Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Kedelai Sumatera Utara

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

ABEDNEGO SURANTA KAROSEKALI

117039010/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Abednego S Karosekali 117039010/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Kedelai Sumatera Utara

Nama : Abednego Suranta Karosekali

NIM : 117039010/MAG

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ir Kelin Tarigan, MS) Ketua

(Ir. Iskandarini, MM, PhD) Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI SUMATERA UTARA

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 02 April 2015 Yang membuat pernyataan

Abednego Suranta Karosekali NIM.117039010/MAG


(5)

Dipersembahkan kepada :

Dua Perempuan Terhebat yang selalu mendukungku

Mama, (dr. Senang Ate M. Ginting) dan

Istriku, (Natalia Isura Perangin Angin, SE)


(6)

ABSTRAK

ABEDNEGO SURANTA KAROSEKALI. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai di Provinsi Sumatera Utara (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai ketua dan Ir. Iskandarini, MM, PhD sebagai anggota).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kacang kedelai di Sumatera Utara dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan yaitu data time series dimulai dari semester 1 tahun 1990 sampai semester 2 tahun 2013. Metode analisis yang digunakan adalah pemodelan simultan dengan metode estimasi TSLS menggunakan eviews 8.0.

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah jumlah penduduk dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk dan pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai adalah luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara. Luas areal panen kedelai berpengaruh positif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara.

Kata kunci : Permintaan dan Penawaran, TSLS, eviews, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, luas areal panen kedelai.


(7)

ABSTRACT

Abednego Suranta KAROSEKALI. Analysis of the factors that influence the supply and demand of soybean in North Sumatra Province (Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Kelin Tarin, MS as chairman and Ir. Iskandarini, MM, PhD as a member).

The purpose of this study was to analyze the factors that influence the demand for soybeans in North Sumatra and to analyze the factors that affect the supply of soy beans in the province of North Sumatra. The data used are time series data starting from the 1st half of 1990 until the 2nd half of 2013. The analytical method used is the method of simultaneous equations modeling with Two Stage Least Square estimation using eviews 8.0.

The analysis showed that the factors affecting demand are population and per capita income of North Sumatra Province. The population and per capita income has positive influence on soybean demand in North Sumatra Province. Factor that affect soybean supply is harvested soybean acreage in North Sumatra Province. Soybean crop acreage positive effect on soybean supply of North Sumatra Province.

Keywords: Supply and demand, simultaneous equations modeling, Two Stage Least Square, eviews 8.0, population, per capita income, harvested soybean acreage.


(8)

RIWAYAT HIDUP

ABEDNEGO SURANTA KAROSEKALI, lahir di Medan, Sumatera Utara tanggal 12 September 1988 dari bapak Pdt. Dr. Longge Karosekali, MTh, dan ibu dr. Senang Ate Ginting. Menikah dengan Natalia Isura, SE pada tahun 2014. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yakni David Anderson Karosekali ST, M.Si, Immanuel K Karosekali, MT, dan Grace Karoline Karosekali. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2006 dari SMA Negeri 4 Medan, pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor, dan menamatkan sarjana teknologi pertanian dari Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan S2 di Program Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

Beberapa karya ilmiah penulis yang lain adalah Skripsi berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Berbasis Web Untuk Perencaan Pembudidayaan Kelapa Sawit pada tahun 2010, Aspek Keteknikan Pertanian Pada Proses Produksi Kelapa Sawit di PTPN IV Sumatera Utara pada tahun 2009 dan Jurnal “Solusi Sawit” Sebagai Rintisan Portal Industri Sawit tahun 2011, untuk seminar nasional Himpunan Informatika Pertanian Indonesia (HIPI).


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Provinsi Sumatera Utara. Tulisan ini menjadi salah satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Program Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini antara lain :

1. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Iskandarini, MM, PhD selaku anggota komisi pembibimbing yang telah membibimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai penguji dan memberikan saran-saran perbaikan untuk tesis ini.

3. Kedua orang tua penulis, Pdt. Dr. Longge Karosekali MTh, Mdiv, DTh dan dr. Senang Ate Ginting, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan dukungan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Istri penulis Natalia Isura Perangin-angin, SE yang telah mendukung dan secara sepenuh hati memberikan dorongan yang positif dalam penyelesaian tesis ini.

5. Kepada abang, kakak dan adik penulis David A Karosekali, ST, M.Si, Drg. Theresia N. Tarigan, Immanuel K. Karosekali, MT., Mega Kartika SH. M.Hum, dan Grace K. Karosekali yang telah menjadi sumber semangat dan berbagi pengalaman dalam menyelesaikan tesis ini.


(10)

6. Sahabat dan teman seangkatan, Monang Anugerah Saragi, SE, dr. Gratsia Oriza Sibarani, Afriana Nababan, SE, Grace Sinulingga, SE, Boarneges Sipayung, SP dan Wahyunita Lucyana Sitinjak, SP untuk kerjasama dalam pengumpulan data dan pengerjaan tesis ini.

Medan, April 2015


(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Peran Kacang Kedelai Di Provinsi Sumatera Utara ... 6

2.2 Konsep Permintaan Penawaran dan Mekanisme Pasar ... 9

2.2.1 Konsep Permintaan ... 10

2.2.2 Konsep Penawaran ... 13

2.3 Fungsi Penawaran dan Permintaan ... 15

2.3.1 Fungsi Permintaan ... 15

2.3.2 Fungsi Penawaran ... 16

2.4 Sistem Persamaan Simultan ... 18

2.4.1 Konsep Sistem Persamaan Simultan ... 18

2.4.2 Langkah Pengerjaan Sistem Persamaan Simultan ... 23

2.5 Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Kedelai ... 24


(12)

2.5.2 Bea Masuk Impor ... 24

2.5.3 Kebijakan Tata Niaga ... 26

2.5.4 Kebijakan Harga Pembelian Kedelai Petani ... 27

2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Permintaan dan Penawaran ... 27

2.7 Kerangka Pemikiran... 30

2.8 Hipotesis ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Metode Pemilihan Lokasi ... 33

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.4.1 Spesifikasi Model ... 34

3.4.2 Identifikasi Model... 38

3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.4.4 Intepretasi Evaluasi Model ... 42

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 44

3.5.1 Defenisi ... 44

3.5.2 Batasan Operasional ... 44

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 45

4.2 Perkembangan Parameter-Parameter Uji ... 46

4.2.1 Perkembangan Harga Nominal Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 46

4.2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 47

4.2.3 Perkembangan Pendapatan Regional Perkapita Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 48

4.2.4 Perkembangan Luas Areal Panen Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 49

4.2.5 Perkembangan Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 50

4.2.6 Perkembangan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 51

4.3 Hasil Analisis Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara... 53

4.3.1 Pengujian Order Condition ... 53

4.3.2 Uji Asumsi Klasik Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 54


(13)

4.3.3 Intepretasi dan Evaluasi Model Permintaan dan Penawaran

Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Kandungan Giji Kedelai ... 8 2. Perbandingan Kadar Protein pada Kedelai dan Beberapa Bahan

Makanan Sumber Protein Lainnya ... 8 3. Pengujian Order Condition Model Persamaan Permintaan dan

Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 54 4. Hasil Pengujian Normalitas Model Persamaan Permintaan dan

Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 55 5. Ringkasan Hasil Pengujian Autokorelasi Model Permintaan Dan

Penawaran Kedelai Prov. Sumatera Utara ... 56 6. Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Persamaan Permintaan

Kedelai Provinsi Sumatera Utara... 58 7. Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Persamaan Penawaran


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Permintaan Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990 - 2013 ... 3

2. Produksi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1993 – 2013 ... 4

3. Kedelai, Biji, Buah, Pohon dan Olahan Kedelai ... 6

4. Pohon Industri Kedelai ... 9

5. Pembentukan Fungsi Permintaan Suatu Komoditas ... 16

6. Kerangka Pemikiran Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 31

7. Alur Pemikiran Model Permintaan Dan Penawaran Komoditas Kedelai Di Provinsi Sumatera Utara... 35

8. Perkembangan Harga Kedelai Provinsi Sumatera Utara 1990-2013 ... 46

9. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara 1990-2013 ... 47

10. Perkembangan Pendapatan Regional Perkapita Penduduk Provinsi Sumatera Utara 1990-2013 ... 48

11. Perkembangan Luas areal panen Kedelai Provinsi Sumatera Utara 1990-2013 ... 49

12. Perkembangan Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara 1990-2013 ... 51

13. Perkembangan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara 1990-2013 ... 52


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Hasil Pengujian Normalitas Persamaan Permintaan Kedelai Provinsi

Sumatera Utara ... 80 2. Hasil Pengujian Normalitas Persamaan Penawaran Kedelai Provinsi

Sumatera Utara ... 81 3. Pengujian Autokorelasi Pada persamaan Permintaan Kedelai Provinsi

Sumatera Utara ... 82 4. Pengujian Autokorelasi Pada persamaan Penawaran Kedelai Provinsi

Sumatera Utara ... 83 5. Hasil Regresi Harga riil Kedelai Sumatera Utara Terhadap Jumlah

Penduduk dan Pendapatan Perkapita ... 84 6. Hasil Regresi Jumlah Penduduk Sumatera Utara Terhadap Harga riil

Kedelai dan Pendapatan Perkapita ... 85 7. Hasil Regresi Pendapatan Perkapita Terhadap Harga riil Kedelai dan

Jumlah Penduduk Sumatera Utara ... 86 8. Hasil Regresi Harga riil Kedelai Sumatera Utara Terhadap Harga riil

Jagung dan Luas Panen Kedelai Sumatera Utara ... 87 9. Hasil Regresi Harga riil Jagung Sumatera Utara Terhadap Harga riil

Kedelai dan Luas Panen Kedelai Sumatera Utara ... 88 10. Hasil Regresi Luas Panen Kedelai Sumatera Utara Terhadap Harga

riil Jagung Sumatera Utara dan Harga riil Kedelai Sumatera Utara ... 89 11.Pengujian Sistem Persamaan Permintaan dan Penawaran Kedelai ... 90 12.Data Permintaan Harga Riil Kedelai, Harga Riil Jagung , PDRB

perkapita Riil yang Dipakai dalam Penelitian ... 91 13. Jumlah Penduduk, Penawaran dan Luas Areal Panen yang Dipakai


(17)

ABSTRAK

ABEDNEGO SURANTA KAROSEKALI. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai di Provinsi Sumatera Utara (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai ketua dan Ir. Iskandarini, MM, PhD sebagai anggota).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kacang kedelai di Sumatera Utara dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan yaitu data time series dimulai dari semester 1 tahun 1990 sampai semester 2 tahun 2013. Metode analisis yang digunakan adalah pemodelan simultan dengan metode estimasi TSLS menggunakan eviews 8.0.

