Pengaruh pupuk organik cair pada produksi dan serapan hara tanaman Caisim (Brassica juncea) varietas Tosakan pada Latosol Darmaga

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR PADA PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) VARIETAS

TOSAKAN PADA LATOSOL DARMAGA

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS A14060789

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS. Pengaruh Pupuk Organik Cair pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga. Dibimbing oleh SRI DJUNIWATI dan ARIEF HARTONO.

Indonesia sebagai negara tropis dengan suhu dan curah hujan yang relatif tinggi mengakibatkan intensifnya pelapukan dan pencucian unsur hara (leaching), yang memicu kekurangan hara termasuk kation-kation basa yang dipertukarkan dalam tanah yang diperlukan tanaman dan rendahnya kandungan bahan organik tanah. Kondisi ini menyebabkan tanah Indonesia bersifat masam, berkadar bahan organik rendah, sehingga secara umum kesuburannya rendah. Salah satu usaha tani untuk memperbaiki kesuburan tanah diantaranya adalah pemupukan yang dapat dilakukan melalui tanah atau langsung pada daun tanaman. Pemberian pupuk melalui daun dilakukan dengan penyemprotan sehingga hara langsung meresap ke tanaman. Pupuk daun yang diberikan berupa pupuk organik cair yang diperkaya dengan hara lain.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair pada produksi, kadar dan serapan hara (N, P dan K) daun tanaman caisim serta efektivitas pemupukan yang dihitung dengan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada produksi tanaman sayuran Caisim Bangkok. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: Kontrol, Standar (S), 0,75PO+0,5S, 0,75PO+0,75S, 1,0PO+0,5S, 1,0PO+0,75S, dan 1,25PO+0,5S. Pupuk standar adalah pupuk urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 100 kg/ha, sedangkan PO yaitu pupuk organik cair dengan dosis anjuran (1PO) yaitu 5 L/ha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik cair (PO) pada pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah (0,5S dan 0,75S) efektif dalam meningkatkan produksi tanaman caisim. Parameter serapan hara N dan K pada perlakuan 0,75PO+0,75S dan 1,0PO+0,75S cenderung lebh tinggi daripada standar, sedangkan serapan P pada kombinasi PO cair dan S umumnya lebih tinggi daripada standar. Perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan standar (1,0PO+0,5S) cenderung memberikan produksi dan RAE yang lebih tinggi daripada perlakuan standar dan perlakuan lainnya.


(3)

SUMMARY

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS. The Effect of Liquid Organic Fertilizer on Yield and Nutrients Uptake of Caisim (Brassica juncea) in Latosol Darmaga. Supervised by SRI DJUNIWATI and ARIEF HARTONO.

Indonesia is situated in tropical region with high rainfall and temperature. These high rainfall and temperature affect the soil fertility through intensive weathering and leaching process. Leaching process could lead the decrease of basic cations and other important elements for plant. Further it makes soils in Indonesia acid and infertile. One of ways to improve the soil fertility is the application of fertilizer. The fertilizers could be applied through leaf and soil. Leaf fertilizer is applied by using foliar feeding method directly to the leaf so the essential nutrient absorbed by itself through the leaf. Leaf fertilizer is in liquid form, enrich by macro and micro nutrients.

The objectives of this research were to determine the effect of liquid organic fertilizer to the yield, nutrient content and nutrient uptake of nitrogen (N), phosphorus (P) and potassium (K) of the caisim (Brassica juncea). This research also aims to determine the effectiveness of fertilizer that is measured by Relative Agronomic Effectiveness (RAE). The experiment was conducted in the greenhouse of University Farm in Cikabayan, Bogor. Analysis concerning nutrient content and plant uptake of N, P and K were carried out in Chemical and Soil Fertility Laboratory, Agricultural Faculty, IPB. Greenhouse expriment was set up in Completely Randomize Design (CRD) with seven treatments and four replications The treatments were as follows: control, standard (S), 0,75PO+0,5S, 0,75PO+0,75S, 1,0PO+0,5S, 1,0PO+0,75S, dan 1,25PO+0,5S. Standard was the treatment using Urea, SP-36 and KCl fertilizers with the rates 200kg/ha, 300kg/ha and 100 kg/ha respectively. PO in the treatments label referred to leaf organic fertilizer while S referred to standard. As for liquid organic fertilizer, the recommended rate was 5 L/ha.

The result showed the addition liquid organic fertilizer (PO) and standard fertilizer in lower dose (0,5S and 0,75S) effective in improving the yield of caisim. Nutrient uptake (N and K) in these treatments (0,75PO+0,75S and 1,0PO+0.75S) tended to have higher value than the standard. Meanwhile nutrient uptake (P) in combine dose of PO and S have higher value than standard. In RAE value, the combine dose gave a higher tendency than the standard, whereas this combine dose of treatment (1,0PO+0,5S) resulted in higher value than those of others treatments. Based of the results and considering the RAE values, it suggested that treatment of 1,0PO+0,5S was recommended as fertilizer dose that should be applicated.


(4)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR PADA PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) VARIETAS

TOSAKAN PADA LATOSOL DARMAGA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS A14060789

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Penelitian : Pengaruh Pupuk Organik Cair pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga

Nama : Anggraini Widdhi Wahyuningtyas

NRP : A14060789

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. Dr. Ir. Arief Hartono, M.Sc. NIP. 19530626 198103 2 004 NIP. 19680628 199303 1 012

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc. NIP : 19621113 198703 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1988 dari pasangan Dwi Prasetyo Santoso, SH, MH dan Maylanie Widayanti, SH, MH. Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara.

Penulis memulai studinya di Taman Kanak-Kanak (TK) Putra I tahun 1992 dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Putra I Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Setelah itu penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 109, Kodam, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 42, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama dengan kelulusan SMA, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah menjalankan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun pertama di IPB, penulis diterima di Program Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

Selama menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah tergabung dalam kepanitiaan Soilidarity 2008 pada Divisi Dokumentasi dan kepanitiaan Seminar Nasional HMIT : Soil and Palm Oil 2009 pada Divisi Dokumentasi. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah tahun 2010 dan Pengantar Ilmu Tanah tahun 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair pada produksi, kadar dan serapan hara (N, P dan K daun) serta efektivitas pemupukan yang dihitung berdasarkan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada tanaman sayuran Caisim Bangkok varietas Tosakan dalam percobaan rumah kaca pada Latosol Dramaga.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Sri Djuniwati, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi pertama atas

semua bimbingan, bantuan, saran, motivasi serta kesabaran yang diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Arief Hartono, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas saran-saran dan bentuan selama masa penyusunan skripsi serta penelitian. 3. Ir. Heru Bagus Pulunggono, M.Agr. selaku dosen penguji skripsi, atas saran

dan kritik sehingga penulis dapat melakukan perbaikan pada tulisan ini.

4. Alm. Dr. Ir. Astiana Sastiono, MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis dalam masa perkuliahan sebelum penelitian.

5. P.T. Alam Lestari Maju Indonesia, yang telah menyediakan pupuk organik cair bermerek ”PHOSMIT” untuk keperluan penelitian ini.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Dwi Prasetyo Santoso dan Ibu Maylanie Widayanti serta adik kandung penulis Pramudita Dwisiwi Wuryaningtyas atas doa, kasih sayang, dorongan dan motivasi yang diberikan pada penulis sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan tulisan ini. Juga untuk keluarga besar Alm. Eyang Soemarso Martosentono, eyang putri Kadarwati, paman dan bibi Frida Trihadiati, Yulistiana E. Utami, dan Agung Kisworo serta sepupu-sepupu tersayang Rahditya Yudhistira dan Bayu Erlangga atas semangat, keceriaan dan doa yang diberikan.


(8)

7. Seluruh staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB (Pak Ade, Pak Soleh, Pak Dadi, Pak Koyo, Pak Kasmun, Pak Ayang) yang telah memberikan bantuan selama melakukan analisis di laboratorium. Juga untuk seluruh Staf perpustakaan dan Tata Usaha (Mbak Hesti) atas seluruh bantuan yang diberikan pada penulis.

8. Bapak Milin dan seluruh Staf University Farm, Cikabayan, IPB yang telah membantu dalam penanaman dan pemeliharaan tanaman caisim.

9. Teman-teman seperjuangan, Arini Hidayati, Syifa Fauziah, Silvia dan Jesika Monia yang telah membantu, saling memberi semangat, dan kebersamaannya selama masa penelitian.

10.Teman-teman tersayang, Nesya Ayu Dewi, Sindy Marieta Putri, Dita Damayanti, Yuly Ratna, Putri Yuniastuti, Enjelia, Natasha Sonya, Sony Nugroho, Cinta Ayu dan lain-lain atas semua bantuan, keceriaan, pengertian atas semua keluh kesah penulis, motivasi, dan kebersamaan selama empat tahun ini.

11.Seluruh teman-teman dari Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah (Laras, Hafiz, Bayu, Selly, Lolly, Sherlie, Kak Dedi, Kak Dian, Kak Ari Yugo, Hadhi dan lain-lain) dan seluruh Soilers 43 dan 42 atas kenangan, bantuan, doa dan semangatnya, yang tidak akan pernah dilupakan oleh penulis.

12.Semua pihak-pihak lain yang tidak sempat tersebutkan namanya yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih membutuhkan saran serta kritik. Namun demikian, penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi yang pembacanya.

