bersama. Teknik menjahit yang dipilih juga penting untuk mencapai kesembuhan yang optimal Semer.,2001.
Menurut Dunn 2004, pola jahitan sederhana terputus lebih sering digunakan oleh para dokter untuk menutup dinding abdomen dengan menggunakan benang yang terserap
seperti vicryl. Jika benang yang tidak terserap digunakan benang harus dilepaskan 5-10 hari setelah operasi. Hal ini dikarenakan tekanan pada yang sedang dalam proses kesembuhan
akan diserap oleh fascia, oleh karena itu para dokter menyadari untuk tetap mempertahankan luka agar tetap tertutup.
Jahitan kulit maupun subkutikuler harus cukup kuat untuk menahan tegangan kulit dan mempertahankan tepi luka pada posisinya. Pola jahitan pada kulit biasanya dapat berupa
pola jahitan menerus ataupun terputus. Namun pola jahitan sederhana terputus lebih digemari oleh para dokter. Benang non absorbable juga lebih disukai untuk menutup luka pada kulit.
Benang monofilament juga memberikan reaksi pada jaringan yang lebih sedikit dibandingkan benang multifilamen Dunn, 2005. Pola jahitan sederhana terputus mudah diaplikasikan,
memiliki tegangan yang lebih kuat dan jahitan ini membuat penyesuaian yang diperlukan untuk mensejajarkan tepi luka dengan baik Mackay, 2010. Dunn 2004 mengatakan bahwa
luka karena insisi waktu operasi dapat disatukan dengan menggunakan jahitan, staples, clips, strips penutup kulit, atau bahan perekat topikal.
2.3 Peradangan Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak Katzung., 2004. Proses terjadinya inflamasi sebenarnya merupakan
salah satu mekanisme pertahanan diri dari tubuh terhadap benda asing, tetapi jika proses ini berlangsung secara terus menerus kronis justru akan merusak jaringan Opal dkk., 1996;
Docke dkk., 1997; Westerndorp dkk., 1997. Kerusakan sel terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim
lisosomal yaitu arachidonic acid kemudian dilepas dari persenyawaan fosfolipid, dan berbagai eicosanoid akan disintesis Katzung., 2002. Kerusakan atau perubahan yang terjadi
pada sel dan jaringan akibat noksi akan membebaskan berbagai mediator atau substansi radang antara lain histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, dan leukotrien
Mansjoer, 1999.
2.3.1 Tanda peradangan
Proses terjadinya peradangan ini dapat diamati dari tanda-tanda utama peradangan yang mencakup kemerahan rubor, peningkatan panas kalor, pembengkakan tumor, rasa
sakit dolor dan adanya gangguan fungsi jaringan fungsio laesa Price dan Wilson., 1995. Adanya warna merah rubor yaitu sebagai hasil peningkatan aliran darah pada daerah radang
atau hiperemi Celloti dan Laufer., 2001. Timbulnya kemerahan pada permulaan peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia Price dan Wilson., 1995.
Panas kalor yaitu sebagai hasil hiperemi vaskuler Celloti dan Laufer., 2001. Panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam
keadaan normal lebih dingin dari 37C yaitu suhu di dalam tubuh. Peningkatan panas pada daerah peradangan disebabkan oleh darah dengan suhu 37C yang disalurkan tubuh ke
permukaan daerah yang mengalami radang lebih banyak daripada yang disalurkan ke daerah normal Price dan Wilson., 1995.
Pembengkakan atau tumor disebabkan oleh leukotrein yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler di daerah peradangan sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan dan
terlihat bengkak atau odema serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil dan makrofag. Selain itu, akibat adanya tekanan dari akumulasi cairan plasma pada saraf tepi di
sekitar peradangan akan menimbulkan rasa sakit dolor Beltrani., 2006. Sakit dolor disebabkan oleh adanya iritasi tekanan dan adanya produk metabolisme dan yang terakhir
kehilangan fungsi functio laesa karena fungsi jaringan berjalan secara tidak normal Celloti dan Laufer., 2001.
2.3.2 Mediator peradangan
Banyak substansi endogen yang dikeluarkan yang telah dikenal sebagai mediator peradangan, diantaranya adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin dan
leukotrien. Histamin merupakan produk dekarboksilasi asam amino histidin yang terdapat dalam semua jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam paru-paru, kulit dan
saluran cerna terutama pada sel mast, sedangkan leuokosit basofil adalah dalam bentuk tak aktif secara biologik dan disimpan terikat pada heparin dan protein basa. Histamin akan
dibebaskan dari sel tersebut pada reaksi hipersensitivitas, kerusakan sel misalnya pada luka serta akibat senyawa kimia pembebas histamin Mutschler,1999. Bradikinin dan kalidin
merupakan mediator radang yang secara lokal menimbulkan rasa nyeri, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin
Mansjoer,1999. Serotonin berasal dari asam amino esensial triptamin melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa usus dan di beberapa bagian otak
dengan konsentrasi tinggi. Serotonin disimpan dalam granula, terikat dengan adenosin triphosphat serta protein dan dibebaskan jika sel dirangsang melalui eksositosis dan
mengaktifkan reseptor spesifik. Pada trombosit, serotonin berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostasis Mutschler.,
1999.
2.4 Deksametason