadbiirul Ummah yang memiliki usaha pada sektor agribisnis, dengan jumlah responden sebanyak 22 orang. Analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif dan analisis linear berganda untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis mencapai efektivitas sebesar 81 persen untuk jumlah nominal pembiayaan dan sebesar 88 persen untuk jumlah mitra pembiayaan. Sedangkan, faktor yang signifikan mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah adalah bagi hasil. Oleh karena itu, pembiayaan syariah pada KBMT Tadbiirul Ummah hanya menilai realisasi pembiayaan pada satu komponen saja yaitu bagi hasil. Pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang tepat disalurkan ialah pembiayaan untuk modal kerja dan investasi sebesar 81,8 persen dan untuk pembiayan yang digunakan untuk konsumsi mencapai sebesar 18,2 persen. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pembiayaan syariah yang ada dapat dikatakan efektif dalam operasional pembiayaannya.


(3)

3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS

FEHMI KURNIA H 34050122

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(4)

4

Judul skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis

Nama : Fehmi Kurnia

NIM : H34050122

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 19631227 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(5)

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Fehmi Kurnia


(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 4 Oktober 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Pasangan Bapak Drs. H. Suhaeri, MSi dan Ibunda Hj. Nia Rahayu, Sag.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 3 Serang pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Serang. Pendidikan menengah atas di SMUN 1 Serang diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai mahasiswa yang aktif berbagai macam organisasi. Pada tahun 2005-2006 penulis menjadi pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (DPM KM IPB). Pada tahun 2006-2007 penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM).

Pada tahun 2006-2008 penulis mulai merintis bidang Ekonomi Syariah dengan bergabung menjadi pengurus Sharia Economic Student Club (SES-C). Penulis menjadi Wakil Ketua pada tahun 2006-2007 dan menjadi Ketua Umum pada tahun 2007-2008. Selain itu, pengurus aktif secara nasional dalam Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FOSSEI) pada masa periode jabatan 2008-2010 sebagai Kepala Departemen Nasional Kaderisasi.


(7)

7

KATA PENGATAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat skim penyaluran dana yang diberikan oleh KBMT Tadbiirul Ummah pada sektor Agribisnis melalui efektivitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah. Sehingga pembiayaan yang ada dapat dilihat keragaan pembiayaan syariah yang diterapkan oleh lembaga keuangan mikro syariah.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009 Fehmi Kurnia


(8)

8

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

2. Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS yang telah berkenan untuk menjadi dosen penguji utama.

3. Eva Yolynda Aviny SP MM yang telah berkenan untuk menjadi dosen penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis.

4. Ir. Burhanudin, MS yang telah menjadi pembimbing akademik, serta seluruh dosen dan staf kependidikan Departemen Agribisnis.

5. Pihak KBMT Tadbiirul Ummah, Ibu Syamsiah, Pak Rizky, Pa Ifan, Pa Iyan dan seluruh staf atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Almarhum Bapak yang telah dengan keras berjuang untuk hidup demi melihat kesuksesan anak-anaknya dan Mamah yang selalu dengan ikhlas mendoakan dalam cintanya. Semua keluarga tercinta yang selalu penulis banggakan, tanpa kalian perjuangan yang telah dilakukan tak akan pernah berarti.

7. Adikku tersayang terimakasih atas segala waktu indah bersamamu, semangat dan do’amu terus menemaniku selamanya. Hingga karya ini hadir.

8. Teman-teman yang berharga dalam mengarungi kehidupan yang penuh makna Ikhsan, Fatwa, Anhar, Oki, Ari

9. Guru-guru yang telah mengajarkan aku baca dan memahami ayat-ayat-Nya lebih dalam Ustad Hajarul, Ustad Sofyan Afif, Ka Irfan Sauqi Beik, Ustad Didin Hafizdudin yang telah mengajarkan penulis tentang ekonomi syariah dengan baik.


(9)

9

10.Teman-teman seperjuangan di SES-C Ka Dimas, Ka Rio, Ka Andri, Fany Annisa A, Ade, Emi, Tiara, Miqdam, Ali, Rizal, Ridy, Iqbal dan Doni. 11.Teman-teman Asrama PPSDMS Nurul Fikri, Shoib, Nazrul, Gema, Fery

dll yang selalu semangat berjuang untuk menjadi pemimpin masa depan, dan selalu memberi inspirasi untuk terus sukses.

12.Teman-Teman Al-Ahsan satu, Ahsan, Awi, Ridwan dan Suwarno yang selalu bersama-sama dalam canda tawa dan kehangatan silaturahmi. 13.Teman-teman seperjuangan dalam Satuan Barisan Islam Fuji, Iqbal,

Fazrul, Wahyu dan lain-lain. Semangat perjuanganmu tak pernah terbayar dengan materi semata.

14.Teman-teman Departemen Agribisnis 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kenangan indah yang terukir selama perkuliahan.

Bogor, September 2009 Fehmi Kurnia


(10)

10

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Kredit dan Pembiayaan ... 11

2.2. Karakteristkik Usaha BMT ... 12

2.3. Sistem Pembiayaan Syariah ... 16

2.4. Manajemen Pembiayaan BMT... 17

2.5. Jenis-Jenis Akad Pembiayaan ... 18

2.6. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah... 21

2.7. Efektivitas Pembiayaan BMT ... ... 22

2.8. Penelitian Terdahulu ... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 29

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 29

3.1.1. Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Agribisnis ... 29

3.1.2. Permintaan Pembiayaan... 30

3.1.3. Peranan Kredit atau Pembiayaan... 31

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

IV. METODE PENELITIAN... 37

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2. Metode Pengumpulan Data ... 37

4.3. Jenis dan Sumber Data ... 37

4.4. Metode Pengambilan Sampel ... 38

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 39

4.5.1.Analisis Deskriptif... 39

4.5.2.Analisis Data dan Interpretasi ... 40

V. GAMBARAN UMUM KBMT TADBIIRUL UMMAH... 46

5.1. Sejarah dan Perkembangan... 46

5.2. Ruang Lingkup dan Struktur Organisasi ... 47

5.2.1. Visi dan Misi ... 47

5.2.2. Struktur dan Susunan Organisasi ... 48


(11)

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS

SKRIPSI

FEHMI KURNIA H 34050122

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

2 RINGKASAN

FEHMI KURNIA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah Pada Sektor Agribisnis. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan DWI RACHMINA)

Koperasi Baitul Maal Waat Tamwil memiliki peran dalam pembangunan sektor ekonomi pada skala UMKM salah satunya ialah sektor agribisnis. KBMT Tadbiirul Ummah merupakan salah satu Koperasi Baitul Maal Waat Tamwil yang berada di Kabupaten Bogor. KBMT Tadbiirul Ummah pada saat ini menyalurkan dana pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis, sebagai lembaga pembiayaan syariah, apakah KBMT Tadbiirul Ummah dapat menjadi alternatif dalam menyalurkan pembiaayaannya untuk sektor agribisnis. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah (2) mengidentifikasi dan menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah. (3) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah. (4) mengidentifikasi dan menganalisis pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah.Penelitian dilakukan pada KBMT Tadbiirul Ummah di Dramaga Kabupaten Bogor, penelitian berjalan selama tiga bulan dari April hingga Juni 2009. Responden pada penelitian ialah mitra KBMT Tadbiirul Ummah yang memiliki usaha pada sektor agribisnis, dengan jumlah responden sebanyak 22 orang. Analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif dan analisis linear berganda untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis mencapai efektivitas sebesar 81 persen untuk jumlah nominal pembiayaan dan sebesar 88 persen untuk jumlah mitra pembiayaan. Sedangkan, faktor yang signifikan mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah adalah bagi hasil. Oleh karena itu, pembiayaan syariah pada KBMT Tadbiirul Ummah hanya menilai realisasi pembiayaan pada satu komponen saja yaitu bagi hasil. Pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang tepat disalurkan ialah pembiayaan untuk modal kerja dan investasi sebesar 81,8 persen dan untuk pembiayan yang digunakan untuk konsumsi mencapai sebesar 18,2 persen. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pembiayaan syariah yang ada dapat dikatakan efektif dalam operasional pembiayaannya.


