Analisis Link Budget Jaringan Serat Optik Gigabit Passive Optical Network

TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK
GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh
Puti Mayangsari Fhatony NIM : 100402110
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan meningkatnya kebutuhan data service, maka diperlukan suatu Jaringan Lokal Akses Fiber yang lebih handal yaitu Fiber to The Home (FTTH) menawarkan paket lengkap untuk layanan triple play (data, audio, dan video) dengan kecepatan tinggi serta bandwidth yang besar. Salah satu teknologi yang mendukung layanan triple play adalah Gigabit Passive Optical Network (GPON) yang merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T (International Telecommunication Union) via G.984. Standar G.984 untuk GPON mendukung bit rate yang lebih tinggi dan ketersediaan bandwidth yang besar.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Pengamatan ini dimulai dari OLT (Optical Line Terminal) yang terletak di dalam STO (Sentral Telepon Otomat) Blimbing yang terhubung kabel feeder sejauh 509 m ke ODC (Optical Distribution Cabinet) yang terletak di depan gedung Witel Malang, Jalan Ahmad Yani nomor 11, Malang, yang kemudian diteruskan ke ONU (Optical Network Unit).
Dari hasil pengukuran daya sinyal yang diterima pelanggan (Pr) dan Bit Error Rate (BER) untuk semua pelanggan dinyatakan layak karena telah memenuhi standar. Dari hasil perhitungan SNR, hanya 4 pelanggan yang memiliki standar kelayakan SNR untuk sistem komunikasi serat optik. Hal ini disebabkan oleh pengaruh jarak yang juga berpengaruh pada total loss sepanjang saluran optik ke suatu pelanggan. Kemudian, jarak dan total loss berpengaruhi terhadap daya sinyal yang diterima.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, halangan, dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu ayahanda H. Fhatony, ST. dan ibunda Hj. Nurul Husna, SH., serta abang dan adik saya, Anugrah Agung Septianto dan M. Fachrurazi yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah :
“ ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK”
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Naemah Mubarakah, ST. MT. selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir saya, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir.Arman Sani, MT. dan Bapak Suherman, ST. M.Com, Ph.D. selaku penguji seminar dan sidang Tugas Akhir saya.
4. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.
5. Sahabat-sahabat baik saya Kak Tari, Angel, Weg Ola, Weg Dila, Weg Dewi, Weg Agil, Weg Dwi dan M. Mulia Maulana yang selalu ada untuk penulis.
6. Teman-teman angkatan 2010 di Elektro, Dhuha, Sylvester, Eden, Ilham, Yahya, pak Dani, Chandra, Deni, Lutphi, Diki, Andika, Rimbo, Ryan, Kharisma, Pakwin, Ipin, Fatih, Fadlan, dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, semoga silaturahmi kita terus terjaga.
7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro dan semua pengurus IMTE.
8. Serta Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali pembelajaran.
9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, Penulis

April 2015

Puti Mayangsari Fhatony NIM. 100402110

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. x I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir.................................................... 2 1.4 Batasan Masalah.......................................................................... 3. 1.5 Metode Penulisan ........................................................................ 3 1.6 Sistematika Penulisan ................................................................. 4 II. DASAR TEORI ..................................................................................... 6 2.1 Umum.......................................................................................... 6 2.2 Serat Optik .................................................................................. 6 2.3 Jenis Serat Optik ......................................................................... 7


2.3.1 Serat Optik Single-mode Index.................................................... 8 2.3.2 Serat Optik Multi-mode Graded Index........................................ 8 2.3.3 Serat Optik Multi-mode Step Index ............................................. 9 2.4 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) ................................ 10 2.5 Konsep Dasar Fiber To The Home (FTTH)................................ 12 2.6 PON (Passive Optical Network) ................................................. 13 2.7 GPON (Gigabit Passive Optical Network) ................................. 14 2.7.1 Prinsip Kerja GPON.................................................................... 15 2.7.2 Konfigurasi GPON...................................................................... 20 2.7.3 Standar GPON............................................................................. 24 III. METODELOGI PENELITIAN........................................................... 25 3.1 Umum.......................................................................................... 25 3.2 Peta Lokasi Penelitian ................................................................. 26 3.3 Power Link Budget...................................................................... 28 3.3.1 Daya Sinyal yang Diterima (Pr).................................................. 28 3.3.2 Signal to Noise Ratio (SNR) ....................................................... 29 3.3.3 Bit Error Rate (BER) .................................................................. 32 3.4 Standar Power Link Budget......................................................... 33

3.5 Penggunaan GUI untuk Perhitungan........................................... 35 IV. ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK ............... 38
4.1 Data Parameter Perhitungan........................................................ 38 4.2 Perhitungan dan Analisis Daya Sinyal yang Diterima (Pr)......... 39 4.2.1 Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr) .................... 42 4.2.2 Analisis Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr) ...... 43 4.3 Perhitungan dan Analsis Signal to Noise Ratio (SNR)
dan Bit Error Rate (BER) ........................................................... 46 4.3.1 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) ........................ 48 4.3.2 Analisis Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) ........... 47 4.3.3 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) .................................... 52 4.3.4 Analisis Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) ...................... 53 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 56 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 56 5.2 Saran............................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Serat optik single-mode index ............................................... 8 Gambar 2.2 Serat optik multi-mode graded index .................................... 9 Gambar 2.3 Serat optik multi-mode step index ......................................... 10 Gambar 2.4 Arsitektur Jaringan FTTH ..................................................... 11 Gambar 2.5 Posisi PON di jaringan akses ................................................ 14 Gambar 2.6 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM............. 16 Gambar 2.7 Sistem transmisi teknologi GPON ........................................ 17 Gambar 2.8 Sistem pengiriman sinyal downstream pada GPON ............. 18 Gambar 2.9 Sistem pengiriman sinyal upstream pada GPON.................. 19 Gambar 2.10 Arsitektur GPON................................................................... 20 Gambar 2.11 Perangkat OLT ...................................................................... 21 Gambar 2.12 Optical Network Termination / Unit (ONT / ONU).............. 23 Gambar 3.1 Diagram alur penelitian......................................................... 25 Gambar 3.2 Denah jaringan penelitian ..................................................... 26 Gambar 3.3 Rute pengamatan (denah lokasi penelitian) .......................... 27 Gambar 3.4 Tampilan GUI untuk perhitungan Pr..................................... 35 Gambar 3.5 Tampilan GUI untuk SNR dan BER..................................... 37

