Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

KEDELAI (

Glycine max (L.) Merill

) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

APRIYANI BARUS

090304127

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

KEDELAI (

Glycine max (L.) Merill

) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

APRIYANI BARUS

090304127

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Sri Fajar Ayu,SP,MM, DBA)

NIP : 195803251985021002 NIP : 197008272008122001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

APRIYANI BARUS (090304127), dengan judul skripsi Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara, dan untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Harga kedelai, harga pakan ternak, dan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan kedelai, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai ; faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai adalah harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam. Harga kedelai dan luas areal kedelai berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai, sedangkan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran kedelai ; Keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232,77 per kg dan jumlah produksi kedelai sebesar 12.318.830 kg.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 18 April 1991 di Medan, Sumatera Utara sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, putri dari Bapak S. Barus dan Ibu N. Ginting.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Pada tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar Negeri 066048 Medan.

2. Pada tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Medan.

3. Pada tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas Santo Thomas 2 Medan.

4. Pada tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahilang, Kecematan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai. Dan pada tahun yang sama di bilan September penulis melaksanakan penelitian skripsi di Sumatera Utara.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tujuan penulis menulis skripsi yang berjudul “Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai Di Sumatera Utara” adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis.

2. Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah sebagai Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah turut berperan dalam penyelesaian studi penulis.

5. Seluruh responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini yang telah memberikan data-data yang penulis butuhkan.


(6)

Dengan rasa hormat yang sedalam-dalamnya, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Ayahanda tercinta S. Barus dan Ibunda tersayang N. Ginting yang telah banyak mencurahkan kasih sayang, dukungan, perhatian serta pengorbanan yang sangat besar sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dan studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, juga kepada Kakanda Junita Barus, Amd dan Abangnda Devin Barus, SST yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan yang tiada terukur besarnya selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat saya Murni Artha Christy Tampubolon, Maysalina Ginting, Michaela Glady Sinambela, Juara Sinaga, Guruh Julio Tampubolon, Wellman Leonardo dan Theodoric Sigalingging atas suka dan duka selama dalam menjalani masa perkuliahan di kampus serta alam penyelesaian skripsi ini, juga teman-teman stambuk 2009 di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara khususnya Agribisnis yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun.

Medan, November 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 20

Hipotesis Penelitian ... 22

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 23

Metode Pengumpulan Data ... 23


(8)

Defenisi dan Batasan Operasional ... 29

Defenisi ... 29

Batasan Operasional... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

Kondisi Geografis ... 31

Iklim dan Topografi ... 32

Keadaan Penduduk... 32

Keadaan Ekonomi ... 36

Sarana dan Prasarana Jalan ... 37

Karakteristik Data... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara ... 40

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di\ Sumatera Utara ... 48

Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1996-2012

Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 di Sumatera Utara

Karakteristik Data untuk Analisis Permintaan Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1996-2012

Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Kedelai di Sumatera Utara 1996-2012

Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara Hasil Uji Normalitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara

Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di Sumatera Utara Hasil Uji Normalitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di Sumatera Utara

Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

3 33 34 35 37 38 38 40 41 42 46 47 48


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

1 2 3 4 5 6

Kurva Permintaan Kurva Permintaan Hicks Kurva Penawaran Kerangka Pemikiran

Aturan Membandingkan Uji Durbin-Watson

Tingkat Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Kedelai

11 15 17 21 29 52


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Hal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Kedelai Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2011

Permintaan Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1997-2012 Penawaran Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1997-2012

Harga Kedelai Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 1997-2012

Harga Pakan Ternak Tingkat Eceran di Sumatera Utara Tahun 1997-2012

Harga Daging Ayam Tingkat Eceran di Sumatera Utara Tahun 1997-2012

Luas Areal Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1997-2003 Produktivitas Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1997-2003 Jumlah Penduduk di Sumatera Utara Tahun 1997-2003 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara

Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di Sumatera Utara

Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Permintaan Kedelai di Sumatera Utara

Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Penawaran Kedelai di Sumatera Utara

Tabel Durbin-Watson (DW) α= 5%

57 58 58 59 59 60 60 61 61 62 67 72 73 74


(12)

ABSTRAK

APRIYANI BARUS (090304127), dengan judul skripsi Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara, dan untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Harga kedelai, harga pakan ternak, dan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan kedelai, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai ; faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai adalah harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam. Harga kedelai dan luas areal kedelai berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai, sedangkan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran kedelai ; Keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232,77 per kg dan jumlah produksi kedelai sebesar 12.318.830 kg.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan pertanian maju, efesien dan tangguh yang mampu meningkatkan produksi dan peanekaragaman hasil, guna memenuhi kebutuhan pangan, perbaikan gizi, penyediaan bahan baku industri dan memperluas lapangan kerja (Siregar, 1999).

Dalam pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian, sangat diperlukan strategi agribisnis bagi komoditas unggulan berskala ekonomis yang menghasilkan produk berdaya saing sangat tinggi, termasuk pengembangan usahatani non-padi seperti tanaman kedelai. Kondisi ini sejalan dengan peringatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), bahwa pada tahun-tahun mendatang, dunia akan terancam krisis pangan, sebagai dampak dari perubahan iklim dibelahan dunia (Anonimus, 2012).

Menurut Sartika (2011), kedelai merupakan salah satu tanaman palawija dan komoditas strategis yang ada di Indonesia, karena kedelai merupakan komoditas pangan yang paling penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Komoditas ini memiliki banyak kegunaan, terutama sebagai bahan baku industri makanan kaya protein nabati dan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai merupakan sumber lemak, mineral, dan


(14)

vitamin serta dapat diolah menjadi berbagai makanan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, dan susu.

Saat ini dengan berkembangnya industri pangan dan pakan berbahan baku kedelai yang dipacu oleh semakin tingginya tingkat permintaan pangan, permintaan kedelai di Indonesia meningkat tajam. Di lain pihak, tingkat produksi kedelai dalam negeri cenderung menurun, sehingga defisit kedelai yang terus meningkat dicukupi dari kedelai impor. Hal tersebut menyebabkan ketergantungan impor kedelai di Indonesia semakin tinggi (BPS, 2009).

Menurut Nasution (1990), untuk mengurangi ketergantungan pada kedelai impor yang terus meningkat, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas maupun pemberian dukungan pemerintah melalui kebijakan yang berpihak kepada petani, seperti pengaturan tata niaga kedelai, tarif bea masuk, dan penetapan harga dasar. Diharapkan berbagai kebijakan tersebut dapat memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam pengembangan agribisnis kedelai.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah andalan yang dapat meningkatkan produksi kedelai di Indonesia agar dapat memenuhi peningkatan permintaan kedelai dalam negeri. Peningkatan permintaan kedelai yang terjadi di Sumatera Utara disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk dalam mengkonsumsi kedelai dalam bentuk olahan dan dipergunakan sebagai industri pakan ternak.


(15)

Kedelai di Sumatera utara juga memiliki peranan penting bagi pemerintah, produsen kedelai, serta konsumen kedelai. Dimana peranan kedelai ini akan memberikan keuntungan bagi setiap masing-masing instansi.

Permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah penjumlahan dari kebutuhan kedelai untuk konsumsi dan industri. Sedangkan penawaran kedelai di Sumatera Utara adalah penjumlahan produksi kedelai dengan impor kedelai. Adapun permintaan atau kebutuhan kedelai dan penawaran kedelai di Sumatera Utara tersebut dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 1. Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1996-2011

(Sumber : Laporan Tahunan 2008, Pemantauan Ketersediaan Kebutuhan dan Cadangan Pangan tahun 2009-2011, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Sumatera Utara)

Dari tabel 1. Dapat diuraikan mengenai perkembangan antara penawaran dan permintaan kedelai di Sumatera Utara periode tahun 1997-2012 dapat dilihat sebagai berikut, bahwa perkembangan penawaran dan permintaan kedelai di Sumatera Utara berfluktuasi. Dari sisi permintaan kedelai di Sumatera Utara dapat diketahui bahwa jumlah permintaan kedelai yang tertinggi adalah sebesar

No Tahun Produksi (Ton) Impor (Ton) Total Penawaran (Ton) Total Permintaan (Ton) Perkembangan (%) Penawaran Permintaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 39.303 44.503 28.817 12.881 10.719 10.197 10.466 12.333 15.793 7.042 4.345 11.647 14.206 9.438 11.426 5.420 97 10.267 25248 8.702 2.760 922 38.821 12.275 45.752 34.445 58.597 65.449 71.636 83.259 106.370 110.075 39.400 54.770 54.065 21.583 13.479 11.119 49.287 24.608 61.545 41.487 62.942 77.096 85.842 92.697 117.796 115.485 12.070 11.026 9.640 10,211 12,542 14,745 14.706 15.399 80.866 84.056 56.580 57.314 58.111 58.617 61.302 60.115 - 39 (1,2) (60) (37,5) (17,5) 343,2 (50) 150 (32,6) 51,7 22,5 11,3 8 27 (2) - (8,6) (12,6) 6 22,8 17,56 (0,26) 4,71 425,14 4 (32,7) 1,3 1,4 0,87 4,6 (1,9)


(16)

84,056 ton yang terjadi pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 terjadi penurunan drastis jumlah permintaan kedelai yaitu sebesar 32,7 persen. Akan tetapi, pada tahun berikutnya jumlah permintaan kedelai mengalami peningkatan setiap tahunnya. Permintaan kedelai di Sumatera Utara yang terus meningkat ini tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri yang semakin menurun, sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut harus dilakukan impor dalam jumlah yang besar, disamping semakin berkembangnya industri pengolahan kedelai dan pakan ternak untuk industri perunggasan.

Dari sisi penawaran kedelai di Sumatera Utara, jumlah penawaran kedelai tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 117.796 ton. Penawaran kedelai di Sumatera Utara dapat terpenuhi akibat adanya impor kedelai. Impor kedelai di Sumatera Utara yang tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 110.075 ton, ini disebabkan karena rendahnya produksi lokal yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 5.420 ton, terjadi penurunan 52,5 persen dibandingkan tahun 2010, maka dari itu dilakukanlah impor kedelai untuk dapat memenuhi permintaan kedelai tersebut. Penyebab utama terjadinya impor kedelai di Sumatera Utara adalah karena rendahnya produksi lokal, produktivitas yang masih rendah, menurunnya luas areal lahan pertanian, minat serta keterampilan petani yang masih rendah untuk produksi kedelai dan kebijakan perdagangan bebas (bebas tarif impor), sehingga harga kedelai impor lebih murah dari kedelai produksi dalam negeri.


(17)

Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa penawaran kedelai di Sumatera Utara dapat memenuhi permintaan kedelai di Sumatera Utara dengan cara melakukan impor. Melihat permasalahan ini maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara yang belum banyak dilakukan, juga keadaan keseimbangan permintaan dan penawaran belum banyak diketahui.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka disusun permasalahan sebagai berikut:

1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara?

2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara?

3) Bagaimana keseimbangan harga kedelai berdasarkan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk: 1) Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan

kedelai di Sumatera Utara.

2) Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara.

3) Untuk menganalisis bagaimana keseimbangan harga kedelai berdasarkan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara.


(18)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1) Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi petani kedelai dalam memprediksikan persediaan dan permintaan masyarakat akan kedelai. 2) Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pembuat kebijaksanaan yang

berhubungan dengan komoditas kedelai.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya (Wawan, 2006).

Kedelai memiliki potensi pasar yang besar dan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi karena adanya persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai (Sudaryanto. 2001).

Masalah kurangnya produksi kedelai nasional untuk mencukupi permintaan dalam negeri telah dimulai sejak tahun 1928 dimana pada tahun itu impor kedelai mulai dilakukan dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Akibat resesi


(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya (Wawan, 2006).

Kedelai memiliki potensi pasar yang besar dan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Namun, potensi pasar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan produksi karena adanya persoalan teknis, sosial, dan ekonomi. Jika kondisi sosial ekonomi kondusif maka secara teknis pengembangan kedelai memiliki potensi dan peluang yang memadai (Sudaryanto. 2001).

Masalah kurangnya produksi kedelai nasional untuk mencukupi permintaan dalam negeri telah dimulai sejak tahun 1928 dimana pada tahun itu impor kedelai mulai dilakukan dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Akibat resesi


(21)

ekonomi tahun 1934, impor kedelai dilarang dan perlu diimbangi dengan upaya peningkatan produksi dalam negeri melalui perluasan areal panen.

Menurut Puslitbang Tanaman Pangan dalam Hadipurnomo (2000), Pengembangan usahatani kedelai di lahan sawah dan lahan kering ditempuh melalui : (1) perluasan areal, (2) peningkatan produktivitas hasil, (3) peningkatan stabilitas hasil, (4) penekanan senjang hasil, (5) penekanan kehilangan hasil dan (6) sistem produksi kedelai yang berkelanjutan berwawasan lingkungan.

Menurut Arsyad dan Syam (1995), dibandingkan dengan lahan kering, lahan sawah memiliki potensi yang lebih besar dalam mendukung peningkatan produksi kedelai. Pada lahan sawah irigasi, kedelai dapat diusahakan setelah tanam padi kedua. Penanaman kedelai di lahan sawah setelah padi tidak memerlukan pengolahan tanah sehingga memberikan keuntungan ganda, yakni mempercepat waktu tanam dan mengurangi biaya produksi. Selain lahan sawah, lahan kering juga memiliki potensi besar untuk pengembangan kedelai.Upaya pengembangan kedelai dilatarbelakangi oleh prospek peningkatan produksi kedelai sebagai akibat dari membaiknya harga kedelai di pasar dunia sehingga harga kedelai impor meningkat tajam. Kondisi tersebut menjadi peluang untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.


(22)

Konsumsi Kedelai

Jika dilihat dari persentase penggunaan kedelai dunia, diperkirakan sekitar 40 persen dari total produksi digunakan sebagai bahan makanan manusia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara, 55 persen sebagai pakan ternak dan hanya 5 persen sebagai bahan baku industri khususnya di negara - negara maju.

Sebagian besar konsumsi kedelai di Indonesia masih digunakan untuk bahan makanan manusia dalam bentuk olahan seperti tahu, tempe, kecap, tauco dan minuman sari kedelai. Jadi sebagian besar kedelai dikonsumsi oleh industri makanan olahan. Industri tahu dan tempe merupakan pengguna kedelai terbesar, dimana pada tahun 2002 saja, kebutuhan kedelai untuk tahu dan tempe mencapai 1.78 ton, atau 88 persen dari total kebutuhan nasional, sedangkan industri lainnya seperti industri tepung dan pati membutuhkan kedelai sebanyak 12 persen dari total kebutuhan nasional (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).

Kecenderungan konsumsi kedelai untuk konsumsi manusia meningkat dari tahun 1969-1993 sebesar 7.40 persen per tahun. Pengguna kedelai kedua adalah industri ternak setelah industri tahu dan tempe. Hasil olahan kedelai untuk pakan ternak berupa bungkil kedelai (dominan) dan konsentrat. Kecenderungan konsumsi kedelai untuk konsumsi ternak meningkat dari tahun 1969-1993 sebesar 8.58 persen per tahun (Sudaryanto,1996).