(13)

3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS

FEHMI KURNIA H 34050122

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(14)

4

Judul skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis

Nama : Fehmi Kurnia

NIM : H34050122

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 19631227 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(15)

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Fehmi Kurnia


(16)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 4 Oktober 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Pasangan Bapak Drs. H. Suhaeri, MSi dan Ibunda Hj. Nia Rahayu, Sag.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 3 Serang pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Serang. Pendidikan menengah atas di SMUN 1 Serang diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai mahasiswa yang aktif berbagai macam organisasi. Pada tahun 2005-2006 penulis menjadi pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (DPM KM IPB). Pada tahun 2006-2007 penulis aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM).

Pada tahun 2006-2008 penulis mulai merintis bidang Ekonomi Syariah dengan bergabung menjadi pengurus Sharia Economic Student Club (SES-C). Penulis menjadi Wakil Ketua pada tahun 2006-2007 dan menjadi Ketua Umum pada tahun 2007-2008. Selain itu, pengurus aktif secara nasional dalam Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FOSSEI) pada masa periode jabatan 2008-2010 sebagai Kepala Departemen Nasional Kaderisasi.


(17)

7

KATA PENGATAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat skim penyaluran dana yang diberikan oleh KBMT Tadbiirul Ummah pada sektor Agribisnis melalui efektivitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah. Sehingga pembiayaan yang ada dapat dilihat keragaan pembiayaan syariah yang diterapkan oleh lembaga keuangan mikro syariah.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2009 Fehmi Kurnia


(18)

8

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

2. Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS yang telah berkenan untuk menjadi dosen penguji utama.

3. Eva Yolynda Aviny SP MM yang telah berkenan untuk menjadi dosen penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis.

4. Ir. Burhanudin, MS yang telah menjadi pembimbing akademik, serta seluruh dosen dan staf kependidikan Departemen Agribisnis.

5. Pihak KBMT Tadbiirul Ummah, Ibu Syamsiah, Pak Rizky, Pa Ifan, Pa Iyan dan seluruh staf atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Almarhum Bapak yang telah dengan keras berjuang untuk hidup demi melihat kesuksesan anak-anaknya dan Mamah yang selalu dengan ikhlas mendoakan dalam cintanya. Semua keluarga tercinta yang selalu penulis banggakan, tanpa kalian perjuangan yang telah dilakukan tak akan pernah berarti.

7. Adikku tersayang terimakasih atas segala waktu indah bersamamu, semangat dan do’amu terus menemaniku selamanya. Hingga karya ini hadir.

8. Teman-teman yang berharga dalam mengarungi kehidupan yang penuh makna Ikhsan, Fatwa, Anhar, Oki, Ari

9. Guru-guru yang telah mengajarkan aku baca dan memahami ayat-ayat-Nya lebih dalam Ustad Hajarul, Ustad Sofyan Afif, Ka Irfan Sauqi Beik, Ustad Didin Hafizdudin yang telah mengajarkan penulis tentang ekonomi syariah dengan baik.


(19)

9

10.Teman-teman seperjuangan di SES-C Ka Dimas, Ka Rio, Ka Andri, Fany Annisa A, Ade, Emi, Tiara, Miqdam, Ali, Rizal, Ridy, Iqbal dan Doni. 11.Teman-teman Asrama PPSDMS Nurul Fikri, Shoib, Nazrul, Gema, Fery

dll yang selalu semangat berjuang untuk menjadi pemimpin masa depan, dan selalu memberi inspirasi untuk terus sukses.

12.Teman-Teman Al-Ahsan satu, Ahsan, Awi, Ridwan dan Suwarno yang selalu bersama-sama dalam canda tawa dan kehangatan silaturahmi. 13.Teman-teman seperjuangan dalam Satuan Barisan Islam Fuji, Iqbal,

Fazrul, Wahyu dan lain-lain. Semangat perjuanganmu tak pernah terbayar dengan materi semata.

14.Teman-teman Departemen Agribisnis 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kenangan indah yang terukir selama perkuliahan.

Bogor, September 2009 Fehmi Kurnia


(20)

10

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Kredit dan Pembiayaan ... 11

2.2. Karakteristkik Usaha BMT ... 12

2.3. Sistem Pembiayaan Syariah ... 16

2.4. Manajemen Pembiayaan BMT... 17

2.5. Jenis-Jenis Akad Pembiayaan ... 18

2.6. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah... 21

2.7. Efektivitas Pembiayaan BMT ... ... 22

2.8. Penelitian Terdahulu ... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 29

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 29

3.1.1. Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Agribisnis ... 29

3.1.2. Permintaan Pembiayaan... 30

3.1.3. Peranan Kredit atau Pembiayaan... 31

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

IV. METODE PENELITIAN... 37

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2. Metode Pengumpulan Data ... 37

4.3. Jenis dan Sumber Data ... 37

4.4. Metode Pengambilan Sampel ... 38

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 39

4.5.1.Analisis Deskriptif... 39

4.5.2.Analisis Data dan Interpretasi ... 40

V. GAMBARAN UMUM KBMT TADBIIRUL UMMAH... 46

5.1. Sejarah dan Perkembangan... 46

5.2. Ruang Lingkup dan Struktur Organisasi ... 47

5.2.1. Visi dan Misi ... 47

5.2.2. Struktur dan Susunan Organisasi ... 48


(21)

11

Halaman

5.3. Produk-Produk KBMT Tadbiirul Ummah ... 50

5.4. Pertumbuhan Laba-Rugi KBMT Tadbiirul Ummah ... 51

5.5. Perkembangan Mitra dan Nominal Pembiayaan Syariah ... 53

5.5.1. Kondisi Mitra dan Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Sektor usaha ... 56

5.5.2. Kondisi Mitra dan Jumlah Pembiayaa Berdasarkan Peruntukan... 58

5.5.3. Kondisi Mitra dan Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Akad... 61

5.6. Mekansime Pembiayaan Syariah ... 63

VI. EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN... 68

6.1. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Secara Umum ... 68

6.1.1. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Wilayah Usaha ... 69

6.1.2. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra... 72

6.1.3. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Profesi Mitra... 74

6.1.4. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Peruntukan ... 77

6.1.5. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad ... 80

6.1.6. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha ... 83

6.2. Efektivitas Pembiayaan Syariah untuk Semua Aspek Pencapaian Pembiayaan Syariah ... 87

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PERMINTAAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS... 89

7.1. Karakteristik Responden... 89

7.2. Keragaan Regresi Realisasi Pembiayaan Syariah ... 94

7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan syariah untu Sektor Agribisnis ... 95

7.3.1. Pengalaman Usaha... 97

7.3.2. Profit Usaha... 99

7.3.3. Frekuensi Pembiayaan ... 102

7.3.4. Bagi Hasil... 104

7.3.5. Tahun Pendidikan ... 106

7.3.6. Komposisi Modal Usaha... 109

7.3.7. Sektor Usaha... 111

7.4. Pemanfaatan Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis... 113

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 116


(22)

12

Halaman 8.2 Saran ... 116 D AFTAR PUSTAKA... 118 LAMPIRAN... 120


(23)

13

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit-unit

Usaha Syariah (UUS) Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun

2005-2009... 5 2. Penyaluran Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2005-2009 ... 6 3. Pembiayaan Syariah KBMT Tadbiirul Ummah Berdasarkan Sektor Usaha Pada Tahun 2004-2008 ... 8 4. Jenis data yang dibutuhkan dalam Penelitian di BMT Tadbiirul

Ummah Tahun 2004-2008... 38 5. Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Wilayah Usaha

Tahun 2008... 70 6. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Wilayah

Usaha pada Tahun 2008 ... 72 7. Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra

Tahun 2008 ... 73 8. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis mitra Pada Tahun 2008 ... 74 9. Tabel Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Profesi Mitra

Tahun 2008... 75 10. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Mitra Pada Tahun 2008 ... 77 11. Target dan Realisasi Pembiayaan Syariah Berdasarkan Peruntukan Tahun 2008... 78 12. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Peruntukan Pada Tahun 2008 ... 79 13. Tabel Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Akad

Tahun 2008... 81 14. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad Pada Tahun 2008 ... 83 15. Target dan Realisasi Pembiayaan Syariah Berdasarkan Sektor

Usaha Tahun 2008 ... 84 16. Proporsi Target dan Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad Pada Tahun 2008 ... 86


(24)

14

Halaman 17. Karakteristik Responden Pembiayaan Syariah Untuk Sektor

Agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah Berdasarkan

Pendidikan, Jenis Kelamin, Wilayah Usaha Tahun 2008... 89 18. Karaktersitik Responden Pembiayaan Syariah untuk Sektor

Agribisnis Pada KBMT Tadbiirul Ummah Berdasarkan Profit, Asset, Pengalaman, Komposisi modal, Frekuensi Pembiayaan, Nisbah Bagi Hasil dan Realisasi Pembiayaan

Tahun 2008 ……… 91 19. Hasil Regresi Linear Berganda Model Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis ... 96

20. Pengalaman Usaha Responden dari KBMT Tadbiirul Ummah

Tahun 2008 ... 98 21. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Besarnya Profit Usaha Pada Responden KBMT Tadbiirul Ummah... 100 22. Komposisi Antara Realisasi Pembiayaan dan Profit Usaha Mitra KBMT Tadbiirul Ummah yang Memanfaatkan Pembiayaan

Syariah Untuk Sektor Agribisnis Tahun 2008... 101 23. Frekuensi Pembiayaan Responden KBMT Tadbiirul Ummah

Berdasarkan Jumlah Mitra dan Persentasenya Tahun 2008 ... 103 24. Persentase Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Syariah pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008... 105 25. Tingkat Pendidikan Responden KBMT Tadbiirul Ummah

Tahun 2008 ... 107 26. Komposisi Modal Usaha Responden KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 ... 109 27. Komposisi Jumlah Responden Berdasarkan on-farm

dan off-farm pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 ... 111 28. Target dan Realisasi Pembiayaan Syariah Berdasarkan Sektor

Usaha Pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 ... 112 29. Kesesuaian Pemanfaatan Pembiayaan Syariah Untuk Sektor


(25)

15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Skema Akad Murabahah ... 18 2. Skema Akad Salam... 19 3. Skema Pembiayaan Berdasarkan Akad Musyarakah... 20 4. Skema Pembiayaan dengan Akad Mudharabah... 21 5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 36 6. Struktur Organisasi KBMT Tadbiirul Ummah... 48 7. Pertumbuhan Laba/Rugi KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008 ... 52 8. Jumlah Mitra terlayani pada KBMT Tadbiirul Ummah Tahun 2008.. 54 9. Jumlah Nominal Perguliran Pembiayaan Syariah KBMT Tadbiirul Ummah Pada Tahun 2004-2008 ... 55 10. Perkembangan Jumlah Mitra Berdasarkan Sektor Usaha Pada

Tahun 2004-2008... 56 11. Perkembangan Jumlah Nominal Pembiayaaan Berdasarkan Sektor

Usaha Pada Tahun 2004-2008... 57 12. Perkembangan Mitra Berdasarkan Peruntukan pada Tahun

2004-2008... 59 13. Perkembangan Jumlah Nominal Pembiayaan Berdasarkan

Peruntukan Pada Tahun 2004-2008 ... 60 14. Jumlah Mitra Pembiayaan Berdasarkan Akad Pada

Tahun 2004-2008... 61 15. Perkembangan Nominal Pembiayaan Berdasarkan Akad

Pada Tahun 2004-2008 ... 62 16. Proses Pembiayaan Syariah Di BMT... 65 17. Mekanisme Pembiayaan Salam... 82


(26)

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Laporan Pertumbuhan Laba/Rugi KBMT Tadbiirul Ummah Pada

Tahun 2004-2008... 120 2. Jumlah Nominal Penyaluran Pembiayaan dan Mitra yang terlayani

Usaha Pada Tahun 2004-2008... 121 3. Jumlah Nominal Penyaluran Pembiayaan dan Mitra yang terlayani

Berdasarkan Sektor Usaha Pada Tahun 2004-2008 ... 122 4. Jumlah Nominal Penyaluran Pembiayaan dan Mitra yang terlayani

Berdasarkan Peruntukan Pada Tahun 2004-2008... 123 5. Jumlah Nominal Penyaluran Pembiayaan dan Mitra yang terlayani

Berdasarkan Jenis Akad Pada Tahun 2004-2008 ... 124 6. Data Responden Data Responden Berdasarkan Realisasi

Pembiayaaan dan Faktor-faktor yang diduga Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Agribisnis... 125 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan Formal, Pengalaman Usaha dan Pekerjaan Mitra... 126 8. Uji Normalitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Realisasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis ... 127 9. Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah untuk

Sektor Agribisnis. ... 128 10. Out Put Regresi Linear Minitab Versi 15 pada Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis. ... 129 11. Alokasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis ... 130


(27)

17 1.1.Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut dicirikan oleh berbagai hal. Pertama, besarnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (2006) melaporkan bahwa pada tahun 2005 ada sekitar 94,95 juta penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas yang menyatakan “bekerja selama seminggu yang lalu”. Kurang lebih 41,8 juta dari total penduduk yang bekerja tersebut (44 persen) menyatakan bahwa mereka bekerja di sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan dan peternakan). Sekitar 18,9 juta orang (20 persen) bekerja di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, dan 11,6 juta orang (12,3 persen) bekerja di sektor industri pengolahan. Data ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang menyerap paling banyak tenaga kerja.

Kedua, jumlah persentase luas lahan yang digunakan untuk usaha pertanian. BPS (2006) menyebutkan bahwa 71,33 persen dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia digunakan untuk usaha pertanian yang meliputi: tegal/ladang/kebun/huma, tambak, kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan, perkebunan negara/swasta dan sawah. Besarnya penyerapan tenaga kerja dan luasnya lahan yang digunakan untuk usaha pertanian, merupakan dua faktor penting yang memberikan argumentasi kuat bahwa pembangunan sektor pertanian merupakan pilihan strategis dan harus mendapat prioritas utama dalam kerangka pembangunan nasional.

Saat ini, sumber daya ekonomi yang dikuasai oleh rakyat di setiap daerah adalah sumber daya agribisnis, yaitu sumber daya agribinis berbasis tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Oleh karena itu, cara yang paling efektif untuk mengembangkan perekonomian adalah melalui pengembangan agribisnis. Pengembangan agribisnis yang dimaksud bukan hanya pengembangan pertanian primer atau subsistem on farm agribusiness, tetapi juga mencakup subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness), yaitu industri-industri yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer, seperti industri pembibitan/perbenihan, industri agro-otomotif,


(28)

18

industri agro-kimia, dan susbsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengeloh hasil pertanian primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya.

Pengembangan agribisnis di setiap daerah jangan hanya puas pada pemanfaatan kelimpahan sumber daya yang ada (factor driven) atau mengandalkan keunggulan komparatif (comparative advantage) seperti sekarang ini, tetapi secara bertahap harus dikembangkan ke arah agribisnis yang didorong oleh modal (capital driven) dan kemudian kepada agribisnis yang didorong oleh inovasi (innovation driven). Dengan perkataan lain, keunggulan komparatif agribisnis pada setiap daerah ditranformasi menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage) melalui pengembangan mutu sumber daya manusia, teknologi, kelembagaan dan organisasi ekonomi lokal yang telah ada pada masyarakat setiap daerah (bukan menggantikannya dengan sesuatu yang benar-benar baru).

Transformasi agribisnis seperti ini, kemampuan rakyat untuk menghasilkan produk-produk agribisnis yang saat ini masih didominasi oleh produk-produk yang bersifat natural resources and unskill labor based, secara bertahap beralih kepada produk-produk agribisnis yang bersifat capital and skill labor based dan kemudian kepada produk yang bersifat knowledge and skill labor based. Dengan transformasi produk agribisnis yang demikian, maka produk-produk agribisnis yang dihasilkan oleh setiap daerah dapat mampu bersaing dan memasuki segmen pasar yang lebih luas di pasar internasional. Pengembangan produk yang demikian juga akan memperbesar manfaat ekonomi yang dapat dinikmati oleh rakyat.

Pengembangan agribisnis harus juga disertai dengan pengembangan organisasi ekonomi, khususnya rakyat petani, agar manfaat ekonomi yang dihasilkan dapat benar-benar dinikmati oleh rakyat dan daerah. Di masa lalu, rakyat petani (bahkan daerah sentra-sentra agribisnis) hanya menikmati nilai tambah dari subsistem on farm agribisnis yang umumnya relatif kecil. Nilai tambah yang paling besar, yakni pada subsistem agribisnis hulu dan hilir, dinikmati oleh para pedagang atau pengusaha luar daerah. Hal inilah yang


(29)

19

menyebabkan mengapa pendapatan petani tetap rendah dan ekonomi daerah sentra-sentra agribisnis kurang berkembang.