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah jumlah penduduk dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk dan pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai adalah luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara. Luas areal panen kedelai berpengaruh positif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara.

Kata kunci : Permintaan dan Penawaran, TSLS, eviews, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, luas areal panen kedelai.


(18)

ABSTRACT

Abednego Suranta KAROSEKALI. Analysis of the factors that influence the supply and demand of soybean in North Sumatra Province (Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Kelin Tarin, MS as chairman and Ir. Iskandarini, MM, PhD as a member).

The purpose of this study was to analyze the factors that influence the demand for soybeans in North Sumatra and to analyze the factors that affect the supply of soy beans in the province of North Sumatra. The data used are time series data starting from the 1st half of 1990 until the 2nd half of 2013. The analytical method used is the method of simultaneous equations modeling with Two Stage Least Square estimation using eviews 8.0.

The analysis showed that the factors affecting demand are population and per capita income of North Sumatra Province. The population and per capita income has positive influence on soybean demand in North Sumatra Province. Factor that affect soybean supply is harvested soybean acreage in North Sumatra Province. Soybean crop acreage positive effect on soybean supply of North Sumatra Province.

Keywords: Supply and demand, simultaneous equations modeling, Two Stage Least Square, eviews 8.0, population, per capita income, harvested soybean acreage.


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar dan harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Pangan selalu dianggap sebagai komoditas yang strategis dan mencakup hal-hal yang bersifat emosional bahkan politis (Amang, 1995). Terjaminnya ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang memadai, dengan tingkat harga riil yang terjangkau oleh penduduk merupakan salah satu target yang ingin dicapai dalam penyusunan dan perumusan kebijaksanaan pangan nasional. Hal ini disebabkan ketidakstabilan persediaan pangan akan menimbulkan bergejolaknya harga riil pangan dan akan memicu munculnya kerusahan nasional yang berdampak pada permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Oleh karena itu, masalah pangan yang terkait dengan penyediaan, distribusi, harga riil, konsumsi, penawaran dan permintaan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang penting untuk dikaji.

Penelitian yang terkait dengan masalah penawaran dan permintaan sangat penting untuk dilakukan karena hasil kajiannya dapat digunakan untuk mengestimasi besaran parameter permintaan dan penawaran serta perilakunya yang sangat diperlukan bagi para pengambil kebijakan untuk memprediksi kebutuhan pangan penduduk, jumlah ketersediaan dan tingkat harga riil yang sesuai pada suatu daerah. Informasi mengenai parameter penawaran dan permintaan komoditas dapat dipakai para pengambil keputusan untuk melakukan perencanaan alokasi dan distribusi pangan dari wilayah yang memiliki surplus


(20)

pangan ke wilayah yang defisit pangan dan wilayah-wilayah yang tidak mempunyai keunggulan komperatid dalam memproduksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya..

Bahan pangan penduduk sehari-hari hendaknya memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori biasanya diperoleh dari konsumsi pangan pokok (karbohidrat) seperti padi, jagung dan ubi. Sedangkan kebutuhan protein dapat diperoleh dari pangan nabati terutama serealia. Salah satu serealia yang dapat dijadikan sumber protein bagi masyarakat adalah kedelai. Hal ini membuat kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung.

Komoditas kedelai mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional dikarenakan kedelai dapat mensuplai kebutuhan gizi masyarakat terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika 2007). Selain itu, kedelai digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk hijau, pakan ternak serta cadangan energi nasional.

Permintaan kedelai Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan pertambahan populasi dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara secara langsung mempengaruhi pertumbuhan permintaan makanan. Selain itu, menurut Data World bank, perekonomian Indonesia yang sedang berkembang menyebabkan pendapatan perkapita Indonesia juga


(21)

meningkat setiap tahun. Dampak dari peningkatan pendapatan adalah perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi protein rendah menjadi pangan karbohidrat rendah dengan protein tinggi hal ini juga mempengaruhi permintaan kedelai. Sejalan dengan kebutuhan kedelai di Indonesia, kebutuhan kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara juga meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan kedelai di Provinsi Sumatera Utara terus meningkat, dipicu jumlah industri kecil makanan berbahan baku komoditas tersebut yang bertambah banyak (Waspada,2012). Perkembangan Permintaan Kedelai Sumatera Utara disajikan pada Gambar 1. Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi meningkat dari tahun ke tahun.

Sumber : Ketapang, 2013.

Gambar 1. Permintaan Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2013

Permintaan kedelai yang terus meningkat tidak dapat sejalan dengan penawaran kedelai dalam negeri. Penawaran Kedelai Indonesia berfluktuasi dan mempunyai kecenderungan menurun. Rata rata produksi kedelai Indonesia dari tahun 1993 sampai dengan 2013 adalah 1,033,482 ton dengan produksi tertinggi pada tahun 1993 sebesar 1,707,126 ton. Pada tahun-tahun berikutnya produksi

0 20000 40000 60000 80000

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

P e rk e mb a n g a n P e rmi n ta a n K e d e li P ro v S u mu t d al am t o n


(22)

kedelai Indonesia menurun dari tahun ke tahun hingga tahun 2007 produksi kedelai Indonesia hanya memproduksi 592,512 ton.

Produksi Kedelai Provinsi Sumatera Utara juga mengalami pola menurun dari tahun ke tahun (Gambar 2). Produksi tertinggi tercapai pada tahun 1994 yaitu 56,497 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu 4,349 ton dengan rata-rata produksi 22,156 ton.

Sumber : BPS, 2013.

Gambar 2. Produksi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1993 – 2013

Peningkatan permintaan kacang kedelai di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara seharusnya diikuti oleh dengan peningkatan penawarannya. Apabila peningkatan permintaan akan diikuri oleh peningkatan penawaran. Namun yang terjadi saat ini pada saat permintaan meningkat, penawaran kacang kedelai menurun. Hal ini membuat ketidakstabilan pasar komoditas kedelai di Provinsi Sumatera Utara. Sehingga perlu dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kedelai, untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan permintaan dan penurunan penawaran komoditas kedelai.

0,00 20,00 40,00 60,00 P r o duk si K e de la i S u m a tera U ta ra (R ibu t o n)


(23)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Diperolehnya pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara

2. Tersedianya data dan informasi tentang permintaan dan penawaran kacang kedelai dan estimasi parameter permintaan dan penawaran kacang kedelai di Provinsi Sumatera Utara yang digunakan sebagai masukan kepada pengambil keputusan di bidang pangan.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Kacang Kedelai Di Provinsi Sumatera Utara

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) (Gambar 3) telah dibudidayakan di Pulau

Jawa dan Bali sejak tahun 1759. Pada masa lalu daerah sentra tanaman kedelai di Indonesia terpusat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, NTT dan Bali. Tanaman kedelai diduga berasal dari China. Sumber genetik tanaman kedelai tumbuh di daerah pegunungan China bagian tengah dan barat, serta daratan rendah sekitarnya. Pada masa kejayaan kedelai, tanaman ini dikenal dengan nama “Cow From China” atau sapi dari negeri Cina karena biji kedelai manfaatkan sebagai pengganti susu di negara tersebut (Rukmana, 1996).

Gambar 3. Gambar Kedelai, Biji, Buah, Pohon dan Olahan Kedelai

Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) termasuk dalam famili kacang


(25)

Papilionoideae, Genus Glycine, Spesies Max. Kedelai sangat baik ditanam pada

daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia secara umum dan Provinsi Sumatera Utara secara khusus. Kedelai mempunyai keunggulan dan daya dukung pada wilayah yang beriklim tropis yang sangat cocok bagi pertumbuhan kedelai yang membutuhkan udara yang cukup panas. Secara umum, tanaman kedelai memerlukan kondisi dengan suhu udara yang tinggi dan curah hujan yang rendah. Sementara, apabila suhu udara rendah dengan curah hujan yang berlebihan akan menyebabkan penurunan kualitas kedelai yang dihasilkan.

Kedelai memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat/kondisi tanah di tempat tumbuhnya dan memiliki kandungan unsur gizi yang relatif tinggi dan lengkap (Tabel 1). Kedelai mengandung protein dan lemak yang berkualitas tinggi, disamping itu kedelai mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang tinggi. Menurut Purwandari (2010), kebutuhan protein bagi manusia adalah sebesar 55 gram per hari. Kebutuhan protein ini dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 157.14 gram kedelai.

