Analisis Keseimbangan Penawaran Dan Permintaan Jagung Di Sumatera Utara

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
SEPTIONERY SIBUEA 090304053
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI
OLEH:
SEPTIONERY SIBUEA 090304053
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota


Ir. Thomson Sebayang, MT NIP. 195711151986011001

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec NIP. 196302041997031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SEPTIONERY SIBUEA (090304053), dengan judul skripsi Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara, dan untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung dan model Cobweb untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga urea tahun sebelumnya, dan penawaran tahun sebelumnya. Harga jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung, sedangkan harga urea tahun sebelumnya dan penawaran tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran jagung ; faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Jumlah perusahaan pakan tahun sekarang berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung, sedangkan harga jagung tahun sekarang dan permintaan tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan jagung; keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah divergen atau menjauhi keseimbangan. Ini memberikan arti bahwa pengaruh harga terhadap penawaran sangat besar, sehingga peningkatan produksi sebagai respon atas kenaikan harga relatif besar. Kata kunci : Keseimbangan, Penawaran, Permintaan
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tiga Balata, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal 18 September 1991. Merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara dari Bapak M. Sibuea dan Ibu T. Rajagukguk.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut. 1) Tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar No 173630 Parsoburan, Kabupaten
Toba Samosir. 2) Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jorlang Hataran,
Kabupaten Simalungun. 3) Tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Raya, Kabupaten
Simalungun. 4) Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur reguler Ujian Masuk Bersama (UMB).
Pada bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Parit, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tahun yang sama di bulan Januari, penulis melaksanakan penelitian skripsi.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, yaitu Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Unit Kegiatan Mahasiswa-Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-KMK USU).
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara”. Kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan
Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP-USU yang telah memfasilitasi penulis dalam perkuliahan dan kegiatan di kampus, 2. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan, dan 3. Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Yani, Kak Lisbet, dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus.
Universitas Sumatera Utara

Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda M. Sibuea dan Ibunda T. Rajagukguk atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik materi, doa, serta kesabarannya dalam mendidik penulis selama ini. Juga ucapan terimakasih kepada Abangnda Sarjana Oktavianus Sibuea, SH, Abangnda Yandi Daniel Sibuea, Amd, Kakanda Vera Minda Sibuea, Amd, Abangnda Reymon Sibuea, SH, Kakanda Alemita Sri Andriani Sibuea, Amd, Adinda Ria Agnes Sibuea, Adinda Eny Yunci Yesika Sibuea, dan Adinda Wahyu Andri Sibuea yang juga memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua teman-teman stambuk 2009 Agribisnis, yang menjadi inspirasi selama penulis menjalani perkuliahan, secara khusus buat Alexander Silalahi dan sahabat-sahabat penulis Arianty Lediana Damanik, Sartika Panggabean, Siti Ulparia Lubis, dan Febry Tita Eka Putri untuk setiap motivasi, saran, dan doa yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Identifikasi Masalah ........................................................................ Tujuan Penelitian............................................................................. Manfaat Penelitian...........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HPOTESIS PENELITIAN ....................................
Tinjauan Pustaka ............................................................................. Landasan Teori................................................................................ Kerangka Pemikiran........................................................................ Hipotesis Penelitian.........................................................................
METODE PENELITIAN ......................................................................... Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................. Metode Pengambilan Data .............................................................. Metode Pengumpulan Data ............................................................. Metode Analisis Data ...................................................................... Defenisi dan Batasan Operasional................................................... Defenisi................................................................................ Batasan Operasional ............................................................
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA .........................................................................................................
Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................ Letak, Topografi, dan Iklim Daerah Penelitian ................... Keadaan Penduduk .............................................................. Keadaan Ekonomi ............................................................... Sarana dan Prasarana Jalan..................................................
Karakteristik Data ...........................................................................

i
ii
iii
v
vii
viii

ix
1 1 5 5 6
7 7 15 28 30
31 31 33 33 34 40 40 41
42 42 42 45 48 49 51

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Jagung di Sumatera Utara................................................................................ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jagung di Sumatera Utara................................................................................ Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara............................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. Kesimpulan...................................................................................... Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