Berdasarkan hal tersebut permasalahan pengembangan agribisnis yang ada di Indonesia sangatlah kompleks. Permasalahan pengembangan pasar dan tata niaga, kepemilikan lahan, birokrasi di pemerintahan, keterampilan, tekhnologi, mentalitas, organisasi tani, kebijakan pertanian, informasi dan modal pertanian (Apriyantono, 2004). Namun, dalam hal ini permasalahan yang akan fokus dibahas adalah permasalahan modal pertanian. Permasalahan modal yang melanda petani membuat usaha pertanian semakin sulit untuk bertahan dengan usahanya.

Permasalahan modal di pertanian pun disebabkan kurang pedulinya perbankan terhadap petani dan belum adanya proteksi bagi petani seperti asuransi pertanian serta banyaknya sistem ijon yang terjadi di petani dan pertanian di Indonesia. Berdasarkan Departemen Pertanian, panca yasa pembangunan pertanian salah satunya ialah fasilitas pembiayaan. Namun, dalam hal ini perlu ada segementasi pelaku usaha agribisnis ditinjau dari sisi perbankan. Ada empat segmentasi yaitu, pertama kelompok usaha agribisnis yang feasible dan bankable, kedua kelompok usaha agribisnis yang feasible tapi tidak bankable, ketiga kelompok usaha agribisnis yang tidak feasible tapi bankable dan keempat kelompok usaha agribisnis yang tidak feasible dan tidak bankable1.

Saat ini tantangan paling besar dalam permodalan dibidang pertanian terletak pada jumlah proporsi dari UMKM yang usaha menengah sebesar 0.5 persen, usaha kecil sebesar 1.5 persen dan usaha mikro sebesar 98 persen atau sebanyak 42, 398 juta unit usaha pertanian. Besarnya jumlah proporsi usaha mikro mengakibatkan sebagian besar bank tidak tertarik untuk menyalurkan dananya dalam pembiayaan pertanian. Pihak bank beranggapan bahwa usaha pertanian tersebut masuk dalam segmentasi usaha yang feasible dan tidak bankable. Pihak lembaga keuangan bank dan non-bank yang tidak mendukung pembiayaan kepada sektor agribisnis menunjukan bahwa hal tersebut sangat bertolak-belakang dengan rencana pembangunan pertanian. Oleh karena itu, perlu sebuah inovasi baru dan

1

Disampaikan oleh Dr. Mat Syukur dalam Seminar Ekonomi Syariah IPB SENSASI dengan Judul Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian. IPB 14 Desember 2008


(30)

20

kontinu untuk mendukung pembangunan pertanian. Salah satunya ialah dengan perbaikan dalam sistem pembiayaan pertanian.

Menurut Hafidhuddin (2008) Sejarah pembangunan pertanian di Indonesia mencatat bahwa kredit adalah salah satu sumber pembiayaan pertanian yang sangat penting. Sejak awal pembangunan pertanian dilaksanakan pada tahun 1960an, kredit telah disediakan oleh pemerintah dan lembaga keuangan, sebagai bagian dari paket pembangunan pertanian. Kredit memberikan manfaat kepada pelaku usaha pertanian terutama yang menjalankan skala usaha kecil. Pertama, kredit merupakan modal kerja bagi pelaku usaha pertanian yang memiliki keterbatasan modal sendiri. Kedua, kredit dapat menjadi pendorong bagi pelaku usaha pertanian untuk mandiri sehingga dapat terlepas dari ketergantungan pada pedagang perantara maupun tengkulak yang merugikan pelaku usaha pertanian. Namun demikian, ketersediaan kredit untuk pembiayan pertanian masih sangat minim.

Pembiayaan pertanian saat ini dapat dilakukan dengan dua alternatif pembiayaan, yaitu pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah, hal lama yang tampak baru yaitu pembiayaan syariah untuk pertanian sangatlah menarik untuk dikaji lebih mendalam. Adanya pembiayaan usaha pertanian (agribisnis) syariah tersebut diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah permodalan petani. Era pembiayaan syariah di Indonesia mulai dikenal sejak berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan, memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah di Indonesia.

Pemberlakuan undang-undang perbankan syariah mengakibatkan praktek industri perbankan syariah mulai berkembang secara signifikan. Sebagai sebuah skim pembiayaan, pembiayaan syariah dapat dimanfaatkan untuk investasi di sektor riil maupun konsumsi, skim pembiayaan syariah masih tergolong relatif baru dalam khasanah pasar keuangan (financial market) nasional. Namun, perkembangan pembiayaan sistem syariah selama beberapa tahun terakhir peningkatannya terlihat cukup pesat, tidak hanya pada jumlah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, tetapi juga dalam mobilisasi dana pihak ketiga dan pembiayaan yang disalurkan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dimana


(31)

21

jumlah dana yang tersalurkan tiap tahunnya mengalami peningkatan, pada april 2009 pembiayaan syariah yang tersalurkan secara total mencapai sebesar Rp 39.726 Milyar dan untuk sektor pertanian mampu mencapai jumlah pembiayaan sebesar Rp 1.298 Milyar.

Tabel 1. Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit-unit Usaha Syariah (UUS) Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2005- 2009

Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah (dalam milyar rupiah) SEKTOR

EKONOMI 2005 2006 2007 2008

(Dec) 2009 (Mar) 2009 (Apr) Laju Pertumbuhan 2005-2008 (%/Tahun) Pertanian. kehutanan dan sarana pertanian

687 701 837 1.177 1.303 1.298 84 Pertambangan 395 375 511 965 1.021 1.032 77 Perindus trian 933 940 1.371 1.340 1.305 1.236 90 Listrik. gas dan air 66 17 166 248 299 352 155 Konstruksi 1.548 1.637 2.371 3.368 3.248 3.217 78 Perdagangan.

Restoran dan Hotel 1.716 3.041 4.152 4.426 4.745 4.853 74 Pengangkutan.

pergudangan dan komunikasi

1.261 1.165 1.569 2.759 2.839 2.849 80 Jasa dunia usaha 4.504 5.458 8.425 11.757 11.606 11.819 73 Jasa sosial

/masyarakat 1.208 1.456 1.904 2.463 2.476 2.529 79 Lain-lain 2.913 5.655 6.639 9.693 10.465 10.542 68

Total 15.232 20.445 27.944 38.195 39.308 39.726 74

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia (April 2009)

Selain itu, kerjasama yang dilakukan oleh BMT tidak hanya dilakukan dengan BUS dan UUS. Namun, kerja sama pun dilakukan dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Perkembangan pembiayaan yang terus meningkat untuk sektor ekonomi menunjukan bahwa pembiayaan syariah yang disalurkan tiap tahunnya selalu bertumbuh kembang dengan baik.

Pembiayaan yang disalurkan untuk sektor pertanian meningkat tiap tahunnya hingga tahun 2009 mencapai 1.298 Milyar Rupiah. Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Umum Syariah dan Unit-Unit Usaha Syariah ini dilakukan dengan cara Linkage Program dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)2. Lembaga Keuangan Mikro ini menjadi bagian dari lembaga yang melakukan

2


(32)

22

pembiayaan terhadap usaha pertanian (agribisnis). Salah satu jenis LKM yang pesat berkembang di Indonesia adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang menjalankan prinsip syariah agama Islam. Perkembangan BMT dari sisi kuantitas telah mencatat hasil yang cukup mengesankan. Contohnya BMT Tumang, Desa Cepogo, Boyolali misalnya. didirikan tanggal 1 Oktober 1998, dengan modal awal Rp.7.050.000.- terkumpul dari 60 orang pendirinya. BMT Tumang berkembang dari asset Rp 18 juta akhir Oktober 1998. Rp 95 juta di akhir 1999, Rp.212 juta di akhir 2000, Rp.406 juta di akhir 2001 dan hampir Rp 2 Milyar di akhir 2003, melayani lebih dari 1.000 anggota peminjam pengrajin-pengrajin tradisional dan semi-modernalat-alat rumah tangga dan kerajinan seni untuk perlengkapan rumah tangga dan perkantoran, disamping menerima simpanan dari lebih 1800 anggota penabung (PKES 2008).

Tabel 2. Penyaluran Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2005-2009

Penyaluran Pembiayaan Pada BPRS (dalam juta rupiah) SEKTOR

EKONOMI

2005 2006 2007 2008

(Dec)

2009 (Mar)

2009 (Apr) Laju

Pertumbuhan 2005-2008 (%/Tahun) Pertanian. kehutanan dan sarana pertanian

11.874 17.720 24.436 41.613 43.618 44.483 66

Pertambangan 138 485 944 1.287 2.206 1.528 51

Perindustrian 9.207 12.465 12.447 15.885 17.095 17.323 84 Listrik. gas dan air 109 748 367 1.146 557 928 83 Konstruksi 3.495 6.570 16.051 26.536 34.913 31.685 52 Perdagangan.

restoran dan hotel 190.583 255.559 295.195 370.907 428.840 446.070 80 Pengangkutan.

pergudangan dan komunikasi

3.618 8.704 9.075 17.697 19.729 19.670 63

Jasa dunia usaha 49.031 72.194 99.050 140.989 147.575 151.237 70 Jasa sosial

/masyarakat 5.155 5.632 6.402 22.609 11.494 9.400 69 Lain-lain 144.072 235.392 422.148 617.942 626.391 638.589 62

Total 417.282 615.469 886.117 1.256.610 1.332.419 1.360.913 69

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia (April 2009)

Munculnya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang berpihak kepada pengusaha mikro, kecil, dan menengah termasuk sektor pertanian tentu memberikan dampak positif tersendiri bagi para pengusaha tersebut. Sistem bagi hasil yang ditawarkannya mengakibatkan para pengusaha kecil menjadi leluasa


(33)

23

bergerak karena tidak terbebani akan adanya bunga yang terus bertambah. BMT dipandang sebagai salah satu alternatif sehubungan dengan usaha memperjuangkan nasib pengusaha kecil dan petani. Baitul Maal Waat Tamwill

dapat mengurangi atau meniadakan syarat-syarat dipandang memberatkan para pengusaha kecil dan petani tersebut.

Namun, perkembangan BMT yang semakin bertambah jumlahnya harus terkendali. Baitul Maal Waat Tamwill harus mampu berkembang tidak hanya kuantitas lembaganya saja, tapi juga kualitasnya yang pada akhirnya diarahkan pada efesiensi dan efektivitas kerja. Pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang terdapat pada KBMT dilihat perkembangannya, sehingga pembiayaan syariah yang ada pada KBMT Tadbiirul Ummah dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis. Oleh karena itu, perlu dikaji secara lebih mendalam mengenai skim pembiayaan syariah yang ada pada KBMT Tadbiirul Ummah. Selain itu, perlu juga untuk mengetahui efektivitas pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis. Hal tersebut dimanfaatkan pula untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor

1.2. Perumusan Masalah

Lembaga Keuangan Mikro Syariah atau dalam hal ini BMT sebagai lembaga keuangan dengan sistem syariah di tingkat mikro. KBMT Tadbiirul Ummah memiliki akses terhadap usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) salah satunya ialah usaha agribisnis. Berdasarkan hasil kajian Departemen Pertanian tahun 2008 usaha skala mikro mendominasi sebesar 98 persen. Namun, sangat sedikit sekali lembaga keuangan yang mau berkontribusi untuk memajukan sektor pertanian dalam skala mikro. Padahal potensi yang sangat besar tersebut masih belum teroptimalkan dengan baik. Saat ini yang dibutuhkan oleh sektor agribisnis skala mikro salah satunya ialah pembiayaan terhadap petani agar usahanya mampu berjalan secara berkelanjutan (sustainability).

Pembiayaan syariah yang ada pada saat ini mulai mengarahkan pembiayaanya pada sektor agribisnis. Hal tersebut dapat dilihat padaTabel 1 dan 2, pembiayaan syariah untuk sektor ekonomi pertanian, kehutanan dan sarana pertanian mengalami laju pertumbuhan pertahun yang cukup besar. Berdasarkan data dari Bank Umum Syariah atau BUS pembiayaan untuk sektor tersebut


(34)

24

memiliki laju sebesar 84 persen dan data yang diperoleh dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah menunjukan laju pertumbuhan sebesar 66 persen. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis menarik untuk dikaji.

Sedangkan, berdasarkan kasus pada penyaluran pembiayaan syariah yang disalurkan oleh KBMT Tadbirul Ummah masih sangat minim dari apa yang diharapkan, pada tahun 2008 alokasi pembiayaan untuk pertanian murni sebesar Rp 22.800.000 dan peternakan sebesar Rp 31.700.000. Walaupun secara laju pertumbuhannya sangat besar khusus untuk pertanian dan peternakan masing-masing memiliki laju pertumbuhan sebesar 146 persen dan 73 persen. Tetapi, perkembangan secara nominal masih jauh dibandingkan dengan sektor perdagangan dan jasa yang mendominasi tiap tahunnya. Minimnya pembiayaan syariah yang dialokasikan menunjukan bahwa pembiayaan syariah apakah dapat menjadi alternatif pembiayaan.

Tabel 3. Pembiayaan Syariah KBMT Tadbiirul Ummah Berdasarkan Sektor Usaha Pada Tahun 2004-2008

Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha (dalam ribu rupiah)

SEKTOR

USAHA 2004 2005 2006 2007 2008

Laju Pertumbuhan

2004-2008 (%/tahun)

Perdagangan 1.166.400 1.774.527 1.815.821 2.752.270 2.447.160 85

Jasa 702.520 693.585 391.177 354.084 573.650 113

Home Industri 28.000 164.910 102.968 53.970 552.680 94

Pertanian 8.000 64.480 16.050 16.700 22.800 146

Peternakan 10.500 10.000 20.000 31.700 73

Lain - lain 91.206 211.120 55.605 - 19.240 237

Total 2.006.626 2.918.623 2.381.622 3.197.024 3.647.230 88

Oleh karena itu, perlu dilihat seberapa besar efektivitas pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah. Selain itu, mitra yang menjadi objek sasaran pembiayaan BMT Tadbiirul Ummah dalam hal ini perlu dilakukan kajian secara faktual untuk melihat manfaat yang muncul secara langsung dan objektif. Berdasarkan uraian diatas maka dalam ini ada beberapa permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini. yaitu:


(35)

25

1) Apakah skim pembiayaan syariah yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis?

2) Apakah tingkat efektivitas penyaluran dari skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis KBMT Tadbiirul Ummah dapat berjalan dengan baik? 3) Apa sajakah faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan

syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah?

4) Bagaimanakah pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah?

1.3.Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang diterapkan oleh KBMT Tadbiirul Ummah.

2) Mengidentifikasi dan menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah.

3) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah.

4) Mengidentifikasi dan menganalisis pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis pada KBMT Tadbiirul Ummah.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1. Tersedianya informasi mengenai kondisi skim pembiayaan syariah untuk

sektor agribisnis yang efektif yang diterapkan oleh BMT. Hasil penelitian dapat menjadi bahan kajian lembaga keuangan lainnya untuk memajukan pertanian skala mikro melalui pembiayaan.

2. Tersedianya informasi untuk mengetahui faktor-faktor yang tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan dan penyaluran skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis baik itu bagi lembaga keuangan lainnya dalam mekanisme pembiayaan dan pihak nasabah atau petani dalam proses pemanfaatannya.


(36)

26

3. Tersedianya informasi bagi pihak nasabah/masyarakat, lembaga keuangan, lembaga penjamin maupun pemerintah untuk menunjukan pembiayaan agribisnis syariah yang dapat mencapai tingkat efektivitas terbaik agar semua pihak baik itu pemerintah, lembaga keuangan dan lembaga penjamin mendapat kemaslahatan bersama. Begitu pula jika diterapkan pada sektor pertanian secara luas, sehingga mampu menumbuhkembangkan sektor petanian yang menjadi tugas utama pembangunan bangsa ini.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan mengkaji lebih dalam tentang pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Tadbiirul Ummah. Dalam hal ini pembiayaan merupakan bagian dari sub-sistem penunjang dari sistem agribisnis. Pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis merupakan bagian pembiayaan yang dilakukan terhadap sektor agribisnis dengan menggunakan pola syariah.

Pada penelitian ini pembatasan dilakukan pada sektor agribisnis yang memanfaatkan fasilitas skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis baik itu pada sisi penawaran melalui efektivitas mekanisme penyaluran pembiayaan syariah pada BMT Tadbiirul Ummah dan sisi permintaan melalui pemanfaatan pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis oleh nasabah/petani. Data didapatkan melalui data internal BMT Tadbiirul Ummah dan berdasarkan info secara objektif melalui petani secara langsung. Data yang dicari berkaitan dengan kondisi skim pembiayaan agribisnis syariah.


(37)

27

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kredit dan Pembiayaan

Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir,dan penunjang. Soekartawi (1993) batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, sub-sistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan : (1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional

Agribisnis didefiniskan sejumlah operasi atau kegiatan yang terdiri dari manufaktur dan distribusi penawaran produk pertanian; produksi operasi di lahan pertanian dan penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas hasil pertanian.

Sering ditemukan bahwa konsep agribisnis diartikan dengan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal, pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep yang dimaksud (Soekartawi 1993).

Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Menurut Soekartawi (1993), yang dimaksudkan dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.


(38)

28

Pada sistem agribisnis perlu ada dukungan pendanaan atau modal, modal yang ada dapat diperoleh dari dana pribadi maupun dana pinjaman. Pinjaman modal yang lazimnya dinamakan kredit. Dengan cara meminjam, pelaku pertanian mendapat modal dengan perjanjian bahwa waktu yang akan datang dia harus mengembalikan modal itu berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui kedua belah pihak, yaitu pelaku pertanian sebagai penerima pinjaman dan pemilik modal sebagai pemberi pinjaman. Modal ini dapat merupakan perseorangan, tetapi dapat pula merupakan badan-badan perkreditan atau lembaga keuangan mikro.

Dalam hal ini, kredit dan pembiayaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem agribisnis. Secara lebih khusus masuk kedalam sub-sistem penunjang agribisnis. Menurut undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Sedangkan dengan adanya Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah maka kredit pun diatur dengan menggunakan istilah pembiayaan. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mudharabah, salam dan istishna;

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

2.2. Karakeristik Usaha BMT

Istilah BMT adalah penggabungan dari Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul Maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang


(39)

29

bersifat nirlaba. Sumber dana yang diperoleh dari zakat, infak, dan sedekah atau sumber lain yang halal dan kemudian dana tersebut disalurkan kepada mustahik yang berhak menerima atau yang untuk kebaikan. Adapun Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya berupa menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dan bersifat profit motive. Pada masa Rasullullah eksistensi Baitul Mal pada awalnya merupakan konsekuwensi profesionalitas manejemen yang dilakukan pengelola zakat (amil). Namun ia juga merefleksikan ruang lingkup Islam, dimana Islam didefinisikan juga sebagai agama dan pemerintahan, quran dan kekuasaan, sehingga Baitul Mal menjadi salah satu komponen yang menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dan kekuasaan negara Sakti (2007).

Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyaluran dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang dijalankan berdasarkan syariat. Terdapat tiga jenis aktivitas yang dijalankan BMT, yaitu (Widodo et al diacu dalam Hidayat 1999) :

1. Jasa Keuangan

Kegiatan jasa keuangan yang dikembangkan oleh BMT berupa penghimpunan dan penyalurannya melalui kegiatan pembiayaan dari dan untuk anggota atau non anggota. Kegiatan ini dapat disamakan secara operasional simpan pinjam dalam koperasi atau kegiatan perbankan secara khusus.

a) Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan.

b) Penyaluran Dana

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri dari atas dua jenis, pertama, pembiayaan dengan bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga. Dimana di dalam operasinya menerapkan sistem kebersamaan dalam menanggung resiko usaha nasabahnya dan berbagi keuntungan dan kerugian secara adil antara pihak BMT dan nasabah. Pembiayaan ini merupakan penyaluran dana BMT dari pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan pihak nasabah dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati. Pembiyaan ini dibedakan menjadi Musyarakah


(40)

30

(Pathnership, Project Financing, dan Participation) dan Mudharabah (Trust Financing, Trust Invesmetn). Kedua adalah jual beli dengan pembiayaan ditangguhkan, yaitu penjualan barang dari BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT. Bentuknya dapat berupa Ba’i Bitsaman Ajil (pembiayaan dilakukan secara angsuran). BMT memiliki bagian tersendiri yang bertugas untuk melakukan pembiayaan yaitu (PKES, 2008) :

i) Melakukan pelayanan dan pembinaan kepada peminjam. ii) Menyusun rencana pembiayaan.

iii) Menerima berkas pengajuan pembiayaan. iv) Melakukan analisis pembiayaan.

v) Mengajukan berkas pembiayaan hasil analisis kepada komisi pembiayaan.

vi) Melakukan administrasi pembiayaan.

vii) Melakukan pembinaan anggota pembiayaan agar tidak macet. viii) Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

2. Sektor Riil

Pada dasarnya kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk pelayanan dana BMT. Namun berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan dan terdapat unsur kepemilikan di dalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi atau penyertaan. Investasi yang dilakukan BMT dapat dengan mendirikan usaha baru dengan masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara membeli saham. Akad sesuai dengan prinsip ini adalah al-mudharabah (Trust Financing, Trust Invesent).

3. Sosial (Zakat, Infak dan Sedekah)

Kegiatan pada sektor ini adalah pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Sektor ini merupakan salah satu kekuatan BMT karena juga berperan dalam pembinaan agama bagi para nasabah sektor keuangan BMT. Dengan demikian perberdayaan yang dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi, tetapi juga dalam hal agama. Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) yang


(41)

31

telah disalurkan oleh nasabah kepada BMT akan disalurkan dalam bentuk produk Qordul Hasan (Soft Loan and Benevolen Loan), dimana dalam produk ini pihak BMT tidak mengharapkan imbalan. Oleh karena itu, para nasabah BMT tersebut diharapkan dapat turut memperkuat sektor sosial BMT ini dengan menyalurkan ZIS-nya kepada BMT.

BMT pada awal pendiriannya tidak memiliki badan hukum resmi. BMT berkembang sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau kelompok simpan pinjam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, BMT memperoleh legalitas dengan badan hukum berbetuk Koperasi Serba Usaha (KSU) atau Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mengingat BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan atau sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran (Widodo dalam Hidayat 1999).

Adanya legalitas akan melindung kepentingan masyarakat dan menjamin keamanan pihak pengelola BMT dalam menjalankan kegiatannya. Sedangkan pemilihan badan hukum koperasi diperkuat dengan hadirnya PP No. 9/1995, dimana dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 membolehkan penerapan sistem bagi hasil pada koperasi. BMT sebagai gerakan pemberdayaan umat yang bertumpu pada syariat Islam, pada umumnya memiliki misi yang senantiasa akan diimplementasikan dalam setiap aktivitasnya. Misi yang diemban BMT dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pemberdayaan masyarakat bawah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan tawar, kemampuan mengakses sumber daya ekonomi, politik dan sosial. Sehingga terwujud hubungan kemanusian yang adil dengan berlandaskan pada syariat islam”. (Saktiwan diacu dalam Hidayat, 1999).

Sedangkan sebagai lembaga keuangan islam, BMT mempunyai tujuan sebagai berikut (Sumitro diacu dalam Hidayat, 1999) :

a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermu’amalah secara Islam khususnya yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek riba.


(42)

32

c. Untuk menciptakan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama keluarga miskin, yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produkif menuju terciptanya kemandirian berusaha (wirausaha).

d. Untuk membantu mengentaskan masalah kemiskinan dengan upaya pembinaan nasabah yang menonjolkan sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pedagang perantara, konsumen, pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.

e. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non-islam (konvensional) yang masih menerapkan sistem riba.

BMT yang menjadi lembaga keuangan mikro syariah merupakan salah satu bagian kecil dari sistem agribisnis sebagai sub-sistem penunjang dalam membangun agribisnis. Oleh karena itu, salah satu fungsi BMT yang melakukan penyaluran dana. Penyaluran dana tersebut dilakukan terhadap sektor usaha pertanian dari hulu sampai hillir.

2.3. Sistem Pembiayaan Syariah

Bank syariah menunjukan pertumbuhan yang meningkat. Ini didorong oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Karena jumlah penduduk muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat. Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah Bank Indonesia (2007) :

1) Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.

2) Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.

Untuk mendukung prinsip – prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk


(43)

33

mengambil keputusan yang proporsional. Jenis informasi yang dimaksud antara lain:

1) Informasi dasar nasabah

2) Informasi data penjualan/pembelian/penyewaan riil 3) Proyeksi laporan keuangan

4) Akad pembiayaan

2.4. Manajemen Pembiayaan BMT

Menurut Farida (2007), manajemen pembiayaan merupakan suatu proses yang terintegrasi dari sumber-sumber dana pembiayaan, alokasi dana yang dapat dijadikan pembiayaan dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian administrasi dan pengamanan pembiayaan. Bagi suatu lembaga keuangan dalam mengalokasikan dana yang dijadikan pembiayaan perlu suatu sistem/mekanisme dan prosedur penyaluran serta analisa pembiayaan

Hal umum yang perlu diperhatikan dalam proses pembiayaan pada BMT, antara lain :

1) Pembiayaan diberikan kepada mitra yang dikenal dalam hal karakter usaha. Karakter mencerminkan willingness to pay (tanggung jawab akan hutang), sedangkan usaha mencerminkan ability to pay (kemampuan membayar). 2) Barang jaminan bukan sebagai pengganti karakter atau pembayaran. BMT

mengartikan barang jaminan sebagai keberlangsungan usaha bukan sebagai jaminan harta.

3) Pembiayaan yang diperuntukan untuk usaha, harus memiliki criteria : bukan usaha baru, tingkat keuntungan usaha minimal 3 kali mark-up BMT, pengembalian harus dari usaha utama yang dibiayai, usaha sudah dimengerti oleh BMT.

4) Hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan adalah melihat keamanan sumber pengembaliannya.

5) Memprioritaskan kualitas daripada kuantitas pembiayaan. Kualitas pembiayaan yang baik akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh.

6) Komite pembiayaan bersifat independen bebas dari intervensi siapapun karena keputusan pembiayaan bersifat personal. Account officer (AO) harus yakin


(44)

34

dengan rekomendasinya karena ia bertanggung jawab sampai pembiayaan itu selesai.

7) Melakukan pengecekan agar data yang diperoleh akurat. Keakuratan data diperlukan dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang diambil benar.

2.5.Jenis-Jenis Akad Pembiayaan

Ada bermacam-macam akad yang biasanya digunakan dalam transaksi keuangan syariah dalam menopang kegiatan bisnis. Jenis-jenis akad berdasarkan Bank Indonesia (2008) yaitu;

1) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan marjin (Murabahah)

Murabahah adalahtransaksi jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan tertentu. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara membayar cicilan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

Contoh: pembiayaan pembelian kendaraan bermotor

Gambar 1. Skema Akad Murabahah

1.Perjanjian pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli

2a.Barang

Pembeli Bank


(45)

35

2) Pembiayaan Berdasarkan Prinsip jual beli dengan pembayaran dimuka (Salam)

Gambar 2. Skema Akad Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada, namun kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Bank membayar secara tunai kepada supplier dan barang diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Contoh:pembiayaan untuk pembelian hasil pertanian.

3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan pesanan (Istishna)

Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna

pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

4) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah adalah transaksi dimana bank menyewakan suatu objek sewa kepada nasabah, dan atas manfaat yang diterima oleh nasabah atas penngunaan objek sewa yang disewa tersebut, bank memperoleh ongkos sewa. Pada akhir masa sewa, bank dapat mengalihkan kepemilikan barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal

1b.pesanan dengan spesifikasi

6.membayar secara tangguh

Pembeli Bank

5.Kirim Barang Penjual

1a.pesanan dengan spesifikasi

2. Negosiasi dan perjanjian dimuka

3.Bayar dimuka


(46)

36

ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindah tanggannya kepemilikan).

5) Kemitraan (Musyarakah)

Gambar 3. Skema Pembiayaan Bedasarkan Akad Musyarakah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah kemitraan (musyarakah).

Transaksi musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat berupa dana, barang dagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill),

kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Contoh : pembiayaan KPR dimana proporsi kepemilikan bank semakin lama semakin menurun sedangkan kepemilikan nasabah semankin meningkat.

6) Penyertaan Modal (Mudharabah)

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana salah satu pihak mempercayakan sejumlah modal kepada pihak lain yang bertindak sebagai pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Dalam mudharabah tidak dipersyaratkan adanya wakil pemilik

1.Perjanjian Bagi Hasil

Nasabah Pemodal

Bagian Keuntungan X Bagian Keuntungan

Bagian Modal X Bagian Modal

Y Modal & skiil Modal & skiil

Kegiatan Usaha

Keuntungan


(47)

37

modal (shohibul maal) dalam manajemen proyek. Contoh : pembiayaan modal kerja perusahaan tekstil.

Gambar 4. Skema Pembiayaan dengan Akad Mudharabah

2.6.Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan yang terdapat dalam BMT pada prinsipnya secara operasional tidak jauh berbeda dengan bank islam. Pada pembiayaan syariah lebih banyak menekankan pada pembiayaan bagi hasil, bentuk pembiayaan ini menekankan pada aspek bagi hasil dari usaha yang dibiayai. Pola pembiayaan bagi hasil ini merupakan instrumen pembiayaan yang dimodifikasi untuk menjembatani kendala pembiayaan bagi badan usaha yang belum berbadan hukum, terutama usaha kecil Siamat (2004). Banyak jenis–jenis pembiayaan bank syariah, yaitu (Karim, 2007):

1) Pembiayaan Modal Kerja Syariah.

Pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

2) Pembiayaan Investasi Syariah.

Pembiayaan investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk :

1.Perjanjian Bagi Hasil

Nasabah Pemodal

Bagian Keuntungan X Bagian Keuntungan

Modal 100% X Modal 100 %

pinjaman Modal & skiil

Kegiatan Usaha

Keuntungan


(48)

38

a) Pendirian proyek baru, yakni pendirian atau pembangunan proyek/pabrik dalam rangka usaha baru.

b) Rehabilitasi, yakni pengantian mesin/peralatan lama yang sudah rusak dengan mesin/peralatan baru yang lebih baik.

c) Modernisasi, yakni penggantian menyeluruh mesin/peralatan lama mesin/peralatan baru yang tingkat teknologinya lebih baik/tinggi. d) Ekspansi, yakni penambahan mesin/peralatan yang telah ada dengan

mesin/peralatan baru dengan tekhnologi sama atau lebih baik/tinggi, atau e) Relokasi proyek yang sudah ada, yakni pemindahan lokasi proyek/pabrik secara keseluruhan (temasuk sarana penunjang kegiatan pabrik, seperti laboratorium

3) Pembiayaan Konsumsi Syariah

Pembiayaan konsumsi adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan.

2.7.Efektivitas Pembiayaan BMT

BMT harus mampu menyalurkan pembiayaan seefektif mungkin untuk menghindari terjadinya permasalahan-permasalahan dalam pembiayaan. Soetrisno (1986) diacu dalam Syafar (2006) mengemukakan bahwa untuk menolong permodalan usaha masyarakat pedesaan, efektivitas harus terlebih dahulu dicapai namun juga tanpa mengabaikan aspek efisiensi. Lembaga keuangan yang ditujukan untuk masyarakat seharusnya suatu lembaga khas pemerintah untuk melayani golongan miskin, sehingga mempunyai tingkat efektivitas yang baik dalam kecepatan kemampuannya mencapai sasaran.

Efektifitas pembiayaan pada BMT dapat dinilai dari efektivitas pengajuan pembiayaan, penyaluran pembiayaan, penggunaan/pemanfaatan pembiayaan dan pengembalian pembiayaan tersebut. Efektivitas pembiayaan dapat diukur dengan cara melihat kemantapan prosedur pembiayaan atau efektivitas pembiayaan menurut shahibul maal yang berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut Hamid (1986) diacu dalam Syafar (2006) :

1) Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat diterima dan mampu menjangkau sasaran secara luas.


(1)

140

Lampiran 5.