Bogor, Desember 2010

Penulis Provehito In Altum


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii 

DAFTAR GAMBAR ... ix 

I. PENDAHULUAN ... 1 

1.1. Latar Belakang ... 1 

1.2. Tujuan ... 2 

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

2.1. Karakteristik Tanah Latosol ... 3 

2.2. Karakteristik Tanaman Caisim ... 4 

2.3. Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah dan Tanaman ... 5 

2.4. Pupuk Organik ... 7 

2.5. Analisis Tanaman ... 10 

III. BAHAN DAN METODE ... 12 

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 12 

3.2. Bahan dan Alat ... 12 

3.3. Metode Penelitian ... 13 

3.4. Pelaksanaan Percobaan ... 14 

3.4.1. Pengambilan Bahan Tanah ... 14 

3.4.2. Penanaman dan Pemeliharaan ... 14 

3.4.3. Pemanenan dan Pengamatan ... 15 

3.5. Metode Penilaian Efektivitas Pupuk ... 16 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17 

4.1. Hasil ... 17 

4.1.1. Karakteristik Latosol Dramaga ... 17 

4.1.2. Bobot Daun Segar dan Bobot Akar Segar ... 17 

4.1.3. Kadar Hara Daun dan Akar ... 18 

4.1.4. Serapan Hara pada Daun ... 19 


(10)

4.2. Pembahasan ... 21 

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25 

5.1. Kesimpulan ... 25 

5.2. Saran ... 25 


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Komposisi Hara dan Bahan Lain dalam Pupuk Organik Cair “PHOSMIT”

Produksi PT Alam Lestari Maju Indonesia ... 13

2. Dosis Pupuk Organik Cair (PO Cair) dan Pupuk Standar Setiap Perlakuan Percobaan ... 14

3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan ... 17

4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Bobot Daun Segar dan Bobot Akar Segar ... 18

5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Hara N, P dan K pada Daun dan Akar Tanaman ... 19

6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Serapan Hara N, P dan K pada Daun Tanaman ... 20

7. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Tanaman dan Nilai Relative Agronomic Effectiveness (RAE) ... 21

Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ... 29

2. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Bobot Tanaman dan Bobot Akar Tanaman Caisim ... 30

3. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Bobot Daun Segar dan Bobot Daun Kering Tanaman Caisim ... 30

4. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Kadar Hara N, P, dan K Bagian Daun Tanaman Caisim ... 31

5. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Kadar Hara N, P, dan K Bagian Akar Tanaman Caisim ... 31

6. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Serapan Hara N, P, dan K Bagian Daun Tanaman Caisim ... 32

7. Analisis Ragam Bobot Segar Tanaman Caisim ... 33

8. Analisis Ragam Bobot Segar Daun Tanaman Caisim ... 33

9. Analisis Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Caisim ... 33

10. Analisis Ragam Bobot Segar Akar Tanaman Caisim ... 33

11. Analisis Ragam Kadar Hara N Bagian Daun Tanaman Caisim ... 34


(12)

13. Analisis Ragam Kadar Hara K Bagian Daun Tanaman Caisim ... 34

14. Analisis Ragam Kadar Hara N Bagian Akar Tanaman Caisim ... 34

15. Analisis Ragam Kadar Hara P Bagian Akar Tanaman Caisim ... 35

16. Analisis Ragam Kadar Hara K Bagian Akar Tanaman Caisim ... 35

17. Analisis Ragam Serapan Hara N Bagian Daun Tanaman Caisim ... 35

18. Analisis Ragam Serapan Hara P Bagian Daun Tanaman Caisim ... 35


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Lampiran

1. Perbedaan Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Pertumbuhan Tanaman Caisim ... 38 2. Perbandingan Keragaan Tanaman Caisim pada Beberapa Perlakuan Pupuk .... 39 3. Bagan Petak Percobaan ... 40


(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis yang bercurah hujan tinggi memiliki faktor pembatas yang nyata mempengaruhi kesuburan tanah. Tingginya curah hujan mengakibatkan pencucian unsur hara (leaching) umum terjadi sehingga memicu kekurangan unsur hara terutama kation-kation basa yang diperlukan tanaman. Kondisi ini menyebabkan tanah Indonesia bersifat masam dan secara umum kesuburannya rendah.

Iklim Indonesia yang tropis membuat suhu dan kelembaban tinggi menjadi salah satu faktor pemicu dekomposisi bahan organik tanah dan pencucian hara berlangsung lebih cepat. Hal tersebut secara umum menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga dapat menjadi faktor pembatas dalam pengusahaan pertanian jangka panjang. Perbaikan ketersediaan unsur hara penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang optimal. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha tani yang mendukung perbaikan produktivitas lahan, salah satu diantaranya adalah dengan pemupukan.

Pupuk yang banyak diberikan secara konvensional seperti Urea, SP-36, dan KCl diberikan kepada tanaman melalui tanah. Namun dengan adanya kendala curah hujan yang tinggi, proses erosi dan pencucian (leaching) dapat menngangkut dan melarutkan kation-kation basa yang terkandung dalam tanah maupun dalam pupuk tersebut sehingga unsur hara tidak sampai kepada tanaman. Dengan demikian, pemberian pupuk malah terus bertambah dan cenderung tidak tepat dosis. Penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Indrakusuma, 2000). Hal tersebut di masa akan datang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan.

Pupuk organik dapat menjadi alternatif dalam peranannya memperbaiki kondisi tanah, terutama yang berkaitan dengan kesuburan tanah, akibat penurunan produktivitas tanah dan tanaman. Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik dibedakan atas pupuk organik alami dan buatan. Pupuk organik buatan


(15)

dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami atau nonkimia, berkualitas baik serta dengan kandungan hara yang terukur. Pupuk organik sendiri terbagi lagi menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk buatan yang saat ini banyak beredar di pasaran. Umumnya pupuk organik cair merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak, diperkaya dengan senyawa organik yang mengandung unsur karbon, vitamin, atau metabolit sekunder yang dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim (Musnamar, 2003). Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar

yang pemberiannya langsung ke daun tanaman. Dengan demikian penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat dan hara dapat langsung terserap sehingga efeknya jelas terlihat.

Tanaman caisim merupakan tanaman sayuran yang banyak diusahakan karena selain digemari juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena mudah diusahakan dan harga yang relatif stabil (Hapsari, 2002). Sayuran ini juga cocok untuk negara-negara tropika dan menjadi lebih disukai atau populer. Umur caisim juga pendek hanya 22-27 hari setelah tanam (HST) dengan produktivitas 10 ton/ha (Williams, 1993).

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair pada produksi, kadar dan serapan hara (N, P dan K daun) serta efektivitas pemupukan yang dihitung berdasarkan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada tanaman sayuran Caisim Bangkok varietas Tosakan di Latosol Dramaga.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Tanah Latosol

Di Indonesia, tanah Latosol umumnya berada pada ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut, di sekeliling kipas volkan dan kerucut volkan. Area Latosol umumnya beriklim basah dan tropikal, curah hujan antara 2500 mm sampai 7000 mm (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Latosol adalah tanah yang penyebarannya cukup luas di Indonesia. Tanah ini di antaranya dijumpai di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Daerah Darmaga memiliki ketinggian 220 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan memiliki curah hujan 3552 mm/tahun. Latosol coklat kemerahan Darmaga Bogor termasuk ke dalam order Inceptisols menurut sistem klasifikasi USDA, terletak pada zona fisiografi Bogor bagian barat, dengan bahan induk vulkanik kuarter berasal dari Gunung Salak (Yogaswara, 1977). Tanah Latosol Darmaga ini didominasi oleh tipe liat 1:1 (94%) pada horizon A (Hartono et al., 2005).

Latosol merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut, perbedaan horizon tidak jelas, dengan kandungan mineral primer dan hara rendah, pH rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organiknya relatif rendah, konsistensinya lemah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau kuning tergantung dari komposisi bahan induk, umur tanah, iklim dan elevasi (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Latosol adalah tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik (Hardjowigeno, 2003). Batas membedakan Latosol adalah berdasarkan warna horizon B seperti Latosol merah, Latosol kekuningan, Latosol coklat kemerahan, Latosol coklat (Subardja dan Buurman, 1990).

Kapasitas tukar kation tanah Latosol ini rendah, hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Tanah Latosol ini mempunyai kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan dan hara yang tersedianya rendah (Soepraptohardjo dan Suhardjo, 1978).


(17)

2.2. Karakteristik Tanaman Caisim

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) Brassica juncea dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Crassicales Famili : Cruciferae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea

Brassica juncea tampaknya berasal dari wilayah tengah Asia, dekat kaki pegunungan Himalaya. Brassica juncea adalah tanaman setahun yang menyerbuk sendiri, umumnya tahan terhadap suhu rendah, juga dikenal luas sebagai sawi India, sawi coklat atau sawi kuning. Klasifikasi anggota Brassica juncea amat membingungkan karena terdapat berbagai bentuk yang berbeda dan karena beberapa jenis kadang-kadang disebut sebagai sawi cina atau sawi oriental.

Brassica juncea memiliki beberapa varietas dan banyak bentuk dan hasil seleksi terutama di Asia Tenggara (Williams, 1993).

Ada dua tipe penting pada Brassica juncea dari banyak varietas dan bentuk dan hasil seleksi, terutama yang berada di daerah Asia Tenggara. Yang pertama Brassica juncea var. sareptana yang diusahakan sebagai pertanaman musim dingin di Hong Kong. Adapun tipe lain yaitu Brassica juncea var. ruqosa

merupakan sayuran daun yang tumbuh cepat (60 - 90 cm) dengan daun-daun berlilin. Banyak kultivar tersedia di Asia Tenggara (Taiwan, Hongkong, Singapura) dan sayuran ini diusahakan sangat luas di bagian-bagian ini (Williams, 1993).

Brassica juncea dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Meskipun begitu, Brassica juncea akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah pada ketinggian 5 - 1200


(18)

meter di atas permukaan laut (mdpl), namun biasanya Brassica juncea dibudidayakan di daerah berketinggian 100 – 300 mdpl. Tanaman ini tergolong tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Berhubung selama pertumbuhannya tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Namun, tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.

Brassica juncea sangat cocok ditanam pada tanah gembur yang bertekstur lempung dan banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman optimum untuk pertumbuhan Brassica juncea berkisar antara 6-7 (Haryanto, 2003). Untuk sebagian besar tanaman Brassica juncea, suhu pertumbuhan optimum adalah antara 15 ºC dan 20 ºC (Williams, 2003).

Benih Brassica juncea ditumbuhkan dalam kotak-kotak atau bedeng persemaian untuk suatu pertanaman berumur 4 minggu di dataran rendah tropika. Tanaman semai dapat dipindah tanam sejak umur tiga minggu dengan jarak tanam 15 cm dan diberi naungan selama lima hari pertama. Jika bibit semai besar digunakan, tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah pindah tanam, menghasilkan sampai 10 ton/ha. Dari pertanaman berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 ton/ha (Williams, 1993).

Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah Erwina yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya. Penyakit akar pekuk dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil yang nyata, tetapi penyakit bercak daun Alternaria biasanya tidak menjadi masalah. Penyakit rebah semai (Phythium spp) akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, oleh karena itu pemeliharaan bedengan benih yang bersih merupakan satu-satunya persyaratan untuk mengendalikan gulma (Williams, 1993).

2.3. Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah dan Tanaman

Sebagian besar Nitrogen (N) tanah berada dalam bentuk N organik maka pelapukan N organik merupakan proses menjadikan N tersedia bagi tanaman. N


(19)

dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium dioksidasikan mejadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi, 1983).

Unsur N terdapat dalam bentuk organik (utama) dan anorganik. Di dalam tanah, N-organik dikonversikan ke N-anorganik, berturut-turut menjadi NH4+ dan

NO3-. Pada suasana anaerob tidak terbentuk NO2- dan NO3- tetapi berhenti pada

NH4+ pada tingkat reduksi tertentu.

Tanaman mengambil N terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Ion-ion di

dalam tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N yang diberikan serta bahan organik tanah. Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan perombakan dari bahan-bahan organik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Senyawa N digunakan untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, membentuk klorofil. Senyawa N juga berperan dalam perbaikan pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tenaman terbatas, daun-daun menguning dan gugur. Gejala kelebihan N menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan terlalu banyaknya pertumbuhan vegetatif, batng lemah dan mudah roboh serta mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno, 2003).

Mobilitas hara P dalam tanah sangat rendah karena rekasi dengan komponen tanah maupun dengan ion-ion logam dalam tanah seperti Ca, Al, Fe dan lain-lain membentuk senyawa yang kurang larut dengan tingkat kelarutan berbeda-beda. Reaksi tanah (pH) memegang peranan sangat penting dalam mobilitas unsur ini (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Unsur P sering disebut sebagai kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan dalam proses pencacahan karbohidrat untuk energi. Penyimpanan dan peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Unsur P berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan dalam menetukan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan DNA. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Gejala defisiensi P


(20)

mengakibatkan pertumbuhan terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu dan daun menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun (Hardjowigeno, 2003).

Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983).

Kalium (K) sering disebut sebagai katalisator dalam proses hidup karena menjamin berlangsungnya reaksi kehidupan tanaman. K berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), enzim. K juga merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang dapat mengatur keseimbangan garam-garam atau dengan kata lain mengatur tekanan osmotik dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air ke dalam akar. Tanaman yang kurang K akan kurang tahan kekeringan dibandingkan dengan yang cukup K. Tanaman yang kekurangan K lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji.

Unsur K mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi K pada daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang mudah tumbuh dengan aktif menghisap K dari daun-daun tua. Selain itu gejala defisiensi K menyebabkan pinggir-pinggir daun berwarna coklat, mulai dari daun tua (Hardjowigeno, 2003).

2.4. Pupuk Organik

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah antara lain dengan melakukan pemupukan dengan bahan/pupuk organik. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah dan sebagainya (Hardjowigeno, 2007).

Bahan organik yang sudah didekomposisikan dan sudah menjadi humus dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber


(21)

energi dari sebagian besar organisme tanah (Soepardi, 1983). Bahan organik yang telah diproses menjadi pupuk organik kemudian dapat meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C-organik, kapasitas tukar kation, kapasitas tanah memegang air, menurunkan kejenuhan Al dan bulk density (BD) tanah (Lund dan Doss, 1980; Aidi et al., 1996).

Pupuk organik, yang merupakan pupuk yang dibuat dari bahan organik yang dapat diperkaya hara lain dan berpengaruh positif terhadap tanaman. Dengan bantuan jasad renik yang ada di dalam tanah, bahan organik yang diberikan ke tanah dapat berubah menjadi humus. Humus ini merupakan perekat yang baik bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan tanah. Akibatnya, susunan tanah akan menjadi lebih baik dan lebih tahan terhadap gaya-gaya perusak dari luar seperti hanyutan air (erosi) ataupun hembusan angin. Selain itu, pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Musnamar, 2003).

Ada dua jenis pupuk organik yang beredar di pasaran yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan pertani. Pengaplikasiannya dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, sedangkan pupuk organik cair merupakan pupuk organik berbentuk cairan. Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan ke tanah. Penyemprotan ke daun perlu menggunakan sprayer (Musnamar, 2003).

Pupuk organik buatan adalah pupuk yang berasal dari bahan organik yang dibuat dengan teknologi tinggi sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan cara kerja seperti pupuk kimia (anorganik). Pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik (struktur tanah, kemampuan menahan air, dan lain-lain) dan biologi tanah seperti pupuk organik biasa dan dapat menyediakan unsur hara lebih efektif seperti pupuk kimia. Pupuk ini juga tidak mencemari lingkungan sehingga sangat dianjurkan oleh para pecinta lingkungan. Pupuk organik buatan banyak dibuat dalam bentuk cair agar lebih cepat menanggulangi defisiensi hara tanah.

Pupuk organik cair diaplikasikan selayaknya pupuk daun, yaitu pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun


(22)

dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Kecuali itu unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah (misalnya P difiksasi oleh Al, Fe, atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya), tercuci bersama air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak (Hardjowigeno, 2007).

Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO2 kira-kira 0,03-0,02%,

tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Bila disemprot pada malam hari, daun sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman. Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada kondisi : ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif (Lingga dan Marsono, 2004)

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007).


(23)

2.5. Analisis Tanaman

Analisis tanaman adalah penetapan konsentrasi suatu unsur dalam contoh dari bagian tertentu atau bagian tanaman yang diambil contohnya pada waktu atau tingkat perkembangan morfologi tertentu. Konsentrasi unsur biasanya dinyatakan berdasarkan berat kering (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Menurut Ulrich (1976) dalam Sutedjo (1992) apa yang terdapat dalam tubuh tanaman sangat berhubungan dengan pertumbuhannya pada tanah dengan kadar hara yang dikandungnya. Hal ini berarti pertumbuhan tanaman akan tetap berlangsung baik apabila kadar hara yang terkandung dalam tanah tempat tumbuhnya masih baik, laju pertumbuhan tanaman itu akan menurun dengan menurunnya kadar hara yang terkandung dalam tanah yang diperlukan tanaman itu.

Menurut Aldrich (1973) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004), analisis tanaman dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu analisis total atau analisis kuantitatif (analisis kimia total atau analisis spektrografis) dan analisis semi kuantitatif (uji cepat jaringan tanaman). Masing-masing analisis menggunakan beberapa fase pertumbuhan tanaman dan bagian tanaman tertentu atau seluruh tanaman.

Manfaat dan validitas hasil analisis jaringan tanaman tergantung dari pendekatan yang realistik untuk memperoleh contoh yang dapat dipercaya (reliable sample), yaitu contoh jaringan tanaman yang representatif (mewakili dari permasalahan hara tanaman yang sedang diteliti). Cara memperoleh contoh tanaman yang representatif dari spesies tanaman tertentu merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan pengetahuan khusus sebelum melakukannya.

Komposisi hara tanaman tertentu tidak tetap selamanya, komposisi ini berubah dari bulan ke bulan, bahkan pula bervariasi pada bagian-bagian tanaman itu sendiri (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pengambilan contoh tanaman didasarkan kepada umur fisiologis tanaman. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa kadar hara tanaman berubah dengan umur tanaman dan bervariasi dengan bagian tanaman yang diambil. Bagian tanaman yang diambil, seperti: tulang daun, daun, batang, daun bagian bawah dan bagian atas, mempunyai keragaman yang tinggi.


(24)

Kadar hara berubah nyata mengikuti umur tanaman. Studi yang detail telah dilakukan Rominger et al. (1975), di mana penelitian dilakukan pada alfalfa dan menemukan bahwa kadar N, P, K, S, Mn dan B menurun dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar Ca dan Mg meningkat sampai awal berbunga dan setelah itu menurun. Dow dan Robert (1982) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) melaporkan bahwa kadar nitrat, N, P, K dan Zn pada jaringan daun kentang menurun dengan umur tanaman. Munson dan Nelson (1973) dalam

Leiwakabessy dan Sutandi (2004) merangkum penelitian-penelitian sebelumnya tentang pola perubahan kadar hara. Rangkuman tersebut adalah kadar hara N, P dan K cenderung menurun dengan waktu, sedangkan Ca dan Mg cenderung meningkat pada tanaman jagung dan kedelai. Pada tanaman padi, kacang tanah, kentang, dan okra kadar N dan K umumnya menurun cepat dengan umur, sedangkan kadar P berubah sedikit.

Analisis tanaman merupakan teknik diagnosis, semula sering digunakan untuk melihat status hara atau untuk meyakinkan definisi hara maupun crop logging. Pada akhir-akhir ini digunakan untuk menetapkan kebutuhan pupuk dan kapur yang dikombinasikan dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004) .


(25)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2010 sampai dengan Mei 2010. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Bogor dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi: bahan tanah Latosol Darmaga yang diambil dari kebun percobaan Cikabayan, Bogor pada kedalaman 0-20 cm; benih caisim Bangkok varietas Tosakan; pupuk dasar (Urea, SP 36 dan KCl); kapur (dolomit); Furadan; pupuk kandang (kotoran sapi) dan Pupuk Organik Cair (PO Cair) “PHOSMIT” yang diproduksi oleh PT. Alam Lestari Maju Indonesia. Komposisi hara dan bahan lain dalam PO Cair “PHOSMIT” tertera pada Tabel 1.

Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah dan pengeringan terdiri dari: cangkul, skop, karung, penumbuk tanah, saringan 5 mm, plastik. Alat yang digunakan dirumah kaca polybag, label, timbangan, ember, botol semprot, kamera, dan alat tulis, sedangkan alat yang digunakan untuk perlakuan penelitian adalah gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi, oven, pipet volumentrik 5 mL, pipet volumetrik 1 mL, grinder tanaman, mortar, labu takar 50 mL, 100 mL, 500 mL, 1 L dan 2 L. Selanjutnya alat untuk analisis tanah dan tanaman yaitu labu kjeldal/digestion, destilator dan labunya, spectrophotometer serta


(26)

Tabel 1. Komposisi Hara dan Bahan Lain dalam Pupuk Organik Cair “PHOSMIT” Produksi PT Alam Lestari Maju Indonesia

Parameter Satuan Nilai

Nitrogen (N) total % 15,56

P2O5 % 1,47

K2O % 1,40

Kadar air % 15,30

pH larutan10% - 7,30

C-organik % 4,50

C/N - 0,29

Arsenik (As) ppm 3

Merkuri (Hg) ppm 0,02

Fe-total ppm 176

Boron (B) ppm 13

Kobalt (Co) ppm 0,1

Tembaga (Cu) ppm 7

Kadmium (Cd) ppm 0,2

Mangan (Mn) ppm 10

Zinc (Zn) ppm 5

Timbal (Pb) ppm 1

Molibdenum (Mo) ppm 2

E coli SPK/ml Negatif

Salmonela sp SPK/ml Negatif

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 28 satuan percobaan (28 pot). Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL). Adapun model matematika rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut :

Y ij = μ + Pi + Eij di mana :

Yij = hasil pada perlakuan ke i dan ulangan ke j

Pi = pengaruh perlakuan ke-i

Eij = galat

Perlakuan yang diperuntukkan untuk pengujian efektivitas PO Cair ini meliputi : 1. kontrol

2. pupuk standar


(27)

4. 0,75 dosis anjuran PO Cair + 0,75 dosis pupuk Standar 5. 1,0 dosis anjuran PO Cair + 0,5 dosis pupuk Standar 6. 1,0 dosis anjuran PO Cair + 0,75 dosis pupuk Standar 7. 1,25 dosis anjuran PO Cair +0,5 dosis pupuk Standar

Dosis anjuran PO Cair adalah 5 L/ha. Perlakuan pupuk Standar digunakan dalam penelitian ini dengan pupuk N, P dan K yang dosisnya meliputi 200 kg Urea/ha, 300 kg SP 36/ha, dan 100 kg KCl/ha. Dosis masing-masing PO cair dan Pupuk Standar untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Dosis Pupuk Organik Cair (PO Cair) dan Pupuk Standar Setiap Perlakuan Percobaan

Perlakuan Urea SP 18 KCl PO

………...g/pot…………. cc/pot/20 cc H2O Kontrol 0 0 0 - Standar (S) 0,5 1,5 0,25 - 0,75 PO + 0.5 S 0,25 0,75 0,125 15 0,75 PO + 0.75 S 0,375 1,125 0,1875 15 1,0 PO + 0.5 S 0,25 0,75 0,125 20 1,0 PO + 0,75 S 0,375 1,125 0,1875 20 1,25 PO + 0,5 S 0,25 0,75 0,125 25 3.4. Pelaksanaan Percobaan

3.4.1. Pengambilan Bahan Tanah

Bahan tanah yang diambil adalah Latosol Darmaga yang diambil dari lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor pada kedalaman 0-20 cm. Bahan tanah yang diambil lalu dikeringudarakan di rumah kaca selama 1 hari, lalu diayak dengan ayakan 5 mm agar terpisahkan dengan bahan lain. Bahan tanah yang sudah diayak kemudian dimasukkan ke polybag

masing-masing sebanyak 5 kg BKM sebagai media penanaman tanaman caisim. 3.4.2. Penanaman dan Pemeliharaan

Tahap penanaman dalam penelitian ini terdiri atas lima kegiatan, yaitu penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan. Benih tanaman Caisim (Varietas Tosakan) terlebih dahulu ditananam di persemaian dalam bedengan kecil atau tray selama kurang lebih 2 minggu. Benih tanaman


(28)

dipindahkan ke pot setelah muncul daun sebanyak 4 buah. Tanaman caisim yang dipindahkan ke pot jumlahnya tiga tanaman per pot.

Sebelum tanaman caisim dipindahkan ke pot, bahan tanah dalam pot terlebih dahulu diperlakukan dengan penambahan kapur dolomit dan bahan organik, yaitu kotoran sapi. Penambahan untuk masing-masing bahan yaitu 5 gr/pot (setara 2 ton/ha) untuk kapur dolomit serta 1% bahan organik/kotoran sapi/pot. Penambahan bahan-bahan tersebut diperlukan untuk memperbaiki kondisi media tanam agar relatif memenuhi syarat tumbuh tanaman caisim yaitu pH tanah 6-7 dan konsistensi tanah gembur. Hal tersebut dikarenakan tanah yang digunakan untuk penelitian adalah Latosol Darmaga yang bersifat masam (pH 5,2) sedangkan penambahan bahan organik tanah diharapkan memperbaiki struktur tanah.

Pemupukan PO Cair diberikan langsung dengan cara disemprotkan pada daun tanaman, dilakukan dengan frekuensi satu kali seminggu. Sementara untuk pemupukan Pupuk Standar Urea dan KCl dilakukan dua kali, yaitu sebanyak setengah dari dosis yang ditetapkan bersamaan dengan penanaman (0 HST) dan setengah dosis lagi saat umur 15 HST, sedangkan keseluruhan dosis SP-36 diberikan bersamaan dengan tanam (0 HST).

Tahapan pemeliharaan yang dilakukan selama masa tumbuh tanaman caisim ini adalah penyulaman, penyiraman, pemberantasan gulma dan pencegahan penyakit. Penyiraman adalah tahap yang sangat penting karena tanaman caisim memerlukan air yang cukup untuk menyokong pertumbuhannya dan agar tidak terjadi stres air. Pemberantasan gulma dilakukan dengan menyiangi atau mencabuti tumbuhan gulma yang tumbuh dalam pot. Sementara pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian Furadan di awal masa tanam.

3.4.3. Pemanenan dan Pengamatan

Di akhir masa tanam, panen dilakukan untuk selanjutnya beralih ke tahap persiapan analisis tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman setiap pot. Panen sayuran Caisim ini dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Bagian daun tanaman dipisahkan dengan akarnya, dan kemudian ditimbang bobot masing-masing bagian. Tanaman


(29)

kemudian dikeringkan di udara terbuka selama kurang lebih satu hari lalu kemudian di-oven dalam oven bersuhu 70 ºC selama dua hari kemudian ditimbang dan bobot yang teramati selanjutnya dicatat sebagai bobot kering daun.

Analisis kadar hara tanaman dilakukan pada bagian daun tanaman yaitu kadar dan serapan hara N, P dan K-total bagian daun dan analisis kadar hara N, P, dan K total tanaman bagian akar. Sebelum tahap penanaman, dilakukan analisis tanah awal untuk penetapan C-organik, N-total, pH (H2O) dan kation-kation K-dd,

Na-dd, Ca-dd, Mg-dd, H-dd, dan Al-dd, KTK, KB, dan tekstur tanah. Analisis statistik dengan menggunakan ANOVA (program SPSS 16) dan apabila berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf 5%. 3.5. Metode Penilaian Efektivitas Pupuk

Metode perhitungan RAE (Relative Agronomic Effectiveness) merupakan suatu nilai pembanding dalam uji efektivitas pupuk, di mana formulanya sebagai berikut:


(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Latosol Dramaga

Karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis tanah awal tersebut menunjukkan bahwa pH tanah termasuk masam, sedangkan C-organik dan N total tergolong rendah, KTK termasuk sedang. Adapun kation yang terdapat dalam kompleks jerapan termasuk ke dalamnya yaitu kation-kation basa seperti K+, Mg2+, dan Na+ tergolong rendah, sedangkan kation Ca2+ nilainya tergolong sangat rendah. Nilai kejenuhan basa yang didapatkan tergolong rendah sedangkan nilai kejenuhan Al tergolong sedang (Pusat Peneltian Tanah, 1983).

Tabel 3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan

Sifat Tanah Nilai Kriteria menurut PPT (1983)

pH H2O 5,2 Masam

pH KCl 4,3

C-organik (%) 1,35 Rendah

N-total (%) 0,15 Rendah

P2O5 (ppm) 13,97 Rendah

KTK (me/100g) 17.54 Sedang

Kation dapat dipertukarkan

Ca (cmmol/kg) 0,59 Sangat rendah

Mg (cmmol/kg) 0,51 Rendah

K (cmmol/kg) 0,12 Rendah

Na(cmmol/kg) 0,15 Rendah

Al (cmmol/kg) 3,86

H (cmmol/kg) 0.12

KB (%) 7,8 Sangat rendah

Kejenuhan Al (%) 22 Sedang

Tekstur Tanah

Pasir (%) 4,48

Debu (%) 17,9

Liat (%) 77,6

4.1.2. Bobot Daun Segar dan Bobot Akar Segar

Berdasarkan analisis ragam taraf nyata 5%, penambahan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar tidak berpengaruh nyata terhadap bobot daun segar tanaman tetapi berpengaruh nyata pada bobot akar segar (Tabel Lampiran 10).


(31)

Rataan bobot daun segar dan hasil uji lanjut bobot akar segar perlakuan pupuk organik disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Bobot Daun Segar dan Bobot Akar Segar

PERLAKUAN Bobot Daun Segar Bobot Akar Segar ……….gr/pot……….

Kontrol 131,78 9,05 a

Standar 190,23 12,78 b

0,75PO+ 0.5S 209,48 13,08 b

0,75PO+ 0.75S 198,85 15,00 b

1,0PO+ 0.5S 211,25 15,025 b

1,0PO+0.75S 180,98 12,43 b

1,25PO+0.5S 195,72 12,15 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Meskipun dari hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 8) menunjukkan perlakuan tidak bepengaruh nyata, namun perlakuan kombinasi pupuk standard dan PO Cair pada dosis perlakuan 0,75PO+0,5S, 0,75PO+0,75S dan 1,0PO+0,5S, menunjukkan kecenderungan menghasilkan produksi atau hasil yang lebih tinggi daripada kontrol dan standar. Perlakuan kombinasi 1,0PO+0,75S menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada standar. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan 1,0PO+0,5S memiliki hasil rata-rata bobot segar dan kering daun yang tertinggi, sehingga dapat dikatakan perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang paling baik terhadap tanaman caisim.

Sementara itu, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan perlakuan pupuk organik cair yang dikombinasikan dengan pupuk standar nyata berpengaruh terhadap bobot segar akar, yaitu lebih tinggi daripada kontrol namun antara perlakuan kombinasi dan standar tidak berbeda nyata. Berbeda dengan analisis bobot segar daun, perlakuan yang terbaik hasilnya untuk analisis bobot segar akar yaitu perlakuan 0,75PO+0,5S.

4.1.3. Kadar Hara Daun dan Akar

Hasil analisis statistik kadar hara N, P dan K daun dan akar menunjukkan bahwa pemupukan kombinasi pupuk organik cair dengan pupuk standar


(32)

berpengaruh nyata terhadap kadar hara N daun (Tabel Lampiran 11), sedangkan untuk hara P dan K tidak berpengaruh nyata (Tabel Lampiran 12 dan 13). Hasil analisis lanjutan N dan rata-rata kadar P dan K serta N, P dan K akar disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Hara N, P dan K pada Daun dan Akar Tanaman

PERLAKUAN Kadar Hara Daun (%) Kadar Hara Akar (%)

N P K N P K

Kontrol 3,38 a 0,57 2,33 0,51 0,50 2,51

Standar 4,04 b 0,59 2,50 0,52 0,46 2,20

0,75PO+ 0,5S 3,97 b 0,71 2,48 0,51 0,32 1,98 0,75PO+ 0,75S 4,24 b 0,72 2,51 0,55 0,59 2,86 1,0PO+ 0,5S 4,26 b 0,81 2,43 0,43 0,74 2,54

1,0PO+0,75S 4,31 b 0,78 2,59 0,62 0,58 2,63

1,25PO+0,5S 4,01 b 0,73 2,33 0,54 0,53 2,48

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Penambahan kombinasi PO Cair dan pupuk standar meskipun tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk hara P dan K, namun memiliki kecenderungan memberikan kadar hara daun yang lebih tinggi daripada kontrol. Terlihat pada Tabel 5, bahwa perlakuan 1,0PO+0,75S dan 1,0PO+0,5S memiliki kadar hara daun N, P dan K yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya.

Untuk kadar hara akar, perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata pada kadar hara N, P dan K akar. Perlakuan yang hasilnya lebih tinggi yaitu perlakuan 1,0PO+0,75S, yang merupakan kombinasi perlakuan dengan kadar hara tertinggi untuk masing-masing hara, baik untuk kadar hara daun maupun akar.

4.1.4. Serapan Hara pada Daun

Berdasarkan hasil analisis ragam, pemupukan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap serapan hara tanaman caisim untuk hara N dan K (Tabel Lampiran 17 dan 19), sedangkan untuk hara P tidak berpengaruh nyata (Tabel Lampiran 18). Hasil uji lanjut serapan N dan K serta rataan P pada


(33)

perlakuan penambahan pupuk organik cair dan kombinasi dengan pupuk standar ditampilkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Serapan Hara N, P dan K pada Daun Tanaman

PERLAKUAN Serapan Hara NPK (mg/pot)

N P K

Kontrol 295,53 a 49,66 204,10 a

Standar 527,55 bc 77,00 326,09 c

0,75PO+ 0,5S 467,18 b 83,31 291,73 bc

0,75PO+ 0,75S 548,76 c 93,24 324,40 c

1,0PO+ 0,5S 474,44 b 89,76 270,67 b

1,0PO+0,75S 549,21 c 98,82 330,23 c

1,25PO+0,5S 515,97 bc 94,31 300,31 bc

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil uji lanjut membuktikan perlakuan pemupukan kombinasi PO Cair dan pupuk standar dan pupuk standar saja nyata lebih tinggi daripada kontrol namun pemupukan pupuk organik cair yang dikombinasikan dengan pupuk standar tidak berbeda nyata dengan standar, baik pada unsur hara N, P maupun K. Pada serapan hara P, meskipun tidak berbeda nyata dengan control dan standar, keseluruhan perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk standar memberikan kecenderungan hasil yang lebih tinggi daripada standar. Perlakuan yang hasilnya cenderung tertinggi untuk serapan hara baik N, P maupun K yaitu perlakuan 1,0PO+0,75S, karena memberikan hasil paling tinggi di antara perlakuan pemupukan.

4.1.5. Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

Relative Agronomic Effectiveness atau RAE adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat efektivitas suatu perlakuan dibandingkan dengan standar. Nilai RAE dihitung berdasarkan data produksi dan dalam hal ini menggunakan bobot segar daun tanaman caisim. Hasil perhitungan nilai RAE tiap perlakuan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7.


(34)

Tabel 7. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Tanaman dan Nilai

Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

PERLAKUAN Produksi Tanaman RAE

(gr/pot) %

Kontrol 131,78 -

Standar 190,23 100

0,75PO+ 0,5S 209,48 133

0,75PO+ 0,75S 198,85 115

1,0PO+ 0,5S 211,25 136

1,0PO+0,75S 180,98 84

1,25PO+0,5S 195,73 109

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa kombinasi PO Cair dengan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah secara umum memberikan nilai RAE yang lebih tinggi daripada standar kecuali perlakuan 1,0PO+0,75S. Di antara perlakuan kombinasi PO Cair dengan pupuk standar, perlakuan 1,0PO+ 0,5S dan 0,75PO+ 0,5S memberikan nilai RAE yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dari dua perlakuan tersebut, perlakuan 1,0PO+ 0,5S memberikan nilai RAE tertinggi. Hal ini berarti perlakuan tersebut merupakan yang paling tinggi efektivitasnya dalam meningkatkan produksi tanaman caisim.

4.2. Pembahasan

Secara umum, keseluruhan perlakuan penambahan pupuk organik cair dan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah memberikan bobot segar yang lebih tinggi daripada standar, kecuali pada perlakuan 1,0PO+0,75S. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik cair berperan efektif dalam meningkatkan produksi meskipun dengan dosis pupuk standar yang lebih rendah dari 100%. Bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun, semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot segar tanaman akan semakin tinggi (Prasetya, 2009). Secara visual, perbedaan pengaruh perlakuan dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan 2.

Hara nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair (Tabel 1) diduga telah meningkatkan metabolisme tumbuhan sehingga meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan sebagai cadangan makanan (Poerwowidodo, 1992). Satu keuntungan dengan pemberian pupuk organik cair adalah kandungan unsur hara makro (N, P dan K) dan mikro (Fe, B, Cu, Mn dan


(35)

Zn) cukup lengkap dan mudah larut dalam air dan pemberiannya yang langsung kepada tanaman sehingga unsur hara dapat langsung diserap tanaman. Kemampuan pupuk organik cair dalam meningkatkan produksi diduga terkait dengan kandungan senyawa organik yang beperan sebagai hormon atau enzim, yang mampu merangsang pembentukkan protein yang memacu metabolisme tanaman, merangsang pembelahan sel dan transfer energi serta dapat merangsang pembukaan stomata daun, sehingga penambahan secara langsung dapat terlihat jelas efeknya.

Bobot kering tanaman merupakan resultan dari tiga proses yaitu penumpukan asimilat melalui melalui fotosintesis, penurunan asimilat akibat respirasi dan akumulasi ke bagian cadangan makanan (Parman, 2007). Perlakuan 0,75PO+0,75S menghasilkan bobot daun segar lebih tinggi daripada standar sementara berat kering daunnya rendah. Hal tersebut diduga berhubungan dengan lebih tingginya bobot akar pada perlakuan tersebut. Menurut Leiwakabessy et al.

(2003), tanaman sendiri memang memiliki kemampuan dalam menyerap air dalam kadar yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar kalium yang mendorong pembentukkan dan perkembangan akar lebih bercabang dan banyak akar lateral yang terbentuk, sedangkan Menurut Hanolo (1997), dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Unsur hara mikro yang juga terdapat pada pupuk organik cair dapat merangsang pembentukkan ATP, yang mempunyai peranan penting di dalam menyerap energi sinar matahari (Rizqiani, 2007).

Untuk kadar hara N, P dan K akar, nilai perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut diduga karena hara pada perlakuan kontrol terakumulasi di akar dan tidak digunakan untuk pertumbuhan daun, dibuktikan dengan produksi daun pada kontrol lebih kecil daripada produksi pada perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar.

Penambahan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar nyata berpengaruh terhadap serapan hara N dan K, yaitu lebih tinggi daripada standar dan kontrol, sedangkan untuk hara P tidak nyata. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Prasetya (2009) di mana pemberian dosis pupuk cair berpengaruh nyata


(36)

meningkatkan serapan unsur N pada tanaman sawi. Perlakuan 1,0PO+0,75S cenderung memberikan serapan hara lebih tinggi daripada standar dan perlakuan lainnya, namun produksinya lebih rendah daripada standar. Dalam hal ini diduga serapan P menjadi faktor pembatas produksi daun tanaman. Pada perlakuan 1,0PO+0,5S meskipun serapan hara N dan K lebih rendah daripada standar, namun masih dapat memberikan produksi yang lebih tinggi daripada standar, karena serapan P pada perlakuan tersebut lebih tinggi daripada standar. Hal tersebut diduga karena adanya keseimbangan hara yang berperan pada produksi yang dicapai.

Untuk mengukur efektivitas pupuk organik digunakan perhitungan

Relative Agronomic Effectiveness (RAE), yaitu perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan suatu pupuk dengan kenaikan hasil dengan penggunaan pupuk standar dikalikan 100. Nilai RAE tertinggi didapatkan pada perlakuan 1,0PO+0,5S, di mana pada dosis kombinasi tersebut nilai RAE lebih tinggi daripada standar. Hal tersebut menunjukkan penambahan pupuk organic cair mampu meningkatkan efektivitas pupuk dalam meningkatkan produksi. Peran pupuk organik cair ini tampak bagi tanaman bila penggunaannya dikombinasikan dengan pupuk standar.

Terkait dengan produksinya, pemberian dosis pupuk organik cair pada penelitian ini mampu melebihi standar, sejalan dengan penelitian Rizqiani (2007), di mana melalui pemberian pupuk organik cair mampu menghasilkan bobot segar polong per tanaman buncis yang lebih berat dibandingkan kontrol akibat dari adanya penambahan kandungan unsur N di dalam daun tanaman buncis setelah pemberian pupuk organik cair. Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan hara N yang relative tinggi, yaitu 15,56%, sehingga diduga hara N tersebut memegang peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman caisim. Hal ini sejalan dengan penelitian Parman (2007), di mana peningkatan bobot segar tanaman dipicu penambahan pupuk organik cair yang mengandung unsur nitrogen sebagai unsur pemicu metabolisme. Beberapa hasil penelitian baik yang dilakukan di dalam dan luar negeri walaupun tidak dilakukan pada tanaman caisim diperoleh bahwa respon tanaman meningkat dengan adanya pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik (standar)


(37)

dibandingkan dengan perlakuan pupuk anorganik saja, sehingga dapat dinyatakan bahwa pupuk organik meningkatkan efisiensi pupuk anorganik (Widowati, 2009)


(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penambahan pupuk organik cair yang dikombinasikan dengan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah (0,5S dan 0,75S) efektif meningkatkan produksi tanaman caisim. Pada kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar (0,5S) cenderung menghasilkan produksi tanaman caisim yang lebih tinggi daripada standar. Untuk parameter serapan hara (N dan K) perlakuan 0,75PO+0,75S dan 1,0PO+0,75S tidak berbeda nyata dengan standar namun cenderung lebih tinggi dari standar, sedangkan unuk serapan P, meskipun tidak nyata, perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan cenderung lebih tinggi dari standar. Berdasarkan nilai RAE, perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar umumnya lebih tinggi dari standar, kecuali pada perlakuan 1,0PO+0,75S. Nilai RAE tertinggi yaitu pada perlakuan 1,0PO+0,5S (136), maka perlakuan tersebut adalah dosis yang direkomendasikan.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui dosis kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar yang tepat. Pengujian lebih lanjut juga sebaiknya dilakukan dengan tanaman yang berbeda untuk mengetahui pupuk organik cair dapat memberikan hasil yang sama atau lebih baik daripada dengan tanaman caisim.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Aidi, N., A. Jumberi dan R.D. Ningsih. 1996. Peranan pupuk organik dalam meningkatkan hasil padi gogo di lahan kering. Pros. Sem. Teknologi Sistem usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering. Balittra Banjarbaru. P. 567-578

Dudal, R. dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Pemberian Balai Besar Penyelidik Pertanian. Bogor

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Herawati Susilo). University of Indonesia Press. Jakarta

Hanolo, W. 1997. Tanggapan Tanaman Selada dan Sawit Terhadap Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Cair Stimulan. Jurnal Agrotropika 1 (1) P. 25-29 Hapsari, B. 2002. Sayuran Genjah Bergelimang Rupiah. Trubus 33(396) P. 30-31 Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

Hartono, A., S. Funakawa dan T. Kosaki. 2005. Phosporus sorption-sesorption characteristics of selected acid upland soils in Indonesia. Soil Sci. Plant Nutr. 51 P. 787-799

Haryanto, E. 2003. Sawi dan Selada. Pustaka Setia. Jakarta

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta

Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya., Jakarta

Lund, F.Z. and B.D. Doss. 1980. Residual effect of dairy cattle manure on plant growth and soil properties. Journal of Agronomy72 P. 123-130

Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. Academic Press. California

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik: Cair & Padat, Pembuatan, Aplikasi. Revisi ke-9. Penebar Swadaya. Jakarta


(40)

Parman, S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No.2, Oktober 2007

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung Prasetya, B., S. Kurniawan dan M. Febrianingsih. 2009. Pengaruh dosis dan

frekuensi pupuk cair terhadap serapan dan pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.) pada entisol. AGRITEK Vol. 17 No.5, September 2009

Rizqiani, N.F., E. Ambarwati dan N.W. Yuwono. 2007. Pengaruh dosis dan frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil buncis (Phaseolus vulgaris L.) dataran rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 P. 43-53, 2007

Rominger, R.S. 1976. Yield and chemical composition of alfalfa as influenced by high rates of K topdressed as KCl and K2SO4. Agronomic Journal P. 68:573–577

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid 2. Terjemahan Terison C. Penerbit ITB. Bandung

Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Soepraptohardjo, M. and H. Suharjo. 1978. Rice soils of Indonesia. In: Int. Rice res. Inst. Soil and Rice. Los Banos. P. 99-144

Subardja dan P. Buurman. 1990. A troposequence of latosol on volcanic rocks in the Bogor-Jakarta area. in red soil in Indonesia. Ed. P. Buurman. Soil Research Institute., Bogor

Sutedjo, M.M. 1992. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta

Widowati, L.R. 2009. Peranan pupuk organik terhadap efisiensi pemupukan dan tingkat kebutuhannya untuk tanaman sayuran pada tanah inseptisols Ciherang, Bogor. Jurnal Tanah Tropika Vol. 14 No. 3 P. 221-228, 2009 Williams, C.N., J.O. Uzo dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di

Daerah Tropika. Terjemahan Soedharoedjian R. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Yogaswara, A. 1977. Seri-seri Tanah dari 7 Tempat di Jawa Barat. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor


(41)

(42)

Tabel Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)

Sifat Kimia Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C-Organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00 Nitrogen (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75 C/N < 5 5 – 10 11 – 15 16 – 25 > 25 P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10 – 20 21 – 40 41 – 60 > 60

P2O5 Bray-1 (ppm) < 10 10 – 15 16 – 25 26 – 35 > 35

P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 – 25 26 – 45 46 – 60 > 60

K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 – 20 21 – 40 41 – 60 > 60

KTK (me/100g) < 5 5 – 16 17 – 24 25 – 40 > 40 Basa-basa yang dapat dipertukarkan

K (me/100g) < 0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 > 1,0 Na (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 > 1,0 Mg (me/100g) < 0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 > 8,0 Ca (me/100g) < 0,2 2 – 5 6 – 10 11 – 20 > 20 Kejenuhan Basa (%) < 20 20 – 35 36 - 50 51 – 70 > 70 Aluminium (%) < 10 10 – 20 21 - 30 31 – 60 > 60 Reaksi

Tanah

Sangat Masam

Masa m

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalim Alkalin pH (H20) <4.5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5


(43)

Tabel Lampiran 2. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Bobot Tanaman dan Bobot Akar Tanaman Caisim

Perlakuan

Bobot Tanaman (g/pot) Bobot Akar Segar (g/pot)

Ulangan Rataan

(g/pot)

Ulangan Rataan (g/pot)

I II III IV I II III IV

Kontrol 137,3 150,4 148,8 126,8 140,83 10,6 6,5 10,5 8,6 9,1 Standar 256,2 155,7 192,6 207,5 203 15,9 10,1 10,4 14,7 12,8 0,75PO+ 0,5S 257,3 253,8 237,7 141,4 222,55 13,3 13,0 11,4 14,6 13,1 0,75PO+ 0,75S 179,6 200,4 234,1 241,3 213,85 13,5 16,5 16,0 14,0 15,0 1,0PO+ 0,5S 247,8 210,4 173,1 273,8 226,28 13,9 15,1 12,1 19,0 15,0 1,0PO+0,75S 153,0 210,5 199,5 209,2 193,05 11,9 12,2 11,4 12,8 12,1 1,25PO+0,5S 229,0 144,7 206,8 251,0 207,88 15,0 10,6 11,6 11,4 12,2

Tabel Lampiran 3. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Bobot Daun Segar dan Bobot Daun Kering Tanaman Caisim

Perlakuan

Bobot Daun Segar (g/pot) Bobot Daun Kering (g/pot)

Ulangan Rataan

(g/pot)

Ulangan Rataan

(g/pot)

I II III IV I II III IV

Kontrol 126,7 143,9 138,3 118,2 131,78 8,3 10,1 8,8 7,8 8,8 Standar 240,3 145,6 182,2 192,8 190,23 15,1 13,8 11,7 11,6 13,1 0,75PO+ 0,5S 244,0 240,8 226,3 126,8 209,48 19,3 16,6 13,6 8,5 14,5 0,75PO+ 0,75S 166,1 183,9 218,1 227,3 198,85 10,5 11,0 14,6 13,6 12,4 1,0PO+ 0,5S 233,9 195,3 161,0 254,8 211,25 14,9 12,3 10,0 16,6 13,5 1,0PO+0,75S 141,1 198,3 188,1 196,4 180,98 8,7 13,1 12,5 11,9 11,6 1,25PO+0,5S 214,0 134,1 195,2 239,6 195,73 13,9 11,4 13,0 15,0 13,3


(44)

Tabel Lampiran 4. Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Kadar Hara N, P, dan K Bagian Daun Tanaman Caisim Perlakuan N (%) Rataan (%) P (%) Rataan (%) K (%) Rataan (%)

Ulangan Ulangan Ulangan

I II III IV I II III IV I II III IV

Kontrol 3,28 3,36 3,45 3,42 3,38 0,61 0,53 0,58 0.55 0.57 2.00 2.40 2.13 2.80 2.09 Standar 4,08 4,00 3,92 4,17 4,04 0,56 0,56 0,62 0.62 0.59 2.50 2.30 2.70 2.50 2.26 0,75PO+ 0,5S 3,54 4,08 4,00 4,25 3,97 0,99 0,62 0,61 0,61 0,71 2,40 2,40 2,51 2,60 2,25 0,75PO+ 0,75S 4,47 4,58 3,60 4,30 4,24 0,61 0,62 0,66 0,99 0,72 2,80 2,75 2,07 2,40 2,29 1,0PO+ 0,5S 4,35 4,19 4,55 3,93 4,26 0,56 0,55 0,58 1,53 0,81 2,40 2,30 2,50 2,51 2,24 1,0PO+0,75S 4,58 4,19 3,99 4,47 4,31 0,63 0,59 1,32 0,56 0,78 2,75 2,50 2,51 2,60 2,37 1,25PO+0,5S 4,08 3,15 4,45 4,35 4,01 0,58 1,20 0,61 0,54 0,73 2,60 2,13 2,40 2,20 2,14

Tabel Lampiran 5, Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Kadar Hara N, P, dan K Bagian Akar Tanaman Caisim

Perlakuan N (%) Rataan (%) P (%) Rataan (%) K (%) Rataan (%)

Ulangan Ulangan Ulangan

I II III IV I II III IV I II III IV

Kontrol 0,46 0,52 0,58 0,46 0,51 0,52 0,52 0,54 0,41 0,50 2,38 2,51 2,76 2,38 2,51 Standar 0,70 0,46 0,48 0,42 0,52 0,53 0,72 0,31 0,27 0,46 2,88 1,76 2,51 1,63 2,20 0,75PO+ 0,5S 0,53 0,53 0,56 0,43 0,51 0,27 0,41 0,35 0,26 0,32 2,38 1,76 1,88 1,88 1,98 0,75PO+ 0,75S 0,61 0,48 0,55 0,54 0,55 0,70 0,80 0,47 0,39 0,59 2,76 3,39 3,01 2,26 2,86 1,0PO+ 0,5S 0,46 0,34 0,35 0,57 0,43 0,38 1,40 0,40 0,78 0,74 1,76 3,14 2,13 3,14 2,54 1,0PO+0,75S 0,57 0,56 0,61 0,73 0,62 0,95 0,41 0,54 0,41 0,58 2,51 2,38 2,63 3,01 2,63 1,25PO+0,5S 0,58 0,64 0,41 0,51 0,54 0,53 0,52 0,53 0,53 0,53 2,51 2,38 2,63 2,38 2,48


(45)

Tabel Lampiran 6, Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Serapan Hara N, P, dan K Bagian Daun Tanaman Caisim Perlakuan

Serapan N (mg/pot)

Rataan (mg/pot)

Serapan P (mg/pot)

Rataan (mg/pot)

Serapan K (mg/pot)

Rataan (mg/pot)

Ulangan Ulangan Ulangan

I II III IV I II III IV I II III IV

Kontrol 287,00 294,00 301,88 299,25 295,53 53,38 46,38 50,75 48,13 49,66 175,00 210,00 186,38 245,00 204,09 Standar 532,44 522,00 511,56 544,19 527,55 73,08 73,08 80,91 80,91 77,00 326,25 300,15 351,70 326,25 326,09 0,75PO+ 0,5S 416,84 480,42 471,00 500,44 467,17 116,57 73,01 71,83 71,83 83,31 282,60 282,60 295,55 306,15 291,73 0,75PO+ 0,75S 578,87 593,11 466,20 556,85 548,76 79,00 80,29 85,47 128,21 93,24 362,60 356,13 268,07 310,80 324,40 1,0PO+ 0,5S 485,03 467,19 507,33 438,20 474,43 62,44 61,33 64,67 170,60 89,76 267,60 256,45 278,75 279,87 270,67 1,0PO+0,75S 583,95 534,23 508,73 569,93 549,21 80,33 75,23 168,30 71,40 98,81 350,63 318,75 320,03 331,50 330,23 1,25PO+0,5S 525,30 405,56 572,94 560,06 515,97 74,68 154,50 78,54 69,53 94,31 334,75 274,24 309,00 283,25 300,31


(46)

Tabel Lampiran 7, Analisis Ragam Bobot Segar Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 1131911,50

Perlakuan 6 20015,29 3335,88 2,23 6,085 14,04

Galat 21 31387,59 1494,65

Total 27 1183314,39

Tabel Lampiran 8, Analisis Ragam Bobot Segar Daun Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 21890,44

Perlakuan 6 988741,91 164790,32 114,73 3217* 4154**

Galat 21 30161,92 1436,28

Total 27 1040794,27

Tabel Lampiran 9, Analisis Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 4330,12

Perlakuan 6 83,31 13,88 2,22 6,085 14,04

Galat 21 131,47 6,26

Total 27 4544,90

Tabel Lampiran 10, Analisis Ragam Bobot Segar Akar Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 4577,29

Perlakuan 6 97,96 16,33 3,95 4,516 8,321

Galat 21 86,79 4,13


(47)

Tabel Lampiran 11, Analisis Ragam Kadar Hara N Bagian Daun Tanaman Caisim

Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 454,26

Perlakuan 6 2,40 0,40 3,53 4,516 8,321

Galat 21 2,38 0,11

Total 27 459,05

Tabel Lampiran 12, Analisis Ragam Kadar Hara P Bagian Daun Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 13,71

Perlakuan 6 0,19 0,03 0,42 17,97 90,03

Galat 21 1,61 0,08

Total 27 15,50

Tabel Lampiran 13, Analisis Ragam Kadar Hara K Bagian Daun Tanaman Caisim

Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 168,34

Perlakuan 6 0,22 0,04 0,73 17,97 90,03

Galat 21 1,03 0,05

Total 27 169,59

Tabel Lampiran 14, Analisis Ragam Kadar Hara N Bagian Akar Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 7,65

Perlakuan 6 0,07 0,01 1,66 17,97 90,03

Galat 21 0,16 0,01


(48)

Tabel Lampiran 15, Analisis Ragam Kadar Hara P Bagian Akar Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 7,88

Perlakuan 6 0,40 0,07 1,21 17,97 90,03

Galat 21 1,15 0,05

Total 27 9,42

Tabel Lampiran 16, Analisis Ragam Kadar Hara K Bagian Akar Tanaman Caisim Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 168,69

Perlakuan 6 2,00 0,33 1,83 17,97 90,03

Galat 21 3,84 0,18

Total 27 174,53

Tabel Lampiran 17, Analisis Ragam Serapan Hara N Bagian Daun Tanaman Caisim

Sumber

Keragaman Db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 6522865,13

Perlakuan 6 188983,45 31497,24 17,49 3285* 4475**

Galat 21 37827,40 1801,30

Total 27 6749675,97

Tabel Lampiran 18, Analisis Ragam Serapan Hara P Bagian Daun Tanaman Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 196279,03

Perlakuan 6 6690,94 1115,16 0,12 17,97 90,03

Galat 21 189588,09 9028,00


(49)

Tabel Lampiran 19, Analisis Ragam Serapan Hara K Bagian Daun Tanaman Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit

F,tabel

0,05 0,01

fk 6 2395585,24

Perlakuan 6 47690,67 7948,45 12,22 3082* 4320**

Galat 21 13658,27 650,39

Total 27 2456934,18

* Pemberian kombinasi PO Cair + Pupuk Standar berpengaruh nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 5%

** Pemberian kombinasi PO Cair + Pupuk Standar berpengaruh sangat nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 1%


(50)

(51)

Gambar Lampiran 1, Perbedaan Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Pertumbuhan Tanaman Caisim


(52)

Gambar Lampiran 2, Perbandingan Keragaan Tanaman Caisim pada Beberapa Perlakuan Pupuk


(53)

29 17 3 34 32

23 20 15 35 33

13 10 5 7 24

2 9 30

16

27

18 28 22 19 14

21 26 31 8 11

25 6 1 12 4

--- --- Pintu Rumah Kaca


(54)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR PADA PRODUKSI DAN SERAPAN HARA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea) VARIETAS

TOSAKAN PADA LATOSOL DARMAGA

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS A14060789

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(55)

RINGKASAN

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS. Pengaruh Pupuk Organik Cair pada Produksi dan Serapan Hara Tanaman Caisim (Brassica juncea) Varietas Tosakan pada Latosol Darmaga. Dibimbing oleh SRI DJUNIWATI dan ARIEF HARTONO.

Indonesia sebagai negara tropis dengan suhu dan curah hujan yang relatif tinggi mengakibatkan intensifnya pelapukan dan pencucian unsur hara (leaching), yang memicu kekurangan hara termasuk kation-kation basa yang dipertukarkan dalam tanah yang diperlukan tanaman dan rendahnya kandungan bahan organik tanah. Kondisi ini menyebabkan tanah Indonesia bersifat masam, berkadar bahan organik rendah, sehingga secara umum kesuburannya rendah. Salah satu usaha tani untuk memperbaiki kesuburan tanah diantaranya adalah pemupukan yang dapat dilakukan melalui tanah atau langsung pada daun tanaman. Pemberian pupuk melalui daun dilakukan dengan penyemprotan sehingga hara langsung meresap ke tanaman. Pupuk daun yang diberikan berupa pupuk organik cair yang diperkaya dengan hara lain.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair pada produksi, kadar dan serapan hara (N, P dan K) daun tanaman caisim serta efektivitas pemupukan yang dihitung dengan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada produksi tanaman sayuran Caisim Bangkok. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: Kontrol, Standar (S), 0,75PO+0,5S, 0,75PO+0,75S, 1,0PO+0,5S, 1,0PO+0,75S, dan 1,25PO+0,5S. Pupuk standar adalah pupuk urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 100 kg/ha, sedangkan PO yaitu pupuk organik cair dengan dosis anjuran (1PO) yaitu 5 L/ha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik cair (PO) pada pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah (0,5S dan 0,75S) efektif dalam meningkatkan produksi tanaman caisim. Parameter serapan hara N dan K pada perlakuan 0,75PO+0,75S dan 1,0PO+0,75S cenderung lebh tinggi daripada standar, sedangkan serapan P pada kombinasi PO cair dan S umumnya lebih tinggi daripada standar. Perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan standar (1,0PO+0,5S) cenderung memberikan produksi dan RAE yang lebih tinggi daripada perlakuan standar dan perlakuan lainnya.


(56)

SUMMARY

ANGGRAINI WIDDHI WAHYUNINGTYAS. The Effect of Liquid Organic Fertilizer on Yield and Nutrients Uptake of Caisim (Brassica juncea) in Latosol Darmaga. Supervised by SRI DJUNIWATI and ARIEF HARTONO.

Indonesia is situated in tropical region with high rainfall and temperature. These high rainfall and temperature affect the soil fertility through intensive weathering and leaching process. Leaching process could lead the decrease of basic cations and other important elements for plant. Further it makes soils in Indonesia acid and infertile. One of ways to improve the soil fertility is the application of fertilizer. The fertilizers could be applied through leaf and soil. Leaf fertilizer is applied by using foliar feeding method directly to the leaf so the essential nutrient absorbed by itself through the leaf. Leaf fertilizer is in liquid form, enrich by macro and micro nutrients.

The objectives of this research were to determine the effect of liquid organic fertilizer to the yield, nutrient content and nutrient uptake of nitrogen (N), phosphorus (P) and potassium (K) of the caisim (Brassica juncea). This research also aims to determine the effectiveness of fertilizer that is measured by Relative Agronomic Effectiveness (RAE). The experiment was conducted in the greenhouse of University Farm in Cikabayan, Bogor. Analysis concerning nutrient content and plant uptake of N, P and K were carried out in Chemical and Soil Fertility Laboratory, Agricultural Faculty, IPB. Greenhouse expriment was set up in Completely Randomize Design (CRD) with seven treatments and four replications The treatments were as follows: control, standard (S), 0,75PO+0,5S, 0,75PO+0,75S, 1,0PO+0,5S, 1,0PO+0,75S, dan 1,25PO+0,5S. Standard was the treatment using Urea, SP-36 and KCl fertilizers with the rates 200kg/ha, 300kg/ha and 100 kg/ha respectively. PO in the treatments label referred to leaf organic fertilizer while S referred to standard. As for liquid organic fertilizer, the recommended rate was 5 L/ha.

The result showed the addition liquid organic fertilizer (PO) and standard fertilizer in lower dose (0,5S and 0,75S) effective in improving the yield of caisim. Nutrient uptake (N and K) in these treatments (0,75PO+0,75S and 1,0PO+0.75S) tended to have higher value than the standard. Meanwhile nutrient uptake (P) in combine dose of PO and S have higher value than standard. In RAE value, the combine dose gave a higher tendency than the standard, whereas this combine dose of treatment (1,0PO+0,5S) resulted in higher value than those of others treatments. Based of the results and considering the RAE values, it suggested that treatment of 1,0PO+0,5S was recommended as fertilizer dose that should be applicated.


(57)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis yang bercurah hujan tinggi memiliki faktor pembatas yang nyata mempengaruhi kesuburan tanah. Tingginya curah hujan mengakibatkan pencucian unsur hara (leaching) umum terjadi sehingga memicu kekurangan unsur hara terutama kation-kation basa yang diperlukan tanaman. Kondisi ini menyebabkan tanah Indonesia bersifat masam dan secara umum kesuburannya rendah.

Iklim Indonesia yang tropis membuat suhu dan kelembaban tinggi menjadi salah satu faktor pemicu dekomposisi bahan organik tanah dan pencucian hara berlangsung lebih cepat. Hal tersebut secara umum menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga dapat menjadi faktor pembatas dalam pengusahaan pertanian jangka panjang. Perbaikan ketersediaan unsur hara penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang optimal. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha tani yang mendukung perbaikan produktivitas lahan, salah satu diantaranya adalah dengan pemupukan.

Pupuk yang banyak diberikan secara konvensional seperti Urea, SP-36, dan KCl diberikan kepada tanaman melalui tanah. Namun dengan adanya kendala curah hujan yang tinggi, proses erosi dan pencucian (leaching) dapat menngangkut dan melarutkan kation-kation basa yang terkandung dalam tanah maupun dalam pupuk tersebut sehingga unsur hara tidak sampai kepada tanaman. Dengan demikian, pemberian pupuk malah terus bertambah dan cenderung tidak tepat dosis. Penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Indrakusuma, 2000). Hal tersebut di masa akan datang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan.

Pupuk organik dapat menjadi alternatif dalam peranannya memperbaiki kondisi tanah, terutama yang berkaitan dengan kesuburan tanah, akibat penurunan produktivitas tanah dan tanaman. Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik dibedakan atas pupuk organik alami dan buatan. Pupuk organik buatan


(58)

dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami atau nonkimia, berkualitas baik serta dengan kandungan hara yang terukur. Pupuk organik sendiri terbagi lagi menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk buatan yang saat ini banyak beredar di pasaran. Umumnya pupuk organik cair merupakan ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak, diperkaya dengan senyawa organik yang mengandung unsur karbon, vitamin, atau metabolit sekunder yang dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim (Musnamar, 2003). Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar

yang pemberiannya langsung ke daun tanaman. Dengan demikian penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat dan hara dapat langsung terserap sehingga efeknya jelas terlihat.

Tanaman caisim merupakan tanaman sayuran yang banyak diusahakan karena selain digemari juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena mudah diusahakan dan harga yang relatif stabil (Hapsari, 2002). Sayuran ini juga cocok untuk negara-negara tropika dan menjadi lebih disukai atau populer. Umur caisim juga pendek hanya 22-27 hari setelah tanam (HST) dengan produktivitas 10 ton/ha (Williams, 1993).

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik cair pada produksi, kadar dan serapan hara (N, P dan K daun) serta efektivitas pemupukan yang dihitung berdasarkan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pada tanaman sayuran Caisim Bangkok varietas Tosakan di Latosol Dramaga.


(59)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Tanah Latosol

Di Indonesia, tanah Latosol umumnya berada pada ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut, di sekeliling kipas volkan dan kerucut volkan. Area Latosol umumnya beriklim basah dan tropikal, curah hujan antara 2500 mm sampai 7000 mm (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Latosol adalah tanah yang penyebarannya cukup luas di Indonesia. Tanah ini di antaranya dijumpai di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Daerah Darmaga memiliki ketinggian 220 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan memiliki curah hujan 3552 mm/tahun. Latosol coklat kemerahan Darmaga Bogor termasuk ke dalam order Inceptisols menurut sistem klasifikasi USDA, terletak pada zona fisiografi Bogor bagian barat, dengan bahan induk vulkanik kuarter berasal dari Gunung Salak (Yogaswara, 1977). Tanah Latosol Darmaga ini didominasi oleh tipe liat 1:1 (94%) pada horizon A (Hartono et al., 2005).

Latosol merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut, perbedaan horizon tidak jelas, dengan kandungan mineral primer dan hara rendah, pH rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organiknya relatif rendah, konsistensinya lemah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau kuning tergantung dari komposisi bahan induk, umur tanah, iklim dan elevasi (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Latosol adalah tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik (Hardjowigeno, 2003). Batas membedakan Latosol adalah berdasarkan warna horizon B seperti Latosol merah, Latosol kekuningan, Latosol coklat kemerahan, Latosol coklat (Subardja dan Buurman, 1990).

Kapasitas tukar kation tanah Latosol ini rendah, hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Tanah Latosol ini mempunyai kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan dan hara yang tersedianya rendah (Soepraptohardjo dan Suhardjo, 1978).


(1)

Tabel Lampiran 15, Analisis Ragam Kadar Hara P Bagian Akar Tanaman Caisim

Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit F,tabel

0,05 0,01

fk 6 7,88

Perlakuan 6 0,40 0,07 1,21 17,97 90,03

Galat 21 1,15 0,05

Total 27 9,42

Tabel Lampiran 16, Analisis Ragam Kadar Hara K Bagian Akar Tanaman Caisim

Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit F,tabel

0,05 0,01

fk 6 168,69

Perlakuan 6 2,00 0,33 1,83 17,97 90,03

Galat 21 3,84 0,18

Total 27 174,53

Tabel Lampiran 17, Analisis Ragam Serapan Hara N Bagian Daun Tanaman Caisim

Sumber

Keragaman Db JK RKJ F,hit F,tabel

0,05 0,01 fk 6 6522865,13

Perlakuan 6 188983,45 31497,24 17,49 3285* 4475** Galat 21 37827,40 1801,30 Total 27 6749675,97

Tabel Lampiran 18, Analisis Ragam Serapan Hara P Bagian Daun Tanaman

Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit F,tabel

0,05 0,01 fk 6 196279,03

Perlakuan 6 6690,94 1115,16 0,12 17,97 90,03 Galat 21 189588,09 9028,00 Total 27 226257,53


(2)

Tabel Lampiran 19, Analisis Ragam Serapan Hara K Bagian Daun Tanaman

Sumber

Keragaman db JK RKJ F,hit F,tabel

0,05 0,01 fk 6 2395585,24

Perlakuan 6 47690,67 7948,45 12,22 3082* 4320** Galat 21 13658,27 650,39 Total 27 2456934,18

* Pemberian kombinasi PO Cair + Pupuk Standar berpengaruh nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 5%

** Pemberian kombinasi PO Cair + Pupuk Standar berpengaruh sangat nyata terhadap parameter yang diujikan pada tanaman caisim dengan taraf nyata 1%


(3)

(4)

Gambar Lampiran 1, Perbedaan Pengaruh Perlakuan Pemupukan pada Pertumbuhan Tanaman Caisim


(5)

Gambar Lampiran 2, Perbandingan Keragaan Tanaman Caisim pada Beberapa Perlakuan Pupuk


(6)

29 17 3 34 32

23 20 15 35 33

13 10 5 7 24

2 9 30

16

27

18 28 22 19 14

21 26 31 8 11

25 6 1 12 4

--- --- Pintu Rumah Kaca