Pengaruh Pupuk Organik dan NPK terhadap Serapan Hara dan Hasil Jagung Manis di Latosol Dramaga.

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN NPK TERHADAP
SERAPAN HARA DAN HASIL JAGUNG MANIS
DI LATOSOL DRAMAGA

FITRI MAISESI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk
Organik dan NPK terhadap Serapan Hara dan Hasil Jagung Manis di Latosol
Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Fitri maisesi
NIMA14100111

ABSTRAK
Fitri Maisesi. Pengaruh Pupuk Organik dan NPK terhadap Serapan Hara dan Hasil
Jagung Manis di Latosol Dramaga. Dibimbing oleh BUDI NUGROHO dan
ATANG SUTANDI.
Budidaya jagung manis yang dilakukan oleh petani di sekitar Bogor
umumnya hanya menggunakan pupuk anorganik tanpa mencampurkan kembali
batang jagung ke dalam tanah dan digunakan sebagai pakan ternak. Budidaya
terus menerus seperti di atas dapat menyebabkan penurunan bahan organik tanah.
Percobaan ini dilakukan untuk menguji efektivitas pupuk organik dan NPK
terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Percobaan ini dilakukan di kebun
percobaan IPB di Cikabayan dari Mei 2014 hingga November 2014. Rancangan
faktorial acak kelompok digunakan dalam percobaan ini dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah pupuk organik dengan 3 tingkat dosis, yaitu: O0 = 0 t/ha, O1 = 2,5

t/ha (6:25 kg/plot) dan O2 = 5 t/ha (12,5 kg/plot). Faktor kedua adalah pupuk NPK
dengan 4 tingkat yaitu: P0 = 0%, P1 = 50%, P2 = 75% dan P3 = 100% dosis standar
pupuk NPK. Dosis standar pupuk NPK terdiri dari urea 250 kg/ha, SP-36 150
kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Variabel yang diukur adalah tinggi tanaman, bobot
tongkol dan biomassa kering, serapan hara dan Efektivitas Agronomi Relatif
(RAE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dapat
meningkatkan tinggi tanaman sedangkan pupuk organik secara tunggal tidak
berpengaruh nyata. Perlakuan kombinasi pupuk organik dan NPK dapat
meningkatkan bobot tongkol dan bobot biomassa kering. Pupuk NPK dapat
meningkatkan serapan N, K dan biomassa kering, namun tidak berpengaruh pada
serapan P. Dari nilai RAE menunjukkan bahwa pupuk organik efektif dalam
mengurangi dosis pupuk NPK.

Kata kunci: Serapan hara, hasil, pupuk organik.

ABSTRACT
Fitri Maisesi. Effect of Organic Manure and NPK on Nutrient Uptake and Yield
of Sweet Corn in Dramaga’s Latosol. Supervised by BUDI NUGROHO and
ATANG SUTANDI.
Sweet corn cultivation carried out by farmers around Bogor commonly

only use inorganic fertilizers without incorporating the corn stalks into the soil
and used as animal feed. Cultivation as above continously can lead to decreased of
soil organic matter. This trial was conducted to test the effectiveness of organic
manure and NPK fertilizer on the growth and yield of sweet corn. This trial was
conducted in IPB experimental station at Cikabayan from May 2014 until
November 2014. Factorial randomized block design was used in this trial with
two factors. The first factor was the organic manure with 3 levels of dosages,
namely: O0 = 0 t/ha, O1 = 2.5 t/ha (6:25 kg/plot) and O2 = 5 t/ha (12.5 kg/plot).
The second factor was the NPK fertilizer with 4 levels namely: P0 = 0%, P1 =
50%, P2 = 75% and P3 = 100% standard dosage of NPK. Standard dosage of NPK
fertilizer consisting of urea 250 kg/ha, SP-36 150 kg/ha and KCl 200 kg/ha.
Variables measured were plant height, weight of cob and dry biomass, nutrient
uptake and Relative Agronomic Effectiveness (RAE). The results showed that
treatment of NPK fertilizer increased crop height while main effect of organic
manure did not significantly incrace. Treatment with a combination of organic
manure and NPK fertilizer increased the weight of cob and dry biomass. NPK
fertilizers influenced the uptake of N, K and dry biomass, but not significanly on
the uptake of P. Acording to relative agronomic effectiveness showed that the
application of organic manure could reduce the NPK fertilizer.


Keywords: Nutrient uptake, yield, organic manure

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN NPK TERHADAP
SERAPAN HARA DAN HASIL JAGUNG MANIS
DI LATOSOL DRAMAGA

FITRI MAISESI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014
ini ialah Pengaruh Pupuk Organik dan NPK terhadap Serapan dara dan Hasil
Jagung Manis di Latosol Dramaga
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budi Nugroho, MSi selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, ilmu
yang bermanfaat, serta motivasi yang positif kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr
Ir Atang Sutandi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan
dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen penguji atas kritik, saran dan
masukan dalam perbaikan skripsi ini.
2.
Seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.

