Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Latosol Dramaga, Bogor

PENGARUH PEMBERIAN TAKARAN PUPUK AMONIUM
SULFAT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, KADAR
DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
PADA LATOSOL DRAMAGA, BOGOR

YANI AGIAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian
Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan
Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Latosol Dramaga, Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Yani Agian
NIM A14100017

ABSTRAK
YANI AGIAN. Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap
Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.)
pada Latosol Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh LILIK TRI INDRIYATI dan
ARIEF HARTONO.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas pangan dan
alternatif hijauan pakan ternak yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia.
Adanya potensi pengolahan pascapanen dan usaha diversifikasi pangan,
mendorong pengembangan budidaya jagung lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian takaran pupuk nitrogen (ZA) yang optimal
bagi pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara tanaman jagung. Penelitian
ini dilakukan dalam percobaan lapang menggunakan Rancangan Acak Kelompok,

dengan delapan perlakuan, yaitu petak tanpa pemupukan (Kontrol), ZA Standar,
Urea Standar, dan ZA Uji dalam berbagai takaran pemberian (0.25 ZA, 0.50 ZA,
1.00 ZA, 1.50 ZA, dan 2.00 ZA). Masing-masing perlakuan dilakukan dalam tiga
kali ulangan. Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara N tertinggi dicapai oleh perlakuan
1.00 ZA, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainya
kecuali Kontrol dan 0.25 ZA. Persentase RAE tertinggi dicapai pada perlakuan
1.00 ZA, nilai RAE meningkat sebesar 35.03 % dari perlakuan ZA Standar.
Kata kunci: amonium sulfat, jagung, kadar hara, pertumbuhan, produksi

ABSTRACT
YANI AGIAN. Effect of Ammonium Sulfate Doses on Growth, Production, Plant
Nutrients Concentration and Nutrients Uptake of Maize (Zea mays L.) in Latosol
Dramaga, Bogor. Under Supervised by LILIK TRI INDRIYATI and ARIEF
HARTONO.
Maize (Zea mays L.) is one of food commodities and alternative forage that
has been cultivated in Indonesia for a long time. The potential for post-harvest
processing and food diversification encourage further development of maize
cultivation. The aim of this study was to determine the effective doses of nitrogen
fertilizer (ZA) application for growth, production, plant nutrients concentration

and nutrient uptake of maize. The study was conducted in an experiment field
using a Randomized Block Design, with eight treatments that were unfertilizer
plot (Control), ZA-Standard, Urea-Standard and ZA-Tests in different doses of
awarding (0.25 ZA, 0.50 ZA, 1.00 ZA, 1.50 ZA, 2.00 ZA). Each treatment was
performed in three replications. Results showed that the highest growth of plant,
maize production, N plant concentration and N uptake were achieved in treatment
of 1.00 ZA, although it was not statistically different compared with the other
treatments, except Control (unfertilizer plot) and 0.25 ZA treatment. The highest
percentage of RAE (Relative Agronomic Effectiveness) was achieved by 1.00 ZA
treatment, and its RAE value was increased up to 35.03% than ZA Standard.
Keywords: ammonium sulfate, growth, maize, plant nutrients concetration,
production

PENGARUH PEMBERIAN TAKARAN PUPUK AMONIUM
SULFAT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, KADAR
DAN SERAPAN HARA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
PADA LATOSOL DRAMAGA, BOGOR

YANI AGIAN


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap
Pertumbuhan, Produksi, Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung
(Zea mays L.) Pada Latosol Dramaga, Bogor
Nama
: Yani Agian
NIM
: A14100017


Disetujui oleh

Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc.
Pembimbing I

Dr Ir Arief Hartono, MSc.Agr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan,
penelitian dan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 hingga April 2014 ini ialah Pengaruh

Pemberian Takaran Pupuk Amonium Sulfat terhadap Pertumbuhan, Produksi,
Kadar dan Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Latosol Dramaga,
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat dan
motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Dr Ir
Arief Hartono, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan
dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Budi Nugroho, Msi. selaku dosen penguji atas kritik, saran dan
masukan dalam perbaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua dan adik tercinta atas doa, kasih sayang, dan materil
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini.
3. Seluruh staf University Farm Kebun Percobaan Cikabayan dan staf
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
4. Ardiya, Salimah, Eka, Lela, Elianah, Emi, Aliyah, Sugih dan Rizki atas
bantuan, motivasi dan semangat yang diberikan selama penelitian dan
penulisan skripsi.
5. Rekan-rekan MSL 47 atas kebersamaan dan dukungannya selama

perkuliahan dan penelitian.
6. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.

Bogor, Februari 2015
Yani Agian

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN


ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Alat dan Bahan Penelitian

2

Metode Penelitian

2

Prosedur Analisis Data

3

Pelaksanaan Percobaan

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


6

Karakteristik Latosol Dramaga

6

Karakteristik Pupuk Amonium Sulfat (ZA)

7

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap
Sifat Kima Tanah Setelah Panen

7

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadapTinggi dan Lingkar Batang Tanaman Jagung Hibrida

8


Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap
Kadar Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida
10
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap
Serapan Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida
11
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap
Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung Hibrida
11
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap
Bobot Basah dan Bobot Kering Tongkol Jagung serta Bobot Jagung Pipilan 12
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji terhadap
Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) pada Produksi Jagung Pipilan 14
KESIMPULAN DAN SARAN

15

Kesimpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Dosis Pupuk pada Masing-Masing Perlakuan
Sifat Kimia Latosol Dramaga Sebelum Percobaan
Hasil Analisis Pupuk Amonium Sulfat (ZA)
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap N-total, S-tersedia, dan pH Tanah Setelah Panen
5. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap Tinggi Tanaman Jagung
6. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap Lingkar Batang Tanaman Jagung
7. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap Kadar Hara Tanaman Jagung
8. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA
terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung pada 8 MST
9. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung pada 8 MST
10. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap Produksi Tanaman Jagung
11. Pengaruh pemberian pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA
terhadap persentase RAE (Relative Agronomic Effectiveness)

Uji
Uji
Uji
Uji
Uji
Uji
Uji
Uji

5
6
7
8
9
9
10
11
12
13
14

DAFTAR GAMBAR
1.
2.

Denah Petak Percobaan
Hubungan Pemberian Dosis Pupuk ZA Terhadap Bobot Jagung Pipilan

4
13

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil Analisis Latosol Dramaga Sebelum Percobaan
Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah Menurut Balittanah (2005)
Syarat Mutu Pupuk Amonium Sulfat (ZA) Menurut Badan Standarisasi
Nasional (2005)
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada N-total Tanah Setelah Panen
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada S-tersedia Tanah Setelah Panen
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada pH Tanah Setelah Panen

17
19
19
20
20
20

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 4 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 6 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 8 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, ZA Uji pada Tinggi Tanaman Jagung 10 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 4 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 6 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 8 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Lingkar Batang Tanaman Jagung 10 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara N
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Kadar Hara S
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Serapan Hara N
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji pada Serapan Hara S
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah Berangkasan Tanaman
Jagung pada 8 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Kering Berangkasan Tanaman
Jagung pada 8 MST
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah Tongkol Jagung dengan
Kelobot
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Basah Tongkol Jagung tanpa
Kelobot
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Kering Tongkol Jagung tanpa
Kelobot
Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea
Standar, dan ZA Uji terhadap Bobot Jagung Pipilan
Grafik Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Bulan September 2013Februari 2014
Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji
terhadap Pertumbuhan Jagung 4 MST
Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji
terhadap Pertumbuhan Jagung 6 MST

20
20
21
21
21
21
21
22
22
22
22
22
23
23
23
23
24
24
25
25
26

28. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar,
terhadap Pertumbuhan Jagung 8 MST
29. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar,
terhadap Pertumbuhan Jagung 10 MST
30. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar,
terhadap Produksi Tongkol Jagung Tanpa Kelobot
31. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar,
terhadap Produksi Jagung Pipilan

dan ZA Uji
dan ZA Uji
dan ZA Uji
dan ZA Uji

26
26
27
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu sumber pangan dan tanaman
untuk hijauan pakan ternak serta berperan penting dalam pembangunan ekonomi
(Li et al. 2010). Berdasarkan uraian dari BB-Pascapanen (2010), komponen
nutrisi terbesar dalam biji jagung adalah pati (54.1–71.7%) sedangkan kandungan
gulanya antara 2.6–12.0% tergantung jenis dan varietasnya. Menurut
Krisnamurthi (2010) dan Maflahah (2010), biji jagung dapat diekstrak menjadi
minyak, tepung maizena, glukosa, sirup, dekstrin, dan alkohol. Adapun tongkol
jagung dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung tongkol.
Berdasarkan target utama Kementrian Pertanian tahun 2010-2014,
swasembada berkelanjutan jagung diharapkan dapat tercapai, dimana sasaran
produksi jagung nasional yakni 29 juta ton pipilan kering (kenaikan rata-rata
10.02% per tahun). Mengacu pada target tersebut, diperlukan usaha peningkatan
produksi jagung. Salah satu usaha dalam peningkatan produksi jagung yakni
melalui intensifikasi pertanian, seperti pemberian pupuk saat kegiatan budidaya
berlangsung dan meningkatkan komposisi pertanaman jagung hibrida (Kementan
2011).
Budidaya jagung termasuk dalam sistem pertanian lahan kering yang
umumnya berkaitan erat dengan sistem pertanian pada tanah Latosol. Sebagai
tanah yang memiliki persebaran yang luas di Indonesia, Latosol memiliki potensi
dalam budidaya tanaman jagung. Ketersedian hara yang rendah dan pH tanah
tergolong masam pada Latosol, menyebabkan perlunya pemupukan guna
meningkatkan ketersedian unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan hara
tanaman.
Penambahan unsur hara melalui pemupukan perlu dilakukan apabila
kebutuhan unsur hara bagi tanaman belum tercukupi oleh ketersediaan hara dalam
tanah. Sebagai salah satu unsur hara, nitrogen (N) berfungsi sebagai komponen
utama protein, hormon, klorofil, vitamin dan enzim-enzim esensial untuk
kehidupan tanaman. Oleh sebab itu, N dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk
proses pertumbuhan tanaman (Munawar 2011). Leiwakabessy dan Sutandi (2004)
menguraikan berbagai macam pupuk nitrogen yang dikelompokan menurut
senyawa dasar pembentuknya, meliputi : (1) pupuk nitrogen bersenyawa dasar
amonium (anhidrus amonia, akua amonia, urea amonium nitrat, amonium sulfat,
amonium klorida, amonium nitrat, dan amonium nitrate limestone), (2) pupuk
nitrogen bersenyawa dasar nitrat (kalsium nitrat dan natrium nitrat), (3) pupuk
nitrogen bersenyawa dasar amida (urea dan kalsium sianamida).
Selanjutnya berdasarkan uraian Grant et al. (2012) unsur hara N dan S
merupakan komponen penting dari protein dan dalam persediaan yang memadai
dari kedua nutrisi penting tersebut berpengaruh untuk hasil panen yang optimal.
Adapun pupuk yang mengandung S yaitu gipsum (CaSO4.2H2O), kalium sulfat
(K2SO4), amonium sulfat ((NH4)2SO4), amonium tiosulfat ((NH4)2S2O3), dan
berbagai bentuk S-elemen.
Berdasarkan penelitian Islam (2012) terhadap tanaman chickpea (Cicer
arietinum), diketahui bahwa penggunaan amonium sulfat ((NH4)2SO4) lebih baik

2
sebagai sumber S daripada gipsum (CaSO4.2H2O) terhadap produksi biji chickpea
yang dihasilkan. Amonium sulfat merupakan pupuk yang mengandung 20-23% N
dan 24% S (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).
Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian mengenai pengaruh
pemupukan amonium sulfat terhadap pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan
hara pada tanaman jagung hibrida varietas Pertiwi-3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian takaran
pupuk amnonium sulfat (ZA) yang optimal bagi pertumbuhan, produksi, kadar
dan serapan hara N serta S tanaman jagung hibrida varietas Pertiwi-3 pada
Latosol, Dramaga.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2013 hingga April 2014.
Percobaan lapang dilaksanakan di University Farm Institut Pertanian Bogor,
Dramaga. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu peralatan untuk penanaman
benih jagung, pengamatan lapang, dan analisis tanah serta tanaman. Peralatan
analisis tanah dan tanaman meliputi tabung dan digestion block, alat destruksi NKjedahl, buret, tabung reaksi, spectrophotometry UV-VIS, pH meter, dan alat-alat
laboratorium lainnya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih jagung hibrida
varietas Pertiwi-3, pupuk ZA komersil yang diuji, pupuk ZA dan pupuk Urea
yang dijual di pasaran (sebagai ZA Standar dan Urea Standar), KCl, SP-36,
furadan serta bahan-bahan kimia untuk analisis hara tanah dan tanaman, yakni
NaOH, H2SO4, H3BO3, HNO3, HClO4, HCl, NH4OAc pH 4.8, BaCl2-Tween, dan
lainnya.
Metode Penelitian
Pengaruh amonium sulfat (ZA) terhadap pertumbuhan, produksi, kadar dan
serapan hara tanaman jagung hibrida varietas Pertiwi-3 dilakukan dengan cara
membandingkan pengaruh pemberian ZA Standar, Urea Standar, dan ZA yang
diuji berdasarkan rekomendasi dosis pupuk N yang sama, selanjutnya
membandingkan pengaruh pemberian ZA uji pada takaran yang berbeda.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan delapan perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri

3
dari tiga ulangan, sehingga terdapat 24 petak percobaan. Perlakuan tersebut antara
lain :
1. Kontrol
2. ZA Standar (ZA-STD)
3. Urea Standar (Urea-STD)
4. ZA uji 25 % (0.25 ZA)
5. ZA uji 50 % (0.50 ZA)
6. ZA uji 100% (1.00 ZA)
7. ZA uji 150% (1.50 ZA)
8. ZA uji 200% (2.00 ZA)
Adapun rekomendasi dosis pupuk standar untuk jagung hibrida yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 135 kg N/ha (setara 300 kg/ha pupuk urea
atau 642.86 kg/ha ZA), 54 kg P2O5/ha (setara 150 kg/ha pupuk SP-36), dan 90 kg
K2O/ha (setara 150 kg/ha pupuk KCl).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi sifat kimia tanah setelah
panen, pertumbuhan jagung (tinggi dan lingkar batang tanaman) pada 4, 6, 8, dan
10 MST (Minggu Setelah Tanam), produksi tanaman (bobot berangkasan tanaman
bagian atas pada 8 MST, bobot basah tongkol dengan kelobot, bobot basah dan
kering tongkol tanpa kelobot, serta bobot jagung pipilan), kadar dan serapan hara
N serta S tanaman jagung pada 8 MST.
Prosedur Analisis Data
Percobaan yang dilaksanakan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) selanjutnya dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada
selang kepercayaan α=5%. Apabila perlakuan terhadap parameter berpengaruh
nyata maka selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf α=5% menggunakan software SAS for windows ver. 9.1. Model
matematika umum yang digunakan yakni sebagai berikut :
Yij = μ + βj+τi+εij
Keterangan:
Yij
= pengamatan pada perlakuan pemberian pupuk ZA Standar, Urea
Standar, ZA Uji ke-i dan blok ke-j
μ
= nilai tengah populasi
βj
= pengaruh blok ke-j
τi
= pengaruh perlakuan pemberian pupuk ZA Standar, Urea Standar
dan ZA Uji ke-i
εij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan pemberian pupuk ZA
Standar,Urea Standar, ZA Uji ke-i dan blok ke-j
Blok = I, II, dan III
ZA Uji = 0.25 ZA, 0.50 ZA, 1.00 ZA, 1.50 ZA, dan 2.00 ZA

4
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan Lapang
Pengolahan awal pada lahan dilakukan sebelum penanaman benih jagung
hibrida. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor, selanjutnya
dibuat petakan percobaan dengan ukuran 3 m x 4 m sebanyak 24 satuan petak
yang terdiri dari delapan perlakuan dengan tiga ulangan. Berikut ini denah petak
percobaan yang tertera dalam Gambar 1.

Gambar 1. Denah Petak Percobaan
Pengambilan contoh tanah dilakukan sebelum pengapuran lahan untuk
analisis tanah awal, selanjutnya masing-masing petak diberikan kapur dengan
dosis 1.2 kg/petak atau setara dengan 1 t/ha, dan dilakukan inkubasi lahan selama
± 1 minggu. Penanaman dilakukan setelah inkubasi lahan dengan cara ditugal
pada jarak 75 cm x 40 cm, dan setiap lubang ditanami dua benih.
Adapun pemberian pupuk dasar (SP-36 dan KCl), ZA Standar, Urea Standar,
dan ZA uji dilakukan dengan membuat dua lubang pupuk disisi kanan dan kiri
lubang tanam, lubang pertama diisi pupuk SP-36, dan lubang kedua diisi pupuk
KCl dan Urea ataupun pupuk ZA (standar atau uji).
Pemupukan diberikan dua kali yaitu masing-masing setengah dosis saat
tanam dan pada umur tanaman 18 HST (Hari Setelah Tanam). Adapun pupuk
yang diberikan setengah dosis saat tanam dan umur tanaman 18 HST yaitu ZA
Standar, Urea Standar, ZA uji dan KCl. Pupuk SP-36 diberikan seluruhnya saat
tanam sebanyak 180 g/petak, namun adanya gejala defisiensi fosfor (P) pada
tanaman, maka dilakukan pemberian tambahan pupuk SP-36 sebanyak setengah
dosis dari dosis awal. Pemupukan kedua dilakukan dengan membuat alur pupuk
yang berjarak ± 5 cm dari lubang tumbuh tanaman. Dosis ZA Standar, Urea
Standar, ZA uji, KCl, dan SP-36 untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Dosis Pupuk pada Masing-Masing Perlakuan
ZA-STD
Urea-STD
ZA-Uji
KCl
SP-36
Perlakuan
.................................................g/petak..........................................
Kontrol
0
0
0
180
270
ZA-STD
771.4
0
0
180
270
Urea-STD
0
360
0
180
270
0.25 ZA
0
0
192.9
180
270
0.50 ZA
0
0
385.7
180
270
1.00 ZA
0
0
771.4
180
270
1.50 ZA
0
0
1157.1
180
270
2.00 ZA
0
0
1542.8
180
270
Selama percobaan lapang dilakukan pemeliharaan tanaman, meliputi
penyulaman, pembumbunan, penyiraman, dan penyiangan dari gulma.
Penyulaman dilakukan pada umur 7-10 HST dengan cara mengganti benih jagung
baru pada lubang tanam yang tidak tumbuh. Pembumbunan dilakukan pada saat
umur tanaman mencapai 26 HST. Penyiraman dilakukan berdasarkan kondisi
cuaca, apabila selama beberapa hari tidak turun hujan, maka tanaman disiram
setiap tiga hari sekali. Penyiangan dilakukan satu hingga tiga kali selama
penanaman jagung tergantung kondisi gulma. Penyiangan dilakukan sampai umur
tanaman 12 MST.
Pemanenan tanaman jagung dilakukan pada umur 101 HST ketika tongkol
jagung sudah masak fisiologis. Tongkol jagung dipisahkan dari batang jagung dan
ditimbang, selanjutnya dikeringkan di rumah kaca selama 14 hari hingga kering
dan mudah dipipil, kemudian ditimbang tongkol jagung kering dan hasil jagung
pipilan.
Pertumbuhan tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman dan lingkar batang
tanaman pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST dari sepuluh tanaman contoh per petak.
Pengamatan terhadap produksi tanaman meliputi bobot berangkasan tanaman
bagian atas pada 8 MST, bobot basah tongkol dengan kelobot dan tanpa kelobot,
bobot kering tongkol tanpa kelobot, serta bobot jagung pipilan.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis
tanah dan tanaman. Analisis tanah terdiri dari dua tahap yakni analisis tanah
sebelum dan sesudah percobaan lapang. Analisis tanah sebelum percobaan lapang
dilakukan berdasarkan sifat kimia secara umum. Analisis tanah sesudah percobaan
lapang dilakukan berdasarkan analisis N-total (metode Kjeldahl) dan S-tersedia
(NH4OAc pH 4.8). Analisis tanaman meliputi kadar hara nitrogen (N) dan
belerang (S). Penetapan kadar hara N dilakukan berdasarkan metode Kjedahl dan
kadar hara S ditetapkan berdasarkan metode pengabuan basah dengan larutan
pengekstrak HNO3 dan HClO4, terhadap contoh daun ke-3,-4,-5 dan -6 dari tiga
tanaman jagung umur 8 MST yang sudah ditimbang, dioven pada suhu 60ºC
selama ± 3 hari dan dihaluskan.

6
Analisis RAE (Relative Agronomic Effectiveness)
Penilaian efektivitas pupuk ZA uji yang digunakan dalam penelitian,
dilakukan dengan metode perhitungan RAE (Relative Agronomic Effectiveness).
Adapun rumus perhitungan RAE yaitu sebagai berikut :
RAE (%) =

��

��

� �� � �

� �� � �

� �� � �
� �� �

� − ��

��− ��

� �� � �

� �� � �

� �

� �





×

%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Latosol Dramaga
Sifat kimia Latosol Dramaga sebelum dilakukan percobaan disajikan pada
Tabel 2. Berdasarkan kriteria hasil analisis tanah Balittanah (2005) (Lampiran 2),
Latosol Dramaga memiliki nilai pH tergolong masam dengan kadar N-total, Corganik, P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd, KTK, KB yang rendah dan
kejenuhan aluminium pada kriteria sedang. Hardjowigeno (1993) menyatakan
bahwa Latosol merupakan tanah yang sangat tercuci sehingga kandungan unsur
hara rendah dan pH berkisar 4.5-5.5. Kandungan unsur hara yang rendah pada
tanah menyebabkan perlunya pemberian pupuk saat kegiatan budidaya
berlangsung. Selain itu, pemberian kapur juga diperlukan untuk memperbaiki
reaksi tanah dan meningkatkan daya sangga tanah. Menurut Hardjoloekito (2009),
pemberian kapur pada lahan bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah bereaksi
masam sehingga cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian kapur dapat
mempengaruhi pH tanah, keadaan hara tanah dan mengurangi pengaruh unsur
toksik yang dapat meracuni tanaman. Peningkatan pH menjadikan unsur hara
dalam tanah lebih tersedia bagi tanaman. Pengapuran berdasarkan dosis yang
sesuai mampu meningkatkan serapan hara dan produksi tanaman (Ispandi dan
Munip 2005).
Tabel 2. Sifat Kimia Latosol Dramaga Sebelum Percobaan
Unsur Kimia
Satuan
Hasil Analisis Kriteria Balittanah (2005)
pH (H2O) 1:1
4.60
Masam
C-Organik
%
1.55
Rendah
N-total
%
0.14
Rendah
ppm
P-tersedia (Bray-1)
5.60
Rendah
Ca-dd
cmol(+) kg-1
2.60
Rendah
Mg-dd
cmol(+) kg-1
0.72
Rendah
K-dd
cmol(+) kg-1
0.23
Rendah
Na-dd
cmol(+) kg-1
0.22
Rendah
-1
cmol(+) kg
KTK
14.28
Rendah
KB
%
26.40
Rendah
-1
cmol(+) kg
Al-dd
3.60
Kejenuhan Aluminium
%
18.40
Sedang

7
Karakteristik Pupuk Amonium Sulfat (ZA)
Berdasarkan Kemenperin (2013) syarat mutu pupuk amonium sulfat tertera
dalam SNI 02-1760-2005 yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional
(2005). Mengacu pada syarat mutu yang ditetapkan (Lampiran 3), pupuk
amonium sulfat yang digunakan cukup memenuhi persyaratan minimum dengan
N-total, S-total, asam bebas, dan kadar air masing masing sebesar (21.02 %),
(23.35%), (0.19%), dan (0.08%). Hasil analisis pupuk amonium sulfat disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Pupuk Amonium Sulfat (ZA)
Persyaratan BSN
No.
Uraian
Satuan
Kadar
(2005)
1.
Kadar nitrogen
%
21.02
Min. 20.8
2.
Kadar belerang
%
23.35
Min. 23.8
3.
Asam bebas
%
0.19
Maks. 0.1
4.
Kadar air
%
0.08
Maks. 1.0
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Sifat Kima Tanah Setelah Panen
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen tidak
berpengaruh nyata terhadap N-total tanah (Lampiran 4). Tabel 4 menunjukkan
bahwa secara umum adanya perlakuan pupuk tidak berpengaruh terhadap hasil
rataan N-total tanah setelah panen, tetapi cenderung terjadi peningkatan N-total
dibandingkan dengan N-total tanah sebelum percobaan. Peningkatan dosis pupuk
yang tidak diikuti peningkatan N-total tanah dapat disebabkan penyerapan N oleh
tanaman jagung selama musim tanam. Kebutuhan N dalam jumlah besar
diperlukan untuk proses pertumbuhan hingga tanaman berproduksi (Munawar
2011; Grant et al. 2012). Terjadinya proses pencucian (leaching) dan aliran
permukaan (run off) pada lahan turut mengurangi ketersediaan N di dalam tanah.
Anderson et al. (2014) menyebutkan bahwa kehilangan N dalam tanah meliputi
pencucian nitrat (NO3-) dari permukaan tanah ke lapisan tanah yg lebih dalam.
Kehilangan nitrat (NO3-) akan semakin meningkat seiring peningkatan aplikasi
pupuk berbasis nitrogen (Aparicio et al. 2008).
Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian pupuk nitrogen tidak
berpengaruh nyata terhadap S-tersedia tanah setelah panen (Lampiran 5). Tabel 4
menunjukkan bahwa secara umum S-tersedia relatif meningkat dengan pemberian
pupuk, terutama pada perlakuan dosis ZA. Perlakuan ZA Standar lebih
meningkatkan S-tersedia tanah dibanding 1.00 ZA pada dosis rekomendasi yang
sama. Sama halnya dengan N-total, peningkatan takaran pupuk yang diberikan
tidak meningkatkan S-tersedia tanah. Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan S
oleh tanaman maupun proses pencucian. Proses pencucian berpotensi sebagai
salah satu penyebab berkurangnya ketersediaan S dari sistem tanah, sehingga
unsur hara S dari pupuk maupun degradasi bahan organik oleh mikroba akan
tercuci ketika air bergerak vertikal ke bawah profil tanah (Ercoli et al. 2012;
Sawyer and Barker 2002).

8
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap N-total, S-tersedia, dan pH Tanah Setelah Panen
N-total
S-tersedia
Perlakuan
pH
(%)
(ppm)
Kontrol
0.20 a
33.33 a
4.70 a
ZA-STD
0.19 a
46.26 a
4.72 a
Urea-STD
0.25 a
40.82 a
4.71 a
0.25 ZA
0.21 a
44.90 a
4.75 a
0.50 ZA
0.21 a
44.90 a
4.73 a
1.00 ZA
0.20 a
42.18 a
4.74 a
1.50 ZA
0.19 a
44.22 a
4.44 b
2.00 ZA
0.20 a
35.37 a
4.52 ab

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil analisis lanjut terhadap nilai pH tanah menunjukkan bahwa hanya
pada perlakuan 1.50 ZA, berbeda nyata terhadap perlakuan Kontrol dan perlakuan
yang lainnya, kecuali dengan perlakuan 2.00 ZA tidak berbeda nyata (Tabel 4).
Semakin meningkatnya dosis ZA yang diberikan, nilai pH tanah cenderung
semakin menurun. Penurunan nilai pH tanah pada pemberian pupuk ZA yang
semakin meningkat disebabkan oleh kandungan amonium dalam pupuk ZA.
Menurut Kennedy (1992), pupuk yang mengandung amonium dapat
menyebabkan kemasaman di dalam tanah, karena ion amonium akan teroksidasi
(proses nitrifikasi). Pendapat ini diperkuat oleh uraian Camberato et al. (2012),
bahwa pupuk S seperti S-elemen, amonium thiosulfat, dan amonium sulfat dapat
menurunkan pH tanah. Perubahan dari amonium menjadi nitrat merupakan
pemicu kemasaman tanah pada penggunaan pupuk amonium sulfat. Berikut ini
reaksi perubahan amonium sulfat di dalam tanah :
(NH4)2SO4 + 4O2

2NO3- + 4H+ + SO42- + H2O

Reaksi pupuk ZA dalam tanah yang menghasilkan H+ inilah yang
menyebabkan pemasaman tanah, sedangkan NO3- dan SO42- diserap oleh tanaman.
Selain diserap oleh tanaman, S dalam bentuk SO42-, juga mengakibatkan
penururunan pH tanah. Hal ini disebabkan oleh SO42-, mampu membentuk asam
kuat jika bereaksi dengan H+ di dalam tanah.
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadapTinggi dan Lingkar Batang Tanaman Jagung Hibrida
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk
berpengaruh nyata terhadap rataan tinggi tanaman jagung 4, 6, 8, dan 10 MST
(Lampiran 7, 8, 9, dan 10). Berdasarkan rataan tinggi tanaman mulai dari 4 MST
hingga 10 MST, secara umum menunjukkan penambahan tinggi tanaman.
Peningkatan dosis ZA mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman hingga
mencapai umur 10 MST. Pada umur 10 MST, perlakuan 1.00 ZA nyata
meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan ZA Standar dan Urea Standar.
Berikut ini hasil uji lanjut terhadap rataan tinggi tanaman disajikan dalam Tabel 5.

9
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Tinggi Tanaman Jagung
Rataan Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
Kontrol
35.69 c
60.52 c
84.96 c
118.57 c
ZA-STD
49.09 ab
86.63 ab
119.74 ab
156.00 ab
Urea-STD
42.00 bc
76.41 bc
107.93 abc
142.78 abc
0.25 ZA
44.16 abc
76.51 bc
104.43 bc
133.09 bc
0.50 ZA
47.33 ab
86.92 ab
119.08 ab
154.50 ab
1.00 ZA
55.14 a
96.07 a
132.24 a
165.01 a
1.50 ZA
42.73 bc
79.13 ab
113.21 ab
150.38 ab
2.00 ZA
49.55 ab
86.76 ab
120.97 ab
159.19 ab

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Pupuk ZA dan Urea merupakan pupuk nitrogen. Munawar (2011)
menjelaskan bahwa nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, peningkatan
produksi biji dan buah, dan meningkatkan kualitas daun dan pakan ternak. Hal ini
didukung oleh pendapat Szulc et al. (2012) yang menjelaskan bahwa di antara
sekian unsur hara, nitrogen menentukan ukuran yang dihasilkan pada masa
vegetatif dan hasil pipilan jagung secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara N bagi
tanaman selama masa tanam agar tercapai pertumbuhan dan hasil produksi secara
optimal. Berikut ini hasil uji lanjut terhadap rataan lingkar batang tanaman jagung
tersaji dalam Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Lingkar Batang Tanaman Jagung
Rataan Lingkar Batang Tanaman (cm)
Perlakuan
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
Kontrol
1.85 b
2.60 b
3.50 b
3.80 a
ZA-STD
2.86 a
4.30 a
5.01 a
5.37 a
Urea-STD
2.46 ab
3.74 a
4.55 a
4.79 a
0.25 ZA
2.85 a
3.69 a
4.49 a
4.76 a
0.50 ZA
2.97 a
4.16 a
4.95 a
5.44 a
1.00 ZA
3.21 a
4.86 a
5.30 a
5.68 a
1.50 ZA
2.58 ab
3.67 a
4.61 a
4.94 a
2.00 ZA
2.76 a
4.23 a
4.97 a
5.40 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Berdasarkan hasil analisis ragam, pemberian pupuk nitrogen nyata
meningkatkan pertumbuhan lingkar batang tanaman pada 4, 6, dan 8 MST
(Lampiran 11, 12, 13, dan 14). Hasil rataan menunjukkan mulai umur tanaman 4
MST hingga 10 MST, terjadi penambahan lingkar batang tanaman. Hasil uji lanjut
pada Tabel 6, menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk ZA secara umum
meningkatkan pertumbuhan lingkar batang tanaman. Rataan lingkar batang
tanaman 6 MST dan 8 MST menunjukkan semua perlakuan nyata memacu
pertumbuhan tanaman dibanding Kontrol, meskipun pertumbuhan lingkar batang

10
antar perlakuan relatif sama. Ketika tanaman berumur 10 MST, pertumbuhan
lingkar batang tertinggi dicapai pada perlakuan 1.00 ZA.
Secara umum hasil rataan tinggi dan lingkar batang tanaman jagung pada
takaran ZA lebih dari dosis yang dianjurkan menunjukkan bahwa capaian
pertumbuhan tidak melebihi dari perlakuan 1.00 ZA sebagai dosis rekomendasi.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa penambahan pupuk melebihi dosis
rekomendasi tidak selalu menghasilkan capaian pertumbuhan yang lebih baik.
Terkait dengan keberadaan unsur N dalam tanah, Lu et al. (2010) dan Aparicio et
al. (2008) menjelaskan bahwa pemberian N pada dosis yang tinggi mengakibatkan
hilangnya N secara berlebihan, sehingga penambahan unsur hara melalui pupuk
kurang optimal diserap oleh tanaman akibat tercucinya N dari sistem perakaran
tanaman.
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Kadar Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N nyata
meningkatkan kadar hara N dan S tanaman jagung (Lampiran 15 dan 16).
Berdasarkan hasil uji lanjut yang tertera dalam Tabel 7, perlakuan dosis ZA
terhadap kadar hara N secara umum tidak berbeda nyata diantara perlakuan lain,
tetapi relatif lebih tinggi daripada Kontrol, kecuali perlakuan 0.25 ZA dan 0.50
ZA. Kadar hara paling tinggi dicapai pada perlakuan 2.00 ZA. Hasil rataan kadar
hara pada takaran rekomendasi pupuk yang sama, perlakuan 1.00 ZA memiliki
nilai kadar hara N cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ZA Standar dan
Urea Standar. Hal ini sesuai dengan penjabaran Epstein (1972) bahwa rata-rata
kadar hara N dalam tanaman berkisar 1.50%. Kadar hara N tanaman yang relatif
lebih tinggi menunjukkan tanaman responsif terhadap pemupukan N.
Tabel 7. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Kadar Hara Tanaman Jagung
N
S
Perlakuan
............................................%............................................
Kontrol
1.26 c
0.17 b
ZA-STD
2.08 a
0.28 b
Urea-STD
1.92 ab
0.21 b
0.25 ZA
1.36 bc
0.12 b
0.50 ZA
1.60 abc
0.15 b
1.00 ZA
2.13 a
0.21 b
1.50 ZA
1.98 ab
0.41 b
2.00 ZA
2.23 a
2.03 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 7, kadar hara S pada 2.00 ZA nyata
lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan pada dosis rekomendasi
yang sama antara ZA Standar dan 1.00 ZA, kadar relatif sama. Menurut
Camberato et al. (2012), defisiensi S pada tanaman dapat terjadi apabila
kandungan S dalam jaringan kurang dari 0.12% dan rasio N:S lebih besar dari
20:1. Jika S dalam jaringan tanaman lebih besar dari 0.20% dan rasio N:S kurang
dari 12:1, maka kebutuhan tanaman terhadap belerang dapat tercukupi.

11
Berdasarkan uraian tersebut, secara umum hasil rataan kadar hara S pada
perlakuan maupun Kontrol menunjukkan bahwa ketersediaan S memenuhi
kebutuhan tanaman.
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Serapan Hara N dan S Tanaman Jagung Hibrida
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N nyata
meningkatkan serapan hara N dan S tanaman jagung pada 8 MST (Lampiran 17
dan 18). Perlakuan dosis ZA terhadap serapan N secara umum tidak berbeda nyata
diantara perlakuan lain, tetapi relatif lebih tinggi daripada Kontrol, kecuali
perlakuan 0.25 ZA. Berdasarkan hasil rataan serapan hara pada takaran
rekomendasi pupuk yang sama, perlakuan 1.00 ZA memiliki nilai serapan hara N
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ZA Standar dan Urea Standar,
bahkan bila dibandingkan dengan takaran pemberian pupuk yang lebih tinggi
seperti 1.50 ZA dan 2.00 ZA (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Standar, ZA Standar, dan ZA Uji
terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung pada 8 MST
Serapan Hara Daun Tanaman (g/tanaman)
Perlakuan
N
S
Kontrol
0.12 c
0.01 b
ZA-STD
0.75 a
0.07 b
Urea-STD
0.57 ab
0.08 b
0.25 ZA
0.36 bc
0.03 b
0.50 ZA
0.51 ab
0.04 b
1.00 ZA
0.84 a
0.08 b
1.50 ZA
0.52 ab
0.05 b
2.00 ZA
0.79 a
0.72 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 8, serapan hara S pada 2.00 ZA
nyata lebih tinggi daripada perlakuan lainnya, sedangkan pada dosis rekomendasi
yang sama antara ZA Standar dan 1.00 ZA, nilai serapan relatif sama. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman responsif terhadap belerang pada pemberian pupuk
yang cenderung lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan. Secara umum nilai
serapan hara tanaman pada 8 MST dapat mengindikasikan seberapa efektif dosis
pupuk yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Selain itu, nilai
serapan hara mencerminkan capaian pertumbuhan tanaman hingga masa vegetatif
maksimum (8 MST) dan gambaran potensi produksi tanaman. Tanaman jagung
yang memiliki nilai serapan yang sesuai kecukupan hara diharapkan mampu
menghasilkan produksi secara maksimal.
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung Hibrida
Berdasarkan analisis ragam perlakuan pemberian pupuk nyata
meningkatkan rataan bobot berangkasan atas tanaman dibanding Kontrol
(Lampiran 19 dan 20). Hasil uji lanjut (Tabel 9), menunjukkan bahwa pada dosis

12
rekomendasi pupuk N yang sama antara ZA Standar, Urea Standar, dan 1.00 ZA,
rataan bobot berangkasan basah dan kering tanaman tertinggi dicapai perlakuan
1.00 ZA. Secara umum, peningkatan aplikasi ZA, turut meningkatkan rataan
bobot berangkasan basah dan kering tanaman. Perolehan rataan bobot
berangkasan basah dan kering tanaman pada dosis pemberian pupuk yang lebih
tinggi dari dosis rekomendasi (1.50 dan 2.00 ZA) relatif lebih rendah daripada
perlakuan 1.00 ZA.
Tabel 9. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Bobot Berangkasan Atas Tanaman Jagung pada 8 MST
Bobot Basah
Bobot Kering
Perlakuan
Berangkasan Atas
............................g/tanaman......................
Tanaman
Kontrol
55.29 c
9.41
c
ZA-STD
193.81 ab
33.53 ab
Urea-STD
177.51 ab
29.54 ab
0.25 ZA
137.58 b
25.28 b
0.50 ZA
176.52 ab
29.84 ab
1.00 ZA
228.97 a
38.89 a
1.50 ZA
184.62 ab
28.48 ab
2.00 ZA
219.89 a
35.39 ab

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering Tongkol Jagung serta Bobot
Jagung Pipilan
Berdasarkan hasil analisis ragam, secara umum perlakuan pupuk nyata
meningkatkan rataan produksi jagung dibandingkan Kontrol (Lampiran 21, 22, 23,
dan 24). Menurut hasil uji lanjut, semua perlakuan kecuali 0.25 ZA dan 0.50 ZA,
nyata terhadap peningkatan produksi jagung dibanding Kontrol (Tabel 10).
Peningkatan dosis ZA cenderung meningkatkan rataan produksi jagung
dibandingkan Kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan ketersediaan
N dan S di dalam tanah dapat memacu produksi jagung. Sesuai dengan uraian
Szulc et al. (2012) unsur hara N menentukan produksi pipilan jagung secara
maksimal. Grant et al. (2012) menambahkan bahwa unsur hara N dan S
merupakan komponen penting dari protein dan dalam persediaan yang memadai
dari kedua nutrisi penting tersebut berpengaruh untuk hasil panen yang optimal.
Dosis pemberian pupuk N yang sama, 1.00 ZA cenderung lebih besar
meningkatkan produksi jagung daripada ZA Standar dan Urea Standar (Tabel 10).
Berdasarkan hasil rataan bobot basah tongkol jagung dengan kelobot dan tanpa
kelobot, 2.00 ZA menghasilkan rataan bobot paling tinggi, selanjutnya
berdasarkan hasil rataan bobot kering tongkol jagung tanpa kelobot dan bobot
jagung pipilan utuh, rataan bobot tertinggi dicapai pada dosis perlakuan 1.00 ZA.
Perbedaan hasil antara bobot basah dengan bobot kering diakibatkan beberapa
hari menjelang panen terjadi hujan lebat sehingga saat panen tongkol jagung
masih basah. Berdasarkan data curah hujan bulanan oleh BMKG (2014), pada
bulan Januari curah hujan mencapai 703.8 mm (Lampiran 25). Menurut Arief dan

13
Murni (2008) permasalahan akan timbul bila waktu panen berlangsung pada saat
curah hujan masih tinggi, sehingga kadar air biji cukup tinggi karena penundaan
pengeringan akan menyebabkan penurunan kualitas hasil biji jagung.
Tabel 10. Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Produksi Tanaman Jagung
Rataan Produksi Jagung (t/ha)
Bobot Basah
Bobot Basah
Bobot Kering Bobot Jagung
Perlakuan
Tongkol dengan Tongkol tanpa Tongkol tanpa
Pipilan
Kelobot
Kelobot
Kelobot
Kontrol
2.86 c
2.15 b
1.03 b
0.83 b
ZA-STD
7.81 ab
5.83 a
3.36 a
2.60 a
Urea-STD
8.26 ab
6.19 a
3.38 a
2.73 a
0.25 ZA
3.33 c
2.31 b
1.16 b
0.91 b
0.50 ZA
6.00 bc
4.69 ab
2.61 ab
2.09 ab
1.00 ZA
9.33 ab
7.13 a
4.03 a
3.22 a
1.50 ZA
7.84 ab
6.15 a
3.37 a
2.72 a
2.00 ZA
9.93 a
7.43 a
3.87 a
3.06 a

Jagung Pipilan (kg/ha)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf nyata 0.05 (α=5%) dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

4000
3000
2000

y = -0.0025x2 + 4.9805x + 627.23
R² = 0.8901

1000
0

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Dosis ZA (kg/ha)

Gambar 2. Hubungan Pemberian Dosis Pupuk ZA Terhadap Bobot Jagung
Pipilan
Hubungan pemberian dosis pupuk ZA terhadap bobot jagung pipilan yang
dihasilkan tertera pada Gambar 2. Berdasarkan nilai R2 yang diperoleh (Gambar
2), diketahui bahwa sebesar 89% pemberian ZA Uji, menentukan bobot jagung
pipilan yang dihasilkan. Berdasarkan persamaan Y = -0.0025x2 + 4.9805x +
627.23, dapat diketahui bahwa dosis maksimum pemberian pupuk ZA adalah
sebesar 996.10 kg/ha untuk memperoleh produksi maksimum sebesar 3107.77
kg/ha jagung pipilan. Produksi maksimum tersebut masih berada di bawah ratarata hasil jagung hibrida varietas Pertiwi-3 sebesar ±9400 kg/ha pipilan kering dan
potensial hasil yang mencapai ±13730 kg/ha pipilan kering (Balitsereal 2013). Hal
tersebut disebabkan oleh penurunan kualitas biji jagung akibat pembusukan pada
tongkol jagung saat panen oleh cendawan selama proses pengeringan hingga
pemipilan. Pembusukan pada tongkol jagung dapat disebabkan oleh beberapa
cendawan seperti Fusarium sp., Diplodia sp., dan Giberella sp. (Balitsereal 2012).
Berdasarkan pengamatan morfologi beberapa tongkol jagung yang mengalami

14
pembusukan selama proses pengeringan, menunjukkan bahwa ujung tongkol dan
permukaan biji jagung berwarna merah hingga merah kecoklatan. Gejala visual
pada bagian yang terserang Fusarium sp. dicirikan dengan adanya kumpulan
miselia pada bagian tongkol berwarna merah jambu (pink) hingga coklat atau
dominan warna keputih-putihan (Balitsereal 2012; Pakki 2005).
Selain serangan jamur pada tongkol jagung, rendahnya hasil jagung pipilan
juga disebabkan belum maksimalnya produksi tongkol jagung. Hal ini diduga
berkaitan dengan rendahnya bahan organik tanah berdasarkan nilai C-organik.
Berdasarkan kriteria hasil analsis tanah menurut Balittanah (2005), nilai Corganik tanah Latosol tergolong rendah (Lampiran 2). Rendahnya bahan organik
tanah tidak diimbangi oleh penambahan bahan organik saat kegiatan budidaya
berlangsung diduga menyebabkan capaian produksi yang belum maksimal. Selain
pemberian pupuk secara kimiawi, penambahan bahan organik ke dalam tanah juga
diperlukan selama kegiatan budidaya berlangsung. Kandungan hara yang lengkap
pada bahan organik dan kemampuannya dalam memacu perbaikan kondisi tanah.
Hal ini berkaitan dengan fungsi bahan organik yaitu meningkatkan aktivitas
organisme tanah, memperbaiki aerasi dan agregat tanah, meningkatkan
ketersediaan hara, mencegah berkembangnya hama-penyakit tular tanah sehingga
kesuburan dan produktivitas tanah meningkat (Subowo 2010).
Pengaruh Pemberian Pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap Nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) pada Produksi
Jagung Pipilan
Perhitungan nilai RAE (Relative Agronomic Effectiveness) dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif pemberian pupuk ZA Uji terhadap hasil rataan
jagung pipilan, dibanding perlakuan pupuk standar pasaran (ZA Standar), dan
pupuk Urea. Berdasarkan hasil perhitungan RAE (Tabel 11), diketahui bahwa
pemberian ZA Uji meningkatkan hasil jagung pipilan dibanding perlakuan ZA
Standar, kecuali pemberian ZA Uji pada dosis yang lebih rendah daripada dosis
anjuran pupuk ZA untuk tanaman jagung (0.25 ZA dan 0.50 ZA). Peningkatan
persentase RAE tertinggi dicapai pada perlakuan 1.00 ZA sebesar 35.03 % dari
perlakuan ZA Standar. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi ZA Uji pada dosis
pupuk yang sama dengan ZA Standar lebih efektif meningkatkan rataan hasil
jagung pipilan. Pengaruh perlakuan terhadap persentase RAE jagung pipilan
disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk ZA Standar, Urea Standar, dan ZA Uji
terhadap persentase RAE (Relative Agronomic Effectiveness)
Perlakuan
ZA-STD (Standar)
Urea-STD
0.25ZA
0.50ZA
1.00 ZA
1.50 ZA
2.00 ZA

RAE (%)
100.00
107.34
4.52
71.19
135.03
106.78
125.99

15

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan 1.00 ZA, 1.50 ZA, dan 2.00 ZA nyata meningkatkan
pertumbuhan, produksi, kadar dan serapan hara N serta S tanaman jagung
dibanding kontrol.
2. Perlakuan 1.00 ZA nyata meningkatkan pertumbuhan, produksi, kadar
dan serapan hara N tanaman jagung dibandingkan dengan ZA Standar dan
Urea Standar pada dosis rekomendasi pupuk N yang sama.
3. Pada takaran pupuk yang sama, nilai RAE perlakuan 1.00 ZA lebih efektif
daripada perlakuan ZA Standar.
Saran
Perlu adanya penelitian lanjut mengenai aplikasi pupuk ZA pada tanaman
yang berbeda, tanah yang ber-pH lebih tinggi, dan perbandingan perlakuan
dengan aplikasi pupuk N maupun pupuk S yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson TR, Goodale CL, Groffman PM, and Walter MT. 2014. Assessing
denitrification form seasonally saturated soils in an agricultural landcape:
A farm-scale mass-balance approach. Agric Ecosys and Environ. 189:6069. New York (US).
Aparicio V, Costa JL, and Zamora M. 2008. Nitrate leaching assessment in a
long-term experiment under supplementary irrigation in humid Argentina.
Agric Water Manage. 95:1361-1372. Argentina (AR).
Arief RW dan Murni AM. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Lampung (ID):
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Curah Hujan
Bulanan dan Hari Hujan (September 2013- Februari 2014). Bogor (ID):
BMKG.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. Pupuk Amonium Sulfat. Jakarta (ID):
BSN.
[BB-Pascapanen] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen
Pertanian. 2010. Teknik Pengolahan Jagung Menjadi Beras Jagung.
Informasi Ringkas : Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia.
Jakarta (ID).
[Balitsereal] Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2012. Busuk Tongkol. Database
Hama Penyakit Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. [internet]. [diakses pada 21 Feb
2015]. Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/. Maros
(ID): Balitsereal.

16
[Balitsereal] Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2013. Deskripsi Varietas Unggul
Jagung. Edisi 2013. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
Maros (ID): Balitsereal.
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balittanah.
Camberato J, Maloney S, Casteel S. 2012. Sulfur deficiency in corn. Soil Fertility
Update. 1-5. Indiana (US).
Epstein E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Perspectives. Dalam :
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta
(ID): Penerbit Kanisius.
Ercoli L, Arduini I, Mariotti M, Lulli L, and Masoni A. 2012. Management of
sulphur fertilizer to improve durum wheat production and minimize S
leaching.