52
52
55
58
61 61 62

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Tabel 1 Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012 2 Permintaan atau Kebutuhan Jagung di Sumatera Utara Tahun
2008-2012 3 Harga Jagung Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 2008-
2012 4 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Jagung Seluruh
Provinsi Di Indonesia Tahun 2012 5 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung Di
Sumatera Utara Tahun 2007-2011 6 Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 8 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan Setiap
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 9 Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2011 di Sumatera Utara 10 Panjang Jalan Menurut Status dan Kabupaten/Kota (Km) di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 11 Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Jagung di Sumatera
Utara Tahun 2003 – 2012 12 Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Jagung di Sumatera
Utara Tahun 2003 – 2012 13 Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran 14 Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Hal 2 3
4
32
33

44
46
47
49
50
51
51
53 56

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar 1 Kurva Penawaran 2 Kurva Permintaan 3 Kurva Permintaan Hicks 4 Kasus Cobweb 5 Skema Kerangka Pemikiran

Hal 16 18
22 25 29

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran 1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2011 2 Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 3 Permintaan Jagung di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 4 Harga Jagung Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 5 Harga Eceran Urea di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 6 Jumlah Perusahaan Pakan Ternak di Sumatera Utara Tahun 2003-2012 7 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi Penawaran
Jagung di Sumatera Utara 8 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan
Jagung di Sumatera Utara 9 Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Penawaran Jagung di Sumatera
Utara Tahun 2003-2012 10 Hasil Analisis Regresi Harga Terhadap Permintaan Jagung di Sumatera
Utara
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
SEPTIONERY SIBUEA (090304053), dengan judul skripsi Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Jagung di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara, dan untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung dan model Cobweb untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga urea tahun sebelumnya, dan penawaran tahun sebelumnya. Harga jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung, sedangkan harga urea tahun sebelumnya dan penawaran tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran jagung ; faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Jumlah perusahaan pakan tahun sekarang berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung, sedangkan harga jagung tahun sekarang dan permintaan tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan jagung; keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah divergen atau menjauhi keseimbangan. Ini memberikan arti bahwa pengaruh harga terhadap penawaran sangat besar, sehingga peningkatan produksi sebagai respon atas kenaikan harga relatif besar. Kata kunci : Keseimbangan, Penawaran, Permintaan
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan industri pakan. Jagung digunakan sebagai bahan baku utama pakan ternak dalam industri pakan. Pola konsumsi pangan akan mengalami perubahan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Permintaan terhadap produk peternakan seperti daging dan telur akan meningkat sehingga diperlukan ketersediaan pakan ternak yang cukup pula (BPS, 2009).
Jagung di Provinsi Sumatera Utara juga memiliki peranan penting bagi pemerintah, produsen jagung, dan konsumen jagung. Jagung berguna dalam meningkatkan ketahanan pangan, menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan sebagai sumber pendapatan bagi produsen. Dari segi konsumen, jagung berguna untuk dikonsumsi baik secara langsung maupun produk turunannya, serta sebagai pakan ternak, dimana pakan ternak tersebut dapat meningkatkan produk peternakan seperti daging dan telur yang dibutuhkan konsumen.
Penawaran jagung di Sumatera Utara ialah penjumlahan produksi, impor, stok awal dan dikurangi dengan ekspor. Penawaran jagung di Sumatera Utara dapat dilihat dari tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Penawaran Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012


No Tahun

Produksi (ton)

Impor (ton)

Stok (ton)

Ekspor (ton)

Penawaran (ton)

1 2008 1.098.969 40.519,017 91.202 314,476 1.230.375,541

2 2009 1.166.548 102.475,113 466.224 179,479 1.735.067,634

3 2010 1.377.718 100.846,810 409.013 212,705 1.131.648,105

4 2011 1.294.645 305.818,856 455.184 416,631 2.055.231,225


5 2012 1.369.090 217.083,050 512.875 386,000 2.098.662,050

Sumber: Produksi 2008-2009; Analisis Usaha Tani Tanaman Padi, Jagung, Kedelai dan

Tebu Sumatera Utara Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera

Utara, Produksi 2009-2012; www.bps.go.id, Impor dan Ekspor; Ekspor dan

Impor Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Stok;

Laporan Tahunan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

Produksi adalah hasil panen dari petani jagung di Sumatera Utara. Dari data di atas dapat dilihat bahwa produksi jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, produksi jagung Sumatera Utara sebesar 1.098.969 ton, tahun 2009 sebesar 1.166.548 ton, tahun 2010 sebesar 1.377.718 ton, tahun 2011 sebesar 1.294.645 ton, dan tahun 2012 sebesar 1.369.090 ton.

