Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia)

PENGARUH SERTIFIKAT HALAL TERHADAP NILAI PENJUALAN
DAN KEPUASAN KONSUMEN INDUSTRI JASA BOGA INFLIGHT
CATERING (KASUS: PT AEROFOOD INDONESIA)

SARI KHAIRUNNISA

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sertifikat
Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga
Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia) adalah benar karya saya dengan
arahan Bapak Prof. Muhammad Firdaus, SP, Msi dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Sari Khairunnisa
NIM H54100070

ABSTRAK
SARI KHAIRUNNISA. Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan
Kepuasan Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood
Indonesia). Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia.
Muslim diperintahkan melalui Alquran dan Hadis untuk mengonsumsi makanan
halal, namun hanya 20% produk yang telah memiliki sertifikasi halal di Indonesia.
Hal ini dikarenakan produsen menilai biaya pemberian sertifikat halal pada tiap
produk dinilai terlalu memberatkan. Studi ini menganalisis pengaruh sertifikat
halal terhadap nilai penjualan serta tingkat kepentingan dan kinerja pada industri
jasa boga inflight catering. Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi yaitu PT
Aerofood Indonesia dan Bandar Udara Soekarno-Hatta Gate 2F pada

menggunakan teknik purposive sampling dengan total 48 responden. Hubungan
karakteristik konsumen dengan tingkat kepeduliam makanan halal dilihat dengan
menggunakan uji chi-square terdapat hubungan positif dan signifikan untuk
karakteristik tingkat pendidikan dan agama. Analisis data dengan menggunakan
metode importance performance analysis oleh penumpang pesawat menilai
rendahnya tingkat kepentingan pada atribut adanya logo halal dan jaminan produk
(halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi). Tingkat kepentingan terhadap
jaminan produk (halal, higienis, dan aman untuk dikonsumsi) dinilai tinggi oleh
perusahaan maskapai penerbangan. Hasil analisis dengan menggunakan metode
OLS membuktikan bahwa sertifikat halal memiliki pengaruh positif terhadap nilai
penjualan domestik dan nilai penjualan internasional.
Kata kunci: Importance Performance Analysis, Makanan Halal, Nilai Penjualan,
OLS (Ordinary Least Square).
ABSTRACT
SARI KHAIRUNNISA. Impact of Halal Certification to Total Revenue and
Customer Satisfaction in Inflight Catering Services (Study case: PT. Aerofood
Indonesia). Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.
Indonesia has the largest muslim population in the world. A Muslim live
according to a set of rules written in the Holy Qur’an and Hadiths such as
consuming halal. However, only 20% of products have halal certificate in

Indonesia. It is because producers view halal certification of products as a burden
and would increase the cost of production. The purpose of this study is to analyse
impact of halal certification on total revenue and the relationship between
customer-perceived importance of quality attributes and attribute performance on
inflight catering services. This research was conducted at PT Aerofood Indonesia
and Soekarno Hatta Airport Gate 2F with 48 participants selected by purposive
sample. The correlation between customer behaviour towards halal food product
was analysed by using chi-square test. It shows that religiosity and education
level is significant to halal food awareness. In addition, the results using
importance performance analysis show that passengers perceived low priority of

the attribute halal logo and product warranty (halal, food hygiene, and safe to
consume). Product warranty (halal, food hygiene, and safe to consume) is
perceived as high priority by airlines. Ordinary Least Square (OLS) analysis of
halal certification shows a positive effect towards total revenue of both domestic
and international flights.
Keywords: Halal Food, Importance Performance Analysis, OLS (Ordinary Least
Square), Total Revenue.

PENGARUH SERTIFIKAT HALAL TERHADAP NILAI PENJUALAN

DAN KEPUASAN KONSUMEN INDUSTRI JASA BOGA INFLIGHT
CATERING (KASUS: PT AEROFOOD INDONESIA)

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan
Konsumen Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT
Aerofood Indonesia)
Nama

: Sari Khairunnisa
NIM
: H54100070

Disetujui oleh

Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah sertifikat halal, dengan judul
Pengaruh Sertifikat Halal terhadap Nilai Penjualan dan Kepuasan Konsumen

Industri Jasa Boga Inflight Catering (Kasus: PT Aerofood Indonesia). Skripsi ini
disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Ilmu Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan
sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun
penelitian yang sejenis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP.,
M.Si. selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Adji Wibowo, Bapak Eko Riyanto beserta staff PT Aerofood Indonesia dan
seluruh responden yang telah membantu selama pengumpulan data. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Papa (Sidi Hersanto), Mama (Siti
Djuharina), kakak-kakak (Adji, Rosy, Adjeng, Angga), keponakan (Ibrahim, Naila,
Tiara, dan Aryo) selaku keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Nadiah, Penny, Puspa, Ninda, Erlangga, Fauzi, Putri Eka, Ica, Retno, seluruh
teman teman Ekonomi Syariah 47, Forum Indonesia Muda, dan Forum for
Indonesia atas segala momen, pelajaran, bantuan, dan dukungannya. Temanteman satu bimbingan Abdurrahman Fathony Syaukat dan Qiyamuddin Robbani
atas saran dan dukungan yang diberikan. Penulis memohon maaf apabila masih
terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Sari Khairunnisa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA


5

Penjualan

5

Maksimisasi Mashlahah

6

Permintaan dan Penawaran

8

Nilai Tukar

9

Indeks Harga Saham Gabungan


9

Indeks Harga Konsumen

9

Halal

10

Sertifikat Halal

10

LPPOM MUI

11

Preferensi Konsumen


11

Kepuasan Konsumen

12

Industri Jasa Boga

12

Penelitian Terdahulu

13

Kerangka Penelitian

14

METODE

16

Jenis dan Sumber Data

16

Lokasi Penelitian

16

Metode Pengumpulan Data

16

Metode Pengolahan dan Analisis Data

17

Uji Chi Square

17

Importance Performance Analysis

18

Ordinary Least Square (OLS)