Gambar 4.1 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada keadaan upstream ........................................... 40
Gambar 4.2 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada keadaan downstream....................................... 41
Gambar 4.3 Grafik daya yang diterima (Pr) oleh pealanggan terhadap jarak (Upstream) ............................................................................ 44
Gambar 4.4 Grafik daya yang diterima (Pr) oleh pealanggan terhadap jarak (Downstream)........................................................................ 45
Gambar 4.5 Hasil perhitungan SNR dan BER pelanggan pertama pada keadaan upstream.................................................................. 47
Gambar 4.6 Hasil perhitungan SNR dan BER pelanggan pertama pada Keadaan downstream ............................................................ 48
Gambar 4.7 SNR pada pelanggan terhadap jarak (upstream)................... 50 Gambar 4.8 SNR pada pelanggan terhadap jarak (downstream) .............. 51 Gambar 4.9 BER pada pelanggan terhadap jarak (upstream)................... 54 Gambar 4.10 BER pada pelanggan terhadap jarak (downstream) .............. 54

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Loss Maksimum pada FTTH................................................. 12 Tabel 2.2 Standart Teknologi GPON .................................................... 24 Tabel 4.1 Data parameter Power Link Budget ...................................... 39 Tabel 4.2 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima (Pr)
9 pelanggan pada keadaan upstream,.................................... 42 Tabel 4.3 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima (Pr)
9 pelanggan pada keadaan downstream, ............................... 43 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) oleh 9

pelanggan pada keadaan upstream....................................... 49 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) oleh 9
pelanggan pada keadaan downstream, .................................. 49 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) oleh 9
pelanggan pada keadaan upstream........................................ 52 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) oleh 9
pelanggan pada keadaan downstream ................................... 53

ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan meningkatnya kebutuhan data service, maka diperlukan suatu Jaringan Lokal Akses Fiber yang lebih handal yaitu Fiber to The Home (FTTH) menawarkan paket lengkap untuk layanan triple play (data, audio, dan video) dengan kecepatan tinggi serta bandwidth yang besar. Salah satu teknologi yang mendukung layanan triple play adalah Gigabit Passive Optical Network (GPON) yang merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T (International Telecommunication Union) via G.984. Standar G.984 untuk GPON mendukung bit rate yang lebih tinggi dan ketersediaan bandwidth yang besar.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Pengamatan ini dimulai dari OLT (Optical Line Terminal) yang terletak di dalam STO (Sentral Telepon Otomat) Blimbing yang terhubung kabel feeder sejauh 509 m ke ODC (Optical Distribution Cabinet) yang terletak di depan gedung Witel Malang, Jalan Ahmad Yani nomor 11, Malang, yang kemudian diteruskan ke ONU (Optical Network Unit).
Dari hasil pengukuran daya sinyal yang diterima pelanggan (Pr) dan Bit Error Rate (BER) untuk semua pelanggan dinyatakan layak karena telah memenuhi standar. Dari hasil perhitungan SNR, hanya 4 pelanggan yang memiliki standar kelayakan SNR untuk sistem komunikasi serat optik. Hal ini disebabkan oleh pengaruh jarak yang juga berpengaruh pada total loss sepanjang saluran optik ke suatu pelanggan. Kemudian, jarak dan total loss berpengaruhi terhadap daya sinyal yang diterima.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teknologi memegang peranan penting dihampir semua sektor kehidupan,
tak terkecuali pada sektor telekomunikasi dan komunikasi. Semakin beragamnya aktifitas manusia, semakin menuntut adanya teknologi yang dapat membantu jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan meningkatnya kebutuhan data service, maka diperlukan suatu Jaringan Lokal Akses Fiber yang lebih handal dengan prospek untuk jangka waktu yang lama. Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) adalah jaringan yang menggunakan serat optik untuk menghubungkan antara sentral lokal dengan terminal pelanggan. Fiber to The Home (FTTH) menawarkan paket lengkap untuk layanan triple play (data, audio dan video) dengan kecepatan tinggi serta bandwidth yang besar.
FTTH merupakan suatu format transmisi sinyal optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Perkembangan teknologi ini tidak lepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat menggantikan kabel konvensional. Serta didorong oleh kebutuhan layanan yang dikenal dengan istilah layanan triple play. Layanan triple play adalah layanan yang berupa layanan komunikasi data, suara dan video melewati akses broadband yang didapatkan hanya dengan berlangganan satu jenis
1

media koneksi saja. Dibutuhkan perangkat akses yang canggih serta handal agar dapat menyalurkan layanan triple play langsung kepada pelanggan.
Salah satu teknologi yang mendukung layanan triple play adalah teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T (International Telecommunication Union) via G.984 dan hingga kini bersaing dengan Gigabit Ethernet Passive Optical Network (GEPON), yaitu PON versi IEEE yang berbasiskan teknologi Ethernet. Standar G.984 untuk GPON mendukung bit rate yang lebih tinggi, perbaikan keamanan dan ketersediaan bandwidth yang besar.

Jaringan FTTH dengan menggunakan teknologi GPON ini telah banyak diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk di kota Medan. Maka pada Tugas Akhir ini akan dilakukan penelitian di gedung Witel Malang yang merupakan kantor pusat PT Telkom wilayah Malang Kota, kabupaten Malang dan Batu.
1.2 Rumusan Masalah Dalam Tugas Akhir ini dirumuskan beberapa permasalahan antara lain :
1. Pemahaman jaringan dan komponen FTTH. 2. Bagaimana kebutuhan dan spesifikasi komponen. 3. Bagaimana perhitungan untuk analisa parameter transmisi link budget
jaringan FTTH di gedung Witel Malang yang sesuai persyaratan teknis.
1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menganalisis parameter link budget
jaringan FTTH yang berbasis teknologi GPON, serta membandingkan dengan 2

spesifikasi aplikasi di lapangan agar memenuhi standar kinerja FTTH yang diharapkan.
1.4 Batasan Masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat
pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Jaringan yang dianalisa adalah topologi FTTH dengan lokasi dari STO Blimbing ke gedung Witel Malang. 2. Perhitungan yang akan dilakukan adalah daya sinyal yang diterima (Pr), Signal to Noise Ratio (S/N) dan Bit Error Rate (BER). 3. Analisa menggunakan serat optik single mode. 4. Tidak membahas topologi jaringan lainnya. 5. Tidak membahas tentang jaringan serat optik lainnya seperti DLC, HFC dan OAN.
1.5 Metode Penelitian Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan
beberapa metode studi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur. Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait, diskusi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir, pihak PT. Telkom, teman serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.
3

2. Studi Lapangan. Dengan melaksanakan pengukuran langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
3. Studi analisa. Yaitu dengan melakukan analisa terhadap hasil perhitungan dari data-data yang diperoleh di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:


BAB I

PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.

BAB II

DASAR TEORI Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung sistem komunikasi serat optik meliputi jenis serat optik, arsitektur jaringan serat optik secara umum, jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF), konsep Fiber to the Home (FTTH) dan teknologi GPON.

4

BAB III

METODELOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas tentang metedologi penelitian, dan persamaan untuk mendukung perhitungan parameter daya sinyal yang diterima (Pr), Signal to Noise Ratio (S/N) dan Bit Error Rate (BER).

BAB IV

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK Pada bab ini membahas tentang analisis hasil perhitungan daya sinyal yang diterima (Pr), Signal to Noise Ratio (S/N) dan Bit Error Rate (BER).

BAB V


KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian Tugas Akhir yang dirangkum sebagai kesimpulan serta saran untuk penelitian lebih lanjut.

5

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum Teknologi telekomunikasi yang telah berkembang pesat, memberikan
dampak yang besar pada perkembangan teknologi informasi pada masyarakat masa kini. Salah satu solusi untuk mengatasi perkembangan teknologi informasi ini adalah dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya yang kemudian disalurkan melalui kabel serat optik dan diterima pada sisi penerima untuk diubah kembali menjadi sinyal listrik. Akan tetapi pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi, maka perlu dilakukan suatu perhitungan dan analisis power budget (anggaran daya) sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik dan lancar, seperti adanya rugirugi transmisi (loss) pada kabel serat optik yang dapat menurunkan kualitas transmisi. Analisis ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu jaringan, biaya dan prediksi lamanya usia suatu jaringan telekomunikasi serta untuk mengetahui kelayakan suatu jaringan dalam mengirim informasi.
2.2 Serat Optik Serat optik merupakan helaian optik murni yang sangat tipis (tebalnya
setipis rambut manusia) dan dapat membawa data informasi digital untuk jarak 6

jauh. Helaian tipis ini tersusun dalam bundelan yang dinamakan kabel serat optik dan berfungsi mentransmisikan (mengirim) cahaya, hampir tanpa kerugian. Dimana artinya, cahaya yang berhasil dikirim dari satu tempat ke tempat lain hanya mengalami kehilangan sinyal dalam jumlah yang sangat sedikit. Karena bukan penghantar listrik, kabel kebal terhadap interferensi listrik [1].
Sebuah kabel serat optik dibuat sekecil-kecilnya (mikroskopis) agar tak mudah patah/retak, tentunya dengan perlindungan khusus sehingga besaran wujud kabel akhirnya tetap mudah dipasang. Satu kabel serat optik disebut sebagai core. Untuk satu sambungan/link komunikasi serat optik dibutuhkan dua core, satu sebagai transmitter dan satu lagi sebagai receiver. Variasi kabel yang dijual sangat beragam sesuai kebutuhan, ada kabel 4 core, 6 core, 8 core, 12 core, 16 core, 24 core, 36 core hingga 48 core. Satu core serat optik yang terlihat oleh mata kita adalah masih berupa lapisan pelindungnya (coated), sedangkan kacanya sendiri yang menjadi inti transmisi data berukuran mikroskopis, tak terlihat oleh mata.
Bagian-bagian dari serat optik biasanya terdiri dari inti (core) yaitu kaca tipis yang berada di tengah serat yang digunakan sebagai jalan cahaya, pembungkus (cladding) yaitu bagian optikal terluar yang mengelilingi inti yang berfungsi untuk memantulkan cahaya kembali ke inti, serta jaket penyangga (coating) yang berfungsi melindungi serat dari temperatur dan kerusakan.
2.3 Jenis Serat Optik Saat ini ada tiga 3 jenis serat optik yang populer pemanfaatannya pada
sistem komunikasi serat optik yaitu :
7

2.3.1 Serat Optik Single-mode Index Pada single-mode fiber, terlihat pada Gambar 2.1 bahwa indeks bias akan

berubah dengan segera pada batas antara core dan cladding (step index). Bahannya terbuat dari silica glass baik untuk cladding maupun corenya. Diameter core jauh lebih kecil, sekitar 10 µm, dibandingkan dengan diameter cladding , konstruksi demikian dibuat untuk mengurangi atenuasi akibat adanya fading. Single-mode fiber sangat baik digunakan untuk menyalurkan informasi jarak jauh karena di samping atenuasi yang kecil juga mempunyai jangkauan frekuensi yang lebar.
Gambar 2.1 Serat Optik Single-mode index [2].
2.3.2 Serat Optik Multi-mode Graded Index Multi-mode graded index dibuat dengan menggunakan bahan multi
component glass atau dapat juga dibuat dengan silca glass baik untuk core maupun claddingnya. Pada serat optik tipe ini, indeks bias berubah secara perlahan-lahan (graded index multi-mode). Indeks bias inti berubah mengecil perlahan mulai dari pusat core sampai batas antara core dengan cladding. Semakin kecil indeks bias maka kecepatan rambat cahaya akan semakin tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan berkurang dan pada akhirnya semua mode cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan di penerima.
8

Diameter core serat optik ini 30 – 60 µm dan diameter cladding 100 – 150 µm. Atenuasi minimum adalah sebesar 0.70 dB/Km pada panjang gelombang 1180 nm dan lebar pita frekuensi sebesar 150 Mhz sampai dengan 2 Ghz. Oleh karenanya jenis serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi pada jarak menengah dengan menggunakan seumber cahaya LED maupun LD (Laser Diode). Perambatan cahaya pada jenis Multi-mode graded index dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Serat optik Multi-mode graded index [2].
2.3.3 Serat Optik Multi-mode Step Index Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core yang besarnya
50 – 400 µm dan diameter cladding sebesar 125 – 500 µm. Pada serat optik ini terjadi perubahan indeks bias dengan segera atau lazim dimana dengan diameter core yang besar digunakan untuk menikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak koheren seperti LED. Atenuasi pada saat pengiriman tetap besar, sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data dengan kecepatan rendah dan jarak dekat. Perambatan cahaya pada jenis Multi-mode step index dapat dilihat pada Gambar 2.3.
9

Gambar 2.3 Serat optik Multi-mode step index [2].

2.4 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) Jaringan kabel lokal akses fiber paling sedikitnya terdapat dua perangkat
aktif yang dipasang di Central Office dan yang lainnya dipasang di dekat dan atau di lokasi pelanggan. Berdasarkan lokasi penempatan perangkat aktif yang dipasang di dekat dan atau dilokasi pelanggan maka terdapat beberapa konfigurasi, antara lain sebagai berikut: [3]

1. Fiber To The Building (FTTB) TKO (Titik Konverensi Optik) terletak di dalam gedung dan biasanya
terletak pada ruangan telekomunikasi di basement atau tersebar di beberapa lantai, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKG, FTTB dapat dianalogikan dengan daerah catu langsung pada jaringan kabel tembaga.


2. Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan, biasanya berupa cabinet

yang ditempatkan di pinggir jalan sebagai mana biasanya RK (Rumah Kabel),

terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga

beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK.

10

3. Fiber To The Curb (FFTC) TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di
atas tiang maupun di manhole, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meer saja, FTTC dapat dianologikan sebaai pengganti titik pembagi.
4. Fiber To The Tower (FTTT) TKO terletak di dalam shelter dari pada tower, terminal equipment system
GSM/CDMA dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor hingga beberapa meter saja. Jaringan kabel serat optik yang mencatu tower adalah kabel fiber optik drop jika lokasi tower di perkotaan, dan kabel fiber optik distribusi kalau lokasi tower di pinggiran kota. Sehingga FTTT dapat dianalogikan sebagai pengganti ODP (FTTC) atau TB (FTTH).
5. Fiber To The Home (FTTH) TKO terletak di dalam rumah pelanggan, terminal pelanggan dihubungkan
dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter saja. FTTH dapat dianalogikan sebagai pengganti Terminal Blok (TB). Arsitektur jaringan FTTH dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Arsitektur jaringan FTTH [3].


11

Secara umum jaringan FTTH dapat dibagi menjadi empat segmen catuan kabel, selain perangkat aktif sperti OLT dan ONU atau ONT, yaitu sebagai berikut: 1. Segmen A, yaitu catuan kabel feeder. 2. Segmen B, yaitu catuan daya distribusi. 3. Segmen C, yaitu catuan kabel penanggal atau drop. 4. Segmen D, yaitu catuan kabel rumah atau gedung.

2.5 Konsep Dasar Fiber To The Home (FTTH) FTTH dapat didefinisikan sebagai arsitektur jaringan optik mulai dari
sentral office (STO) hingga ke perangkat pelanggan. Dalam jaringan akses fiber FTTH terdapat segmen-segmen catuan, antara lain: catuan kabel feeder, catuan kabel distribusi, catuan kabel drop dan catuan kabel indoor, serta pelanggan aktif yaitu OLT dan ONU/ONT seperti terlihat pada Gambar 2.4.

Spesifikasi loss maksimum pada jaringan Fiber To The Home (FTTH) dapat dilihat pada Tabel 2.1 [4].

Tabel 2.1 Loss Maksimum pada FTTH.

No. Network Element 1 Kabel 2 Splicing
3 Connector Loss
4 Splitter 1:2 5 Splitter 1:4 6 Splitter 1:8 7 Splitter 1:16 8 Splitter 1:32

Ukuran 0,35 dB/km
0,1 dB 0,25 dB (Refer IEC 61300-3-34 Grade B
attenuation) 3,70 dB 7,25 dB 10,38 dB 14,10 dB 17,45 dB


12

2.6 PON (Passive Optical Network) PON adalah bentuk khusus dari FTTH yang mengandung perangkat optik
pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang dipakai adalah konektor, passive splitter dan kabel optik. Dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering, namun terjadi redaman. Dalam PON terdapat tiga komponen utama, yaitu : 1.OLT (Optical Line Termination). 2.ODN (Optical Distribution Network). 3.ONU (Optical Network Unit).
Keluaran dari OLT ditransmisikan melalui ODN yang menyediakan alatalat transmisi optik mulai dari OLT sampai pelanggan. ONU menyediakan interface pada sisi pelanggan dari DS (Distribution Point) dan dihubungkan dengan ODN. Teknologi PON pada dasarnya adalah teknologi untuk hubungan point to multipoint dan topologi ini sesuai untuk melayani kelompok pelanggan yang letaknya terpisah, dengan hanya menambah perangkat ONU di lokasi pelanggan. Metode akses yang digunakan pada PON salah satunya adalah TDM (Time Division Multiplexing)/TDMA (Time Division Multiplexing Access). Pada arah downstream, sinyal TDM dari PLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT.
Tiap ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan utuk transmisi, karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti pengaman sinyal, dengan encryption. Sinyal optik upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara bersamaan dengan metode TDMA untuk menghindari
13

collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda. Sedangkan panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada daerah 1310 nm dan 1490 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 984 [2].
Karena kemampuan teknologi PON untuk mengirim dengan bandwidth yang lebih tinggi dan jarak yang jauh, sekitar 20 – 30 Km, bahkan dengan gelombang tertentu bisa menembus jarak 50 Km, PON biasanya digunakan untuk jaringan metro atau untuk mobile backhaul yaitu koneksi antar core network atau base station dengan core network. Posisi PON di jaringan akses ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Posisi PON di jaringan akses [5]. Jaringan PON memiliki beberapa tipe dan yang terkenal adalah APON/BPON, EPON atau GEPON dan GPON. Dimana dalam Tugas Akhir ini membahas tentang GPON.
2.7 GPON (Gigabit Passive Optical Network) GPON merupakan teknologi yang didukung oleh jaringan akses serat
optik dan memiliki kapasitas bandwidth besar, kecepatan akses lebih cepat, serta 14

dapat melayani tiga layanan (triple play) berupa data, suara, video. Bila sebelumnya pelanggan dalam menggunakan internet membutuhkan modem, melakukan panggilan telepon atau IPTV dengan peralatan berbeda, maka penerapan GPON menyebabkan pelanggan bisa menggunakan layanan tersebut hanya pada satu alat bernama ONU (Optical Network Unit). Namun, dalam proses transmisi melalui serat optik tidak menutup kemungkinan terjadinya degradasi sinyal yang disebabkan karena redaman dan dispersi sehingga dapat mengganggu proses transmisi [6].
2.7.1 Prinsip Kerja GPON Prinsip kerja GPON itu sendiri ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT,
maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk membuat serat optik tunggal dapat mengirim ke beberapa ONU, untuk ONU sendiri akan memberikan data-data dan sinyal yang diinginkan pengguna.
Passive splitter merupakan optical fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam satu jalur. Splitter juga berfungsi sebagai perute dan pengkombinasi berbagai sinyal optik.
Pada prinsipnya, PON adalah sistem point to multipoint, dari serat optik tunggal ke arsitektur jaringan. Untuk sistem kerja dari teknologi GPON dapat dilihat sebagai berikut [5]:
15


a. Metode Enkapulasi : GEM – GPON GEM merupakan metode enkapsulasi frame pada GPON dimana
mekanisme ini bekerja pada lapis dua OSI. Frame GEM akan terdiri atas enkapsulasi data pengguna (suara, data dan video) dan ditambah dengan overhead. Jika tidak ada data pengguna yang akan dikirim, proses pengiriman frame akan disisipkan ke frame kosong (idle frame). Untuk selanjutnya frame GEM akan digabung dalam lapisan sub GTC (GPON Transmission Convergence) dengan panjang frame 125 µs.
Proses konversi Ethernet ke GEM diawali dengan sistem GPON yang memecah frame ethernet dan langsung mengisi ke dalam payload GEM, kemudian frame GEM melakukan enkapsulasi informasi header. Proses konversi ini dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM [5].

b. AES (Advance Encryption Standard)

AES ini, merupakan mekanisme keamanan sistem transmisi antara OLT

dengan ONU. Sistem GPON secara periodik akan mengganti (renew) kode

keamanan untuk peningkatan aspek keamanannya.

