Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal

ABSTRAK
AJENG KANDYNESIA. Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi TiletaminZolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal. Dibimbing oleh
DENI NOVIANA.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek anestesi tiletamin-zolazepam
(Zoletil®) terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studi
radiografi kontras. Hewan coba yang dipakai adalah tiga kucing jantan lokal
dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Setiap kucing diberikan dua perlakuan yaitu tanpa
anestesi dan selang satu minggu dengan anestesi (Atropin 0.02 mg/kg BB dan
Zoletil® 10 mg/kg BB). Sebelum dilakukan radiografi, kucing diberikan bahan
kontras positif (BaSO4) secara intra oral sebanyak 12 ml/kg BB (30% w/v).
Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, 180 menit. Kucing diposisikan
secara laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD). Data dianalisis secara deskriptif
berdasarkan intepretasi zona dan kuantitatif menggunakan perbedaan antara
diameter usus saat kontraksi dan relaksasi. Diameter usus diukur dan diuji statistik
menggunakan Anova. Hasil yang diperoleh pada menit ke-180, pada perlakuan
tanpa anestesi BaSO4 telah mengisi zona empat sedangkan dengan perlakuan
anestesi masih kosong. Perbedaan diameter usus dari perlakuan tanpa anestesi
memiliki hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Hal ini disebabkan
kontraksi usus pada perlakuan tanpa anestesi lebih kuat daripada perlakuan
anestesi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa anestesi
tiletamin-zolazepam memperlambat kerja motilitas dan menurunkan kekuatan

kontraksi saluran pencernaan.
Kata kunci: barium sulfat, motilitas gastrointestinal, radiografi kontras, tiletaminzolazepam

ABSTRACT
AJENG KANDYNESIA. Contrast Radiography Study for the Effect of
Tiletamine-Zolazepam on Gastrointestinal Motility in Domestic House Cat.
Supervised by DENI NOVIANA.
This research was conducted to figure the effect of tiletamine-zolazepam
(Zoletil®) on the gastrointestinal motility in a Domestic House Cat (DHC) through
contrast radiography study. Three male DHC weighing between 2.5 and 3.5 kg
were used in this study. Radiography procedure was performed twice on each cat:
without anesthesia and one week later with anesthesia (0.02 mg/BW Atropine and
10 mg/BW Zoletil®). Cats were given a positive contrast, barium sulphate
(BaSO4) (12 ml/kg BW intra orally, 30% w/v) followed by radiography study.
Radiography was performed at 5, 30, 60, 120, and 180 minutes after
administration of BaSO4. Cats were positioned on laterolateral and ventrodorsal
views. Data were analyzed descriptively using zone division and quantitatively by
measuring the difference between the intestine’s diameter during contraction and
relazation. The intestinal diameter was measured and statistically tested using
ANOVA. Result showed that in minute 180, BaSO4 has reached zone four in the


unanesthetized cat while in the anesthetized cat it still empty. The diameter
differences of the unanesthetized cat was higher compared to the anesthetized
which means the intestinal contraction in the unanesthetized cat was higher. This
means that tiletamine-zolazepam anaestetic reduces the motility and strength
contraction of the gastrointestinal.
Keywords: barium sulphate, contrast radiography, gastrointestinal motility,
tiletamine-zolazepam

STUDI RADIOGRAFI KONTRAS PENGARUH ANESTESI
TILETAMIN-ZOLAZEPAM TERHADAP MOTILITAS
SALURAN PENCERNAAN KUCING LOKAL

AJENG KANDYNESIA

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Radiografi
Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran
Pencernaan Kucing Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2012

Ajeng Kandynesia
NIM B04080050

ABSTRAK
AJENG KANDYNESIA. Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi TiletaminZolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal. Dibimbing oleh

DENI NOVIANA.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek anestesi tiletamin-zolazepam
(Zoletil®) terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studi
radiografi kontras. Hewan coba yang dipakai adalah tiga kucing jantan lokal
dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Setiap kucing diberikan dua perlakuan yaitu tanpa
anestesi dan selang satu minggu dengan anestesi (Atropin 0.02 mg/kg BB dan
Zoletil® 10 mg/kg BB). Sebelum dilakukan radiografi, kucing diberikan bahan
kontras positif (BaSO4) secara intra oral sebanyak 12 ml/kg BB (30% w/v).
Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, 180 menit. Kucing diposisikan
secara laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD). Data dianalisis secara deskriptif
berdasarkan intepretasi zona dan kuantitatif menggunakan perbedaan antara
diameter usus saat kontraksi dan relaksasi. Diameter usus diukur dan diuji statistik
menggunakan Anova. Hasil yang diperoleh pada menit ke-180, pada perlakuan
tanpa anestesi BaSO4 telah mengisi zona empat sedangkan dengan perlakuan
anestesi masih kosong. Perbedaan diameter usus dari perlakuan tanpa anestesi
memiliki hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Hal ini disebabkan
kontraksi usus pada perlakuan tanpa anestesi lebih kuat daripada perlakuan
anestesi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa anestesi
tiletamin-zolazepam memperlambat kerja motilitas dan menurunkan kekuatan
kontraksi saluran pencernaan.

