Respon Tanaman Jagung terhadap Kombinasi Pupuk Organik, Konvensional, Slow Release dan Waktu Pemberian pada Tanah Latosol Dramaga

`

RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP PUPUK
ORGANIK, KONVENSIONAL, SLOW RELEASE DAN WAKTU
PEMBERIAN PADA TANAH LATOSOL DRAMAGA

SHELLY AYUNDA YULIHUSNIZAR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Tanaman
Jagung terhadap Kombinasi Pupuk Organik, Konvensional, Slow Release dan
Waktu Pemberian pada Tanah Latosol Dramaga adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Shelly Ayunda Yulihusnizar
NIM A14090005

ABSTRAK
SHELLY AYUNDA YULIHUSNIZAR. Respon Tanaman Jagung terhadap
Kombinasi Pupuk Organik, Konvensial, Slow Release, dan Waktu Pemberiannya
pada Tanah Latosol Dramaga. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan ARIEF
HARTONO.
Salah satu cara peningkatan kualitas hasil panen persatuan lahan adalah
dengan pemupukan yang efektif dan efisien dengan kombinasi pupuk organik,
pupuk konvensional dan pupuk slow release serta waktu pemberiannya. Penelitian
ini bertujuan menguji pengaruh kombinasi pupuk organik, konvensional dan slow
release serta waktu pemberiannya terhadap pertumbuhan, kadar hara dan produksi
jagung pioneer P21 sehingga dapat diketahui kombinasi dosis terbaik untuk
produksinya pada tanah latosol Dramaga. Taraf pupuk organik yang diberikan

adalah tanpa pupuk organik (O0) dan 2,5 ton/ha (O1). Taraf pupuk konvensional
yang diberikan adalah 50% dosis rekomendasi (S1) dan 100% dosis rekomendasi
(S2). Taraf pupuk slow release yang diberikan adalah 1tablet/lubang tanam (P1),
2tablet/lubang tanam (P2) dan 3 tablet/lubang tanam (P3) serta taraf waktu
pemberian, yaitu 1 kali pemberian pada 10 HST (T1) dan dua kali pemberian pada
10 HST dan 30 HST (T2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal, kombinasi dua dan
tiga perlakuan antar pupuk organik, konvensional dan slow release menghasilkan
pertumbuhan tanaman, kadar hara dan produksi nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol. Kombinasi empat perlakuan yang diberikan yaitu pupuk organik,
konvensional, slow release dan waktu pemberian tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar N, P, K tanaman dan produksi pipilan kering. Produksi pipilan
kering tertinggi diperoleh pada kombinasi pupuk organik, pupuk konvensional
100% dosis rekomendasi dan pupuk slow release dosis 3 tablet/tanaman dengan
satu kali waktu pemberian (O1S2P3T1) yaitu sebesar 7,28 ton/ha. Produksi
pipilan kering pada kombinasi pupuk organik, pupuk konvensional 50% dosis
rekomendasi dan pupuk slow release dosis 3 tablet/tanaman dengan satu kali
waktu pemberian (O1S1P3T1) tidak berbeda jauh dengan O1S2P3T1 yaitu
sebesar 7,20 ton/ha. Berdasarkan produksi pipilan kering, penggunaan pupuk slow
release pada dosis 3tablet/tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk

konvensional sebanyak 50%.
Kata kunci : jagung, pupuk konvensional, pupuk organik, pupuk slow release,
produksi pipilan kering

ABSTRACT
SHELLY AYUNDA YULIHUSNIZAR. Maize Response to the Combination of
Organic, Conventional, Slow Release Fertilizer and Its Application Time on
Latosol Soil, Dramaga. Supervised by ATANG SUTANDI and ARIEF
HARTONO.
One of the ways to improve the maize production is by effective and
efficient fertilization. Improvement of the fertilizer efficiency is implemented by
combination of organic, conventional and slow release fertilizer. The objective of
this study was to examine the effect of a combination of organic fertilizer,
conventional fertilizer, slow release fertilizer and time of application on the
growth, nutrient content and production. The rates of organic fertilizer were
without organik fertilizer (O0) and 2,5 ton/ha organic fertilizer (O1). The rates of
conventional fertilizer were 50% of recommended rate (S1) and 100% of
recommended rate (S2). The rates of slow release fertilizer were 1tablet/plant
(P1), 2tablet/plant (P2) and 3 tablets/plant (P3) and the rate of application time
were at 10 days after planting (T1) and application at 10 days after planting and

30 days after planting (T2).
The results showed that the effect of single treatment, combination of the
two and three treatments of organic fertilizer, conventional and slow release were
significantly higher on the growth, nutrient content and crop production. The
effect of four combinations namely organic fertilizer, conventional, slow release
and application time was not significantly different on growth, nutrient content,
and production. The highest production of dry grain obtained by combination of
organic fertilizer, conventional fertilizer with 100% recommendation rate and
slow release fertilizer with 3 tablets/plant with one application time (O1S2P3T1)
namely 7.28 ton/ha. The production of dry grain on combination of organic
fertilizer, conventional fertilizer with 50% of recommendation rate and slow
release fertilizer with 3 tablet/plant with one application time (O1S1P3T1) as
similiar to O1S2P3T1 namely 7.20 ton/ha. Based on the production of dry grain,
application of slow release fertilizer with 3 tablet/plant reduced 50% of the
conventional fertilizer use.
Keywords: corn, conventional fertilizer, organic fertilizer, slow release fertilizer,
production of dry grain

RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP KOMBINASI
PUPUK ORGANIK, KONVENSIONAL, SLOW RELEASE DAN

WAKTU PEMBERIAN PADA TANAH LATOSOL DRAMAGA

SHELLY AYUNDA YULIHUSNIZAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Respon Tanaman Jagung terhadap Kombinasi Pupuk Organik,
Konvensional, Slow Release dan Waktu Pemberian pada Tanah
Latosol Dramaga
Nama

: Shelly Ayunda Yulihusnizar
NIM
: A14090005

Disetujui oleh

Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Sc
Pembimbing I

Dr.Ir. Arief Hartono, M.Sc. Agr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Respon Tanaman Jagung terhadap Kombinasi Pupuk Organik,

Konvensional,Slow Release dan Waktu Pemberian pada Tanah
Latosol Dramaga
Nama
: Shelly Ayunda Yulihusnizar
: A14090005
NIM

Disetujui oleh

Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Sc
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

2 0 JAN 2014

Dr.Ir. Arief Hartono, M.Sc. Agr
Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Respon Tanaman Jagung terhadap Kombinasi Pupuk Organik, Konvensional,
Slow Release dan Waktu Pemberiannya pada Tanah Latosol Dramaga” .
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Atang Sutandi dan Dr Ir Arief Hartono selaku dosen pembimbing atas
bimbingan dan arahannya yang diberikan selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Dr Ir Komarudin Idris MS selaku dosen penguji atas kritik dan saran dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibunda tercinta atas motivasi, dukungan, doa dan kasih sayang tiada hentinya
sampai saat ini.
4. Adik serta keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan motivasi dan
doa sehingga penulis tetap bersemangat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staff Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB serta staf University
Farm Cikabayan IPB yang telah membantu penulis selama proses penelitian.
6. Keluarga besar Ilmu Tanah 46 atas bantuan dan inspirasi dalam gelak tawa
bersama sebagai hiburan ditengah kejenuhan tugas akhir. Khususnya Putra,

Emak, Dyan, Putri, Andre, Rofi, Elin, Ica, Ais, Agung, Ikhwan, Lusy,
Permadi dan teman-teman lain yang telah banyak membantu selama
penelitian berlangsung.
7. Sahabat Sinabung, Della, Lina, Nadia, Ines, Anindya, Ayu, Astrid atas
kebersamaan dan keceriaannya di Sinabung Generation serta pihak lain yang
namanya tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu tanah.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Bogor, Januari 2014
Shelly Ayunda Yulihusnizar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2

BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 2
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 2
Alat dan Bahan .................................................................................................... 2
Metode Penelitian ................................................................................................ 2
ProsedurAnalisis Data ......................................................................................... 3
Pelaksanaan Percobaan........................................................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Sifat Kimia Tanah Percobaan .............................................................................. 5
Pertumbuhan Tanaman ........................................................................................ 6
Kadar Hara Tanaman........................................................................................... 7
Komponen Produksi .......................................................................................... 14
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 18
Simpulan ............................................................................................................ 18
Saran .................................................................................................................. 18
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 43

DAFTAR TABEL
1 Hasil Analisis Kesuburan Tanah Latosol Dramaga...................................
2 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pupuk Organik, Slow Release dan

Konvensional terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung...........................
3 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pupuk Organik, Slow Release dan
Konvensional terhadap Kadar Hara Tanaman Jagung..............................
4 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pupuk Organik, Slow Release dan
Konvensional terhadap Produksi Jagung...................................................

5
6
8
14

DAFTAR GAMBAR
1
2

Denah Lahan Percobaan............................................................................
Interaksi Kombinasi Pupuk Konvensional dan Slow Release terhadap
Tinggi Tanaman Jagung............................................................................
3 (a) Kadar N (b) Kadar P (c) Kadar K Tanaman Jagung pada Kombinasi
Pupuk Organik, Konvensional, Slow Release dan Waktu Pemberian
Pupuk Slow Release...................................................................................
4 Kadar N Tanaman Jagung pada (a) Interaksi Kombinasi Pupuk Organik
dan Pupuk Konvensional . (b) Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan
Pupuk Slow Release. (c) Interaksi Kombinasi Pupuk Slow Release dan
Waktu Pemberian .....................................................................................
5 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik, Konvensional dan Slow Release
terhadap Kadar N Jagung..........................................................................
6 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik, Pupuk Slow Release dan Waktu
pemberian pupuk slow release terhadap Kadar P Tanaman Jagung..........
7 Kadar K Tanaman Jagung pada (a) Interaksi Kombinasi Pupuk Organik
dan Pupuk Konvensional. (b) Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan
Pupuk Slow Release. (c) Interaksi Kombinasi Pupuk Slow Release dan
Waktu Pemberian .....................................................................................
8 Produksi Pipilan Kering Jagung pada Kombinasi Pupuk Organik,
Konvensional, Slow Release dan Waktu Pemberian Pupuk Slow Release
9 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan Konvensional terhadap
Produksi Pipilan Kering Jagung................................................................
10 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk Slow Release terhadap
Produksi Pipilan Kering Jagung ...............................................................
11 Interaksi Kombinasi Pupuk Konvensional dan Pupuk Slow Release
terhadap Produksi Pipilan Kering Jagung.................................................

4
7

9

10
11
12

13
15
15
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11

12
13
14
15
16
17
18
19

Kriteria Penilaian Sifat Fisik dan Kimia Tanah PPT (1983) ........
Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung 2 MST .............
Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung 4 MST .............
Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung 6 MST .............
Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung 8 MST .............
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Kombinasi Pupuk Konvensional dan
Pupuk Slow Release Terhadap Tinggi Tanaman Jagung ............
Analisis Sidik Ragam Kadar Hara Nitrogen Daun Jagung ..........
Analisis Sidik Ragam Kadar Hara Fosfor Daun Jagung ..............
Analisis Sidik Ragam Kadar Hara Kalium Daun Jagung ............
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Kombinasi Pupuk Konvensional dan
Pupuk Slow Release Terhadap Kadar Hara N dan K Tanaman
Jagung ..........................................................................................
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Pupuk Organik, Pupuk Slow
Release dan Waktu Pemberian Pupuk Slow Release Terhadap
Kadar Hara P Tanaman Jagung ....................................................
Hasil Analisis Ragam Biomasa Tanaman Jagung .......................
Hasil Analisis Ragam Berat Tongkol Kering Jagung ..................
Hasil Analisis Ragam Berat Pipilan Kering Jagung ....................
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Pupuk Organik,
Konvensional dan Slow Release Terhadap Produksi Tanaman ....
Tinggi Tanaman Jagung Pada Umur 2 MST, 4 MST, 6 MST dan
8 MST ...........................................................................................
Kadar Hara NPK Tanaman Jagung ...............................................
Data Produksi Tanaman Jagung ...................................................
Foto tanaman Jagung ....................................................................