18

Pengujian Hipotesis

20

Evaluasi Model

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Hubungan Karakteristik Penumpang dengan Tingkat Kepedulian terhadap
Makanan Halal

22

Total Permintaan Makanan Halal

25

Alasan Maskapai Penerbangan dalam Memilih dan Menggunakan Industri
Inflight Catering PT Aerofood Indonesia

25

Strategi untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen

26

Faktor-faktor Pengaruh Penjualan PT Aerofood Indonesia

33

SIMPULAN DAN SARAN

43

Simpulan

43

Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

67

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jumlah penumpang pesawat udara yang melalui pelabuhan udara
Soekarno-Hatta tahun 2008-2013
Jumlah penerbangan pesawat udara yang melalui pelabuhan udara
Soekarno-Hatta tahun 2008-2013
Hubungan karakteristik penumpang dengan tingkat kepedulian
terhadap makanan
Jumlah dan proporsi perusahaan maskapai penerbangan
berdasarkan permintaan makanan halal
Urutan alasan memilih PT Aerofood Indonesia
Model analisis regresi berganda terhadap jumlah makanan
penerbangan domestik
Model analisis regresi berganda terhadap nilai penjualan
penerbangan domestik
Model analisis regresi berganda terhadap jumlah makanan
penerbangan internasional
Model analisis regresi berganda terhadap nilai penjualan
penerbangan internasional

2
3
24
25
25
34
36
38
41

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Kurva permintaan dan penawaran
Kerangka pemikiran
Diagram kartesius IPA penumpang pesawat
Diagram kartesius IPA perusahaan maskapai penerbangan

8
15
26
29

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Uji normalitas jumlah makanan penerbangan domestik
Uji autokolerasi jumlah makanan penerbangan domestik
Uji F model jumlah makanan penerbangan domestik
Uji t model jumlah makanan penerbangan domestik
Uji multikolinieritas jumlah makanan penerbangan domestik
Uji heteroskedastisitas jumlah makanan penerbangan domestik
Uji normalitas nilai penjualan penerbangan domestik
Uji autokorelasi nilai penjualan penerbangan domestik
Uji F nilai penjualan penerbangan domestik
Uji t nilai penjualan penerbangan domestik
Uji multikolinearitas nilai penjualan penerbangan domestik
Uji heteroskedastisitas nilai penjualan penerbangan domestik
Uji normalitas jumlah makanan penerbangan internasional
Uji autokorelasi jumlah makanan penerbangan internasional
Uji F jumlah makanan penerbangan internasional

47
47
47
47
48
48
48
48
49
49
49
49
50
50
50

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Uji t jumlah makanan penerbangan internasional
Uji multikolinearitas jumlah makanan penerbangan internasional
Uji heteroskedastisitas jumlah makanan penerbangan internasional
Uji normalitas nilai penjualan penerbangan internasional
Uji autokolerasi nilai penjualan penerbangan internasional
Uji F nilai penjualan penerbangan internasional
Uji t nilai penjualan penerbangan internasional
Uji F nilai penjualan penerbangan internasional
Uji heteroskedastisitas nilai penjualan penerbangan internasional
Uji Chi-Square jenis kelamin dengan PEDULIHF
Uji Chi-Square jenis kelamin dengan MAKANNHF
Uji Chi-Square jenis kelamin dengan HALALSYARAT
Uji Chi-Square usia dengan PEDULIHF
Uji Chi-Square usia dengan MAKANNHF
Uji Chi-Square usia dengan HALALSYARAT
Uji Chi-Square pekerjaan dengan PEDULIHF
Uji Chi-Square pekerjaan dengan MAKANNHF
Uji Chi-Square pekerjaan dengan HALALSYARAT
Uji Chi-Square pendidikan dengan PEDULIHF
Uji Chi-Square pendidikan dengan MAKANNHF
Uji Chi-Square pendidikan dengan HALALSYARAT
Uji Chi-Square penghasilan dengan PEDULIHF
Uji Chi-Square penghasilan dengan MAKANNHF
Uji Chi-Square penghasilan dengan HALALSYARAT
Uji Chi-Square agama dengan PEDULIHF
Uji Chi-Square agama dengan MAKANNHF
Uji Chi-Square agama dengan HALALSYARAT
Kuesioner perusahaan maskapai penerbangan
Kuesioner penumpang pesawat udara

50
50
51
51
51
51
52
52
52
52
53
53
53
53
53
53
54
54
54
54
54
54
55
55
55
55
55
56
62

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia dimana pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai
244 814 900 jiwa dengan 84% dari total penduduk Indonesia memeluk agama
Islam (BPS 2014). Agama Islam mengikat umatnya untuk mematuhi aturan-aturan
yang sesuai dengan syariat Islam menurut Al-Qur’an dan Hadis. Dalam Al-Qur’an
surat Quraisy ayat 3 sampai dengan ayat 4 diterangkan bahwa Allah menjadikan
kecukupan kebutuhan pangan sebagai salah satu sebab utama kenyamanan dalam
beribadah. Selain itu, makanan dan minuman dapat memengaruhi tubuh baik secara
fisik maupun psikis. Hadis Nabi SAW menjelaskan hal ini, seperti yang diriwayatkan
sahabat Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perut adalah telaga bagi raga. Pembuluh-pembuluh darah berujung
padanya. Jika perut sehat, pembuluh-pembuluh itu akan sehat. Sebaliknya, jika perut
sakit, pembuluh darah pun akan ikut sakit.” (HR Thabrani)
Berkenaan dengan persoalan ini, Imam Al-Ghazali mengumpamakan urusan
makanan dalam agama, ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Menurutnya, jika
fondasi itu kuat dan kokoh, maka bangunan itu pun akan berdiri tegak dan kokoh.
Demikian sebaliknya, apabila fondasi itu lemah dan rapuh, niscaya bangunan itu pun
akan ambruk dan runtuh (Setiawan 2014). Al-Ghazali lalu mengutip sebuah hadis
yang diriwayatkan Imam Thabrani: “Perbaikilah makananmu, niscaya Allah akan
mengabulkan doamu.”
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, manusia diberikan kewajiban untuk
mengonsumsi segala sesuatu yang halal dan thoyyib. Kata halal berasal dari
bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak terikat”. Secara etimologi halal
berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat
dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya. Menurut Girindra (2008), kata
halalan berasal dari bahasa Arab secara etimologis halla yang berarti lepas atau
tidak terikat. Allah telah menegaskan dalam Al-quran QS. An-Nahl ayat 114 :
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah”. (QS. 16:114)
Sesuai dengan ayat di atas Allah telah memerintahkan kepada manusia
untuk mengonsumsi makanan halal. Makanan yang halal adalah semua jenis
makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang atau haram dan
atau yang telah diproses menurut syariat agama Islam. Hal-hal yang termasuk ke
dalam kriteria makanan dan minuman yang halal adalah segala jenis makanan
yang tidak mengandung dan tidak terjadi kontak langsung dengan sesuatu yang
dianggap haram menurut Islam baik pada tahap persiapan, pemrosesan,
transportasi dan penyimpanan (Apriyantono 2001). Menurut Mohd Yusoff (2004),
halal tidak mencakup aspek agama tetapi halal saat ini erat kaitannya dengan
proses produksi yang memperhatikan kualitas dan kebersihan suatu produk.
Indonesia memiliki simbol terhadap jaminan dan standar mutu mengenai
halalnya suatu produk. Jaminan tersebut adalah sertifikat halal yang ditetapkan

2
oleh Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI) yang berlandaskan syariat Islam. Sertifikat halal
dibentuk untuk melindungi konsumen khususnya umat muslim Indonesia
berlandaskan syariat Islam. Sertifikasi Halal adalah suatu proses untuk
memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa
bahan, proses produksi, dan Sistem Jaminan Halal (SJH) memenuhi standar
LPPOM MUI (LPPOM MUI 2008). Penanda sertifikasi adalah sertifikat halal
pada kemasan produk dengan masa berlaku dua tahun.
Peningkatan aktivitas transportasi udara yang saat ini menjadi pilihan
masyarakat dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penumpang domestik maupun
internasional setiap tahunnya. Jumlah penumpang domestik dan internasional
pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 11.22% dibandingkan dengan
jumlah total penumpang tahun 2008. Selain itu pada tahun 2010 jumlah
penumpang adalah 20 228 970 orang dimana terjadi peningkatan sebesar 17.54 %.
Peningkatan penumpang domestik dan internasional meningkat 13.70% pada
tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah penumpang 22 999
764 orang. Jumlah penumpang pada 2012 naik sebesar 11.25% dibandingkan
2011 mencapai 25 586 948 orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penumpang
yang melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta naik sebesar 5.64% pada tahun
2013 yaitu sebesar 27 030 885 orang.
Tabel 1
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Jumlah penumpang pesawat udara yang melalui pelabuhan udara
Soekarno-Hatta tahun 2008-2013
Jumlah Penumpang
Total
Persentase
Domestik (orang) Internasional(orang)
11 890 190
3 583 052
15 473 242
13 393 900
3 815 954
17 209 854
11.22%
15 469 157
4 759 813
20 228 970
17.54%
17 705 109
5 294 655
22 999 764
13.70%
19 749 880
5 837 068
25 586 948
11.25%
20 659 308
6 371 577
27 030 885
5.64%

Sumber: PT (Persero) Angkasa Pura II 2013 (diolah)

Pertumbuhan jumlah penumpang yang melalui Pelabuhan Udara
Soekarno-Hatta mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penerbangan
pesawat udara setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penerbangan juga terjadi
mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 9.08% dengan jumlah 272 877
unit dibandingkan dengan tahun 2008. Aktivitas transportasi udara juga
mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 11.97% dengan jumlah
penerbangan 305 541 unit. Jumlah penerbangan pada tahun 2011 mencapai 345
508 unit mengalami peningkatan sebesar 13.08%. Penerbangan domestik maupun
internasional pada tahun 2012 meningkat menjadi 381 120 unit atau terjadi
kenaikan sebesar 10.31%. Peningkatan tersebut juga terjadi pada tahun 2013
sebesar 4.80% yaitu sebesar 399 430 unit (Tabel 2).

3
Tabel 2
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Jumlah penerbangan pesawat udara yang melalui pelabuhan udara
Soekarno-Hatta tahun 2008-2013
Jumlah Penerbangan
Total
Persentase
Domestik (unit)
Internasional (unit)
201 931
48 242
250 173
224 007
48 870
272 877
9.08%
244 344
61 197
305 541
11.97%
277 025
68 483
345 508
13.08%
75 206
305 914
381 120
10.31%
82 242
317 188
399 430
4.80%

Sumber: PT (Persero) Angkasa Pura II 2013 (diolah)

Kebutuhan jasa transportasi udara yang meningkat ini disertai dengan
permintaan akan jasa pelayanan penyedia makanan (jasa boga) bagi maskapaimaskapai penerbangan. Layanan jasa boga ini lebih dikenal dengan nama inflight
catering. Penyedia jasa boga mengolah bahan-bahan makanan menjadi makanan
siap saji yang nantinya akan dikonsumsi oleh penumpang pengguna jasa maskapai
penerbangan.
Perusahaan maskapai penerbangan memiliki standar yang berbeda-beda
namun tetap memiliki prinsip perlindungan terhadap konsumen dalam setiap
pelayanan yang diberikan. Salah satu perlindungan konsumen yang diberikan
adalah penyediaan makanan halal. Janus Sidabalok (2006) mengemukakan ada
empat alasan pokok konsumen perlu dilindungi. Salah satu diantaranya adalah
untuk melahirkan manusia yang sehat rohani maupun jasmani. Dimana konsep
tersebut sama dengan definisi dari makanan halal dan thoyyib yaitu makanan baik
dan sehat untuk rohani dan jasmani.
PT Aerofood Indonesia merupakan perusahaan yang dikenal bergerak
dalam bidang industri penyediaan jasa makanan khusus penerbangan, baik
domestik maupun internasional dan telah berdiri sejak tahun 1974. Perusahaan
berdiri dengan enam corporate value yaitu I-FRESH (Integrity, Fast, Reliable,
Effective & Efficient, Service Excellence dan Hygiene). PT Aerofood Indonesia
memiliki beberapa cabang, diantaranya terdapat di Jakarta, Denpasar, Surabaya,
Medan, Balikpapan, Yogyakarta, Bandung dan Lombok. Komitmen pelayanan
yang baik oleh PT Aerofood Indonesia ditunjukkan melalui perlindungan
konsumen dengan melakukan proses sertifikasi halal pada produk-produk yang
dihasilkan melalui sertifikasi halal LPPOM MUI.

Perumusan Masalah
Sertifikat halal merupakan jaminan bahwa makanan telah terproses dan
bebas dari produk haram serta berlandaskan syariat Islam. Seiring dengan
berjalannya waktu masyarakat mulai peduli akan makanan halal dimana sertifikasi
halal saat ini merupakan sebuah simbol penduduk muslim terbesar di dunia
merasa aman dalam mengonsumsi makanan. Menurut data LPPOM MUI jumlah
produk yang memperoleh sertifikat halal di Indonesia dalam kurun lima waktu
tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data
LPPOM MUI pusat, data tahun 2009 jumlah produk yang mendapatkan sertifikat

4
halal sebanyak 10 550 produk dan pada tahun 2010, jumlah produk yang
mendapatkan sertifikat halal meningkat lebih dari 100% menjadi 27 121 produk
(LPPOM 2010). Namun diantara seluruh produk yang sudah tersebar di Indonesia,
hanya 20% produk yang telah bersertifikasi halal. Hal ini dikarenakan produsen
menilai biaya pemberian sertifikat halal pada tiap produk dinilai terlalu
memberatkan dan dianggap masih termasuk mahal (Bisnis 2014).
Perusahaan maskapai penerbangan saat ini menjadi semakin berkembang
dan pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna maskapai
penerbangan dan jadwal penerbangan. Peningkatan ini disertai dengan
peningkatan permintaan akan industri jasa boga bagi maskapai penerbangan.
Perusahaan maskapai penerbangan memiliki prinsip perlindungan terhadap
konsumen dalam setiap pelayanan yang diberikan. Salah satu perlindungan
konsumen yang diberikan adalah penyediaan makanan halal.
Iranita (2012) mengemukakan bahwa terdapat hubungan searah antara
variabel labelisasi halal dengan keputusan pembelian. Artinya, semakin tinggi
labelisasi halal maka semakin meningkat keputusan pembelian, semakin tinggi
keputusan pembelian maka semakin meningkat nilai penjualan dan begitu pula
sebaliknya. Selain preferensi dan keputusan pembelian konsumen, tingginya nilai
penjualan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel makro ekonomi. Variabelvariabel makro ekonomi seperti nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS, harga
minyak dan harga emas berpengaruh signifikan terhadap omzet penjualan (Syarif
2010).
Hubungan antara variabel sertifikasi halal dengan keputusan pembelian
memengaruhi nilai penjualan. Selain variabel sertifikat halal, nilai penjualan dapat
dipengaruhi oleh variabel makro ekonomi dan preferensi konsumen. Variabelvariabel ekonomi yang dilihat dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar AS, jumlah penumpang domestik atau internasional, indeks harga
konsumen, indeks harga saham gabungan dan dummy sebelum dan sesudah
pemberian sertifikasi halal. Penelitian ini akan difokuskan pada salah satu industri
jasa boga inflight catering terbesar di Indonesia yaitu PT Aerofood Indonesia.
Berdasarkan penjelasan rendahnya produk yang telah bersertifikasi halal di
Indonesia dikarenakan biaya sertifikat halal mahal, maka permasalahan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hubungan antara karakteristik konsumen PT Aerofood
Indonesia dengan kepedulian terhadap makanan halal?
2. Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja terhadap produk PT Aerofood
Indonesia menurut konsumen?
3. Apakah sertifikat halal memengaruhi tingkat penjualan PT Aerofood
Indonesia?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen PT Aerofood
Indonesia dengan tingkat kepedulian konsumen terhadap makanan halal;
2. Mengkaji dan mengukur tingkat kepentingan dan kinerja produk PT
Aerofood Indonesia menurut konsumen;

5
3. Menganalisis pengaruh sertifikat halal terhadap tingkat penjualan PT
Aerofood Indonesia.

Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak
hanya bagi penulis, tetapi juga bagi LPPOM MUI dan pihak lainnya yang
berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sektor industri jasa boga (PT Aerofood Indonesia) penelitian
diharapkan memberikan informasi dalam menelaah tingkat kepentingan
dan kepuasan konsumen, dilihat dari segi pelayanan dan jaminan halal
yang diberikan sehingga memenuhi harapan bagi kepuasan konsumen.
2. Bagi LPPOM MUI dan pemerintah penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai manfaat dari penyelenggaraan program
sertifikasi halal.
3. Bagi akademisi diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dan
dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk melakukan studi lebih
lanjut.
4. Bagi penulis diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh, serta dapat meningkatkan kemampuan penulis
dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan menemukan solusi
yang tepat bagi permasalahan tersebut sebagai perwujudan dari aplikasi
ilmu yang diperoleh.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh sertifikat halal
terhadap nilai penjualan pada industri jasa boga inflight catering dan hubungan
antara karakteristik konsumen serta tingkat kinerja dan kepentingan konsumen.
Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh
sertifikat halal dan preferensi konsumen terhadap perkembangan nilai penjualan
serta informasi dalam memenuhi harapan bagi kepuasan konsumen. Penelitian ini
difokuskan pada salah satu industri jasa boga inflight catering PT Aerofood
Indonesia. Selain itu, lokasi penelitian untuk mendukung data primer dikhususkan
pada Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta.

TINJAUAN PUSTAKA
Penjualan
Penjualan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah
kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa
atau aktivitas lainnya didalam suatu periode. Kegiatan penjualan terdiri dari
transaksi secara kredit maupun tunai (Mulyadi 2001). Transaksi penjualan kredit

6
terjadi jika order dari konsumen telah dipenuhi dengan order pengiriman barang
atau penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang
kepada konsumennya. Sedangkan transaksi penjualan tunai terjadi jika barang dan
jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah
menerima kas dari pembeli.
Pengertian penjualan menurut Leny Sulistiyowati (2010) adalah
pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah
dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan. Aktivitas penjualan memegang
peranan yang sangat penting dalam aktivitas perusahaan secara keseluruhan
dimana hasil penjualan akan digunakan dalam melaksanakan semua fungsi dalam
perusahaan. Kesimpulan dari definisi tersebut penjualan adalah suatu pengalihan
atau perpindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa dari penjual ke pembeli
yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa
sebagai timbal balik dari penyerahan tersebut yang akan digunakan untuk
keseluruhan fungsi dalam perusahaan.
Menurut Basu Swastha (1999) penjualan dipengaruhi oleh faktor yang
dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan (faktor internal) dan faktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan (faktor eksternal). Faktor internal terdiri
dari kemampuan perusahaan untuk mengelola produk yang dipasarkan,
kebijaksanaan harga, dan promosi yang digariskan perusahaan serta kebijaksanaan
untuk memilih perantara yang digunakan. Faktor eksternal terdiri dari
perkembangan ekonomi dan perdagangan baik nasional maupun internasional,
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan dan moneter, dan suasana
persaingan pasar.
Maksimisasi Mashlahah
Motivasi produsen dalam produksi menurut Islam adalah menyediakan
kebutuhan material dan spiritual untuk mencari mashlahah yang sejalan dengan
tujuan kehidupan seorang muslim (P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
2011). Konsep mashlahah terdiri atas dua komponen yaitu manfaat (fisik dan
nonfisik) dan berkah, untuk rumusan mashlahah yang menjadi perhadian
produsen adalah:
Mashlahah = keuntungan+berkah
M
=Π+B

(1)

Dalam hal ini berkah didefinisikan menggunakan proksi yang sama
dengan yang dipakai konsumen dalam mengidentifikasinya, yaitu adanya pahala
pada produk atau kegiatan yang bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan
selisih pendapatan total/total revenue dengan biaya totalnya/total cost, yaitu:
Π

= TR – TC

(2)

Berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai
Islam dalam kegiatan produksinya dimana seringkali menimbulkan biaya ekstra
yang relatif besar dibandingkan jika mengabaikannya. Di sisi lain, berkah yang
diterima merupakah kompensasi yang tidak secara langsung diterima produsen

7
atau berkah revenue (BR) dikurangi dengan biaya mendapatkan berkah atau
berkah cost (BC), yaitu:
B = BR – BC = -BC

(3)

Di dalam persamaan (3) berkah dapat diasumsikan nilainya nol atau secara
indrawi tidak dapat diobservasi karena memang tidak selalu berwujud material.
Dengan demikian mashlahah dapat didefinisikan dalam persamaan dan bisa
ditulis kembali menjadi:
M = TR – TC – BC

(4)

Persamaan (4) menunjukkan BC menjadi faktor pengurang, hal ini
dikarenakan berkah tidak bisa datang dengan sendirinya melainkan harus dicari
dan diupayakan kehadirannya sehingga timbul beban ekonomi. Sebagai contoh,
perusahaan industri jasa boga yang mendaftarkan perusahaannya untuk
mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM. Dengan tidak adanya sertifikat halal
sebenarnya produsen dapat meningkatkan dan menggunakan seluruh bahan baku
halal maupun tidak halal yang tersedia di pasar. Orientasi perusahaan pada berkah
menimbulkan hal tersebut tidak dilakukan, meskipun konsekuensinya harus
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi pada proses sertifikasi halal. Adanya biaya
mencari berkah tentu saja akan membawa implikasi terhadap harga barang dan
jasa yang telah dihasilkan produsen. Harga jual produk adalah harga yang
mengakomodasi pengeluaran berkah tersebut, yaitu:
B

P = P + BC

(5)

Dengan demikian, rumusan mashlahah dapat diekspresikan dalam
persamaan diatas dan berubah menjadi:
M = BTR – TC – BC

(6)

Selanjutnya dengan pendekatan kalkulus terhadap persamaan di atas, maka
bisa ditemukan pedoman yang bisa digunakan oleh produsen dalam
memaksimumkan mashlahah atau optimum mashlahah condition (OMC), yaitu:
B

P dQ = dTC + dBC

(7)

Jadi optimum mashlahah condition menyatakan bahwasanya mashlahah
akan maksimum jika nilai dari unit terakhir yang diproduksi (BPdQ) sama dengan
perubahan (tambahan) yang terjadi pada biaya total (dTC) dan pengeluaran berkah
total (dBC) pada unit terakhir yang diproduksi. Jika nilai dari unit terakhir yang
diproduksi (BPdQ) masih lebih besar dari pengeluarannya, dTC + dBC, maka
produsen akan mempunyai dorongan untuk menambah jumlah produksi lagi. Jika
tidak nilai unit terakhir hanya pas untuk membayar kompensasi yang dikeluarkan
dalam rangka memproduksi unit tersebut, dTC + dBC, sehingga tidak akan ada
lagi dorongan bagi produsen untuk menambah produksi.

8
Permintaan dan Penawaran
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), permintaan adalah hubungan
antara harga dengan kuantitas yang dibeli. Ada suatu hubungan antara harga pasar
dari suatu barang dengan kuantitas yang diminta dari barang tersebut asalkan hal
lain tidak berubah. Banyaknya barang yang dibeli orang tergantung pada
harganya, makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit unit yang
diinginkan konsumen untuk dibeli (ceteris paribus). Penawaran menginformasikan
mengenai jumlah barang yang akan dijual pada setiap tingkat harga tersebut.
Penawaran menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang dengan
harga pasarnya, sementara hal-hal lain konstan (ceteris paribus). Menurut
McConnell (1990) hukum penawaran bersifat positif, ketika harga meningkat
jumlah barang yang ditawarkan meningkat dan ketika harga turun jumlah barang
yang ditawarkan menurun.
Kurva permintaan dan penawaran pada Gambar 1 menunjukkan harga dan
jumlah ekuilibrium pada P1 dan Q1 pada makanan dalam penerbangan. Adanya
makanan dalam penerbangan yang telah tersertifikasi halal menyebabkan
kenaikan permintaan makanan halal dari D ke D’ yang menyebabkan kurva
permintaan bergeser ke kanan sehingga mengakibatkan kenaikan baik pada pada
harga ekuilibrium dari P1 ke P2 maupun jumlah ekuilibrium dari Q1 ke Q2.
Adanya peningkatan pada permintaan mengakibatkan perusahaan industri jasa
boga inflight catering meningkatkan penawaran dari S ke S’ yang menyebabkan
kurva penawaran bergeser ke kanan sehingga mengakibatkan penurunan pada
harga ekuilibrium dari P2 ke P3 serta kenaikan jumlah ekuilibrium dari Q2 ke Q3.
Sertifikat halal dapat meningkatkan ekuilibrium harga yang relatif kecil dengan
dampak kenaikan jumlah ekuilibrium makanan yang relatif besar.

Gambar 1 Kurva permintaan dan penawaran

9
Nilai Tukar
Suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus
mempertimbangkan kurs mata uangnya dalam menganalisa kondisi makro
ekonomi negara yang bersangkutan. Kurs dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurs
nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua
negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara
tersebut (Mankiw 2000).
Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange market
menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami
depresiasi berarti permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau
terjadi peningkatan permintaan terhadap mata uang luar negeri (Judiseno 2005).
Menurut Negara (2001) nilai tukar Rupiah terutama terhadap Dollar AS dapat
dijadikan indikator kinerja bursa. Pada saat nilai tukar mengalami depresiasi
biasanya indeks harga saham akan melemah hal ini mengindikasikan bahwa
masyarakat investor lebih cenderung menanamkan modalnya di pasar valuta asing.
Sebaliknya jika nilai tukar mengalami apresiasi maka indeks harga saham
mengalami penguatan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Sunariyah (2003), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah
suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan,
sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. IHSG merupakan indeks
yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa
efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG
ini dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur
apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan
seluruh harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga 2001).
Indeks Harga Konsumen (IHK)
IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga
sekelompok barang dan jasa pada tahun dasar. Perhitungan ini dimulai dengan
mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa pada tahun dasar. IHK
mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang
mengukur seluruh tingkat harga (Mankiw 2000). Sedangkan menurut Lipsey et al
(1997), IHK adalah suatu ukuran harga rata-rata dari berbagai komoditi yang
biasa dibeli rumah tangga dikompilasi setiap bulan oleh BPS. IHK meningkat
mengindikasikan rata-rata keluarga harus membelanjakan lebih banyak uang
untuk mempertahankan standar hidup yang sama seperti sebelummya. Para
ekonom menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan situasi ekonomi
dimana keseluruhan harga mengalami kenaikan. Laju inflasi ini merupakan
persentase perubahan tingkat harga pada suatu waktu tertentu dibandingkan
dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.

10
Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak
terikat”. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan
karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya.
Menurut Girindra (2008), kata halalan berasal dari bahasa Arab secara etimologis
halla yang berarti lepas atau tidak terikat. Istilah Islam yang komprehensif ini
salah satunya meliputi makanan dan minuman yang menjadi konsumsi dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Selain makanan dan minuman halal terdapat pula
makanan dan minuman yang diharamkan karena zatnya atau karena sebab. Haram
karena zatnya adalah bahwa asal dari makanan tersebut memang sudah haram.
Sedangkan, haram karena sebab berkaitan dengan perolehan makanan yang tidak
sesuai syariat Islam (Suryana 2009).
Menurut Twaigery dan Spillman (1989) yang dimaksud produk halal
adalah produk yang memenuhi persyaratan halal sesuai dengan syariat Islam,
yaitu: (1) tidak mengandung bahan-bahan atau benda dari binatang yang haram
dan tidak sesuai syariat Islam, (2) berasal dari proses produksi, tempat
penyimpanan, penjualan, pengolahan, alat dan mesin yang harus bersih dan sesuai
dengan syariat Islam. Menurut Mohd Yusoff (2004), halal tidak mencakup aspek
agama tetapi halal saat ini erat kaitannya dengan proses produksi yang
memperhatikan kualitas dan kebersihan suatu produk. Makanan halal penting bagi
seorang muslim dimana makanan halal akan mendatangkan manfaat bagi manusia,
baik jasmani dan rohani agar dapat memiliki tubuh sehat dan berperilaku mulia
(Udin et al 2008).
Sertifikat Halal
Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui
keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk
berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. Sertifikasi Halal
adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap
untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi, dan SJH memenuhi standar
LPPOM MUI (LPPOM MUI 2008). Sertifikat halal merupakan standar mutu
tentang jaminan halal di Indonesia yang dibentuk untuk melindungi konsumen
khususnya umat muslim Indonesia berlandaskan syariat Islam. Penanda sertifikasi
adalah berupa label halal pada kemasan produk dengan masa berlaku dua tahun.
Secara umum proses sertifikasi halal dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu:
(1) persiapan pengajuan sertifikasi halal, (2) pendaftaran sertifikasi halal, (3) audit
Sistem Jaminan Halal, (4) audit di lokasi pabrik, (5) evaluasi rapat auditor, dan (5)
penentuan kehalalan oleh Sidang Fatwa MUI. Garis besar tahapan proses
sertifikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendaftaran sertifikasi halal dapat dilakukan di tiga tempat, yaitu (1) BPOM,
(2) LPPOM MUI Pusat, dan (3) LPPOM MUI Provinsi. Pendaftaran melalui
BPOM dilakukan untuk produk yang membutuhkan pencantuman label halal
pada kemasannya dan dijual secara langsung untuk konsumsi masyarakat.
Pendaftaran melalui LPPOM MUI Pusat dilakukan untuk industri pengolahan
dan restoran yang memiliki jangkauan pemasaran atau outlet lebih dari satu
provinsi. Sementara itu, pendaftaran melalui LPPOM MUI Daerah dilakukan
untuk industri pengolahan yang termasuk dalam kelompok Air Minum Dalam

11

b.

c.

d.

e.

f.
g.

h.
i.
j.

Kemasan (AMDK), bleaching earth, dan karbon aktif serta rumah potong
hewan yang memiliki jangkauan pemasaran hanya pada provinsi tersebut.
Setiap produsen yang mengajukan permohonan sertifikat halal bagi produknya,
harus mengisi borang yang telah disediakan. Borang tersebut berisi informasi
tentang data perusahaan, jenis, dan nama produk serta bahan-bahan yang
digunakan.
Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke
sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya, dan bila belum
memadai perusahaan harus melengkapi sesuai dengan ketentuan.
LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Tim
auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan atau audit ke lokasi
produsen. Pada saat audit, perusahaan harus dalam keadaan memproduksi
produk yang disertifikasi.
Hasil pemeriksaan atau audit dan hasil laboratorium dievaluasi dalam rapat
auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi persyaratan
diberitahukan kepada perusahaan melalui audit memorandum. Jika telah
memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit guna
diajukan pada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status
kehalalannya.
Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam Sidang
Komisi Fatwa MUI pada waktu yang telah ditentukan.
Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap
belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan, dan hasilnya akan
disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi halal.
Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan
status kehalalannya dan status implementasi SJH oleh Komisi Fatwa MUI.
Sertifikat Halal dan Status Implementasi SJH berlaku selama dua tahun sejak
tanggal penetapan fatwa.
Tiga bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir, produsen harus
mengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan LPPOM MUI.
LPPOM MUI

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI), merupakan sebuah lembaga yang dibentuk oleh MUI
dengan tugas menjalankan fungsi MUI untuk melindungi konsumen muslim
dalam mengonsumsi makanan, minuman, obat-obatan maupun kosmetika.
Lembaga ini dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 6 Januari 1989.
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI) memiliki tugas utama, yaitu menenteramkan umat
melalui upaya sertifikasi halal produk dan sertifikasi sistem produksi yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kaidah agama.
Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh
seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Preferensi konsumen juga

12
merupakan nilai-nilai yang diperhatikan konsumen dalam menentukan pilihan.
Menurut Kardes (2002), preferensi dibagi menjadi dua, yaitu preferensi
berdasarkan sikap dan preferensi berdasarkan atribut. Preferensi berdasarkan sikap
dibentuk berdasarkan sikap konsumen secara keseluruhan terhadap dua produk.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), sikap menggambarkan evaluasi, perasaan,
dan tendensi yang konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide.
Preferensi berdasarkan atribut dibentuk atas dasar membandingkan satu
atau lebih atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih. Menurut Kardes
(2002), atribut terbagi menjadi dua yaitu atribut unik dan atribut bersama. Atribut
unik merupakan atribut yang termasuk ke dalam deskripsi satu produk tetapi
dihilangkan dari deskripsi produk lainnya. Sedangkan atribut bersama adalah
atribut yang tidak hanya dimiliki satu produk saja, akan tetapi semua produk
memiliki atribut ini.
Kepuasan Konsumen
Menurut Rangkuti (2003), kepuasan konsumen merupakan respon
konsumen terhadap kesesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja
aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Menurut Kotler (2000), para konsumen
membentuk suatu harapan akan nilai apakah suatu penawaran memenuhi harapan
akan nilai konsumen sehingga memengaruhi mereka akan membeli kembali.
Kepuasan konsumen ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan
oleh konsumen selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut.
Irawan (2003) menyatakan bahwa kepuasan konsumen tidak langsung
mencerminkan seberapa jauh perusahaan telah merespon keinginan dan harapan
pasar.
Menurut Irawan (2003) terdapat lima komponen yang dapat mendorong
kepuasan konsumen, yaitu kualitas produk, kualitas pelayanan, faktor emosional,
harga dan kemudahan. Kualitas produk menyangkut lima elemen, yaitu
performance, reliability, conformance, durability, dan consistency. Kualitas
pelayan menurut konsep servqual (service quality) meliputi reliability,
responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Faktor emosional diperoleh
saat menggunakan suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Harga
menyangkut penilaian produk yang dikonsumsi mampu memberikan nilai yang
tinggi dari harga yang dibayarkan. Kemudahan berhubungan dengan biaya untuk
memperoleh produk atau jasa dengan mudah, nyaman, dan efisien.
Industri Jasa Boga
Menurut definisi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 jasa boga atau catering adalah perusahaan atau
perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar
tempat usaha atas dasar pesanan. Menurut Lillicrap (1994) katering adalah
perusahaan atau perorangan yang menyediakan makanan dan minuman pada
harga rendah sampai menengah dengan tingkat layanan terbatas. Menurut sumber
Departemen Perindustrian dan Perdagangan industri jasa boga meliputi usaha
penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara untuk perayaan,
pesta, seminar, rapat, paket perjalanan haji, angkutan umum, dan sejenisnya

13
berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu dan peserta seminar atau rapat
pada saat acara berlangsung. Menurut Kementrian Kesehatan (2003) sebagaimana
tercantum
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
715/Menkes/SK/V/2003 industri jasa boga dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
golongan utama, yaitu golongan A atau biasa disebut industri jasa boga skala
kecil, golongan B (industri jasa boga skala besar) atau golongan C (industri jasa
boga skala besar sekali atau yang dikenal dengan industri jasa boga yang melayani
angkutan udara atau penerbangan).
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
penyusunan penelitian ini, beberapa penelitian terdahulu antara lain:
Andari (2005) menganalisis perilaku konsumen restoran tradisional pada
restoran Galuga 3, Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil
sampel sebanyak 96 responden dengan teknik convenience sampling. Pengolahan
data dilakukan dengan tabulasi deskriptif untuk mengetahui karakteristik
responden, keputusan pembelian, dan faktor yang memengaruhi keputusan
pembelian. Selain itu digunakan metode Importance Performance Analysis (IPA)
untuk menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut untuk
mengetahui gambaran tingkat kepentingan atribut yang dimiliki dan atribut ideal
yang diharapkan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan alasan responden
melakukan pembelian adalah karena rasa lapar. Keputusan pembelian dilakukan
dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Berdasarkan IPA, terdapat dua atribut
pada kuadran pertama yaitu keramahan pelayanan dan kebersihan restoran.
Wan-Hasan (2009) melakukan analisis mengenai makanan halal pada
restoran di New Zealand dengan tujuan untuk menyelidiki manajemen dan
promosi dari makanan halal pada restoran di New Zealand melalui metode
snowball sampling dengan menggunakan 90 sampel restoran. Hasil dari analisis
ini adalah turis muslim tidak berpengaruh signifikan dalam bisnis restoran di New
Zealand dan banyak restoran halal di New Zealand enggan untuk mempromosikan
makanan halal atau memasang logo halal di depan toko mereka.
Menurut penelitian Syarif (2010) mengenai pengaruh variabel-variabel
makro ekonomi terhadap omzet penjualan di Toko Sakinah Paiton Probolinggo
variabel-variabel makro ekonomi seperti nilai kurs Rupiah terhadap US dollar,
harga minyak, dan harga emas berpengaruh signifikan terhadap omzet penjualan
Toko Sakinah Paiton Probolinggo sebesar 85%. Variabel-variabel makro ekonomi
merupakan salah satu variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap omzet
penjualan.
Faryal dan Kamran (2011) mengukur kesadaran dan persepsi konsumen
terhadap makanan halal di Pakistan dimana Pakistan merupakan salah satu negara
Muslim. Penelitian ini adalah exploratory study terhadap 528 responden pada dua
cluster yaitu mahasiswa dan pegawai. Hasil dari penelitian ini adalah kesadaran
konsumen terhadap makanan halal di Pakistan masih sangat rendah dan berbeda
dengan Indonesia dan Malaysia yang telah memiliki ketentuan formal mengenai
produk halal berupa sertifikasi halal.
Rajagopal (2011) melakukan analisis dampak penjualan produk
bersertifikat halal di UAE. Penelitian ini dilakukan dengan menarik sampel

14
sebanyak 151 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik judgmental
sampling. Mayoritas responden berlokasi di Dubai dan Sharjah, 8% lainnya dari
Ajman, dan 25% lainnya tersebar di lokasi sekitar UAE. Hasil dari penelitian ini
adalah responden telah memiliki kesadaran tinggi dalam menggunakan produk
daging bersertifikasi halal namun kurang memiliki kesadaran dalam produk buah,
sayur, dan kosmetik. Selain itu, usia 33-40 merupakan usia yang memiliki
kesadaran paling tinggi dalam menggunakan produk halal. Melihat tingginya
kesadaran responden dalam menggunakan produk halal maka hal ini berdampak
baik dalam penjualan produk halal.
Fidlizan et al (2012) melakukan penelitian mengenai analisis penjualan
automobil terhadap variabel makro ekonomi di negara-negara ASEAN. Penelitian
ini dilakukan dengan metode Mean Group (MG) dan Pooled Mean Group (PMG).
Penelitian ini menganalisis hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara
GDP, inflasi (IHK), unemployment rate, suku bunga kredit tahun 1996 -2010
dengan penjualan mobil di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada jangka pendek GDP, IHK,
unemployment rate, dan suku bunga kredit berkorelasi signifikan di Malaysia,
Singapura, dan Thailand.
Asadollah Kordnaeji et al (2013) melakukan analisis terhadap faktorfaktor yang memengaruhi perilaku konsumen dalam menggunakan produk halal di
Kuala Lumpur, Malaysia. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuisioner
pada 384 konsumen produk halal di Kuala Lumpur, Malaysia yang dianalisis
dengan metode Structural Equation Model (SEM) dan Confirmatory Factor
Analysis (CFA). Hasil dari penelitian ini adalah iklan dan strategi marketing
produk, kualitas produk, agama, kemudahan mendapatkan produk, harga, dan
norma yang dianut merupakan faktor-faktor yang signifikan memengaruhi
perilaku konsumen dalam menggunakan produk halal di Kuala Lumpur.
Rasaq Akonji (2013) melakukan penelitian mengenai dampak perubahan
nilai kurs sebagai salah satu variabel makro ekonomi di Nigeria. Penelitian ini
dilakukan dengan metode OLS, correlation matriks, dan analisis Granger
Causality. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan nilai kurs memiliki pengaruh
positif dalam GDP (Gross Domestic Product), investasi asing, dan terbukanya
pasar, namun memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat inflasi di Nigeria.
Peneliti menyarankan untuk meningkatkan volume ekspor melalui produk
domestik dan menurunkan volume penggunaan minyak serta barang impor.
Kerangka Penelitian
Penumpang pesawat pada Bandara Soekarno-Hatta di Indonesia meningkat
dari tahun ke tahun. Peningkatan penumpang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan jasa trasportasi udara yang disertai dengan permintaan akan jasa
pelayanan penyedia makanan (jasa boga) bagi maskapai-maskapai penerbangan.
Peningkatan jumlah penumpang juga harus seimbang dengan pelayanan yang
disediakan untuk melindungi konsumen, salah satunya adalah penyediaan
makanan halal oleh industri jasa boga. Perusahaan hakekatnya menaruh perhatian
pada keuntungan berupa maksimisasi profit, namun konsep perusahaan yang
sesuai dengan prinsip dan nilai Islam menunjukkan perhatian pada mak