Seluruh staf Kebun Cikabayan Institut Pertanian Bogor yang membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian di lapang.
4.
Kedua orang tua penulis, Ayah (Horma Bilsan Saleleubaja) dan Ibu
(Sartina) serta seluruh keluarga atas dukungan moril maupun materil yang
tiada tara, doa dan harapan mereka senantiasa menjadi motivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
5.
Sahabat-sahabat penulis yaitu Frisca Angelina, Febrina Berlianti, Helena
Ayu, Titin Marpaung, Gabriella Stephanie, Ovie Indriani, Lirana Fitra,
Rehulina, Reynaldo, Yudika Saragi, Ajeng Febrina, Nurul Fitrianis Naini,
Dea Astylia, Zarina, Dwi Septiana, Linda Kuswardini, yang senantiasa
menemani dan mendukung penulis selama masa perkuliahan berlangsung.
6.
Ricky Andreas, Natalia, Lady dan seluruh teman-teman GBI-Lautan Bogor
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
7.
Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu terutama keluarga besar MSL 47 VIVA

SOIL!!!
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.
Bogor, Agustus 2015
Fitri Maisesi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Klasifikasi dan Morfologi Jagung Manis

2

Nitrogen dalam Tanah dan Tanaman


4

Fosfor dalam Tanah dan Tanaman

4

Kalium dalam Tanah dan Tanaman

5

Pupuk Organik

5

METODOLOGI PENELITIAN

6

Bahan dan Alat


6

Pelaksanaan Penelitian

6

Persiapan lahan

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Pertumbuhan Jagung

10

Produksi Jagung (Bobot Tongkol dengan Kelobot)


10

Biomas Kering

11

Serapan Hara N, P, dan K Jagung Manis

12

RAE (Relative Agronomic Effectiveness)

12

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1. Perlakuan pupuk oganik dan NPK yang diberikan per petak percobaan
2. Pengaruh tunggal pupuk organik dan NPK terhadap tinggi jagung manis
umur 8 MST
3. Pengaruh interaksi pupuk organik (O) dan pupuk NPK (P) terhadap
produksi Jagung layak jual (Tongkol dengan Kelobot)
4. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dan Kombinasinya dengan Pupuk
NPK terhadap bobot Biomas Kering
5. Pengaruh Tunggal pupuk NPK terhadap serapan N, dan K Jagung Manis

8
10
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1. Grafik RAE pengaruh penambahan pupuk organik dan kombinasinya
dengan pupuk NPK pada produksi bobot tongkol jagung dengan kelobot

13

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Hasil analisis ragam terhadap tinggi tanaman 8 MST
Hasil analisis ragam terhadap produksi tongkol
Hasil analisis ragam terhadap biomas kering
Hasil analisis ragam terhadap serapan N
Hasil analisis ragam terhadap serapan P
Hasil analisis ragam terhadap serapan K
Hasil analisis contoh pupuk organik
Hasil uji mutu pupuk organik ‘ORGAMIC’
Gambar Kegiatan Percobaan di Lapang

17
17
17
17
18
18
19
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pupuk organik adalah pupuk yang hampir seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari materi makhluk hidup seperti pelapukan sisa-sisa
tanaman, hewan dan manusia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan
Pembenah Tanah, pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Hara utama yang paling mendapatkan perhatian dalam budidaya tanaman
pertanian adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K). Nitrogen merupakan
unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun semua
protein dan asam nukleat, dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma
secara keseluruhan. Fosfor merupakan bagian dari inti sel, sangat penting dalam
pembelaan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Fosfor juga
dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, biji, atau gabah, selain itu juga sebagai
penyusun lemak dan protein. Sedangkan kalium sangat penting dalam setiap
proses metabolisme dalam tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein
dari ion-ion ammonium (Russel 1973).
Lahan-lahan pertanian, khususnya lahan kering di sekitar perkotaan
umumnya ditanami dengan jagung manis, sangat jarang ditanami jenis jagung
lainnya. Jagung manis sangat disukai oleh masyarakat, karena dapat dikonsumsi
langsung melalui direbus, dibakar atau dijadikan sebagai lauk pauk. Sebagai
contoh di sekitar kota Bogor para petani umumnya membudidayakan jagung
manis sehingga toko-toko sarana pertanian jarang sekali yang menyediakan benih
jagung selain jagung manis. Para petani menyukai menanam jagung manis karena
umurnya pendek dan begitu dipetik dari pohon, dapat langsung dijual dengan
harga yang cukup menguntungkan. Namun cara budidaya yang dilakukan oleh
petani umumnya hanya menggunakan pupuk anorganik dan brangkasan dijadikan
pakan ternak. Apabila hal ini terus menerus dilakukan maka akan terjadi degradasi
tanah dengan penurunan kadar bahan organik dan kemasaman tanah semakin
meningkat.
Penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama
siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian bahan organik dan pupuk anorganik
(NPK) merupakan suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman.
Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki keseimbangan hara yang terdapat
didalam tanah.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah menguji
efektifitas pupuk organik, pupuk NPK serta kombinasinya terhadap pertumbuhan
dan hasil jagung manis di Latosol Darmaga.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Jagung Manis
Dalam dunia
berikut :
Kerajaan
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

tumbuhan jagung manis dapat diklasifikasikan sebagai
: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Monocotyledoneae
: Graminales
: Graminaceae
: Zea
: Zea mays L.

Jagung (Zea mays, L ) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat utama
di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, selain itu jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan
Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok, selain sebagai
sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai bahan pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji jagung), dibuat tepung (dari
biji jagung, dikenal sebagai tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung biji jagung dan tepung tongkolnya). Jagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh
pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap generatif. Tinggi jagung sangat bervariasi, jagung umumnya
mempunyai tinggi batang antara 1 m sampai 3 m.
Kataren (1986) menggolongkan jagung (Zea mays, L) termasuk dalam
family rumput-rumputan (Graminae) dan menurut jenisnya dibagi dalam beberapa
golongan: a) Dent Corn (Zea mays indenrata) b) Flint Corn (Zea mays indurata)
c) Sweet Corn (Zea mays saccharata) d) Pop Corn (Zea mays everta) e) Waxy
Corn (Zea mays tumicata) f) Solf atau Foloue Corn (Zea mays anylaceal). Jagung
berasal dari daerah tropis, namun karena banyak tipe jagung dengan variasi sifatsifat yang dimilikinya dan sifat-sifat adaptasi yang tinggi maka jagung dapat
menyebar luas dan dapat hidup baik diberbagai tipe iklim.
Akar jagung tergolong akar serabut. Akat serabut Jagung terbagi atas : (a)
akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal
adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar
seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti 10-18 hari setelah berkecambah. Akar
adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku diujung mesokotil,
kemudian akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus
keatas antara 7-10 buku, semuanya dibawah permukaan tanah. Pada tanaman yang
sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah
yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam

3
pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang
muncul pada dua atau tiga buku diatas permukaan tanah. Fungsi dari akar
penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.
Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung
(kedalam dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, sifat
fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat
dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Pemupukan
nitrogen dengan jumlah dosis yang berbeda menyebabkan perbedaan
perkembangan sistem perakaran dan jagung (Smith et al.1995).
Batang jagung tegak dan mudah diidentifikasi. Ruas terbungkus 7 pelepah
daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun banyak
mengandung lignin. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk
bulat dengan penampang melintang selebar 1.25 cm – 2.50 cm.
Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang
dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi
oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke
dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10 – 20 helai pertanaman (Purwono
dan Hartono 2006).
Bunga betina jagung berupa tongkol yang terbungkus oleh semacam
pelepah dengan rambut. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Jagung
memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (Monoecious). Bunga betina berwarna putih panjang dan biasa disebut
rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari disepanjang rambutnya.
Tiap kuntum memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang gluma (glumae). Bunga jantan
tumbuh dibagian pucuk berupa karangan bunga (inflorescence), serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun (ketiak daun).
Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini dari bunga
betinanya (protandri). Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari
bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol (bunga betina). Pada
jagung umumnya terjadi penyerbukan silang (cross pollinated crop). Penyerbukan
terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat jarang penyerbukan yang serbuk
sarinya dari individu jagung yang sama (Purwono dan Hartono 2006).
Jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol
jagung diselimuti oleh daun kelebot. Setiap tongkol terdiri dari 200 – 400 butir
biji jagung. Biji jagung terdiri dari tiga bagian, bagian paling luar disebut pericarp,
bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan
biji, sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan
Hartono 2006).
Di Indonesia, jagung umumnya ditanam di dataran rendah baik di tegalan,
sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, sebagian juga terdapat di daerah
pegunungan pada ketinggian 1000-1800 meter diatas permukaan laut (Kataren
1986). Jagung tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang khusus karena
tanaman ini dapat tumbuh dihampir semua jenis tanah. Tanah yang subur, gembur
dan kaya akan humus merupakan syarat pertumbuhan jagung yang baik, keasaman
tanah (pH) yang baik untuk jagung adalah 5,5-7,0. Suprapto (1986),
mengemukakan faktor-faktor iklim yang penting untuk pertumbuhan jagung