Perbandingan kadar protein pada kedelai dan beberapa bahan makanan sumber protein lainnya disajikan pada Tabel 2. Kedelai menempati urutan kedua berdasarkan kandungan protein apabila dilihat dari persentase komposisi berat keringnya. Kedelai mempunyai persentasi protein sebesar 35%. Hal ini mengandung arti dari setiap 100 gram kedelai kering didapat 35 gram protein. Bahan makanan yang tertinggi kadar proteinnya adalah susu skim kering sebesar 36% dari bahan keringnya dan bahan makanan yang mempunyai persentase proten yang paling rendah adalah tepung singkong, dimana kadar proteinnya hanya terdapat 1.1% dari berat keringnya.


(26)

Masyarakat Indonesia termasuk merupakan negara yang mengkonsumsi kedelai dalam banyak bentuk olahan produk dengan citarasa tinggi, seperti tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, serta berbagai produk turunannya (Gambar 4).

Tabel 1. Kandungan Giji Kedelai

Kandungan gizi Kedelai basah Kedelai kering Satuan

Kalori 286.00 331.00 Kalori

Protein 30.20 34.9 Gram

Lemak 15.60 18.10 Gram

Karbohidrat 30.10 34.80 Gram

Kasium 196.00 227.00 Miligram

Fosfor 506.00 585.00 Miligram

Zat besi 6.90 8.00 Miligram

Vitamin a 95.00 110.00 S.i

Vitamin b 0.93 1.07 Miligram

Air 20 10 Gram

Bagian yang dimakan 100 100 %

Sumber : Purwandari, 2010

Tabel 2. Perbandingan Kadar Protein pada Kedelai dan Beberapa Bahan Makanan Sumber Protein Lainnya

No Bahan Makanan Protein (%berat) No Bahan Makanan Protein (%berat)

1. Susu skim kering 36 6. Telur ayam 13

2. Kedelai 35 7. Jagung 9.2

3. Kacang hijau 22 8. Beras 6.8

4. Daging 19 9. Tepung singkong 1.1

5. Ikan segar 17

Sumber : Purwandari, 2010

Indonesia secara umum dan Provinsi Sumatera Utara secara khususnya merupakan daerah dengan konsumsi perkapita kedelai tertinggi kedua di dunia setelah Jepang, disusul oleh Korea Selatan, Korea Utara dan Republik Rakyat Tiongkok. Tingginya konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara disebabkan peranannya sebagai makanan dengan kandungan protein yang tinggi dengan harga


(27)

riil yang relatif murah, kedelai banyak dimanfaatkan masyarakat Provinsi Sumatera Utara sebagai pengganti daging sapi. Kedelai banyak dikonsumsi masyarakat Provinsi Sumatera Utara, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang kurang mampu membeli daging sapi dan sumber protein daging lainnya.

Sumber : Departemen Pertanian, 2005

Gambar 4. Pohon Industri Kedelai

2.2 Konsep Permintaan Penawaran dan Mekanisme Pasar

Setiap perdagangan dalam ekonomi pasti berhubungan dengan permintaan (demand), penawaran (supply), harga riil dan jumlah suatu barang atau jasa yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pada kondisi yang seimbang, penawaran dan permintaan akan bertemu dan membentuk titik pertemuan pada keseimbangan dalam satuan harga dan jumlah barang/jasa.


(28)

2.2.1 Konsep Permintaan

Menurut Sicat (1991), permintaan didefinisikan sebagai jumlah unit barang dan jasa yang ingin dibeli oleh konsumen pada periode waktu dan keadaan-keadaan tertentu. Besarnya permintaan pada suatu barang biasanya dihubungkan dengan tingkat harga. Hubungan antara harga dan kuantitias suatu komoditas dapat dijelaskan dengan dua cara yakni dengan cara skedjul permintaan dan kurva matematik. Cara pertama dengan menggunakan skedul permintaan yaitu tabulasi angka yang memperlihatkan jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu, kedua dengan menggunakan kurva permintaan yaitu grafik/fungsi matematik yang menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah komoditi.

Sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta dinamakan hukum permintaan. Hukum permintaan menurut Mankiw (2003), menyatakan bahwa bila harga barang naik/tinggi, maka jumlah barang yang dibeli akan menurun, sedangkan bila harga rendah/turun maka jumlah barang yang dibeli akan bertambah. Unit dasar dari teori permintaan adalah konsumen individu atau rumah tangga. Masing-masing individu dihadapkan pada sebuah pilihan dimana keinginan individu yang tidak terbatas sdibatasi oleh sumberdaya yang terbatas sehingga masing-masing individu melakukan pilihan untuk memaksimumkan kepuasan.

Gorman (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya, pendapatan, preferensi dan persepsi akan harga di masa depan. Menurut Pratama & Mandala (2002), teori permintaan bertujuan menentukan faktor-faktor yang


(29)

berpengaruh terhadap permintaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pada tingkat harga yang tidak berubah adalah:

1. Adanya perubahan tingkat pendapatan konsumen dimana dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka permintaan untuk barang tersebut berkurang.

2. Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi akan meningkat.

3. Harga komoditi lain. Dilihat dari keeratan hubungan antar komoditi, komoditi dapat digolongkan menjadi dua yaitu komoditi subsitusi dan komoditi komplemen. Suatu kenaikan harga komoditi subsitusi dari suatu komoditi akan membuat permintaan terhadap komoditi tersebut meningkat, dan sebaliknya. Suatu penurunan harga komoditi komplemen dari suatu komoditi akan menyebabkan jumlah permintaan komoditi tersebut meningkat dan sebaliknya.

4. Selera konsumen terhadap suatu barang dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh berubahnya pendapatan, umur, lingkungan dan sebagainya. Perubahan tersebut dapat berupa bertambahnya kegemaran konsumen akan suatu barang, sehingga permintaan meningkat, dapat pula berupa menurunnya kegemaran sehingga permintaan berkurang.


(30)

Menurut Desai (2010) terdapat empat faktor penting yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian yaitu :

1. Harga komoditas

Permintaan untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditas. Secara umum senakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta.

2. Pendapatan

Pendapatan untuk komoditas pertanian juga dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Dalam banyak kasus semakin besar pendapatan akan semakin besar jumlah yang diminta. Namun tidak selalu benar dalam komoditas-komoditas pertanian. Hal ini disebabkan sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan hidup dan permintaan dibatasi oleh perut. Peningkatan pendapatan dapat saja tidak meningkatkan permintaan komoditas. Disisi lain, peningkatan pendapatan diatas tingkat tertentu akan memnuat penurunan pada permintaan produk-produk pertanian.

3. Harga barang-barang terkait

Permintaan juga dipengaruhi oleh perubahan harga pada komoditas yang terkait. Pada beberapa kasus permintaan untuk suatu komoditas akan meningkat dikarenakan meningkatnya harga komoditas lain (pada kasus substitusi yang dekat) pada kasus lain permintaan suatu komoditas dapat menurun disebabkan harga komoditiy lain meningkat (pada kasus barang komplementer)


(31)

4. Rasa, Kebiasaan dan Trend

Permintaan untuk barang barang pertanian juga dipengeruhi oleh rasa, kebiasaan dan tren yang berkembang di masyarakat pada suatu waktu yang bersifat sementara

Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas permintaan yaitu harga komoditas itu sendiri, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita.

2.2.2 Konsep Penawaran

Penawaran menunjukkan berapa banyak jumlah barang yang ditawarkan untuk dijual pada setiap satuan tertentu pada berbagai tingkat harga dengan mengganggap faktor lain tetap. Penawaran suatu barang oleh produsen kepada konsumen menunjukkan adanya kecenderungan bahwa produsen akan menawarkan lebih banyak barang bila harganya tinggi dan mengurangi jumlah yang ditawarkan bila harganya rendah. Hal inilah yang dinamakan dengan hukum penawaran. Jika penawaran terjadi pada suatu tempat dan waktu tertentu maka faktor yang mempengaruhi kuantitas penawaran adalah harga.

Penawaran untuk produk pertanian menunjukkan bahwa perubahan dalam harga produk secara khusus (tetapi tidak selalu), menjelaskan secara relatif sebuah proporsi yang kecil dari variasi total output yang terjadi pada sebuah periode waktu. Perubahan output dalam jangka pendek sering dipengaruhi oleh cuaca dan hama sedangkan perubahan penawaran dalam jangka panjang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti peningkatan teknologi sehingga hasil pertanian meningkat.

Menurut Pratama dan Mandala (2002) penawaran merupakan jumlah barang yang produsen tawarkan pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu.


(32)

Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, tekonologi produksi, jumlah pedagang/penjual, tujuan perusahaan, kebijakan pemerintah. Menurut Iswardono (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran digambarkan dengan fungsi Harga Komoditas itu sendiri, harga komoditi tersebut harga komoditi substitusi dan komplementer dan harga faktor produksi. Tambunan (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah luas areal panen, cuaca dan faktor-faktor lain.

Menurut Desai (2010) faktor yang mempengaruhi penawaran pada produk pertanian yaitu :

1. Ongkos Produksi

Penawaran produk pertanian tergantung pada harga faktor produksi yang tersangkut paud dengan komoditas pertanian. Sebagai contoh peningkatan harga tanah akan memberikan efek yang besar dalam ongkos produksi padi. Peningkatan harga faktor produksi akan menyebabkan penurunan produksi dan penurunan harga dari faktor produksi akan meningkatkan penawaran 2. Harga komoditas yang memimpin pasar

Harga suatu komoditi yang lebih menguntungkan (memimpin pasar) akan meningkatkan penawaran disebabkan oleh insentif yang disebabkan oleh keuntungan.