(23)

Penyediaan pakan ternak unggas di Indonesia saat ini masih mengalami kendala, satu diantaranya adalah masih tingginya komponen penyusun ransum berupa pakan import. Tentu saja hal ini secara langsung berimplikasi terhadap tingginya harga pakan pada tatanan konsumen. Sampai saat ini sekitar 80% dari seluruh komponen penyusun ransum unggas merupakan produk import seperti corn gluten meal (CGM), bungkil kedelai, meat bone meal (MBM) dan tepung ikan. Bungkil kedelai sampai saat ini masih merupakan komponen utama sumber protein nabati pada pakan unggas di Indonesia.

Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuh kembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dimulai dari budidaya, panen, prosesing, transportasi, pasar sampai pada industri pengolahan. Agar produksi kedelai dan olahannya mampu bersaing di pasar global, maka mutu kedelai dan olahannya masih harus ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan dalam proses produksi, pengolahan dan pemasarannya, khususnya penerapan jaminan mutu terpadu sejak tahapan budi daya hingga penanganan pascapanen.

Landasan Teori Permintaan (Demand)

Suatu barang dihasilkan oleh produsen karena dibutuhkan oleh konsumen dan karena konsumen bersedia membelinya. Konsumen mau membeli barang-barang yang mereka perlukan itu bila harganya “sesuai” dengan keinginan


(24)

mereka dan bila barang tersebut berguna bagi mereka. Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap sama. (Sugiarto, 2000).

Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut (Sukirno, 2003).

Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut : Px

Dx P3

P2 P1

Q1 Q2 Q3 Qx


(25)

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini mempunyai lereng (slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity demanded) naik dengan turunnya harga (Kadariah, 1994).

Adapun variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata rumah tangga, jumlah penduduk, harga-haga komoditi yang ada hubungannya dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel tersebut di atas, semua variabel lainnya dianggap tetap (Djojodipuro, 1991).

Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, seperti :

1. Harga barang itu sendiri

Menurut Sugiarto (2000), dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus. Secara umum bila harga suatu barang tinggi, hanya sedikit orang yang mau dan mampu membelinya. Sebaliknya jika harga barang tersebut diturunkan, lebih banyak orang yang mau dan mampu membelinya sehingga jumlah barang yang dibeli makin banyak.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut

Menurut Sukirno (2003), permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang-barang lain, baik atas barang subtitusi maupun


(26)

terhadap harga barang komplementer. Sifat dan pengaruh terhadap barang subtitusi dan komplementer ini dikarenakan permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh yang langsung maupun tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas suatu barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang mempunyai hubungan saling menggantikan fungsi kegunaan, dan juga saling melengkapi. Jika barang yang digantikan bergerak naik, maka akan dapat mengakibatkan jumlah permintaan barang penggantinya juga akan ikut mengalami kenaikan.

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal good) (Sukirno, 2003).

4. Citarasa masyarakat

Perubahan citarasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen akan suatu barang meningkat, permintaan akan barang tersebut akan meningkat. Sebaliknya, bila selera konsumen berkurang, permintaan akan barang tersebut menurun (Sugiarto, 2000).


(27)

5. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu barang karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan barang tersebut (Sugiarto, 2000).

6. Kualitas komoditas

Kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin tinggi kualitas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat (Rahim dan Diah,2008)

7. Perkiraan harga di masa mendatang

Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan dating dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan dating, maka permintaan akan barang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan dating, maka permintaan pada saat sekarang akan berkurang (Bangun,2007).


(28)

Kurva permintaan dapat diperoleh melalui penurunan kurva harga (Hicksian), dapat kita lihat pada gambar berikut (Pindyck dan Daniel, 2001) :\

Sandang (unit/bulan)

6 ●A

U1

5 ●C

U3 4 ●B

U2

Pangan (unit/bulan) 4 12 20

(a)

Harga Pangan $2 ●E

1,5

Kurva Permintaan 1 ●G

0,5 ●H

Pangan (unit/bulan) 4 12 20

(b)


(29)

Penurunan harga pangan, dengan pendapatan dan harga sandang yang tetap, menyebabkan konsumen memilih keranjang pasar yang berbeda. Pada (a), keranjang pasar yang memaksimalkan utilitas untuk berbagai harga pangan ( titik A, $2; B, $1; D, $0,5) merupakan kurva konsumsi-harga. Bagian (b) menunjukkan kurva permintaan yang menghubungkan harga pangan pada jumlah permintaanm (titil E,G, dan H masing-masing mengikuti titik A,B, dan D) ( Pindyck dan Daniel, 2001).

Penawaran (supply)

Menurut Sugiarto (2000), permintaan akan suatu barang dan jasa yang tidak disertai dengan penawaran barang dan jasa tidak dapat mewujudkan transaksi di pasar. Permintaan baru dapat dipenuhi bila penjual menyediakan barang-barang maupun jasa yang diperlukan. Dengan kata lain penjual menawarkan barang dan jasa yang diperlukan oleh pihak yang membutuhkan. Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh para produsen/penjual.

Menurut Sugiarto (2000), hukum penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah komoditi tersebut yang ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu komoditi, semakin sedikit jumlah yang ditawarkan oleh para penjual. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan antara harga dan jumlah yang ditawarkan berhubungan positif.


(30)

Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut : Px

Sx P3

P2 P1

Qx

Q1 Q2 Q3 Gambar 3. Kurva Penawaran

Kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva penawaran, ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternative yang mungkin terjadi dari komoditi yang besangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut (Kadariah, 1994).


(31)

Penawaran barang pada berbagai tingkat harga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dibawah ini yaitu :

1. Harga barang itu sendiri

Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga barang, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap barang dan harga barang tersebut. Dengan mempertahankan semua pengaruh lainnya tetap, kita ingin tahu bagaimana perubahan dalam jumlah suatu barang yang ditawarkan jika harganya berubah. Suatu hipotesis ekonomis dasar adalah bahwa bagi banyak barang, makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Dan sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, maka sedikit jumlah barang yang ditawarkan ( Kadariah, 1994).

2. Harga Barang Lain

Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.

3. Teknologi

Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi.

4. Luas areal (Ha)

Luas areal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran atau tingkat produksi suatu barang. Apabila luas suatu areal panen tidak dapat memenuhi produksi suatu barang, maka barang yang diproduksi pun tidak dapat memenuhi jumlah permintaan yang diminta oleh masyarakat. Maka luas panen


(32)

merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang ditawarkan.

5. Perkiraan harga di masa mendatang

Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa yang akan dating. Hal tersebut merupakan pengalaman petani selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut (Rahim dan Diah, 2008).

Analisis Keseimbangan Harga

Harga keseimbangan atau harga pasar (Equilibrium Price) adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan konsumen atau permintaan. Pada harga keseimbangan produsen/penawaran bersedia melepas barang/jasa, sedangkan permintaan/konsumen bersedia membayar harganya. Dalam kurva harga keseimbangan terjadi titik temu antara kurva permintaan dan kurva penawaran, yang disebut Equilibrium Price. Interaksi permintaan dan penawaran terjadi di pasar, maka harga keseimbangan disebut juga harga pasar.

Proses terbentuknya keseimbangan harga atau harga pasar dapat pula dicari dengan mengetahui fungsi permintaan dan juga fungsi penawaran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harga keseimbangan terjadi apabila jumlah permintaan sama dengan jumlah yang ditawarkan. Secara matematis hal ini ditunjukkan oleh persamaan


(33)

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan Qs = Jumlah Penawaran

Harga pasar suatu barang dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Dengan harga pasar dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Penentuan harga pasar tergantung dari penawaran, pemintaan dan bentuk pasar dimana penawaran dan permintaan itu terjadi. Oleh karena itu, perlu secara serentak dilakukan analisis terhadap permintaan dan penawaran akan suatu barang untuk menentukan harga dan jumlah yang diperjualbelikan dari barang tertentu (Sugiarto dkk, 2000).

Keadaan dipasar dikatakan dalam keseimbangan (equilibrium) bila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu tingkat harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian harga dari suatu barang dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan dengan melihat keseimbangan dalam suatu pasar (Sugiarto dkk, 2000).

Kerangka Pemikiran

Permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat harga. Penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga.


(34)

Dengan meningkatnya tingkat konsumsi dan pertambahan dari jumlah penduduk maka permintaan akan kedelai terus meningkat. Permintaan kedelai juga akan meningkat dengan berkembangnya industri-industri pengolahan kedelai dan industri pakan ternak. Permintaan kedelai di Sumatera Utara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Penawaran kedelai di Sumatera Utara dipengaruhi oleh harga kedelai,luas areal kedelai,dan harga daging ayam. Keseimbangan akan tercapai jika jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan.

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan Gambar

= ada pengaruh

Gambar 7. Skema Kerangka Pemikiran Permintaan

Kedelai

Penawaran Kedelai

Keseimbangan Permintaan Kedelai :

1. Harga kedelai 2. Harga pakan ternak 3. Harga Daging

Ayam

4. Jumlah Penduduk

Penawaran :

1. Harga kedelai 2. Luas Areal

Kedelai 3. Harga Daging


(35)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang sudah disusun maka disusun beberapa hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

1. Jumlah permintaan kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk

2. Jumlah penawaran kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai, luas areal kedelai,dan harga daging ayam

3. Keseimbangan harga kedelai berdasarkan jumlah permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara.


(36)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu pada provinsi Sumatera Utara. Dasar pertimbangan penunjukkan provinsi Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian adalah karena Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi kedelai yang dapat dibudidayakan oleh petani. Selain itu lokasi tersebut juga sangat representatif dari segi akses dan peluang untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah Desk Study data sekunder, yang dikhususkan untuk komoditas kedelai.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahunan selama 16 tahun yaitu periode tahun 1997-2012. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara , Dinas Pertanian Sumatera Utara, Dinas Peternakan Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan, hasil penelitian, jurnal, literature, dan instansi terkait lainnya. Jenis data yang dikumpulkan antara lain luas areal kedelai, produksi kedelai, produktivitas kedelai, permintaan kedelai, daftar harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah impor kedelai


(37)

Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesis dan tujuan yang akan diuji.

a. Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah harga kedelai,harga pakan ternak, dan harga daging ayam dengan menggunakan rumus:

Dkd

t = a + b1Pkdt + b2Pwt +b3Payt +b4Popt+ c Keterangan :

Dkd

t = Jumlah permintaan kedelai (Kg) a = Koefisien intersep

b1, b2, b3 ,b4 = Koefisian Regresi Pkd

t = Harga kedelai tingkat produsen (Rp/Kg) Pwt = Harga pakan ternak (Rp/Kg)

Pay

t = Harga Daging Ayam (Rp/Kg) Pop

t = Jumlah Penduduk (Jiwa) c = Konstanta regresi

Pengambilan keputusan :

Jika th < t tabel, tolak H1 ; terima H 0 pada taraf kepercayaan 95% Jika th > t tabel, tolak H

0 ; terima H1 pada taraf kepercayaan 95%

b. Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah harga kedelai,luas areal kedelai, dan harga daging ayam dengan menggunakan rumus :


(38)

Skd

t = a + b1Pkdt + b2Lat + b3Payt Keterangan :

Skdt = Jumlah penawaran kedelai (Kg) a = Koefisien intersep

b

1, b2, b3 = Koefisian Regresi Pkd

t = Harga kedelai tingkat produsen (Rp/Kg) La

t = Luas areal kedelai (Ha)

Payt = Harga Daging Ayam (Rp/Kg) c = Konstanta regresi

Pengambilan keputusan : Jika th < t tabel, tolak H

1 ; terima H 0 pada taraf kepercayaan 95% Jika th > t tabel, tolak H

0 ; terima H1 pada taraf kepercayaan 95%

c. Hipotesis 3 diuji dengan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu spss dan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dkdt = a + b1Pkdt Skdt = a + b1Pkdt

Dengan keseimbangan yaitu Dkd

t = Skdt Keterangan :

Dkd

t = Jumlah permintaan kedelai (Kg) Skd

t = Jumlah Penawaran kedelai (Kg) Pkdt = Harga Kedelai (Rp/Kg)


(39)

Uji Kesesuaian

1. Analisis koefesien determinasi (R-Square)

Penilaian terhadap koefesien detreminasi bertujuan untuk melihat apakah kekuatan variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin banyak variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefesien dterminasinya. (Nachrowi dan Usman, 2006).

2. Uji statistik F (secara serempak)

Uji F digunakan untuk uji ketepatan model, apakah nilai prediksi mampu menggambarkan kondisi sesungguhnya.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : Pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap permintaan/penawaran jagung adalah tidak nyata

H1 : Pengaruh Variabel bebas secara serempak terhadap permintaan/penawaran jagung adalah nyata

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 95% Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 95% 3. Uji statistik t (secara parsial)

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan/penawaran secara individu.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : Pengaruh variabel bebas secara individu terhadap permintaan/penawaran kedelai adalah tidak nyata


(40)

H1 : Pengaruh Variabel bebas secara individu terhadap permintaan/penawaran kedelai adalah nyata

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 95% Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 95%

Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Multikolinieritas

Multikolonieritas adalah situasi adalanya korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas yaitu (Sarjono dan Winda, 2011).

- Diantara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar daripada 0,90)

- Nilai tolerance < 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) > 10 2.Uji Normalitas

Uji normalitras untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan melihat penyebaran data, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagionalnya, model regresi emmenuhi asumsi normalitas. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov (Umar, 2008).


(41)

3.Autokorelasi

Menurut Supriana (2012), autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu dan individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Cara mendeteksi dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas. Untuk mempermudah dalam melihat pola hubungan yang dimaksud, dapat dengan membuat plot antara kedua variabel tersebut.

Menurut Nachrowi (2005), mendeteksi autokorelasi melalui uji Durbin-Watson merupakan cara yang paling popular. Aturan main menggunakan uji Durbin-Watson.

Perumusan model :

Ho = Tidak ada autokorelasi positif dan negative H1 = Ada autokorelasi positif atau negative

Bandingkan nilai d yang dihitung dengan dL dan dU dari tabel dengan aturan berikut :

1. Bila d< dL, tolak H0, berarti ada korelasi yang positif

2. Bila dL≤ d ≤ dU, kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

3. Bila dU < d < 4-dU, jangan tolak Ho maupun H1, artinya tidak ada korelasi positif maupun negative

4. Bila 4-dU≤ d ≤ 4-dL, kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa 5. Bila d > 4-dL, tolak H1, berarti ada korelasi negative.

Aturan main menggunakan uji Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut.


(42)

Tidak tahu Tidak tahu

Korelasi positif Tidak ada korelasi Korelasi Negatif

0 dL dU 4-dU 4-dL 4 Gambar 8. Aturan Membandingkan Uji Durbin-Watson Dengan Tabel

Durbin-Watson

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menganalisis penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

1. Luas areal adalah luas areal kedelai yang dipanen dalam satuan Ha.

2. Produtivitas kedelai adalah perbandingan jumlah produksi kedelai dengan luas areal kedelai dalam satuan ton/ha.

3. Penawaran adalah seluruh produksi kedelai ditambah jumlah impor kedelai yang ditawarkan produsen kepada konsumen di pasar Sumatera Utara.

4. Permintaan adalah besarnya konsumsi kedelai ditambah industri yang diminta oleh konsumen kepada produsen di pasar Sumatera Utara.