16

Teknik mekanisme AES hanya untuk downstream saja, diawali dengan enkripsi yang dibuat dalam model counter 128 bit blok chiper kode dengan 128 bit key. Pergantian key diinisiasi dan dikontrol oleh OLT dan key diganti tiga kali setiap detiknya. Ketika OLT menerima key yang benar, maka OLT akan mengirim key switch message ke ONU dan kemudian melakukan trafik downstream.
c. DBA (Dynamic Bandwidth Assignment) Mekanisme dimana secara dinamik ONT dapat meminta dan memberi
bandwidth yang telah dialokasikan oleh T-CONT (Transmission Containers). Mekanisme kerja DBA dibagi dua yaitu status reporting dan predictive. Pada saat melakukan status reporting, ONT melaporkan status buffer mereka dan membuatkan antrian dengan DBR (Dynamic Bandwidth Reports) ke arah OLT, kemudian OLT menetapkan ulang bandwidth berdasarkan kapasitas buffer yang tersedia dan informasi antrian diberikan oleh ONT. Pada saat melakukan predictive, OLT memonitoring dan mengadakan pengaturan berdasarkan utilisasi setiap ONT. Ketika utilisasi ONT melebihi nilai threshold yang diberikan, maka tambahan bandwidth segera ditetapkan jika tersedia. Pada umumnya sistem GPON itu berbasis teknologi PON dan dari satu core mengeluarkan tiga gelombang (full duplex). Dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Sistem transmisi teknologi GPON [5].

17

Sistem Transmisi GPON mempunyai dua model, yaitu downstream dan upstream. Arah downstream, frame GEM akan dibroadcast (mengirim) ke semua ONU, dari OLT ke semua ONU, dimana masing-masing ONU akan mengidentifikasi paket yang diterimanya dari overhead frame serta memfilter data yang masuk berdasarkan portID. Proses model transmisi downstream dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Sistem pengiriman sinyal downstream pada GPON [5].
Downstream frame GTC memiliki durasi 125 µs dan panjang 38880 byte, dimana sesuai dengan data downstream 2.48832 Gbps. Psync (4 bite) menunjukkan frame permulaan untuk ONU. Indent berisi superframe counter 8 Khz yang digunakan oleh sistem enkripsi dan juga digunakan untuk memberikan sinyal synchronous refrence tingkat rendah. PLOAMd menangani fungsi seperti OAM (operation, administration, and management) yang berhubungan dengan penanda. BIP (Bit Interleaved Parity) digunakan untuk memperkirakan tingkat kesalahan bit. Plend (Payload Length Indicator downstream) memberikan panjang bandwidth upstream (Bwmap). Setiap masukan dalam bandwidth upstream (Bwmap) merupakan alokasi bandwidth tunggal untuk T-CONT dituju.
18

Sedangkan untuk model transmisi upstream, frame GEM akan dibawa dalam bentuk semacam kontainer (kotak-kotak) yang diistilahkan T-CONT (Transmission Container). T-CONT akan membawa portID dari GEM setiap ONU. Pada saat transmisi upstream bekerja, OLT mengkontrol kanal upstream dengan pengaturan seperti window (jendela) waktu dari masing-masing ONT. Proses model transmisi upstream dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa durasi upstream frame GTS sebesar 125 µs dan panjang bit 19440, yang memberikan kecepatan data upstream sebesar 1,24416 Gbps. Setiap frame upstream berisi beberapa pecahan transmisi yang berasal dari satu atau beberapa ONU. Setiap pecahan transmisi upstream memiliki PLOu (Physic Layer Overhead upstream) dimana PLOu pada awalnya memecah link upstream ONU pada lapisan fisik dari link pecahan upstream.
Gambar 2.9 Sistem pengiriman sinyal upstream pada GPON [5].
PLOAMu (Physic Layer operation administration management upstream) bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi mengelola seperti memulai, aktivasi ONT dan pemberitahuan. PLSu (Power Leveling Sequence upstream) berisi informasi
19

tentang tingkatan daya laser yang terlihat dengan OLT. DBRu (Dynamic Bandwidth Report upstream) menginformasikan panjang antrian masing-masing T-CONT di ONT.
Arsitektur GPON berdasarkan pada TDM, sehingga mendukung layanan T1, E1 dan DS3 (digital signal 3). Tidak seperti sistem multiplexer lainnya, GPON mempunyai layer PMD (Physical Medai Dependent) yang dilengkapi dengan FEC (Forward Error Correction). ONU mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan data di tiga mode power. Pada mode 1, ONT akan mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan mentransmisikan 3-6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang memberikan OLT untuk memerintahkannya menurunkan daya apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi perintah ONT untuk menaikkan jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu rendah. Arsitektur GPON dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Arsitektur GPON [5].

20

2.7.2 Konfigurasi GPON Konfigurasi jaringan GPON pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 bagian
[7] : 1. Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan interface antara sistem PON dengan penyedia layanan (servive provider) data, video dan jaringan telepon. Bagian ini akan membuat link ke sistem operasi penyedia layanan melalui Elemen Managemen System (EMS). Bentuk nyata dari OLT dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Perangkat OLT.
2. Optical Distribution Network (ODN) Konfigurasi jaringan optik atau kadang disebut dengan istilah ODN
adalah jaringan optik antara perangkat OLT sampai perangkat ONU/ONT. 21

ODN menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pengguna dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik pasif. ODN menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU. Perangkat Interior pada ODN terdiri dari :
1. Optical Fiber / Kabel Fiber Optik. 2. Splices. 3. Konektor. 4. Splitter.
Splices merupakan peralatan yang digunakan untuk menyambungkan satu kabel serat optik dengan yang lainnya secara permanen. Ada dua prinsip sambungan yaitu sambungan fusi dan sambungan mekanik Sambungan fusi menggunakan pancaran listrik untuk mematri dua kabel serat optik secara bersama-sama. Teknik ini memerlukan orang yang ahli dan berpengalaman karena penjajaran kabel serat optik membutuhkan komputer terkontrol untuk mencapai kerugian sesedikit 0,05 dB. Untuk sambungan mekanik, semuanya menggunakan elemen biasa. Teknik ini lebih mudah diterapkan dilapangan dengan kerugian sekitar 0,2 dB.
Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik yang berfungsi sebagai penghubung serat. Dalam operasinya konektor mengelilingi serat kecil sehingga cahayanya terbawa secara bersama-sama tepat pada inti dan segaris dengan sumber cahaya (serat lain). Splitter merupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya optik dari satu input serat kedua atau beberapa output serat. Splitter pada PON dikatakan pasif sebab tidak memerlukan sumber energi eksternal dan optimasi tidak dilakukan
22

terhadap daya yang digunakan terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga sifatnya idle dan cara kerjanya membagi daya optik sama rata.
3. Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU) ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan.
Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan.
Pada arsitektur FTTH, ONU diletakkan di sisi pelanggan. ONU dihubungkan dengan melalui suatu Adaptation Unit (AU) yang menyediakan fungsi penyesuai antara ONU dan sisi pelanggan. Bentuk nyata dari ONT / ONU dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
23

2.7.3 Standar GPON
Standar teknologi GPON dapat dilihat pada Tabel 2.2 [8].

Tabel 2.2 Standar Teknologi GPON.

Karakteristik

GPON

Standarisasi

ITU-T G.984

Rilis Draft Dokumen

2002

Frame

ATM

Efisiensi Frame

~92%

Bandwidth

Downstream 2,5 Gbps

Upstream 1,25 Gbps

Bandwidth per user

2,5 / 32 = 75 Mbps / ONU

2,5 / 64 = 35 Mbps / ONU

2,5 / 128 = 15 Mbps / ONU

Layanan

Data, voice, video

Jarak Maksimum

20 km

Jumlah Percabangan ONU

1 : 32

1 : 64

1 : 128

Keamanan

AES 128 bit

24

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1. Umum Untuk alur analisa dan perhitungan jaringan serat optik teknologi GPON
(gigabit passive optical network) di gedung Witel Malang dapat dilihat dengan diagram alur pada Gambar 3.1.
Mulai
Menentukan Lokasi Pengamatan

Pengumpulan Data Parameter Perhitungan

Perhitungan: Daya Sinyal yang Diterima (Pr)
Signal to Noise Ratio (SNR) Bit Error Rate (BER)

Analisis Perhitungan Kelayakan Sistem Jaringan

Apakah Sistem Layak?
Ya
Selesai

Tidak

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

25

3.2. Peta Lokasi Penelitian Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk. Pengamatan dimulai dari ODF dan OLT yang terletak di dalam STO Blimbing yang terhubung kabel feeder sejauh 509 m ke ODC yang terletak di depan gedung Witel Malang, Jalan Ahmad Yani nomor 11, Malang, hingga menuju ODC yang terletak di lantai satu gedung Witel Malang dan kemudian di bagi untuk di hubungkan ke ONT di setiap lantai yang terdiri dari delapan lantai dan satu lantai basement, kemudian dibagi lagi ke modem di setiap ruangan dalam satu lantainya. Gambar denah jaringan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Denah Jaringan Penelitan Gambar rute pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.3, dengan lampiran bukti surat keterangan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
26

Plasa Telkom Blimbing
(-7.960931' 112.650258') ODC_BLB_G.Witel_A.Yani No.11
28/24 core

OLT-ODF_BLB

STO Blimbing

Gambar 3.3 Rute pengamatan (denah lokasi penelitian). 27

3.3. Power Link Budget

3.3.1.

Daya Sinyal yang Diterima (Pr)

Perhitungan daya sinyal diuraikan dari persamaan berikut [9]:

=

Dimana:

Pt = daya sinyal yang dikirim (dB) Pr = daya sinyal yang diterima (dB) αf= redaman pada fiber (dB/km) αc = redaman pada conector (dB/km) αs = redaman pada splice / sambungan (dB/Km) L = jarak antar sambungan

M = fiber Margin pada system, diambil harga 6dB

Atau dapat dirumuskan sebagai berikut [10]:

Dimana:

= − − (dB)

Pi = Pt = Daya sinyal input yang dikirim (dB) Po = Pr = Daya sinyal diterima receiver (dB) CL = Total loss saluran (dB) Ma = Safety Margin (dB)

(3.1)
(3.2) 28

Sehingga rumus daya sinyal yang diterima (Pr) oleh pelanggan antara lain:

= − − ()

(3.3)

Safety Margin bergantung pada besar komponen sistem serta prosedur desain sistem dan biasanya dalam rentang 5 sampai 10 dB. Sistem yang menggunakan injection laser transmitter, umumnya memerlukan safety margin yang lebih besar (yaitu 8 dB) dibandingkan dengan yang menggunakan sumber LED (yaitu 6 dB) karena variasi suhu dan usia dari LED yang kurang jelas [10].

3.3.2 Signal to Noise Ratio (SNR) Dalam menetukan kualitas transmisi, digunakan parameter SNR atau BER.
Signal to Noise Ratio merupakan perbandingan antara daya sinyal terhadap daya noise pada satu titik yang sama, dan dapat dirumuskan sebagai berikut [11]:
= (3.4)
Perhitungan signal power dan daya noise adalah sebagai berikut:

a. Daya Sinyal (Signal Power)
Daya sinyal merupakan kuat daya pada sinyal yang diterima oleh receiver. Besar daya sinyal di penerima ditunjukkan dengan persamaan berikut [11]:

=2

(3.5) 29

Dimana: Popt = daya sinyal yang diterima (Watt)
= R = Responsivitas M = Loss margin system pada detector cahaya (apabila yang
digunakan adalah APD)

b. Noise Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan yang selalu ada dalam suatu
system transmisi. Level noise yang cukup besar akan terasa mengganggu pada sisi penerima. Sumbangan daya noise di detektor cahaya pada sistem komunikasi serat optik ada tiga macam, antara lain:

1. Arus Gelap (Dark Current) Arus gelap yaitu arus balik kecil yang mengalir melalui persikap balik. Arus
gelap ini terjadi pada setiap diode yang dikenal dengan arus bocor balik. Sumbangan arus gelap terhadap daya noise dirumuskan sebagai berikut [11]:

Dimana:

=2

(3.6)

q = muatan electron (1,6x10-19C)

iD= arus gelap (A)

B= Bandwidth detector cahaya (Hz)

30

2. Derau Termal (Thermal Noise)
Derau termal adalah arus yang berasal dari struktur gerak acak elektron bebas pada komponen elektronik. Biasanya level noise ini sebanding dengan temperature pada sistem komunikasi serat optik. Besar daya noise termal dirumuskan sebagai berikut [11]:

ℎ=

(3.7)

Dimana: k = konstanta Boltzman (1,38×10-23 Joule/K) Teff = temperature noise efektif (K) Req = resistansi ekivalen (Ω)

3. Derau Tembakan (Shot Noise)
Derau tembakan terjadi karena adanya ketidak linieran pada sistem. Sumbangan shot noise pada total noise sistem komunikasi serat optik dirumuskan sebagai berikut [11]:

ℎ =2 2

()

(3.8)

Dimana, Popt = daya sinyal yang diterima di detektor (Watt) M = tambahan daya sinyal pada detektor cahaya (apabila yang
digunakan adalah APD)

31

F(M)

= noise figure, menunjukkan kabaikan penguat dalam memproses sinyal.

Sehingga, Signal to Noise Ratio dapat di tulis menjadi [11]:
=

(3.9)

Jika jaringan serat optik menggunakan detector APD, maka Signal to Noise Ratio dapat di tulis menjadi [11]:

=
()

(3.10)

3.3.3 Bit Error Rate (BER) BER merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam mentransmisikan sinyal
digital, dimana BER dapat dihitung dengan rumus sebagai beikut [12]:

(S/N) = 20 Log2Q

(3.11)

Sehingga diperoleh nilai pendekatan:

= ( ) =√ . Dimana, Q = Quantum noise Pe = Probability Error

(3.12)

32

3.4 Standar Power Link Budget 1. Daya Sinyal yang Diterima(Pr) Link budget jaringan fiber optik GPON dari OLT hingga ONT adalah
28dB. Maka, untuk mengantisipasi kebutuhan operasional (perbaikan jaringan FO) maka desain FTTH dengan maksimum redaman 25 dB atau ekivalen dengan panjang fiber optik dari OLT sampai dengan ONT maksimum 17 km [4].
2. Signal to Noise Ratio (SNR) Makin tinggi SNR, makin baik mutu komunikasinya. Oleh karena itu, ada
suatu batasan minimum dari SNR dalam hubungan telekomunikasi untuk dapat memuaskan konsumen pemakai jasa telekomunikasi. Standar SNR untuk Sistem Komunikasi Serat Optik adalah 21,5 dB [11].
3. Bit Error Rate (BER) Standar dari Bit Error Rate (BER) yaitu 1×10-9, dimana sebuah sistem
jaringan komunikasi serat optik tidak boleh lebih dari standar yang telah ditentukan [11].
3.5 Penggunaan GUI untuk Perhitungan Dalam tugas akhir ini, penulis melakukan setiap perhitungan dengan
menggunakan GUI yang didesain menjadi kalkulator praktis pada program MATLAB agar semakin mempermudah dan lebih teliti dalam melakukan
33

perhitungan daya sinyal diterima, SNR maupun BER. Adapun proses perhitungan yang dilakukan antara lain:
1. Menentukan terlebih dahulu rumus persamaan yang dibutuhkan dalam melakukan perhitungan yang kemudian akan dimasukkan ke dalam GUI agar menghasilkan kalkulator perhitungan praktisnya. Rumus persamaan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Persamaan (3.3) untuk perhitungan daya sinyal yang diterima, Persamaan (3.10) untuk perhitungan SNR dan Persamaan (3.11) serta Persamaan (3.12) untuk perhitungan BER.
2. Kemudian dibuatlah kalkulator GUI untuk tiap perhitungan.Adapun syntax dan tampilan program yang digunakan untuk membangun perhitungan dengan GUI, sebagai berikut:

a. Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr)
Syntax GUI yang digunakan untuk menghitung besar daya yang diterima (Pr), antara lain:

% --- Executes on button press in hitung. function hitung_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to hitung (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA)

input1=get(handles.nilai_Pt,'string'); %mengambil nilai Pt input2=get(handles.nilai_Cl,'string'); %mengambil nilai Cl input3=get(handles.nilai_Ma,'string'); %mengambil nilai Ma

Pt=str2num(input1); %mengubah string menjadi number Cl=str2num(input2); Ma=str2num(input3);

hasil= Pt - Cl - Ma; %rumus hasil=num2str(hasil);

34

set(handles.hasil,'string',(hasil)) %menampilkan hasil pada hasil % --- Executes on button press in reset. function reset_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to reset (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) set(handles.nilai_Pt,'String',''); set(handles.nilai_Cl,'String',''); set(handles.nilai_Ma,'String',''); set(handles.hasil,'