Jumlah Mitra dan Nominal yang Terlayani Berdasarkan Jenis Akad

Pada Tahun 2004-2008

Jumlah Mitra (Orang)

Berdasarkan aqad 2004 2005 2006 2007 2008

Jual beli 260 451 517 404 401

Bagi hasil 42 45 18 17 11

Sewa 24 19 17 24 20

Lain - lain 51 50 51 30 33

Total 377 565 603 475 465

Nominal (Rp)

Berdasarkan aqad 2004 2005 2006 2007 2008

Jual beli 1,065,545,000 1,934,518,500 1,926,374,500 2,824,935,000 3,324,860,000 Bagi hasil 581,896,650 478,076,500 113,833,450 175,115,000 163,750,000 Sewa 72,150,000 266,250,000 87,435,000 100,000,000 52,940,000 Lain - lain 287,035,000 239,777,500 253,980,000 96,974,300 105,680,000 Total 2,006,626,650 2,918,622,500 2,381,622,950 3,197,024,300 3,647,230,000


(2)

141

Lampiran 6

. Data Responden Berdasarkan Realisasi Pembiayaaan dan

Faktor-faktor yang diduga Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah

Untuk Sektor Agribisnis

N

O NAMA

REALIS ASI PEMBI AYAAN (Rp) PENGA LAMAN USAHA (Tahun) PRO FIT USA HA (Rp/T ahun) FREKUE NSI PEMBIA YAAN (Kali) NISB AH BAGI HASI L (Rp) PENDI DIKAN (Tahun) KOMPO SISI MODAL USAHA (Rp) SEK TO R USA HA

1 Sarinan 8,000,00

0 19

4,250,

000 8

1,440,

000 6 6,500,000 0 2 Usup 1,500,00

0 9

3,360,

000 10

200,00

0 6 1,000,000 1 3 Amsir 10,000,0

00 9

92,10

0,000 2

3,000, 000 6

115,000,0 00 0 4 Kosasih 3,000,00

0 7

15,87

6,000 1

900,00

0 12

23,700,00 0 1 5 Tuti

Susilawati

2,000,00

0 5

48,91

5,000 3

600,00

0 6 1,600,000 1 6 Abdurrohi

m

1,000,00

0 9

108,0 00,00 0

7 240,00

0 6

50,000,00 0 0 7 Ernawati 1,000,00

0 2

5,000,

000 3

300,00

0 6 50,000 0

8 Halimah 500,000 9 12,00

0,000 1

150,00

0 6 900,000 0 9 Herman 1000000

0 30

75,00

0,000 2

4,320, 000 6

10,000,00 0 0 1

0 Joko Purnomo

1,000,00

0 12

19,95

0,000 4

290,00

0 6 1,500,000 0 1

1 Lomri

1,000,00

0 11

5,920,

000 4

150,00

0 6 2,500,000 1 1

2 M. Ali 500,000 10

7,584,

000 4

150,00

0 6 120,000 0 1

3

Neneng QQ Sahata

1000000 17 9,000,

000 1

300,00

0 6 700,000 0 1

4 Udin 750,000 20

8,460,

000 2

225,00

0 6 5,700,000 1 1

5 Urip

1,500,00

0 37

4,795,

200 5

22500 000% 6

16,800,00 0 1 1

6 Ocim 800,000 20

2,740,

000 1

300,00

0 5 500,000 1 1

7 Oding

25,000,0 00 9

25,00

0,000 2

3,750, 000 4

10,000,00 0 1 1

8 Ening

1,000,00

0 14

18,40

0,000 7

150,00

0 5 5,700,000 1 1 M. Runa 1,500,00 22 27,21 5 200,00 4 12,500,00 0


(3)

142

9 0 6,000 0 0

2 0

Idrus Supandi

2,500,00

0 2

29,90

0,000 5

210,00

0 12 0 1

2

1 Sugani

2,000,00

0 2

47,60

0,000 10

300,00

0 6 2,500,000 1 2

2

Suma bin Mimin

1,500,00

0 29

39,24

0,000 5

200,00

0 5 0 0

Lampiran 7

. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan

Formal, Pengalaman Usaha dan Pekerjaan Mitra

No Nama Mitra

Jenis Kelami

n

Pendidikan Formal

Pengalaman Usaha

Pekerjaan Mitra

1 Sarinan L Tamat SD 19 Pedagang

2 Usup L Tamat SD 9 Petani Tanaman Holtikultura

3 Amsir L Tamat SD 9 Pedagang

4 Kosasih L Tamat SMA 7 Peternak

5 Tuti Susilawati P Tamat SD 5 Peternak

6 Abdurrohim L Tamat SD 9 Pedagang

7 Ernawati P Tamat SD 2 Home Industri

8 Halimah P Tamat SD 9 Pedagang

9 Herman L Tamat SD 30 Pedagang

10 Joko Purnomo L Tamat SD 12 Pedagang

11 Lomri L Tamat SD 11 Petani Tanaman Pangan

12 M. Ali L Tamat SD 10 Home Industri

13 Neneng L Tamat SD 17 Petani Tanaman Pangan

14 Udin L Tamat SD 20 Petani Tanaman Holtikultura

15 Urip L Tamat SD 37 Petani Tanaman Pangan

16 Ocim L

Tidak Tamat

SD 20 Peternak

17 Oding L

Tidak Tamat

SD 9 Peternak

18 Ening L

Tidak Tamat

SD 14 Petani Tanaman Holtikultura

19 M.runa L

Tidak Tamat

SD 22 Pedagang

20 Idrus Supandi L Tamat SMA 2 Petani Palawija

21 Sugani L Tamat SD 2 Petani Tanaman Pangan

22

Suma bin

mimin L

Tidak Tamat


(4)

143

Lampiran 8.

Uji Normalitas

pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhis

Realisasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis.

'

"

! !

Lampiran 9.

Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor

Agribisnis.


(5)

144

()* + $ , $ " - . $ & .

! " # $ % & #

! " # $ % & #

' (

) * (

$ / 0 " $ 1

Lampiran 10.

Out Put

Regresi Linear Minitab Versi 15 pada Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhis Realisasi Pembiayaan Syariah

untuk Sektor Agribisnis.

The regression equation is

Realisasi = 3903998 - 109346 Pengalaman usaha - 0.0418 Profit Usaha + 155797 Frekuensi pembiayaan + 4.50 Nisbah bagi hasil - 448258 Tahun Pendidikan + 0.0107 Komposisi Modal Usaha + 1349909 Sektor Usaha

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 3090223 1.26 0.227

Pengalaman usaha -109346 69942 -1.56 0.140 1.209 Profit Usaha -0.04178 0.03035 -1.38 0.190 2.254 Frekuensi pembiayaan 155797 244314 0.64 0.534 1.271 Nisbah bagi hasil 4.5045 0.6045 7.45 0.000 1.513 Tahun Pendidikan -448258 345195 -1.30 0.215 1.272 Komposisi Modal Usaha 0.01066 0.03283 0.32 0.750 1.940 Sektor Usaha 1349909 1319894 1.02 0.324 1.250

S = 2769131 R-Sq = 83.7% R-Sq(adj) = 75.6% PRESS = 8.493980E+14 R-Sq(pred) = 0.00% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 7 5.51749E+14 7.88213E+13 10.28 0.000 Residual Error 14 1.07353E+14 7.66809E+12

Total 21 6.59102E+14

No replicates.

Cannot do pure error test.

Source DF Seq SS


(6)

145

Profit Usaha 1 3.45790E+13

Frekuensi pembiayaan 1 2.47089E+13 Nisbah bagi hasil 1 4.75128E+14

Tahun Pendidikan 1 8.67759E+12

Komposisi Modal Usaha 1 6.11077E+11 Sektor Usaha 1 8.02080E+12

Unusual Observations Pengalaman

Obs usaha Realisasi Fit SE Fit Residual St Resid 9 30.0 10000000 14678356 2413745 -4678356 -3.45R 17 9.0 25000000 18742321 2141253 6257679 3.56R R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 2.52180

Lampiran 11

. Alokasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis

No Nama Realisasi Kesesuaian

1 Sarinan penebusan gadai sawah ya

2 Usup pembelian pupuk ya

3 Amsir penambahan pembelian kios ya

4 Kosasih pembelian kayu bahan kandang ya

5 Tuti Susilawati pembelian kambing 3 ekor ya

6 Abdurrohim modal sayuran ya

7 Ernawati penambahan modal kerja ya

8 Halimah pembelian bahan baku bakso ya

9 Herman penambahan beli lapak dagang sayuran ya

10 Joko Purnomo renovasi rumah tidak

11 Lomri pembelian kambing 3 ekor, sembelumnya 4 ekor

kambing ya

12 M. Ali modal warung sembako istri tidak

13 Neneng QQ Sahata pembelian kambing 3 ekor ya

14 Udin pembelian sayuran ya

15 Urip Menebus 6 pohon jambu yang digadaikan ya

16 Ocim pembelian kambing ya

17 Oding Alokasi untuk dana adik usaha tidak

18 Ening pembayaran sewa tanah ya

19 M.runa pembelian barang dagangan ya

20 Idrus Supandi sewa tanah ya

21 Sugani sewa tanah ya