5. Harga kedelai adalah harga kedelai di Sumatera Utara pada tingkat produsen 6. Harga pakan ternak adalah harga pakan ternak di Sumatera Utara pada tingkat

eceran.

7. Harga daging ayam adalah harga daging ayam di Sumatera Utara pada tingkat eceran.


(43)

9. Keseimbangan harga kedelai adalah titik ekuilibrium jumlah kedelai yang ditawarkan dengan jumlah kedelai yang diminta oleh konsumen.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah : 1. Daerah penelitian adalah Sumatera Utara

2. Data yang digunakan adalah data mengenai pengaruh permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara selama tahun 1997 sampai tahun 2012. 3. Waktu penelitian adalah pada tahun 2013.


(44)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA

Deskripsi Daerah Penelitian Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang sangat strategis ditinjau dari segi letak geografisnya, karena terletak dalam jalur perdagangan Internasional. Berdasarkan letak geografis, Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, dengan letak astronomis berada pada garis 10 – 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografis, Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh di sebelah Utara, Negara Malaysia di Selat Malaka di sebelah Timur, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah Selatan, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa Pulau-pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Dari perwilayahan pengembangan, Sumatera Utara dibagi atas tiga wilayah pengembangan yaitu : Wilayah Pengembangan pantai Timur dengan luas sekitar 24.948 km2 yaitu 34,80% dari luas seluruh Sumatera Utara, Wilayah pengembangan Pantai Barat dengan luas kira-kira 26.413 km2, yaitu sekitar 36,85% dari luas Sumatera Utara dan Wilayah Pengembangan Daratan Tinggi dengan luas wilayah sekitar 20.317 km2 atau sekitar 28,35% dari luas seluruh wilayah Sumatera Utara. Jumlah pulau yang termasuk dalam wilayah


(45)

Sumatera Utara ada sebanyak 162 pulau, 156 pulau berada di wilayah pantai Barat dan 6 pulau berada di Pantai Timur.

Iklim dan Topografi

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,4°C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 23,7°C.

Provinsi Sumatera Utara juga mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantaranya kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.

Luas daerah dan ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara bervariasi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(46)

Tabel 2. Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

No Kabupaten/ Kota Luas

(Km²)

Letak/Ketinggian (m dpl) Kabupaten

1 Nias 980,32 0-800

2 Mandailing Natal 6.620,70 0-1000

3 Tapanuli Selatan 4.352,86 0-1.915

4 Tapunuli Tengah 2.158,00 0-1.266

5 Tapanuli Utara 3.764,00 150-1.700

6 Toba Samosir 2.352,35 900-2.200

7 Labuhan Batu 2.561,38 0-700

8 Asahan 3.675,79 0-1000

9 Simalungun 4.386,60 0-369

10 Dairi 1.927,80 400-1600

11 Karo 2.127,25 120-1.420

12 Deli Serdang 2.486,14 0-500

13 Langkat 6.263,29 0-1200

14 Nias Selatan 1.625,91 0-800

15

Humbang

Hasundutan 2.297,20 330-2.075

16 Pakpak Barat 1.218,30 700-1.500

17 Samosir 2.433,50 904-2.157

18 Serdang Bedagai 1.913,33 0-500

19 Batu Bara 904,96 0-50

20

Padang Lawas

Utara 3.918,05 0 -1.915

21 Padang Lawas 3.892,74 0-

22

Labuhan Batu

Selatan 3.116,00 0-500

23

Labuhan Batu

Utara 3.545,80 0-700

24 Nias Utara 1.501,62 0-478

25 Nias Barat 544,09 0-500

Kota

26 Sibolga 10,77 0-50

27 Tanjung Balai 61,52 0-3

28 Pematangsiantar 79,97 400-500

29 Tebing Tinggi 38,44 26-34

30 Medan 265,1 2,5-37,5

31 Binjai 90,24 0-28

32 Padangsidimpuan 114,65 260-1.100

33 Gunung Sitoli 469,36 0-600

Sumatera Utara 71.680,68


(47)

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2011 adalah sebesar 13.103.596 jiwa. Ini merupakan jumlah penduduk keempat yang terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 6.544.092 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebesar 6.559.504 jiwa. untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Golongan Umur (Tahun)

Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) 0 – 4

5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65+ Jumlah 732 656 752 129 721 596 641 981 565 045 539 250 506 864 453 479 406 192 354 147 301 078 222 538 132 909 214 228 6 544 092

694 839 706 672 681 556 626 059 574 551 541 393 504 274 459 973 417 633 370 192 307 192 224 381 152 241 298 435 6 559 504

1 427 495 1 458 801 1 403 152 1 268 040 1 139 596 1 080 643 1 011 138 913 452 823 825 724 452 608 270 446 919 285 150 512 663 13 103 596

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Dari tabek diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak yaitu pada golongan umur 5 – 9 tahun yaitu sebesar 1.458.801 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar 752.129 jiwa dan perempuan sebesar 706.672 jiwa. Dan yang paling sedikit jumlah penduduknya yaitu pada golongan umur tahun 60 – 64


(48)

sebesar 285.150 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebesar 132.909 jiwa dan perempuan sebesar 152.241 jiwa.

Pada tahun 2011 penduduk Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di daerah perdesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,66 juta jiwa (50,84%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,44 juta jiwa (49,16%). Dapat kita lihat dari tabel berikut : Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan Setiap

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

No Kabupaten/Kota Daerah Jumlah

Perkotaan Pedesaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Kabupaten Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara

Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Nias Utara Nias Barat Kota Sibolga Tanjung Balai Pematangsiantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Gunung Sitoli 1 588 68 345 11 973 79 786 29 867 43 379 167 702 265 782 262 334 49 058 91 597 1368 522 323 153 9 364 22 070 1 782 11 534 219 883 121 118 12 448 24 240 54 910 45 347 3 185 - 85 271 155 889 236 893 146 606 2 117 224

237 652 137 549 36 305 131 017 340 386 254 309 234 356 252 001 131 369 251 290 408 739 563 032 223 520 262 645 438 651 653 429 283 053 151 185 39 102 109 238 380 058 258 282 213 173 203 125 225 359 288 446 125 249 82 572 - - - - - 10 804 55 773 91 077 132 605 408 731 266 282 314 142 281 868 174 748 418 992 674 521 825 366 272 578 354 242 1 807 173

976 582 292 417 173 255 40 884 120 772 599 941 379 400 225 621 227 365 280 269 333 793 128 434 82 572 85 271 155 889 236 893 146 606 2 117 224

248 456 193 322 127 382


(49)

Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Medan yaitu sebesar 2.117.224 jiwa, dimana semua penduduk tersebut tinggal di kota. Dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Pakpak Barat yaitu sebesar 40.884 jiwa, dengan jumlah penduduk yang tinggal di kota sebanyak 1.782 jiwa dan di desa sebanyak 39.103 jiwa.

Keadaan Ekonomi

Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,58 persen, meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 314,16 triliun. Sektor industry masih sebagai 75amper75ic75r utama dengan peranan mencapai 22,50 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 22,48 persen dam sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 19,11 persen. Sementara itu, sektor-sektor lainnya memberikan total kontribusi sebesar 35,91 persen terhadap perekonomian di Sumatera Utara.

Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2011 sebesar 126,45 triliun. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 13,61 persen, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,96 persen dan sektor bangunan sebesar 8,54 persen. PDRB perkapita Sumatera Utara pada tahun 2011 sebesar Rp 23.974.864 meningkat dari Rp 21.236.780 pada tahun 2010. Sementara itu,


(50)

berdasarkan harga konstan 2000, PDRB perkapita tahun 2011 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010, yaitu sebesar Rp 9.138.733 pada tahun 2010 menjadi Rp 9.650.070 pada tahun 2011.

Tabel 5. Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 di Sumatera Utara

No Lapangan Usaha 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri

Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Asuransi, Usaha per-sewaan dan tanah, Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

70 635,87 4 341,19 70 672,27

2 966,49 20 172,88 60 032,52 28 832,79 21 887,63 34 615,37

PDRB/GRDP 314 156,94

Sumber

Sarana dan Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2011 adalah sebesar 34.125,305 km, yang terbagi atas jalan Negara 2.998,627 km, jalan Provinsi 3.048,500 km dan jalan Kabupaten/Kota 33.078,178 km (BPS, 2012).


(51)

Karakteristik Data

Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai hal yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai selama tahun 1997-2011. Untuk analisis permintaan, data yang digunakan adalah jumlah permintaan (1997-2012), harga produsen kedelai (1997-2012), harga eceran pakan ternak (1997-2012, dan jumlah penduduk (1997-2012). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Karakteristik Data untuk Analisis Permintaan Kedelai di Sumatera

Utara Tahun 1997-2012

No Uraian Satuan 1997 2012

1. 2. 3. 4. 5. Permintaan Kedelai Harga Produsen Kedelai Harga Eceran Pakan Ternak Harga Eceran Daging Ayam Jumlah Penduduk Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Jiwa 12.070 1.069 750 3.900 11.153.494 60.115 8.946 5.450 22.600 13.215.401

Untuk analisis penawaran, data yang digunakan adalah jumlah penawaran kedelai (1997-2012), harga produsen kedelai (1997-2012), luas areal kedelai (1997-2012), dan harga daging ayam (1997-2012). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Kedelai di Sumatera Utara Tahun 1997-2012

No Uraian Satuan 1997 2012

1. 2. 3. 4.

Penawaran Kedelai Harga Produsen Kedelai Luas Areal Kedelai

Harga Eceran Daging Ayam

Ton Rp/kg Ha Rp/Kg 39.400 1.069 36.529 3.900 115.495 8.946 5.475 22.600


(52)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian mengenai analisis permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara dilaksanakan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara. Dengan periode dari tahun 1997 sampai dengan 2012. Hal yang akan diteliti adalah mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai, faktor-aktor yang mempengaruhi penawaran kedelai, dan keseimbangan harga kedelai berdasarkan permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara.

Untuk penelitian ini variabel terikat dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah jumlah permintaan kedelai di Sumatera Utara, dan variabel bebasnya adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Sedangkan variabel terikat dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara adalah jumlah penawaran kedelai di Sumatera Utara, dan variabel bebasnya adalah harga kedelai,luas areal kedelai, dan harga kedelai di Sumatera Utara.

Untuk mencari model terbaik maka dilakukan beberapa kali respesifikasi model. Estimasi pada lampiran merupakan hasil yang dianggap paling memadai untuk menjelaskan perilaku permintaan dan penawaran kedelai yang memenuhi beberapa kriteria permodelan, diantaranya adalah kesesuaian hasil estimasi


(53)

dengan teori ekonomi, kesesuain secara statistic, dan memenuhi kriteria ekonometrik.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.

1. Uji Multikolinearitas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan liniear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika Tolerance Value > 0,10 dan Variance Inflaction Factor (VIF) < 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinearitas. Setelah dilakukan analisis pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara tidak terjadi gejala multikolinearitas. Hasil uji asumsi multikoloniearitas dapat d sajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara.

Model Colinearity Statistic

Tollerance VIF Harga Kedelai

Harga Pakan Ternak Harga Daging Ayam Jumlah Penduduk

0,154 0,102 0,118 0,116

6.486 9.831 8.509 8.610 Sumber : diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 10

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai toleransinya (tolerance) lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikoloniearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa


(54)

model regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara terbebas dari masalah multikoloniearitas.

2. Uji Autokorelasi

Pada lampiran 10 diperoleh nilai durbin-watson sebesar 1,629, dengan jumlah data sebanyak 16 dan jumlah variabel bebas sebanyak 4, maka berdasarkan tabel durbin-watson (lampiran 14) dengan signifikan 5 persen nilai du adalah 1,936 dan nilai dl adalah 0,734. Sehingga dapat dsimpulkan bahwa dl < d < du yaitu 0,734 < 1,629 < 1,936, tidak ada autokorelasi.

3. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas residual model regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut :

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 16

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.23368322E7

Most Extreme Differences Absolute .276

Positive .276

Negative -.197

Kolmogorov-Smirnov Z 1.105

Asymp. Sig. (2-tailed) .174

a. Test distribution is Normal.

Pada Tabel 9 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,174. Dan diatas nilai signifikan (0,05). Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.


(55)

Berdasarkan ketiga uji asumsi klasik tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara layak digunakan untuk mengambil suatu keputusan.

Permintaan kedelai di Sumatera Utara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedelai di Sumatera Utara dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 10. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Penduga Koefesien

Regresi

Sig t Sig F tolerence VIF Durbin Watson Konstanta

Harga Kedelai Harga Pakan Ternak Harga Daging Ayam Jumlah Penduduk R2

-561190,291 -4,899 -1,983 -0,261 0,051 0,735

0,012 0,294 0,832 0,902 0,013

0,003

0,154 0,102 0,118 0,116

6.486 9.831 8.509 8.610

1,629 Sumber : diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 10

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh persamaan sebagai berikut.

Dkdt = -561190,291 – 4,899Pkt – 1,983Pwt – 0,261Payt + 0,051 Popt

Dari persamaan tersebut diperoleh konstanta sebesar – 561190,291, nilai ini menunjukkan bahwa jumlah permintaan kedelai akan turun sebesar 561190,291 ton apabila tidak dipengaruhi oleh faktor harga kedelai (Pkt), harga pakan ternak (Pwt), harga daging ayam (Payt), dan jumlah penduduk (Popt).


(56)

Uji Kesesuaian

1. Analisis koefesien determinasi (R-Square)

Dari tabel 10 diperoleh nilai R-Square (R2) sebesar 0,735 artinya bahwa variabel bebas (harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk) mampu menjelaskan variabel terikat (permintaan kedelai) sebesar 73,5% sementara 26,5% lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

2. Secara serempak (uji statistik F)

Dari tabel 10 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,003 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh yang nyata terhadap permintaan kedelai di daerah penelitian.

3. Uji parsial (uji t)

• Harga Kedelai

Untuk harga kedelai diperoleh nilai koefesien sebesar -4,899, nilai ini menunjukkan bahwa permintaan kedelai akan turun sebesar 4,899 ton untuk setiap kenaikan harga kedelai sebesar seribu rupiah per ton per tahun, dimana faktor yang lain di anggap konstan. Dari tabel 10 diperoleh nilai signifikan t harga kedelai sebesar 0,294 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh harga kedelai terhadap permintaan kedelai adalah tidak nyata. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya


(57)

makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2003).

• Harga pakan ternak

Untuk harga pakan ternak diperoleh nilai koefesien sebesar -1,983, nilai ini menunjukkan bahwa permintaan kedelai akan turun sebesar 1,983 ton untuk setiap kenaikan harga pakan ternak sebesar seribu rupiah per ton per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan. Dari tabel 10 diperoleh nilai signifikan t harga pakan ternak sebesar 0,832 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh harga pakan ternak terhadap permintaan kedelai adalah tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa harga pakan ternak berbanding terbalik dengan permintaan kedelai. Jika harga pakan ternak naik maka permintaan kedelai akan berkurang. Pakan ternak merupakan barang komplementer atau pelengkap yang dijadikan sebagai bahan makanan ternak dengan bahan baku kedelai. Jadi jika harga pakan ternak naik maka pembuatan pakan ternak yang berbahan baku kedelai dikurangi.