3. Harga Komoditas Lain

Peningkatan harga dari komoditas lain akan membuat produksi komoditas yang harganya relative tidak meningkat tidak menarik bagi petani. Hal ini yang biasanya akan mengubah pola tanam.


(33)

4. Teknologi

Teknologi pertanian juga mempengaruhi penawaran. Teknologi membantu untuk menurunkan ongkos produksi dan meningkatkan penawaran

5. Faktor Lain

Faktor lain adalah curah hujan, peningkatan fasilitas irigasi, pupuk dan metode produksi yang lebih baik

2.3 Fungsi Penawaran dan Permintaan 2.3.1 Fungsi Permintaan

Kedelai merupakan produk yang diproduki massal, artinya kedelai diproduksi utuk dipasarkan bukan berdasarkan pesanan. Oleh karena itu, fungsi permintaan kedelai dapat diturunkan dari kurva permintaan pasar yang terbentuk dari beberapa kurva permintaan individu. Fungsi permintaan pasar (market

demand) untuk kedelai adalah penjumlahan dari seluruh permintaan perorangan

terhadap barang tersebut. Kurva permintaan pasar untuk dikembangkan dari fungsi permintaan tersebut dengan memvariasikan harga (Pt), cateris paribus. Kurva permintaan pasar merupakan penjumlahan secara horizonal semua kurva permintaan individu. Kuantitas kedelai di pasar merupakan jumlah keseluruhan individu untuk setiap tingkat harga seperti yang disajikan pada Gambar 6.

Dalam bentuk formulasi dirumuskan sebagai berikut:

dX1∑��=0= X1(P1,………Pm,I1……….In)...(1) dimana,

X = Komoditi Kedelai ; P = Harga Komoditi X I = Pendapatan


(34)

Sehingga total dari permintaan adalah X = X1 + X2

= �1��,�1�+ �2(�,�2)

Qx= �� ��,�1,�2�...(2) Dimana,

�� = Harga kedelai untuk orang pertama;

�� = Harga kedelai untuk komoditas lain ;

�1 = Pendapatan orang pertama;

�2 = Pendapatan orang kedua

��� = Permintaan total kedelai di pasar

Gambar 5. Pembentukan Fungsi Permintaan Suatu Komoditas

2.3.2 Fungsi Penawaran

Menurut Debertin (2012), teori ekonomi produksi pertanian memfokuskan perhatiannya pada situasi pengambilan keputusan yang dilakukan produsen komoditi pertanian yaitu menentukan berapa banyak produksi yang harus

P

Q1 Q Qtot

Permintaan Individu 1

Permintaan Individu 2

Permintaan Pasar


(35)

dihasilkan untuk memaksimumkan pendapatan usahatani. Produksi dalam suatu perusahaan dirumuskan sebagai berikut :

Q = f(K,L,C)...(3) Dimana,

Q = Produksi dari suatu komoditi K = Modal

L = Tenaga Kerja C = Biaya Tetap

Jika produsen kedelai diasumsikan rasional, maka fungsi keuntungan produksi kedelai dapat dirumuskan sebagai berikut:

Π= P1f(K.L)-vK-wL...(4) Dimana,

P1 = Harga kedelai,

vK = Harga bahan baku yaitu biaya produksi, wL = Upah pekerja.

Untuk dapat memaksimumkan keuntungan maka syarat pertama dan kedua harus terpenuhi, yaitu:

��

��=���− �...(5) ��

��=���− �...(6) Berdasarkan fungsi di atas dapat diketahui peubah eksogen dan endogen, yaitu P, K, L sebagai peubah eksogen dan Q sebagai peubah endogen. Sehingga fungsi penawaran kedelai dapat dirumuskan sebagai berikut:


(36)

2.4 Sistem Persamaan Simultan

2.4.1 Konsep Sistem Persamaan Simultan

Pada kenyataan berbagai peubah/variabel ekonomi saling berhubungan satu dan yang lain. Sebagai contoh, kenaikan suatu harga komoditas pada tingkat tertentu akan menurunkan suatu permintaan. Namun pada waktu yang sama akan meningkatkan penawaran pada tingkat tertentu. Selain pada permintaan dan penawaran, persamaan simultan juga diaplikasikan pada pendatan dan konsumsi dimana pendapatan mempengaruhi konsumsi apabila pendapatan meningkat diharapkan konsumsi meningkat. Kenaikan konsumsi ini akan diikuti oleh peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan yang selanjutnya menyebabkan pendapatan sebagai balas jasa faktor-faktor produksi. Pada gilirannya peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan bagi komoditas dan faktor-faktor produksinya.

Hubungan yang terjadi bukan hanya pada satu arah tetapi dapat terjadi dua arah dan bersama-sama. Hal ini menyebabkan analisis dengan persamaan tunggal yang hanya menggambarkan pengaruh satu arah saja belum dapat menggambarkan secara tepat hubungan antara peubah-peubah ekonomi. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut yang terjadi pada beberapa persamaan ekonomi dapat diselesaikan dengan menggunakan sistem persamaan simultan (Supranto, 1984).

Model persamaan simultan pertama kali dikemukakan oleh Haavelmo. Paper klasik Haavelmo menjelaskan dua hal utama. Pertama, suatu sistem persamaan simultan merupakan suatu model yang cocok untuk banyak aplikasi ekonomi dan suatu system persamaan simultan dapat digunakan untuk


(37)

merumuskan suatu model stokastik yang cocok digunakan untuk menguji teori ekonomi serta menduga hubungan ekonomi dengan menggunakan data statistik (Chow, 1983).

Menurut Menurut Supranto (1984) Sistem Persamaan Simultan didefenisikan sebagai suatu himpunan persamaan dimana variabel dependen dalam satu atau lebih persamaan pada saat yang sama juga merupakan variabel independen dalam beberapa persamaan yang lain. Persamaan simultan dapat didefenisikan sebagai suatu model yang mempunyai hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan variabel independennya, sehingga suatu variabel dapat dinyatakan sebagai variabel dependen maupun independen dalam persamaan yang lain.

Selanjutnya Pindyck dan Rubinfeld (2012) berpendapat, simulasi model sistem persamaan simultan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih baik tentang dunia nyata daripada gambaran yang diberikan oleh suatu model regresi persamaan tunggal. Hal ini dimungkinkan karena peubah-peubah dapat berinteraksi satu sama lain antar persamaan dalam model. Suatu model sistem persamaan simultan dianggap dapat mengambarkan dan menjelaskan perilaku dinamik dunia nyata dengan lebih lengkap daripada perilaku yang dapat digambarkan oleh model persamaan tunggal.

Menurut Intriligator (1995) dan Koutsoyiannis (1977) penggunaan model sistem persamaan simultan akan menimbulkan permasalahan yang disebabkan oleh korelasi unsur galat dalam suatu system yang disebabkan peubah endogen dalam model merupakan peubah eksogen di persamaan lain. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap asumsi klasik model regresi linear dimana peubah bebas


(38)

(exogen) tak berkorelasi dengan unsur galat. Apabila asumsi tersebut dilanggar, pendugaan dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square = OLS) akan bias dan juga tak konsisten, serta akan tetap berbias secara asimptotik walaupun contoh diperbesar (Gujarati, 2003).

Pada persamaan simultan permintaan dan penawaran, harga (P) dari komoditas dan kuantitas (Q) yang terjual ditentukan oleh perpotongan kurva pendapatan dan penawaran untuk komoditi itu. Apabila diasumsikan bahwa kurva permintaan dan penawaran adalah linear dan dengan menambahkan unsur gangguan stokastik µ1dan µ2, fungsi empiris permintaan dan penawaran dapat ditulis sebagai berikut:

Fungsi permintaan :

Qdt= α0+ α1Pt + faktor permintaan lain+ µ1t α< 0...(8) Fungsi penawaran :

Qst= α0+ β1Pt + faktor penawaran lain + µ2t β> 0...(9) Pada tingkat harga yang sama :

Pt permintaan= Pt penawaran ...(10)

Dimana,

Qdt = kuantitas yang diminta ;

Qst = kuantitas yang ditawarkan;

t = waktu ;

α dan β = parameter.

Secara apriori α diharapkan berslope negatif dan β1 diharapkan berslope positif. Apabila µ1t pada persamaan permintaan dalam persamaan (8) berubah


(39)

karena variabel lain yang mempengaruhi Qdt (seperti pendapatan, jumlah dan selera) yang akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan P dan Qd. Hal ini juga terjadi pada kurva penawaran dimana perubahan dalam µ2t (karena pemogokan, cuaca, pembatasan import atau ekspor dan sebagainya) akan menggeser penawaran dan mempengaruhi P dan Qs.

Akibat keterkaitan antara Q dan P maka akan menyebabkan terdapat korelasi µ1t dan Pt pada persamaan (8) maupun µ2t dan Pt pada persamaan (9). Hal ini menyebabkan regresi Q atas P pada persamaan (9) akan melanggar asumsi penting dari model regresi linear klasik, yaitu dalam model regresi linear tidak adanya korelasi antara variabel yang menjelaskan (variabel independen) maupun korelasi antara unsur gangguan (µ).