4
adalah jumlah dan distribusi sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban
dan angin. Lahan budidaya jagung harus mendapat sinar matahari yang cukup dan
tidak terlindung dari pohon dan bangunan dengan suhu optimum 23-27°C.
Distribusi air yang merata selama pertumbuhan penting untuk jagung, karena
jagung memerlukan air untuk tumbuh, terutama saat menjelang berbunga dan saat
tumbuhnya biji.
Umur tanaman kurang baik digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan umur panen, karena dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah curah hujan, suhu udara dan kesuburan tanah. Sekalipun demikian,
umumnya saat panen dicapai pada usia 7-8 minggu setelah tanaman jagung
berbunga (Sudjana 1978). Dalam penyimpanan biji jagung, masalah kadar air
sangat menentukan daya simpan selain faktor lainnya. Penyimpanan jagung dapat
dilaksanakan dalam beberapa bentuk; berkulit, tongkol terkelupas, dan pipilan.
Biji jagung disimpan dalam keadaan kering dengan kadar air maksimum 14%
(Subandi 1988).
Panen jagung mulai dapat dilakukan jika biji sudah masak secara fisiologi
yaitu pada waktu pengisian biji telah mencapai jumlah optimal. Kadar air biji
merupakan kriteria untuk saat panen yang tepat sekitar 25-30%. Selain dari kadar
air juga dapat dilihat dari tanda-tanda luar tanaman yaitu menguningnya daun dan
kelobot, biji berwarna kuning emas, mengkilat dan keras (untuk jagung kuning).
Nitrogen dalam Tanah dan Tanaman
Pada umumnya nitrogen diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ammonium
(NH4 ) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang terserap segera direduksi menjadi
amonium melalui enzim yang mengandung molybdenum (Hardjowigeno 2007).
Ion-ion ammonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis diubah menjadi
asam amino, terutama terjadi dalam hijau daun. Dengan demikian, apabila unsur
nitrogen yang tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan
protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar, sehingga fotosintesis
lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang tersedia bagi proses
fotosintesis secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan.
Pengaruh nitrogen dalam penambahan pertumbuhan daun tidak hanya
pada daun semata-mata sebab semakin tinggi pemberian nitrogen, semakin cepat
sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma.
+

Fosfor dalam Tanah dan Tanaman
Menurut Jackson (1958) fosfor sebagai ortho-fosfat memegang peranan
yang penting dalam kebanyakan reaksi enzim yang tergantung kepada fosforilase.
Fosfor didalam tanah digolongkan kedalam dua bentuk, yaitu bentuk anorganik
dan bentuk organik. Hal ini sejalan dengan pendapat Soepardi (1977) yang
menyatakan bahwa bentuk fosfat anorganik dan organik dijumpai dalam tanah dan
kedua-duanya merupakan sumber P penting bagi tanaman. Dalam tanah
kedudukan P stabil, sebab P dalam bentuk anorganik dan organik tidak mudah
dibawa oleh air.

5
Kalium dalam Tanah dan Tanaman
Menurut Russel (1973) kalium memiliki peran yang sangat penting dalam
proses fotosintesis, sebab apabila terjadi kekurangan kalium dalam daun, maka
kecepatan asimilasi karbon dioksida (CO2) akan menurun. Kalium berperan
membantu pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian
kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan kualitas buahbuahan.
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan dasar yang
diambil dari alam dengan kandungan unsur hara tertentu. Pupuk organik
merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah.
Pupuk organik banyak mengandung bahan organik daripada kadar haranya.
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa
panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota
(sampah).
Pupuk merupakan kebutuhan bagi tanaman untuk mencukupi kebutuhan
hara dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus
pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan pupuk organik dapat
meningkatkan efisiensi, pemberian pupuk anorganik pada gilirannya dapat
menunjang produksi yang maksimal. Fungsi bahan organik menurut
Leiwakabessy et al. (2003) adalah : (1) memperbaiki struktur tanah, (2)
menambah ketersediaan unsur N, P dan S, (3) meningkatkan kemampuan tanah
mengikat air (4) memperbesar kapasitas tukar kation (KTK) dan (5) mengaktifkan
mikroorganisme. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan
organik dan pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pH tanah, N-total,
P-tersedia dan K-tersedia di dalam tanah, kadar dan serapan hara N, P dan K
tanaman, serta meningkatkan produksi tanaman jagung (Djuniwati et al. 2003;
Banuwa et al. 2003), dan juga meningkatkan produksi kedelai ( Hermawan 2002).
Penambahan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran
hewan, selain menambah bahan organik tanah juga memberikan kontribusi
terhadap ketersediaan hara N, P dan K serta mengefisiensikan penggunaan pupuk
anorganik. Bahan organik dari jenis kotoran hewan (pupuk kandang) umumnya
mudah terurai karena C/N rasio yang rendah. Selain itu, penggunaan bahan
organik (pupuk kandang) secara ekonomis murah, mudah diperoleh dan tanpa
pendekatan teknologi yang tinggi sehingga relatif mudah dijangkau oleh petani.

6

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 hingga November 2014 yang
diawali dengan percobaan lapang di kebun percobaan University Farm Cikabayan
IPB Cikabayan, Darmaga. Analisis tanaman dilakukan di Laboratorim Kimia dan
Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian IPB, Kampus IPB Darmaga.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis
varietas jagung manis Seleksi Dramaga III (SD III), pupuk Urea, SP-36, KCl,
pupuk organik, serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanaman. Alat yang
digunakan dalam percobaan lapang adalah cangkul, tali raffia, tugal, ember,
meteran, label percobaan, ajir contoh, plastik, timbangan, alat tulis sedangkan alat
yang digunakan di laboratorium adalah labu kjeldhal atau tabung disgestasi,
tabung reaksi, spektrofotometer, flamefotometer, labu destilasi, pipet, buret dan

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Pertama-tama lahan diolah dengan menggunakan traktor tangan kemudian
dibuat petakan dengan ukuran 10.4 m x 2.4 m disiapkan sebanyak 36 petak untuk
12 perlakuan dan 3 ulangan.
Rancangan Percobaan dan Perlakuan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Faktorial Acak
Kelompok dengan dua faktor perlakuan :
Faktor 1 : Pupuk Organik (O) dengan 3 taraf, yaitu :
O0 : 0 t/ha (kontrol)
O1 : 2.5t/ha (6.25 kg/petak)
O2 : 5 t/ha (12.5 kg/petak) sebagai dosis standar
Faktor 2: Pupuk NPK (P) dengan 4 taraf, yaitu :
P0 : 0% NPK (Kontrol)
P1 : 50% dosis standar pupuk NPK
P2 : 75% dosis standar pupuk NPK
P3 : 100% dosis standar pupuk NPK

7

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Faktorial Acak Kelompok
dengan model linier :
Yijk = µ + Ti +Aj+ Bk + (AB)jk +Eijk
Yijk

= Hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan
perlakuan pupuk organik taraf ke-j dan NPK pada taraf ke-k
µ
= Nilai Tengah
Ti
= Efek blok ke-i
Aj
= Efek dari pupuk organik taraf ke-j (O1, O2 dan O3)
Bk
= Efek NPK pada taraf ke-k (P0, P1, P2 dan P3)
(AB)jk = Efek interaksi antara pupuk organik taraf ke-j dengan NPK pada taraf
ke-k
Eijk
= Galat percobaan
Pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan
berdasarkan uji jarak Duncan dengan taraf 5 %.
Penanaman
Tanaman indikator pada percobaan ini adalah jagung manis. Sebanyak 2
butir benih jagung manis/lubang ditanam dengan cara ditugal pada jarak tanam 80
cm x 40 cm.
Pemupukan
Aplikasi pupuk organik dan NPK diberikan pada waktu yang berbeda.
Pupuk organik diberikan satu minggu sebelum tanam dengan cara ditebar pada
jalur tanaman dan diaduk rata. Pemupukan SP-36 sebagai sumber P dan KCl
sebagai sumber K hanya diberikan satu kali pada saat tanam. Pemupukan Urea
sebagai sumber N diberikan dua kali yaitu pada saat tanam umur 1 minggu setelah
tanam (MST) dan umur 4 MST masing-masing setengah dosis dari dosis yang
telah ditentukan (Tabel 1). Perlakuan pupuk organik dalam penelitian ini yaitu
O0=0 t/ha, O1= 2.5 t/ha dan O2= 5 t/ha sedangkan dosis standar pupuk NPK untuk
jagung yaitu Urea 250 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Tabel 1
menyajkan perlakuan yang diberikan per petak percobaan.

8
Tabel 1. Perlakuan pupuk oganik dan NPK yang diberikan per petak percobaan
No Perlakuan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

O0P0
O0P1
O0P2
O0P3
O1P0
O1P1
O1P2
O1P3
O2P0
O2P1
O2P2
O2P3

Pupuk
Organik
Kg/petak
0
0
0
0
6.25
6.25
6.25
6.25
12.5
12.5
12.5
12.5

Urea
g/petak
………
0
312.5
468.75
625
0
312.5
468.75
625
0
312.5
468.75
625

SP-36

KCl

........…….g/petak………..
0
0
187.5
250
281.25
375
375
500
0
0
187.5
250
187.5
375
375
500
0
0
187.5
250
281.25
375
375
500

Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan
gulma, dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam
dengan mengganti benih yang tidak tumbuh. Penyiangan dilakukan saat kondisi
gulma yang tumbuh cukup banyak, sedangkan pembumbunan dilakukan 4 MST
dengan cara menimbun perakaran tanaman dengan tanah agar tanaman tidak
mudah tumbang dan patah oleh pengaruh cuaca, serta dilakukan pengendalian
hama dikarenakan daun jagung banyak yang dimakan oleh ulat.
Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan
vegetatif yaitu tinggi jagung 4 minggu setelah tanam (MST), 6 MST dan 8 MST
serta produksi jagung yaitu bobot tongkol dan brangkasan jagung.
Pemanenan
Panen jagung dilakukan setelah mencapai matang konsumsi pada umur 11
MST. Pada saat panen dilakukan pengamatan jumlah tongkol jagung dari 5 contoh
tanaman yang dipilih secara acak, bobot basah brangkasan jagung per petak dan
bobot brangkasan jagung per 5 contoh tanaman. Daun kering oven 65oC digiling
dan dilakukan analisis tanaman di laboratorium kimia dan kesuburan tanah.

9
Analisis laboratorium
Analisis daun yang dilakukan meliputi: kadar Nitrogen (%), Fosfor (%)
dan Kalium (%) dengan metode pengabuan basah dengan larutan H2SO4 dan
H2O2.
RAE (Relative Agronomic Effectiveness)
Perhitungan RAE menunjukkan perbandingan persentase suatu hasil
produksi yang diperoleh pada perlakuan pemupukan dengan perlakuan pupuk
tertentu bila dibandingkan dengan pupuk standar. Adapun rumus perhitungan
RAE yaitu sebagai berikut :
RAE (%) =

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Jagung
Hasil Analisis Ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung umur 8 minggu setelah tanam
(MST) sedangkan pupuk organik dan kombinasi pupuk organik dan NPK tidak
nyata. Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk NPK terhadap tinggi jagung manis
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh tunggal pupuk organik dan NPK terhadap tinggi jagung manis
umur 8 MST
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
P0
164c
P1
196b
P2
215a
P3
222a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan tanpa pupuk NPK
memiliki tinggi tanaman paling rendah yaitu P0 =164 cm, sedangkan paling tinggi
adalah perlakuan pupuk NPK standart (1 x dosis standar) yaitu pada perlakuan P3
=222 cm. Pada perlakuan P3 dosis pupuk yang ditambahkan adalah 1 dosis standar
NPK (250 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha dan 200 kg KCl/ha) sehingga tinggi
tanaman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 atau tanpa pupuk
NPK. Pada perlakuan NPK pada dosis P1, P2 dan P3, diduga hara dalam tanah
lebih tersedia sehingga lebih mendukung pertumbuhan jagung manis. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman membutuhkan pasokan unsur hara yang cukup
khususnya pupuk N, P dan K selama pertumbuhannya.
Produksi Jagung (Bobot Tongkol dengan Kelobot)
Hasil analisis Ragam (Lampiran 2) perlakuan pupuk organik, pupuk NPK
dan kombinasi pupuk organik dan NPK berpengaruh sangat nyata pada variabel
bobot tongkol.
Tabel 3. Pengaruh interaksi pupuk organik (O) dan pupuk NPK (P) terhadap
produksi Jagung layak jual (Tongkol dengan Kelobot)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
Rata-rata
.….kg/petak…..
O0
0.74a
4.6 b
7.35cd
9.37de
5.53
O1
6.58bc
9.26de
9.46de
9.89e
8.80
O2
7.59cde
9.69e
10.43e
10.75e
9.61
Rata-rata
4.97
7.87
9.08
10.00
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan

11
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (O0P0) memiliki hasil
paling rendah yaitu 0.74 kg/petak. Setelah ditambahkan pupuk organik hasil uji
Duncan menunjukkan adanya peningkatan produksi yang berbeda nyata untuk
setiap perlakuan dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk. Hasil produksi
paling tinggi yaitu pada perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk NPK
yaitu O2P3=10.75 kg/petak yang mendapatkan pupuk setara dengan 5 ton/ha
pupuk organik, 250 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha dan 200 kg KCl/ha.
Setiap perlakuan berbeda nyata dengan kontrol (O0P0), perlakuan O0P1
tidak berbeda nyata dengan O1P0, tetapi berbeda nyata lebih rendah dari perlakuan
yang lain kecuali dengan perlakuan O1P0 dan O0P2. Hal tersebut karena
tampaknya penambahan pupuk organik saja tidak cukup dalam meningkatkan
produksi jagung. Setiap peningkatan dosis pupuk NPK meningkatkan bobot
tongkol jagung, demikian juga setiap peningkatan dosis pupuk organik. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik dan pupuk NPK dapat
saling melengkapi dalam meningkatkan bobot tongkol.
Perlakuan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK
meningkatka bobot tongkol dengan bertambahnya dosis pupuk yang ditambahkan
seperti pada perlakuan O0P2 dengan dosis pupuk 75% dosis NPK standar
menghasilkan nilai produksi sebesar 7.35 kg/petak, dan perlakuan O2P3 dengan
dosis pupuk 100% NPK standar menghasilkan produksi sebesar 10.75 kg/petak.
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa pemberian bahan organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
dapat meningkatkan produksi jagung (Djuniwati et al. 2003; Banuwa et al. 2008).
Biomas Kering
Hasil analisis ragam pengaruh pupuk organik dan pupuk NPK terhadap
bobot biomas tanaman (Lampiran 3) menunjukkan perlakuan pupuk organik,
pupuk NPK dan kombinasinya berpengaruh sangat nyata terhadap bobot biomas
kering.
Tabel 4. Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dan Kombinasinya dengan Pupuk
NPK terhadap bobot Biomas Kering
Perlakuan

P0

O0
O1
O2
Rata-rata

0.83 a
5.32c
5.93cd
4.02

P1
……g/petak…..
3.65b
6.55cde
7.78e
5.99

P2

P3

Rata-rata

6.04cd
9.84f
9.43f
8.44

7.23de
10.01f
10.32f
9.19

4.43
7.93
8.37

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan

Hasil uji Duncan pengaruh pupuk organik dan pupuk NPK terhadap
biomas kering (Tabel 4) menunjukkan bahwa sertiap perlakuan berbeda nyata
dengan perlakuan control (O0P0). Perlakuan O0P1 nyata lebih tinggi dari kontrol
tetapi nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Setiap peningkatan
dosis pupuk NPK menimbulkan peningkatan bobot biomas kering, demikian juga

12
pada setiap peningkatan dosis pupuk organik. Perlakuan dengan biomas
kering terendah adalah perlakuan kontrol, (O0P0) yaitu 0.83 g/petak dan yang
tertinggi adalah perlakuan O2P3 yaitu 10.32 g/petak. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa semakin tinggi pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk
NPK yang ditambahkan semakin tinggi bobot biomas yang dihasilkan.
Serapan Hara N, P, dan K Jagung Manis
Hasil analisis ragam (Lampiran 4, 5, dan 6) menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata pada serapan N dan K jagung manis
sedangkan pada serapan P tidak nyata. Hasil uji Duncan pengaruh penambahan
pupuk organik dan pupuk NPK terhadap serapan N dan K disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan bahwa Perlakuan pupuk NPK meningkatkan nilai
serapan N dan K berturut-turut paling tinggi adalah perlakuan P3 yaitu 75.99
g/petak dan P2 yaitu 32.52 g/petak sedangkan nilai serapan N dan K paling rendah
adalah perlakuan P0 berturut-turut yaitu 42.39 g/petak dan 22.06 g/petak.
Tabel 5. Pengaruh Tunggal pupuk NPK terhadap serapan N, dan K Jagung
Manis
Perlakuan
Serapan N
Perlakuan
Serapan K
g/petak
g/petak
P0
42.39b
P0
22.06b
P1
60.06a
P1
30.66a
P2
62.00a
P2
32.52a
P3
75.99a
P3
30.99a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan

Dari hasil uji pengaruh tunggal pupuk NPK terhadap serapan hara,
perlakuan tidak berpengaruh nyata pada serapan P karena, di dalam tanah P
terdapat dalam berbagai bentuk persenyawaan yang sebagian besar tidak tersedia
bagi tanaman. Sebagian besar pupuk yang diberikan ke dalam tanah, tidak dapat
digunakan tanaman karena diduga bereaksi dengan bahan tanah lainnya, sehingga
menjadi tidak tersedia.
RAE (Relative Agronomic Effectiveness)
Efektivitas Relatif Agronomi (RAE) dihitung berdasarkan bobot tongkol
jagung dan hasilnya disajikan pada Gambar 1.

13
140,0
120,0
100,0

98,7

112,3 116,0

107,6 106,1

103,8

RAE %

100,0

60,0

79,4

76,6

80,0

67,8
45,4

40,0
20,0
0,0
O0 P1 O0 P2 O0 P3 O1 P0 O1 P1 O1 P2 O1 P3 O2 P0 O2 P1 O2 P2 O2 P3

Perlakuan

Gambar 1 Grafik RAE pengaruh penambahan pupuk organik dan kombinasinya
dengan pupuk NPK pada produksi bobot tongkol jagung dengan kelobot
Dalam penelitian ini sebagai standar adalah petak yang mendapatkan
perlakuan pupuk NPK secara tunggal, sehingga perlakuan lain dibandingkan
dengan perlakuan ini. Hasil perhitungan RAE untuk setiap perlakuan yang
dicobakan diketahui bahwa perlakuan pupuk organik dalam kombinasi pupuk
NPK menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan
pupuk NPK saja. Pada perlakuan O2P3 menunjukkan nilai RAE paling tinggi yaitu
116%, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar dan perlakuan yang
lain. Hal ini berarati produksi petak perlakuan O2P3 16% lebih tinggi
dibandingkan petak standar. Berdasarkan grafik RAE peningkatan perlakuan dari
O1P3 ke O2P3 mengalami kenaikan nilai RAE sebesar 10% sedangkan dari
perlakuan O1P2 ke O1P3 mengalami penurunan nilai RAE sebesar 1% yang
masing-masing menggambarkan kenaikan RAE akibat penambahan 2.5 ton/ha
pupuk organik dan 62.5 kg urea/ha, 37.5 kg SP-36/ha dan 50 kg KCl/ha.
Berdasarkan grafik RAE diatas juga dapat diketahui bahwa dengan pemberian
pupuk organik 2.5 t/ha dapat mengurangi pupuk NPK sebesar 25% dari pupuk
standar rekomendasi. Sedangkan dengan pemberian pupuk organik 5 t/ha dapat
mengurangi pupuk NPK sebesar 50% dari pupuk standar rekomendasi. Dengan
demikian, pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK efektif dalam
meningkatkan produksi jagung.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Perlakuan pupuk N P K secara tunggal dapat meningkatkan tinggi tanaman
sementara perlakuan pupuk organik tunggal, tanpa kombinasi dengan
pupuk mineral tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
2. Perlakuan pupuk organik dan kombinasinya dengan pupuk NPK mampu
meningkatkan bobot tongkol dan bobot biomas kering.
3. Pupuk NPK mampu meningkatkan serapan N dan K biomas tanaman,
tetapi tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan P
4. Kombinasi perlakuan pupuk organik dan pupuk NPK berdasarkan hasil
analisis RAE, memiliki efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan pupuk NPK standar.
Saran
1. Perlu dilakukan pengembalian sisa tanaman ke lahan untuk menghasilkan
bahan organik tanah.
2. Perlu dicari kombinasi tepat penambahan bahan organik dan pupuk
mineral yang dapat mendukung produksi jagung berkelanjutan.

15

DAFTAR PUSTAKA
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2014. Hasil Analisis Contoh Pupuk Organik.
Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
Banuwa IS, MA Ulung, M Utomo. 2003. Pengaruh pemberian sisor (night soil)
terhadap serapan NPK dan hasil tanaman jagung ( Zea Mays L). J Tanah
Trop. 16: 111-113
Djuniwati S, Hartono A, Indriyati LT. 2003. Pengaruh bahan organik (Pueraria
javanica) dan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman
jagung (Zea Mays) pada Andisol Pasir Sarongge.J Tanah dan
Lingkungan.5: 16-22.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Mediyatama Sarana Perkasa.
Hermawan A. 2002. Pemberian kompos isi rumen abu sekam padi dan pupuk
NPK terhadap beberapa karakteristik kimia tanah Ultisols dan keragaan
tanaman kedelai. J. Tanah Trop. 15: 7-13.
Jackson ML. 1958.Soil Chemical Analysis.Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs.
NJ. p 498.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta (ID) : UI-Press.
Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Purwono, Hartono R. 2006. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta (ID): Penebar
Sawadaya.
Russel EW. 1973. Soil Conditions and Plant Growth, 10th ed. London (GB):
Longman.
Smith ME, Miles CA, Beem JV. 1995. Genetic improvement of maize for
nitrogen use efficiency In Maize research for stress environment. p 39-43.
Soepardi G. 1977. Masalah Kesuburan Tanah dan Pupuk. Bogor (ID):
Departemen Ilmu Tanah IPB.
Subandi M, Syam, Widjono A. 1998. Jagung. Bogor (ID):Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. hlm 422
Sudjana A, Rifin A, dan Sudjadi M. 1978. Jagung. Bogor (ID): Buletin Teknik No.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor.hlm 42 hlm.
Sugito Y, Nuraini Y, Nihayati E. 1995. Sistem Pertanian Organik. Malang (ID):
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. p.40-79.
Suprapto. 1986. Bertanam Jagung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

16

LAMPIRAN

17
Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST
Sumber
Keragaman
Total
Blok
Pupuk Organik (O)
Pupuk NPK (P)
Interaksi O*P
Galat Percobaan

Derajat
Bebas
35
2
2
3
6
22

Jumlah
Derajat
F-Hitung
Kuadrat
Tengah
41932
12957
6478
21.77
1169
585
1.96
18132
6044
20.31
3128
521
1.75
6546
298

Pr>F