• Harga daging ayam

Untuk harga daging ayam diperoleh nilai koefesien sebesar -0,261, nilai ini menunjukkan bahwa permintaan kedelai akan turun sebesar 0,261 ton untuk setiap kenaikan harga daging ayam sebesar seribu rupiah per ton per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan. Dari tabel 10 diperoleh nilai signifikan t harga kedelai sebesar 0,902 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh harga daging ayam terhadap permintaan kedelai adalah


(58)

tidak nyata. Kedelai merupakan bahan baku yang digunakan untuk industri pakan ternak. Ini berarti jika harga pakan ternak meningkat maka harga daging ayam meningkat pula. Jadi kenaikan harga pakan ternak memiliki pengaruh terhadap kenaikan harga daging ayam. Hal inilah yang menunjukkan jika harga daging ayam meningkat maka permintaan kedelai yang digunakan sebagai bahan baku industri pakan ternak akan menurun.

• Jumlah penduduk

Untuk jumlah penduduk diperoleh nilai koefesien sebesar 0,051, nilai ini menunjukkan bahwa permintaan kedelai akan naik sebesar 0,051 ton untuk setiap kenaikan jumlah penduduk per jiwa per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan. Dari tabel 10 diperoleh nilai signifikan t hjumlah penduduk sebesar 0,013 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Ini menunjukkan pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai adalah nyata. Kedelai merupakan bahan makanan pokok yang banyak di konsumsi dan digunakan sebagai bahan baku industri yang memiliki banyak kegunaan bagi penduduk, sehingga jumlah penduduk yang bertambah memiliki pengaruh yang tinggi terhadap permintan kedelai. Menurut Sugiarto (2000), Pertambahan jumlah penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu barang karena dalam kondisi tersebut akan banyak orang yang membutuhkan barang tersebut.


(59)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di Sumatera Utara Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.

1. Uji Multikolinearitas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan liniear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika Tolerance Value > 0,10 dan Variance Inflaction Factor (VIF) < 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinearitas. Setelah dilakukan analisis pada faktor-faktor yang mempengaruhi penawaram kedelai di Sumatera Utara tidak terjadi gejala multikolinearitas. Hasil uji asumsi multikoloniearitas dapat d sajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di Sumatera Utara.

Model Colinearity Statistic

Tollerance VIF Harga Kedelai

Luas Areal Kedelai Harga daging Ayam

0,209 0,367 0,124

4,783 2,725 8,052 Sumber : diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 10

Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai toleransinya (tolerance) lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikoloniearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara terbebas dari masalah multikoloniearitas.


(60)

2. Uji Autokorelasi

Pada lampiran 11 diperoleh nilai durbin-watson sebesar 2,249, dengan jumlah data sebanyak 16 dan jumlah variabel bebas sebanyak 3, maka berdasarkan tabel durbin-watson (lampiran 14) dengan signifikan 5 persen nilai du adalah 1,728 dan nilai dl adalah 0,857 Sehingga dapat dsimpulkan bahwa du < d < 4-du yaitu 1,728 < 2,249 < 2,272, tidak ada autokorelasi.

3. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas residual model regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai di Sumatera Utara

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 16

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.30402907E7

Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .103

Negative -.115

Kolmogorov-Smirnov Z .460

Asymp. Sig. (2-tailed) .984

a. Test distribution is Normal.

Pada Tabel 12 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,985. Dan diatas nilai signifikan (0,05). Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.


(61)

Berdasarkan ketiga uji asumsi klasik tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara layak digunakan untuk mengambil suatu keputusan.

Penawaran kedelai di Sumatera Utara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga kedelai, luas areal kedelai, dan produktivitas kedelai. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kedelai di Sumatera Utara dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 13. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

Penduga Koefesien

Regresi

Sig t Sig F tolerence VIF Durbin- Watson Konstanta

Harga Kedelai Luas Areal Kedelai Harga Daging Ayam

R2

-31715,283 10,396

1,296 1,868 0,846

0,200 0,009 0,040 0,305

0,000

0,209 0,367 0,124

4,783 2,725 8,052

2,249 Sumber : diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 11

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh persamaan sebagai berikut. Skd

t = -31715,283 + 10,396Pkt + 1,296Lat+ 1,868Prot

Dari persamaan tersebut diperoleh konstan sebesar -31715,283, nilai ini menunjukkan bahwa jumlah penawaran kedelai akan turun sebesar 31715,283 ton apabila tidak dipengaruhi oleh faktor harga kedelai (Pkt), luas areal kedelai(Lat), dan produktivitas kedelai (Prot)


(62)

Uji Kesesuaian

1. Analisis koefesien determinasi (R-Square)

Dari tabel 13 diperoleh nilai R-Square (R2) sebesar 0,846 artinya bahwa variabel bebas (harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam) mampu menjelaskan variabel terikat (penawaran kedelai) sebesar 84,6, sementara 15,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

2. Secara serempak (uji statistik F)

Dari tabel 13 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh yang nyata terhadap penawaran kedelai di daerah penelitian.

3. Secara parsial (uji t)

• Harga kedelai

Untuk harga kedelai diperoleh nilai koefesien sebesar 10,396 nilai ini menunjukkan bahwa penawaran kedelai akan naik sebesar 10,396 ton untuk setiap kenaikan harga kedelai sebesar seribu rupiah per ton per tahun, dimana faktor yang lain di anggap konstan. Dari tabel 13 diperoleh nilai signifikan t harga kedelai sebesar 0,009 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Ini menunjukkan pengaruh harga kedelai terhadap penawaran kedelai adalah nyata. Hal ini menunujukkan jika harga kedelai naik maka jumlah kedelai yang ditawarkan akan meningkat. Ini sesuai dengan teori menurut Daniel (2002), dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya makin rendah harga


(63)

barang, maka sedikit barang yang ditawarkan, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah.

• Luas areal kedelai

Untuk luas areal kedelai diperoleh nilai koefesien sebesar 1,296, nilai ini menunjukkan bahwa penawaran kedelai akan naik sebesar 1,296 ton untuk setiap kenaikan luas areal kedelai per hektar per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan. Dari tabel 13 diperoleh nilai signifikan t luas areal kedelai sebesar 0,040 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. Ini menunjukkan pengaruh luas areal kedelai terhadap penawaran kedelai adalah nyata. Hal ini berarti menunjukan bahwa setiap kenaikan luas areal kedelai memberikan dampak pada kenaikan penawaran kedelai setiap tahunnya.

• Harga daging ayam

Untuk harga daging ayam diperoleh nilai koefesien sebesar 1,868, nilai ini menunjukkan bahwa penawaran kedelai akan naik sebesar 1,868 ton untuk setiap kenaikan harga daging ayam sebesar seribu rupiah per ton per tahun, dimana faktor yang lain dianggap konstan. Dari tabel 13 diperoleh nilai signifikan t luas areal kedelai sebesar 0,305 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. Ini menunjukkan pengaruh harga daging ayam terhadap penawaran kedelai adalah tidak nyata. Berdasarkan hukum penawaran jika harga suatu barang meningkat maka penawaran barang tersebut akan meningkat pula atau sebaliknya. Kenaikan harga daging ayam memiliki pengaruh terhadap kenaikan harga pakan ternak. Pakan ternak merupakan barang komplementer atau pelengkap


(64)

yang dijadikan sebagai bahan makanan ternak dengan bahan baku kedelai. Jadi apabila harga pakan ternak meningkat maka harga daging ayam meningkat pula, sehingga menyebabkan penawaran kedelai yang akan dijadikan bahan baku dalam industri pakan ternak akan meningkat juga.

.

Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Kedelai di Sumatera Utara Dari fungsi penawaran dan fungsi permintaan, diperoleh model persamaan sebagai berikut (lampiran 12 dan lampiran 13)

Dkd

t = 10735,670 + 6,783Pkt Skdt = 9590,789 + 11,719Pkt

Berdasarkan asumsi keseimbangan maka diperoleh model keseimbangan sebagai berikut.

Dkdt = Skdt

Kemudian dapat disederhanakan sebagai berikut. 10735,670 + 6,783Pkt = 9590,789 + 11,719Pkt 10735,670 – 9590,789 = 11,719Pkt - 6,783Pkt 1144,881= 4,946Pkt

Pkt = 232

Maka harga Pkt adalah Rp 232 per kg, nilai tersebut merupakan nilai keseimbangan antara permintaan dan penawaran, sedangkan nilai outputnya yaitu harga keseimbangan disubsitusikan kedalam salah satu persamaan penawaran atau permintaan.

Dkdt = 10735,670 + 6,783Pkt Dkdt = 10735,670 + 6,783(232)


(65)

Dkdt = 10735,670 + 1573,656 Dkdt = 12309,326 ton

Jika digunakan persamaan penawaran Skd

t = 9590,789 + 11,719Pkt Skd

t = 9590,789 + 11,719(232) Skdt = 9590,789 + 2718,808 Skdt = 12309,597 ton

Hasil output pada tingkat keseimbangan jika menggunakan persamaan permintaan dan penawaran menghasilkan nilai yang hampir sama yaitu 12.309 ton. sehingga output produksi (Q) keseimbangan (Equilibrium) adalah 12.309 ton dan harga keseimbangan (Pkt) adalah 232 per kg. Secara grafik sebagai berikut:

P

S

Rp E

232 per Kg

D

12.309 Ton Q

Gambar 9. Tingkat Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Kedelai

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keseimbangan antara permintaan dan penawaran kedelai di Sumatera Utara terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232 per kg dan jumlah kedelai sebesar 12.309 ton. Implikasinya dengan


(66)

harga Rp. 232 per kg maka potensi kemampuan konsumen untuk membeli kedelai adalah sebesar 12.309 ton atau 12.309.000 kg.


(67)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Secara serempak, harga kedelai, harga pakan ternak,harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai. Secara individu, harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan kedelai, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Sumatera Utara.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam. Secara serempak, harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai. Secara individu, harga kedelai dan luas areal kedelai berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai, sedangkan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran kedelai di Sumatera Utara.

3. Keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232 per kg dan jumlah produksi kedelai sebesar 12.309.000 kg.


(1)

(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 16

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.30402907E7

Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .103

Negative -.115

Kolmogorov-Smirnov Z .460

Asymp. Sig. (2-tailed) .984


(3)

Lampiran 12. Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Permintaan

Kedelai di Sumatera Utara

Variables Entered/Removed

b

Model

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

1

Harga Kedelai

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Kedelai

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1

.603

a

.363

.318

23,120,817.92250

a. Predictors: (Constant), Harga Kedelai

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Kedelai

ANOVA

b

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

4.268E9

1

4.268E9

7.984

.013

a

Residual

7.484E9

14

5.346E8

Total

1.175E10

15

a. Predictors: (Constant), Harga Kedelai

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Kedelai

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std. Error

Beta

Toleranc


(4)

Lampiran 13. Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Penawaran

Kedelai di Sumatera Utara

Variables Entered/Removed

b

Model

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

1

Harga Kedelai

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Jumlah Penawaran Kedelai

ANOVA

b

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

1.274E10

1

1.274E10

46.180

.000

a

Residual

3.862E9

14

2.759E8

Total

1.660E10

15

a. Predictors: (Constant), Harga Kedelai

b. Dependent Variable: Jumlah Penawaran Kedelai

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std. Error

Beta

Toleranc

e

VIF

1

(Constant)

9590.789 8207.505

1.169

.262

Harga

Kedelai

11.719

1.724

.876

6.796

.000

1.000

1.000

a. Dependent Variable: Jumlah Penawaran Kedelai


(5)

Lampiran 14. Tabel Durbin-

Watson (DW) α= 5%

obs k'=1 k'=2 k'=3 k'=4 k'=5

N dL du dL du dL du dL du dL du

6 0.610 1.400 - - - -

7 0.700 1.356 0.467 1.896 - - - -

8 0.763 1.332 0.559 1.777 0.368 2.287 - - - -

9 0.724 1.320 0.629 1.699 0.455 2.128 0.296 2.588 - - 10 0.879 1.320 0.697 1.641 0.525 2.016 0.376 1.414 0.243 2.822 11 0.927 1.324 0.658 1.604 0.595 1.928 0.444 2.283 0.316 2.645 12 0.971 1.331 0.812 1.579 0.658 1.864 0.512 2.177 0.379 2.506 13 1.010 1.340 0.861 1.562 0.715 1.816 0.574 1.094 0.445 2.390 14 1.045 1.350 0.905 1.551 0.767 1.779 0.632 2.030 0.505 2.296 15 1.077 1.361 0.946 1.543 0.814 1.750 0.685 1.977 0.562 2.220 16 1.106 1.371 0.982 1.539 0.857 1.728 0.734 1.935 0.615 2.157 17 1.133 1.381 1.015 1.536 0.897 1.710 0.779 1.900 0.664 2.104 18 1.158 1.391 1.046 1.535 0.933 1.696 0.820 1.872 0.710 2.060 19 1.180 1.401 1.074 1.536 0.967 1.685 0.859 1.848 0.752 2.023 20 1.201 1.411 1.100 1.537 0.998 1.676 0.894 1.828 0.792 1.991 21 1.221 1.420 1.125 1.538 1.026 1.669 0.927 1.812 0.829 1.964 22 1.239 1.429 1.147 1.541 1.053 1.664 0.958 1.797 0.863 1.940 23 1.257 1.437 1.168 1.543 1.078 1.660 0.986 1.785 0.895 1.920 24 1.273 1.446 1.188 1.546 1.101 1.656 1.013 1.775 0.925 1.902 25 1.288 1.454 1.206 1.550 1.123 1.654 1.038 1.767 0.953 1.886 26 1.302 1.461 1.224 1.553 1.143 1.652 1.062 1.759 0.979 1.873 27 1.316 1.469 1.240 1.556 1.162 1.651 1.084 1.753 1.004 1.861 28 1.328 1.476 1.255 1.560 1.181 1.650 1.104 1.747 1.028 1.850 29 1.341 1.483 1.270 1.563 1.198 1.650 1.124 1.743 1.050 1.841 30 1.352 1.489 1.284 1.567 1.214 1.650 1.143 1.739 1.071 1.833 31 1.363 1.496 1.297 1.570 1.229 1.650 1.160 1.735 1.090 1.825 32 1.373 1.502 1.309 1.574 1.244 1.650 1.177 1.732 1.109 1.819 33 1.383 1.508 1.321 1.577 1.258 1.651 1.193 1.730 1.127 1.813 34 1.993 1.514 1.333 1.580 1.271 1.652 1.208 1.728 1.144 1.808 35 1.402 1.519 1.343 1.584 1.283 1.653 1.222 1.726 1.160 1.803 36 1.411 1.525 1.354 1.587 1.295 1.654 1.236 1.724 1.175 1.799 37 1.419 1.530 1.364 1.590 1.307 1.655 1.249 1.723 1.190 1.795 38 1.427 1.535 1.373 1.594 1.318 1.656 1.261 1.722 1.204 1.792 39 1.435 1.540 1.382 1.597 1.328 1.658 1.273 1.722 1.218 1.789 40 1.442 1.544 1.391 1.600 1.338 1.659 1.285 1.721 1.230 1.786 45 1.475 1.566 1.430 1.615 1.383 1.666 1.336 1.720 1.287 1.776


(6)