21
21
22
22
23
23
24
24
25

25

27
27
28
28
29
31
36
38
41

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah komoditas utama tanaman pangan kedua terbesar
setelah padi, yang mempunyai fungsi untuk konsumsi langsung maupun sebagai
bahan baku utama industri pangan serta pakan. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) selama tahun 2000-2011 kenaikan konsumsi jagung rata-rata 8%
per tahun sementara angka peningkatan produksi jagung hanya 6% per tahun, hal
ini menyebabkan kebutuhan impor jagung semakin meningkat.
Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan produksi jagung
dalam negeri. Salah satu usaha peningkatan produksi jagung persatuan lahan
(intensifikasi) adalah dengan pemupukan yang efektif dan efisien. Pemupukan
yang efektif dan efisien bukan hanya dapat memaksimalkan produksi, tetapi juga
dapat meminimumkan biaya pengeluaran serta memelihara kesuburan tanah dan
menjaga lingkungan alami, karena pemupukan bukan hanya hal memenuhi
kebutuhan pangan seiring dengan pertumbuhan populasi tetapi juga mengenai
pengelolaan pertanian yang berkelanjutan.
Salah satu usaha peningkatan efisiensi pemupukan adalah dengan membuat
pupuk tersebut dalam bentuk slow release. Penggunaan pupuk majemuk yang
bersifat slow release diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah unsur hara
akibat pencucian, penguapan dan aliran permukaan. Menurut Trenkel (2010),
penggunaan pupuk slow release dapat mengurangi kehilangan hara dan
meningkatkan efisiensi penggunaan hara oleh tanaman, mengurangi 20-30%
kehilangan hara pada aplikasi pemupukan konvensional serta dapat mengurangi
resiko keracunan pada tanaman. Pupuk slow release memainkan peran penting
dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman dengan
mengurangi frekuensi pemupukan, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan
dan mengarah ke perkembangan pertanian berkelanjutan (Elizabeth 2000).
Diantara banyak jenis pupuk slow release, yang cukup banyak digunakan adalah
pupuk slow release tablet karena bidang sentuhnya dengan tanah lebih kecil dan
tidak mudah terlarut sehingga resiko-resiko kehilangan hara akibat pencucian,
penguapan dan aliran permukaan dapat dikurangi.
Pemberian pupuk organik kedalam tanah dapat membantu meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk kimia melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah serta mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil tanaman (Hegde dan
Dwivedi 1993). Pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman,
dan limbah pertanian dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan
menekan biaya produksi.
Pemupukan yang tepat, selain perlu mengetahui jenis pupuk yang
diperlukan, dosis pupuk yang tepat dan waktu pemberian yang efektif juga perlu
diketahui. Dosis yang tepat dalam arti tidak kekurangan ataupun berlebih, tetapi
dapat menghasilkan produksi yang paling tinggi dan memiliki potensi paling
rendah untuk mencemari lingkungan. Kombinasi dari pupuk organik, pupuk
konvensional dan pupuk slow release serta waktu pemberiannya yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman jagung secara signifikan.

2

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kombinasi pupuk slow
release, konvensional dan organik terhadap pertumbuhan, kadar hara dan produksi
jagung pioneer P21 sehingga dapat diketahui kombinasi dosis terbaik untuk
produksinya pada tanah latosol Dramaga.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di Kebun Percobaan
Cikabayan, University Farm IPB Dramaga, Bogor. Analisis tanah dan tanaman
dilakukan pada bulan April hingga Juni 2013 di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi peralatan tanam dan
pengamatan lapang, serta peralatan laboratorium. Peralatan tanam dan
pengamatan lapang meliputi cangkul, tugal, meteran gunting, timbangan, kertas
sampel, plastik sampel dan lainnya. Sedangkan peralatan laboratorium yang
digunakan meliputi: neraca analitic, tabung dan digestion block, Atomic
Absorption Spektrofotometer (AAS), flamephotometry, spectrophotometry, alat
destilasi, labu ukur, erlenmeyer, pipet dan lainnya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung pioneer
P21, pupuk majemuk NPK tablet slow release (pupuk pamafert) produksi PT Sri
Rejeki Fertilizer, pupuk organik (POP), Pupuk konvensional yaitu pupuk urea dan
phonska, kalsit, MgO, furadan dan lain-lain. Bahan kimia untuk analisis hara
tanaman diantaranya H2O2, H2SO4, NaOH, HCl, H3BO3, PB, PC dan lainnya.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan split split split-plot.
Petak utama adalah petak tanpa pemberian pupuk organik POP (O0) dan
pemberian pupuk organik POP dosis 2,5 ton/ha (O1). Sub-petak adalah petak
dengan perlakuan pupuk standar rekomendasi atau konvensional; yaitu pupuk urea
dan phonska. Petak tanpa pupuk standar atau 0% dari dosis rekomendasi (S0),
petak dengan masing-masing dosis pupuk konvensional urea dan phonska 50%
dari dosis rekomendasi, yaitu 150 kg/ha urea dan 150 kg/ha phonska (S1) dan
petak dengan masing-masing dosis pupuk konvensional urea dan phonska 100%
dari dosis rekomendasi, yaitu 300kg/ha urea dan 300 kg/ha phonska (S2).
Kemudian anak-anak petak dengan perlakuan pupuk NPK slow release tablet (P)
yang dikombinasikan dengan perlakuan waktu pemberian pupuk slow release (T)

3

yaitu; petak tanpa pupuk slow release (P0), petak dengan pupuk slow release
dosis 1tablet/lubang tanam (P1), petak dengan pupuk slow release dosis 2
tablet/lubang tanam (P2), serta pupuk slow release dengan dosis 3 tablet/lubang
tanam (P3), petak dengan perlakuan pupuk slow release dalam 1 kali pemberian
pada 10 HST (T1) dan petak dengan perlakuan pemberian pupuk slow release
dalam dua kali yaitu pada 10 HST dan 30 HST (T2). Dengan demikian terdapat 42
perlakuan dengan 4 kali ulangan, sehingga terdapat 168 petak percobaan.
Parameter yang diamati meliputi:
1. Pertumbuhan jagung (Zea mays) yang meliputi tinggi tanaman pada 2
MST, 4 MST, 6 MST dan 8 MST.
2. Kadar N, P dan K daun telinga (ear leaf) tanaman jagung.
3. Produksi yang terdiri dari biomasa, bobot tongkol kering dan bobot pipilan
kering.
ProsedurAnalisis Data
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan split split split-plot
yang kemudian diolah dengan program SAS. Pada perlakuan yang berpengaruh
nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
selang kepercayaan 95%. Model matematika percobaan tersebut adalah sebagai
berikut:
Yijklm = µ + βi + Oj + γij + Sk + αijk + Pl + Tm+ OSjk + OPjl + OTjm+ SPkl + STkm
+ PTlm + OSPjkl + OSTjkm + OPTjlm + SPTklm+ OSPTjklm + εijklm
dimana :
Yij
= Hasil pengamatan
µ
= Nilai tengah umum
βi
= Pengaruh blok ke-i
Oj
= Pengaruh pupuk organik ke-j
γij
= Galat petak utama
Sk
= Pengaruh pupuk konvensional ke-k
αijk
= Galat anak petak
Pl
= Pengaruh pupuk slow release ke-l
Tm
= Pengaruh waktu pemberian pupuk slow release ke-m
OSjk
= Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j dan pupuk konvensional ke-k
OPjl
= Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j dan pupuk slow release ke-l
SPkl
= Pengaruh interaksi pupuk konvensional ke-k dan pupuk slow release
ke-l
OTjm
= Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j dan waktu pemberian pupuk
slow release ke-m
STkm
= Pengaruh interaksi pupuk konvensional ke-k dan waktu pemberian
pupuk slow release ke-m
PTlm
= Pengaruh interaksi pupuk slow release ke-l danwaktu pemberian
pupuk slow release ke-m
OSPjkl
= Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j, pupuk konvensional ke-k
dan pupuk slow release ke-l
OSTjkm = Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j, pupuk konvensional ke-k
dan waktu pemberian pupuk slow release ke-m