Kata kunci: barium sulfat, motilitas gastrointestinal, radiografi kontras, tiletaminzolazepam

ABSTRACT
AJENG KANDYNESIA. Contrast Radiography Study for the Effect of
Tiletamine-Zolazepam on Gastrointestinal Motility in Domestic House Cat.
Supervised by DENI NOVIANA.
This research was conducted to figure the effect of tiletamine-zolazepam
(Zoletil®) on the gastrointestinal motility in a Domestic House Cat (DHC) through
contrast radiography study. Three male DHC weighing between 2.5 and 3.5 kg
were used in this study. Radiography procedure was performed twice on each cat:
without anesthesia and one week later with anesthesia (0.02 mg/BW Atropine and
10 mg/BW Zoletil®). Cats were given a positive contrast, barium sulphate
(BaSO4) (12 ml/kg BW intra orally, 30% w/v) followed by radiography study.
Radiography was performed at 5, 30, 60, 120, and 180 minutes after
administration of BaSO4. Cats were positioned on laterolateral and ventrodorsal
views. Data were analyzed descriptively using zone division and quantitatively by
measuring the difference between the intestine’s diameter during contraction and
relazation. The intestinal diameter was measured and statistically tested using
ANOVA. Result showed that in minute 180, BaSO4 has reached zone four in the


unanesthetized cat while in the anesthetized cat it still empty. The diameter
differences of the unanesthetized cat was higher compared to the anesthetized
which means the intestinal contraction in the unanesthetized cat was higher. This
means that tiletamine-zolazepam anaestetic reduces the motility and strength
contraction of the gastrointestinal.
Keywords: barium sulphate, contrast radiography, gastrointestinal motility,
tiletamine-zolazepam

STUDI RADIOGRAFI KONTRAS PENGARUH ANESTESI
TILETAMIN-ZOLAZEPAM TERHADAP MOTILITAS
SALURAN PENCERNAAN KUCING LOKAL

AJENG KANDYNESIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa
NIM

: Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi TiletaminZolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing
Lokal
: Ajeng Kandynesia
: B04080050

Disetujui oleh

Drh. Deni Noviana, Ph.D
Pembimbing


Diketahui oleh

Drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet (K)
Wakil Dekan

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Drh. Deni Noviana, Ph.D
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh
kesabaran selama penelitian serta penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si
selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan masukan dan
semangat selama menempuh pendidikan sarjana. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Drh. Mokhamad Fakhrul Ulum, M.Si dan Drh. Devi Paramitha
dan staf Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada teman-teman
seperjuangan di Avenzoar 45 terutama Maritrana Putri, Khansaa Mirajziana, Ester

Br Sembiring dan teman-teman satu bimbingan penelitian (Rio Aditya, Lynn Kaat
Laura, Ruri, Nisa, Andi R, Pras, Ayip, Erli, Ka Vully, dkk), atas kebersamaannya,
serta semua pihak yang tidak bisa penulis sampaikan satu per satu, terima kasih
atas segala dukungan, doa, dan semangat dalam membantu menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Papa, Mama, dan adik tercinta
Garyndo atas doa, cinta, dan curahan kasih sayangnya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, sehingga perlu kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, terutama
di bidang medis veteriner.

Bogor, November 2012

Ajeng Kandynesia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tiletamin-Zolazepam
Saluran Pencernaan Kucing
Dasar Radiografi
Peralatan Radiografi
Kamar Gelap
Persiapan Pengambilan Gambar Radiografi
Posisi atau Standar Pandang Pemotretan secara Umum
Faktor- Faktor Pembentuk dalam Radiografi
Perubahan yang terjadi dalam Interpretasi Radiografi
Bahan Kontras

METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Pemilihan Sampel dan Pengambilan Radiograf
Pencucian Film

Analisis Sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen
Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
3
3
4
5
5
5
6
6
6
7
7
8
8
8
9
9
9
9
16
17
19
19
19
19
21
31

DAFTAR TABEL
1 Waktu transit barium sulfat (BaSO4)
2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf tanpa anestesi arah
pandang laterolateral (LL)
3 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf tanpa anestesi arah
pandang ventrodorsal (VD)
4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah
pandang laterolateral (LL)
5 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah
pandang ventrodorsal (VD)
6 Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL)
7 Diameter usus kucing lokal arah pandang ventrodorsal (VD)

7
10
12
14
14
16
17

DAFTAR GAMBAR
1 Skema anatomi lambung dan usus halus dengan posisi laterolateral (LL) pada
hewan kecil
4
2 Skema anatomi lambung dan usus halus dengan posisi ventrodorsal (VD) pada
hewan kecil
4
3 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa
perlakuan anestesi
10
4 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa
perlakuan anestesi
11
5 Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa
perlakuan anestesi yang terlihat seperti kait
12
6 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan
perlakuan anestesi
13
7 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan
perlakuan anestesi
15
8 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang laterolateral
(LL) antar perlakuan
21
9 Selisih diameter usus terhadap waktu pada arah pandang laterolateral (LL)
antar waktu
25
10 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal
(VD)
26
11 Selisih diameter usus terhadap waktu pada sudut pandang ventrodorsal (VD) 30

DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa
anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL)
21
2 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit
ke-180 pada sudut pandang laterolateral (LL)
23