Impor adalah pemasukan jagung yang berasal dari luar negeri ke Sumatera Utara. Dari data di atas dapat dilihat bahwa impor jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, impor jagung Sumatera Utara sebesar 40.519,017 ton, tahun 2009 sebesar 102.475,113 ton, tahun 2010 sebesar 100.846,810 ton, tahun 2011 sebesar 305.818,856 ton, dan tahun 2012 sebesar 217.083,050 ton.

Stok merupakan hasil pengurangan dari ketersediaan dengan kebutuhan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa stok jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, stok jagung Sumatera Utara sebesar 91.202 ton, tahun 2009 sebesar 466.224 ton, tahun 2010 sebesar 409.013 ton, tahun 2011 sebesar 455.184 ton, dan tahun 2012 sebesar 512.875 ton.

Universitas Sumatera Utara


Ekspor adalah jagung yang dijual dari Sumatera Utara ke luar negeri. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ekspor jagung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 ekspor jagung Sumatera Utara sebesar 314,476 ton, tahun 2009 sebesar 179,479 ton, tahun 2010 sebesar 212,705 ton, tahun 2011 sebesar 416,631 ton, dan tahun 2012 sebesar 386 ton.

Permintaan jagung di Sumatera Utara adalah penjumlahan dari kebutuhan jagung untuk konsumsi dan industri. Permintaan atau kebutuhan jagung di Sumatera Utara tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2. Permintaan atau Kebutuhan Jagung di Sumatera Utara Tahun 2008-2012

No Tahun

Konsumsi + Industri (Ton)

1 2008

790.098

2 2009

801.891

3 2010


755.717

4 2011

982.731

5 2012

1.046.816

Sumber: Laporan Tahunan 2008, Pemantauan Ketersediaan Kebutuhan dan Cadangan

Pangan Tahun 2009-2012. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa permintaan Jagung di Sumatera Utara fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, permintaan jagung Sumatera Utara sebesar 790.098 ton, tahun 2009 sebesar 801.891 ton, tahun 2010 sebesar 755.717 ton, tahun 2011 sebesar 982731 ton, dan tahun 2012 sebesar 1.046.816 ton.

Harga jagung dapat mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung. Perkembangan harga jagung di Sumatera Utara dapat dilihat dari tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Harga Jagung Tingkat Produsen di Sumatera Utara Tahun 2008-2012

No Tahun

Harga Jagung (Rp/Kg)

1 2008

2.245

2 2009

2.605

3 2010

2.797

4 2011

3.006

5 2012

2.708

Sumber: Laporan Tahunan, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa harga jagung di Sumatera Utara meningkat dari tahun ke tahun, namun tahun 2012 harga jagung turun. Pada tahun 2008, harga jagung Sumatera Utara sebesar Rp 2.245/kg, tahun 2009 sebesar Rp 2.605/kg, tahun 2010 sebesar Rp 2.797/kg, tahun 2011 sebesar Rp 3.006/kg, dan tahun 2012 sebesar Rp 2.708/kg.

Konsumen pada dasarnya menginginkan agar harga suatu barang turun, sedangkan produsen menginginkan agar harga suatu barang itu naik. Kedua sisi itu bertentangan dalam menentukan harga suatu barang. Apabila kedua sisi ini dipertemukan, maka diperoleh suatu titik tengah yang disebut dengan titik keseimbangan atau ekuilibrium. Keseimbangan merupakan suatu keadaan dimana jumlah permintaan adalah sama dengan jumlah penawaran atas suatu barang pada harga tertentu (Bangun, 2007). Hal tersebut berlaku juga terhadap keinginan petani jagung. Menurut petani jagung di Sumatera Utara, harga jagung yang berlaku belum memberikan keuntungan kepada petani. Ditambah lagi dengan adanya kebijakan impor jagung dalam kondisi panen yang melimpah (Dewantoro, 2012). Permasalahan ketidaksesuaian harga yang terjadi dipicu oleh tidak terjadinya keseimbangan penawaran dan permintaan jagung. Jumlah penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara tidak sama (tidak seimbang). Pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat, bahwa penawaran pada tahun 2008 sebesar

Universitas Sumatera Utara

1.230.375,541 ton dan permintaannya sebesar 790.098 ton. Pada tahun 2009, penawaran sebesar 1.735.067,634 ton sedangkan permintaannya sebesar 801.891 ton. Pada tahun 2010, penawaran sebesar 1.131.648,105 ton dan permintaannya sebesar 755.717 ton. Pada tahun 2011, penawaran sebesar 2.055.231,225 ton sedangkan permintaannya sebesar 982.731 ton. Pada tahun 2012, penawaran sebesar 2.098.662,050 ton sedangkan permintaannya sebesar 1.046.816 ton. Kajian ini dilakukan untuk menjelaskan keadaan keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut. 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara? 3. Bagaimana keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera
Utara?
Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di
Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan informasi bagi para petani untuk mengetahui keadaan
penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi policy maker atau pemerintah dalam
mengambil kebijakan untuk menyusun program dalam pengembangan pertanian jagung di masa mendatang. 3. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk kegiatankegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Dalam teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah dalam arti persediaan terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua penduduk dunia. Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal, yakni karena volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk bertambah, atau akibat distribusi yang tidak merata (Tambunan, 2003).
Berkembang pesatnya penduduk beserta seluruh aktivitas sosial, ekonomi dan politik telah menimbulkan tantangan dan masalah yang sangat kompleks dan sangat mempengaruhi upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Situasi krisis pangan yang dialami oleh berbagai bangsa termasuk Indonesia, memberikan pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar mungkin bertumpu pada sumberdaya nasional dengan keragaman antar daerah, karena ketergantungan menyebabkan kerentanan yang tinggi. Tidak satupun negara dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan tanpa terlebih dahulu mengatasi masalah ketahanan pangannya. Oleh sebab itu, perwujudan ketahanan pangan yang bertumpu pada sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal telah menjadi komitmen nasional untuk diwujudkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Universitas Sumatera Utara

bersama masyarakat dalam arti luas termasuk dunia usaha yang bergerak di bidang pangan (Suryana, 2003).
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar (BPK, 2012).
Jagung sebagai bahan pangan merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Namun, jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat diandalkan. Selain karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan secara tradisional, disisi lain harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan oleh petani. Padahal, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak. Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih 120.000 ton jagung pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei di lapangan, penggunaan jagung sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10 % untuk setiap tahun. Sementara itu, industri lain, khususnya industri makanan, juga masih banyak membutuhkan jagung. Misalnya, industri gula jagung, tepung meizena, industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya (Martodireso dan Widada, 2002).
Universitas Sumatera Utara

Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu antara 580 LU - 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0-1300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 250-10.000 mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur 23-270C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun, tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah (keasaman tanah) antara 5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Terdapat beberapa jenis jagung yang dapat ditanam di Indonesia, yaitu dent corn (jagung gigi kuda-Zea mays indentata) dan flint corn (jagung mutiara-Zea mays indurata). Jagung mutiara berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Biji bagian luar keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal Indonesia umumnya adalah tipe jagung mutiara. Jenis jagung lain, seperti sweet corn (jagung manis-Zea mays saccharata) dan pop corn (jagung berondong-Zea mays everta) mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Di beberapa daerah terdapat jagung ketan atau waxy corn (Zea mays ceratina) yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan (Purwono dan Heni, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011).
Universitas Sumatera Utara

Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung sebagai berikut. a) Batang dan daun muda untuk pakan ternak b) Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos c) Batang dan daun kering untuk kayu bakar d) Batang jagung untuk lanjaran (turus) e) Batang jagung untuk pulp (bahan kertas) f) Buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan sambal goreng
Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. 1. Bahan pangan Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung, bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung. 2. Bahan pakan tenak Jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan, di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shorgum, hijauan dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh. 3. Bahan baku industri Produk olahan jagung banyak beredar di pasaran. Produk olahan jagung tersebut, umumnya berasal dari industri rumah tangga hingga industri besar. Beberapa
Universitas Sumatera Utara

industri yang mengolah jagung menjadi produk, secara garis besar adalah sebagai berikut. • industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung • industri giling basah, yaitu mengahasilkan pati, sirup,gula jagung, minyak,
dan dextrin • industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil
alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain (Purwono dan Rudi, 2005)
Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku (Purwono dan Rudi, 2005).
Karakteristik pasar dan pola produksi komoditas jagung merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap sistem pasar komoditas tersebut. Karakteristik pasar jagung dicirikan sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara

1. Produksi jagung bersifat musiman dan rentan terhadap bencana alam, sehingga penawaran jagung sangat fluktuatif. Usahatani secara intrinsik mengandung resiko produksi (production risk) yang tinggi. Resiko produksi jagung yang tinggi dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga petani, perekonomian desa maupun ketahanan pangan nasional.
2. Dalam pemasaran hasil posisi tawar petani jagung cenderung lemah, dikarenakan : (a) umumnya petani menjual jagung segera setelah panen dalam bentuk tongkol atau pipilan basah bahkan secara tebasan; (b) petani dihadapkan pada kebutuhan uang tunai untuk penggarapan lahan pertanaman berikutnya, karena itu nilai tambah dari pasca panen lebih banyak diminati oleh para pedagang, dan (c) penawaran jagung tidak elastis dan pasar jagung tersegmentasi secara lokal.
3. Perpaduan antara produksi jagung yang fluktuatif, dan penawaran jagung yang tidak elastis menyebabkan fluktuasi harga jagung di tingkat petani sangat tinggi dan tidak menentu. Ini berarti di samping resiko produksi, petani jagung juga menghadapi resiko harga (price risk) yang tinggi sehingga secara keseluruhan resiko usahatani jagung sangat tinggi. Fluktuasi produksi dan harga jagung juga merupakan resiko usaha bagi pedagang jagung yang diinternalisasikan ke dalam ongkos (marjin) pemasaran yang lebih tinggi. Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga jagung bermanfaat untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri guna pemantapan ketahanan pangan dan pemacuan perekonomian desa.
4. Harga jagung di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri. Ini berarti, peningkatan harga jagung di tingkat konsumen tidak
Universitas Sumatera Utara

ditransmisikan secara sempurna ke harga jagung di tingkat petani. Dengan demikian, fluktuasi harga jagung cenderung merugikan petani dan konsumen (Litbang, 2010).
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan kebijakan harga referensi daerah (HRD) jagung tahun 2012 sebesar Rp 2.133/kg pipilan kering. Dengan standart yang telah ditetapkan sebagai berikut. 1. Kadar air 17% 2. Aflatoxin maksimal 50 pbb 3. Tidak berjamur 4. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3% (BKP, 2012).
Harga hasil-hasil pertanian dalam jangka pendek, cenderung mengalami naik dan turun yang relatif besar. Harga bisa mencapai tingkat yang sangat tinggi pada suatu masa, sebaliknya akan mengalami kemerosotan yang buruk pada masa berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut dapat disebabkan oleh permintaan dan penawaran terhadap barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap tingkat harga apabila permintaan atau penawaran mengalami perubahan. Faktor yang menimbulkan ketidakstabilan harga pertanian yaitu naik turunnya penawaran dan permintaan.
 Ketidakstabilan yang bersumber dari perubahan penawaran Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar kemampuan petani untuk mengendalikannya. Produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah. Pada umumnya produksi hasil pertanian
Universitas Sumatera Utara

selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim lainnya. Perubahan musiman ini terutama dipengaruhi oleh keadaan cuaca, iklim dan faktor-faktor alamiah yang lain. Selain itu, serangan hama tanaman dan binatang pengganggu juga dapat menimbulkan pengaruh yang penting terhadap perubahan produksi hasil pertanian. Pada periode jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis. Di dalam jangka panjang, hal ini disebabkan karena elastisitas permintaan pendapatan terhadap barang pertanian rendah, yaitu kenaikan dalam pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil saja terhadap permintaan. Di dalam jangka pendek, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis karena kebanyakan hasil-hasil pertanian merupakan barang kebutuhan pokok harian, yaitu digunakan setiap hari. Walaupun harganya sangat meningkat namun jumlah yang sama masih tetap harus dikonsumsi. Sebaliknya pada waktu harga sangat merosot, konsumsi tidak akan banyak bertambah karena kebutuhan konsumsi yang relatif tetap. Oleh karena sifat permintaan atas barang pertanian yang tidak elastis tersebut, maka harga akan mengalami perubahan yang sangat besar sekiranya penawaran hasil pertanian mengalami perubahan.
 Ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan permintaan Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis, yaitu yang pertama adalah karena barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman. Kedua, beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh. Tanaman ini seperti tanaman buah-buahan dan bahan mentah. Penawaran barang pertanian yang sukar berubah tersebut diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya dapat
Universitas Sumatera Utara

menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan (Sukirno, 2005).
Penawaran dan permintaan bertentangan dalam menentukan harga suatu barang. Pada satu pihak menginginkan harga turun, sedangkan pihak lain menginginkan harga naik. Apabila kedua sisi ini dipertemukan maka diperoleh suatu titik tengah yang disebut dengan titik keseimbangan. Pada titik keseimbangan tersebut akan diperoleh harga keseimbangan dan jumlah barang keseimbangan. Sama halnya dengan penawaran dan permintaan jagung, dimana satu pihak menginginkan harga turun dan pihak lain menginginkan harga naik (Bangun, 2007).
Landasan Teori Penawaran Fungsi penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang dengan jumah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa bila harga naik, jumah barang yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2003).
Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslop positif artinya perubahan harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q. Kurva penawaran tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini (Bangun, 2007).
Universitas Sumatera Utara

P

P2 P1 P0

Q0 Q1

Q2

Gambar 1. Kurva Penawaran

Q

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah sebagai berikut (Rahim dan Diah, 2008). a. Harga input Besar kecilnya harga input akan mempengaruhi jumlah input (faktor produksi) yang dipakai. Sebagai contoh, bila harga faktor produksi menurun produsen cenderung akan membelinya dalam jumlah yang relatif besar. b. Harga komoditas itu sendiri Jika harga semakin murah, penawaran terhadap produk itu berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan hukum penawaran,” bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan bertambah dan begitu juga sebaliknya. c. Harga komoditas lain Adanya perubahan harga produksi alternatif lain menyebabkan terjadinya jumlah peningkatan produksi atau semakin menurun. Contohnya, bila produsen menganggap harga produk lain lebih baik dari harga produknya menyebabkan produsen beralih mengusahakan produk lain tersebut.

Universitas Sumatera Utara

d. Teknologi Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi. e. Jumlah lembaga pemasaran Apabila jumlah lembaga pemasaran suatu produk semakin banyak, penawaran produk tersebut akan bertambah. f. Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa datang. Hal tersebut merupakan pengalaman petani selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut.

Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa, bentuk persamaan matematis

secara umum dan sederhana yang menjelaskan hubungan antara tingkat

penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas

pertanian adalah.

��� = ���(������, ������, ������, ���, ���������, ������������)

Dimana:

S = penawaran akan komoditas pertanian

Pi = harga input

Px = harga komoditas itu sendiri

Py = harga komoditas lain

T = teknologi

Nlp = jumlah lembaga pemasaran

Hpro = Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang

Universitas Sumatera Utara

Permintaan Permintaan masyarakat terhadap barang tertentu berarti kesediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang tertentu tinggi, maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit, kalau dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan menyebutkan bahwa, bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan lainnya tetap (Desmizar dan Kasir, 2003).

Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menghubungkan antara harga dengan jumlah permintaan suatu barang. Ciri dari kurva permintaan antara lain, garis tersebut turun dari kiri atas ke kanan bawah, dan berslop negatif yang menggambarkan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara terbalik. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007).

P

P P P

Q2 Q1

Q0

Gambar 2. Kurva Permintaan

Q

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian adalah sebagai berikut. a. Harga komoditas itu sendiri Jika harga semakin murah, permintaan terhadap produk itu bertambah. Hal tersebut berkaitan dengan hukum permintaan, bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang diminta akan berkurang dan begitu juga sebaliknya (Rahim dan Diah, 2008). b. Harga komoditas lain Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya, yaitu barang substitusi dan barang komplementer (Bangun, 2007). c. Pendapatan Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat sehingga permintaan akan suatu komoditas meningkat (Rahim dan Diah, 2008). d. Selera Selera juga dapat mempengaruhi permintaan. Apabila selera masyarakat terhadap suatu barang tinggi, maka perimintaan akan barang tersebut juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila selera masyarakat terhadap suatu barang rendah, maka permintaan akan barang tersebut juga rendah. e. Jumlah penduduk Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi jumlah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya, permintaan akan suatu barang akan semakin berkurang apabila jumlah penduduk semakin berkurang (Bangun, 2007).
Universitas Sumatera Utara

f. Kualitas komoditas Kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin tinggi kualitas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat (Rahim dan Diah, 2008). g. Perkiraan harga di masa mendatang Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan berang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan pada saat sekarang akan berkurang (Bangun, 2007).
Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian di atas adalah sebagai berikut.
��� = ���(������ , ������ , ���, ���, ���, ���, ���������) Dimana: D = permintaan komoditas Px = harga komoditas itu sendiri Py = harga komoditas lain I = pendapatan T = selera N = jumlah penduduk Q = kualitas komoditas EsP = perkiraan harga di masa mendatang
Universitas Sumatera Utara

Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran dengan kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0, yang akan menghasilkan kurva permintaan Hicks. Gambar 3 panel (a) menggambarkan konsep uitilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis ���0- ���0 menggambarkan garis anggaran (budget line) dalam kondisi awal. Titik persinggungan antara kurva ���0 dengan garis ���0- ���0, pada titik A merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 3 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) dipetakan pada panel (b) sebagai titik a. dimisalkan terjadi penurunan harga dari ���0 ke ���1, maka garis anggaran ���0- ���0 bergerak menjadi ���0- ���1. Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan adanya perubahan harga dari ���0 ke ���1. Salah satu cara adalah dengan mengubah pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari ���0 ke ���1), sehingga konsumen tersebut tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni ���1-���1 yang merupakan garis pararel dengan ���0- ���1, adalah garis yang menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran ���1-���1 dengan kurva indiferen lama U0 menghasilkan tingkat konsumsi barang X sebesar X2, jika titik ini dipetakan dengan titik harga baru pada tingkat ���1 pada panel (b), akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika titik perpotongan a dengan titik perpotongan c dihubungkan, akan diperoleh kurva permintaan Hicks yang dapat dilihat pada gambar berikut (Fauzi, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Y ���0 ���1
Harga

A

C ���1 ���0

���0 X0 X2

���1

(a)

���2 X

a ���0 ���1 c
X0 X2 (b)
Gambar 3. Kurva Permintaan Hicks

X

Universitas Sumatera Utara

Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan
Teori mengenai penawaran dan permintaan pada halaman 15-20 dianalisis dengan sistem statis. Menurut Simatupang (1995), sistem statis tidak dipengaruhi atau tidak bergantung pada perubahan waktu. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem statis hubungan antara variabel-variabel yang relevan berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan statis: untuk merumuskan rencana-rencana permintaan sebuah rumah tangga “harga suatu barang untuk periode yang akan datang adalah P1, maka rumah tangga yang bersangkutan akan membeli X1; dan bilamana harga pada periode yang akan datang adalah P2, maka rumah tangga tersebut akan membeli barang sebanyak X2 dan seterusnya”.
Dalam Simatupang (1995), di sisi lain ada sistem yang dipengaruhi oleh perubahan waktu yaitu sistem dinamis. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan, nilainya tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan dinamis: diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang diperkirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu.
Sistem dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Sebagai contoh di dalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan
Universitas Sumatera Utara

secara kontinu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaianpenyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ekonom tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ekonom tersebut bekerja dengan sebuah sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995).
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dinamis dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah. Sistem dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis, terjadi perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah terdapatnya umpan balik. Sistem dinamis mendekati permasalahan dengan mengamati proses umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang teramati (Simatupang, 1995).
Salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb dapat dibagi menjadi 3 yaitu. a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap. b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi
dengan jarak yang semakin membesar (Setiawan, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Kasus Cobweb
Dalam kasus I, harga keseimbangan adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke
Universitas Sumatera Utara

pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.
Dalam kasus II, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp 30).
Pada kasus III, kurva penawarannya elastis sekali sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah eksplosi. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu (convergen) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil.
Ketiga kasus Cobweb di atas merupakan perilaku dan respon petani pada umumnya. Serupa dengan kasus di atas, perilaku dan reaksi petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan