Perancangan Identitas Visual Simping Purwakarta Melalui Media Kemasan

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Imam Trihartanto

Tempat/Tgl. Lahir : Purwakarta/23 Oktober 1993

Agama : Islam

Alamat : Kp. Nagrog RT03/02, Ds. Kertamukti, Kec. Campaka- Purwakarta

Kependudukan : WNI

Status : Belum Menikah No Telepon : +62856 5947 1093 Email : imamtriha@gmail.com Riwayat Pendidikan

2000-2006 : SDN 1 Cibatu - Purwakarta 2006-2009 : SMPN 1 Campaka - Purwakarta 2009-2012 : SMAN 1 Cibatu – Purwakarta

2012-2016 : Universitas Komputer Indonesia – Bandung Desain Komunikasi Visual

Riwayat Organisasi

2007-2009 : OSIS SMPN 1 Campaka – Purwakarta 2007-2009 : Ketua Seni Lukis 1 Campaka - Purwakarta 2009-2010 : OSIS SMAN 1 Cibatu – Purwakarta 2010-2011 : Wakil MPK 1 SMAN 1 Cibatu Purwakarta 2010-2011 : Ketua Basket SMAN 1 Cibatu Purwakarta 2015 : Sekertaris IKA SMAN 1 Cibatu


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL SIMPING PURWAKARTA MELALUI MEDIA KEMASAN

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

Oleh:

Imam Trihartanto NIM. 51912081

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan kampanye keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi”. Penyusunan laporan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat program studi Strata 1 Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Univesitas Komputer Indonesia.

Penyusun menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi materi maupun susunan tata bahasanya, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan.

Akhir kata semoga Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandung, 20 Agustus 2016


(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL... ... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN ... I.1 Latar Belakang Masalah ... I.2 Identifikasi Masalah ... I.3 Rumusan Masalah ... I.4 Batasan Masalah ... I.5 Tujuan dan Manfaat...

BAB II. PERANCANGAN KEMASAN SEBAGAI IDENTITAS VISUAL SIMPING PURWAKARTA ...……… II.1 Landasan Teori... II.1.1 Pengertian Kemasan... II.1.1.1 Fungsi Kemasan ... II.1.1.2 Peraturan Kemasan Pangan ……... II.1.1.3 Jenis Kemasan Pangan... II.1.1.4 Kemasan Sebagai Media Komunikasi... II.1.1.5 Kemasan Sebagai Daya Tarik Terhadap Konsumen... II.1.1.6 Kemasan Sebagai Identitas Produk... II.1.1.7 Tujuan Desain Kemasan…………... II.1.2 Pengertian Identitas Visual ...

i ii iii iv v vi ix xi xii 1 1 3 3 3 4 5 5 5 5 7 8 14 14 15 15 15


(8)

vii II.2 Objek Penelitian …... II.2 1 Simping ... II.2.1.1 Sejarah Simping ... II.2.1.2 Geografis Simping Purwakarta... II.2.1.3 Identifikasi Produk... II.2.1.4 Pembuatan Simping... II.2.1.5 Alat dan Bahan... II.2.1.6 Siklus Penjualan... ………..…………. II.2.1.7 Data Penjualan... ... II.2.1.8 Jumlah Produsen... II.2.1.9 Data Produksi... II.2.1.10 Segmentasi Konsumen Simping,... II.2.3 Analisa Simping Purwakarta ... II.3.1 Opini Masyarakat Terhadap Kemasan Simping Purwakarta ...…….... II.3.2 Ciri Kemasan Simping ... II.3.3 Analisa S.W.O.T Kemasan... ………..…………. II.4 Resume yang Mengarah Pada Solusi Perancangan...

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP KEMASAN PRODUK SIMPING PURWAKARTA... III. 1 Strategi Perancangan...,... III.1.1 Khalayak Sasaran... III.1.2 Strategi Komunikasi...…….... III.1.3 Strategi Kreatif...,... III.1.4 Strategi Media... III.1.5 Strategi Distribusi...…….... III.2 Konsep Visual... III.2.1 Referensi Visual...,... III.2.2 Perancangan Visual... III.2.3 Format Desain...…….... III.2.4 Tata Letak ( Layout )...

16 16 18 19 19 20 20 22 23 23 23 24 24 24 27 27 28 29 29 29 31 33 34 35 35 35 38 39 39


(9)

viii III.2.5 Illustrasi...,... III.2.6 Huruf... III.2.7 Warna...…….... BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI... IV.1 Proses Perancangan Kemasan Produk Simping Purwakarta ... IV.2 Media dan Teknis Produksi... IV.2.1 Kemasan Produk Simping Purwakarta...…….... IV.2.2 Papper Bag Simping Purwakarta... IV.2.3 T-Shirt Simping Purwakarta...,... IV.2.4 Sticker... IV.2.5 Pin dan Gantungan Kunci ...…….... IV.2.6 Flyer... IV.2.7 Poster...,... IV.2.8 Sticker Transparant... IV.2.9 X-Banner...……....

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN………. ...

41 42 44 45 45 45 46 48 49 49 50 51 51 52 53

54 56


(10)

54 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Al-Bahra bin Ladjamudin. (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Basu Swatha. (1980) Manajemen Penjualan. Yogyakarta : Liberty

Esten,Mursal. (1999) Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Percetakan Angkasa.

Hardjasaputra,A.Sobanda. (2008) Sejarah Purwakarta. Purwakarta: PT. Kiblat Buku Utama.

Kartajaya,Hermawan. (2014). Positioning Differentation Brand. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kusumawati, R. (2013) Masakan Nusantara Favorit dari Aceh hingga Papua. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Kumsiati A, Pudjiastutsi B. (1999). Teori Dasar Komunikasi Visual. Jakarta : Djambatan.

Nurmianto.Eko. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. (2015) Sejarah dan Budaya Purwakarta. Purwakarta: Sawarna Digital Printing.

Soekarto, S.T., (1990). Dasar-Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suoriyono,Rachmat. (2010). Desain Komunikmasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset .

Tobing, Hadibroto. (2015) Kue-kue Indoneisa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(11)

55 Sumber Jurnal

Dewi, Raden. (2014). Pengaruh Diferenisasi dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industri Simping Kaum Kabupaten Purwakarta. Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,26.

Febriyanti,Ratih. (2008). Desain Kemasan Kardus Makanan Ringan Ning

Catering Sebagai Media Promosi. ProyekStudi Universitas Negeri Semarang

(tidakdipublikasikan) (8 Mei 2016).

Prawitasari,Sri Yati. (2010). Analisa SWOT seabagi Dasar Perumusan Strategi Pemasaran Saing. Skripsi, Semarang: FE UNDIP

Purnamawati,Rike. (2013). Perancangan Ulang Kemasan Tahu Cihanjuang CHJ. Tugas Akhir, Bandung: Universitas Komputer Indonesia,5.

Saputra,Ade. (2013). Kampanye Anti Perdagangan Ilegal Swata Liar. Tugas Akhir, Bandung: Universitas Komputer Indonesia Indonesia,28.

Soekarto, S.T. (1990). Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU - Pangan dan Gizi. IPB. Bogor,56.

Sumber Wawancara

Adiatna, Ujang. Interview. (2015). Sejarah Simping, Desa Cibatu.

Enong, Interview, (2015). Proses Pembuatan Simping, Kaum, Purwakarta Sumber Artikel Internet

Anonim (2013). Keamanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat. Diambil dari:

http://itp.bakrie.ac.id/index.php/en/component/k2/item/52-keamanan-pangan-dan-kesehatan-masyarakat-1. (26 April 2013).

Anonim. (2004). “Serba - Serbi Kemasan Pangan”. Diambil dari:

http://www.gizikia.depkes.go.id/serba-serbi-kemasan-pangan/?print=print (17 Mei 2016).

Ardiansyah (2012). Pengertian Makanan Khas. Diambil dari: https://serbaserbimakanankhas.com/2012/10/10/pengertian-arti-makanan-khas/ (17 Mei 2016).


(12)

56 Barbara,M.Merlina. (2015). Berburu Oleh-oleh Simping di Purwakarta. Diambil dari: http://peluangusaha.kontan.co.id/news/berburu-oleh-oleh-simping-di-purwakarta-1. (18 Mei 2016).

Fadli,Ahmad. (2011). Apa itu Ambigram dan Cara Membuat Ambigram. Diambil dari http://www.abangfadli.com/apa-itu-ambigram-dan-cara-membuat-ambigram. (18 Mei 2016).

Hasin.Nashrullah. (2012). Kreatifitas Desain Kemasan. Diambil dari: https://kemasanukm.id/blog/712-2/

.(

12 Agustus 2016).

Rahmadianti. Fitria (2014). Kenali 7 Jenis Kemasan Plastik yang Aman untuk

Makanan Ini. Diambil dari:

http://food.detik.com/read/2014/02/04/120103/2486529/297/7/kenali-7-jenis-kemasan-plastik-yang-aman-untuk-makanan-ini. (17 Mei 2016).


(13)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Makanan merupakan kebutuhan primer bagi manusia, untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan berbagai macam sumber nabati dan hewani dari lingkungan sekitarnya untuk diolah menjadi makanan. Hasil pangan disetiap daerah memiliki perbedaan, hal itu dikarenakan hasil bumi yang didapat di daerah tersebut juga memiliki perbedaan. Masyarakat kemudian akan mengolahnya dengan cara yang berbeda pula. Pemilihan bahan pangan yang tepat akan menciptakan komposisi makanan yang khas dan unik.

Menurut Kusumawati (2013), “Indonesia adalah negara yang memiliki beragam khasanah cita rasa, hal tersebut didukung oleh faktor geografis dan iklim tropis. Terciptanya cita rasa yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu menjadikan makanan tersebut diproduksi secara terus menerus. Pembuatan makanan yang dilakukan secara berkesinambungan di suatu daerah tertentu akan menjadi makanan khas daerah tersebut.” (h.1)

Makanan khas Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang menyatu dengan sistem sosial budaya. Salah satunya adalah simping yang berasal dari kota Purwakarta. Simping merupakan jenis makanan ringan berbentuk bulat tipis seperti lembaran. Pada umumnya simping berwarna putih, bahan utamanya yaitu tepung tapioka yang diberi bumbu. Simping salah satu makanan/kue yang turun temurun dari generasi kegenrasi diproduksi oleh masyarakat dan menjadi makanan tradisional kota Purwakarta, karena menurut Tobing (2015) “Sejatinya kue-kue Indonesia merupakan selera kuliner warisan abadi leluhur bangsa Indonesia. Oleh karena masih tetap lestari sampai kini, sangat pantas dan layak jika makanan Indonesia menyandang nama panganan Tradisional” (h.9).