Menurut Disman (2010), pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi persamaan struktural pada persamaan simultan yaitu model persaman tunggal

(limited information method) dan metode sistem menyeluruh (full information

method). Dalam persaman tunggal (limited information method), estimasi

terhadap setiap persamaan struktural dilakukan secara individu dengan memperhitungkan setiap pembatasan yang ditempatkan, tanpa memperhatikan pembatasan atas persamaan lainnya. Sebaliknya, dengan metode sistem menyeluruh (full information method), persamaan struktural diestimasi secara

bersamaan dengan memasukkan unsur pembatasan pada tiap persamaan. Dengan metode sistem menyeluruh (full information method), semua persamaan dalam

model digunakan secara bersama-sama dan akan memberikan hasil pendugaan bagi semua parameter secara simultan.


(40)

Penetapan dan pemilihan metode yang digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan simultan ditentukan oleh proses identifikasi model. Terdapat tiga kemungkinan hasil dari identifikasi model yaitu unidentified (tidak

teridentifikasi), exactly identified (tepat teridentifikasi), dan overidentified

(teridentifikasi berlebihan). Pada keadaan unidentified menandakan sistem

persamaan simultan tidak dapat diselesaikan. Pada keadaan exactly identified

maka metode ILS (Indirect Least Square) dapat digunakan. Metode ILS (Indirect

Least Square) dilakukan dengan cara menerapkan metode OLS pada pada

persamaan reduce form dengan asumsi yang harus dipenuhi adalah variabel

residual dari persamaan reduced form-nya harus memenuhi semua asumsi

stokastik dari teknik OLS. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan bias pada penaksiran koefisiennya. Persamaan Reduce Form,

diperoleh dengan memasukkan salah satu persamaan pada persamaan lain dengan cara substitusi dan penurunan aljabar. Menurut Johnston (1997) untuk menyelesaikan persamaan exactly identified, selain penerapan ILS dengan

menggunakan OLS juga dapat menggunakan metode TSLS (Two Stage Least Square).

Menurut Gujarati (2003), Johnston (1997), Markidarkis (1998), Maddala (1979), metode yang dapat digunakan untuk persamaan simultan yang teridentifikasi berlebihan (overidentified ) adalah metode TSLS. Metode TSLS

(Two Stage Least Squares) merupakan teknik informasi terbatas dan merupakan

prosedur terpenting dan digunakan secara meluas. Metode TSLS yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah korelasi antar peubah endogen sebagai peubah bebas dengan unsur galat dari setiap persamaan dalam model simultan


(41)

sekaligus untuk mengatasi masalah korelasi peubah-peubah antar persamaan dalam model. Dalam prakteknya, metode TSLS digunakan lebih sering daripada setiap metode penduga lain untuk menduga persamaan simultan karena dapat digunakan dengan baik bilamana jumlah sampel kecil.

2.4.2 Langkah Pengerjaan Sistem Persamaan Simultan

Menurut Kotsoyannis (1977), langkah awal untuk menyelesaikan Sistem Persamaan Simultan adalah melakukan identifikasi model. Persamaan yang diidentifikasi adalah persamaan yang terdapat koefisien yang harus diestimasi secara statistik. Identifikasi model tidak dilakukan pada persamaan persamaan defenisi, identitas atau dalam pernyataan kondisi equilibrium. Hal ini dikarenakan dalam hubungan tersebut tidak memerlukan pengukuran. Identifikasi menentukan apakah persamaan bersifat unidentified (tidak teridentifikasi), exactly identified

(tepat teridentifikasi), atau overidentified (teridentifikasi berlebihan).

Suatu sistem dikatakan underidentified ketika salah satu atau lebih

persamaan persamaan yang ada dalam sistem tersebut underidentified. Jika suatu

persamaan atau model underidentified maka pendugaan dari seluruh parameter

yang ada tidak memungkinkan dengan metode apapun. Apabila persamaan teridentifikasi sebagai persamaan bukan underidentified maka persamaan tersebut

diistilahkan dengan persamaan identified. Terdapat dua jenis Identfied dalam

persamaan yaitu exactly identified atau overidentified.

Penentuan identifikasi ini sangat penting karena menentukan cara penyelesaian dari persamaaan simultan. Apabila persamaan teridentifikasi exactly

identified maka metode yang tepat adalah ILS sedangkan apabila teridentifikasi


(42)

2.5 Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Kedelai

Dalam upaya meningkatkan kualitas perkedelaian di Indonesia, yaitu untuk peningkatan produksi, perbaikan tataniaga, perbaikan harga produsen dan yang pasti mengurangi jumlah impor pemerintah melakukan beberapa langkah kebijakan. Berikut ini dijelaskan beberapa kebijakan pemerintah mengenai komoditas kedelai.

2.5.1 Harga Dasar Kedelai

Kebijakan penetapan harga dasar kedelai dilakukan selama lima Pelita dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian, yaitu pada tahun 1969, 1973, 1974, 1978, 1979, 1983, 1984, 1988 dan 1990. Pada tahun 1988 harga dasar kedelai Rp 733/kg menjadi Rp 889/kg pada tahun 1990. Kebijakan harga dasar dimulai sejak tahun 1979/80 sampai akhir tahun 1991 dan setiap tahun ditetapkan melalui Inpres pada tanggal 1 Nopember kecuali untuk tahun 1991 yang ditetapkan sebulan lebih awal. Seperti terlihat pada Tabel 3 harga dasar kedelai dimulai pada tingkat Rp 210 per kg dan berakhir pada tingkat Rp 500 per kg selama kurun waktu 12 tahun tersebut. Kebijakan harga dasar telah dihentikan pemerintah sejak tahun 1991 sampai sekarang.

2.5.2 Bea Masuk Impor

Kebijaksanaan pengenaan bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk


(43)

menggantikan segala bentuk kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen dalam negeri. Pemerintah menunjuk Bulog untuk melaksanakankebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh.

Tarif tersebut dimulai sejak 1974 sebesar 30 persen yang dipertahankan sampai tahun 1980. Sejak tahun 1981 – 1993 tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen dan kemudian pada tahun 1994 – 1996 tarif diturunkan menjadi lima persen dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan World Trade Organization melalui UU No.7/1994. Konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera melakukan penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan perdagangannya.

Pada tahun 1997 tarif tersebut diturunkan lagi menjadi 2.5 persen dan akhirnya tarif impor kedelai ditiadakan mulai tahun 1998 – 2003. Terhitung 29 September 1998 melalui Kepmen Keuangan No. 444/KMK.01/1998, tarif bea masuk kedelai impor dihilangkan. Kebijakan tersebutjustru memperburuk kondisi

petani kedelai dalam negeri. Berdasarkan teori perdagangan Salvatore, kebijakan

tersebut akan menyebabkan turunnya harga kedelai pada tingkat petani.

Sebaliknya, kebijakan tersebut menguntungkan industri pengolahan kedelai,

karena dapat menikmati murahnya harga kedelai impor dengan kualitas dan

pasokan yang lebihmenjamin kontinuitas produknya.

Berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/KMK.01/2003, pada

tahun 2003 tarif bea masuk impor kedelai menjadi 15 persen dandiperbaharui lagi menjadi 10 persen pada tahun 2006 serta yang terakhir yaitu tahun 2008 tarif bea

masuk impor kedelai diubah menjadi nol persen kembali, yang untuk kali ini


(44)

dikeluarkannya Keppres. Hal tersebut dilakukan karena terjadi sangat tingginya perubahan harga kedelai di dalam negeri yang mencapai lebih dari 100 persen. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557 tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, peningkatan konsumsi dansemakin tingginya harga dalam negeri.Tarif impor kedelai ditetapkan menjadi 5% pada tahun 2010. Tarif bea masuk atas kacang kedelai menjadi 0% dan berlaku mulai tanggal 24 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011. Pada 1 Januari 2012, tarif bea masuk kedelai kembali menjadi 5%. Pada tanggal 3 Oktober 2013 tarif bea masuk impor dibebaskan menjadi 0 %.

2.5.3 Kebijakan Tata Niaga

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tataniaga kedelaiadalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 406/MPP/Kep/l 1/1997, yang berlaku mulai 1 Januari 1998. Kebijakan tersebut menerangkan bahwa impor kedelai yang semula hanya dilakukan oleh Bulog diubah menjadi boleh dilakukan oleh importir umum. Kebijakan tersebut memberikan dampak memacu peningkatan impor kedelai dari Amerika Serikat, China, Argentina dan Brazil dalam jumlah besar. Sehingga hal tersebut akan memperngaruhi pasokan kedelai di dalam negeri dan kestabilan harga domestik. Dampak yang lebih buruk adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen secara negatif untuk menanam kedelai. Pada akhirnya dampak kebijakan tersebut menurunkanproduksi kedelai nasional.

Berdasarkan penelitian Hadipurnomo (2000), dijelaskan bahwasebelum era perdagangan bebas, Bulog masih memonopoli kedelai impor. Bulog menyalurkan


(45)

(Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan industri pengolah pangan. Kopti belum dapat memenuhi kebutuhan industri tahudan tempe. Sebelum tahun 1997,

pemerintah masih memberlakukan impor terbatas (kuota), sehingga tidak semua

industri dapat menggunakan kedelai impor. Hal ini dilakukan agar produksi

kedelai lokal dapat terlindungi, mengingat harga kedelai lokal lebih mahal

daripada kedelai impor. Dalamhal ini Bulog menjual kedelai impor dengan harga

lebih tertentu kepadaindustri tahu dan tempe sehingga selisih harga kedelai lokal

tidak terlalu besar dengan kedelai impor. Harga impor yang ditetapkan telah dipertimbangkan dari segi daya beli industri sehingga petani kedelai dapat berproduksi. KOPTI dan KPKD yang mendapat jatah kedelai dari pemerintah dapat beroperasi dengan baik karena mampu bersaing harga dengan pedagang besar.

2.5.4 Kebijakan Harga Pembelian Kedelai Petani

Harga pembelian petani merupakan turunan dari program stabilisasi harga kedelai berdasarkan keputusan mentri perdagangan no 23/M-DAG/PER/5/2013. Produk turunan keputusan mentri ini adalah Penetapan Harga Pembelian Kedelai Petani Dalam Rangka Pengamanan Harga Kedelai Di Tingkat Petani. Peraturan ini bertujuan untuk menginsentif petani untuk menanam kedelai dan mengurangi kedelai impor. HBP Kedelai merupakan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani yang ditetapkan setiap tiga bulan.

2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Permintaan dan Penawaran

Devi Setiabakti (2013) melakukan analisis dampak kebijakan kedelai terhadap kinerja dan kesejahtraan konsumen dan produsen Kedelai di Indonesia


(46)

dengan metode 2SLS. Kesimpulan yang didapat adalah penawaran kedelai di Indonesia dipengaruhi oleh harga kedelai, harga sarana produksi upah tenaga kerja. Dari segi permintaan faktor yang mepengaruhi permintaan adalah pendapatan perkapita dan jumlah penduduk

Dewi Sahara (2004) melakukan analisis permintaan kedelai di bayumas Jawa Tengah dengan regresi dan mempelajari hubungan harga, populasi dan harga jagung. Kesimpulan yang didapat adalah populasi dan harga jagung berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai namun harga kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai.

Dwi Sartika Adetama (2011) melakukan penelitan analisis permintaan kedelai di indonesia dengan metode simultan dengan estimasi 2sls dengan tujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai dan menganalisis dampak kebijakan bea masuk impor terhadap kedelai. Hasil kesimpulannya adalah faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap permintaan adalah harga kedelai dan jumlah penduduk.

Elvina Rohana dan Nella Naomi (2008) melakukan penelitan permintaan kedelai di samarinda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Kota samarinda dengan metode regresi berganda berdasarkan hasli penelitiannya didapat bahwa harga kedelai dan pendaptan tidak berpengaruh nyata pada permintaan kedelai di Samarinda. Permintaan hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk.

Fakhrina Fahma (2007) melakukan Perancangan Model Supply Demand Kedelai Sebagai Dasar Pengembangan Industri Berbasis Kedelai Di Kabupaten Grobokan Jawa Tengah dengan metode 2sls berdasarkan penelitannya


(47)

disimpulkan bahwa penawaran hanya dipengaruhi oleh luas panen, harga kedelai tidak mempengaruhi penawaran kedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah jumlah penduduk dan pendapatan perkapita sedangkan harga tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan.

Gusti (1995) melakukan penelitian mengenai penawaran kacang kedelai menurut wilayah produksi di Indonesia. Menggunakan persamaan parsial nerlove dengan menggunakan metode kardrat terkecil (OLS). Hasil dari pendugaan parameter respon luas areal dan produktivitas menghasilkan nilai elastisistas harga di Jawa memiliki nilai yang elastis dibandingkan wilayah Sumatera, Sulawesi, Balim dan Nusa Tenggara dalam jangka pendek. Dalam Jangka Panjang elastisitas harga kecang kedelai yang diperoleh nilainya lebih elastis daipada dalam jangka pendek. Hasil menunjukkan bahwa petani dalam selang waktu yang lama akan menyesuaikan areal panen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kompetitif dalam menentukan luas areal panen kedelai dengan komoditi pesaing yaitu jagung di setiap wilayah produksi.

Hadipurnomo (2000) melakukan penelitian terhadap kebijakan produksi dan perdagangan terhadap penawaran dan permintaan kacang kedelai di Indonesia. Penelitian ini menganalisis repon luas areal, produktivitas, impor, permintaan dan harga kacang kedelai. Analisis dilakukan ditinjau dari wilayah-wilayah produksi utama kacang kedelai yaitu D. I Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakerta dan Jawa timur. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dan semua persamaan struktural yang terdapat dalam model overidentified. Metode pendugaan yang digunakan adalah Two Stage Least


(48)

Squares (2SLS). Kesimpulan yang didapat untuk respon luas areal dan produktivitasnya adalah respon luas areal lebih besar daripada repon produktivitas terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga pestisida. Harga produsen dari kedelai dan upah tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran.

Priyosembodo (2001) di Irian Jaya berkesimpulan bahwa di Irian Jaya peningkatan produksi kacang kedelai lebih banyak dipengaruhi oleh perluasan areal (ekstensifikasi) dibanding peningkatan produktivitas (intensifikasi) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini menggunakan model penyesuaian Nerlove dengan melakukan pendekatan tidak langsung terhadap respon penawarannya. Respon penawaran diperoleh secara tidak langsung melalui pendugaan terhadap respon areal dan respon produktivitas.

Pratiwi (2008) menganalisis Respon petani terhadap faktor-faktor yang mempengaruhin jumlah produksi kedelai di jawa timur tahun bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi kedelai secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan dari Luas Areal Panen, Harga Komoditi Kedelai, Harga Komoditi Jagung, Produktivitas Kedelai, Curah Hujan terhadap Hasil Produksi Kedelai.

2.7 Kerangka Pemikiran

Sebagai komoditi yang bernilai ekonomis komoditas kedelai mempunyai permintaan dan penawaran komoditas. Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya masing-masing. Faktor faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara antara lain harga riil


(49)

kedelai, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara adalah harga riil kedelai, harga riil jagung, dan luas panen kedelai Provinsi Sumatera Utara. Harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara merupakan variabel yang mempengaruhi permintaan sekaligus penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara. Kerangka permikiran permintaan dan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Gambar 7.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara

2.8 Hipotesis

Harga riill kacang kedelai, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berpengaruh terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan perkapita dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara, namun harga kedelai Provinsi Sumatera Utara berpengaruh yang negatif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara.


(50)

Harga kacang kedelai, harga komoditas pesaing yakni harga jagung, luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara berpengaruh terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara. Harga komoditas yang diteliti (kacang kedelai), luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap penawaran Provinsi Sumatera Utara sedangkan harga jagung berpengaruh negatif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara.


(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara dipilih menjadi lokasi penelitian karena daerah ini merupakan salah satu provinsi dengan angka permintaan kedelai yang tertinggi di Indonesia namun salah satu provinsi yang memproduksi kedelai terendah di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara dari segi penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara mempunyai sumberdaya lahan yang cukup besar, mempunyai kesesuaian agronomis terhadap tanaman kedelai, namun salah satu provinsi yang mengalami penurunan produksi tertinggi di Indonesia.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Penentuan Jumlah sampel berdasarkan pendapat Maholtra (2008), dimana jumlah sampel minimal empat sampai lima kali jumlah variabel yang diamati. Pada penelitian ini, terdapat 7 variabel yang diamati yaitu permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara, penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara, harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara, pendapatan perkapita, harga riil jagung dan luas areal panen kedelai. Sehingga besar sampel (size of sample) minimal adalah 28-35 sampel. Penelitian dilakukan

dengan purposive sampling dengan besarnya sampel (size of sample) (n) sebesar

48 sampel menggunakan data sekunder time series setiap semester selama dari


(52)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Provinsi Sumatera Utara dan nasional, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara serta instansi–instansi lain yang berkaitan data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Spesifikasi Model

Permintaan dan penawaran suatu komoditas merupakan suatu sistem yang tidak dapat dianalisis secara terpisah. Hubungan antara penawaran dan permintaan suatu komoditas selalu dipengaruhi oleh variabel-variabel secara simultan. Oleh karena itu, untuk mengukur keragaan penawaran dan permintaan komoditas di dalam pendekatan ekonometrika atau statistika ekonomi digunakan pendekatan simultan. Spesifikasi model dilakukan berdasarkan alur pemikiran model permintaan dan penawaran komoditas kedelai di Provinsi Sumatera Utara yang disajikan pada Gambar 8.

3.4.1.1 Spesifikasi Fungsi Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Permintaan kedelai di Provinsi Sumatera Utara diduga dipengaruhi oleh harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara dan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara.


(53)

Persamaannya adalah sebagai berikut :

QD = a0 + a1 HKDSU+ a2 PKP + a3 JPSU + U1...(13) a1 < 0;

a2,a3 >0 dimana,

QD = Permintaan Kedelai di Provinsi Sumatera Utara (dalam ribu ton) HKDSU = Harga riil kedelai di Provinsi Sumatera Utara (dalam ribu rupiah/kg) PKP = Pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Utara (dalam juta rupiah) JPSU = Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara (dalam juta jiwa) U1 = Variabel pengganggu

a0 = Intersep

a1,a2,a3 = Koefisen regresi

Gambar 7. Alur Pemikiran Model Permintaan Dan Penawaran Komoditas Kedelai Di Provinsi Sumatera Utara


(54)

Hubungan/Pengaruh antara harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara dengan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara bersifat negatif. Apabila terjadi peningkatan harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara, maka akan menyebabkan menurunnya permintaan kedelai di Provinsi Sumatera Utara.

Hubungan antara permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara adalah positif. Apabila pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara meningkat maka permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara akan meningkat.

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara diduga berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara. Kenaikan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara akan meningkatkan kebutuhan/permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara, hal ini mengakibatkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara akan meningkat. Selain itu, sebagai salah satu komoditas penting bagi penduduk Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara akan secara langsung akan meningkatkan permintaan kedelai.

3.4.1.2 Spesifikasi Fungsi Penawaran kedelai di Provinsi Sumatera Utara

Penawaran kedelai di Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh harga riil domestik kedelai, luas areal panen kedelai, dan harga riil jagung.

Dirumuskan sebagai berikut:

QS= b0 + b1 HKDSU + b2 LPKSU+ b3 HJG+ U2...(14) b1, b2 > 0


(55)

dimana,

QS = Penawaran kedelai di Provinsi Sumatera Utara (Dalam ribu ton) HKSU = Harga riil kedelai di Provinsi Sumatera Utara (dalam ribu

rupiah/kg)

LPKSU = Luas areal panen kedelai di Provinsi Sumatera Utara (Dalam Ribu ha)

HJG = Harga riil jagung di Provinsi Sumatera Utara (dalam Ribu rupiah/kg)

b1,b2,b3 = koefisien regresi

b0 = Intersep

U2 = Variabel Pengganggu

Hubungan antara penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara dan harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara bersifat positif. Apabila harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara naik maka penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara akan meningkat.

Hubungan antara penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara dan luas areal panen kedelai bersifat positif. Apabila luas areal panen meningkat maka penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara akan meningkat.

Hubungan antara harga riil jagung dan penawaran adalah negatif dimana apabila harga riil jagung meningkat tanpa diikuti oleh kenaikan harga riil kedelai maka penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara menurun diakibatkan kurangnya panen kedelai.


(56)

3.4.2 Identifikasi Model

Menurut Koutsoyiannis (1977), masalah identifikasi muncul hanya untuk persamaan-persamaan yang didalamnya terdapat koefisien-koefisien yang harus diestimasi secara statistik. Masalah identifikasi tidak muncul dalam persamaan-persamaan definisi, identitas atau dalam pernyataan tentang kondisi equilibrium, karena dalam hubungan-hubungan tersebut tidak memerlukan pengukuran.

Untuk menentukan metode pendugaan yang tepat, Identifikasi dilakukan dengan melihat hubungan antara selisih antara jumlah variabel predeterminan/ instrument variabel pada model (K-k) dan selisih Jumlah variabel endogen yang terdapat pada persamaan dikurangi dengan satu (g-1). Terdapat tiga kemungkinan hubungan yaitu apabila K-k lebih kecil dari g-1 maka persamaan teridentifikasi

underidentified, Apabila K-k sama dengan g-1, maka persamaan teridentifikasi

exactly identified, apabila K-k > g-1, maka persamaan teridentifikasi over

identified

1. Persamaan Underidentified

Suatu persamaan dikatakan underidentified jika bentuk statistiknya tidak

tunggal. Suatu sistem dikatakan underidentified ketika satu atau lebih

persamaan-persamaan yang ada dalam sistem tersebut underidentified. Jika suatu persamaan-persamaan atau model underidentified maka tidak mungkin dilakukan pendugaan dari seluruh

parameter yang ada dengan teknik ekonometrika manapun. 2. Persamaan Identified

Jika Suatu persamaaan memiliki bentuk statistik tunggal maka persamaan tersebut dapat diidentifikasikan (identified), dan persamaan tersebut bisa exactly


(57)

yang terdapat didalamnya dapat diduga secara statistik. Jika persamaan exactly

identified maka metode yang sesuai untuk pendugaan adalah Indirect Least

Square (ILS). Sedangkan jika persamaan overidentified maka metode yang dapat

digunakan salah satunya adalah Two Least Square (2SLS).

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan regresi 2SLS pada suatu model tidak boleh menyimpang dari asumsi “BLUE” (best, linear, unbiased and estimator). Model harus lolos dari

penyimpangan asumsi. Pengujian asumsi dilakukan dengan pengujian asumsi klasik. Pada penelitian ini, pendugaan parameter dalam model 2SLS. Model regresi yang dibangun sebaiknya tidak menyimpang dari asumsi BLUE (Best,

Linear, Unbiased dan Estimator). Model harus lolos dari penyimpangan asumsi

yang disebabkan adanya serial korelasi, normalitas, dan multikoliearitas.

3.4.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk melihat asumsi data model simultan 2SLS terdistribusi normal. Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Distribusi normal data dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel – variabel yang digunakan baik yang dijadikan sebagai variabel dependen ataupun variabel yang dijadikan sebagai variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distibusi data normal atau mendekatinormal.

Langkah yang digunakan dalam program eviews untuk menguji normalitas variabel yang digunakan dimulai dengan membuka lembar output model regresi.


(58)

Pada lembar output model regresi klik tab View, kemudian pilih Residual Test dan Histogram. Kemudian pilih Normality Tes. Pendektesian apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengandengan membandingkan nilai nilai Probabilitas Jarquae Bera (JB) dengan tingkat signifikansi. Pada penelitian ini tingkat signifikasnsi adalah 0.05, kemudian untuk menarik kesimpulan dilakukan pengujian hipotesis dilakukan pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Jika nilai Probabilitas Jarquae Bera (JB) < 0,05, maka residualnya berdistribusi tidak normal.

2. Jika nilai Probabilitas Jarquae Bera (JB) > 0,05, maka residualnya berdistribusi normal.

3.4.3.2 Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi model linier adalah faktor pengganggu tidak dipengaruh oleh faktor pengganggu pada pengamatan lain. Serial korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah serial korelasi timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Masalah ini sering ditemukan apabila kita menggunakan data time series/runtut waktu. Hal ini disebabkan karena error pada suatu data yang cenderung akan mempengaruhi error pada data yang sama pada periode berikutnya. Sedangkan, pada data cross section, masalah serial korelasi jarang terjadi karena error pada observasi yang berbeda berasal dari data yang berbeda.

Cara mendeteksi adanya serial korelasi pada eviews adalah sebagai berikut setelah melakukan regresi, lembar output model regresi dibuka. Lalu operasi


(59)

serial korelasi dengan menekan klik pada View – Residual Test kemudian pilih Serial Correlation LM Test, setelah itu akan muncul tabel Serial Correlation LM Test.

Untuk mendeteksi adanya serial korelasi pada tabel Serial Correlation LM Test yaitu dengan membandingkan Probabilitas Obs*R-square dengan tingkat signifikansi, pada penelitian ini tingkat signifikansi adalah 5 %, lalu dilakukan pengujian hipotesis pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut : 1. Jika nilai probabilitas Obs*R-square < 0,05, maka hipotesis menyatakan

bahwa model bebas dari masalah serial korelasi ditolak.

2. Jika nilai probabilitas Obs*R-square > 0,05, maka hipotesis menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi diterima.

3.4.3.3 Uji Multikolinearitas

Salah satu penyimpangan asumsi model klasik adalah adanya multikolinieritas dalam model regresi yang dihasilkan, artinya antar variabel eksogen yang membentuk model memiliki hubungan yang sempurna. Gejala terjadinya multikolonearitas adalah koefisien determinasi (R2) yang didapat tinggi tetapi tidak satupun koefisien regresi parsilanya signifikan. Konsekuensi dari model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasnya akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel eksogen, dan tingkat signifikansi yang digunakan menolak hipotesis HO diperoleh tidak sahih untuk menaksir variabel endogen.

Tahapan untuk pengujian eviews dilakukan dengan pendekatan korelasi parsial yaitu dengan cara dengan melakukan regresi pada persamaan permintaan


(60)

kedelai dari langkah pertama didapat nilai R Square Permintaan. Setelah R Square didapat kemudian lakukan estimasi regresi harga riil kedelai dengan variabel pendapatan perkapita dan jumlah penduduk untuk mendapatkan R Square harga riil kedelai. Lakukan estimasi dengan cara yang sama terhadap pendapatan perkapita dan jumlah penduduk sehingga didapat Rsquare permintaan, Rsquare harga riil kedelai, Rsquare jumlah penduduk, dan Rsquare pendapatan perkapita. Apabila Rsquare permintaan > Rsquare harga riil kedelai, Rsquare jumlah penduduk, dan Rsquare pendapatan perkapita maka tidak ada masalah multikorelasi.

3.4.4 Intepretasi Evaluasi Model

Dalam evaluasi model diharapkan dapat diketahui variabel eksogen mana yang berpengaruh pada variabel endogen, baik secara bersama-sama, maupun secara parsial. Evaluasi model memerlukan kriteria pengujuan (criteria statistic)

yang terdiri dari Uji koefisien determintasi (uji R2), Uji statistik-T dan Uji statistik-F.

3.4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2), digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel bebas (variabel eksogen/variabel tidak bebas/variabel independent/variable penjelas) dapat menjelaskan variabel terikat (endogen/variabel tidak bebas/ variabel dependent). Koefisien ini menunjukan seberapa besar variasi total pada variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya dalam model regresi tersebut. Nilai dari koefisien determinasi ialah antara 0 hingga 1. Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukan bahwa variabel


(61)

dalam model tersebut dapat mewakili permasalahan yang diteliti, karena dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependennya. Nilai R: sama dengan atau mendekati 0 (nol) menunjukan variabel dalam model yang dibentuk tidak dapat menjelaskan variasi dalam variabel terikat.

3.4.4.2 Uji F-statistik

Uji F-Statistik digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara keseluruhan. Hipotesis yang dipakai pada uji F berupa H0 adalah keseluruhan variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas ; H1 adalah keseluruhan variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas. Apabila, Prob statistik < 0.05 maka H0 diterima H1 ditolak, sebaliknya Prob F-statistik > 0.05 maka H1 diterima H0 ditolak

3.4.4.3 Uji t-statistik

Uji t (uji t hitung) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel eksogen/variabel tidak bebas/ variabel independent/variabel penjelas menerangkan variabel endogen/variabel bebas/variabel dependen dengan cara membandingkan t-hitung dan t-tabel. Sebagai H0 adalah Variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas; Sebagai H1 adalah Variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas. Apabila prob t < 0.05 maka Ho diterima ; H1 ditolak; namun apabila prob t > 0.05 maka H0 ditolak; H1 diterima Hipotesis diuji dengan uji- t pada daerah kritis dengan taraf nyata sebesar α= 5% secara dua arah.


(62)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

1. Permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara (QD) adalah total konsumsi kedelai di Provinsi Sumatera Utara yang digunakan sebagai bahan pangan, bahan pakan ternak dan kebutuhan lainnya.

2. Penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara (QS) adalah total produksi kedelai yang tersedia di Provinsi Sumatera Utara.

3. Harga kedelai Sumatera merupakan harga riil rata-rata kedelai di tingkat produsen yang dihimpun dari BPS pada beberapa kabupaten kota.

4. Pendapatan per kapita merupakan rata-rata pendapatan yang diperoleh penduduk Provinsi Sumatera Utara yang digambarkan oleh PDRB perkapita. 5. Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara merupakan total penduduk

terdaftar di Provinsi Sumatera Utara

6. Luas areal panen adalah rata-rata luas areal yang dipanen petani kedelai 7. Harga riil jagung adalah harga riil jagung pada tingkat konsumen

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah:

1 Daerah penelitian adalah daerah Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Indonesia

2 Waktu penelitian adalah pada tahun 2014.

3 Data yang dipakai adalah data semesteran dalam kurun waktu tahun 1990-2013.


(63)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.

Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34.2 0C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13.4 0C. Sebagaimana Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.


(1)

Lampiran 10. Hasil Regresi Luas Panen Kedelai Sumatera Utara Terhadap

Harga riil Jagung Sumatera Utara dan Harga riil Kedelai

Sumatera Utara

Dependent Variable: LPKSU Method: Two-Stage Least Squares Date: 04/01/15 Time: 10:32 Sample: 1990S1 2013S2 Included observations: 48

Instrument specification: JPSU PKP HJG LPKSU Constant added to instrument list

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -61858.47 54946.60 -1.125793 0.2662

HJG -271.1703 98.67144 -2.748215 0.0086

HJPSU 720.4838 355.3621 2.027464 0.0486

R-squared -3.739443 Mean dependent var 11103.10 Adjusted R-squared -3.950085 S.D. dependent var 8514.463 S.E. of regression 18943.65 Sum squared resid 1.61E+10 F-statistic 3.979838 Durbin-Watson stat 1.235340 Prob(F-statistic) 0.025616 Second-Stage SSR 5.51E+08

J-statistic 1.535112 Instrument rank 5

Prob(J-statistic) 0.464146


(2)

Lampiran 11. Pengujian Sistem Persamaan Permintaan dan Penawaran

Kedelai

System: SIST_PERS

Estimation Method: Two-Stage Least Squares Date: 04/01/15 Time: 10:56

Sample: 1990S1 2013S2 Included observations: 48

Total system (balanced) observations 96

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C(1) -66508.25 9107.011 -7.302973 0.0000

C(2) -3.779211 7.973057 -0.473998 0.6367

C(3) 17.29344 5.037927 3.432649 0.0009

C(4) 6268.664 829.0893 7.560903 0.0000

C(5) -1415.216 2621.067 -0.539939 0.5906

C(6) 10.87757 8.206903 1.325417 0.1885

C(7) -16.23074 12.09407 -1.342041 0.1830

C(8) 0.963263 0.039027 24.68191 0.0000

Determinant residual covariance 8.14E+12

Equation: QD = C(1)+C(2)*HKDSU+C(3)*PKP+C(4)*JPSU Instruments: PKP JPSU HJG LPKSU C

Observations: 48

R-squared 0.940604 Mean dependent var 19029.62 Adjusted R-squared 0.936554 S.D. dependent var 9040.558 S.E. of regression 2277.178 Sum squared resid 2.28E+08 Durbin-Watson stat 1.365398

Equation: QS = C(5)+C(6)*HKDSU+C(7)*HJG+C(8)*LPKSU Instruments: PKP JPSU HJG LPKSU C

Observations: 48

R-squared 0.975256 Mean dependent var 11568.46 Adjusted R-squared 0.973569 S.D. dependent var 8591.249 S.E. of regression 1396.744 Sum squared resid 85839312 Durbin-Watson stat 1.746741


(3)

Lampiran 12. Data Permintaan Harga Riil Kedelai, Harga Riil Jagung ,

PDRB perkapita Riil yang Dipakai dalam Penelitian

Permintaana Harga Riil Kedelaib

PDRB per Kapita

Riil b Harga Riil Jagung b 1990=100 1990=100 1990=100 (dalam Ton) (dalam rp) (dalam ribu) dalam Rp

1990.I 5262 650 476 341

1990.II 4874 661 465 347

1991.I 5323 797 498 325

1991.II 6283 770 466 317

1992.I 8465 805 534 309

1992.II 8031 805 518 312

1993.I 8762 676 616 281

1993.II 8561 678 600 285

1994.I 9959 689 690 296

1994.II 8932 670 652 289

1995.I 8843 686 701 211

1995.II 13198 685 682 215

1996.I 11088 673 739 311

1996.II 15109 661 707 306

1997.I 17632 628 826 373

1997.II 14696 580 744 344

1998.I 18539 604 684 207

1998.II 18534 497 555 171

1999.I 15305 686 669 362

1999.II 18707 683 659 360

2000.I 14896 567 703 298

2000.II 16978 545 667 287

2001.I 13814 698 715 330

2001.II 16565 649 659 308

a

Ketahanan Pangan Sumatera Utara

b

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara


(4)

Lampiran 12. Lanjutan

Permintaana Harga Riil Kedelaib

PDRB per Kapita

Riil b Harga Riil Jagung b 1990=100 1990=100 1990=100 (dalam Ton) (dalam rp) (dalam ribu) dalam Rp

2002.I 19633 604 707 318

2002.II 18768 570 667 302

2003.I 20305 651 767 347

2003.II 19648 632 740 337

2004.I 17092 680 804 336

2004.II 16732 663 778 327

2005.I 18521 743 858 355

2005.II 20345 637 731 305

2006.I 23430 741 804 347

2006.II 23173 715 772 335

2007.I 28419 694 852 358

2007.II 23703 663 809 341

2008.I 21914 824 904 372

2008.II 25832 792 865 358

2009.I 30888 791 956 383

2009.II 31058 766 922 371

2010.I 29834 795 1026 369

2010.II 30062 764 982 354

2011.I 32123 847 1112 430

2011.II 32436 824 1078 418

2012.I 37995 807 1171 401

2012.II 36502 796 1150 396

2013.I 33236 892 1155 424

2013.II 33417 849 1097 404

a

Ketahanan Pangan Sumatera Utara

b

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara


(5)

Lampiran 13. Jumlah Penduduk, Penawaran dan Luas Areal Panen yang

Dipakai dalam Penelitian

Jumlah Penduduk

Sumatera Utara Penawaran Luas Areal Panen

(dalam juta) (dalam ton) (dalam ha)

1990.I 10.256 13702 14559

1990.II 10.256 15089 14705

1991.I 10.455 15638 18275

1991.II 10.455 20274 18860

1992.I 10.685 21844 22529

1992.II 10.685 22372 23115

1993.I 10.813 24594 25399

1993.II 10.813 28192 25985

1994.I 10.981 29518 27570

1994.II 10.981 26979 28156

1995.I 11.145 26199 23841

1995.II 11.145 23456 24426

1996.I 11.306 17669 16403

1996.II 11.306 17991 16988

1997.I 11.463 18699 17972

1997.II 11.463 20604 18557

1998.I 11.754 22751 20828

1998.II 11.754 21752 21414

1999.I 11.955 15792 13293

1999.II 11.955 13025 13878

2000.I 11.514 5603 5764

2000.II 11.514 7278 6349

2001.I 11.723 4878 4709

2001.II 11.723 5841 5294

Sumber :

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara


(6)

Lampiran 13. Lanjutan

Jumlah Penduduk

Sumatera Utara Penawaran Luas Areal Panen (dalam juta) (dalam ton) (dalam ha)

2002.I 11.847 5127 4560

2002.II 11.847 5070 5145

2003.I 11.992 5366 4662

2003.II 11.992 5100 5248

2004.I 12.123 5242 5560

2004.II 12.123 7091 6146

2005.I 12.327 9113 6601

2005.II 12.327 6680 7186

2006.I 12.643 3402 2863

2006.II 12.643 3640 3448

2007.I 12.834 1936 1581

2007.II 12.834 2413 2166

2008.I 13.042 5185 4506

2008.II 13.042 6462 5091

2009.I 13.248 7532 5454

2009.II 13.248 6674 6040

2010.I 12.982 4330 3612

2010.II 12.982 5109 4197

2011.I 13.104 5872 5414

2011.II 13.104 5554 5999

2012.I 13.215 2869 2445

2012.II 13.215 2550 3030

2013.I 13.326 1616 1270

2013.II 13.326 1613 1856

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara