Analisis faktor faktor penentu pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia aplikasi model vector error correction
APLIKASI MODEL VECTOR ERROR CORRECTION
Oleh:
RIS YUWONO YUDO NUGROHO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
RIS YUWONO YUDO NUGROHO. The Analysis of Determinant Factors of Islamic Banking Financing in Indonesia: The Application of Vector Error Correction Model (HERMANTO SEREGAR as Chairman and JARDINE A. HUSMAN as Member of the Advisory Committee).
In Indonesia today, Islamic banking has enjoyed rapid growth. The growth of this business has been supported by the monetary autority, Bank Indonesia. The primary purpose of this thesis is to examine dynamic causal relationships between Islamic banking financing, and its seven determinants, including non performing financings, Jakarta Islamic Index, credit of commercial banking, Islamic banking funding, Bank Indonesia wadiah certificate, industrial production index, and profit per asset. Impulse response function and variance decomposition based on the vector error-correction model are analysed. In the long term, cointegration between non performing financings and credit of commercial banking is significant. The response of Islamic banking financing to changes in Islamic banking financing, Islamic banking funding, profit per asset are positive, meanwhile, non performing financings, credit of commercial banking, Bank Indonesia wadiah certificate, Jakarta Islamic Index, and industrial production index are negative. The variance decomposition results suggest that the supply side is more dominant than the demand side explanation.The implications suggest that to overcome non performing financing and to compete with conventional banks, the industry need to improve the quality services and to undertake product developments in order to assure the floating customer.
(3)
Industri keuangan Islam mengalami perkembangan yang pesat di seluruh dunia demikian pula di Indonesia. Dari sisi perundangan perkembangan ditunjang dukungan otoritas moneter, Bank Indonesia. Sedangkan teknis operasional produk dan transaksi syariah yang digunakan bank syariah diatur oleh fatwa Dewan Syariah Nasional. Perkembangan terakhir telah selesai undang-undang perbankan syariah yang terpisah dengan undang-undang perbankan secara umum, menjadikan Indonesia menganut dual banking system.
Pentingnya kontribusi perbankan khususnya kredit dan pembiayaan bagi perekonomian Indonesia memberikan kontribusi sebesar 77 persen dari total sumber pembiayaan. Keterkaitan antara kondisi makroekonomi dengan industri
perbankan juga dirasakan perbankan syariah ketika terjadi tekanan
makroekonomi. Jika ditinjau dari pangsa pembiayaan perbankan syariah terhadap kredit perbankan secara nasional ternyata masih sangat kecil, dan jika disandingkan antara sasaran program akselerasi pengembangan perbankan syariah dengan pangsa yang diraih perbankan syariah, sasaran tersebut belum tercapai.
Tujuan umum penelitian untuk menganalisis faktor-faktor penentu pembiayaan perbankan syariah dengan mempertimbangkan deskripsi dinamika kondisi yang melingkupi perbankan syariah, sedangkan tujuan khusus penelitian: (1) menganalisis keterkaitan kinerja internal bank syariah, instrumen moneter syariah, kondisi makroekonomi, kinerja industri perbankan, dan pasar modal syariah terhadap pembiayaan bank syariah, (2) menganalisis respon pembiayaan bank syariah jika terjadi guncangan pada kinerja internal bank syariah, instrumen moneter syariah, kondisi makroekonomi, kinerja industri perbankan, dan pasar modal syariah, (3) menganalisis struktur dinamis peubah dalam memberikan kontribusi terhadap pembiayaan bank syariah, dan (4) memberikan rumusan implikasi kebijakan yang berpengaruh positif terhadap kinerja pembiayaan bank syariah.
Tujuan penelitian akan dijawab dengan metode ekonometrika yang dilengkapi dengan analisis deskriptif. Kerangka teoritis yang disusun berdasarkan teori dan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian. Dua hal tersebut kemudian disesuaikan dengan nature data time series yang akan diteliti, sehingga metode analisis yang digunakan tepat dan mampu menjawab permasalahan penelitian. Representasi fenomena aktual dirumuskan menjadi sebuah model. Model ekonometrika yang digunakan adalah model Vector Error Correction. Terbentuknya model kemudian dilanjutkan dengan aplikasi model yaitu Impulse
Response Function dan Forecast Error Decomposition Variance. Tahap akhir
penelitian adalah memberikan implikasi kebijakan, kesimpulan hasil penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Temuan ringkas penelitian, adalah: (1) terdapat hubungan kointegrasi jangka panjang, dengan pembiayaan bermasalah dan kredit bank umum signifikan mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah, (2) shock dari pembiayaan bermasalah, sertifikat wadiah Bank Indonesia, kredit bank umum, indeks produksi industri, dan Jakarta Islamic index dalam jangka panjang direspon permanen negatif oleh pembiayaan, sedangkan laba per aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan sendiri, dalam jangka panjang direspon permanen positif oleh
(4)
pembiayaan bermasalah, kemudian pembiayaan itu sendiri, dan kredit bank umum.
Implikasi hasil penelitian: (1) untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah dilakukan dengan peningkatan kemampuan sumber daya insani bidang pembiayaan, mencegah resiko pembiayaan yang mungkin terjadi, serta peran aktif nasabah, dan (2) persaingan sehat dengan bank konvensional, dengan cara meyakinkan floating customer atau nasabah mengambang untuk menggunakan jasa perbankan syariah.
Saran untuk penelitian lanjutan adalah: (1) menggunakan data bagi hasil pembiayaan, (2) menggunakan data Return on Asset (ROA), (3) menggunakan data instrumen moneter konvensional seperti BI Rate atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan (4) sehubungan dengan hasil penelitian bahwa terjadi substitusi antara pembiayaan perbankan syariah dan kredit bank umum, penelitian dapat diperdalam dengan melakukan penelitian pada unit yang lebih kecil, untuk mengetahui perilaku nasabah pembiayaan.
(5)
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMBIAYAAN
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA: APLIKASI MODEL VECTOR ERROR CORRECTION
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2009
RIS YUWONO YUDO NUGROHO NRP. H351060041
(6)
Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
(7)
APLIKASI MODEL VECTOR ERROR CORRECTION
RIS YUWONO YUDO NUGROHO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(8)
(9)
Model Vector Error Correction
Nama Mahasiswa : Ris Yuwono Yudo Nugroho
Nomor Pokok : H351060041
Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir.Hermanto Siregar, M.Ec Ketua
Jardine A. Husman, S.T., M.Sc. Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
(10)
Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 11 Januari 1974, sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Purwo Hartono dan Tri Widati. Tahun 1986, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sluke Rembang. Penulis melanjutkan studi di SMPN 1 Lasem Rembang dan menyelesaikan studi pada tahun 1989, kemudian melanjutkan studi di SMAN 1 Rembang dan lulus tahun 1992. Tahun 1992 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya dan meraih gelar sarjana ekonomi pada tahun 2001.
Januari 1997 sampai dengan September 1998, penulis bekerja sebagai Analis Kredit PT. Bank Aken Kantor Cabang Surabaya, dan tahun 2001 sampai 2002, bekerja pada sekretariat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Business
Research and Development Center Surabaya. Desember tahun 2003, penulis
diangkat menjadi staf pengajar tetap di Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Trunojoyo Bangkalan.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi S-2 di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dengan sponsor BPPS dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Saat ini penulis telah menikah dengan Dyah Puspitasari, dan dikarunia seorang putri bernama Naura Madina Aini Gheetanjali.
(11)
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Semoga shalawat dan salam, senantiasa terlimpah kepada penghulu para Rasul, Muhammad SAW., keluarga dan para sahabatnya yang telah mengajarkan kalimat dan pesan Tuhan kepada seluruh umat manusia.
Tesis dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Model Vector Error Correction, adalah tahapan dalam rangka menyelesaikan studi pascasarjana pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sebagai bagian dari proses pengungkapan pikiran, gagasan dan temuan melalui tulisan ilmiah, penelitian tesis terinspirasi dari ketertarikan penulis terhadap fenomena perkembangan perbankan syariah di Indonesia, khususnya dari sisi pembiayaan.
Bimbingan dari Bapak Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Jardine A. Husman, S.T., MS., selaku anggota komisi pembimbing, sangat bermanfaat dalam setiap tahapan penyusunan tesis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Noer Azam Achsani, MS., Ph.D. selaku penguji luar komisi pembimbing atas kritik dan saran yang diberikan selama ujian tesis, serta Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. selaku ketua program studi yang terus memberikan motivasi dan bimbingan, agar tesis ini menjadi sebuah karya ilmiah yang baik.
Dukungan dari pihak Bank Indonesia, khususnya Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Direktorat Perbankan Syariah, dan Direktorat Sumber Daya Manusia, terkait dengan bantuan penelitian tesis, pencarian literatur dan konsultasi tesis sangat kami hargai.
(12)
Mayawati, Dewi Haryani, Femmi Nor Fahmi, Husen Bahasoan, Indra Rochmadi, Ismi Jazila, I Gusti Ayu P. Mahendri, I Wayan Sukanata, Piter Sinaga, dan Sayekti Handayani), terima kasih atas dukungan selama perkuliahan dan tahapan penyelesaian tesis.
Sebagai kewajiban ilmu untuk disebarluaskan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang lain, maka saran perbaikan dari semua pihak sangat diharapkan untuk perbaikan tesis. Jika terdapat kebenaran, semua ilmu adalah dari Allah SWT., dan jika ditemukan kesalahan, sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Bogor, Februari 2009
(13)
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 10
II. KERANGKA TEORITIS ... 12
2.1. Tinjauan Teori ... 12
2.1.1. Karakteristik Bank Syariah ... 12
2.1.2. Akad Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia ... 15
2.1.2.1. Prinsip Bagi Hasil ... 15
2.1.2.2. Prinsip Jual Beli ... 20
2.1.2.3. Prinsip Sewa Menyewa... 24
2.1.2.4. Prinsip Pinjaman Sosial ... 27
2.1.3. Teori Kebijakan Moneter Konvensional ... 28
2.1.3.1. Transmisi Kebijakan Moneter ... 28
2.1.3.2. Bank Lending Channel ... 31
2.1.4. Teori Kebijakan Moneter Syariah... 34
2.1.5. Aplikasi Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia ... 40
2.1.5.1. Giro Wajib Minimum ... 41
2.1.5.2. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah ... 42
2.1.5.3. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ... 43
2.2. Tinjauan Studi Terdahulu ... 44
(14)
ii
Halaman
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit di Indonesia 50
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia ... 56
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 62
3.1. Kerangka Konseptual... 62
3.2. Hipotesis ... 68
IV. METODE PENELITIAN ... 69
4.1. Jenis dan Sumber Data... 69
4.2. Peubah dan Definisi Operasional... 70
4.3. Metode Analisis ... 71
4.3.1. Analisis Deskriptif ... 71
4.3.2. Analisis Ekonometrika... 71
4.3.2.1. Analisis Vector Autoregression ... 71
4.3.2.2. Pembentukan Model ... 73
4.3.2.3. Spesifikasi Model ... 80
V. KONDISI UMUM PERBANKAN SYARIAH ... 84
5.1. Dinamika Internal ... 84
5.1.1. Jumlah Bank dan Jaringan Kantor ... 84
5.1.2. Pembiayaan Perbankan Syariah... 87
5.1.3. Pembiayaan Bermasalah ... 91
5.1.4. Laba per Aset ... 94
5.1.5. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ... 98
5.1.6. Dana Pihak Ketiga ... 99
5.2. Dinamika Eksternal... 102
5.2.1. Indeks Produksi Industri ... 102
5.2.2. Kredit Bank Umum... 105
5.2.3. Jakarta Islamic Index ... 108
VI. APLIKASI MODEL VECTOR ERROR CORRECTION UNTUK MENGANALISIS PEMBIAYAAN BANK SYARIAH ... 112
(15)
iii
Halaman
6.1. Pengujian - Pengujian Statistik ... 112
6.1.1. Uji Stasioneritas Data ... 112
6.1.2. Kelambanan Optimal ... 114
6.1.3. Uji Kointegrasi... 115
6.1.4. Estimasi Model ... 116
6.1.5. Diagnostik Model ... 122
6.2. Analisis Respon Pembiayaan... 122
6.2.1. Inovasi Pembiayaan Bermasalah ... 123
6.2.2. Inovasi Laba per Aset ... 124
6.2.3. Inovasi Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ... 125
6.2.4. Inovasi Kredit Bank Umum ... 126
6.2.5. Inovasi Indeks Produksi Industri ... 128
6.2.6. Inovasi Jakarta Islamic index ... 129
6.2.7. Inovasi Dana Pihak Ketiga ... 130
6.2.8. Inovasi Pembiayaan ... 131
6.3. Kontribusi Dinamis... 132
6.4. Implikasi Hasil Penelitian ... 136
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 141
7.1. Kesimpulan ... 141
7.2. Saran ... 142
DAFTAR PUSTAKA... 143
LAMPIRAN ... 149
AN ...34
(16)
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Peubah Penelitian, Simbol, Satuan, dan Sumber Data... 69
2. Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ... 85
3. Pangsa Pembiayaan Berdasarkan Sektor Ekonomi... 90
4. Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah dan Bank Umum, Juli 2007 sampai Juni 2008 ... 93
5. Komposisi Deposito Satu Bulan dan 12 Bulan, Januari 2007 sampai Juni 2008 ... 101
6. Jumlah Rekening Dana Pihak Ketiga, Januari 2007 sampai Juni 2008 ... 102
7. Pangsa Penyaluran Dana Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 107
8. Uji Stasioneritas Data Level ... 113
9. Uji Stasioneritas Data Derajat Pertama... 113
10. Kandidat Kriteria Kelambanan Optimal ... 114
11. Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi Johansen ... 115
12. Estimasi Kointegrasi ... 116
13. Estimasi Model Koreksi Kesalahan ... 118
14. Ringkasan Hasil Estimasi Jangka Panjang Pembiayaan ... 120
(17)
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Aset, Pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah,
Akhir Tahun 2000 sampai Juni 2008 ... 3
2. Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah dan Loan to Deposit Ratio Bank Umum, Akhir Tahun 2002 sampai Juni 2007... 4
3. Pangsa Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Bank Umum, Akhir Tahun 2002 sampai Juni 2008 ... 5
4. Persandingan Mekanisme Operasional antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional... 14
5. Jalur Transmisi Kebijakan Moneter Konvensional... 30
6. Dampak Kebijakan Moneter Ekspansif terhadap Pasar Uang ... 32
7. Dampak Kebijakan Moneter Ekspansif terhadap Makroekonomi 32
8. Hubungan Penawaran dan Permintaan Uang, serta Expected Rate of Profit ... 37
9. Pengaruh Kebijakan Moneter Ekspansif terhadap Sektor Riil... 40
10. Skema Keterkaitan Giro wajib Minimum, Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ... 44
11. Kerangka Konseptual Penelitian... 67
12. Alur Kerja Penelitian ... 83
13. Pembiayaan Perbankan Syariah, November 2002 sampai Juni 2008 ... 87
14. Perubahan Bulanan Pembiayaan Perbankan Syariah, November 2002 sampai Juni 2008... 88
15. Pangsa Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad ... 88
16. Perkembangan Pangsa Pembiayaan, Jenis Akad Jual Beli dan Bagi Hasil, November 2002 sampai Juni 2008... 89
(18)
vi
Nomor Halaman
17. Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah, November 2002
sampai Juni 2008... 92 18. Aset Perbankan Syariah, November 2002 sampai Juni 2008 ... 95 19. Perubahan Aset Bulanan Perbankan Syariah, November 2002
sampai Juni 2008... 96 20. Laba Tahun Berjalan Perbankan Syariah, November 2002 sampai
Juni 2008 ... 97 21. Laba per Aset Perbankan Syariah, November 2002 sampai
Juni 2008 ... 98 22. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, November 2002 sampai
Juni 2008 ... 99 23. Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah, November 2002 sampai
Juni 2008 ... 100 24. Perubahan Posisi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah,
November 2002 sampai Juni 2008... 100 25. Pangsa Dana Pihak Ketiga Rata-Rata, November 2002 sampai
Juni 2008 ... 101 26. Produk Domestik Bruto Harga Konstan Tahun Dasar 2000 dan
Indeks Produksi Industri, Triwulan IV 2002 sampai II 2008 ... 103 27. Indek Produksi Industri, November 2002 sampai Juni 2008... 104 28. Kredit Bank Umum Perbankan Syariah, November 2002 sampai
Juni 2008 ... 105 29. Perubahan Kredit Bank Umum Bulanan dan Suku Bunga Kredit,
November 2002 sampai Juni 2008... 106 30. Jakarta Islamic Index dan Indeks Harga Saham Gabungan,
November 2002 sampai Juni 2008... 110 31. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Pembiayaan Bermasalah ... 124
32. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Laba per Aset ... 125 33. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Sertifikat Wadiah Bank
(19)
vii
Nomor Halaman
34. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Kredit Bank Umum... 127
35. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Indeks Produksi Industri ... 128
36. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Jakarta Islamic Index... 129
37. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Dana Pihak Ketiga ... 130
38. Respon Pembiayaan terhadap Inovasi Pembiayaan.. ... 131
39. Kontribusi Dinamis Pembiayaan Bermasalah, Pembiayaan, dan Kredit Bank Umum terhadap Pembiayaan... 132
40. Kontribusi Dinamis Indeks Produksi Industri, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, dan Jakarta Islamic Index terhadap Pembiayaan. 133
41. Kontribusi Dana Pihak Ketiga dan Laba per Aset terhadap Pembiayaan... ... 133
42. Kontribusi Relatif Sisi Penawaran dan Permintaan terhadap Pembiayaan... 135
(20)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Perbankan Syariah sampai Juni 2008 ... 150
2. Grafik Tiap Peubah pada Level ... 153
3. Grafik Tiap Peubah pada Derajat Pertama ... 154
4. Uji Akar Unit ... 155
5. Uji Stabilitas Kelambanan Maksimal ... 159
6. Kandidat Kelambanan Optimal... 160
7. Uji Kointegrasi ... 161
8. Estimasi Output Model Vector Error Correction ... 163
9. Uji Stabilitas... 165
10. Uji Residual ... 166
11. Grafik Impulse Response Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 40 Bulan ... 167
12. Tabel Impulse Response Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 40 Bulan ... 168
13. Tabel Variance Decomposition Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 40 Bulan ... 169
(21)
1.1. Latar Belakang
Industri keuangan Islam mengalami perkembangan yang pesat di seluruh dunia. Berdasarkan data Council of Islamic Banks and Financial Institutions (CIBAFI) awal tahun 2005, industri ini meliputi 284 Islamic Financial
Institutions (IFIs) yang beroperasi di 38 negara dengan volume usaha sebesar
178.5 miliar dolar Amerika. Jumlah tersebut belum termasuk conventional banks’
Islamic window operations, yang estimasinya mencapai 200 miliar dolar Amerika,
dan juga belum termasuk non-banking financial institutions dan kegiatan di pasar modal.
Untuk melakukan kapitalisasi pasar dunia yang potensial, sejumlah lembaga keuangan global seperti Citibank, Goldman Sachs, BNP-Paribas dan UBS telah mendirikan bank-bank syariah di beberapa negara (El-Hawary et al. 2003). Islamic Bank of Britain pada tahun 2004 menjadi bank syariah pertama yang berdiri di negara mayoritas non Islam, yaitu di Inggris. HSBC, University Bank dan Devon Bank kemudian juga mendirikan bank syariah di Amerika Serikat (Ben dan Ming, 2005).
Perkembangan perbankan Syariah di Indonesia cukup pesat. Dari sisi perundangan, perkembangan tersebut ditunjang dengan dukungan otoritas moneter, yaitu Bank Indonesia. Sejak Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, perbankan di Indonesia memungkinkan menganut dual
banking system. UU No. 10 Tahun 1998 sebagai penyempurnaan UU sebelumnya,
telah menggunakan istilah “Bank berdasarkan prinsip syariah”, dan pada pasal 1 butir 13 disebutkan berlakunya hukum Islam sebagai dasar transaksi di perbankan
(22)
syariah. Sedangkan teknis operasional produk dan transaksi syariah yang digunakan bank syariah diatur oleh fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Perkembangan terakhir telah selesai undang-undang perbankan syariah yang terpisah dengan undang-undang perbankan secara umum.
Klasifikasi jenis dan usaha bank syariah di Indonesia terdiri dari: Bank umum syariah, unit usaha syariah sebagai unit atau divisi syariah di dalam bank konvensional, serta bank perkreditan rakyat syariah. Data statistik lembaga keuangan syariah Bank Indonesia per Juni 2008, menunjukkan bahwa terdapat tiga Bank Umum Syariah (BUS), yaitu: PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri, dan PT. Bank Syariah Mega Indonesia, serta Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 29 bank, selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 1. Bahkan sejak peraturan Bank Indonesia tahun 2006, tentang office chanelling syariah, memungkinkan cabang bank konvensional menjadi kantor layanan syariah, jika cabang tersebut telah memiliki unit usaha syariah di tempat lain. Harapan Bank Indonesia dengan mengeluarkan peraturan tersebut adalah agar terjadi perluasan jaringan, sehingga penghimpunan dana dan pembiayaan bank syariah akan meningkat.
Menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (LPPS) tahun 2004, industri perbankan syariah mengalami tahap fast growing dengan pertumbuhan aset senantiasa di atas 60 persen per tahun selama empat tahun terakhir, sedangkan sebagai pembanding, industri perbankan konvensional yang telah memasuki tahap mature hanya mengalami pertumbuhan sekitar 5 persen per tahun. Perkembangan usaha bank syariah yang tercermin dari posisi aset, Pembiayaan Yang Diberikan (PYD) dan Dana pihak ketiga (DPK), ditunjukkan pada Gambar 1.
(23)
P Y D P Y D P Y D P Y D D P K D P K D P K D P K D P K D P K D P K P Y D P Y D P Y D A s e t A s e t A s e t A s e t A s e t A s e t A s e t -5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jun-08
D P K , P Y D , A s e t (M il ia r R u p ia h ) Tahun
PYD = Pembiayaan Yang DPK = Dana Pihak Ketiga
Sumber : Bank Indonesia, 2002, 2003a, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008a. Gambar 1. Aset, Pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah,
Akhir Tahun 2002 - Juni 2008
Selain pertumbuhan aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga yang pesat, kelebihan kinerja perbankan syariah dalam delapan tahun terakhir adalah kemampuannya dalam menyalurkan pembiayaan dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Persandingan antara kinerja penyaluran pembiayaan perbankan syariah dengan kinerja kemampuan penyaluran kredit bank umum nasional yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) selama periode penelitian, ditunjukkan pada Gambar 2.
Selama periode penelitian, mulai tahun 2002, pada posisi akhir tahun, kemampuan perbankan syariah menyalurkan pembiayaan yang diindikasikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR), menunjukkan angka lebih dari 96.60 persen, artinya perbankan syariah sanggup menyalurkan lebih dari 96.60 persen dana simpanan yang dihimpun dari pihak ketiga.
(24)
43.24 48.53 57.36 60.81 60.61 65.12 73.89 96.91 97.76 98.90 97.75 96.79 96.60 112.30 0 20 40 60 80 100 120
2002 2003 2004 2005 2006 2007 06-2008
Tahun F D R , L D R ( P e rs e n )
LDR Bank Umum FDR Bank Syariah
Sumber : Bank Indonesia, 2002, 2003a, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008a.
Gambar 2. Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah dan Loan to Deposit Ratio Bank Umum, Akhir Tahun 2002 sampai Juni 2008
Tingginya indikator FDR pada Gambar 2, menunjukkan bank syariah lebih mampu menjalankan fungsi intermediasi perbankan, menyalurkan pembiayaan menjadi investasi produktif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan berpeluang menciptakan lapangan kerja. Menurut Alamsyah et al. (2005), pentingnya kontribusi perbankan khususnya kredit dan pembiayaan bagi perekonomian Indonesia seperti pada kutipan berikut.
Banks are not only the major source of funding to small, medium as well as large corporations, they also determine the business cycle of the economy as a whole. For example, in Indonesia during 2001 - 2004, the flows of credit from the banking sector contributed on average about 77 percent of total financing from major financial institutions (banks, bond markets, and stock markets). As a result, the rise and fall of banks has strong correlation with economic booms and busts in Indonesia.
Meskipun dalam periode penelitian, kinerja pembiayaan meningkat pesat dan memiliki indikator FDR yang tinggi, tetapi jika ditinjau dari pangsa pembiayaan perbankan syariah terhadap kredit perbankan secara nasional ternyata
(25)
masih sangat kecil. Gambar 3 menunjukkan pangsa pembiayaan perbankan syariah, jika disandingkan dengan total kredit dan pembiayaan bank umum.
0.80 1.16 1.93 2.19 2.58 2.79 2.97 -0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 P a n g s a ( P e rs e n )
2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jun-2008
Tahun
Sumber : Bank Indonesia, 2002, 2003a, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008a. Gambar 3. Pangsa Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Bank Umum, Akhir Tahun 2002 sampai Juni 2008
Gambar 3 juga menunjukkan bahwa perkembangan pesat industri perbankan syariah, ternyata hanya mampu meningkatkan pangsa pembiayaan perbankan syariah dari 0.8 persen pada akhir tahun 2002 menjadi sebesar 2.97 persen terhadap total pembiayaan dan kredit perbankan nasional akhir Juni 2008.
1.2. Perumusan Masalah
Kontribusi perbankan terhadap perekonomian menurut Levine (1997), antara lain sebagai allocating resources dan facilitating the exchange of goods
and service. Sebagai sebuah lembaga keuangan dan financial intermediation,
perbankan syariah diharapkan memberikan kontribusi terhadap perekonomian melalui tawaran alternatif jasa perbankan.
(26)
diungkapkan oleh El Hawary et al. (2003) bahwa: The Islamic financial system as
grounded in fourbasic principles: (a) Risk sharing, (b) Materiality, (c) No exploitation, and (d) No financing of sinful activities. Kalau pada bank
konvensional penyaluran dana kepada deficit unit umumnya dilakukan dengan sistem kredit dan instrumen pokoknya adalah bunga, maka bank syariah melakukan pembiayaan atau penyaluran dana dengan instrumen tanpa bunga, antara lain dengan sistem jual beli dan profit sharing atau bagi hasil.
Secara umum faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan adalah: kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, posisi permodalan bank, dan stabilitas dana pihak ketiga (Reed, 1989). Selain dipengaruhi faktor-faktor tersebut, perubahan perilaku perbankan bersama-sama dengan perilaku otoritas moneter dan sektor keuangan, berpengaruh pada aktivitas perekonomian, dan membawa perubahan pada kebijakan moneter (Pohan, 2008).
Keterkaitan antara kondisi makroekonomi dengan industri perbankan dari sisi permintaan pembiayaan, antara lain dirasakan perbankan syariah ketika terjadi tekanan makroekonomi pada triwulan kedua, tahun 2005. Dalam laporan perbankan syariah tahun 2005, disebutkan bahwa naiknya harga bahan bakar minyak dalam negeri mendorong lonjakan indeks harga konsumen. Di sektor moneter, kemudian Bank Indonesia menetapkan berbagai kebijakan stabilisasi yang dalam jangka pendek bersifat kontraktif terhadap pertumbuhan ekonomi. Perlambatan pertumbuhan yang dihadapi oleh perekonomian terefleksi dalam perkembangan industri perbankan syariah nasional yang tahun 2005 hanya mencapai 36.4 persen, sementara pertumbuhan dua tahun sebelumnya mencapai pertumbuhan di atas 90 persen.
(27)
bahwa kondisi perekonomian awal tahun 2006 masih dipengaruhi oleh dampak lanjutan kenaikan bahan bakar minyak tahun 2005. Ditandai dengan tingginya inflasi dan suku bunga, kenaikan biaya produksi, serta melemahnya daya beli masyarakat, menciptakan iklim yang kurang kondusif bagidunia usaha termasuk perbankan syariah. Namun sejalan dengan kestabilan makro yang semakin meningkat, pada semester kedua 2006, ekspansi perekonomian secara lebih luas mulai terlihat, sehingga kinerja industri perbankan syariah kembali menemukan momentumnya, ditandai dengan pertumbuhan volume usaha yang tinggi.
Dengan berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di Indonesia semakin berkembang sehingga berdampak terhadap peningkatan mobilisasi dana masyarakat. Dengan perkembangan tersebut maka pengendalian moneter oleh Bank Indonesia melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT), yang selama ini melalui perbankan konvensional, diperluas melalui bank-bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam rangka pelaksanaan OPT, maka antara lain dibuat piranti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah bagi bank umum syariah atau unit usaha syariah yang mengalami kelebihan likuiditas. Bukti penitipannya itulah yang disebut dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Perkembangan pasar keuangan syariah juga terjadi di pasar modal. Bursa Efek Jakarta berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic index (JII), dengan tujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah
(28)
maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Selain secara makro eksternal yang sebagian besar mempengaruhi sisi permintaan pembiayaan, kondisi mikro internal dari sisi penawaranan pembiayaan syariah juga mempengaruhi kinerja pembiayaan bank syariah. Perkembangan kelembagaan dan jaringan kantor bank syariah meningkat sangat pesat. Meskipun jumlah bank umum syariah baru bertambah satu bank pada tahun 2004 menjadi tiga bank sampai sekarang, tetapi jumlah jaringan kantornya bertambah pesat, dari 146 kantor bank pada akhir tahun 2002, menjadi 619 kantor bank pada Juni 2008.
Meskipun dalam perjalanan delapan tahun terakhir, indikator perbankan syariah yang tercermin dari aspek permodalan, kualitas aset, dan rentabilitas menunjukkan kinerja yang baik, perbankan syariah belum dapat memberikan pengaruh yang luas terhadap perekonomian, jika pangsa yang dimiliki perbankan syariah masih sangat kecil. Pada laporan perkembangan perbankan syariah tahun 2004 terdapat proyeksi pertumbuhan aset dan pangsa aset terhadap industri perbankan nasional.
Jika disandingkan antara proyeksi dengan kondisi riil pasca tahun 2004, ternyata aset dan proyeksi pangsa yang diharapkan tidak ada yang tercapai. Selain itu Bank Indonesia tahun 2006 melalui Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah (PAPBS) menetapkan sasaran, bahwa akhir tahun 2008, target pangsa pasar perbankan syariah sebesar 5.25 persen, padahal sampai Juni 2008 pencapaian pangsa perbankan syariah untuk aset sebesar 2.11 persen, dan untuk pangsa pembiayaan masih sebesar 2.97 persen.
Karena itu sangat menarik melakukan analisis faktor-faktor yang menentukan pembiayaan perbankan syariah, mengkaitkan dengan kondisi
(29)
makroekonomi, instrumen moneter syariah, pasar modal syariah, industri perbankan, dan indikator internal bank syariah, dalam kondisi dual banking
system dan dinamika perekonomian yang terus berubah. Dengan belum
terpenuhinya target akselerasi perbankan syariah, kajian diharapkan memberikan masukan berupa implikasi kebijakan untuk meningkatkan kinerja pembiayaan perbankan syariah sehingga pangsa terhadap perbankan nasional menjadi lebih besar dan lebih berperan bagi perekonomian nasional.
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka diajukan empat pertanyaan khusus, yaitu:
1. Bagaimana keterkaitan kinerja internal bank syariah, instrumen moneter
syariah, kondisi makroekonomi, kinerja industri perbankan, dan pasar modal syariah dengan pembiayaan bank syariah?
2. Bagaimana respon pembiayaan bank syariah jika terjadi shock atau guncangan
pada kinerja internal bank syariah, instrumen moneter syariah, kondisi makroekonomi, kinerja industri perbankan, dan pasar modal syariah?
3. Bagaimana struktur dinamis peubah dalam memberikan kontribusi terhadap
pembiayaan bank syariah?
4. Bagaimana rumusan implikasi kebijakan yang memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja pembiayaan bank syariah?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada masalah penelitian, tujuan umum penelitian adalah menganalisis faktor-faktor penentu pembiayaan perbankan syariah dengan mempertimbangkan deskripsi perkembangan kondisi yang melingkupi perbankan syariah, sedangkan tujuan khusus penelitian:
(30)
1. Menganalisis keterkaitan kinerja internal bank syariah, instrumen moneter syariah, kondisi makroekonomi, kinerja industri perbankan, dan pasar modal syariah terhadap pembiayaan bank syariah.
2. Menganalisis respon pembiayaan bank syariah jika terjadi guncangan pada
kinerja internal bank syariah, instrumen moneter syariah, kondisi makroekonomi, kinerja industri perbankan, dan pasar modal syariah.
3. Menganalisis struktur dinamis peubah dalam memberikan kontribusi terhadap
pembiayaan bank syariah.
4. Memberikan rumusan implikasi kebijakan yang berpengaruh positif terhadap
kinerja pembiayaan bank syariah.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan memberikan manfaat berupa:
1. Pemahaman menyeluruh terhadap faktor-faktor yang menentukan pembiayaan
perbankan syariah, secara dinamis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk memahami keterkaitan antar peubah, dilakukan kajian secara deskriptif perkembangan kondisi yang melingkupi perbankan syariah.
2. Bahan pertimbangan perencanaan kebijakan, sehingga kinerja pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia bertambah baik.
3. Referensi pembanding dan stimulan bagi penelitian yang berhubungan dengan
perbankan syariah, khususnya penyaluran dana atau pembiayaan bagi masyarakat.
1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Lingkup pembiayaan yang dianalisis adalah pembiayaan bank umum yang terdiri dari pembiayaan bank umum syariah, pembiayaan unit usaha syariah bank
(31)
umum, dan pembiayaan unit usaha syariah bank pembangunan daerah, jadi tidak termasuk pembiayaan dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Karena keterbatasan dan ketersediaan data publikasi perbankan syariah, maka penelitian dimulai sejak November 2002, menggunakan data time series bulanan.
Parameter untuk menggambarkan kinerja internal bank syariah adalah jumlah pembiayaan, dana pihak ketiga, laba per aset, dan pembiayaan bermasalah, parameter instrumen moneter syariah adalah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), parameter kondisi makroekonomi adalah indeks produksi industri, parameter kinerja industri perbankan adalah jumlah kredit bank umum, dan parameter pasar modal syariah yang digunakan adalah Jakarta Islamic index (JII).
(32)
II. KERANGKA TEORITIS
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1. Karakteristik Bank Syariah
Secara umum bank adalah insititusi yang memiliki tiga fungsi utama yaitu menyimpan uang, menyalurkan uang, dan jasa pemindahan uang. Praktek menyimpan uang, menyalurkan uang untuk konsumsi dan perdagangan, serta transfer uang, sudah dilakukan secara individu saat masa Nabi Muhammad SAW., dan merupakan bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Aktifitas tersebut berkembang pada era Muawiyah, tahun 661- 680 Masehi dan sesudahnya dengan nama Jihbiz, yang dikelola secara perorangan, kemudian fungsi-fungsi tersebut berkembang dan berevolusi menjadi bentuk lembaga perbankan seperti sekarang (Karim, 2005).
Secara ideal perbankan dan sistem keuangan syariah memiliki tujuan utama, seperti dikutip dari Ebrahim dan Joo (2001):
(1)Implement the value system of the Qur’an and the Sunnah (tradition or practice of Prophet Muhammad Saw.) in the realm of the Muslim socioeconomic system. Ibn Taymiyah r.a. (n.d.), a distinguished scholar of Islam, explicates this as follows: “In mu’amalat (business transactions) all activities are permissible unless forbidden by revelation (Qur’an) or the practice of Prophet Muhammad Saw.”. The examples of prohibited business activities would include dealing in gambling, liquor, pork etc. The financial contracts of Islamic banks need to be clearly documented, equitable, and avoid the elements of Riba, Gharar, and Maysir .
(2)Foster the growth of the economy of Muslim nations by developing financial market, institutions, and instruments, and (3)Dampen the shocks of extreme economic output by promoting
risk sharing instruments whose payoffs are strictly contingent on the profitability of a firm or project at a micro level.
(33)
sebagai sebagai lembaga intermediasi. Meskipun demikian perbankan syariah memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan lembaga keuangan konvensional dalam melakukan intermediasi, seperti dikutip dari Kahf (2005) berikut:
Islamic banks are also financial intermediaries. They collect savings from income earners who have surplus and distribute them to entrepreneurs and consumers who need them to finance their purchases of goods and services. But Islamic banks make their financial intermediation on the basis of several contracts that do not include lending and borrowing because interest in prohibited in the Islamic law. Instead of the loan contract, Islamic banks rely on a combination of three principles: sharing, leasing, and sale. What is essential in their function of financial intermediation is that Islamic banks leave the initiative of investment and use of funds to the entrepreneurs and other users of funds.
Dalam operasionalnya lembaga keuangan Islam, menurut El-Hawary
et al. (2003) harus menganut empat hal, yaitu:
(a) risk-sharing-the term of financial transactions need to reflect a symmetrical risk or return distribution each participant to the trancactions may face, (b) materiality-a financial transaction needs to have a “material finality”, that is it diretcly or indirectly linked to a real economic transaction, (c) no exploitation-a financial transaction should not lead to the exploitation of any party to the transaction, and (d) no financing of sinful ativities such as production of alcoholic beverages.
Persandingan karakteristik perbankan syariah dengan bank konvensional dalam tingkat operasional menurut Antonio (2000) terdapat beberapa perbedaan:
1. Bank Islam melakukan investasi-investasi yang halal saja, sedangkan bank
konvensional investasinya ada yang halal dan ada yang haram.
2. Bank Islam berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa, sedangkan
bank konvensional memakai perangkat bunga.
3. Bank Islam berdasarkan pada profit dan falah oriented, sedangkan bank
(34)
4. Bank Islam hubungan nasabah dalam bentuk kemitraan, pada bank konvensional hubungannya dalam bentuk kreditur dan debitur.
5. Bank Islam untuk menghimpun dan menyalurkan dana harus sesuai dengan
fatwa dewan pengawas syariah, sedangkan bank konvensional tidak terdapat dewan sejenis.
Karena adanya perbedaaan karakteristik dan perjanjian atau akad yang menyertai, maka dalam operasionalnya bank syariah memiliki mekanisme yang berbeda dengan bank konvensional. Meskipun tanpa menggunakan bunga dalam kegiatan menghimpun dana maupun menyalurkan dana kepada masyarakat, bank syariah dapat menggunakan akad-akad atau perjanjian syariah yang telah disetujui oleh pakar bidang syariah yang berwenang.
Sumber: Helmy, 2007.
Gambar 4. Persandingan Mekanisme Operasional antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Gambar 4 menunjukkan secara ringkas persandingan mekanisme operasional antara bank syariah dan bank konvensional. Pada Gambar 4 terlihat bahwa bank syariah berkedudukan sebagai mudharib atau pihak pengelola dana
(35)
jika bank melakukan aktifitas penghimpunan dana, sedangkan pada saat penyaluran dana bank syariah berfungsi sebagai shahibul maal atau pihak yang memiliki dana.
Pada saat penghimpunan dana, maka deposan memperoleh besar imbalan yang belum dapat dipastikan jumlahnya, karena tergantung dari pendapatan atau hasil aktifitas bank mengelola dana tersebut, yang dapat ditentukan sebelumnya adalah porsi pembagian atau bagi hasil antara shahibul maal dengan mudharib, misalnya 30 persen untuk shahibul maal, dan 70 persen untuk mudharib berdasarkan kesepakatan. Pada sisi penyaluran dana, pihak bank (shahibul maal) memperoleh hasil dari kegiatan penyaluran dana dengan mudharib, besarnya tidak dapat ditentukan sebelumnya, jika akad yang digunakan adalah akad bagi hasil. Pihak bank (shahibul maal) dapat mengetahui perolehan pasti jika kegiatan penyaluran dana dengan mudharib dilakukan menggunakan akad jual beli sehingga memperoleh margin yang dapat ditentukan di awal perjanjian, karena itu mekanisme operasional bank syariah tergantung dari aplikasi akad yang disepakati.
2.1.2. Akad Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
Mengacu ketentuan Dewan Syariah Nasional (2006) dan pelaksanaan
prinsip syariah kegiatan bank syariah (Bank Indonesia,2008b), maka pembiayaan
kepada masyarakat perbankan syariah di Indonesia dikelompokkan menjadi empat prinsip perjanjian atau akad yaitu:
2.1.2.1. Prinsip Bagi Hasil
a. Pembiayaan Akad Mudharabah
(36)
pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-mal, lembaga keuangan syariah) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad mudharabah berlaku persyaratan sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan dana
dengan fungsi sebagai modal kerja, dan nasabah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dalam kegiatan usahanya.
2. Bank memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah
walaupun tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah, antara lain bank dapat melakukan review dan meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha nasabah, berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar akad mudharabah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
4. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah muqayyadah yaitu
penyediaan dana kepada nasabah di mana pemilik dana (shahibul maal) memberikan persyaratan khusus kepada pengelola dana (mudharib), bank wajib memenuhi persyaratan khusus dimaksud.
5. Bank wajib melakukan analisis atas permohonan pembiayaan atas dasar akad
mudharabah dari nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa
analisis karakter dan aspek usaha, antara lain meliputi analisis kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan prospek usaha (condition).
(37)
6. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam nisbah yang disepakati.
7. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak.
8. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar mudharabah.
9. Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mudharabah, pengembalian dana,
dan pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
10.Pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk uang dan
atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan.
11.Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk
uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya.
12.Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan dalam bentuk
barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net
realizable value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.
13.Pengembalian pembiayaan atas dasar mudharabah dilakukan dalam dua cara,
yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode akad, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar akad mudharabah.
14.Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan hasil usaha pengelola
dana (mudharib) dengan disertai bukti pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan.
15.Kerugian usaha nasabah pengelola dana (mudharib) yang dapat ditanggung
bank selaku pemilik dana (shahibul maal) adalah maksimal sebesar jumlah pembiayaan yang diberikan (ra’sul maal).
(38)
Dalam hal nasabah ikut menyertakan modal dalam kegiatan usaha (mitra usaha) yang dibiayai bank (mudharabah musytarakah), maka berlaku ketentuan:
1. Norma-norma umum dalam pembiayaan atas dasar akad mudharabah
sebagaimana dimaksud ketentuan di atas, kecuali nomor 1 dan nomor 4.
2. Kedudukan nasabah adalah sebagai mitra usaha sekaligus sebagai pengelola
dana (mudharib).
3. Sebagai mitra usaha, nasabah berhak mendapat bagian keuntungan sesuai
kesepakatan atau menanggung kerugian sesuai porsi modalnya.
4. Sebagai pengelola dana (mudharib), nasabah berhak mendapatkan bagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati, setelah dikurangi bagian keuntungan milik nasabah sebagai mitra usaha.
b. Pembiayaan Akad Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (modal) dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko (kerugian) akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad musyarakah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan
bersama-sama menyediakan dana dan atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu.
2. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha
dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati, seperti melakukan review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang dibuat oleh nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat
(39)
dipertanggungjawabkan.
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar akad musyarakah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia, mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
4. Bank wajib melakukan analisis permohonan pembiayaan atas dasar akad
musyarakah dari nasabah, antara lain meliputi aspek personal berupa analisis
karakter (character) dan aspek usaha antara lain meliputi analisis kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan prospek usaha (condition).
5. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah
yang disepakati.
6. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak.
7. Pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam bentuk uang dan
atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan.
8. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam bentuk
uang harus dinyatakan secara jelas jumlahnya.
9. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam bentuk
barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net
realizable value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.
10.Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar musyarakah.
11.Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad musyarakah, pengembalian dana,
dan pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah.
(40)
12.Pengembalian pembiayaan atas dasar akad musyarakah dilakukan dalam dua cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode pembiayaan, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar akad musyarakah.
13.Pembagian hasil usaha berdasarkan laporan hasil usaha nasabah berdasarkan
bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
14.Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi
modal masing-masing.
2.1.2.2. Prinsip Jual Beli
a. Pembiayaan Akad Murabahah
Penjelasan singkat murabahah adalah menjual barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam rangka membelikan
barang, terkait dengan kegiatan transaksi murabahah dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang.
2. Barang adalah obyek jual beli yang diketahui secara jelas kuantitas, kualitas,
harga perolehan, dan spesifikasinya.
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar akad murabahah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
(41)
murabahah dari nasabah, yang antara lain meliputi aspek personal berupa
analisis karakter (character) dan atau aspek usaha, antara lain meliputi analisis kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan atau prospek usaha (condition).
5. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
6. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang
dipesan nasabah.
7. Kesepakatan atas marjin ditentukan hanya satu kali pada awal pembiayaan
atas dasar murabahah, dan tidak berubah selama periode pembiayaan.
8. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar murabahah.
9. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada bank ditentukan
berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar dengan tanpa diperjanjikan dimuka, dan bank dapat meminta ganti rugi kepada nasabah terhadap pembatalan pesanan oleh nasabah sebesar biaya riil.
b. Pembiayaan Akad Salam
Salam adalah jual beli dengan cara pemesanan dan pembayaran harga
lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu (Dewan Syariah Nasional, 2006). Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad salam berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana maupun sebagai pembeli
barang untuk kegiatan transaksi salam dengan nasabah yang bertindak sebagai penjual barang.
(42)
2. Barang dalam transaksi salam adalah objek jual beli dengan spesifikasi, mutu, jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang jelas, yang pada umumnya tersedia secara reguler di pasar, serta bukan objek jual beli yang sulit diidentifikasi ciri-cirinya, antara lain nilainya berubah-ubah tergantung penilaian subyektif.
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
Pembiayaan atas dasar akad salam, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
4. Bank wajib melakukan analisis atas rencana Pembiayaan atas dasar salam
kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisis atas karakter (character) dan atau aspek usaha antara lain meliputi analisis kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan atau prospek (condition).
5. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar salam.
6. Pembayaran atas barang nasabah oleh bank harus dilakukan di muka secara
penuh yaitu pembayaran segera setelah pembiayaan atas dasar akad salam disepakati atau paling lambat tujuh hari setelah pembiayaan atas dasar akad
salam disepakati.
7. Pembayaran oleh bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan
utang nasabah kepada bank atau dalam bentuk piutang bank.
Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai kesepakatan maka bank dapat memilih untuk:
1. Menolak menerima barang dan meminta pengembalian dana.
(43)
dan atau memiliki nilai yang setara, atau
3. Menunggu barang hingga tersedia.
Dalam hal bank menerima barang dengan kualitas lebih tinggi maka bank tidak wajib membayar tambahan harga, kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal bank menerima barang dengan kualitas lebih rendah maka bank tidak diperkenankan untuk meminta potongan harga (discount), kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak.
c. Pembiayaan Akad Istishna'
Istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (mustashni’) dan pembuat (shani’) (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad istishna' berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana maupun penjual barang
untuk kegiatan transaksi istishna’ dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang.
2. Barang dalam transaksi istishna’ adalah setiap keluaran (output) yang antara
lain berasal dari proses manufacturing atau construction yang melibatkan tenaga kerja, dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang jelas serta disepakati oleh kedua belah pihak.
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar istishna’, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
(44)
dari nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisis atas karakter (character) dan atau aspek usaha antara lain meliputi analisis kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan prospek usaha (condition);
5. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar istishna’.
6. Pembayaran pembelian barang tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang
atau dalam bentuk pemberian piutang.
Bank tidak dapat meminta tambahan harga apabila nasabah menerima barang dengan kualitas yang lebih tinggi, kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak. Bank tidak harus memberikan potongan harga (discount) apabila nasabah menerima barang dengan kualitas yang lebih rendah, kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak.
2.1.2.3. Prinsip Sewa Menyewa
a. Pembiayaan Akad Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad ijarah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank bertindak sebagai pemilik dan atau pihak yang mempunyai hak
penguasaan atas obyek sewa baik berupa barang atau jasa, yang menyewakan obyek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan.
2. Barang dalam transaksi ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak
(45)
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
4. Bank wajib melakukan analisis rencana pembiayaan atas dasar ijarah kepada
nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisis karakter (character), dan atau aspek usaha antara lain meliputi analisis kapasitas usaha (capacity), keuangan (capital), dan atau prospek usaha (condition).
5. Obyek sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas termasuk besarnya nilai sewa dan jangka waktunya.
6. Bank sebagai pihak yang menyediakan obyek sewa, wajib menjamin
pemenuhan kualitas maupun kuantitas obyek sewa serta ketepatan waktu penyediaan obyek sewa sesuai kesepakatan.
7. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan obyek sewa
yang dipesan nasabah.
8. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar ijarah.
9. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun sekaligus.
10.Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam
bentuk pembebasan utang.
11.Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga keutuhan obyek sewa, dan
menanggung biaya pemeliharaan obyek sewa sesuai dengan kesepakatan, di mana uraian biaya pemeliharaan yang bersifat material dan struktural harus dituangkan dalam akad.
(46)
obyek sewa yang terjadi bukan karena pelanggaran akad atau kelalaian nasabah.
Dalam hal pembiayaan multijasa, pembiayaan diberikan oleh bank kepada nasabah untuk memperoleh manfaat atas suatu jasa, menggunakan akad ijarah, dengan ketentuan:
1. Ketentuan yang berlaku dalam pembiayaan ijarah, kecuali nomor 11 dan l2,
berlaku pula pada pembiayaan multijasa dengan menggunakan akad ijarah.
2. Bank memperoleh sewa transaksi multijasa berupa imbalan (ujrah).
3. Besarnya imbalan (ujrah) harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal yang tetap.
b. Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian sewa menyewa yang disertai
dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewa. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Disamping ketentuan sebagaimana dimaksud pada akad ijarah, untuk kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berlaku pula persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia, 2008b):
1. Bank sebagai pemilik obyek sewa juga bertindak sebagai pemberi janji
(wa’ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan atau hak penguasaan obyek sewa kepada nasabah penyewa sesuai kesepakatan.
2. Bank hanya dapat memberikan janji (wa’ad) untuk mengalihkan kepemilikan
dan atau hak penguasaan obyek sewa, setelah obyek sewa secara prinsip dimiliki oleh bank.
(47)
3. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi pengalihan kepemilikan dan atau hak penguasaan obyek sewa dalam bentuk tertulis.
4. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan atau hak penguasaan obyek sewa
dapat dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai oleh bank dan nasabah penyewa.
5. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan dan atau
hak penguasaan objek sewa, maka bank wajib mengalihkan kepemilikan dan atau hak penguasaan obyek sewa kepada nasabah yang dilakukan pada saat tertentu dalam periode atau pada akhir periode pembiayaan atas dasar akad
ijarah muntahiya bittamlik.
2.1.2.4. Prinsip Pinjaman Sosial
Pembiayaan Akad Al-Qardh adalah akad pinjaman kepada nasabah, dengan ketentuan nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah (Dewan Syariah Nasional, 2006).
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan atas dasar akad qardh berlaku
persyaratan paling kurang sebagai berikut (Bank Indonesia,2008b):
1. Bank bertindak sebagai penyedia dana untuk memberikan pinjaman (qardh)
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan.
2. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar qardh, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
(48)
nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisis karakter.
4. Bank dilarang dengan alasan apapun untuk meminta pengembalian pinjaman
melebihi dari jumlah nominal yang sesuai akad.
5. Bank dilarang untuk membebankan biaya apapun atas penyaluran pembiayaan
atas dasar qardh, kecuali biaya administrasi dalam batas kewajaran.
6. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar qardh.
7. Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qardh, harus dilakukan oleh
nasabah pada waktu yang telah disepakati.
8. Dalam hal nasabah digolongkan mampu namun tidak mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati, maka bank dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam rangka pembinaan nasabah.
2.1.3. Teori Kebijakan Moneter Konvensional
Pengertian kebijakan moneter menurut Boyes (1984) adalah: The
deliberate manipulation of the money supply and/or interest rate in order to affect the level of national income, prices, unemployment, and other economic variables.
Hubbard (2005), mendefinisikan kebijakan moneter adalah: The management of
money supply and its links to prices, interest rate, and other economic variables.