3 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa
anestesi dan anetesi) pada sudut pandang ventrodorsal (VD)
26
4 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit
ke-180) pada sudut pandang ventrodorsal (VD)
28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Anestesi menyediakansaranayang handaldan reversibelyang dapat
menyebabkan hewan menjadi tidak sadarpada saatoperasidan berbagai prosedur
lainyang rumitataupun yangberpotensimenyakitkan. Kombinasi tiletaminzolazepam merupakan salah satu anestesi umum dalam bentuk injeksi. Tiletamin
sebagai golongan cyclohexaminebekerja sebagai agen anestetikum dan zolazepam
sebagai agen sedativa dan muscle relaxant (Komariah 2008). Zolazepam adalah
golongan anestesi benzodiazepinesebagai antikonvulsan tanpa berpengaruh pada
jantung secara signifikan (Gorda et al. 2010). Zolazepam membantu kerja
tiletamin untuk mendepres sistem saraf pusat dan meningkatkan pemulihan dari
pengaruh anestesi.Anestesi tiletamin-zolazepam sangat efektif diberikan kepada
hewan karnivora yang memiliki keuntungan yaitu indeks terapeutik yang tinggi,
efek pernapasan yang minimal, dan kardiovaskular yang baik seperti halnya pada
kucing (Forsyth 1995).
Penggunaan anestesi sering dilakukan sebagai tindakan menjaga kesehatan
hewan oleh pemilik (owner) dengan tujuan mengurangi penderitaan apabila
diharuskan untuk melakukan tindakan medis. Tindakan anestesi tersebut dapat
dilakukan sebelum prosedur radiografi dalam mengidentifikasi massa abdominal.
Pergerakan massa dengan melihat motilitas saluran pencernaan dapat
diidentifikasi secara cepat dan langsung dengan menggunakan radiografi.
Radiografi merupakan gambaran yang terbentuk akibat interaksi antara
Roentgen (sinar X) dengan bagian atau organ tubuh atau dengan benda lain.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya
atenuasi sinar X (bahan kontras positif). Kontras berarti berbeda pada densitas
jaringan dapat menghasilkan opasitas yang berbeda pula, yang disebut radiografi
kontras (Kealy et al. 2011). Bahan kontras positif yang dipergunakan dalam
radiografi adalah barium sulfat (BaSO4) yang merupakan media kontras positif
(opaque) yang umum dipergunakan untuk menunjukkan sistem saluran
pencernaan. Barium sulfat berbentuk powder (serbuk putih), substansi yang
berbentuk kapur dan berfungsi untuk meningkatkan perbedaan densitas struktur
anatomi gastrointestinal guna menunjang penglihatan motilitas saluran
pencernaan. Motilitas saluran pencernaan dapat dipengaruhi juga oleh anestesi
yang digunakan terhadap kucing. Hingga saat ini belum ada penelitian tentang
pengaruh anestesi terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal dengan
menggunakan studi radiografi kontras. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh pemberian anestesi tiletamin-zolazepam terhadap motilitas
saluran pencernaan dengan radiografi kontras saluran pencernaan pada kucing
lokal.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari efek anestesi
tiletamin-zolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui
studiradiografi kontras.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan radiografi
kontras kucing lokal Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengetahui
efek yang ditimbulkan dari anastesi kombinasi tiletamin-zolazepam yang umum
digunakan pada kucing. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk
menjadi data pendukung untuk radiografi kontras kucing lokal dan menjadi dasar
untuk penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Tiletamin-Zolazepam
Anestesi merupakan tahap ketidaksadaran yang diinduksikan pada hewan.
Tiga komponen dari anestesi yaitu analgesik berupa hilangnya rasa sakit, amnesia
yaitu hilangnya memori, dan immobilisasi. Obat yang biasa digunakan untuk
anestesi biasanya memiliki efek yang berbeda-beda pada tiap area. Beberapa obat
mungkin digunakan tersendiri untuk menimbulkan efek ketiganya dan beberapa
obat lain hanya digunakan untuk anestesi atau sedatif saja atau dikombinasikan
dengan obat lain untuk memperoleh efek anestesi secara lengkap (Plumb 2005).
Anestesi umum yang sering digunakan pada kucing adalahkombinasi
tiletamin-zolazepam yang komposisi dari tiap vial mengandung tiletamin
(hydrochloride) sebanyak 125 mg, zolazepam (hydrochloride) sebanyak 125 mg
dan pelarut steril sebanyak 5 mL. Zolazepam merupakan derivate
benzodiazepinsebagai antikonvulsan yang efeknya dua hingga tiga kali lebih
tinggi dibandingkan dengan golongan Diazepin (Gorda et al. 2010). Kombinasi
tiletamin-zolazepam memiliki waktu induksi yang pendek, dosis rendah, tingkat
keamanan tinggi, waktu immobilisasi yang relatif konstan, dan pemulihan yang
baik. Dosis efektif pada anjing berkisar 6.6-9.9 mg/kg BB IM atau 2-4 mg/kg BB
IV dan pada kucing dari 6.0 sampai 11.9 mg/kg IM (Lukasik 1999).
Premedikasi(atropine sulfate 0.02 mg/kg SC) diberikan 15 menit sebelum
penggunaan tiletamin-zolazepam (Lukasik 1999). Atropin sulfate termasuk dalam
golongan antikolinergik mencegah bradycardia, sekresi saliva, bronkodilatator,
antidota terhadap efek toksik organophospate (Plumb 2005). Atropin merupakan
suatu alkaloid yang diekstrak dari tanaman Atropa belladona L, Datura
stramonium L, dan tanaman lain famili Solanaceae. Atropin umumnya
diperdagangkan berada dalam sediaan berupa larutan steril dalam pelarut water
for injection atau larutan NaCl 0.9%.Pemilihan dosis tergantung pada kebutuhan

waktu operasi dan kondisi hewan seperti umur, berat badan, lemah, gagal hati atau
gagal ginjal sehingga diperlukan pemeriksaan fisik sebelum anestesi diberikan.

Saluran Pencernaan Kucing
Abdomen merupakan salah satu bagian tubuh hewan, dimana di dalamnya
terdapat berbagai macam organ yang berperan penting dalam menjalankan fungsi
fisiologis. Organ yang berada didalam rongga abdomen yaitu organ pencernaan
yang terdiri atas rongga mulut (cavum oris), kerongkongan (esophagus), lambung
(gastrium), usus halus (intestinum), usus besar (colon), rektum, dan anus
(Komariah 2008). Kucing termasuk mamalia,sistempencernaan kucing
meliputimulut, gigi, kelenjar ludah, kerongkongan, lambung, usus, pankreas, hati,
dan kandung empedu.Sistempencernaanmenyerap, mencerna makanan,dan
menghilangkanzat buangan padatdari tubuh.

Dasar Radiografi
Radiografiatau sinar X telah ditemukanlebihdari satu abadyang lalu dan
telah digunakan dalam penanganan terhadap pasien untuk tujuan medis (Reed
2011). Revolusi dalam dunia kedokteran, radiografi pertama kali ditemukan oleh
Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Radiografi adalah
penggunaan sinar pengion seperti sinar X dan sinar gamma untuk membentuk
bayangan objek yang dikaji pada film. Sinar X merupakan salah satu bentuk dari
radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10 nm–100 pm
(Reed 2011).
Ada beberapa sifat fisik dan kimia sinar X, yaitu sinar X tidak dipengaruhi
oleh medan magnet, bergerak lurus, memiliki daya tembus yang semakin kuat
apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, serta dapat
menghitamkan kertas potret. Adapun manfaat penggunaan sinar Xdalam dunia
medis adalah sebagai sarana untuk terapi penyakit tumor serta untuk memberikan
pencitraan organ yang mengalami kelainan seperti metastatik pulmonary
neoplasia, heart disease, intestinal obstruksi, fraktura. Aplikasisinar X harus hatihati dikarenakan sinar X dapat menimbulkan kelainan biologi seperti kerusakan
sel-sel hidup, penghitaman kulit, kerontokan rambut, serta dapat menyebabkan
nekrosa yang kemudian berkembang menjadi kanker kulit (Corwin 2001).
Radiografi umumnya digunakan untuk mendiagnosa gambaran medikal dari
objek yang tidak tembus pandang misalnya bagian dari tubuh hewan atau
manusia. Radiografi abdomen dapat bermanfaat ketika kita akan melihat
hubungan antar berbagai organ. Salah satunya pembagian berdasarkan zona pada
radiografi abdomen. Menurut Thrall (2002), pembagian zona abdomen pada arah
pandang laterolateral (LL) terbagi atas lima zona sedangkan pada arah pandang
ventrodorsal (VD) terbagi atas empat zona.

4

Gambar 1

Skema anatomi lambung dan usus dengan posisi laterolateral (LL) pada hewan
kecil.St: lambung, C: kolon, 1: zona satu, 2: zona dua, 3: zona tiga, 4: zona empat, 5:
zona lima (Thrall 2002).

Gambar 2

Skema anatomi lambung dan usus dengan posisi ventrodorsal (VD) pada hewan kecil.
St: lambung, Py: pylorus, D: duodenum, C: kolon, 1: zona satu, 2: zona dua, 3: zona
tiga, 4: zona empat (Thrall 2002).

Peralatan Radiografi
Menurut Thrall 2002, beberapa kelengkapan yang harus dipenuhi dalam
radiografi diantaranya adalah mesin sinar X, film, kaset film, alat pelindung
anggota badan, markersebagai alat bantu pada saat pengkodean posisi
tubuh,illuminatorsebagai alat bantu dalam membaca hasil, alat pengering film,
hanger/frame sebagai penjepit film dalam proses pencucian, dan pengeringan
film.
Mesin sinar X terbagi menjadi tiga bentuk yaituunit mobiledigunakan untuk
hewan kecil dan dapat dipindahkan dalam satu areal/tempat praktik yang memiliki
kekuatan penetrasi medium. Unit stationer memiliki kekuatan penetrasi paling
kuat (sekitar 150 KVP dengan 100 MA), ditempatkan di rumah sakit hewan, dan
tidak dapat dipindahkan ketempat lain. Unit portable memiliki kekuatan KVP 90100 dengan 30 MA, berat antara 6-20 kg, mudah dipindahkan, serta tidak boleh
dipegang langsung dengan tangan.

Film adalah bagian tipis dari polyester yang dilapisi silver halide crystal
dengan bahan perekat adhesif. Kedua sisi film dilindungi dengan lapisan gelatin
pada permukaan luarnya. Silver halide crystal bersifat sensitif terhadap paparan
sinar X. Kristal halide yang terpapar sinar akan mengendap membentuk silver
metalic. Kaset adalah pelindung film dari paparan cahaya tampak dan sangat
sensitif terhadap cahaya tampak. Kaset film terdiri dari dua jenis yaitu tipe non
screendan tipe image intensifiying screen/rigid(McCurnin 2002).
Dalam melakukan radiografi sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu menggunakan alat pelindung anggota
badan. Alat pelindung anggota badan yang dimaksud adalah apron yang terbuat
dari timbal (Pb) yang mampu menghambat paparan sinar X ke tubuh, eyeprotektor
berfungsi sebagai pelindung mata, apron kelenjar tiroid berfungsi untuk
melindungi kelenjar tiroid dari paparan sinar X yang mengindikasikan terjadinya
tumor tiroid, serta glove berfungsi untuk melindungi tangan dari paparan sinar
X(Thrall 2002).

Kamar Gelap
Konstruksi kamar gelap berbentuk huruf ‘S’ yang terbagi atas daerah basah
dan daerah kering. Daerah basah merupakan ruangan yang digunakan untuk
proses pencucian film. Daerah kering merupakan ruangan untuk pemotretan dan
penggantian film, yang dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan film, kaset
film, dan hanger.
Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam konstruksi kamar gelap
harus memadai serta harus terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan kimia
lain (Thrall 2002).

Persiapan Pengambilan Gambar Radiografi
Menurut Thrall (2002), ada beberapa tahap persiapan dalam pengambilan
gambar radiografi diantaranya:
1. Rambut hewan harus bersih dan kering
2. Handling hewan
3. Menggunakan alat pelindung tubuh
4. Tanda identifikasi dari setiap radiografi
5. Teknik pengukuran sebelum pemotretan (jarak pasien dengan mesin, kontrol
panel pada mesin, jarak mesin terhadap kaset film, ketebalan objek, serta
penggunaan bahan kontras)
6. Menentukan standar pandang pemotretan

Posisi atau Standar Pandang Pemotretan secara Umum
Bagian ekstremitas hewan diletakkan di atas karet sesuai dengan posisi
pemotretan berdasarkan regio pemeriksaan. Salah satu arah pandang radiografi
adalah laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) (Thrall 2002).