Dalam wawancara pada tanggal 4 Oktober 2015 kepada Ujang Adiatna sebagai salah satu produsen simping menyatakan bahwa “Simping pada awalnya disajikan untuk para tamu pemerintahan yang singgah di kota Purwakarta. Simping diambil


(14)

2 dari kata ‘sumping’ yang memiliki arti datang”. Nama simping ini diserap dari kata “Wilujeung Sumping” yang artinya selamat datang, Simping menjadi makanan sajian untuk para tamu yang beristirahat maupun bersinggah di Purwakarta. Simping pada saat itu hanya diproduksi oleh masyarakat Purwakarta khususnya di daerah Kaum, pada awalnya disajikan untuk kalangan tertentu saja, yaitu untuk tamu pejabat dari daerah lain. Seringnya simping dijadikan jamuan untuk pejabat dari luar kota, sehingga tamu dari kota luar Purwakarta mengenal simping sebagai makanan khas kota Purwakarta.

Keberadaan Simping sebagai makanan khas di Purwakarta menjadi sesuatu yang harus dipertahankan sebagai warisan orang-orang terdahulu yang telah menciptakan simping yang kini diangkat sebagai makanan khas Purwakarta. Selain keberadaanya yang telah ada dari zaman dulu, cara pengolahan dan penyajian simping yang diproduksi secara tradisional membuat nama simping dihargai sebagai makanan khas Purwakarta. Nilai sejarah simping yang dahulu sebagai makanan penyaji tamu ini mengingatkan bahwa kota Purwakarta merupakan kota persinggahan untuk para tamu bangsawan maupun pemerintahan yang hendak berpergian melewati jalur Purwakarta.

Daerah Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak aneka makanan tradisional yang beragam, namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak berubah. Seiring dengan perkembangan media yang memudahkan masyarakat dalam mencari informasi yang baru, membuat masyarakat menghasilkan beragam kreasi dalam menyajikan makanan.

Dari tahun ke tahun makanan yang sering dilihat di setiap pusat perkotaan lebih beraneka macam dari cara penyajian dan dikemas secara yang modern. Perkembangan ini mampu menarik konsumen untuk mencoba dan membelinya, hal ini berakibat kepada makanan tradisional termasuk simping. Simping yang diproduksi secara rumahan dan sederhana serta cara penyajian kemasan yang masih sederhana karena hanya dikemas dengan plastik dan diikat dengan tali karet gelang. Selain itu media kemasan yang sederhana dan nilai identitas simping tidak tertulis dalam kemasan yang hanya diberi label nama toko, slogan serta rasa.


(15)

3 Hal itu tidak menutup kemungkinan jika makanan yang mendapat gelar sebagai maknan khas bisa tergeser oleh maknan yang bisa disebut makan modern, karena minat serta pola pikir masyarakat lebih memilih sesuatu yang baru dan lebih menarik.

Untuk itu perlu usaha untuk mengenalkan dan melestarikan makanan tradisional agar tetap mempunyai eksistensi dengan makanan modern yang sedang marak saat ini.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

• Sistem kemasan yang sederhana dan belum menyampaikan tentang informasi tentang simping

• Ciri khas sebagai produk khas Purwakarta belum terlihat I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, permasalahan utama yang menjadi pokok kajian penulisan ini adalah peranan identitas simping sebagai makanan khas Purwakarta yang perlu diperbaharui. Secara rinci rumusan masalah ini, ialah:

• Bagaimana cara memperkenalkan produk simping kepada masyarakat Purwakarta maupun luar Purwakarta dan wisatawan melalui kemasan yang baru

• Bagaimana merancanga kemasan simping yang dapat memberikan gambaran ciri khas simping sebagai makanan khas Purwakarta

I.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis perlu memberikan batasan masalah sebagai berikut:

Simping sebagai makanan atau kue tradisional yang berasal dari Purwakarta, daerah produksi simping terbesar yang menjadi acuan penelitian yaitu di daerah


(16)

4 Kaum, serta memfokuskan pada perancangan kemasan dengan tujuan agar produk simping Purwakarta mempunyai ciri khas sebagai produk asli Purwakarta dengan penyampaian identitas visual dalam sistem kemasannya.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

• Untuk mengetahui identitas produk simping sebagai makanan khas Purwakarta

• Untuk memperkuat citra simping sebgai makanan khas Purwakarta dengan kemasan yang baru


(17)

5 BAB II. PERANCANGAN KEMASAN SEBAGAI IDENTITAS VISUAL

SIMPING PURWAKARTA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Pengertian Kemasan

Pengertian kemasan dalam kamus bahasa Indonesia adalah hasil mengemas; bungkus pelindung, barang dagangan atau (niaga). Kemas adalah teratur (terbungkus), rapi, bersih, beres, kuat. Mengemas adalah mengatur rapi-rapi; membungkus ringkas; memberes-bereskan. Sedangkan pengemasan adalah suatu proses, cara perbuatan mengemasi.

Danger (seperti dikutip Dede Maulana, 2012) “Kemasan adalah wadah atau pembungkus untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik” (h.49) Swatha (seperti dikutip Nashurullah Hasin,2012) “Pembungkusan (packaging) adalah kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain pembuatan bungkus atau kemasan suatu barang”.

Secara umum kemasan merupakan proses mengemasi dan melindung barang atau produk yang akan dijual atau dipasarkan kepada masyarakat luas.

II.1.1.1 Fungsi Kemasan

Kartajaya (Seperti dikutip Rike Purnama,2013) “Packaging protect what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual) Sekarang, Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi)” (h.34). Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Perkembangan fungsional kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor


(18)

6 telepon tollfree atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk complain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut. Menurut Febriyanti (2008) berdasarkan fungsinya, kemasan modern dibagi menjadi 6 yakni kategori:

1. Fungsi Proteksi

Kemasan harus mampu memberikan perlindungan fisik terhadap isi produk. Perlindungan fisik tersebut mencakup ketahanan terhadap benturan, tekanan, temperatur dan lain-lain. Perlu diperhatikan juga materi yang hendak dikemas tahan terhadap oksigen, air, debu dan sebagainya. 2. Fungsi Pengelompokan, Penempatan dan Penyimpanan

Kemasan yang ideal sebaiknya harus menjawab bagaimana sebuah materi dikelompokan atau ditempatkan. Harus diperhitungkan juga, bagaimana kemasan tersebut ketika ditumpuk atau dibawa dalam jumlah yang banyak. Apakah efisien dan memungkinkan untuk ditumpuk.

3. Fungsi Keamanan

Kemasan tersebut telah teruji dengan baik bagi keamanan konsumen. Apabila material yang digunakan untuk membungkus dapat mencemari isi produk didalamnya secara kimiawi. Pastikan juga agar material pembungkus tidak meracuni isi produk.

4. Fungsi Informasi

Kemasan yang ideal sebaiknya memberikan informasi yang sesuai dan dibutuhkan kepada khalayak, baik secara verbal maupun visual. Intinya adalah apakah elemen-elemen desain dalam kemasan sudah memberikan informasi secara cepat, mudah dan lengkap, mulai dari batas kadaluarsa, komposisi makanan halal atau haram dan lain sebagainya.

5. Fungsi Kemudahan Fisik

Fungsi yang satu ini jangan sampai diabaikan, karena bentuk kemasan yang trimarta harus memudahkan baik saat pengepakan, distribusi,


(19)

7 maupun penggunaan oleh end user. Faktor ergonomik bisa dibilang sangat berperan didalam pengembangan desain kemasan.

6. Fungsi Marketing

Fungsi yang harus juga dipenuhi, yaitu fungsi marketing, bagaimana kemasan mampu menjawab aspirasi konsumen. Untuk memenuhi fungsi marketing, otomatis diperlukan kepekaan desainer terhadap kebutuhan dan keinginan khalayak. Desain kemasan yang baik adalah yang bisa memvisualisasikan “brand” alias membantu branding sebuah produk. Dapat disimpulkan bahwa produk yang dikemas dengan kemasan yang rapi serta menarik akan menambah keyakinan terhadap konsumen serta menambah jual beli produk tersebut. Oleh karena itu kemasan merupakan salah satu aspek terpenting dalam perancangan sebuah produk yang akan didistribusikan atau diperjual-belikan.

II.1.1.2 Peraturan Kemasan Pangan

Menurut Departemen Kesehatan (2016) mengenai peraturan tentang sistem kemasan antaralain :

1. UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan disebutkan perlunya pengaturan kemasan pangan terutama bahan yang dinyatakan terlarang dan/atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan Manusia.

2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagang-kan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. PP No. 28 Tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan diatur tentang bahan kemasan yang dilarang dan bahan yang diijinkan.


(20)

8 4. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan, yang memuat bahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk digunakan sebagai bahan kemasan pangan.

II.1.1.3 Jenis Kemasan Pangan

Jenis kemasan yang umum diketahui oleh masyarakat sangat banyak, mulai dari kemasan kertas, plastik, kardus, sampai dengan kemasan dari dedaunan. Beberapa kemasan sesuai produk maknanannya. Menurut Rhamadianti dalam websitenya (2014) menjelaskan beberapa kemasan pangan yaitu :

1. Kemasan Kertas/Kraft

Kemasan kertas merupakan jenis kemasan yang paling sering digunakan untuk membungkus pangan. Kemasan pangan kertas jenis ini mempunyai keunggulan antara lain: ringan, relatif murah dan hemat tempat sedangkan kelemahannya adalah mudah robek dan terbakar, tidak dapat mengemas cairan dan tidak dapat dipanaskan. Beberapa kertas non kemasan (kertas, koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus pangan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Timbal dapat terakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan syaraf; kerusakan ginjal; gangguan reproduksi, termasuk keguguran, berat lahir rendah dan kelahiran prematur; gangguan pendengaran dan dapat menurunkan kecerdasan anak. Banyak makanan jajanan seperti gorengan dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal ke makanan tersebut.