4

= Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j, pupuk slow release ke-l dan
waktu pemberian pupuk slow release ke-m
SPTklm = Pengaruh interaksi pupuk konvensional ke-k, pupuk slow release
ke-l dan waktu pemberian pupuk slow release ke-m
OSPTjklm = Pengaruh interaksi pupuk organik ke-j, pupuk konvensional ke-k,
pupuk slow release ke-l dan waktu pemberian pupuk slow release
ke-m
εijklm
= Galat percobaan
OPTjlm

Pelaksanaan Percobaan
Pengolahan lahan untuk percobaan dilakukan 1 minggu sebelum tanam
dengan menggunakan traktor dilanjutkan dengan rotasi. Lahan seluas 2925 m2
digemburkan kemudian dibagi menjadi 168 petak percobaan dengan ukuran setiap
petak 4,2x2,4m2 (10 m2) untuk 42 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Setelah itu
tanah diambil secara komposit dari setiap kelompok untuk dilakukan analisis
pendahuluan terhadap sifat kimia tanah. Selanjutnya diberikan pengapuran dengan
kalsit 1650 kg/ha yang ditambahkan MgO 350 kg/ha. Kemudian diberikan pupuk
organik (POP) sesuai perlakuan.
Setelah pupuk organik POP diaplikasikan, benih jagung pioneer ditanam
kedalam masing-masing petak 1biji/lubang dengan jarak tanam 60x20 cm.
Setiappetakpercobaanterdapat 66 tanaman. Pupuk konvensional diaplikasikan
pada umur 10, 20 dan 30 HST sedangkan pupuk slow relase pada 10 HST dan 30
HST sesuai perlakuan. Gambar dibawah ini adalah gambar denah percobaan
dengan letak petakan menggunakan rancangan atriple split plot.

Gambar 1 Denah Lahan Percobaan
Keterangan : Ukuran Petak 10 m2 (4,2 m x 2, 4 m), jarak antar anak-anak petak 0,5 m, jarak antar
anak petak, antar petak utama, dan antar blok adalah 1 m.

Selanjutnya adalah pengukuran pertumbuhan tanaman yang dilakukan pada
saat usia tanaman 2, 4, 6, dan 8 MST pada sampel-sampel tiap petak. Sampel yang

5

dipilih adalah lima tanaman yang paling mewakili kondisi tanaman pada petak
tersebut. Ketika tanaman mulai menghasilkan tongkol muda belum pengisian biji
atau sekitar 8MST, daun telinga (ear leaf) dari sepuluh tanaman selain sampel
dipotong untuk dijadikan sebagai sampel analisis kadar NPK tanaman. Sampel
dibersihkan dengan aquades dan kemudian di oven pada suhu 60° C selama
±3hari. Sampel yang sudah kering digiling dan kemudian dianalisis kadar NPK.
Analisis dimulai dengan membuat ekstrak tanaman melalui pengabuan basah
menggunakan H2O2 30 % dan H2SO4 pekat. Setelah diekstrak, selanjutnya kadar
N ditetapkan dengan metode Kjeldahl, P dengan metode pewarnaan yang dibaca
spektrofotometer dan K dengan Flamefotometer. Pemanenan hasil produksi
dilaksanakan pada 98 HST, variabel yang diamati hasil produksi ini adalah
biomasa, berat tongkol kering dan berat pipilan kering.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah Percobaan
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah PPT (1983) pada tabel
Lampiran 1, Latosol Dramaga dengan hasil analisis seperti pada Tabel 1 memiliki
kandungan hara yang rendah karena kandungan N-total rendah, K2O dan P2O5
yang rendah, serta reaksi tanah tergolong masam.
Tabel 1. Hasil Analisis Kesuburan Tanah Latosol Dramaga
Parameter
Nilai Kriteria (PPT, 1983)
pH 1:1
H20
4,6
masam
KCl
4
masam
C-Organik(%)
Walkley & Black
1,83
rendah
N-Total (%)
Kjeldahl
0,19
rendah
P (ppm)
Bray 1
6,3
rendah
Ca (me/100 g)
3,18
rendah
Mg (me/100 g)
0,83
rendah
K (me/100 g)
0,13
rendah
Na (me/100 g)
0,28
rendah
rendah
KTK (me/100 g)
16,02
KB (%)
27,59
rendah
Dengan kondisi kesuburan tanah yang tergolong rendah tersebut, proses
pertumbuhan dan produksi tanaman akan terhambat. Derajat kemasaman tanah
yang cukup masam menyebabkan unsur-unsur hara menjadi kurang tersedia bagi
tanaman. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengapuran sebelum penanaman dan
pemupukan untuk mencapai produksi tanaman yang lebih baik.

6

Pertumbuhan Tanaman
Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2,3,4, dan 5) menunjukkan bahwa
perlakuan pemupukan dengan pupuk organik, dan pupuk slow release
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sementara itu pupuk konvensional
tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan awal tanaman, tetapi mulai
menunjukkan pengaruh yang nyata pada usia 6 MST, 8MST dan selanjutnya.
Tabel 2

Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pupuk Organik, Slow Release dan
Konvensional Terhadap Tinggi Tanaman Jagung

Perlakuan
Pupuk
Organik
O0
O1
Konvensional
S0
S1
S2
Slow Release
P0
P1
P2
P3

Rataan Tinggi Tanaman Pada Minggu ke(cm)
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
24,78a
31,69b

60,46a
83,45b

102,23a
132,19b

154,91a
185,89b

29,05
27,34
28,31

68,81
73,58
73,49

104,22a
124,66b
122,75b

141,55a
184,30b
185,36b

27,07a
28,74b
28,32ab
28,79b

63,10a
74,43b
73,77b
76,53b

101,04a
119,40b
122,08b
126,32b

145,77a
171,25b
178,05bc
186,53c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf nyata 0,05 (α=5%)

Perlakuan pupuk organik nyata meningkatkan rataan tinggi tanaman.
Tinggi tanaman dengan pupuk organik memiliki pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk organik. Perlakuan pupuk
konvensional nyata meningkatkan tinggi tanaman mulai pada 6 MST. Tinggi
tanaman perlakuan pupuk konvensional dengan dosis S1 dan S2 berbeda nyata
lebih tinggi dibandingkan S0, akan tetapi perlakuan S1 dan S2 tidak menunjukkan
beda yang nyata.
Perlakuan pupuk slow release menunjukkan pengaruh yang nyata lebih
tinggi terhadap rataan tinggi tanaman seiring dengan bertambahnya dosis pupuk
slow release. Tinggi tanaman dengan dosis pemupukan P1, P2, dan P3 berbeda
nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, walaupun antara P1, P2 dan P3
tidak menunjukkan beda yang nyata pada 2, 4 dan 6 MST. Pada 8 MST, tinggi
tanaman dosis P3 berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan P1.
Hasil uji lanjut menunjukkan Interaksi yang berpengaruh nyata didapatkan
hanya pada kombinasi perlakuan pupuk konvensional dan pupuk slow release
(S*P) (Lampiran 6). Gambar dibawah ini menunjukkan bahwa kombinasi yang
memberikan pengaruh tertinggi adalah pada kombinasi pupuk konvensional
150kg/ha dan pupuk slow release 3 tablet per tanaman (S1P3), serta kombinasi

7

pupuk konvensional 300kg/ha dan pupuk slow release 3 tablet per tanaman
(S2P3) .
200
180
S0 P0

160
Tinggi Tanaman (cm)

S0 P1
140

S0 P2
S0 P3

120

S1 P0
S1 P1

100

S1 P2
80

S1 P3
S2 P0

60

S2 P1
40

S2 P2
S2 P3

20
0
2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

Gambar 2 Interaksi Kombinasi Pupuk Konvensional dan Slow Release terhadap
Tinggi Tanaman Jagung
Kadar Hara Tanaman
Pengaruh tunggal pupuk organik, konvensional dan slow release terhadap
kadar N,P K tanaman jagung disajikan pada Tabel 3 dibawah ini. Hasil analisis
sidik ragam (Lampiran 7,8, dan 9) menunjukkan bahwa pupuk organik
berpengaruh nyata lebih tinggi hanya pada kadar K tanaman, pupuk konvensional
berpengaruh nyata lebih tinggi pada kadar N, P dan K sedangkan pupuk slow
release berpengaruh nyata lebih tinggi pada kadar N dan K tanaman.

8

Tabel 3.

Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pupuk Organik, Slow Release dan
Konvensional Terhadap Kadar Hara Tanaman Jagung
Perlakuan
Pupuk
Organik
O0
O1
Konvensional
S0
S1
S2
Slow Release
P0
P1
P2
P3

Rataan Kadar (%)
N
P
K
2,89
2,9

0,24
0,22

1,56a
1,92b

2,39a
3,05b
3,26c

0,19a
0,24b
0,26b

1,48a
1,76b
1,97c

2,84a
2,87ab
2,92ab
2,97b

0,22
0,24
0,23
0,24

1,62a
1,69a
1,83b
1,81b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf nyata 0,05 (α=5%)

Kombinasi pupuk organik, konvensional, slow release dan waktu pemberian
pupuk slow release tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N, P dan K tanaman
jagung. Akan tetapi interaksi kombinasi pupuk tersebut dapat dilihat pada Gambar
3 dibawah ini. Kombinasi perlakuan pupuk organik dan konvensional 300kg/ha
(O1S2) memiliki rataan kadar N dan K lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya. Pada kombinasi tanpa pupuk organik, kadar N tertinggi diperoleh pada
S2P1T1 sebesar 3,42%, kadar P dan K diperoleh pada S2P2T1 sebesar 0,34% P
dan 1,89% K. Sementara itu pada kombinasi dengan pupuk organik kadar N dan P
tertinggi diperoleh pada S2P3T2 sebesar 3,79 % N dan 0,35% P, kadar K tertinggi
diperoleh diperoleh pada S2P2T1 sebesar 2,3%. Waktu pemberian pupuk slow
release (T) tidak menunjukkan pengaruh nyata.

(a)

9

(b)

(c)
Gambar 3 (a) Kadar N (b) Kadar P (c) Kadar K Tanaman Jagung pada Kombinasi
Pupuk Organik, Konvensional, Slow Release dan Waktu Pemberian
Pupuk Slow Release
Kadar hara nitrogen (N) kategori cukup pada tanaman jagung menurut Jones
et al (1991) berkisar antara 2,7-3,5 %. Berdasarkan kisaran kecukupan N jagung
tersebut, rataan kadar N seluruh perlakuan pemupukan berada pada kisaran
kecukupan tersebut. Pupuk slow release, konvensional maupun organik
mempengaruhi kadar N tanaman menjadi lebih tinggi. Tabel diatas menunjukan
kenaikan kadar N yang cukup signifikan seiring dengan penambahan dosis pupuk.
Kadar N tanaman paling tinggi diperoleh dari perlakuan pupuk konvensional

10

dengan dosis S2. Pupuk konvensional lebih berpengaruh nyata lebih tinggi
terhadap kadar N tanaman dibandingkan pupuk slow release.
Hasil uji lanjut (Lampiran 10) menunjukkan bahwa interaksi antara pupuk
organik dan pupuk konvensional (O*S), interaksi pupuk organik dan pupuk slow
release (O*P), interaksi antara pupuk slow release dan waktu pemberian (P*T)
serta interaksi antara pupuk organik, pupuk konvensional dan pupuk slow release
(O*S*P) berpengaruh nyata terhadap kadar N tanaman jagung.

(a)

(b)

(c)
Gambar 4

Kadar N Tanaman Jagung pada (a) Interaksi Kombinasi Pupuk
Organik dan Pupuk Konvensional. (b) Interaksi Kombinasi Pupuk
Organik dan Pupuk Slow Release. (c) Interaksi Kombinasi Pupuk
Slow Release dan Waktu Pemberian

Gambar 4 (a) menunjukkan bahwa kadar N tanaman pada kombinasi
perlakuan tanpa pupuk organik dan pupuk konvensional S1 (O0S1) memiliki
rataan kadar N yang lebih tinggi daripada rataan kadar N pada kombinasi
perlakuan dengan pupuk organik dan pupuk konvensional S1 (O1S1). Akan tetapi
pada dosis pupuk konvensional yang lebih tinggi S2, interaksi kombinasi
perlakuan dengan pupuk organik (O1S2) memiliki rataan kadar N yang lebih
tinggi daripada kombinasi tanpa pupuk organik (O0S2). Kadar N yang paling
tinggi diperoleh pada kombinasi O1S2.
Gambar 4 (b) menunjukkan hal yang sama dengan gambar 8 (a), bahwa
pada dosis pupuk slow release yang lebih tinggi (P2 dan P3), kombinasi dengan
pupuk organik (O1P2, O1P3) memiliki rataan kadar N yang lebih tinggi daripada

11

kombinasi tanpa pupuk organik (O0P2, O0P3). Walaupun pada perlakuan pupuk
slow release dengan dosis yang lebih rendah (P0 dan P1) kombinasi dengan
pupuk organik (O1P0, O1P1) memiliki rataan kadar N yang lebih rendah
daripada kombinasi tanpa pupuk organik (O0P0, O0P1). Kadar N yang paling
tinggi diperoleh pada kombinasi O1P3. Sedangkan pada interaksi kombinasi
pupuk slow release dan waktu pemberian, Gambar 4 (c) menunjukkan bahwa
kadar N tanaman dengan pemberian pupuk slow release pada T2 lebih tinggi
dibandingkan T1.
3.8
3.6

Kadar N (%)

3.4
3.2

O0 S0

3

O0 S1

2.8

O0 S2

2.6

O1 S0

2.4

O1 S1

2.2

O1 S2

2
1.8
P0

P1

P2

P3

Gambar 5 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik, Konvensional dan Slow Release
terhadap Kadar N Jagung
Gambar 5 menunjukkan bahwa rataan kadar N tertinggi dicapai pada
perlakuan O1S2P3 dengan kadar hara N sebesar 3,63%. Tanaman dengan
penambahan pupuk organik dan pupuk konvensional dosis S2 (O1S2)
menunjukkan peningkatan kadar N yang cukup tinggi seiring dengan penambahan
dosisi pupuk slow release. Sementara itu pupuk konvensional dengan dosis S0
baik itu dengan penambahan pupuk organik ataupun tanpa penambahan pupuk
organik memiliki kadar N terendah, dan penambahan dosis pupuk slow release
cenderung tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar N tanaman.
Fosfat diperlukan tanaman untuk pembentukan adenosin diphospate dan
adenosine triphospate (ADP dan ATP) yang merupakan sumber energi untuk
prose pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Marschner, 1997). Selain itu, P
sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian
vegetatif dan produksi tanaman, serta meningkatkan kualitas hasil dan ketahanan
tanaman terhadap penyakit.
Secara umum kadar P pada tanah latosol tergolong rendah. Adanya ion Fe3+
dan Al3+ dapat bereaksi dengan P membentuk P-anorganik berupa Fe-P dan Al-P.
Menurut Ismunadji (1991), kelarutan fosfat anorganik dipengaruhi oleh pH tanah.
Lingkungan alkali menyebabkan kalsium fosfat menjadi tidak larut, sedangkan Fe
dan Al tidak larut dalam keadaan masam. Tanah latosol yang memiliki pH masam

12

menyebabkan kadar P dalam tanah rendah. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian
kapur (kalsit dan MgO) pada tanah sebelum tanam sehingga kemasaman tanah
mendekati pH 5,5. Pada pH tersebut ketersediaan P dalam tanah dapat meningkat.
Ditambah perlakuan pupuk organik, konvensional dan NPK slow release maka
kadar kecukupan P tanaman dapat tercukupi.
Kadar kecukupan P daun jagung menurut Jones et al (1991) berkisar antara
0,2-0,4%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum kadar hara P jagung,
baik perlakuan pupuk organik, konvensional maupun slow release berada dalam
kisaran kecukupan.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik, pupuk slow
release dan waktu pemberian pupuk slow release berpengaruh nyata terhadap
kadar P tanaman jagung (Lampiran 11). Interaksi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 6 dibawah ini.
0.28

Kadar P (%)

0.26
O0 T1

0.24

O0 T2
O1 T1

0.22

O1 T2
0.2
0.18
P0

P1

P2

P3

Gambar 6 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik, Pupuk Slow Release dan Waktu
pemberian pupuk slow release terhadap Kadar P Tanaman Jagung
Berdasarkan gambar diatas, tanaman tanpa pupuk organik memiliki kadar P
yang lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan pupuk organik. Akan tetapi
pemberian pupuk organik secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar P tanaman (Tabel 3). Pola yang jelas hanya terlihat di perlakuan O0T2 dan
O1T2. Pada O1T2 kadar P meningkat seiring dengan penambahan pupuk slow
release sedangkan pada O0T2 kadar P cenderung menurun dengan penambahan
pupuk slow release. Dalam hal ini, penambahan pupuk organik dalam
kombinasinya dengan pupuk slow release sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kadar P.
Kalium merupakan unsur ketiga terpenting setelah nitrogen dan fosfor.
Umumnya tanaman monokotil seperti jagung lebih banyak membutuhkan kalium
dibandingkan tanaman dikotil (Leiwakabessy dan Sutandi 1998). Kadar
kecukupan K daun jagung menurut Jones et al (1991) berkisar antara 1,7-2,5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar K daun jagung dengan perlakuan
pemupukan berada pada kisarah kecukupan hara tersebut. Akan tetapi kadar K

13

tanaman jagung tanpa pemupukan (O0, S0 dan P0) berada dibawah kisaran
kecukupan (defisiensi). Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan berpengaruh
nyata lebih tinggi terhadap peningkatan kadar K tanaman jagung.
Hasil uji lanjut (lampiran 10) menunjukkan bahwa kombinasi antara
pupuk organik dan konvensional (O*S), kombinasi pupuk organik dan slow
release (O*P), kombinasi pupuk slow release dan waktu pemberiannya (P*T)
serta interaksi antara pupuk organik, konvensional dan slow release (O*S*P)
menunjukkan interaksi yang nyata. Ratan kadar K tanaman jagung tertinggi
diperoleh pada perlakuan O1S2P2 sebesar 2,27%.

(a)

(b)

(c)
Gambar 7 Kadar K Tanaman Jagung pada Interaksi Kombinasi Pupuk Organik
dan Pupuk Konvensional (a), Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan
Pupuk Slow Release (b) dan Interaksi Kombinasi Pupuk Slow Release
dan Waktu Pemberian (c)
Gambar 7 (a) menunjukkan bahwa kombinasi pupuk konvensional dengan
pupuk organik memiliki kadar K yang lebih tinggi daripada kombinasi tanpa
pupuk organik. Semakin tinggi dosis pupuk konvensional, semakin tinggi pula
kadar K tanaman . Pada Gambar 7 (b) kombinasi pupuk slow release dengan
pupuk organik memiliki rataan kadar K yang lebih tinggi daripada kombinasi
tanpa pupuk organik. Sementara itu pada Gambar 7 (c) kombinasi pupuk slow

14

release dan waktu pemberian terlihat secara umum kadar K tanaman lebih tinggi
diperoleh pada kombinasi waktu pemberian T1, kecuali pada dosis pupuk slow
release P2.
Komponen Produksi
Tabel 4 dibawah ini menunjukkan pengaruh tunggal pupuk organik,
konvensional dan slow release terhadap produksi jagung. Hasil analisis sidik
ragam (Lampiran 12,13,14) menunjukkan bahwa pupuk organik, konvensional
dan slow release berpengaruh nyata lebih tinggi terhadap produksi biomasa,
tongkol kering dan pipilan kering.
Tabel 4

Keterangan:

Hasil Uji Lanjut Pengaruh Pupuk Organik, Slow Release dan
Konvensional Terhadap Produksi Tanaman Jagung
Rataan Produksi Panen (ton/ha)
Perlakuan
BK
Pupuk
Biomasa
BK Tongkol
Pipilan
Organik
O0
7,74a
5,39a
4,56a
O1
9,31b
6,34b
5,44b
Konvensional
S0
5,65a
3,48a
2,94a
S1
9,34b
6,72b
5,71b
S2
10,58c
7,4c
6,34c
Slow Release
P0
6,9a
4,83a
4,13a
P1
8,62b
5,4b
4,66b
P2
9,13b
6,11c
5,19c
P3
9,45b
7,13d
6,00d
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf nyata 0,05 (α=5%)

Produksi pipilan kering, tongkol kering dan biomasa meningkat seiring
dengan meningkatnya dosis pupuk konvensional maupun pupuk slow release.
Hasil yang terus meningkat mengindikasikan bahwa dosis pupuk yang diujikan
belum optimal, artinya penambahan dosis masih memungkinkan untuk
peningkatan produksi. Hal ini dapat disebabkan oleh kesuburan tanah Latosol
Dramaga yang sangat rendah sehingga membutuhkan pupuk dalam dosis yang
lebih tinggi.
Kombinasi pupuk organik, konvensional, slow release dan waktu pemberian
pupuk slow release tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pipilan kering
jagung. Interaksi kombinasi ketiga pupuk tersebut dan waktu pemberian pupuk
slow release dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini.

Produksi pipilan Kering (ton/ha)

15

8
6
Tanpa
Pupuk
Organik

4
2
0
S0 S0 S0 S0 S0 S0 S0 S0 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2 S2
P0 P0 P1 P1 P2 P2 P3 P3 P0 P0 P1 P1 P2 P2 P3 P3 P0 P0 P1 P1 P2 P2 P3 P3
T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

Gambar 8

Pupuk
Organik

Produksi Pipilan Kering Jagung pada Kombinasi Pupuk Organik,
Konvensional, Slow Release dan Waktu Pemberian Pupuk Slow
Release

Kombinasi perlakuan pupuk organik dan konvensional 300kg/ha (O1S2)
memiliki produksi pipilan kering yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya. Pada kombinasi tanpa pupuk organik, produksi tertinggi diperoleh pada
O0S2P2T1 sebesar 6,49 ton/ha. Sementara itu pada kombinasi dengan pupuk
organik,produksi tertinggi diperoleh pada O1S2P3T1 sebesar 7,28 ton/ha. Pada
perlakuan O1S1P3T1 produksi pipilan kering mencapai 7,20 ton/ha, hasil yang
tidak berbeda jauh dengan O1S2P3T1 ini mengindikasikan bahwa penggunaan
pupuk slow release pada dosis P3 dapat mengurangi penggunaan pupuk
konvensional sebanyak 50%. Waktu pemberian pupuk slow release (T) tidak
terlalu menunjukkan pengaruh,akan tetapi secara umum waktu 1x pemberian (T1)
menunjukkan produksi pipilan kering yang lebih tinggi dibandingkan 2x
pemberian (T2).
Hasil uji lanjut analisis ragam komponen produksi menunjukkan bahwa
interaksi kombinasi pupuk organik dan konvensional (O*S), kombinasi pupuk
organik dan slow release (O*P), kombinasi pupuk konvensional dan slow release
(S*P), serta kombinasi pupuk organik, pupuk slow release
dan waktu
pemberiannya (O*P*T) berpengaruh nyata terhadap produksi biomasa, tongkol
kering dan pipilan kering.

Gambar 9 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan Konvensional terhadap
Produksi Pipilan Kering Jagung

16

Produksi Pipilan
(ton/ha)

Gambar 9 menunjukkan bahwa kombinasi pupuk konvensional dengan
pupuk organik memiliki produksi pipilan kering yang lebih tinggi dibandingkan
kombinasi tanpa pupuk organik dengan pupuk konvensional. Produksi pipilan
kering meningkat seiring penambahan dosis pupuk konvensional.
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3

O0
O1

P0

P1

P2

P3

Gambar 10 Interaksi Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk Slow Release
terhadap Produksi Pipilan Kering Jagung

Produksi Pipilan (ton/ha)

Gambar 10 diatas menunjukkan bahwa kombinasi pupuk slow release
dengan pupuk organik memiliki produksi pipilan kering yang lebih tinggi
dibandingkan kombinasi tanpa pupuk organik. Produksi pipilan kering meningkat
seiring meningkatnya dosis pupuk slow release.
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

S0
S1
S2

P0

P1

P2

P3

Gambar 11 Interaksi Kombinasi Pupuk Konvensional dan Pupuk Slow Release
terhadap Produksi Pipilan Kering Jagung.
Gambar 11 menunjukkan bahwa kombinasi pupuk slow release tanpa pupuk
konvensional memiliki produksi yang jauh lebih kecil dibandingkan hasil
produksi pipilan kering kombinasi pupuk slow release dengan pupuk
konvensional S1 dan S2 yang kemudian mengalami peningkatan produksi cukup
signifikan seiring dengan kombinasi penambahan dosis pupuk slow release. Akan
tetapi pada kombinasi dengan pupuk konvensional S1 dan S2, penambahan pupuk
slow release cenderung tidak mengalami peningkatan produksi. Dengan begitu
dapat terlihat bahwa penambahan pupuk slow release belum dapat menggantikan
penambahan pupuk konvensional secara keseluruhan.

17

Pertumbuhan tanaman, kadar hara NPK serta produksi biomasa, tongkol
kering dan pipilan kering memiliki korelasi yang berhubungan satu sama lain. N,
P, dan K merupakan unsur esensial bagi tanaman, dimana kadar hara tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga apabila kekurangan
unsur tersebut tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Menurut Ismunadji
(1991), salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi tanaman adalah peningkatan
serapan N tanaman yang dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Dimana
manajemen N yang efektif meliputi pemilihan tingkat aplikasi, sumber, waktu dan
penempatan kombinasi yang cocok dengan ketersediaan N dengan kebutuhan
tanaman untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan N, mengoptimalkan
produksi tanaman dan meminimalkan dampak negatif N terhadap lingkungan
(Malhi et al, 2010). Hal ini berlaku tidak hanya untuk manajeman N tetapi P dan
K serta unsur hara lainnya.
Kadar N tertinggi diperoleh pada perlakuan O1S2P3, hal ini berkorelasi
dengan pertumbuhan tanaman tertinggi yaitu pada kombinasi S1P3 dan S2P3.
Pertumbuhan yang semakin tinggi pada umumnya menghasilkan biomasa yang
semakin tinggi pula. Produksi tongkol dan pipilan kering tertinggi diperoleh pada
perlakuan O1S2P3T1, hal ini berkorelasi dengan kadar P dan K yang cukup tinggi
dan memenuhi kisaran kecukupan hara P dan K. Soepardi (1983) menyatakan
bahwa K adalah unsur yang diperlukan tanaman serelia sewaktu pengisisan bulir
atau biji, sedangkan P berperan penting dalam pembentukan bunga, buah dan biji.
Dengan tersedianya unsur P dan K yang cukup maka akan berpengaruh juga
terhadap proses pembentukan biji, dimana biji akan lebih bernas sehingga
berpengaruh terhadap bobot pipilan jagung.
Penggunaan pupuk slow release dapat menggantikan 50% penggunaan
pupuk konvensional, tetapi belum dapat menggantikan penggunaan pupuk
konvensional secara keseluruhan. Penggunaan pupuk slow release diharapkan
mampu menggantikanan 100% penggunaan pupuk konvensional. Menurut Nelson
et al (2008) produksi jagung di Utara-Central Amerika Serikat dengan
penggunaan pupuk slow release telah menunjukkan keunggulan dibandingkan
dengan amonium nitrat dan urea, tetapi kinerja relatif bervariasi dengan curah
hujan, penempatan pupuk dan tekstur tanah. Efektivitas pupuk slow release juga
mungkin berbeda dengan sistem pengolahan tanah dan faktor lingkungan seperti
kelembaban dan suhu. Oleh karna itu menurut Granta (2012) potensi penggunaan
pupuk slow release harus dinilai mengingat kondisi lingkungan di wilayah
tersebut.
Pupuk slow release dapat mengoptimalkan penyerapan unsur oleh tanaman
karena dapat mengendalikan pelepasan unsur tersebut melalui kelarutannya yang
rendah. Ada tiga jenis pupuk dengan slow release : sedikit bahan larut, seperti
urea formaldehida; bahan untuk penempatan yang mendalam, seperti supergranul
urea dan pupuk dengan coating (Jarosiewicz dan Tomaszewska 2003). Menurut
Lan Wu (2008) tingkat pelepasan pupuk slow release bergantung pada bahan
pelapis atau bahan yang ditambahkan. Dimana pupuk yang digunakan pada
penelitian ini adalah pupuk slow release yang ditambahkan urea-form dan diberi
tekanan tinggi sehingga menjadi bentuk tablet, kondisi yang demikian ini
menyebabkan kelarutan pupuk yang sangat rendah sehingga pelepasan unsur dari
pupuk dan pengambilan unsur tersebut oleh tanaman tidak maksimal, terutama
untuk tanaman semusim seperti jagung.

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan pupuk organik, konvensional dan slow release berpengaruh
nyata lebih tinggi terhadap pertumbuhan, kadar hara dan produksi tanaman
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Interaksi kombinasi pupuk organik dan
konvensional, pupuk organik dan slow release, pupuk konvensional dan slow
release, serta interaksi kombinasi pupuk organik, pupuk slow release dan waktu
pemberiannya berpengaruh nyata terhadap produksi pipilan kering. Produksi
pipilan kering tertinggi diperoleh pada kombinasi pupuk organik, pupuk
konvensional 100% dosis rekomendasi dan pupuk slow release dosis 3
tablet/tanaman dengan satu kali waktu pemberian (O1S2P3T1) yaitu sebesar 7,28
ton/ha. Produksi pipilan kering pada kombinasi pupuk organik, pupuk
konvensional 50% dosis rekomendasi dan pupuk slow release dosis 3
tablet/tanaman dengan satu kali waktu pemberian (O1S1P3T1) tidak berbeda jauh
dengan O1S2P3T1 yaitu sebesar 7,20 ton/ha. Berdasarkan produksi pipilan kering,
penggunaan pupuk slow release pada dosis 3tablet/tanaman dapat mengurangi
penggunaan pupuk konvensional sebanyak 50%. Dosis pupuk slow release
tersebut belum dapat menggantikan penggunaan pupuk konvensional secara
keseluruhan.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kelarutan pupuk slow
release yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Selain itu pembuatan pupuk
slow release selanjutnya diharapkan dapat sedikit ditingkatkan kelarutannya.

19

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth A G. 2000. Preplant slow release-nitrogen fertilizers produce similiar
bell pepper yields as split applications of soluble fertilizer. Agronomy
Journal. 92: 388-393.
Granta, C.A , Wub,R , Selles,F, Harker,K.N, Clayton,G.W, Bitmann S, Zebard
B.J, Lupwayid,N.Z. 2012. Crop yield and nitrogen concentration with
controlled release urea and split applications of nitrogen as compared to
non-coated urea applied at seeding. Field Crop Research. 27:170-180
Hegde, D.M. and B.S Dwivedi. 1993. Integrated nutrient supply and management
as a strategy to meet nutrient demand In : Fert News. 38: 49-59
Ismunadji,M., S.Partohardjono dan A.S Karama. 1991. Fosfor, Peranan dan
Penggunaannya dalam Bidang Pertanian. Kerjasama PT. Petrokimia
Gresik dengan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor
Jarosiewicz, A., Tomaszewska, M., 2003. Controlled release NPK fertilizer
encapsuled by polymeric membranes. Journal of Agriculturaland Food
Chemistry. 51: 413–417.
Jones Jr,