6

Faktor- Faktor Pembentuk dalam Radiografi
Faktor-faktor pembentuk dalam radiografi adalah densitas, opasitas, dan
kontras radiografi (Thrall 2002).Densitas merupakan istilah yang menunjukan
kehitaman film yang ditentukan oleh banyaknya kristal perak yang terbentuk
akibat berinteraksi dengan sinar X yang dapat mencapai film setelah melalui
tubuh hewan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas atau jumlah
sinar X yang terbentuk diantaranya miliamperage (MA) yang merupakan standar
satuan jumlah elektro yang keluar dari katoda menuju anoda, lamanya exposure
(S) yaitu waktu mengalirnya arus dari katoda menuju anoda, mikroamperage
second (MAS) yang merupakan perkalian antara MA dan S, bahan anoda yang
mampu menerima pancaran elektron dari katoda.Kilovoltage peak (KVP)
merupakan energi yang dihasilkan oleh sinar X untuk melakukan penetrasi
melalui bagian tubuh sehingga akhirnya mencapai permukaan film.Focal spot film
distance (FFD) merupakan jarak spot tabung sinar X dengan permukaan film,
semakin kecil FFD maka densitas film akan semakin meningkat karena intensitas
sinar akan meningkat (Thrall 2002).
Opasitas merupakan istilah untuk gambaran radiografi yang ditimbulkan
dari pasien. Opasitas dibagi menjadi dua yaituradiolucent digunakan jika objek
mengabsorbsi sedikit radiasi dan radiopaque digunakan jika objek menahan
banyak radiasi. Opasitas sangat dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dari suatu
media. Media padat umumnya bersifat lebih radiopaque, media cair berada di
pertengahan antara radiopaque dan radiolucent, media gas lebih bersifat
radiolucent.
Kontras radiografi merupakan perbedaan opasitas antara dua area dalam
radiografi. Faktor utama yang mempengaruhi kontras radiografi yaitu
kilovoltagepeak (KVP) meningkat apabila daya tembus meningkat sehingga
menyebabkan kontras film akan rendah dan gradasi bayangan abu-abu akan
banyak sedangkan KVP menurun apabila daya tembus menurun sehingga
menyebabkan kontras film akan tinggi dan pada bayangan abu-abu akan sedikit.

Perubahan yang terjadi dalam Interpretasi Radiografi
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam interpretasi radiografi yaitu
ukuran, bentuk atau kontur, jumlah, lokasi, marginasi, radiopaque atau
radiolucent.Bentukan radiografi normal abdomen itu bervariasi dan banyak faktor
yang mempengaruhi diantaranya spesies, ras, derajat distensi lambung, volume
dan tipe lambung, posisi dalam pengambilan radiografi serta medium kontras
yang dipakai. Biasanya untuk mengenali abdomen terlihat dari lokasi dan
bentukan yang berisi gas, makanan atau keduanya (Thrall 2002).

Bahan Kontras
Kontras merupakan perbedaan densitas antar dua titik yang berbeda. Bahan
kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik

medik yang dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya
atenuasisinar X (bahan kontras positif). Bahan kontras barium sulfat (BaSO4),
berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Barium sulfat adalah agen kontras yang
digunakan dalam bentuk suspensi untuk evaluasi traktus gastrointestinal. Barium
sulfat tidak cocok digunakan dalam rongga tubuh atau sendi karena dapat memicu
terjadinya reaksi granulomatous (Kealy et al. 2011).
Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya
untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan
pada saluran pencernaan, biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah
pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feses. Radiografi
yang dilakukan menggunakan BaSO4 dengan posisi laterolateral (LL) dan
ventrodorsal (VD) untuk melihat perbedaan usus besar dari gas dengan isi usus
halus. Selain itu, bahan kontras dapat menunjukan massa kolon atau rektum dan
intussusceptio ileocaecocolic.
Kontras yang rendah di dalam abdomen menyatakan bahwa jaringan lunak
dan cairan tidak dapat dibedakan secara radiografis berarti media kontras
dibutuhkan untuk melihat permukaan lumen pada traktus gastrointestinal. Studi
pewarnaan kontras sangat umum digunakan untuk mengindentifikasi anatomi
yang tidak terlihat tanpa pewarnaan dan dapat juga digunakan untuk meneliti
fungsi organ seperti waktu pengosongan lambung dan waktu transit (McConnell
2009).
Tabel 1 Waktu transit barium sulfat (BaSO4)
Waktu
Langsung
5 menit
30 menit
60 menit

Struktur yang terlihat
Lambung
Lambung, duodenum
Seluruh bagian usus halus
Usus halus dan kolon

Sumber: Thrall (2002)

Secara umum pada pasien normal, pengosongan lambung seharusnya terjadi
dalam waktu 15 menit setelah pemberian BaSO4 berlangsung. Gastrografi
menggunakan BaSO4 pada hewan kecil secara general lambung akan kosong
dalam waktu 1-4 jam (Thrall 2002). Waktu transit BaSO4 secara umum dapat di
lihat pada Tabel 1.

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012.
Kucing lokal dipelihara di kandang Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Pengambilan gambar dan intepretasi hasil radiografi
dilakukan di Laboratorium Radiologi Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas
Kedokteran Hewan IPB.