Sifat kemasan kertas tergantung dari proses pembuatannya dan perlakuan tambahan yang diberikan. Sifat fisika dan kimia seperti permeabilitas (mudah dilalui) terhadap cairan, uap dan gas. Sehingga dapat dimodifikasikan dengan cara pelapisan atau laminating (dengan malam, plastik, resin, gum dan adhesif).


(21)

9 Gambar II.1 Kemasan Kertas

Sumber: http://standingpouches.com/jual-kemasan-kertas (Diakses pada :17/5/2016)

2. Kemasan Plastik

Kemasan plastik mempunyai keunggulan antara lain adalah bahan jauh lebih ringan, tidak mudah pecah, mudah dibentuk, kekuatannya dapat ditingkatkan, bahan dasarnya banyak pilihan, mudah diproduksi secara masal, harga relatif murah dan mudah dipasang label serta dibuat dengan aneka warna.

Menurut badan pengawasan obat dan makanan (BPOM), untuk mempermudah proses daur ulang plastik, telah disetujui pemberian kode plastiksecara internasional. Kode tersebut terutama digunakan pada kemasan lastik yang disposable atau sekali pakai.

• PET (Polyethylene Terephthalate)

PET berciri jernih, kuat, tahan pelarut, serta kedap gas dan air. Namun, wadah ini tak cocok untuk air mendidih karena akan melunak pada suhu 80 C. Botol plastik yang terbuat dari PET banyak digunakan untuk air mineral, soft drink, serta condiment seperti saus sambal, saus tomat, dan kecap manis.

Gambar II.2 Kemasan PET

Sumber:http://detik.com/content/2014/02/04/297/120334_1botolplastik.jpg ?w=500&q=90


(22)

10

• HDPE (High Density Polyethylene)

HDPE sering dipakai dalam pembuatan tutup botol, botol susu siap minum, dan jeriken air.

Gambar II.3 Kemasan HDPE

Sumber: http://www.richardspackaging.com/userfiles/catalog/7/1L---Natural-HDPE-Bottle0.png

(Diakses pada :17/5/2016)

• PVC (Polyvinyl Chloride)

PVC berciri kuat, keras, jernih, bentuk dapat diubah dengan pelarut, serta melunak pada suhu 80 C. Plastik jenis ini sering ditemukan dalam bentuk cling wrap, botol minyak goreng, serta wadah nasi uduk, mie goreng, dan lain-lain.

Gambar II.4 Kemasan PVC

Sumber:http://detik.com/content/2014/02/04/297/1204393plastiknasiuduk. jpg?w=500&q=90

(Diakses pada :17/5/2016)

• LDPE (Low Density Polyethylene)

LDPE berciri mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, serta tidak jernih tapi tembus cahaya. Plastik yang permukaannya berlilin ini melunak pada suhu 70 C. LDPE sering digunakan sebagai plastik pembungkus roti dan


(23)

11 camilan, plastik untuk membungkus makanan beku, serta kantung buah dan sayur di supermarket.

Gambar II.5 Kemasan LDPE

Sumber:http://detik.com/content/2014/02/04/297/1205044kantungplastikb uah.jpg?w=500&q=

(Diakses pada :17/5/2016)

• PP (Polypropylene)

Polipropilen berciri keras tapi fleksibel, kuat, permukaannya berlilin, dan tidak jernih tapi tembus cahaya. Plastik jenis ini tahan terhadap bahan kimia, panas, dan minyak, tapi melunak pada suhu 140 C. Plastik berbahan polipropilen dipakai untuk mengemas yogurt dan minuman jeruk dalam gelas.

Gambar II.6 Polypropylene Sumber:

http://detik.com/content/2014/02/04/297/1205245plastikyogurt.jpg?w=500 &q=90

(Diakses pada :17/5/2016)

• PS (Polystyrene)

Polistiren atau styrofoam berciri kaku, mudah pecah, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, serta melunak pada suhu 95 C.


(24)

12 Polistiren banyak ditemukan dalam wujud kemasan mi cup, bungkus bubur ayam, cangkir minuman panas, piring, dan lain-lain.

Gambar II.7 Kemasan Polystyrene Sumber:

http://detik.com/content/2014/02/04/297/1206276styrofoam.jpg?w=500&q =90

(Diakses pada :17/52016)

BPOM menyarankan agar kita menghindari penggunaan bahan plastik dengan kode 1,3,6, dan 7 (PC) sebisa mungkin. Kode plastik 2,4,5, dan 7 (SAN/ABS) lebih aman untuk digunakan sebagai wadah makanan/minuman.

3. Kemasan Daun Pisang

Daun pisang memiliki permukaan yang licin, rendah menyerap panas, kedap air dan udara, maka cocok untuk digunakan untuk mengemas. Namun kemasan daun pisang memiliki kekurangan yaitu tidak semua daun pisang baik digunakan untuk mengemas, dikarenakan sifat fisik yang berbeda terutama sifat fleksibilitas.

Gambar II.8 Kemasan Daun Pisang

Sumber:https://aws-dist.brta.in/2015-12/original_700/0_0_1000_666_55fbad6ae25951dfcbf922f74794dd168ce0b9 .jpg


(25)

13 4. Kemasan Bambu

Kemasan dari bambu dan rotan merupakan kemasan tradisional yang biasanya ditampilkan dalam bentuk anyaman. Kemasan yang terbuat dari anyaman bambu, mampu menjaga kelembaban udara dan dengan sifatnya yang opak, dapat melindungi bahan yang dikemasnya terhindar dari reaksi penguraian yang diakibatkan oleh sinar atau cahaya.

Gambar II.9 Kemasan bambu Sumber:

http://g02.a.alicdn.com/kf/HTB17xphIXXXXXc.XpXXq6xXFXXXB/Kemasa n kotak-PU-er-teh-Bambu-halus-bambu-keranjang-357-400-cake.jpg

(Diakses pada :17/52016) 5. Kemasan Gelas

Kemasan pangan gelas merupakan kemasan pangan yang sering digunakan di rumah tangga, karena kemasan pangan gelas mempunyai keunggulan antara lain: inert yaitu tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa, dan tahan lingkungan, gelas dapat tembus pandang/transparan atau gelap dan selama pemakaian bentuknya tetap, tidak berpengaruh terhadap bahan yang dikemas (tidak ada migrasi) dan kemasan pangan gelas merupakan penghalang (barrier) yang baik terhadap uap air, air dan gas–gas lain.

6. Kemasan Kaleng

Kemasan pangan kaleng merupakan jenis kemasan pangan yang sering digunakan terutama untuk pangan olahan/siap saji. Keunggulan kemasan pangan kaleng, antara lain: mempunyai kekuatan mekanik besar, penghalang (barrier) tinggi terhadap kontaminan karena kedap udara (hermetis), toksisitas


(26)

14 rendah, tahan kondisi ekstrim dan permukaan ideal untuk pelabelan. Namun jenis kemasan ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain: produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan cita rasa segarnya, mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi dan timbul rasa logam/taint kaleng atau rasa seperti besi akibat coating kaleng tidak sempurna.

Gambar II.10 Kemasan Kaleng Sumber:

http://www.cometa.co.id/images/3/Body/img_body_products_dry_01.jpg (Diakses pada :17/52016)

II.1.1.4 Kemasan Sebagai Media Komunikasi

Kemasan harus dapat memberikan informasi yang jelas serta bisa dipercaya tentang produk tersebut dan penggunaannya. Bila perlu juga menyebutkan apa yang seharusnya dihindari oleh konsumen. Kemasan juga memberi informasi tentang isi, dan kapan sebaiknya produk tersebut digunakan.

II.1.1.5 Kemasan Sebagai Daya Tarik Terhadap Konsumen

Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk yang tidak lebih baik dari produk lainnya walaupun harganya lebih


(27)

15 mahal. Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa disadarinya.

II.1.1.6 Kemasan Sebagai Identitas Produk

Kemasan berfungsi sebaga identitas merek tertentu. Apa yang ada pada sebuah kemasan secara tidak sadar telah menghasilkan sebuah citra kepada konsumen yang akhirnya menjadi identitas dari produk tersebut. Selain dari bentuk kemasan, konten visal dan verbal akan lebih mengkuatkan nilai identitas produk tersebut. II.1.1.7Tujuan Desain Kemasan

Tujuan Desain Kemasan adalah khusus untuk masing-masing produk atau merek tertentu. Desain Kemasan bisa diarahkan untuk:

1. Menampilkan atribut unik sebuah produk

2. Memperkuat penampilan estetika dan nilai produk

3. Mempertahankan keseragaman dalam kesatuan merek produk 4. Memperkuat perbedaan antara ragam produk dan lini produk

5. Mengembangkan bentuk kemasan berbeda yang sesuai dengan kategori II.1.2 Pengertian Identitas Visual

Identitas visual adalah identitas yang berkaitan dengan citra atau image yang dipertahankan oleh perusahaan sebagai jembatan untuk menyatukan berbagai konteks, audience, bagi perusahaan tersebut. Simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensial dan mewakili citra organisasi, identitas dapat berasal dari sejarah, filosofi, visi/cita-cita, misi/fungsi, tujuan, strategi atau program.

Kusmiati (1999) “Unsur umum identitas terdiri dari nama, logo, slogan, maskot, sistem grafis, elemen visual (warna, bentuk, huruf, tata letak), media aplikasi resmi (official) serta media publikasi dan promosi (komersial)”(h.22). Identitas perusahaan tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi segala hal yang khas/unik berkenaan dengan perusahaan yang bersangkutan


(28)

16 II.2 Objek Penelitian

II.2.1 Simping

Gambar II.11 Kemasan Simping Sumber: dokumentasi pribadi:

(11/12/2015)

Setiap daerah di Indonesia memiliki cita rasa, budaya serta selera yang berbeda, perbedaan ini menjadikan suatu daerah dikenal dengan potensi alam yang dimilikinya. Salah satu potensi alam yang dihasilkan adalah bahan pangan yang dapat diolah menjadi sebuah makanan. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam khasanah cita rasa, hal tersebut di dukung oleh faktor geografis dan iklim tropis yang menghasilkan beragam bahan pangan yang berbeda, perbedaan tersebut menciptakan cita rasa yang dapat diterima dikalangan masyarakat daerah tersebut. Ardiansyah (2013), “Makanan khas tradisional adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan cita rasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut”. Menurut Kusumawati (2013). menjelaskan “Setiap daerah yang memanfaatkan bahan pangan untuk dijadikan makanan yang secara terus menerus diproduksi serta dilakukan secara berkesinambungan akan menjadi makanan khas di daerah tersebut “ (h.1).

Sekelompok masyarakat yang terus menerus memproduksi maknan yang secara berkesinambungan serta memanfaatkan makanan tersebut sebagai makanan pokok


(29)

17 atau sebagai ritual adat istiadat menjadikan hal tersebut sebagai tradisi yang akan terus dilaksanakan di daerah tersebut. Mursal (1999), “Tradisi adalah kebiasaan turun temurun dari sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan”(h.21).

Dalam pembuatan makanan khas peranan budaya manusia sangat penting, yaitu bentuk ketrampilan, kreativitas, sentuhan seni, tradisi dan selera. Makin tinggi budaya manusia, makin luas variasi bentuk makanan dan makin kompleks cara pembuatannya serta makin rumit liku-liku cara penyajiannya. Daya tarik makanan, seperti rasa, warna, bentuk dan tekstur memegang peranan penting dalam menilai makanan siap hidang (Soekarto, 1990, h. 65).

Simping yang menjadi makanan khas kabupaten Purwakarta memiliki resep yang khas serta cara penyajian yang unik dengan peralatan pembuatan yang unik pula, pembuatan simping ini perlu orang yang ahli dalam meracik bumbu dan memasaknya. Tidak sembarang orang bisa membuat simping yang memiliki cita rasa yang khas. Rika (2013) menjelaskan “Resep makanan Indonesia adalah warisan turun temurun dari pendahulu. Kearifan mereka tercermin melalui variasi cita rasa dan cara memasak yang unik”(h.1).

Simping merupakan makanan jenis makanan yang terbuat dari tepung tapioka dan santan kelapa serta diberi bumbu sebagai penyedap rasa. Bentuk simping ini bulat dan tipis serta memiliki rasa yang terkenal yaitu rasa kencur. Pemda Purwakarta (2015) menjelaskan “Simping merupakan cemilan ringan berbentuk bulat tipis seperti lembaran. Pada umumnya simping ini berwarna putih. Simping terbuat dari tepung tapioka yang diberi bumbu-bumbu dan juga santan. Adonan ini kemudian dibentuk bulat-bulat tipis dan dimatangkan dengan cara dipanggang menggunakan alat khusus”(h.32).

Bentuk khas dari simping Kaum Purwakarta yaitu bentuknya yang tipis dan bulat dengan diameter kurang lebih 9 cm. Kini simping tidak hanya diproduksi di Kabupaten Purwakarta saja, melainkan kota Subang dan Karawang pun memproduksi simping, walaupun demikian Simping Purwakarta tetap mempunyai


(30)

18 cita rasa kencur yang khas dan bentuk yang khas. Simping yang berasal dari Purwakarta diproduksi secara sederhana dengan menggunakan bahan dasar singkong yang di haluskan menjadi tepung. Sebagian produsen menanam singkong di kebun masing-masing dan kota Purwakarta merupakan salah satu kota dengan letak iklim yang cukup bagus dalam menanam jenis makanan kecuali tanaman sayuran yang memerlukan iklim dingin.

Simping merupakan makanan khas yang berasal dari Purwakarta, makanan ini disajikan untuk cemilan dan sajian untuk tamu. Produksi makanan ringan simping merupakan industri rumah tangga yang sederhana. Perkembangan industri simping sejak awal sudah dapat membuka kesempatan kerja terutama dalam unit-unit kelompok kecil. Pada dasarnya kemunculan industri simping tidak terlepas karena adanya usaha untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya.

II.2.1.1 Sejarah Simping

Sejarah simping yang menjadi makanan khas Purwakarta hingga saat ini belum jelas sejak tahun berapa dimulainya industri ini, namun Amih sebagai salah satu produsen simping dalam wawancara mengatakan “Dapat diperkirakan sejak tahun 1960-an indsutri simping ini mulai menjamur, khususnya di daerah Kaum”. Menurut Enong sebagai produsen dari tahun 1997 sampai dengan sekarang dalam wawancara Desember, 2015 menjelaskan “Orang yang pertama membuat simping di Purwakarta yaitu Raden Onih yang tinggal di kampung Kaum Desa Cipaisan, Purwakarta.”, oleh karenanya simping Kaum merupakan simping yang terkenal di Kabupaten Purwakarta, dengan cita rasa dan bentuk yang khas.

Nama simping ini sendiri berasal dari kata Sumping yang artinya datang, hal ini di katakan oleh Ujang dalam wawancara, November, (2015) “Simping pada saat itu disajikan sebagai makanan untuk tamu-tamu yang singgah di Purwakarta” oleh karena itu kata Sumping ini menjadi kata Simping, yang sekarang menjadi nama Makanan khas dari Purwakarta.

Dapat dilihat bahwa perkembangan industri simping yang ada di Purwakarta merupakan salah satu cara membuka peluang kerja, dengan cara dibukanya


(31)

19 industri rumah tangga atau industri kecil, keberadaan Simping di Purwakarta dapat dikatakan membawa pengaruh pada kondisi sosial ekonomi khususnya untuk masyarakat di daerah Kaum Purwakarta (Dewi, 2015, hal.3).

II.2.1.2 Geografis Simping Purwakarta

Secara geografis dan seacra umum pusat pertokoan simping Purwakarta berada di daerah Kaum Desa Cipaisan Purwakarta, letak pasar ini berdampingan dengan alun-alun dan masjid agung Purwakarta, jika ditempuh dari arah Bandung, konsumen bias melewati jalan baru kemudian belok ke arah kanan menuju arah alun-alun Purwakarta, sebenarnya pusat simping Purwakarta ini begitu strategis. Simping Purwakarta tidak hanya dijual di daerah kaum saja, namun hampir disemua daerah di Purwakarta menjual simping Purwakarta, namun hanya beberapa toko makanan saja.

II.2.1.3 Identifikasi Produk a. Rasa Simping Purwakarta

• Simping Rasa Kencur

Simping dengan rasa kencur ini merupakan rasa yang terkenal yang dijual di Purwakarta. Ciri khas yang paling di kenal yaitu rasa kencur yang gurih. • Simping Kencur Pedas

Selain rasa kencur gurih, terdapat rasa kencur pedas, rasa ini dibuat untuk konsumen yang menyukai rasa pedas. Rasa pedas kencur ini tidak terlalu pedas jadi bias dinikmati oleh siapa saja.

• Rasa lainnya

Rasa lainnya selain rasa kencur, simping Purwakarta dilengkapi dengan rasa-rasa yang bervarian, rasa-rasa simping Purwakarta yang dijual di daerah kaum yaitu, rasa pandan, strawberi, susu, bawang, nanas, durian dan coklat.

b. Harga Simping Purwakarta

Harga rata-rata yang dijual di Pasaran/toko simping yang berada di Kaum atau sekitarnya yaitu sekitar Rp. 8000,00 - 15.000,00. per bungkus, dan untuk


(32)

20 harga per Kaleng besar dihargai sekitar Rp. 100.000,00 per kaleng. Harga tersebut adalah harga dari toko yang menjual simping di kaum dan sekitarnya, namun jika kita membeli langsung dari produsen simping, harga yang ditawarkan sekitar Rp. 6.000 per bungkus.

II.2.1.4 Pembuatan Simping

Langkah pertama dalam pembuatan simping yaitu, pengelohan resep kemudian pemilihan bahan-bahan serta alat-alat yang dibutuhkan, peralatan cetakan simping ini khusus dan terdapat tektur didalam cetakannya.

Simping dipanggang selama 10-15 detik, menggunakan cetakan yang berbentuk seperti jepitan. Proses memasak ini tidak boleh ditinggalkan dan cetakan harus diolak-balik agar semua bagian simping dimasak dengan matang.

II.2.1.5 Alat dan Bahan

Dalam pembuatan simping bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat resep simping yaitu

• Tepung tapioka

• Santan kelapa

• Gula

• Air

• Garam

• Rempah-rempah

• Cetakan

Tepung tapioka bserta rempah-rempah lainnya di satukan kemudian adonan diaduk sampai semuanya tercampur, kemudian setelah adonan siap, cetak simping mulai diletakan diatas tungku/kompor, sebagian produsen telah mengalih ke kompor yang berbahan gas, namun sebagian masih menggunakan tungku untuk menghemat biaya produksi. Langkah selanjutnya, adonan mulai dituangkan di atas cetakan, biasanya 1 cetakan untuk 2 adonan simping, kemudian setelah adonan dituangkan kedalam cetakan, jepit adonan tersebut dan kunci agar cetakan


(33)

21 tidak terbuka, proses ini yang harus teliti agar hasil panggangan supaya tidak terlalu gosong.

Gambar II.12 Cetekan Simping Sumber: Dokumentasi pribadi

(11/12/2015)

Setelah proses pemanggangan simping selesai kini tahap selanjutnya merapihkan bentuk simping menggunkan pisau, ada sebagian produsen melakukan cara yang bebeda dalam merapihkan bentuk simping ini.

Gambar II.13 Simping setelah dipanggang dan belum dirapihkan bentuknya Sumber: Dokumentasi pribadi


(34)

22 Setelah simping di rapihkan bentuknya kini simping di masukan kedalam bungkus pelastik yang telah disediakan dan siap untuk dipasarkan.

Gambar II.14 Simping yang telah di rapihkan dan siap untuk di pasarkan Sumber: Dokumentasi pribadi

(11/12/2015)

Rasa simping yang di produksi di daerah kaum ini berpariasi selain rasa kencur, rasa yang disajikan yaitu rasa cabe, bawang, dan rasa buah-buahan seperti rasa durian. Harga 1 bungkus simping ini berpariasi mulai dari harga Rp. 6.000 sampai dengan harga Rp. 15.000, tergantung rasa dan besar kemasannya.

II.2.1.6 Siklus Penjualan

Simping yang telah selesai dikemas tidak langsung dijual, melainkan menghabiskan dulu stok yang telah di siapkan untuk penjualan selanjutnya. Menurut Enong penjualan simping ini terlebih dahulu dibeli oleh masyarakat yang membuka outlite/toko kue, rata-rata mereka menjual kembali simping yang telah dibeli dari produsen, selain itu ada juga produsen yang membuka toko kue sendiri.

Tabel II.1 Siklus Penjualan Simping Purwakarta (Sumber: Hasil analisa: 2015)

Produsen Outlite/toko

makanan


(35)

23 Di daerah Kaum, merupakan pusat penjualan simping terbanyak di Purwakarta, hampir disepanjang jalan kaum masyarakat mebuka outlite/ toko makanan sebagai pusat oleh-oleh Purwakarta, karena daerah kaum ini berdampingan dengan Alun-alun Purwakarta yang secara tidak langsung banyak pengunjung dari luar kota yang sering berkunjung ke alun-alun dan Mesjid Agung Purwakarta. Tidak hanya daerah kaum saja yang menjual Simping, hampir disetiap daerah yang ada di Purwakarta ada beberapa toko yang menjual simping.

II.2.1.7 Data Penjualan

Menurut Andi salah satu pemilik toko simping, dalam artikel Peluang Usaha pada tahun 2015 mengatakan, “Hasil perbulan tidak pernah di hitung namun dapat diperkirakan omzet perbulan bisa sampai Rp. 10.000.000,00”, data ini mewakili jumlah data penjualan disetiap toko simping Purwakarta, belum hasil dari produsen simping yang mendapatkan omzet perbulannya.

II.2.1.8 Jumlah Produsen

Menurut Merlina salah satu reporter Peluang Usaha, dalam artikelnya pada tahun 2015 mengatakan, “hampir sekitar 30 produsen simping yang berada di daerah kaum Purwakarta, hasil ini diperoleh dari wawancara kepada salah satu produsen simping yang berada di kaum”. Hasil ini menunjukan bahawa sangat banyak produsen yang membuat simping, bahakan tidak menutup kemungkinan produsen simping di Kaum Purwakarta bias bertamabah dan ini merupakan jumlah produsen yang hanya berada di daerah kaum saja, belum di daerah Purwakarta lainnya.

II.2.1.9 Data Produksi

Menurut Enong dalam wawancara pada tahun (2016) mengatakan, “Dalam sehari saya memproduksi simping dari pagi sampai sore bisa mendapatkan simping 30-50 bungkus, itu kalua saya dalam keadaan sehat”.

Jika dikalkulasikan jumlah produksi simping dalam sehari dengan satu produsen adalah 40 bungkus perhari jika di jumlahkan dengan 30 produsen simping, dalam sehari daerah kaum dapat memproduksi siktar 1.200 bungkus simping perhari. Hal


(36)

24 ini membuktikan dengan jumlah penghasilan yang didapatkan oleh salah satu pemilik toko simping di Purwakarta.

II.2.1.10 Segmentasi Konsumen Simping Demografis

• Usia : 15-60 tahun

• Pendidikan : Semua pendidikan • Status : Semua status

• Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan • Pekerjaan : Semua jenis pekerjaan

• Geografis : Masyarakat Purwakarta dan wisatawan Fesikografis

• Masyarakat yang menyukai makanan ringan

• Masyarakat Purwakarta yang ingin membawa oleh-oleh keluar kota • Wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh dari Purwakarta

• Masyarakat yang menyediakan cemilan untuk tamu

• Masyarakat Mempunyai gaya hidup berwisata kuliner, penyuka jajanan sehat dan suka berkumpul.

II.3 Analisa Simping Purwakarta

II.3.1 Opini Masyarakat terhadap Kemasan Simping Purwakarta

Seperti dikutip Sri Yati (2010), “Untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat dan berdaya saing dengan terlebih dahulu mengidentifikasi, menilai faktor-faktor internal perusahaan dan eksternal lingkungan yang mempengaruhi perusahaan tersebut”. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oppurtunity, Threat) yang dicetuskan oleh Albert Humphrey. Analisis SWOT adalah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi peluang dan ancaman dilingkungan bisnis maupun kekuatan serta kelemahan yang dimiliki internal perusahaan. Penelitian dilakukan dengan metode survey wawancara pada 6 konsumen simping Purwakarta.


(37)

25 Data kesimpulan hasil wawancara:

1. Konsumen Pertama:

Ria Agustina Guru Private LPIA, berpendapat bahwa simping Purwakarta yang berada di Kaum adalah simping yang paling enak beda dengan simping yang dijual di Wanayasa, rasa yang paling digemari adalah rasa kencur yang gurih, namun ada kendala pada kemasan simping ini, yaitu bentuk kemasan yang tidak ada inovasi sedangkan simping Purwakarta ini sudah cukup terkenal dan mampu bersaing dengan produk makanan lainnya.

2. Konsumen Kedua:

Atma pegawai BUMN, berpendapat bahwa kemasan simping perlu diperbaharui kembali, hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan produk lokal yang berada di Purwakarta, dengan pemberian kemasan baru simping bisa saja dapat bersaing dengan produk makanan yang berada di mini market seperti keripik “Ma Icih” 3. Konsumen Ketiga:

Sri Mulyati Guru SD, berpendapat bahwa simping purwakarta yang terkenal dengan rasa kencurnya ini sudah dikenal oleh semua masyarakat Purwakarta bahkan luar kota Purwakarta. Namun pada dasarnya makanan simping adalah makanan ringan yang tidak mempunyai masa untuk dikonsumsi, hal fatal jika kemasan yang sekarang adalah pelastik dan jika pelastik itu sobek tanpa sepengetahuan bisa mengakibatkan kelembaban pada simping yang dikemas, oleh karena itu perlu adanya sistem kemasan baru demi menjada kualitas produk simping ini.

4. Konsumen Keempat:

Gumgum Gumilar Pegawai Jafa, berpendapat bahwa kemasan simping yang hanya di kemas dengan plastik saja kurang bisa melindungi produk simping, pernah kejadian saat simping ini dibawa ke luar kota sebagai oleh-oleh, tidak sengaja tertumpuk oleh barang lainnya dan ketika dilihat simping yang telah jauh-jauh dibawa dari Purwakarta remuk dan hancur, saying simpingnya tidak bisa dinikmati karena sudah hancur.


(38)

26 5. Konsumen Kelima:

Vandella Pegawai Jafa, berpendapat bahwa jika kemasan simping ini tidak diperbaharui maka tidak akan menjadi masalah yang besar. Selama simping ini masih ada yang mau membeli maka tidak menjadi persolaan bagi produsen dan penjual simping. Namun jika dilihat dari segi penampilan simping yang dikemas dengan pelastik kemudian diberi kertas yang bertulikan nama toko serta no identitas, rasanya kurang bagus jika dibandingkan dengan produk maknan yang sudah dikemas dengan kemasan yang bagus.

6. Konsumen Keenam:

Muhamam Mulya Sidik Dinas Perternakan Purwakarta, berpendapat bahwa kemasan simping yang sekarang ini digunakan memang sudah dari jaman dimana saya tahu simping seperti itu sampai sekarang, namun untuk jaman sekarang ini, dimana jaman sudah maju dan segala sesuatu perlu diperbaharui dan masyarakat semakin bersaing, khususnya untuk kemasan simping, dilihat dari segi identitas, simping tidak memperlihatkan identitas produksnya secara detail, serta kelayakan untuk mengkonsumsi produk tersebut, indikasinya juga tidak diikutsertakan. Sepertinya perlu adanya perhatian untuk memperbaharui kemasan simping agar mampu bersaing dang simping purwakarta mampu berpindah level penjualannya, missal bisa dijual diminimarket.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa banyak konsumen yang berpendapat bahwa desain kemasan simping kurang maksimal. Dikatakan kurang menarik dikarenakan desain kemasan terlalu umum dan ada beberapa kemasan yang tidak ada identitas perusahaannya sehingga menyebabkan konsumen kebingungan, selain itu dengan kemasan yang pelastik tidak dapat memeastikan simping dapat terjaga kualitasnya. Maka dari itu perlu adanya peluang dalam mempebaharui kemasan simping ini agar segala pendapat dari konsumen bisa tepernuhi.


(39)

27 II.3.2 Ciri Kemasan Simping

Ciri kemasan pada umumnya memiliki beberapa unsur seperti informasi berat, halal, suhu penyimpanan, komposisi, tanggal kadaluarsa, izin Dinas Kesehatan. Kemasan mampu menangkat nilai identitas produk simping serta memberikan nilai ciri khas Purwakarta sebagai makanan khas dari Purwakarta. Selain dari itu semua kemasan mampu melindungi produk dari segala hal yang tidak diinginkan, misalnya produk hancur ketika ditumpuk, produk menjadi lembek karena ada udara yang masuk kedalam kemasan

II.3.3 Analisa S.W.O.T Kemasan

Tabel. II.2 Analisa S.W.O.T

SWOT Kemasan Sekarang Tindakan

Stength (Kekuatan)

Biaya produksi kemasan terjangkau

Kemasan mudah ditemukan

dipasaran, biaya produksi kemasan diusahakan tetap terjangkau

Weakness (Kekurangan)

Identitas perusahaan ataupun produk belum teraplikasikan dengan baik (tidak konsisten). Tidak adanya pemberitahuan pada kemasan bahwa Simping

Purwakarta

memiliki beberapa varian produk Tidak adanya daya tarik visual yang terdapat pada setiap kemasan saat Simping akan dijadikan oleh-oleh keluar Kota Purwakarta.

Kemasan dibuat lebih maksimal dan disesuaikan dengan produk, dirancang sebuah desain yang

menarik dan dapat mengkomunikasikan seluruh pesan produsen serta dapat mewakili identitas produsen dan layak untuk dijadikan oleh-oleh ke luar Kota Purwakarta

Oppurtunity (Peluang)

Menjangkau semua kalangan. menjangkau semua kalangan dan akan lebih


(40)

28 menarik kalangan

menengah atas

Threat (Ancaman)

Banyak kemasan yang lebih menarik dari produk Simping Purwakarta

Kemasan akan mudah diingat dan akan menjadi identitas produsen, desain kemasan dibuat lebih menarik (menengah ke atas).

Sumber: Pribadi (05/01/2016)

II.4 Resume yang Mengarah Pada Solusi Perancangan

Simping yang merupakan produk maknan lokal khas Purwakarta yang menjadi maknan khas sekaligus produk makanan yang bisa dijadikan buah tangan oleh wisatawan atau penduduk lokal sebagai oleh-oleh dari kota Purwakarta. Makanan ini belum sepenuhunya memiliki ciri khas sebagai makanan dari Purwakarta, hal ini didasari oleh sisitem kemasan yang sederhana dan kurangnya identitas visual yang memberikan ciri khas kota Purwakarta. Oleh karena itu sebagai pembaharuan produk simping Purwakarta perlu adanya sebuah kemasan baru yang mampu memberikan nilai identitas produk serta ciri khas kota Purwakarta. Selain menangkat nilai identitas produk dan ciri khas kota Purwakarta, kemasan yang dirancang mampu bersaing dengan produk makanan dengan kemasan menarik sekaligus memberi nilai proteksi (perlindungan) terhadap produk simping yang mempunyai sifat mudah hancur jika terkena beban yang cukup berat.


(41)

29 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN KEMASAN PRODUK SIMPING PURWAKARTA

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dilakukan yaitu membuat sebuah kemasan produk yang dapat memberikan informasi identitas simping sebagai maknan khas Purwakarta, yang akan meliputi beberapa hal yaitu:

III.1.1 Khalayak Sasaran

Menentukan sasaran khalayak bertujuan untuk menentukan target dari klalayak sasaran yang tepat agar pesan atau informasi sampai dengan tepat. Target audiens untuk perancangan kemasan simping Purwakarta adalah sebagai berikut:

1. Target Market

• Geografi : Mencangkup wilayah kabupaten Purwakarta

• Demografi : Target market menurut demografi adalah:

• Umur : 15 – 35 Tahun

• Jenis kelamin : Pria dan Wanita

• Pendidikan : Semua latar belakang pendidikan

• Pendapatan : Semua lapisan (menengah kebawah, menengah,

menengah keatas, atas) 2. Target Audience

Target audience menurut psikografi meliputi:

• Masyarakat yang mengerti akan perkembangan produk.

• Masyarakat yang mengerti akan pentingnya kualitas produk

• Masyarakat Mempunyai gaya hidup berwisata kuliner, penyuka jajanan sehat dan suka berkumpul.


(42)

30

3. Consumer Insight

Pengertian Consumer Insight Menurut Amalia E. Maulana (seperti dikutip Ade Saputra, 2013) yaitu proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklan.

Untuk perancangan kemasan produk simping Purwakarta audien adalah masyarakat yang berumur dari 15-35 tahun dalam semua kalanhan serta semua latar belakang pekerjaan. Audien yang dituju adalah masyarakat yang senang dengan wisata kuliner, masyarakat yang senang berkumpul dan membeli cemilan serta masyarakat yang membeli produk dilihat dari penampilan kemasannya.

4. Consumer Journey

Untuk menentukan cara penyampaian ide yang sudah dibentuk kedalam media-media yang akan digunakan maka diperlukan perencanaan yang baik agar mendapatkan interaksi yang menjangkau sasaran dengan tepat maka diperlukan daftar aktifitas dari target audien. Consumer journey inilah yang nantinya akan digunakan untuk aplikasi dari media yang telah dibentuk.

Tabel III.1 Consumer Journey

No Kegiatan Tempat Point Of Contact

1 Bangun Pagi Kamar, Tempat

Tidur

Handphone,

2 Mandi Kamar Mandi Kemasan sabun,

kemasan shampoo, kemasan pasta gigi

3 Sarapan Pagi Meja Makan TV, Koran,

handphone. Kemasan makanan

4 Perjalanan ke tempat kerja Jalan raya. Iklan, billboard, majalah, spanduk, Pamflet


(43)

31

5 Kerja, Mengajar Kantor Kalender, koran,

sticker, mug, majalah, internet,

6 Istirahat Kantin Menu makanan,

internet, TV, majalah, koran, xbanner, flayer

7 Perjalanan Pulang kerja Jalan Raya Iklan, billboard, majalah, spanduk, Pamflet

8 Istirahat di rumah Rumah, Kamar TV, Internet, Artikel Internet, Iklan media sosial

(Sumber: Ria Agustina-Guru LPIA Purwakarta) (22/01/2016)

III.1.2 Strategi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Pengertian yang akan disampaikan kepada masyarakat adalah memberitahukan keberadaan simping Purwakarta yang menyediakan berbagai macam varian produk Simping dengan berbagai keunggulan, mengkomunikasikan produsen yang baru dan sedang berkembang. Hal tersebut dikomunikasikan kedalam sebuah visual desain kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keestetisan sebuah desain pada setiap kemasan simping yang ada, sehingga produsen tersebut memiliki citra yang kuat dan melekat di masyarakat atau konsumen.

1. Materi Pesan:

• Memberikan sebuah visual kemasan dengan identitas produk serta ciri khas Purwakarta dengan tampilan baru.


(44)

32 • Menyampaikan informasi berupa Alamat lokasi produsen Simping

Purwakarta,

2. Tujuan komunikasi perancangan:

• Memberikan sebuah visual serta verbal pada kemasan agar dapat memperkuat image produk.

• Memberikan kesan keunikan dan kelebihan simping Purwakarta.

• Kemasan memiliki identitas yang konsisten. 3. Tema/Pesan Utama

Pesan utama dalam perancangan desain kemasan simping Purwakarta adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat atau konsumen bahwa simping Purwakarta menyediakan berbagai jenis varian rasa simping, simping, memiliki kelebihan rasa yang guring dan renyah dengan kemasannya yang cukup berbeda. Selain dari itu pesan yang disampaikan yaitu nilai sejarah simping Purwakarta yang menjadikan simping sebagai makanan khas Purwakarta. Pendekatan komunikasi yang disimpulkan menempati dua hal yaitu:

a) Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang dilakukan agar pesan atau tujuan dari komunikasi yang ingin disampaikan tepat sasaran maka akan dilakukan perancangan kemasan simping Purwakarta dengan menampilkan sebuah logo type/ logo leterring dengan tulisan “Simping” menggunakan metode Ambigram yang bertujuan menyampaikan kesan verbal yang menarik dan telah di modifikasi.

b) Pendekatan Visual

Sebuah desain yang dapat mewakili semua pesan utama secara singkat padat dan dapat dimengerti oleh target sasaran. Dengan menggunakan unsur grafis seperti garis dan latar belakang agar desain terlihat lebih menarik. Ilustrasi juga digunakan sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita sehingga pesan dapat lebih berkesan. Warna-warna yang akan digunakan adalah warna-warna senada coklat, cream dan putih. Warna-warna ini digunakan agar kemasan simping Purwakarta terkesan klasik dan bernuansa tradisional.


(45)

33 III.1.3 Strategi Kreatif

Untuk menghasilkan desain kemasan simping Purwakarta yang baik, perancangan desain kemasan akan disesuaikan dengan ciri khas Purwakarta dan target konsumen dengan menggunakan strategi kreatif yang tepat sasaran.

Kemasan dibentuk dengan kemasan yang meimliki enam sisi atau persegi enam, ada maksud tertentu dalam pemilihan bentuk kemasan ini yaitu agar penempatan display saat penjualan terlihat lebih menarik. Selain itu pemilihan warna yang dibedakan pada setiap rasa memudahkan konsumen dalam memilih rasa simping tanpa harus menanyakan rasa simping pada penjual.

Untuk menghasilkan desain kemasan simping Purwakarta yang lebih baik, rancangan redesain kemasan akan disesuaikan dengan target konsumen dengan menggunakan strategi kreatif yang pas dan tepat sasaran. Pertama-tama membuat sebuah logo yang menggambarkan simping dan Purwakarta, gambar yang di pilih adalah gapura Purwakarta yaitu gapura “Indung Rahayu” sebagai gapura penyambutan setiap tamu yang berkunjung ke Purwakarta, dan bentuk lingkaran yang menggambarkan bentuk dasar sebuah simping. Gambarm itu dipilih untuk menanamkan pada benak konsumen bahwa setiap Simping yang mempunyai logo tersebut adalah maknan atau simping asli Purwakarta. Hal ini juga dikarenakan taget konsumen berdasarkan aspek psikografisnya yaitu suka masyarakat yang senang dengan wisata kuliner serta memilih makanan yang berkualitas dan mempunyai kemasan yang menarik. Kemasan dengan bentuk persegi enam akan menghasilkan enam sisi yang berbeda di antaranya sisi pertama, terdapat keterangan Rasa simping, logo simping serta deskripsi tentang simping, disisi kedua sengaja di kosongkan, kemudaian disisi ketiga menunjukan, sisi selanjutnya logo lettering simping dan nama produsen, setelah itu sisi sisi berikutnya menjelaskan tentang komposisi dan yang terakhir penemapatan label halal. Setiap penjelasan dalam kemasan jenis huruf yang di gunakan adalah jenis huruf Sans Serif agar tulisan mudah dibaca oleh konsumen.


(46)

34 III.1.4 Strategi Media

Media yang akan digunakan meliputi: 1. Media Utama

Media utama yang digunakan dalam perancangan desain kemasan produk simping Purwakarta adalah

• Kemasan simping rasa kencur persegi enam dengan ukuran tinggi: 17cm dan lebar 8.5cm dan panjang 10cm

• Kemasan simping rasa pedas persegi enam dengan ukuran tinggi: 17cm dan lebar 8.5cm dan panjang 10cm

• Kemasan simping rasa pandan persegi enam dengan ukuran tinggi: 17cm dan lebar 8.5cm dan panjang 10cm

• Kemasan simping rasa strawberry persegi enam dengan ukuran tinggi: 17cm dan lebar 8.5cm dan panjang 10cm

• Kemasan simping rasa nanas persegi enam dengan ukuran tinggi: 17cm dan lebar 8.5cm dan panjang 10cm

• Kemasan simping rasa coklat persegi enam ukuran tinggi: 17cm dan lebar 8.5cm dan panjang 10cm

• Kemasan simping untuk tiga rasa dengan ukuran tinggi 18cm, panjang 30cm dan lebar 8cm

Bahan untuk media yang digunakan adalah Art Paper 260gram laminasi doff panas berbahan kertas dengan sistem cetak/frinting ( Digital Printing )dan cutting pisau puond

2. Media Pendukung

Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media yang dibuat oleh perusahaan untuk mempromosikan produknya agar lebih dikenal oleh pengusaha dan pemerintahan terkait di seluruh Indonesia, maka media pendukungnya meliputi:

• T-Shirt Simping Purwakarta

• Pin Simping


(47)

35

• X-banner

• Flyer

• Poster

• Sticker

• Paper Bag

III.1.5 Strategi Distribusi

Simping yang awalnya menggunakan kemasan plastik bening dijual dengan harga Rp. 8.000,- s/d Rp. 15.000,- / bungkus, kini setlah diganti dengan kemasan baru simping dijual dengan harga Rp. 10.000,- / bungkus untuk semua rasa.

Untuk penjualan tahap pertama simping dengan kemasan baru ini akan dipamerkan di acara rutin yang diadakan pada malam minggu di sepanjang jalan menuju kawasan wisata Situ buleud Purwakarta, dimana semua pusat perhatian masyarakat Purwakarta ada dimalam itu, jika kemasan ini sering terlihat, masayarakat akan lebih terbiasa dan akan memiliki rasa ingin mencoba untuk membeli, karena masyarakat yang baru mengetahui ternyata simping telah di kemas dengan kemasan yang baru.

III.2 Konsep Visual III.2.1 Referensi Visual

Dibawah ini merupakan beberapa referensi visual yang menjadi patokan desain kemasan dan logo simping Purwakarta, bentuk kemasan segi enam akan menghasilkan sebuah display kemasan yang menarik dan produsen mampu berkreatif dalam penempatan kemasan. Referensi ini memberikan gambaran secara umum konsep perancangan kemasan simping Purwakarta, dari segi bentuk dan penempatan kemasan atau display packaging. Selain itu permaian warna dalam penyusunan kemasan akan memberikan kesan yang lebih menarik dan suasana baru dalam penjualan simping Purwakarta.


(48)

36 Gambar III.1 Referensi kemasan dan display kemasan berbentuk segi enam Sumber :

http://lovelypackage.com/wp-content/uploads/2013/11/lovely-package-hexagon-honey-5-e1384294997588.jpg (Diakses pada 27/07/2016)

Gambar III.2 Referensi kemasan berbentuk segi enam sumber:

https://mir-s3-cdn-cf.behance.net/project_modules/disp/83fd2d17705919.562bdb4578145.png (Diakses pada 27/07/2016)


(49)

37 Gambar III.3 Referensi Ambigram font

sumber: https://designshack.net/wp-content/uploads/ambigram-5.jpg (Diakses pada 27/07/2016)

Gambar III.4 Referensi Ambigram font 2

sumber: https://designshack.net/wp-content/uploads/ambigram-2.jpg (Diakses pada 27/07/2016)

Gambar III.5 Referensi Logo

Sumber: http://designmodo.com/wp-content/uploads/2011/01/Inspiring-Examples-Of-Single-Letter-Logo-Designs-40.jpg


(50)

38 III.2.2 Perancangan Visual

Visual yang ditampilkan adalah visual yang memberikan semua pesan yang disampaikan, salah satunya memberikan ciri khas simping sebagai makanan khas Purwakarta, yaitu adanya icon Purwakarta yang disatupadukan dengan simping kemudian diberikannya kesan tradisonal agar visual terlihat klasik dan nuansa tradisionalnya tetap terasa. Pembuatan logo ini bertujuan agar adanya suatu identitas yang dapat dikenal oleh masyarakat luas khusunya masyarakat Purwakarta. Supriyomo (2010) mengatakan “Logo dapat disamarkan dengan watak perusahaan atau organisasi. Logo yang baik dapat mengidentifikasikan perusahaan, produk, jasa, organisasi, event dan lain-lain” (h.105).

Gambar III.6 Perancangan konsep visual logo simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 20/07/2016 )

Selain logo simping Purwakarta sebagai identitas yang mampu dikenal, adanya perancangan lain berupa typography simping dengan menggunakan metode

ambigram. Fadli (Seperti dikutip www.wikipedia.com,2011) “Ambigram adalah

desain typography atau seni yang bisa dibaca sebagai satu kata atau bahkan lebih jika kita melihatnya dari sudut pandang yang berbeda”. Pemilihan metode ini berdasarkan bentuk simping yang bulat dan mampu di lihat dari sisi manapun.


(51)

39 Gambar III.7 Perancangan ambigram simping

Sumber Pribadi ( 20/07/2016 )

III.2.3 Format Desain

Desain yang akan dibuat menggunakan format desain potrait dan landscape, simetris dan komposisi yang teratur dengan maksud agar mudah dibaca dan jelas sehingga pesan dapat disampaikan dan diterima dengan baik oleh konsumen. Elemen yang terdapat dalam media berupa ilustrasi, logo simping, tipografi yang terdiri dari visual produk, logo prusahaan dan keterangan pendukung

III.2.4 Tata Letak (Layout)

Layout atau tata letak adalah merangkai unsur-unsur tertentu (gambar, tulisan, warna dan unsur-unsur lainnya) menjadi susunan yang menarik sehingga mencapai tujuan. Penerapan elemen-elemen serta prinsip-prinsip dalam proses desain dengan maksud agar dapat menghasilkan suatu karya grafis yang menarik, enak dipandang, tampil menyolok dan memiliki kesan, secara keseluruhan dapat membentuk sebuah keserasian yaitu susunan berbagai macam bentuk, bangun warna, dan elemen lain yang disusun secara seimbang dalam suatu susunan komposisi yang utuh agar enak dipandang. Kemasan berbentuk segi enam dengan enam sisi, dan dua sisi sebagai alas dan tutup, sisi pertama kemasan di isi dengan label Halal dengan format menjorok ke kiri , sisi ke dua di isi dengan rasa, logo simping, ambigram simping, dan sejarah simping denga format center, sisi ke tiga


(52)

40 diisi dengan regulasi penyajian maknan simping sebagai maknan pendukung dengan format menjorok ke kanan, sisi ke empat diisi dengan illustrasi gapura indung rahayu dan logo simping denga format landscape, di sisi ke lima di isi dengan rasa, ambigram simping dengan format potrait dan informasi produsen dengan format center dam yang terakhir gapura indung rahayu dan informasi komposisi dengan format mejorok ke kanan. Dibagian alas penutup di hiasai denga logo Simping Purwakarta.

Gambar III.8 Layout dan tata letak kemasan simping Sumber Pribadi

( 20/07/2016 )

Keterangan

• Informasi Rasa


(53)

41

• Informasi label halal

• Informasi sejarah produk

• Informasi Produk dengan logo lattering ambigram

• Illustrasi Produk (ornament batik, daun dan bunga)

• Illustrasi Produk ( Pagar Gapura Purwakarta )

• Illustrasi Produk ( Gapura Indung Rahayu Purwakarta )

• Informasi Perusahaan

• Informasi komposisi Produk

• Informasi Regulasi memakan simping

Gambar III.8 Sistem Bukaan kemasan simping segi enam. Sumber Pribadi

( 20/07/2016 ) III.2.5 Illiustrasi

Supriyono (2010) mengatakan “Secara umum dapat dikatakan, desain komunikasi visual yang tidak disertai illustrasi cenderung monoton, kurang informative,


(54)

42 kurang menyenangkan dan tidak memiliki unsur eye catcher” (h.50). Adanya illustrasi dimaksudkan untuk memperjelas informasi atau pesan dan sekaligus sebagai alat untuk menarik perhatian pembaca. Objek visual yang digunakan harus berhubungan dengan suasana kota Purwakarta, salah satunya Gapura Indung Rahayu sebagai gapura resmi yang digunakan setiap instani-instansi di Purwakarta, dan pagar gapura yang menjadi pagar khas setiap instansi yang berada di kota Purwakarta, Gapura yang digunakan sebagai visual dalam perancangan kemasan, memberikan kesan bahwa kemasan adalah prodak asli dari Purwakarta, dan pagar gapura mengartikan bahwa, kemasan ini akan selalu dilindungi dan terjaga sejatinya seperti kota Purwakarta.

Ilustrasi yang digunakan pada perancangan desain ini yaitu sebuah produk makanan simping Purwakarta, logo prusahan dan informasi produk yang disederhanakan menjadi gambar vektor dan ditampilkan pada desain kemasan produk simping seperti berikut:

Gambar III.10 Penyederhanaan visual untuk desain kemasan simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 18/07/2016 ) III.2.6 Huruf

Hurup merupakan simbol suara yang tertulis, penggunaan dan penyusunan huruf mampu memberikan suatu pesa, penjelasan dan informasi. Selain fungsi huruf


(55)

43 yang dapat memberikan informasi melalui tulisan, jenis huruf yang digunakan dapat memberikan kesan tertentu terhadap pesan atau informasi yang disampaikan. Pemilihan jenis huruf dalam perancangan sebuah desain tentu akan memberikan sebuah kesan yang berbeda, setiap jenis huruf mempunyai peran serta fungsi yang tidak sama, tentunya dalam pemilihan font dalam perancangan kemasan produk Simping Purwakarta, jenis huruf/font yang digunakan adalah jenis huruf Serif dengan nama font “Trajan Pro”.

Menurut Supriyono (2010)

Huruf yang memiliki kait (serif) lengkung ini juga disebut Old Style Riman, banyak digunakan untuk desain-desain media cetak Inggris, Italia dan Belanda pada awal teknologi cetak (1617). Bentuknya cukup menarik dan sampai sekarang masih banyak digunakan untuk teks karena memiliki kemudahan baca (readability) cukup tinggi (h.25).

Pemilihan font berbentuk serif ini sangat cocok karena jenis dan sifat jenis huruf ini termasuk klasik dan akan senada dengan simping yang termasuk makanan tradisional.

Gambar III.11 Penggunaan jenis font untuk logo simping Sumber Pribadi


(56)

44 III.2.7 Warna

Warna-warna yang akan digunakan pada perancangan desain kemasan ini yaitu warna-warna yang senada dengan produknya, warna yang akan di pakai tergantung dari produk yang akan di desain pada kemasan.