2.1.3.1. Transmisi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi terdapat interdependensi terhadap berbagai peubah dalam perekonomian. Kebijakan moneter selain dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian, juga secara langsung mempengaruhi kondisi moneter dan keuangan. Dampak dari kebijakan
(1)
Lampiran 8. Lanjutan
(0.01128) (0.01568) (0.18069) (0.00576) (0.08486) (0.02198) (0.02805) (0.14448) [ 1.63361] [ 0.15858] [-1.07494] [ 2.43112] [ 2.55871] [ 3.69875] [-0.60416] [-1.46917] D(LNKBU(-1)) 0.655438 -0.576329 2.200083 -0.031429 -5.632876 0.883142 -0.280258 -7.946961 (0.34986) (0.48630) (5.60394) (0.17853) (2.63173) (0.68169) (0.86993) (4.48095) [ 1.87343] [-1.18512] [ 0.39260] [-0.17604] [-2.14037] [ 1.29551] [-0.32216] [-1.77350] D(LPA(-1)) 0.018680 0.018112 0.014169 0.005112 0.170387 0.018704 -0.009016 0.141024 (0.01481) (0.02058) (0.23721) (0.00756) (0.11140) (0.02886) (0.03682) (0.18967) [ 1.26136] [ 0.87986] [ 0.05973] [ 0.67647] [ 1.52954] [ 0.64819] [-0.24485] [ 0.74351] D(LNIPI(-1)) 0.085003 -0.014280 0.199965 0.005638 -0.386347 -0.078650 -0.133086 -1.186302 (0.06419) (0.08923) (1.02824) (0.03276) (0.48288) (0.12508) (0.15962) (0.82218) [ 1.32416] [-0.16004] [ 0.19447] [ 0.17211] [-0.80009] [-0.62879] [-0.83377] [-1.44287] D(LNJII(-1)) 0.034706 0.129080 0.099271 -0.004357 0.293037 -0.135787 0.067427 -0.695282 (0.05916) (0.08223) (0.94756) (0.03019) (0.44499) (0.11527) (0.14710) (0.75768) [ 0.58667] [ 1.56977] [ 0.10477] [-0.14432] [ 0.65852] [-1.17803] [ 0.45839] [-0.91765] D(LNSWBI(-1)) -0.015919 0.014095 0.174293 -0.004253 -0.161106 0.005957 0.041409 -0.058894 (0.01219) (0.01694) (0.19518) (0.00622) (0.09166) (0.02374) (0.03030) (0.15607) [-1.30636] [ 0.83213] [ 0.89296] [-0.68393] [-1.75759] [ 0.25088] [ 1.36665] [-0.37735] C 0.043139 0.033822 0.040912 0.014456 0.068315 0.002117 0.009776 0.179418 (0.00818) (0.01137) (0.13102) (0.00417) (0.06153) (0.01594) (0.02034) (0.10477) [ 5.27372] [ 2.97467] [ 0.31225] [ 3.46319] [ 1.11025] [ 0.13282] [ 0.48065] [ 1.71254]
R-squared 0.457820 0.466629 0.206006 0.319770 0.708429 0.523507 0.118491 0.244856 Adj. R-squared 0.359242 0.369653 0.061643 0.196092 0.655416 0.436872 -0.041783 0.107557 Sum sq. resids 0.036448 0.070422 9.351441 0.009491 2.062403 0.138379 0.225352 5.979044 S.E. equation 0.025743 0.035783 0.412342 0.013137 0.193645 0.050160 0.064010 0.329712 F-statistic 4.644237 4.811779 1.427001 2.585504 13.36332 6.042677 0.739300 1.783378 Log likelihood 153.8999 132.1659 -29.16384 198.3023 20.72089 109.8747 93.78162 -14.40394 Akaike AIC -4.330301 -3.671695 1.217086 -5.675828 -0.294572 -2.996202 -2.508534 0.769816 Schwarz SC -3.965358 -3.306753 1.582029 -5.310885 0.070370 -2.631259 -2.143592 1.134759 Mean dependent 0.035606 0.036818 0.001667 0.017121 -0.005758 0.005758 0.028030 0.026212 S.D. dependent 0.032160 0.045069 0.425671 0.014651 0.329881 0.066842 0.062714 0.349015
D(LNPBS) = A(1,1)*(B(1,1)*LNPBS(-1) + B(1,2)*LNDPK(-1) + B(1,3)*NPF(-1) + B(1,4)*LNKBU(-1) + B(1,5)*LPA(-1) + B(1,6)*LNIPI(-1) + B(1,7)*LNJII(-1) + B(1,8)*LNSWBI(-1) +
B(1,9)*@TREND(02:11) + B(1,10))
+ A(1,2)*(B(2,1)*LNPBS(-1) + B(2,2)*LNDPK(-1) + B(2,3)*NPF(-1) + B(2,4)*LNKBU(-1) + B(2,5)*LPA(-1) + B(2,6)*LNIPI(-1) + B(2,7)*LNJII(-1) + B(2,8)*LNSWBI(-1) +
B(2,9)*@TREND(02:11) + B(2,10))
+ C(1,1)*D(LNPBS(-1)) + C(1,2)*D(LNDPK(-1)) + C(1,3)*D(NPF(-1)) + C(1,4)*D(LNKBU(-1)) + C(1,5)*D(LPA(-1)) + C(1,6)*D(LNIPI(-1)) + C(1,7)*D(LNJII(-1)) + C(1,8)*D(LNSWBI(-1)) + C(1,9)
D(LNPBS) = - 0.06028436706*( LNPBS(-1) + 0.4259225411*NPF(-1) + 7.362829297*LNKBU(-1) - 0.05547796236*LPA(-1) + 0.2893733953*LNIPI(-1) + 0.5999366124*LNJII(-1) + 0.07091727922*LNSWBI(-1) - 0.1777526444*@TREND(02:11) - 108.2130553 )
+ 0.004336812959*( LNDPK(-1) + 0.3381926678*NPF(-1) + 3.85076888*LNKBU(-1) - 0.4990841197*LPA(-1) + 2.692673111*LNIPI(-1) - 0.4492420364*LNJII(-1) - 0.06640191392*LNSWBI(-1) - 0.08756617321*@TREND(02:11) - 68.74216241 )
- 0.4010602757*D(LNPBS(-1)) - 0.1605515207*D(LNDPK(-1)) + 0.01842847806*D(NPF(-1)) + 0.6554382919*D(LNKBU(-1)) + 0.01867963687*D(LPA(-1)) + 0.08500256425*D(LNIPI(-1)) + 0.03470570807*D(LNJII(-1)) - 0.01591880899*D(LNSWBI(-1)) + 0.04313861047
(2)
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 Inverse Roots of AR Characteristic Polynomial
Lampiran 9. Uji Stabilitas
Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LNPBS LNDPK LNKBU LPA NPF LNIPI LNJII LNSWBI Exogenous variables:
Lag specification: 1 1
Root Modulus
1.000000 1.000000
1.000000 1.000000
1.000000 1.000000
1.000000 1.000000
1.000000 1.000000
1.000000 1.000000
0.816567 0.816567
-0.454941 - 0.195538i 0.495183 -0.454941 + 0.195538i 0.495183
0.388656 0.388656
-0.093377 - 0.347016i 0.359360 -0.093377 + 0.347016i 0.359360
-0.247742 0.247742
0.235617 0.235617
0.015758 - 0.147447i 0.148287 0.015758 + 0.147447i 0.148287
(3)
Lampiran 10. Uji Residual
VEC Residual Heteroskedasticity Tests: No Cross Terms (only levels and squares) Sample: 2002:11 2008:06
Included observations: 66
Joint test:
Chi-sq df Prob.
760.3505 720 0.1442
VEC Residual Serial Correlation LM Tests H0: no serial correlation at lag order h Sample: 2002:11 2008:06
Included observations: 66
Lags LM-Stat Prob
1 72.91793 0.2082
Probs from chi-square with 64 df.
VEC Residual Normality Tests
Orthogonalization: Residual Covariance (Urzua) H0: residuals are multivariate normal
Sample: 2002:11 2008:06 Included observations: 66
Component Jarque-Bera df Prob.
1 13.21775 2 0.0013
2 3.660906 2 0.1603
3 3.975302 2 0.1370
4 2.468667 2 0.2910
5 0.957804 2 0.6195
6 3.646310 2 0.1615
7 51.24281 2 0.0000
8 0.285374 2 0.8670
(4)
Lampiran 11. Grafik Impulse Response Pembiayaan Perbankan Syariah
Periode 40 bulan
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNP BS to LNP B S
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNP B S to LNDP K
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNP BS to NP F
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNPB S to LP A
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNP BS to LNK B U
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNP B S to LNJII
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNP B S to LNIP I
-.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 .04
5 10 15 20 25 30 35 40
Response of LNPBS to LNS WB I Response to Cholesky One S.D. Innovations
(5)
Lampiran 12. Tabel Impulse Response Pembiayaan Perbankan Syariah
Periode 40 Bulan
Period LNPBS LNDPK NPF LPA LNKBU LNJII LNIPI LNSWBI
1 0.025743 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.018460 -0.007040 -0.001741 0.004695 0.003051 -0.001475 0.004565 -0.005138
3 0.019001 -0.005257 -0.000229 0.000644 0.000733 -0.004991 0.004478 -0.005689
4 0.020553 -0.004618 -0.007507 0.000845 -0.001293 -0.005287 0.003717 -0.005956
5 0.022842 -0.003550 -0.011744 0.000405 -0.004948 -0.006009 0.000375 -0.006835
6 0.025522 -0.003056 -0.017257 0.000375 -0.008615 -0.005343 -0.001717 -0.007509
7 0.027567 -0.002417 -0.021410 0.000402 -0.011530 -0.005028 -0.004074 -0.008136
8 0.029558 -0.001951 -0.025087 0.000400 -0.014184 -0.004539 -0.005915 -0.008615
9 0.031094 -0.001568 -0.028112 0.000460 -0.016295 -0.004158 -0.007487 -0.009041
10 0.032414 -0.001243 -0.030568 0.000476 -0.018076 -0.003830 -0.008781 -0.009380
11 0.033479 -0.000987 -0.032611 0.000510 -0.019517 -0.003551 -0.009832 -0.009660
12 0.034355 -0.000771 -0.034261 0.000530 -0.020702 -0.003329 -0.010702 -0.009889
13 0.035071 -0.000599 -0.035620 0.000549 -0.021670 -0.003141 -0.011407 -0.010075
14 0.035655 -0.000456 -0.036725 0.000565 -0.022460 -0.002991 -0.011986 -0.010228
15 0.036133 -0.000340 -0.037630 0.000577 -0.023105 -0.002867 -0.012457 -0.010353
16 0.036523 -0.000246 -0.038368 0.000587 -0.023632 -0.002766 -0.012843 -0.010454
17 0.036841 -0.000168 -0.038971 0.000596 -0.024063 -0.002683 -0.013158 -0.010537
18 0.037101 -0.000105 -0.039463 0.000603 -0.024414 -0.002616 -0.013415 -0.010605
19 0.037314 -5.37E-05 -0.039865 0.000608 -0.024701 -0.002561 -0.013625 -0.010661
20 0.037487 -1.16E-05 -0.040193 0.000613 -0.024935 -0.002516 -0.013796 -0.010706
21 0.037629 2.28E-05 -0.040461 0.000616 -0.025127 -0.002479 -0.013936 -0.010743
22 0.037744 5.09E-05 -0.040680 0.000619 -0.025283 -0.002449 -0.014050 -0.010773
23 0.037839 7.38E-05 -0.040859 0.000622 -0.025411 -0.002424 -0.014143 -0.010798
24 0.037916 9.25E-05 -0.041005 0.000624 -0.025515 -0.002404 -0.014220 -0.010818
25 0.037979 0.000108 -0.041124 0.000626 -0.025600 -0.002388 -0.014282 -0.010834
26 0.038030 0.000120 -0.041221 0.000627 -0.025669 -0.002375 -0.014333 -0.010848
27 0.038072 0.000130 -0.041301 0.000628 -0.025726 -0.002364 -0.014374 -0.010859
28 0.038106 0.000139 -0.041365 0.000629 -0.025772 -0.002355 -0.014408 -0.010868
29 0.038134 0.000146 -0.041418 0.000630 -0.025810 -0.002348 -0.014436 -0.010875
30 0.038157 0.000151 -0.041462 0.000630 -0.025841 -0.002342 -0.014458 -0.010881
31 0.038176 0.000156 -0.041497 0.000631 -0.025866 -0.002337 -0.014477 -0.010886
32 0.038191 0.000159 -0.041526 0.000631 -0.025887 -0.002333 -0.014492 -0.010890
33 0.038204 0.000162 -0.041549 0.000632 -0.025904 -0.002330 -0.014504 -0.010893
34 0.038214 0.000165 -0.041569 0.000632 -0.025917 -0.002327 -0.014514 -0.010896
35 0.038222 0.000167 -0.041584 0.000632 -0.025929 -0.002325 -0.014522 -0.010898
36 0.038229 0.000169 -0.041597 0.000632 -0.025938 -0.002323 -0.014529 -0.010900
37 0.038234 0.000170 -0.041608 0.000632 -0.025945 -0.002322 -0.014534 -0.010901
38 0.038239 0.000171 -0.041616 0.000632 -0.025951 -0.002321 -0.014539 -0.010902
39 0.038243 0.000172 -0.041623 0.000633 -0.025956 -0.002320 -0.014543 -0.010903
40 0.038246 0.000173 -0.041629 0.000633 -0.025960 -0.002319 -0.014545 -0.010904
LNPBS LNDPK NPF LPA LNKBU LNJII LNIPI LNSWBI
(6)
Lampiran 13. Tabel Variance Decomposition Pembiayaan Perbankan Syariah
Periode 40 Bulan
Period S.E. LNPBS LNDPK NPF LPA LNKBU LNJII LNIPI LNSWBI
1 0.025743 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.033717 88.26924 4.360108 0.266533 1.938745 0.818942 0.191299 1.833387 2.321750
3 0.040048 85.07766 4.813861 0.192200 1.400063 0.614011 1.688606 2.549636 3.663968
4 0.046729 81.83547 4.512273 2.721930 1.061080 0.527540 2.520290 2.505616 4.315797
5 0.054438 77.90464 3.750109 6.659945 0.787378 1.214994 3.075631 1.850951 4.756351
6 0.063908 72.47541 2.949793 12.12385 0.574758 2.698817 2.930549 1.415238 4.831581
7 0.074495 67.03239 2.276171 17.18231 0.425910 4.381668 2.612272 1.340668 4.748616
8 0.085951 62.18120 1.761366 21.42670 0.322111 6.014983 2.241190 1.480632 4.571819
9 0.097816 58.11592 1.385658 24.80341 0.250917 7.419571 1.911155 1.729058 4.384315
10 0.109824 54.81305 1.112022 27.42313 0.200923 8.594836 1.637693 2.010904 4.207446
11 0.121780 52.13636 0.910954 29.47364 0.165162 9.558627 1.416924 2.287299 4.051033
12 0.133556 49.96428 0.760727 31.08570 0.138893 10.35001 1.240186 2.543860 3.916350
13 0.145079 48.18682 0.646393 32.37214 0.119141 11.00232 1.097896 2.774039 3.801252
14 0.156301 46.71940 0.557756 33.41121 0.103951 11.54390 0.982516 2.978057 3.703205
15 0.167202 45.49627 0.487814 34.26164 0.092029 11.99734 0.887975 3.157507 3.619437
16 0.177773 44.46716 0.431715 34.96614 0.082502 12.38009 0.809713 3.315072 3.547612
17 0.188016 43.59366 0.386038 35.55627 0.074761 12.70586 0.744256 3.453454 3.485708
18 0.197938 42.84604 0.348334 36.05573 0.068380 12.98527 0.688972 3.575209 3.432073
19 0.207551 42.20123 0.316822 36.48240 0.063051 13.22667 0.641850 3.682624 3.385350
20 0.216868 41.64112 0.290185 36.85002 0.058548 13.43667 0.601341 3.777686 3.344429
21 0.225903 41.15135 0.267438 37.16925 0.054703 13.62051 0.566242 3.862105 3.308403
22 0.234671 40.72047 0.247830 37.44844 0.051388 13.78240 0.535606 3.937338 3.276529
23 0.243188 40.33923 0.230785 37.69422 0.048506 13.92576 0.508686 4.004626 3.248193
24 0.251467 40.00012 0.215852 37.91190 0.045980 14.05335 0.484884 4.065021 3.222889
25 0.259523 39.69700 0.202677 38.10577 0.043751 14.16748 0.463716 4.119420 3.200195
26 0.267368 39.42479 0.190978 38.27932 0.041772 14.27001 0.444791 4.168585 3.179759
27 0.275015 39.17929 0.180527 38.43543 0.040003 14.36252 0.427787 4.213168 3.161283
28 0.282476 38.95697 0.171142 38.57647 0.038413 14.44632 0.412440 4.253724 3.144519
29 0.289760 38.75489 0.162670 38.70443 0.036978 14.52252 0.398527 4.290732 3.129256
30 0.296879 38.57054 0.154988 38.82097 0.035677 14.59205 0.385866 4.324602 3.115311
31 0.303841 38.40180 0.147993 38.92749 0.034492 14.65570 0.374300 4.355690 3.102533
32 0.310656 38.24686 0.141598 39.02519 0.033408 14.71416 0.363699 4.384302 3.090787
33 0.317331 38.10416 0.135730 39.11508 0.032414 14.76800 0.353949 4.410705 3.079960
34 0.323873 37.97237 0.130327 39.19802 0.031498 14.81774 0.344956 4.435130 3.069954
35 0.330291 37.85033 0.125338 39.27478 0.030652 14.86380 0.336636 4.457781 3.060682
36 0.336589 37.73703 0.120716 39.34600 0.029868 14.90657 0.328919 4.478835 3.052069
37 0.342774 37.63159 0.116423 39.41224 0.029140 14.94637 0.321744 4.498447 3.044051
38 0.348852 37.53325 0.112426 39.47399 0.028463 14.98350 0.315055 4.516754 3.036569
39 0.354828 37.44132 0.108694 39.53169 0.027830 15.01820 0.308806 4.533879 3.029574
40 0.360706 37.35523 0.105204 39.58572 0.027238 15.05071 0.302957 4.549928 3.023021
S.E. LNPBS LNDPK NPF LPA LNKBU LNJII LNIPI LNSWBI