8

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, termometer,
stetoskop, alat pengukur waktu, tabung erlenmeyer, esophagotube, syringe 20 cc,
mesin sinar X unit mobile, illuminator, apron, film, kaset film,hanger/frame,
marker, alat pengering film, dan processing machine (mesin pencucian) manual,
dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah barium sulfat, sediaan
premedikasi atropin, sediaan anestesi tiletamin HCl 2,5% dan zolazepam HCl
2,5% (Zoletyl 50®, Virbac animal health, Caros-Prancis), sediaan antelmintik
(Zypiran Plus®), alkohol 70%, film yang terbuat dari bahan tipis polyester yang
dilapisi silver halide crystaldengan bahan perekat (adhesif). Bahan pencuci film
seperti larutan developer (hidroquinon dan sodium carbonat), larutan rinser,
larutan fixer (garam ammonium thiosulfat), dan washer (air keran).
Pemilihan Sampel dan Pengambilan Radiograf
Radiograf diperoleh dari sampel tiga ekor kucing lokal jantan dengan bobot
badan 2.5-3.5 kg. Sampel dikondisikan dengan pemberian antelmintik dan
dipelihara dalam kandang selama dua minggu. Hewan percobaan dipuasakan
selama 12-24 jam sebelum dilakukan radiografi.
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan radiografi kontras
tanpa perlakuan anestesi. Tahap kedua dilakukan anestesi dengan menggunakan
tiletamin-zolazepam (10 mg/kg BB IM) dengan premedikasiAtropine sulfate
secara subkutan (0.02 mg/kg BB) dengan rentan waktu satu minggu setelah
perlakuan tanpa anestesi(Lukasik 1999). Radiografi kontras ini dilaksanakan
menggunakan esophagotube lalu dimasukkan suspensi BaSO4 (12 ml/kg BB, 30%
w/v) (McConnell 2009). Posisi pengambilan radiograf bagian abdomen dilakukan
pada posisi laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) dengan 2 jari setelah rusuk
terakhir sebagai titik pusat. Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, dan 180
menit. Pengambilan radiograf menggunakan focal spot film distance (FFD) dan
nilai kilovoltage peak (KVP) serta milliamperage second (MAS) yang disesuaikan
sesuai tebal jaringan dan regio pemeriksaan.

Pencucian Film
Setelah melakukan pengambilan radiograf, film dicuci secara manual.
Tahapan pencucian film dimulai dengan memasukkan film ke larutan developer
selama 3-5 menit pada suhu diantara 15ºC-27ºC, fungsi dari larutan tersebut adalah
mengubah ion perak bromida dalam kristal menjadi logam perak. Setelah itu,
memasukkan film ke larutan rinser yang dilakukan beberapa detik (16-20 detik)
bertujuan menyingkirkan larutan developer agar tidak terbawa kelarutan fiksasi.
Tahapan selanjutnya memasukkan film ke dalam larutan fixeryang berbentuk
garam ammonium dalam waktu dua kali waktu pencucian pada larutan developer,
fungsinya adalah mengubah kristal bromida menjadi tidak berkembang lagi dan
menyingkirkan senyawa perak yang tidak tersinari. Pencucian selanjutnya dengan

menggunakan washer(air keran) yang berfungsi untuk membersihkan dari sisasisa perak bromida pada film dengan waktu pencucian 30-40 menit dan
selanjutnya film dikeringkan.

Analisis sampel
Pembacaan radiograf dilakukan di ruang Laboratorium Radiologi Bagian
Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Radiograf yang akan
dianalisis digantung pada illuminator sesuai prosedur standar di ruang gelap.
Prosedur standar yang harus dipenuhi adalah pada saat membaca radiograf arah
pandang laterolateral (LL) bagian cranial hewan harus berada di sebelah kiri dan
bagian caudal berada di bagian kiri dari pembaca. Pada arah pandang ventrodorsal
(VD), radiograf bagian cranial hewan berada di atas dan bagian caudal hewan
berada di bawah sudut pandang pembaca. Pengamatan difokuskan pada daerah
abdomen. Analisis sampel menggunakan dua parameter yaitu deskriptif dan
kuantitatif.
Analisis deskriptif dilakukan dengan menentukan laju bahan kontras sesuai
dengan anatomi traktus gastrointestinal kucing pada setiap waktu pengamatan.
Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menentukan laju bahan kontras
berdasarkan pembagian zona dalam interpretasi radiografi abdomen dengan
melihat derajat opasitas menggunakan satuan presentase (%) dari setiap luasan
zona. Menurut Thrall (2002), pembagian zona abdomen pada arah pandang LL
terbagi atas lima zona sedangkan pada arah pandang VD terbagi atas empat zona.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengukur diameter usus pada saat kontraksi
dan relaksasi pada zona tiga.Pengukuran diameter diambil dengan tiga kali
pengulangan pada masing-masing kucing. Pengukuran diameter usus kucing dari
hasil radiograf menggunakan Software MacBiophotonicImage-J© (National
Institute of Health 2012)dan di uji statistik menggunakan Anova.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari penelitian disajikan dengan menggunakan dua parameter yaitu
pembagian zona berdasarkan anatomi organ gastrointestinal (GI) dan penilaian
derajat opasitas dalam interpretasi radiografi abdomen melalui gambaran laju
barium sulfat (BaSO4) pada arah pandang laterolateral (LL) dan ventrodorsal
(VD) serta mengukur diameter usus pada keadaan kontraksi dan relaksasi.
Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen
Gambar 3 radiograf arah pandang LL menunjukkan laju pergerakan BaSO4
yang mulai memasuki lambung pada menit ke-5 sampai usus besar pada menit ke180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 3A), radiograf terlihat
radiopaque dikarenakan BaSO4 yang memenuhi bagian pylorus lambung.

10

Lambung memiliki empat bagian yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus.
Gambar 3B memperlihatkan BaSO4 yang mengisi bagian usus halus. Seiring
berjalannya waktu, pada menit ke-60 BaSO4 mulai meninggalkan lambung
menuju usus besar yang dapat ditunjukkan pada gambar 3C. Pada menit ke-180
(Gambar 3D), BaSO4 telah meninggalkan lambung sepenuhnya ditandai dengan
radiolucent pada daerah g (Gambar 3D).

A

C
Gambar 3

B

D
Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa perlakuan
anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia
lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f:
usus besar, g: lambung.

Tabel 2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah
pandang laterolateral (LL)
Tanpa Anestesi
Waktu (menit)
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Zona 4
++
+++
5
+
+++
++
30
+
+
+++
60
++
+
180
- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GIdalam zona,
++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari
luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.

Tabel 2 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan
BaSO4pada radiograf arah pandang LL tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu
terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu
dari radiograf arah pandang LL organ gastrointestinal yang terlihat adalah
lambung dan sebagian usus. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit
ke-5 sebesar 25-50% dari luas organ gastrointestinal. Jumlahnya akan semakin
berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan dan benar-benar tidak
ditemukan bahan kontras di menit ke-180.
Organ gastrointestinal yang terlihat pada zona dua arah pandang LL tanpa
perlakuan anestesi adalah sebagian corpusdan pylorus lambung. Laju pergerakan

BaSO4 memasuki zona dua pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ
gastrointestinal dan akan berkurang pada menit ke-60 hingga terlihat radiolucent
pada menit ke-180. Pada zona tiga yang dipenuhi oleh usus halus dan usus besar,
belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5 dan baru terlihat pada menit ke-30.
Tidak berbeda dengan zona tiga, zona empat yang hanya berisi usus besar yaitu
kolon dan rektum baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 5-25% dari luas
organ gastrointestinal.

Gambar 4

Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa perlakuan
anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia
lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f:
usus besar, g: lambung, h: colon ascendens, i: colon transversal, j: colon descendens.

Gambar 4 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang
VD mulai mengisi lambung pada menit ke-5 hingga usus besar pada menit ke-180
tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 4A), terlihat adanya BaSO4
yang memenuhi bagian cardia, fundus, dan pylorus lambung yang
dikarakteristikkan dengan radiopaque. Gambar 4B menunjukkan BaSO4 masih

12

berada pada lambung dan sebagian masuk ke usus halus. Pergerakan BaSO4 mulai
meninggalkan lambung menuju usus besar di menit ke-60 terlihat pada gambar
4C. Pada menit ke-180 (Gambar 4D), BaSO4 telah meninggalkan lambung
sepenuhnya ditunjukkan dengan radiolucent pada daerah g dan telah melewati
usus besar yaitu kolon. Kolon terdiri atas kolon ascendens, kolon transversal, dan
kolon descendens yang membentuk seperti kait (Gambar 5) .

Gambar 5

Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa perlakuan
anestesi yang terlihat seperti kait. a: colon ascendens, b: colon transversal, c: colon
descendens.

Tabel 3 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah
pandang ventrodorsal (VD)
Tanpa Anestesi
Waktu (menit)
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Zona 4
+++
++
5
++
+++
++
30
+
+
+++
60
++
+++
180
- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona,
++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari
luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.

Tabel 3 memperlihatkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan
BaSO4 arah pandang VD tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap
masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari
radiograf arah pandang VD organ gastrointestinal yang terlihat hanya pylorus
lambung. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit ke-5 sekitar 50-75%
dari luas organ gastrointestinal sama halnya dengan arah pandang LL yang
semakin lama jumlahnya akan semakin berkurang dan benar-benar kosong di
menit ke-180.

Tidak berbeda dengan zona satu, pada zona dua juga terdapat lambung.
Perbedaannya, zona dua arah pandang VD terdapat lambung bagian corpus dan
pylorus. Laju pergerakan BaSO4 memasuki zona dua sebesar 25-50% dari luas
organ gastrointestinal dan terlihat radiolucent pada menit ke-180. Sama halnya
pada arah pandang LL, pada arah pandang VD zona tiga belum terlihat adanya
BaSO4 di menit ke-5. Organ intestinal yaitu kolon dan rektum yang berada pada
zona empat baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 50-75% dari luas
organ gastrointestinal.
Gambar 6 menunjukkan radiograf laju pergerakan setelah diberikan
BaSO4mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180pada arah pandang LL dengan
perlakuan anestesi. Gambar 6A terlihat adanya radiopaque yang memenuhi
seluruh bagian lambung. Berbeda pada tanpa perlakuan anestesi, gambar 6B
belum memperlihatkan adanya BaSO4 yang mengisi usus halus tetapi perlahan
mulai menuruni lambung dan memadat di bagian pylorus. Baru pada menit ke-60
sedikit demi sedikitBaSO4 bergerak menuju usus halus (Gambar 6C).

A

C
Gambar 6

B

D
Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan perlakuan
anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia
lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f:
usus besar, g: lambung.