Gambar III.12 penggunaan warna-warna dalam kemasan simping Purwakarta Sumber Pribadi


(57)

45 BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Proses Perancangan Kemasan Produk Simping Purwakarta

Proses pembuatan kemasan baru Produk simping Purwakarta diawali dengan tahap pra produksi, pertama data produk dianalisis terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan membuat perencanaan perancangan berdasarkan konsep yang ditentukan. Dilanjutkan dengan menganalisis karakter visual yang cocok dengan target dan mencoba mengaplikasikannya melalui sketsa kasar terlebih dahulu. Barulah kemudian mengalami proses digitalisasi pada komputer dengan memindahkan sketsa gambar terlebih dahulu melalui alat scan. Pada proses digitalisasi digunakan program desain di Komputer, dimulai dari pengerjaan logo produk dan beberapa

Digitalisasi kemasan mengalami banyak perubahan ketika ada pada proses komputerisasi, objek pada gambar sketsa di olah dan disesuaikan dengan layout dari kemasan. Maka antara hasil sketsa dan digital tidak begitu mirip karena adanya proses pengolahan gambar tersebut. Tetapi hal ini tidak keluar dari konsep visual yang sebelumnya ditentukan, sehingga tetap berada dalam lingkup yang berkesinambungan. Kemudian dari beberapa tampilan visual yang dibuat, dipilihlah salah satu yang paling sesuai dan tepat. Dari visual utama tersebut maka diaplikasikanlah kepada beberapa media pendukung, hal ini berguna untuk memperkuat penyampaian pesan kepada target.

Media-media tersebut kembali dikerjakan pada program di computer untuk dicetak dalam bentuk dummy yang berguna untuk meminimalisir kesalahan pada pencetakan yang sebenarnya. Setelah dummy tersebut selesai dibuat dan mendapat perbaikan, maka keseluruhan media utama dan pendukung siap dicetak dan diaplikasikan langsung

IV.2 Media dan Teknis Produksi

Keseluruhan media yang diproduksi merupakan media lini bawah yaitu media utama dan media pendukung. Pembuatan media media tersebut dipertimbangkan berdasarkan kemampuan finansial produsen simping Purwakarta yang telah


(58)

46 diperkirakan berdasarkan data hasil penjualan yang diperoleh. Selain berdasarkan data penjualan, pemilihan media juga disesuaikan dengan target market yang baru, sehingga lebih mudah menarik perhatian dan menyisipkan pesan ke dalam pemikiran target.

IV.2.1 Kemasan Produk Simping Purwakarta

Pembuatan kemasan baru produk simping Purwakarta merupakan media utama yang menjadi solusi bagi permasalahan Ssimping Purwakarta. Kemasan menjadi salah satu faktor penjualan yang sangat penting, dan setiap kemasan mencirikan target pengguna dari produk tersebut. Kemasan baru simping Purwakarta dibuat dalam beberapa jenis rasa.

Produk maknan ini dikemas kedalam kemasan 80 gr untuk 1 pcs simping Purwakarta dan 160 gr untuk tiga pcs kemasan simping. Pengerjaan perancangan kemasan produk maknan simping Purwakarta masih mengadaptasi dari kemasannya terlebih dahulu, dimana kemasan dibuat menjadi dua bagian yaitu kemsan luar dan dalam, tetapi pada perancangan kemasan baru, hal ini dimaksudkan agar kemasan luar simping Purwakarta memiliki kemungkinan untuk disimpan yang pada akhirnya berguna menjadi salah satu media pengingat produk yang mempengaruhi pembelian selanjutnya. Oleh karena itu kemasan simping purwakarta tidak memiliki logo membuang sampah pada tempatnya. Berikut adalah teknis pembuatan kemasan baru produk simping Purwakarta:

Media : Kemasan simping Purwakarta Ukuran : 17 cm x 10 cm x 8.5cm

Material : Art papper 260 gram, laminasi doff panas. Teknis Produksi : Cetak Offset.


(59)

47 Gambar IV.1 Kemasan simping Purwakarta

Sumber Pribadi ( 22/07/2016 )

Gambar IV.2 Kemasan simping Purwakarta dengan berbagai rasa Sumber Pribadi

( 22/07/2016 )

Media : Kemasan tiga bungkus simping Purwakarta Ukuran : 18 cm x 30 cm x 8cm

Material : Art papper 260 gram, laminasi doff panas. Teknis Produksi : Cetak Offset.


(60)

48 Gambar IV.3 Kemasan tiga bungkus simping Purwakarta

sumber Pribadi ( 22/07/2016 ) IV.2.2 Papper Bag Simping Purwakarta

Paper bag menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi, karena media ini dibawa oleh konsumen saat setelah berbelanja simping dengan jumlah banyak. Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : Papper Bag

Ukuran : 42cm x 30 cm x 8cm

Material : Art papper 260 gram, laminasi doff panas. Teknis Produksi : Cetak Offset.

Gambar IV.4 Papper Bag simping Purwakarta Sumber Pribadi


(61)

49 IV.2.3 T-Shirt Simping Purwakarta

T-Shirt atau kaos menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi, karena media ini dipakai dan akan terlihat oleh masyarakat. Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : T-Shirt Ukuran : M, L, XL

Material : cotton combet 30s. Tinta Sablon : Rubber/GL

Teknis Produksi : Sablon Manual ( Screen Printing )

Gambar IV.5 T-shirt simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 ) IV.2.4 Sticker

Stiker menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi, karena media ini dipakai dan akan terlihat oleh masyarakat serta mudah di . Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : Sticker Ukuran : 9.5x4.5cm


(62)

50 Material : Vinyl

Teknis Produksi : Digital Printing & Cutting

Gambar IV.6 Sticker Cutting simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 ) IV.2.5 Pin dan Gantungan Kunci

Pin dan gantungan kunci menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi identitas simping Purwakarta, karena media ini dipakai dan akan terlihat oleh masyarakat. Media ini di berikan sebagai marchendise kepada konsumen . Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : Pin dan gantungan Kunci Ukuran : 5.8 cm

Material : Talent laminasi Glosy

Teknis Produksi : Digital Printing & Press Talent

Gambar IV.7 Pin dan gantungan kunci simping Purwakarta Sumber Pribadi


(63)

51 IV.2.6 Flyer

Flyer merupakan media pendukung yang bisa dibaca dan dibawa oleh konsumen sebagai informasi mengenai simping Purwakarta dan sebagai hiasan toko. Pemeilihan media ini karena flyer bisa memberikan kesan kuat terhadap sebuah produk.

Media : Flyer

Ukuran : 22.5x8.5 cm

Material : Art Paper 100gram Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.8 Flyer simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 ) IV.2.7 Poster

Poster merupakan media pendukung yang bisa dibaca oleh konsumen dan dapat memberikan kesan yang menarik untuk sebuah produk makanan. Karena poster memberikan pesan yang singkat untuk diketahui oleh masyarakat.


(64)

52 Media : Poster

Ukuran : 31x45 cm

Material : Art Paper 260gram Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.9 Poster simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 )

IV.2.8 Sticker Transparant

Stiker transparant ini digunakan sebagai segel pada kemasan. Media : Stiker Transparant

Ukuran : 2cm

Material : Vinyl Transparant


(65)

53 Gambar IV.10 Stiker cutting transparant simping Purwakarta

Sumber Pribadi ( 22/07/2016 ) IV.2.9 X-Banner

X-banner digunakan sebagai media informasi yang biasa disimpan didepan toko untuk memperindah tampilan toko.

Media : X-Banner Ukuran : 60x160cm Material : Jerman

Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.11 Xbanner simping Purwakarta Sumber Pribadi


(1)

48 Gambar IV.3 Kemasan tiga bungkus simping Purwakarta

sumber Pribadi ( 22/07/2016 )

IV.2.2 Papper Bag Simping Purwakarta

Paper bag menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi, karena media ini dibawa oleh konsumen saat setelah berbelanja simping dengan jumlah banyak. Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : Papper Bag

Ukuran : 42cm x 30 cm x 8cm

Material : Art papper 260 gram, laminasi doff panas. Teknis Produksi : Cetak Offset.

Gambar IV.4 Papper Bag simping Purwakarta Sumber Pribadi


(2)

49

IV.2.3 T-Shirt Simping Purwakarta

T-Shirt atau kaos menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi, karena media ini dipakai dan akan terlihat oleh masyarakat. Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : T-Shirt Ukuran : M, L, XL

Material : cotton combet 30s. Tinta Sablon : Rubber/GL

Teknis Produksi : Sablon Manual ( Screen Printing )

Gambar IV.5 T-shirt simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 )

IV.2.4 Sticker

Stiker menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi, karena media ini dipakai dan akan terlihat oleh masyarakat serta mudah di . Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : Sticker Ukuran : 9.5x4.5cm


(3)

50 Material : Vinyl

Teknis Produksi : Digital Printing & Cutting

Gambar IV.6 Sticker Cutting simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 ) IV.2.5 Pin dan Gantungan Kunci

Pin dan gantungan kunci menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi identitas simping Purwakarta, karena media ini dipakai dan akan terlihat oleh masyarakat. Media ini di berikan sebagai marchendise kepada konsumen . Media ini dipilih kareana sesuai dengan kebutuhan produsen dan sesuai dengan target market.

Media : Pin dan gantungan Kunci

Ukuran : 5.8 cm

Material : Talent laminasi Glosy

Teknis Produksi : Digital Printing & Press Talent

Gambar IV.7 Pin dan gantungan kunci simping Purwakarta Sumber Pribadi


(4)

51

IV.2.6 Flyer

Flyer merupakan media pendukung yang bisa dibaca dan dibawa oleh konsumen sebagai informasi mengenai simping Purwakarta dan sebagai hiasan toko. Pemeilihan media ini karena flyer bisa memberikan kesan kuat terhadap sebuah produk.

Media : Flyer

Ukuran : 22.5x8.5 cm

Material : Art Paper 100gram Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.8 Flyer simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 ) IV.2.7 Poster

Poster merupakan media pendukung yang bisa dibaca oleh konsumen dan dapat memberikan kesan yang menarik untuk sebuah produk makanan. Karena poster memberikan pesan yang singkat untuk diketahui oleh masyarakat.


(5)

52

Media : Poster

Ukuran : 31x45 cm

Material : Art Paper 260gram Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.9 Poster simping Purwakarta Sumber Pribadi

( 22/07/2016 )

IV.2.8 Sticker Transparant

Stiker transparant ini digunakan sebagai segel pada kemasan. Media : Stiker Transparant

Ukuran : 2cm

Material : Vinyl Transparant


(6)

53 Gambar IV.10 Stiker cutting transparant simping Purwakarta

Sumber Pribadi ( 22/07/2016 )

IV.2.9 X-Banner

X-banner digunakan sebagai media informasi yang biasa disimpan didepan toko untuk memperindah tampilan toko.

Media : X-Banner

Ukuran : 60x160cm

Material : Jerman

Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.11 Xbanner simping Purwakarta Sumber Pribadi