Secara perlahan pada menit ke-180 BaSO4 mulai meninggalkan lambung
dan memenuhi usus halus (Gambar 6D). Pada Gambar 6D belum terlihat adanya
pergerakan BaSO4 yang dapat ditandai radiolucent pada daerah kolon di zona
empat. Pada perlakuan anestesi ini juga,radiopaque masih terlihat di bagian
lambung pada menit ke-180. Fenomena tersebut berbeda saat perlakuan tanpa
anestesi yang terlihat radiolucent di lambung pada akhir waktu pengamatan
(Gambar 3D).
Penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang LL
perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona menggunakan
satuan presentase (%) ditunjukan pada Tabel 4. Zona satu dari radiograf arah
pandang LL perlakuan anestesi disepanjang waktu pengamatan keberadaan BaSO4
selalu terlihat. Barium sulfat sebagian besar ada pada zona dua dengan jumlah
presentase (%)berfluktuasi. Laju pergerakan BaSO4 mulaimemasuki zona tiga

14

pada menit ke-60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan jumlahnya
bertambah hingga menit ke-180. Zona terakhir yaitu zona empat tidak terlihat
adanya BaSO4 yang dikarakteristikkan oleh radiolucent
Pergerakan BaSO4 arah pandang LLsecaraperlahan lebih terlihat pada
perlakuan anestesi. Terlihat pada zona satu dan zona dua di menit ke-180 masih
terdapat adanya BaSO4 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan di zona
tiga juga masih terlihat radiolucent hingga menit ke-30. Selain itu, pada zona
empat perlakuan anestesi sampai akhir waktu pengamatan tidak ditemukan
keberadaaan BaSO4. Hal ini berbeda pada perlakuan tanpa anestesi arah pandang
LL (Tabel 2) yang sudah menunjukkanradiopaque dari BaSO4di zona empat.
Tabel 4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi
arah pandang laterolateral (LL)
Anestesi
Waktu (menit)
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Zona 4
++
+++
5
+
++++
30
+
+++
+
60
+
+
++
180
- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona,
++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari
luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona..

Tabel 5 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4
arah pandang VD perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing
zona mengunakan satuan presentase (%). Barium sulfat mulai memasuki zona
satu pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal. Presentase
tersebut semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan. Berbeda pada
perlakuan tanpa anestesi, pada perlakuan anestesi arah pandang VD zona satu dan
dua terlihat masih ada BaSO4 yang tersisa di menit ke-180 yaitu sebesar 5-25%
dari luas organ gastrointestinal.
Tabel 5 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi
arah pandang ventrodorsal (VD)
Anestesi
Waktu (menit)
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Zona 4
+++
+++
5
++
++++
30
+
+++
+
60
+
+
++
180
- : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona,
++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari
luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.

Tidak berbeda pada arah pandang LL perlakuan anestesi (Tabel 3), pada
zona dua arah pandang VD perlakuan anestesi jumlah BaSO4 juga berfluktuasi di
setiap waktu pengamatan. Jika pada perlakuan tanpa anestesiBaSO4 mengisi zona
tiga di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi yang baru terjadi di menit ke-

60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal. Pada perlakuan anestesi juga
daerah zona empat terlihat radiolucent disepanjang waktu pengamatan.

Gambar 7

A

B

C

D

Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan perlakuan
anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia
lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f:
usus besar, g: lambung.

Gambar 7 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang
VD mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180 dengan perlakuan anestesi. Pada
menit ke-5 (Gambar 7A), seluruh bagian lambung dipenuhi oleh BaSO4 yang
ditunjukkan adanya radiopaque. Tidak berbeda jauh dengan Gambar7A, Gambar
7B (menit ke-30) juga masih terlihat radiopaque dan belum mengisi usus halus.
Pergerakan BaSO4 sangatlah lamban yang mengakibatkan hanya sedikit BaSO4
yang berada di usus halus terlihat pada gambar 7C. Pada menit ke-180 (Gambar
7D), sedikit demi sedikit BaSO4 telah meninggalkan lambung dan mengisi usus
halus (Gambar 7D). Pada perlakuan ini, pada menit ke-180 (Gambar 7D) tidak
ditemukannya bentuk kait seperti pada Gambar 4D. Hal ini dapat disebabkan laju

16

BaSO4 yang cukup lama akibat pengaruh anestesi sehingga belum memasuki usus
besar.
Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal
Tabel 6Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL)
Waktu
(menit)

Tanpa Anestesi

Anestesi

A

B

Selisih
A&B

A

B

Selisih
A&B

60

7.37±0.28

3.07±0.55

4.30±0.48a

6.72±0.48

2.94±0.50

3.77±0.60a

120

7.02±2.27

3.22±0.40

3.82±0.73a

5.80±2.88

2.69±0.63

3.22±2.25a

180

7.27±0.42

3.22±0.73

3.94±0.48a

7.26±0.63

3.63±0.44

3.62±0.32a

Rataan

7.28±0.27

3.27±0.09

4.02±0.09

6.59±0.74

3.09±0.48

3.50±0.53

huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan
nyata (p0.05) antar kelompok
perlakuan yang ditunjukkan dengan huruf superscript yang sama. Begitu pula
dengan uji statistik terhadap antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata (p>0.05). Akan tetapi, diperoleh rataan selisih diameter usus
relaksasi dan kontraksi pada perlakuan tanpa anestesi yaitu 4.02±0.09 mmyang
nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan anestesi yang hanya sebesar
3.50±0.53 mm.
Tabel 7 memperlihatkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji
statistik dari kedua perlakuan arah pandang VD. Tidak berbeda dengan arah
pandang LL, pada arah pandang VD juga rataan diameter Aperlakuan tanpa
anestesi nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu
8.45±0.82mm. Nilai dari rataan diameter A ataupun diameter B pada arah
pandang VD sedikit lebih besar dibandingkan pada arah pandang LL. Tidak
berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, pada
perlakuan tanpa anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan
anestesi. Begitu pula bila dilihat dari sudut pandang waktunya juga nilai rataan
diameter dikedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda.
Hasil uji statistik pada Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata
(p>0.05) dari kedua perlakuan. Akan tetapi, rataan dari selisih diameter A dengan
diameter B pada tanpa perlakuan anestesi lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan anestesi. Uji statistik berdasarkan antar waktu pengamatan
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05) pada perlakuan anestesi
sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi menunjukkan hasil berbeda nyata
(p